BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Masalah umum hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium bermanfaat bagi para klinisi untuk membantu menegakkan bahkan dapat memastikan diagnosa pasien sehingga dapat meminimalkan pengobatan/terapi yang tidak diperlukan. Sebuah hasil survei yang dilakukan oleh American Society for Clinical Pathology (ASCP) membuktikan bahwa 74 % responden dewasa di Amerika meyakini bahwa paling sedikit 50 % keputusan dokter didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium (Braun, 2011). Menurut Hawkins (2007) waktu tunggu pemeriksaan laboratorium menjadi salah satu indikator yang paling sering dipergunakan sebagai indikator kinerja pelayanan di laboratorium. Selain itu, para klinisi menggunakan waktu tunggu pemeriksaan sebagai salah satu indikator untuk menilai mutu sebuah laboratorium. Kemajuan teknologi dan komunikasi yang pesat diberbagai sektor juga terjadi di pelayanan kesehatan, pemanfaatan teknologi akan merubah proses kerja pengolahan data berbasis manual menjadi proses kerja pengolahan data berbasis komputer dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan tetap berfokus kepada pasien dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan dimana hasil sistem informasinya dapat dipergunakan untuk kepentingan para klinisi dalam merencanakan dan memonitor perawatan pasien dan kepentingan manajemen pelayanan kesehatan (Haux, 2006). Saat ini ada teknologi otomatisasi di bagian laboratorium terkait pengolahan data yaitu Laboratory Information System (LIS). LIS adalah sebuah perangkat lunak yang dapat menerima, memproses dan menyimpan informasi yang dihasilkan oleh alat pemeriksaan laboratorium. LIS harus terkoneksi dengan alat-alat laboratorium maupun dengan Sistem Informasi Rumah Sakit. Menurut WHO (2011), LIS mempunyai kapasitas untuk
1
2
mempercepat dan mempermudah pengelolaan dan analisa data sehingga diharapkan dapat mengurangi beberapa tahap proses kerja pengolahan data secara manual. RS Dr. OEN SOLO BARU adalah sebuah rumah sakit swasta kelas C yang berlokasi di kompleks perumahan Solo Baru, Sukoharjo dibawah naungan Yayasan Kesehatan Panti Kosala. Dengan motto “Teduh untuk sembuh”, RS Dr. OEN SOLO BARU hadir dengan nuansa yang berbeda yaitu menyediakan ruang perawatan yang luas, nyaman, taman yang asri dan luas serta tetap fokus pada upaya pelayanan yang bermutu tinggi. Visi RS Dr. OEN SOLO BARU adalah menjadi institusi pelayanan kesehatan yang unggul, untuk melanjutkan cita-cita luhur almarhum dr. Oen Boen Ing sebagai wujud pengabdian berbangsa dan bernegara. RS Dr. OEN SOLO BARU sudah memberlakukan LIS sebagai upaya untuk memperbaiki waktu tunggu pemeriksaan laboratorium. Peralatan di laboratorium terdiri atas beberapa alat pemeriksaan antara lain alat kimia, alat hematologi, alat imuno serologi, alat urinalisa dan lainlain. Data jumlah pemeriksaan tiap alat di laboratorium RS Dr. OEN SOLO BARU selama bulan April sampai dengan bulan Juni 2013 sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah pemeriksaan laboratorium di RS Dr. OEN SOLO BARU bulan April sampai dengan bulan Juni 2013 Keterangan alat
Kimia Hematologi Imuno serologi Lain-lain Total
Jumlah pemeriksaan Rawat Inap 11.881 7.732 2.586 223 22.422
Jumlah pemeriksaan Rawat Jalan 2.785 1.880 1.514 189 6.368
Total pemeriksaan
% dari total pemeriksaan
14.666 9.612 4.100 412 28.790
50,9 33,4 14,2 1,4 100,0
Jumlah pemeriksaan terbanyak selama bulan April 2013 sampai dengan bulan Juni 2013 adalah pemeriksaan dengan memakai alat Kimia yaitu sebesar 50,9 % (Tabel 1). Setiap alat saat melaksanakan pemeriksaan mempunyai lama waktu proses kerja yang berbeda. Lama waktu proses kerja alat kimia adalah rata-
3
rata 18 menit, alat hematologi rata-rata 2 menit, alat imuno serologi berkisar antara 20 menit sampai dengan 90 menit tergantung jenis pemeriksaan, alat urinalisa rata-rata 1,5 menit dan alat elektrolit rata-rata < 5 menit (tabel 2). Tabel 2. Lama waktu proses kerja alat pemeriksaan laboratorium Nama alat Lama waktu Keterangan proses kerja Alat Kimia ± 18 menit Untuk semua jenis pemeriksaan Alat Hematologi ± 2 menit Untuk semua jenis pemeriksaan Alat Imuno 20 menit s/d 90 Tergantung jenis pemeriksaan, mis: serologi menit lama pemeriksaan troponin/fT4 = 20 menit, Hbsag = 60 menit, TsHs = 90 menit Alat Urinalisa ± 1,5 menit Untuk semua jenis pemeriksaan Alat Elektrolit < 5 menit Untuk semua jenis pemeriksaan 2. Dampak hasil pemeriksaan laboratorium
Penundaan waktu tunggu pemeriksaan keluhan para pengguna
menyebabkan munculnya
hasil pemeriksaan laboratorium (Hawkins, 2007).
Sebagai contoh, survei kepuasan yang dilakukan di Advocate Good Shepherd Hospital tahun 2008 menyimpulkan bahwa hasil tingkat kepuasan terhadap waktu tunggu pemeriksaan di laboratorium hanya berkisar antara 50 % sampai dengan 60 % (American Hospital Association, 2008). Dalam pengamatan di 11 rumah sakit komunitas di Amerika diperoleh hubungan langsung antara peningkatan kinerja laboratorium dalam hal perbaikan waktu tunggu pemeriksaan dengan penurunan lama rawat pasien di ruang gawat darurat. Penurunan waktu tunggu pemeriksaan laboratorium sebesar 9,5% berdampak pada penurunan waktu tunggu di ruang gawat darurat sebesar 21,9% yaitu dari 4,1 jam menjadi 3,2 jam, bahkan penurunan waktu tunggu dapat berdampak lebih lanjut pada penurunan lama rawat mondok (Holland et al.,2005). Dampak otomatisasi pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh American Society for Clinical Pathology dengan memakai data rata-rata waktu tunggu bulanan di departemen Gawat Darurat the OU Medical Center
4
(Oklahoma City) pada tahun 2003-2004 menunjukkan adanya hubungan sebelum dilakukan otomatisasi dengan setelah dilakukan otomatisasi yaitu tingginya Length of Stay departemen Gawat Darurat dipengaruhi oleh tingginya hasil persentase outlier bulanan pemeriksaan potasium dan troponin, setelah dilakukan otomatisasi terjadi penurunan persentase outlier bulanan pemeriksaan potasium dan troponin yang memberi dampak pada penurunan Length of Stay departemen Gawat Darurat yaitu sebelum otomatisasi outlier potassium sebesar 18% outlier troponin sebesar 29% setelah otomatisasi outlier potassium menjadi 5% outlier troponin menjadi 9% (Holland et al., 2006).
3. Risiko misdiagnosis, error dan tertundanya terapi
Tertundanya hasil pemeriksaan laboratorium yang disampaikan kepada klinisi menyebabkan klinisi bekerja tidak efisien, mengacaukan rencana kerja yang sudah dibuat serta meningkatkan risiko pada pasien akibat keterlambatan pemberian/pelaksanaan terapi (Quinn et al., 2005). Penelitian atas dampak keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium pada pemberian/pelaksanaan terapi telah dilakukan oleh Quinn et al (2005) yaitu: 1. Keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium menyebabkan klinisi memformulasikan perawatan sementara bagi pasien dan akan dilanjutkan saat hasil pemeriksaan laboratorium telah tersedia. 2. Keterlambatan klinisi mengambil keputusan meningkatkan jumlah waktu ketidakpastian keadaan pasien seperti meningkatnya risiko terjadinya adverse events. Attarian (2008) menjelaskan definisi Adverse Events seperti yang diberikan oleh American Association of Orthopaedic Surgeons adalah sesuatu yang menyebabkan cedera/luka kepada pasien sebagai hasil intervensi medis bukan karena kondisi medis pasien itu sendiri yang timbul akibat dari setiap aspek manajemen kesehatan seperti kegagalan sistem , sumber-sumber daya
5
yang tidak memadai, kesalahan sumber daya manusianya, komunikasi yang buruk. Adverse Events dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mendiagnosis, kegagalan
untuk
keterlambatan
mendiagnosis,
memberi
perawatan,
keterlambatan kegagalan
mendiagnosis
atau
menindak-lanjuti
hasil
sebelumnya. Dalam laporan The Federal Agency for Healthcare Research and Quality pada tahun 2009 di Amerika tercatat bahwa sebanyak 28% dari 583 kesalahan diagnostik yang dilaporkan anonim oleh para dokter mengancam hidup, menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian. Sebuah publikasi dalam jurnal BMJ Quality & Safety menyajikan data bahwa kesalahan diagnostik yang fatal di Unit Pelayanan Intensive di
Amerika Serikat
menyebabkan 40.500 kematian akibat Kanker Payudara setiap tahun (Boodman, 2013). Hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat membantu klinisi cepat pula menegakkan diagnosa dan menentukan terapi.
B. Perumusan Masalah
Apakah waktu tunggu pemeriksaan laboratorium mempunyai pengaruh terhadap keputusan terapi pada pasien Rawat Inap di RS Dr. OEN SOLO BARU?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: mengevaluasi pengaruh waktu tunggu pemeriksaan laboratotium terhadap keputusan terapi pada pasien Rawat Inap di RS Dr. OEN SOLO BARU.
Tujuan khusus: 1. Menganalisis waktu proses plebotomi di ruang perawatan sampai hasil pemeriksaan laboratorium selesai diverifikasi dan diotorisasi.
6
2. Mengukur dan menganalisis waktu saat tahap hasil pemeriksaan laboratorium sudah selesai diverifikasi dan diotorisasi sampai dikirim ke ruang perawatan. 3. Mengukur dan menganalisis waktu
saat tahap hasil pemeriksaan
laboratorium sudah diterima di ruang perawatan sampai dokter yang merawat memberi terapi. 4. Mengevaluasi sikap kerja laboran saat melaksanakan pemeriksaan laboratorium. 5. Mengevaluasi gangguan-gangguan yang terjadi selama proses pemeriksaan di laboratorium seperti suara alarm yang berasal dari alat, panggilan tilpon dan percakapan tatap muka yang berpengaruh pada Lead Time pemeriksaan laboratorium.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberi bukti tentang pengaruh waktu tunggu pemeriksaan laboratotium terhadap keputusan terapi pada pasien Rawat Inap di RS Dr. OEN SOLO BARU. 2. Meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien Rawat Inap.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan oleh GE Healthcare di Brigham and Women’s Hospital pada tahun 2008 memakai pendekatan metode LEAN yaitu perbaikan pada tahap proses plebotomi, perbaikan alur kerja penanganan sampel, pengaturan kembali penetapan pekerjaan para laboran, menata ulang layout dan penempatan kembali peralatan guna mengefisienkan jarak . Sasaran waktu tunggu pada proses plebotomi setelah perbaikan adalah < 10 menit . Hasil perbaikan dengan cara menyederhanakan proses plebotomi mampu
7
menurunkan waktu tunggu proses plebotomi dari 14 - 17 menit menjadi hanya 4 – 5 menit saja. Perbaikan ini meningkatkan kepuasan pasien pada tahap plebotomi sebesar lebih dari 20%. Perbaikan waktu proses pemeriksaan juga meningkat misal dalam pemeriksaan potassium rata-rata waktu pemeriksaan sebelum memakai pendekatan metode LEAN adalah 57 menit, setelah perbaikan menjadi 43 menit, terdapat penurunan waktu pemeriksaan sebesar 24,6% (GE Healthcare, 2008). Penelitian tentang hubungan lama waktu pemeriksaan laboratorium dan waktu tunggu pasien di departemen Gawat Darurat juga sudah dilakukan oleh American Society for Clinical Pathology pada tahun 2003 – 2004 dengan memakai data dari 11 Rumah Sakit. Jenis pemeriksaan yang umum digunakan untuk pasien di departemen Gawat Darurat meliputi pemeriksaan Darah Lengkap, Elektrolit, Penanda Jantung dan Urinalisa. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan langsung dan berarti antara perbaikan waktu tunggu pemeriksaan laboratorium dengan pengurangan waktu tunggu pasien di departemen Gawat Darurat yaitu pengurangan waktu tunggu pemeriksaan laboratorium sebesar 9,5% menurunkan waktu tunggu pasien di departemen Gawat Darurat sebesar 21,9% dari 4,1 jam menjadi 3,2 jam (Holland et al., 2005). Penelitian tentang dampak otomatisasi pemeriksaan laboratorium telah dilakukan oleh American Society for Clinical Pathology dengan memakai data rata-rata waktu tunggu bulanan di the OU Medical Center (Oklahoma City) pada tahun 2003-2004. Monitoring dilakukan atas waktu tunggu hasil pemeriksaan potassium dan troponin pasien-pasien dari departemen Gawat Darurat dan waktu tunggu hasil pemeriksaan rutin potasium, troponin dan tirotropin secara umum. Hasil penelitian sebelum dilakukan otomatisasi tingginya Length of Stay departemen Gawat Darurat dipengaruhi oleh tingginya hasil persentase outlier bulanan pemeriksaan potasium dan troponin, setelah dilakukan otomatisasi terjadi penurunan persentase outlier bulanan pemeriksaan potasium sebesar 13% yaitu dari 18% menjadi 5% dan troponin
8
sebesar 20% yaitu dari 29% menjadi 9% serta menurunkan Length of Stay departemen Gawat Darurat . (Holland et al., 2005). Penelitian tentang upaya untuk mengurangi keterlambatan waktu tunggu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium di ICU telah dilaksanakan oleh Goyal (2014) yaitu dengan memakai prinsip just-in-time (JIT) dengan cara menghilangkan tahap dan kegiatan dalam proses yang tidak memberi nilai tambah (seperti meniadakan: print hasil pemeriksaan oleh laboran, melaporkan hasil pemeriksaan ke dokter oleh perawat ICU), melaksanakan otomatisasi dan memperbaiki alur kerja. Penelitian dilakukan terhadap beberapa jenis pemeriksaan diantaranya Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT). Keterlambatan waktu penyampaian hasil pemeriksaan PT atau PTT dapat dikurangi sebesar lebih dari 50% yaitu dari rata-rata 95 sampai 173 menit menjadi 54 menit (Goyal, 2014). Penelitian
tentang
pengaruh
keterlambatan
hasil
pemeriksaan
laboratorium pada pemberian/pelaksanaan terapi telah dilakukan oleh Quinn et al (2005) yaitu: 1. Keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium menyebabkan klinisi memformulasikan perawatan sementara pasien dan akan dilanjutkan saat hasil pemeriksaan laboratorium telah tersedia. 2. Keterlambatan klinisi mengambil keputusan meningkatkan jumlah waktu ketidakpastian keadaan pasien seperti meningkatnya risiko terjadinya adverse events. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah pengamatan tentang pengaruh waktu tunggu pemeriksaan laboratorium terhadap keputusan terapi pada pasien Rawat Inap dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada waktu tunggu pemeriksaan laboratorium.