BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Motivasi Penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya”. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi dapat pula diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi tiap-tiap individu berbeda karena situasi dan kondisi dari masingmasing individu pun berbeda. Terdapat beberapa pendapat tentang motivasi berikut ini. Menurut Kotler (1997) motivasi sebagai sebuah kebutuhan menekan dengan cukup kuat yang mendorong seseorang melakukan tindakan. Pengaruh setiap kebutuhan pada perilaku seseorang ditentukan oleh besarnya potensi masing masing kebutuhan tersebut. Dengan terpenuhinya suatu kebutuhan maka akan mendorong munculnya kebutuhan lain yang membawa pengaruh pada tingkah laku individu. Menurut Widiatami (2013) motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan akademis seseorang. Motivasi muncul secara internal maupun eksternal tergantung pada kebutuhaan (need) dan tujuan (goal).
10
Menurut Yudhantoko (2013) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Menurut Fitriyati (2012) motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan sering kali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (antitude), aspirasi dan insentif. Fungsi motivasi ada tiga, yaitu: 1)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2)
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan - perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak sesuai dengan tujuan. Menurut Tedjho (2012) motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau
psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,
11
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Ada tiga aspek dalam motivasi, yaitu : 1)
Keadaan yang mendorong, yang ada dalam organisme, yang muncul karena adanya kebutuhan tubuh, stimulus lingkungan, atau kejadian mental seperti berpikir dan ingatan.
2)
Tingkah laku yang dibangkitkan dan diarahkan oleh keadaan tadi.
3)
Tujuan yang menjadi arah dari tingkah laku. Jadi motivasi membangkitkan tingkah laku dan mengarahkannya pada
tujuan yang sesuai. Oleh karena itu pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh motivasi setiap individu mahasiswa yang ingin memilih karir sesuai keinginan. Dengan kata lain, mahasiswa mempunyai motivasi terhadap pemilihan karir yang dipilih dan dalam hal ini pemilihan karir sebagai akuntan publik. Karir sebagai akuntan publik ini sendiri dipengaruhi oleh lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Selain itu, motivasi merupakan kompleksitas proses fisik fisiologi yang bersifat energetik (dilandasi dengan adanya energi), keterangsangan (ditimbulkan oleh stimulus), dan keterarahan (tertuju pada sasaran). Untuk memahami tentang motivasi, akan ditemui beberapa teori tentang motivasi, salah satunya adalah “teori harapan”.
2.1.2 Teori Pengharapan Teori dasar konsep pemilihan karir yang digunakan sebagai landasan teori adalah teori pengharapan (Expectancy Theory). Definisi teori pengharapan adalah
12
kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu tergantung pada kekuatan atau pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hal tertentu bagi setiap individu (Robbins, 2011). Pengharapan akan mempengaruhi sikap seseorang. Menurut Robbins (2011) sikap seseorang terbentuk dari tiga komponen yaitu cognitive component, emotional component dan behavior component. 1)
Cognitive component merupakan keyakinan dari informasi yang dimiliki oleh seseorang yang akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap profesi yang akan dijalani.
2)
Emotional component merupakan perasaan yang bersifat emosi yang dimiliki oleh seseorang untuk menyukai sesuatu. Apabila seseorang menyukai sesuatu maka akan cenderung untuk berusaha memperolehnya.
3)
Behavior component merupakan kegiatan untuk bertindak secara lebih khusus dalam merespon kejadian dan informasi dari luar, sehingga seseorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat usaha yang tinggi apabila meyakini bahwa upaya tersebut akan menghantarkannya ke suatu kinerja yang lebih baik. Penjelasan yang paling diterima secara secara luas mengenai motivasi
adalah teori pengharapan dari Victor Vroom (1964) dikutip oleh Robbins (2011) yang menyatakan motivasi tebentuk berdasarkan kebutuhan internal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut : 1)
Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara tertentu, akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome
13
expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut. 2)
Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.
3)
Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu. Istilah yang lebih praktis mengenai teori pengharapan mengatakan bahwa
karyawan akan berupaya lebih baik dan lebih keras jika karyawan tersebut meyakini upaya itu menghasilkan penilaian kinerja yang baik. Penilaian kinerja yang baik akan mendorong imbalan organisasi seperti bonus, kenaikan penghargaan finansial/gaji atau promosi dan imbalan tersebut akan memenuhi asaran pribadi karyawan tersebut. Oleh karena itu, teori tersebut berfokus pada tiga hubungan (Robbins, 2011) yaitu : 1)
Hubungan upaya–kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.
2)
Hubungan kinerja–imbalan. Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya kinerja yang diinginkan.
14
3)
Hubungan imbalan–sasaran pribadi. Sampai sejauh mana imbalan-imbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut. Pengharapan adalah pemahaman sasaran individu dan keterkaitan antara
upaya dan kinerja, antara kinerja dan imbalan (Abasara, 2011). Secara singkat, kunci dari teori pengharapan adalah pemahaman sasaran idividu dan keterkaitan antara upaya dan kinerja, antara kinerja dan imbalan. Oleh karena itu peran pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh pengharapan terhadap karir yang akan didapatkan saat menekuni karir tersebut. Karir yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan dan memberikan daya tarik secara khusus kepada kebutuhan individu, serta karir tersebut mempunyai daya tarik bagi individu.
2.1.3 Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 215) persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungan melalui panca indera (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan merasakan). Andersen (2012) menyatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
15
1)
Faktor Internal Aspek yang terkait dalam faktor internal yaitu fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan proses penginderaan, yang terdiri dari reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf (otak) dan syaraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon. Sedangkan psikologis berupa perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, pengalaman dan motivasi.
2)
Faktor Eksternal Adanya stimulus dan keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga datang dari dalam individu yang bersangkutan (Andersen, 2012)
3)
Perhatian Langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi
adalah
perhatian.
Perhatian
merupakan
pemusatan
atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Menurut Robbins (2006) persepsi adalah suatu proses
dengan
mana
individu-individu
mengorganisasikan
dan
menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi adalah “proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu”. Dengan persepsi
16
individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Andersen, 2012) Persepsi sebagai suatu proses yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya memperoleh dan menginterpretasikan stimulus yang
ditunjukkan
oleh indera. Persepsi juga merupakan kombinasi faktor dunia luar
(stimulus
visual) dan diri sendiri (pengetahuan sebelumnya). Persepsi memiliki dua aspek, yaitu: pengakuan pola (pattern recognition) dan perhatian (attention). Pengakuan pola meliputi identifikasi serangkaian stimulus yang kompleks, yang dipengaruhi oleh konteks yang dihadapi dan pengalaman masa lalu. Sementara, perhatian merupakan konsentrasi dari aktivitas mental yang melibatkan pemerosesan lebih lanjut atas suatu stimulus dan dalam waktu bersamaan tidak memindahkan stimuli yang lain (Andersen, 2012).
2.1.4 Karir Karir menurut Sofyandi (2008) adalah urutan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut. Sedangkan menurut Marwansyah (2010) karir merupakan semua pekerjaan yang pernah dijalani seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Karir menurut Ruky dalam Rohmatullah (2014) “karir adalah sebuah pola pengalaman- pengalaman yang terkait dengan pekerjaan (misalnya, jabatan, tugastugas, keputusan-keputusan, dan interprestasi pribadi tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan), serta kegiatan-kegiatan selama masa kerja seseorang”. Karir dapat disimpulkan proses seseorang dalam membangun
17
pekerjaan atau meniti pekerjaan secara bertahap untuk mendapatkan hasil yang maksimal atau yang diharapkan seseorang tersebut dalam jangka waktu tertentu.
2.1.5 Akuntan Publik Ketentuan mengenai akuntan pulik di Indonesia diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAP), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah. Profesi akuntan publik berkembang sejalan dengan berkembangnya berbagai jenis perusahaan. Dalam menjalankan perusahaan modal sangat dibutuhkan guna untuk melancarkan semua kegiatan- kegiatan aktivitasnya sesuai dengan profesinya. Modal ini dapat berasal dari pihak intern perusahaan (pemilik) dan pihak ekstern perusahaan (investor dan pinjaman dari kreditur). Dan oleh karena itu, laporan keuangan sangatlah dibutuhkan oleh kedua pihak tersebut dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tersebut merupakan penyampaian informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan keuangan yang berasal dari pihak ekstern maupun intern perusahaan tersebut (Mulyadi, 2011). Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang meliputi auditing, atestasi, akuntansi, review,
18
dan jasa konsultasi (Mulyadi, 2011). Akuntan publik merupakan akuntan yang bergerak dalam bidang akuntansi publik, yaitu menyerahkan berbagai macam jasa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan bisnis (Merdekawati, 2011). Akuntan publik sebagai bagian dari profesi akuntansi memiliki peran yang sangat strategis dalam dunia bisnis. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa hanya akuntan publik yang memiliki kewenangan untuk menyatakan opini atas laporan keuangan klien. Menurut Boynton et al. (2003:53) kebutuhan akan opini auditor atas laporan keuangan disebabkan oleh empat faktor, yaitu: 1)
Conflict of interest antara pengguna laporan keuangan dan manajemen.
2)
Consequences, dimana laporan keuangan dianggap sebagai sumber utama.
3)
Complexity bahwa laporan keuangan merupakan sesuatu yang kompleks.
4)
Remoteness, yakni adanya keterbatasan jarak, waktu dan biaya yang tidak praktis jika pemakai informasi tidak mendasarkan pada hasil laporan auditan.
2.1.6 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja menurut Nanang Budianas (2013) menyatakan bahwa “Lingkungan
kerja
dapat
diartikan
sebagai
kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi
atau
perusahaan”.
Berdasarkan
penelitian
(Apriliyan,
2011)
mengungkapkan bahwa profesi akuntan perusahaan menurut persepsi mahasiswa akuntansi lebih bersifat rutin dan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan di belakang meja, sedangkan pekerjaan sebagai akuntan publik lebih atraktif, lebih
19
banyak membutuhkan waktu, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih baik. Tingkat persaingan dan banyaknya tekanan merupakan faktor lingkungan pekerjaan. Dan lingkungan pekerjaan ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan karir mahasiswa (Wijayanti, 2001 : 368) menunjukkan bahwa lingkungan kerja, dipertimbangkan dalam pemilihan profesi mahasiswa terutama pada sifat pekerjaan rutin dan pekerjaan cepat diselesaikan. Mahasiswa akuntansi yang memilih profesi sebagai akuntan publik yang memiliki jiwa kompetensi yang tinggi biasanya cenderung memilih lingkungan pekerjaan yang bisa memberikan tantangan sehingga mahasiswa akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan dengan baik (Rahayu dkk, 2003).
2.1.7 Nilai-Nilai Sosial Nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang di masyarakat atau nilai seseorang yang dapat dilihat dari sudut pandang orang lain. Wijayanti (2001) mengungkapkan bahwa nilai-nilai sosial, dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi yang meliputi:
kesempatan berinteraksi, kepuasan pribadi, kesempatan untuk
menjalankan hobi, dan perhatian perilaku individu. Pandangan mahasiswa akuntansi terhadap hal-hal tersebut juga berbedabeda sesuai dengan jenis pekerjaan dalam profesi yang dipilih. Sedangkan nilainilai sosial tidak dipertimbangan dalam pemilihan profesi adalah prestise
20
pekerjaan dan kerja sama dengan ahli bidang lain. Tidak terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi yang memilih profesi akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik (Rahayu dkk, 2003).
2.1.8 Pertimbangan Pasar Kerja Pertimbangan pasar kerja berhubungan erat dengan pekerjaan yang dapat diakses di masa yang akan datang. Pekerjaan yang memiliki pasar kerja yang lebih luas akan lebih diminati dari pada pekerjaan yang pasar kerjanya kecil. Hal ini karena peluang pengembangan dari pekerjaan dan imbalan yang diperoleh akan lebih banyak. Pertimbangan pasar kerja dapat menjadi alasan atau faktor bagi seseorang dalam menentukan karirnya. Dengan demikian, pertimbangan pasar kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa akuntansi untuk menentukan karirnya baik yang berprofesi sebagai akuntan pubik maupun non akuntan publik. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan pendidik menganggap keamanan kerja dan profesinya lebih aman dibandingkan dengan profesi akuntan lainnya. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik menganggap pekerjaannya kurang aman tetapi masih lebih aman dibandingkan profesi akuntan perusahaan (Rahayu dkk, 2003).
21
Menurut Wheller (1983) dalam Lara Absarara ( 2011) pertimbangan pasar kerja atau Job Market Consideration meliputi tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi. 1)
Tersedianya Lapangan Pekerjaan Wheller menyatakan mahasiswa jurusan bisnis, psikologi, dan pendidikan bahwa faktor jangka pendek seperti suplai kerja bidang akuntansi lebih baik dibandingkan dengan bisnis lain.
2)
Keamanan Kerja Keamanan kerja merupakan faktor dimana profesi yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Profesi yang dipilih diharapkan bukan merupakan pilihan profesi sementara, tetapi dapat terus berlanjut sampai tiba waktu pension.
3)
Fleksibilitas Karir Adanya pilihan karir yang lebih fleksibel akan membantu karyawan untuk tidak berada pada situasi yang stagnasi. Karir yang fleksibel membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang terus menerus diperbaharui.
4)
Kesempatan Promosi Promosi merupakan proses pemindahan jenjang karir secara vertikal kearah yang lebih tinggi dan disertai dengan adanya kenaikan tanggung jawab dan imbalan. Seseorang bekerja tentu mengharapkan peningkatan posisi sesuai dengan prestasinya. Kesempatan promosi yang diberikan dapat mendorong peningkatan kualitas kerja, mewakili aspek penting dari sistem seleksi dan mengurangi turnover.
22
2.1.9 Personalitas Personalitas merupakan salah satu dari determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan kondisi atau situasi tertentu. Wicaksono (2011) mengatakan bahwa, personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi /kondisi tertentu. Personalitas menunjukkan bagaimana mengendalikan atau mencerminkan kepribadian seseorang di tempat bekerja. Faktor penyebab seseorang kehilangan pekerjaan antara lain karena ketidak sesuaian kepribadian mereka dengan pekerjaan (Mazli dkk, 2006).
2.1.10 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Telah dijelaskan pembahasan hasil penelitian sebelumnya di Lampiran 7 pada Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya yang terdapat ringkasan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan berkaitan dengan pengaruh lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja dan personalitas pada pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh persepsi pada mahasiswa akuntansi.
23
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh lingkungan kerja pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan (dalam hal ini seorang akuntan publik) adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor tersebut sangatlah penting dan besar pengaruhnya, tetapi masih banyak perusahaan-perusahaan yang kurang memperhatikan hal tersebut. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 2001: 183). Faktor lingkungan kerja meliputi, sifat pekerjaan, tingkat persaingan, dan banyaknya tekanan. Tekanan dari klien dengan adanya batasan waktu yang mengharuskan seorang akuntan publik seringkali lembur serta adanya tingkat kompetisi yang tinggi antara karyawan. Mahasiswa akuntansi yang memiliki jiwa kompetensi yang tinggi biasanya cenderung memilih lingkungan pekerjaan yang bisa memberikan tantangan sehingga mahasiswa akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan dengan baik (Rahayu dkk, 2003). Profesi akuntan perusahaan menurut persepsi mahasiswa akuntansi lebih bersifat rutin dan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan di belakang meja, sedangkan pekerjaan sebagai akuntan publik lebih atraktif, lebih banyak membutuhkan waktu, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih baik. Sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan
24
banyaknya tekanan merupakan faktor lingkungan pekerjaan. Lingkungan pekerjaan ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan karir mahasiswa (Apriliyan, 2011). Berdasarkan landasan teori yang ada, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1: Lingkungan kerja berpengaruh positif pada pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
2.2.2 Pengaruh nilai–nilai sosial pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Nilai-nilai sosial adalah pandangan masyarakat terhadap suatu karir yang dipilih, dengan kata lain nilai-nilai sosial adalah penilaian masyarakat tentang suatu karir yang di jalani (Oktavia, 2005). Berbeda dengan seorang yang menjadi akuntan di satu perusahaan, apabila seorang akuntan bekerja untuk perusahaan minyak, maka ia hanya mengerti tentang sistem akuntansi di bidang minyak dan gas. Ini membuat penilaian masyarakat mengenai profesi akuntan publik lebih bergengsi dibanding seorang akuntan biasa. Mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik mengharapkan dengan ditugaskannya seorang akuntan publik di berbagai tempat dan perusahaan memiliki ciri dan kondisi yang berbeda maka bisa menambah pengetahuannya di bidang selain akuntansi karena interaksi yang dilakukan tidak hanya dengan sesama akuntan, pengalaman kerja yang didapatkan juga semakin bervariasi dan terbukanya kesempatan dipromosikan atau mempromosikan jasanya sebagai akuntan publik.
25
Wijayanti (2001) mengungkapkan nilai-nilai sosial, dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi yang meliputi: kesempatan berinteraksi, kepuasan pribadi, kesempatan untuk menjalankan hobi, dan perhatian perilaku individu. Pandangan mahasiswa terhadap hal-hal tersebut juga berbedabeda sesuai dengan jenis pekerjaan dan kerjasama dengan ahli bidang lain. Rahayu, dkk (2003) mengungkapkan bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi yang memilih profesi akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik. Berdasarkan penjelasan mengenai faktor nilai-nilai sosial dapat dirumuskan sebuah hipotesis, yaitu: H2: Nilai-nilai sosial berpengaruh positif pada pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
2.2.3 Pengaruh pertimbangan pasar kerja pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Pertimbangan pasar kerja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat di akses di masa yang akan dating (Damayanti, 2005). Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberikan peluang dalam dunia kerja. Profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Walaupun masih banyak kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh para usahawaan, pemakai jasa akuntan publik maupun masyarakat. Namun, keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Disamping adanya dukungan dari pemerintah, perkembangan profesi akuntan
26
publik juga sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan publik. Mahasiswa akuntansi yang cenderung memilih akuntan publik sebagai pemilihan karirnya karena dengan informasi semakin banyak perusahaanperusahaan yang berdiri baik dalam perseorangan maupun perusahaan berbentuk badan hukum jasa seorang akuntan publik akan semakin banyak dicari dan hal ini menyebabkan semakin banyak peluang kerja yang ditawarkan. (Andriyanti, 2001) Hasil penelitan Rahayu, dkk (2003) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan pendidik menganggap keamanan kerja dan profesinya lebih aman dibandingkan dengan perofesi akuntan lainnya. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan yang memilih akuntan publik menganggap pekerjaannya kurang aman tetapi masih lebih aman dibandingkan profesi akuntan perusahaan. Menurut Wheeler, 1983 (dalam Oktavia, 2005) pertimbangan pasar kerja meliputi, tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi. Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberikan peluang dalam dunia kerja Berdasarkan landasan teori yang ada, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3: Pertimbangan pasar kerja berpengaruh positif pada pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
27
2.2.4 Pengaruh personalitas pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Personalitas adalah karakteristik psikilogi individu yang menentukan dan merefleksikan bagaimana indvidu tersebut merespon lingkungannya (Rahayu dkk, 2003). Djuwita dalam Akuntan publik tidak hanya harus memiliki keahlian, tetapi harus diimbangi dengan Skeptisme Profesional (Profesional Skepticism). Skeptisme Profesional (Profesional Skepticism) adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh auditor profesional. Sikap tersebut diatur dalam kode etik profesi akuntan publik diantaranya: 1)
Independen. Seorang akuntan publik tidak mudah terpengaruh dan tidak memihak siapapun, bahkan dengan klien yang membayarnya
2)
Integritas dan objektivitas. Seorang akuntan publik harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatment) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
3)
Jujur atas semua temuan-temuan yang ditemukan dalam proses audit, jika temuan tersebut tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka harus dilaporkan.
4)
Menjaga
informasi
rahasia
kliennya,
namun
jika
ditemukan
penyimpangan, seorang akuntan terlebih dahulu berkomunikasi dengan kliennya apakah kliennya menerima dan mengakui adanya temuan tersebut. Jadi seorang akuntan dapat saja menyampaikan informasi rahasia kliennya asalkan dengan persetujuan klien itu sendiri.
28
Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu (Rahayu dkk, 2003). Hal ini membuktikan bahwa personalitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Personalitas
menunjukkan
bagaimana
mengendalikan
atau
mencerminkan kepribadian seseorang dalam bekerja. Rahayu, dkk (2003), mengatakan bahwa faktor penyebab seseorang kehilangan pekerjaan antara lain karena ketidaksesuaian kepribadian mereka dengan pekerjaan. Berdasarkan uraian tersebut , dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4: Personalitas berpengaruh positif terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
29