BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI (Air Susu Ibu ) adalah suatu cara pemberian makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan emosional yang unik bagi pertumbuhan anak. Pemberian ASI sedini dan selama mungkin akan meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi, yang akhirnya akan bermanfaat juga terhadap keadaan tumbuh kembangnya dimasa yang akan datang (Wasliyah, 2003). Menurut Roesli ( 2001 ) pemberian ASI secara eksklusif tanpa ada pemberian makanan lain pada bayi usia antara 0-6 bulan, akan mampu meningkatkan kecerdasan dan daya tahan tubuh. Menurut Depkes (2003) akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu bayi tidak memperoleh zat kekebalan sehingga mudah mengalami sakit, bayi juga tidak mendapatkan makanan bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya. Soetjiningsih, (1997) juga menambahkan bahwa anak yang menderita diare akut akan lebih cepat sembuh apabila ASI tetap diberikan. Menurut Depkes (2003) akibat pada ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya yaitu perdarahan setelah persalinan akan menjadi lama dan beresiko terkena kakner payudara dan kanker rahim. Keragaman cakupan pemberian ASI Eksklusif menurut wilayah dan daerah berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Kecenderungan penurunan menyusui di daerah
1
2
perkotaan manakala pemberian susu formula/susu botol dipromosikan secara gencar oleh media masa dan menjadikan susu formula sebagai simbol status. Sejalan dengan arus modernisasi dan meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita di sektor formal yang bekerja di luar rumah merupakan kendala ibu-ibu untuk memberikan susu formula tanpa disadari akan menambah beban pengeluaran uang belanja untuk membeli susu, sehingga ibu mengencerkan susu
formula
untuk
menghemat,
akibatnya
secara
tidak
langsung
memperbanyak jumlah bayi yang menderita kurang gizi (Wasliyah, 2003). Makanan atau minuman yang diberikan pada balita yang usianya kurang dari 6 bulan sangat bervariasi. Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 1997, didapatkan sekitar 41 % bayi umur kurang 4 bulan selain diberi ASI juga sudah mendapatkan minuman/makanan pendamping ASI ( Depkes, 1997 ). Hasil penelitian lain yang mendukung sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Utomo, Sugeng, dan Haryanto (1990) di Indramayu dan daerah Jakarta Utara, melaporkan persentase bayi yang mendapat minuman/makanan pendamping ASI cukup tinggi yaitu 80 % ibu-ibu dalam 3 bulan pertama telah memberikan makanan tambahan berupa bubur kacang hijau dan tempe yang dihaluskan, bahkan dalam minggu pertama telah mendapat makanan pisang yang dilumatkan. Perilaku demikian juga terjadi pada masyarakat yang punya latar belakang kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat. Sumber dari profil Dinas Kabupaten Temanggung tahun 2003 terdapat 2.737 bayi atau 29,01 % yang mendapatkan ASI Eksklusif dari jumlah bayi keseluruhan yaitu
3
sebanyak 9.435. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan terhadap 5 petugas Puskesmas Tlogomulyo tanggal 1 Juli 2005 yang diambil secara kebetulan ( Accidental ), didapatkan data hanya 1 orang yang bisa memberikan ASI Eksklusif, 2 orang menyatakan ASI keluar tidak lancar sehingga untuk memenuhi kebutuhan bayi menggunakan susu formula, sementara sisanya sebanyak 2 orang menyatakan bahwa bayinya pada usia 3 bulan diberi makanan pisang yang dilumatkan dengan alasan karena dorongan dari orang tua. Perilaku demikian dapat terjadi karena beberapa faktor, menurut Soetjiningsih ( 1997 ), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain, perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor kurangnya dorongan petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu kaleng dan penjelasan yang salah dari petugas kesehatan. Selama ini Program ASI Eksklusif pada Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung masih menggunakan standar usia 0 – 4 bulan, padahal pada kenyataannya tahun 2002 pemerintah sudah menggunakan standar usia 0 – 6 bulan (Depkes, 2002). Untuk mensosialisasikan program tersebut kepada masyarakat perlu pemahaman dan perubahan sikap terlebih dahulu di kalangan pemberi pelayanan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut perlu dilakukan penelitian tentang analisis perilaku pemberian ASI Eksklusif pada petugas kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung.
4
B. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pemberian Asi Eksklusif pada petugas kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif pada petugas kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif pada petugas kesehatan yang meliputi karakteristik responden (usia, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, sikap, dan dorongan keluarga. b. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik petugas kesehatan (usia, pendidikan, dan pekerjaan) dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. c. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif d. Mengidentifikasi hubungan antara sikap responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
5
e. Mengidentifikasi hubungan antara dorongan keluarga responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai motivasi bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerjanya. Sehingga dapat memberikan contoh yang baik pada warga masyarakat. 2. Sebagai
bahan
pertimbangan
pada
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Temanggung melalui subdin yang ada untuk meningkatkan program perilaku pemberian ASI Eksklusif pada masyarakat umum dan khususnya pada petugas kesehatan. 3. Diharapkan dapat dijadikan sumber bagi peneliti berikutnya. 4. Menambah pengetahuan dan pengalaman baru tentang penelitian bagi peneliti sendiri.
E. Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah keperawatan maternitas.