BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir memiliki beragam sumberdaya meliputi tanah, hutan, perairan pesisir dan lahan basah, mineral pasir, hidrokarbon, dan organisme laut Pesisir menjadi penyedia makanan dan habitat seperti finfish, kerang, mamalia laut, burung laut, rumput laut, terumbu karang, dan organisme lain. Pesisir juga mendukung keberlangsungan beragam industri terkait seperti perikanan dan budidaya, pariwisata, jasa pengiriman, industri minyak dan gas (Masria dkk, 2013). Pesisir tidak hanya memiliki kekayaan sumberdaya akan tetapi juga memiliki kerentanan yang cukup tinggi terhadap kerusakan. Wilayah pesisir memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bahaya dan bencana alamiah atau buatan manusia seperti banjir rob, angin topan, gelombang badai, erosi, salinitas, polusi, dll (Parvin dkk, 2008). Banjir di wilayah pesisir biasanya disebabkan oleh tingkatan air yang tinggi disebabkan oleh pasang surut dan gelombang badai (Wolf, 2009). Banjir rob sering terjadi di banyak kota pesisir di Indonesia (Marfai dan King, 2007) salah satunya Kota Pekalongan. Lima belas kelurahan di Kota Pekalongan sering tergenang banjir, tujuh kelurahan di antaranya terdapat di Kecamatan Pekalongan Utara (Mardiatno dkk, 2012). Tabel 1.1 memperlihatkan variasi tingkat bahaya, kerentanan, kapasitas menanggulangi, dan risiko masyarakat terhadap banjir dan rob di Kecamatatan Pekalongan Utara.
1
Tabel 1.1 Tingkat Bahaya, Kerentanan, dan Risiko Banjir dan Rob di Kecamatan Pekalongan Utara Desa Bandengan Kandang Panjang Panjang Baru Panjang Wetan Krapyak Lor Degayu Dukuh Pabean
Hazard Vulnerability Risk Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Diolah dari Mardiatno dkk, 2012 Tabel 1.1 memberikan gambaran bahwa lima kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara yaitu Panjang Wetan, Krapyak Lor, Degayu, Dukuh, dan Pabean memiliki tingkat kerentanan sedang. Tiga kelurahan yaitu Bandengan, Kandang Panjang, dan Panjang Baru memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap banjir dan rob. Kerentanan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara semakin meningkat disebabkan rendahnya tingkat ekonomi sebagian masyarakat. Hasil wawancara terhadap 40 orang warga masyarakat saat preliminary observation tahun 2013 menunjukkan bahwa 27 orang responden memiliki rata-rata pendapatan kurang dari Rp. 45.000,-/hari. Jumlah penghasilan tersebut masih lebih rendah dibandingkan jumlah pendapatan ideal menurut sebagian besar responden yaitu Rp. 50.000/hari. Kerentanan merupakan kebalikan dari ketangguhan. Sistem ekologikal atau sosial akan menjadi rentan terhadap perubahan jika kehilangan ketangguhan (USIOTWSP. 2007). Upaya meningkatkan ketangguhan merupakan upaya untuk 2
mengurangi kerentanan (Djalante dan Thomalla, 2011). Menurut Islam dkk (2010) terdapat lima modal pokok yang diperlukan untuk membangun ketangguhan masyarakat, antara lain modal alamiah, modal fisik, modal ekonomi, modal manusia, dan modal sosial (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Elemen-elemen Ketangguhan Masyarakat (Islam dkk, 2010) Evaluasi ketangguhan masyarakat diperlukan untuk untuk mengurangi risiko,
mempercepat
pemulihan,
dan
penyesuaian
terhadap
perubahan
(USIOTWSP, 2007). Evaluasi ketangguhan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara dilakukan dengan memperhatikan lima modal pokok ketangguhan yaitu modal alamiah, modal fisik, modal ekonomi, modal manusia, dan modal sosial. Evaluasi ketangguhan masyarakat dilakukan di tiga kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara yaitu Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang Panjang, dan Kelurahan Panjang Baru. Evaluasi ketangguhan tersebut akan memberikan gambaran terkini kondisi ketangguhan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara terhadap banjir rob.
3
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketangguhan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara terhadap banjir rob. Evaluasi ketangguhan dilakukan di 3 kelurahan yang memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir dan rob yaitu Kelurahan Bandengan, Kandang Panjang, dan Panjang Baru. Evaluasi ketangguhan masyarakat pesisir dilakukan dengan menitikberatkan pada kondisi terkini lima modal pokok ketangguhan masyarakat yaitu modal alamiah, modal fisik, modal ekonomi, modal manusia, dan modal sosial.
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain: 1. Menambah khazanah dalam penelitian bahaya dan kebencanan masyarakat, 2. Menambah khazanah dalam penelitian ketangguhan masyarakat terutama berkaitan dengan evaluasi ketangguhan masyarakat. Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi peneliti yang lain dalam melakukan evaluasi ketangguhan masyarakat. Evaluasi ketangguhan berbasis modal merupakan kerangka dalam menaksir ketangguhan masyarakat dengan fokus utama pada faktor-faktor yang dianggap dapat mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketangguhan.
4
1.4 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian lain yang membahas ketangguhan masyarakat terhadap bencana, antara lain: Tabel 1.2 Penelitian-penelitian Terkait No . 1.
2.
3.
4.
Judul Resilience for the 2007 flood event: Using Commnunity Knowledge: A Case in Part of Sukoharjo Regency, Indonesia “Resilience Strategies” Masyarakat Pesisir Desa Bedono Kabupaten Demak (Laporan KKL MPPDAS 2012) Assessment of Economic Vulnerability and Community Resilience in Landslide Prone Areas After A Landslide Event
Resilience for The Flood Event Based on Community Perception. A Case Study: In West Malaka Sub District of Belu Regency, East Nusa Tenggara Province Sumber: Analisis (2013)
Penulis (Tahun) Damayanti (2011)
Metode Wawancara, Focus Group Discussion (FGD), Kuesioner
Yuniartanti dkk (2012)
Wawancara, Focus Group Discussion (FGD), Kuesioner
Erawati (2013)
Wawancara, Focus Group Discussion (FGD)
Apolonia Diana Sherly Da Costa (2013)
Wawancara, Focus Group Discussion (FGD)
Hasil a). Pemetaan banjir berdasar pengetahuan masyarakat b). Nilai ketangguhan masyarakat Desa Kadokan dan Laban Strategi-strategi untuk meningkatkan ketangguhan dalam dinamika kepesisiran
a). Nilai kerentanan ekonomi dan ketangguhan masyarakat terhadap bencana tanah longsor b). Peta jalur evakuasi dan kerentanan tanah longsor berdasar pengetahuan masyarakat a). Nilai ketangguhan masyarakat terhadap bencana banjir b). Peta bahaya banjir berdasar persepsi masyarakat
Damayanti (2011) melakukan penelitian dengan tujuan mengukur ketangguhan masyarakat Desa Kadokan dan Laban. FGD dan wawancara dipadukan untuk menghasilkan pemetaan banjir rob dan mengukur ketangguhan 5
masyarakat secara kuantitatif. Berbeda halnya dengan evaluasi ketangguhan masyarakat pesisir Kecamatan Pekalongan Utara yang dilakukan dengan menitikberatkan pada lima modal pokok ketangguhan masyarakat yaitu modal alamiah, modal fisik, modal ekonomi, modal manusia, dan modal sosial dengan metode kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniartanti dkk (2012) bertujuan menyusun strategi ketangguhan masyarakat pesisir melalui pengukuran limit kerentanan kemudian
identifikasi
dan penyusunan strategi
ketangguhan
masyarakat pesisir. Berbeda halnya dengan evaluasi ketangguhan masyarakat terhadap bahaya pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara dilakukan dengan menitikberatkan pada lima elemen ketangguhan masyarakat. Masing-masing dari elemen ketangguhan tersebut memiliki beberapa variabel sehingga dapat dijadikan acuan dalam evaluasi ketangguhan masyarakat. Erawati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Assessment of Economic Vulnerability and Community Resilience in Landslide Prone Areas After A Landslide Event” memfokuskan kepada pengukuran ketangguhan ekonomi masyarakat terhadap bencana tanah longsor. Hasil akhir dari penelitian tersebut adalah nilai kerentanan ekonomi dan ketangguhan masyarakat serta peta jalur evakuasi dan kerentanan tanah longsor berdasar pengetahuan masyarakat. Berbeda halnya dengan evaluasi ketangguhan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara yang memandang ketangguhan masyarakat terbangun di atas lima modal penting yang salah satunya adalah modal ekonomi.
6
Evaluasi ketangguhan masyarakat pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara dilakukan dengan melihat kondisi terkini lima elemen ketangguhan masyarakat. Masing-masing dari elemen tersebut memiliki beberapa variabel. Analisis secara kualitatif dari lima elemen beserta variabel-variabel tersebut dapat memberikan gambaran ketangguhan masyarakat. Berbeda halnya dengan penelitian Da Costa (2013) yang bertujuan menilai ketangguhan masyarakat terhadap bencana banjir. Hasil akhir dari penelitian Da Costa (2013) juga berpupa peta bahaya banjir berdasarkan persepsi masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian berjudul “Evaluasi Ketangguhan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Pekalongan Utara Terhadap Banjir Rob” memiliki keterbaruan dalam tema atau metode jika dibandingkan dengan beberapa penelitian terkait. Meskipun demikian banyak faedah yang dapat diambil dari empat penelitian terkait yang telah dipaparkan di atas.
7