BAB I PENDAHULUAN
Penelitian pada tesis ini akan berfokus pada penyusunan rencana bisnis bagi Healthy Organic Bistro yang merupakan penyedia makanan dan minimarket organik. Pada bab pendahuluan, akan dipaparkan analisa lingkungan eksternal, lingkungan internal, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, serta sistematika penulisan tesis.
1.1
Lingkungan Eksternal Perekonomian
Indonesia
berdasarkan
indikator
ekonomi
makro
mengalami peningkatan yang cukup stabil pada lima tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia tahun 2010-2014, peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) rata-rata sebesar 5,8% per tahun. Hal ini diikuti dengan peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Indonesia sebesar 9,9% per tahun dengan nilai rata-rata Rp 32,2 juta per tahun. Data tersebut menunjukkan kemampuan ekonomi serta taraf hidup masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin membaik. Peningkatan
pendapatan
rata-rata
tersebut
diatas
diikuti
dengan
peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah. Menurut Bank Dunia pada tahun 2010, terdapat ± tujuh juta penduduk Indonesia yang masuk ke dalam kelas menengah. Berdasarkan data Boston Consulting Group tahun 2012 sebanyak 75 1
juta penduduk Indonesia masuk ke dalam daftar kelas menengah (31%) dari total jumlah penduduk Indonesia. Selain itu, kelompok kelas menengah ini diperkirakan akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2020-2030 sesuai dengan Grafik 1.1.
Menengah Atas
49,3
23,2
Menengah
68,2
41,6
Menengah Bawah
44,5 28,3
Bawah 2020
50,5
64,5
2012
Grafik 1.1 Proyeksi Jumlah Kelas Menengah di Indonesia
Sumber: BCG, 2012
Menurut Banerjee dan Duflo (2008), berdasarkan pendekatan absolut, kelas menengah terdapat pada rentang pendapatan perkapita per hari $2-$4 dan $6-$10. Selain itu, Asia Development Bank (ADB) tahun 2010 mendefinisikan kelas menengah dengan rentang pengeluaran perkapita perhari sebesar $2-$20. Rentang inilah yang sering dipakai untuk mengukur jumlah kelas menengah di Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2015 pada tahun 2009-2014 rata-rata pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia sebesar 12,3%. Pada produk makanan presentase terbesar ada pada makanan dan minuman jadi 32,4%, padi 12,3%, dan tembakau 11,4%. Pada produk bukan makanan presentase tertinggi 2
ada pada perumahan dan bahan bakar sebesar 42% serta barang dan jasa sebesar 24,4%. Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan dan nilai investasi di sektor pangan selalu meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun di masa mendatang tantangan yang dihadapi semakin ketat dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir tahun 2015. Oleh sebab itu, industri makanan dan minuman di Indonesia perlu memiliki inovasi yang tinggi untuk memperkuat daya saing dan merapatkan barisan agar tercipta iklim bisnis yang sehat (Adhi, 2016). Pola hidup konsumtif banyak dianut oleh kelompok masyarakat yang berada pada golongan kelas menengah ke atas yang didasari oleh kebutuhan yang diperlukannya (Suweca, 2012). Masyarakat kelas menengah keatas mulai membutuhkan produk makanan dan minuman yang sehat dan higienis. Salah satu indikator hal tersebut adalah semakin banyaknya produsen ataupun penjual produk makanan dan minuman jadi yang berbahan dasar organik dan diproses dengan standar higienitas yang tinggi. Selain itu, peningkatan kebutuhan akan produk yang sehat dan higienis tersebut dikarenakan timbulnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat (Firmansyah, 2016). Beberapa tahun terakhir muncul kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi makanan yang dihasilkan menggunakan bahan-bahan non organik, seperti pupuk kimia dan pestisida sintesis. Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan organik semakin besar. Semakin banyaknya orang sakit akibat polusi 3
dan lingkungan yang tercemar juga menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat (Wignjopranoto, 2015). Kesadaran terhadap kesehatan adalah tingkat kesiapan konsumen dalam mengambil tindakan yang sehat. Berawal dari kesadaran tersebut maka konsumen perlu mengetahui makanan atau minuman apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi bagi tubuhnya. Selain itu dengan adanya kesadaran terhadap lingkungan akan berdampak pada meningkatnya kepedulian pada lingkungan. Konsumen yang peduli dan sadar terhadap lingkungan akan lebih memilih untuk membeli makanan organik. Motif terkuat konsumen yang membeli produk organik adalah adanya kesadaran akan kesehatan dari mengkonsumsi makanan organik (Huber et al., 2011). Pola gaya hidup yang sehat saat ini banyak dianut masyarakat kota-kota besar di Indonesia dengan tujuan untuk menerapkan pola hidup yang sehat serta menghindari kebiasaan buruk yang dapat menggangu kesehatan. Dikutip dari www.metrotvterkini.com (2016) penderita penyakit jantung tekanan darah tinggi, kanker, dan penyakit lainnya semakin meningkat akibat pola hidup yang tidak sehat. Cara untuk menghindarinya cukup dengan menganut gaya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan organik yang bebas bahan kimia berbahaya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut muncul beberapa rumah makan yang menawarkan makanan sehat, vegetarian, dan ada pula yang khusus menggunakan bahan organik. Di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta mulai bermunculan penyedia restoran sehat. Penulis melakukan pengamatan langsung di Yogyakarta pada tanggal 12 April 4
2016 dan terdapat beberapa rumah makan yang menyediakan makanan sehat yang disajikan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Daftar Rumah Makan Penyedia Makanan Organik di Yogyakarta No
Nama Restaurant
Lokasi
1
Bumi Langit Institute
Imogiri, Bantul
2
Loving Hut
3
Produk Makanan Indonesia
Demangan
Makanan Asia
Greenhost Resto
Prawirotaman
Western foods
4
Milas Organic Resto
Prawirotaman
Makanan Indonesia
5
Letusee.yk
Gejayan
Makanan Indonesia
6
Lasem Café
Jalan kaliurang
Makanan Indonesia
Raisin Resto
Sagan
7
Western foods
Karakteristik Terdapat kebun organik dan rumah makan Penyedia makanan organik prasmanan Hotel dan restoran penyedia makanan organik Penyedia makanan dan pasar organik Studi mahasiswa Sanata Dharma dan terdapat rumah makan Restoran dan memproduksi bahan organik sendiri Restoran yang menjual menu organik
Sumber: Pengamatan langsung, 2016
Berdasarkan Tabel 1.1, terdapat tujuh restoran penyedia makanan sehat yang tersebar di Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri terdapat komunitas organik yang kemudian mengelola kegiatan Pasar Organik Jogja (Pojog) yang berdiri sejak tahun 2014. Pojog rutin menggelar semacam pasar tiban dengan label pasar organik di sejumlah tempat. Tujuan yaitu untuk mempertemukan penjual-penjual bahan organik atau pangan lokal dengan pembeli ataupun masyarakat luas (www.krjogja.com, 2014). Pojog ini ada di beberapa tempat namun dengan waktu yang terbatas dan berikut jadwalnya. a.
Pasar Organik Milas Pasar organik milas lokasinya berada di Milas Restoran, Jalan Prawirotaman 4. Ada setiap hari Rabu dan Sabtu jam 10.00 hingga 13.00.
5
b.
Pasar Kamisan Pasar kamisan terletak di lokasi kediaman Bu Janti, Dusun Jenengan RT02/RW47 (Selatan Stadion Maguwoharjo). Pasar kamisan ini ada di setiap hari Kamis jam 10.00 hingga 13.00.
c.
Pasar Sehat Pasar sehat diadakan di RM. Demangan setiap hari Jumat jam 16.00 hingga 19.00 Pojog memilih waktu dan lokasi yang tidak diadakan dalam waktu
mingguan. Respon masyarakat yang tinggi akan kebutuhan bahan segar organik memunculkan adanya peluang untuk dilakukannya inovasi dan pengembangan konsep restoran dan minimarket makanan organik di Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada 12 April 2016 di restoran organik Yogyakarta, belum ada restoran yang juga menjual bahan segar organik. Dari hasil tersebut memunculkan peluang untuk menggabungkan konsep restoran sehat dan minimarket bahan segar organik masih terbuka luas. Oleh karena itu, terdapat gagasan dari penulis untuk merancang rencana bisnis restoran dan minimarket makanan sehat organik dengan nama Healthy Organic Bistro (HOB). Restoran dengan konsep yang dilengkapi tersedianya minimarket bahan sehat belum terdapat di Yogyakarta. Minimarket bahan-bahan organik di HOB didapatkan langsung dari petani sehingga kualitas yang diberikan selalu segar. Konsumen dapat mengolah bahan-bahan segar tersebut di restoran HOB dengan menggunakan jasa juru masak HOB atau dibawa pulang untuk konsumsi pribadi.
6
Menu restoran yang menyediakan makanan berupa mi sehat juga belum banyak tersedia khususnya di kota Yogyakarta. Mi sehat merupakan mi yang diolah tanpa menggunakan bahan pengawet dengan campuran bahan alami seperti sayuran dalam adonannya (Sholahudin, 2012). Menu mi dipilih karena masyarakat Indonesia merupakan pengkonsumsi mi dengan jumlah yang cukup besar. Mi saat ini menjadi makanan alternatif selain nasi. Menurut World instant Noodles Association (WINA) tahun 2015, konsumsi mi instan penduduk Indonesia terlalu tinggi dimana Indonesia menjadi negara kedua pengkonsumsi mi instan terbanyak di dunia. Mengingat komposisi dari mi instan yang tidak baik bagi tubuh maka terkonsep untuk membuat mi sehat. Berdasarkan pengamatan langsung penulis pada 14 April 2016, hanya terdapat empat penjual mi yang menyediakan mi sehat di Yogyakarta, yaitu Mi Ungaran, Mi Pasar Baru, Mi Sehati dan Mi Popeye. Kuantitas minimnya penjual mi sehat membuka peluang bagi HOB untuk membuka usaha pada jenis makanan utama tersebut. HOB menawarkan menu makanan utama yaitu berupa mi sehat. Mi sehat merupakan mi yang diolah tanpa menggunakan bahan pengawet dengan campuran bahan alami seperti sayuran dalam adonannya. Mi sehat ini menjadikan alternatif bagi mereka yang kurang suka mengonsumsi sayuran. Dengan mengonsumsi mi sehat ini secara tidak langsung konsumen mengonsumsi sayuran yang telah dicampur dalam adonan mi. HOB selain menjual mi sebagai menu utama pada hidangannya, disediakan pula menu pelengkap. Menu pelengkap yang ditawarkan tersedia dari 7
makanan pembuka hingga makanan penutup untuk memenuhi dari apa yang dibutuhkan konsumen. Macam-macam menu pelengkap yang ditawarkan berdasarkan dari hasil survei kepada calon konsumen jenis makanan apa yang diharapkan untuk ada di HOB.
1.2
Lingkungan Internal Peluang bisnis yang tercipta berdasarkan pembahasan lingkungan
eksternal diatas akan direalisasikan melalui pendirian restoran baru yaitu Healthy Organic Bistro yang dikenal sebagai HOB. Istilah bistro tersebut memiliki arti dalam bahasa Perancis yaitu rumah makan yang kecil, santai, dan memiliki menu makanan yang sederhana namun cepat saji (Rahmawati, 2015). Rumah makan ini akan menawarkan menu masakan utama yang berupa mi sehat dengan bahan dasar organik. Selain itu, tersedia makanan pelengkap berupa makanan asia yang dihasilkan dari bahan organik pula. Selain itu juga terdapat minimarket yang menyediakan bahan-bahan masakan segar dengan berbagai macam buah dan sayur organik. Produk organik yang ada di HOB diperoleh dengan melibatkan produkproduk organik dari petani di Yogyakarta. Selain konsumen dapat mengkonsumsi menu makanan ataupun minuman di lokasi, mereka juga dapat berbelanja di bagian minimarket untuk dikonsumsi pribadi di rumah. Lokasi HOB berada di daerah Sagan dengan mempertimbangkan dimana lokasi di daerah tersebut dekat dengan rumah sakit Panti Rapih dan menjadi lokasi wisata kuliner dengan adanya beberapa kafé di tempat tersebut. 8
Menu unggulan yang ditawarkan pada HOB adalah mi organik. Untuk pelengkapnya menggunakan komposisi dari buah serta sayur organik dan untuk adonan mi menggunakan tepung singkong. Produksi mi mentah diproduksi secara mandiri sehingga dapat dijaga kualitas dan higienitasnya. Dalam pembuatan mi mentah dan segala komposisi makanannya mengesampingkan penggunaan bahan monosodium glutamate (MSG). Menurut Preddy et.al., (2007) penggunaan MSG memiliki dampak yang tidak baik bagi tubuh dimana tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium, dan 10% air. Dengan konsep rumah makan sehat maka segala makanan dan minuman yang disajikan juga mengutamakan bahan-bahan yang baik bagi tubuh. Berdasarkan pemaparan di majalah Asri tahun 2010 penggunaan konsep green architecture menuntut untuk eksterior dan interior restoran dibuat nyaman dan serasa nuansa alamnya dari tanaman disekeliling kompleks. Tanaman lebih menegaskan orientasi "hijau" pada perpaduan antara alam dengan bangunannya. Hal ini menjadi acuan dari HOB untuk menggunakan konsep green architecture karena sesuai dengan konsep yang hendak ditawarkan. HOB menyediakan tempat yang nyaman dan ramah lingkungan sehingga menjadi nilai tambah bagi konsumen untuk datang kembali ke restoran.
1.3
Rumusan Masalah Adanya perkembangan bisnis kuliner yang terus meningkat di Yogyakarta
dan pertumbuhan data masyarakat kelas menengah menunjukkan adanya pergeseran gaya hidup yang lebih memilih dengan menggunakan pola hidup 9
sehat. Hal tersebut membuka peluang bagi rumah makan yang memiliki konsep menu makanan sehat. Saat ini sudah terdapat delapan rumah makan sehat yang tersebar di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, terdapat peluang untuk melakukan inovasi dalam menyajikan makanan sehat. Hal ini dikuatkan dengan adanya kebutuhan masyarakat akan buah dan sayur organik yang segar. Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan adanya rumah makan yang dilengkapi dengan minimarket bahan organik segar di dalamnya. Adanya peluang inovasi di bisnis maka akan didirikan rumah makan organik yang bernama Healthy Organic Bistro (HOB). HOB akan memberikan nuansa yang baru dalam menikmati kuliner sehat, disamping itu konsumen juga dapat berbelanja produk segar untuk konsumsi pribadi dirumah. Hasil dari analisa lingkungan internal, terdapat kekuatan dan kelemahan dari karakteristik model bisnis yang ditawarkan, maka diperlukan perencanaan bisnis yang direalisasikan dengan rencana bisnis HOB.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menyusun rencana bisnis
HOB untuk mengetahui kelayakan bisnis tersebut.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini bagi pelaku bisnis yaitu dapat dijadikan acuan
dan memberikan analisa atas bisnis HOB yang hendak dijalankan. Selain itu 10
manfaat bagi akademisi adalah perencanaan bisnis ini dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana bisnis di bidang kuliner.
1.6
Sistematika Penulisan Tesis perencanaan bisnis untuk HOB terdiri dari lima bab. Bab I
membahas mengenai latar belakang dibuatnya perencanaan bisnis tersebut, meliputi kondisi lingkungan eksternal, pesaing, serta peluang apa yang dapat ditindaklanjuti. Selanjutnya dibahas mengenai lingkungan internal perusahaan, tujuan dari penelitian, serta manfaat yang didapat dari penelitian yang dilaksanakan. Bab II mengulas mengenai teori dan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan pembangunan bistro dan proses menyusun perencanaan bisnis Healthy Organic Bistro. Selanjutnya bab III akan dibahas pembasan metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini dan hasil penelitian yang dilakukan, meliputi sumber data, pengumpulan data, dan teknik analisa yang digunakan. Data yang diperoleh dan diolah sesuai dengan pembahasan Bab III digunakan dalam penyusunan strategi yang secara detailnya akan dibahas dalam Bab IV. Proses penyusunan strategi dilakukan sesuai dengan fungsi manajemen dimana terdapat pemasaran, operasional, sumberdaya manusia, dan keuangan. Selanjutnya pada Bab V akan dibahas mengenai rencana aksi dimana membantu pengelolaan strategi agar dapat diperbaharui terus-menerus.
11