BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Masalah Kebebasan pers ditandai dengan UU Pers No. 40 Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 1, ayat 1). Dalam pasal 2 juga disebutkan bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. UU Pers No. 40 Tahun 1999 juga mengatur mengenai fungsi pers yang tertuang dalam Pasal 3 Ayat 1, antara lain : 1. Media informasi Seperti yang diutarakan oleh Mitchell Stephens1manusia membutuhkan berita karena naluri dasar, yang disebut sebagai naluri kesadaran (Kovack, 2006:16). Mereka perlu mengetahui apa yang terjadi dibalik bukit, untuk menyadari kejadian-kejadian di luar pengalaman mereka. Dan masyarakat bisa mendapatkan informasi-informasi tersebut melalui media massa. 2. Media Pendidikan Dalam naluri kesadaran yang dicetuskan oleh Mitchell Stephens juga mengungkapkan bahwapengetahuan tentang sesuatu dapat memberikan rasa aman, dan membuat masyarakat bisa merencanakan dan mengatur hidup mereka. Saling tukar informasi
1
Michell Stephens adalah seorang sejarahwan yang mempelajari fungsi berita dalam kehidupan manusia. Stephens juga yang mencetuskan wacana Naluri Kesadaran.
1
inilah yang menjadikan masyarakat menciptakan komunitas, membuat ikatan antar manusia. Misalnya saja sebuah surat kabar mengangkat peristiwa Tsunami di Jepang sebagai headline-nya, dengan berita yang ditayangkan tersebut, masyarakat Indonesia dapat mengetahui penyebab Tsunami dan belajar mengenai cara penanggulangannya, jika ada Tsunami suatu saat nanti. 3. Media Hiburan Pers sebagai bagian dari media massa tentunya tidak terlepas dari unsur entertaint atau hiburan. Unsur ini, menjadi salah satu bagian yang dapat menjadi daya tarik khalayak untuk memilih dan menggunakan media tersebut. 4. Kontrol Sosial Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial pada kebijakan pemerintah, bagan, maupun fenomena yang terjadi di masyarakat. Hal faktual yang memperlihatkan fungsi Pers sebagai alat kontrol sosial adalah berbagai produksi pers yang secara terus menerus memberitakan dan mengawal kasus korupsi yang dilakukan oleh elit politik.
Lepas dari bayang-bayang pembredelan dan pencekalan , dengan adanya peraturan tersebut, jumlah penerbitan menjamur tapi juga tak terlepas dengan adanya siklus pasang surut. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Pers pada 23 September 1999 (Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, 2006:1) jumlah penerbitan media massa di Indonesia seperti surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin mencapai 1.678 naik drastis dari tahun 1997 yang hanya berjumlah 289. Dengan banyaknya jumlah penerbitan surat kabar, persaingan untuk memperoleh perhatian pasar semakin meruncing. Dinamika pers mulai terlihat karena tidak sedikit media cetak yang gulung tikar karena tidak dapat menghadapi persaingan. Kemudian pada penghujung tahun 2001,
2
dewan pers mencatat hanya ada sebanyak 564 media massa cetak terbit di Indonesia (Sudarman, 2008:2). Namun jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Optimisme pertumbuhan surat kabar tersebut juga disampaikan oleh Timothy Balding2, CEO Asosiasi Surat Kabar Dunia (World Association of Newspapers), ada peningkatan bisnis media koran di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Utara. Pada tahun 2011, sirkulasi koran meningkat 2,3% , dan dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan sirkulasi koran naik 9,48%. Di Asia Tenggara, selama kurun waktu lima tahun terakhir Malaysia mengalami pertumbuhan penjualan surat kabar sebesar 19,97%, Singapura 0,48%, dan Indonesia 15,45%%. Dalam perkembangannya media massa kini tidak berfokus pada bagaimana media merubah sikap dan perilaku khalayak, tapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalak (Effendy, 2000:289). Kovack dan Rosenstiel dalam bukunya Sembilan Elemen Jurnalisme juga menerangkan bahwa pers harus mengusung tujuan utama jurnalisme, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup bebas dan mengatur dirinya sendiri (Kovack, 2006:12). Hubungan antara khalayak dan informasi yang ditayangkan oleh media kemudian disebut Dave Burgin3 sebagai sebuah keterkaitan publik. Menurutnya, hanya 15 persen pembaca saja yang mau membaca pun satu laporan disebuah surat kabar. “Tugas anda adalah memastikan tiap halaman memiliki beragam kisah yang cocok sehingga tiap orang ingin membaca salah satunya”(Kovack, 2006:25) 2
Data stastistik pertumbuhan surat kabar pada tahun 2011 yang disampaikan Timothy Bandling saat menyampaikan laporan pertumbuhan persurat kabaran dunia dalam http://chabelita.biz/prospek-bisnis-surat-kabar-saat-ini/ (Diunduh pada 18 Januari 2013 pukul 13:28) 3 Dave burgin adalah seorang wartawan yang telah menjadi redaktur di berbagai Surat Kabar di Florida. Ia juga menjadi atasan dan yang mengajari Rosenstiel menata halaman surat kabar saat di Peninsula Times Tribun, Palo Alto Carlivornia pada 1980-1982.
3
Untuk menjawab kebutuhan para pembaca tersebut, maka media surat kabar membuat berbagai macam rubrikasi yang berisi tentang berbagai ragam informasi. Selain itu, rubrikasi memungkinkan pembaca untuk lebih mudah mencari berita sesuai kebutuhannya. Menurut Kamus Komunikasi, rubrik atau rubriek dalam bahasa Belanda adalah ruang pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik politik, ekonomi, pendidikan, dan hiburan. Rubrik juga dapat berarti sebagai alokasi halaman untuk memuat tulisan-tulisan tertentu yang setema. Nama halaman sebagai identitas bahwa halaman tersebut berisikan tulisan-tulisan bertema khusus (Romli, 2005). Jadi, pemilihan tema juga sangat penting, karena merupakan landasan utama dalam menyusun artikel, sebagai bagian dari langkah untuk menyukseskan sebuah rubrik. Definisi tema sendiri beragam, menurut Oxford English Dictionary. Vol II memiliki arti sebagai berikut: The subject of discourse, discussion, conversation, meditation or composition :a. topic ; transf : Asubject treated by action (intead of by discourse, etc) hence, that wich is the couse of or for speciafied action, circumstance or feeling :matter, subject; c. Logie : That which is the subject of though. Div. Logike: The externall is euery Theme, or matter propounded, whereof may be propos’d to the Undestanding to be know. Theme are either Simple or Composed. Every object of our idea is called a theme. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tema merupakan suatu gagasan untuk merumuskan suatu keinginan. Tema juga dapat diartikan sebagai sebuah gagasan dalam sebuah kegiatan yang akan dilakukan.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tema penting dalam sebuah kegiatan reportase, karena tema adalah landasan penulisan dalam menentukan alur tulisan yang akan dikerjakan. Rubrikasi dan tema kemudian harus dipahami tidak semata-mata sebagai persoalan teknis atau prosedur standar dari pembuatan berita.
4
Rubrik sebagai bagian dari produk redaksi membutuhkan manajemen temayang matang agar tulisan yang dibuat tidak melenceng dari visi misi rubrik tersebut. Manajemen atau manaj(ire) berarti memimpin, membimbing, dan mengelola. Menurut George Robert Terry, manajemen adalah suatu proses
khas
yang
terdiri
dari
tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumberdaya
manusia
dan
sumber-sumber
lainnya
(Hasibuan, 2005:2). George R. Terry kemudian membagi fungsi manajemen kedalam empat bagian atau yang sering disebut dengan POAC sebagai bagian yang berbeda yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan erat hubungannya. (Terry dalam Herujito, 2006:3). Planning atau perencanaan adalah proses menentukan langkah-langkah untuk mencapai sebuat tujuan tertentu (What, Who, Why, When. Where, dan How). Kemudian ada Organizing, yang
merupakan
keseluruhan
aktifitas
manajemen
dalam
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Actuating merupakan sebuah tindakan untuk menggerakan sumber daya manusia untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi Controlling adalah kegiatan yang dilakukan oleh para manager, untuk mengawasi dan mengevaluasi hasil. Dan keempat fungsi manajemen George R. Terty tersebut dapat diaplikasikan dalam manajemen pers, khususnya manajemen tema pada tubuh redaksi, dimana dalammanajemen persberfokus kepada bagimana menyiapkan perangkat manajerial usaha pemberitaan.
Manajemen pers adalah
bagaimana sebuah berita
diproduksi dari awal sampai akhir, dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
sampai
evaluasi
(Santana,2005:183).
5
dan
kontrol
hasil
akhirnya
Dalam manajementema, dari segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan adanya fungsi control dalam rubrik,dapat membatasi berita tidak melenceng dari kriteria rubrik, dan sebagai langkah untuk mewujudkan visi dan misi rubrik. Hal tersebut juga berlaku dalam manajemen tema rubrik Akademia Harian Joglosemar. Penulis mengamati bahwa rubrik ini berisi mengenai artikel-artikel, opini, dan informasi bertema khusus, yaitu tema-tema seputar dunia Perguruan Tinggi, rubrik ini juga mengaplikasikan prinsip good journalism4 yang dikenalkan oleh Leonard JR dan Robert G Kaiser (Santana, 2005:4), karena Joglosemar mengajak masyarakat, khususnya para akademisi untuk ikut serta mengungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi pada dunia pendidikan, mengajak berdiskusi dan mengkritisi berbagai fenomena dalam dunia pendidikan dengan membentuk Tim Akademia Joglosemar. Tim Akademia adalah Tim yang dibentuk Harian Joglosemar dengan merangkul para pecinta jurnalistik dari berbagai Universitas di Solo – Yogyakarta – Sukoharjo, dan Salatiga. Tim tersebut yang bertugas untuk mengisi Rubrik Akademia secara bergantian setiap harinya. Hingga September 2012, ada 13 kelompok yang menjadi bagian, yaitu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) , Universitas Slamet Riyadi (Unisri) 1 dan 2, Universitas Bangun Nusantara Sukoharjo (UNIVET) , Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) 1 dan 2 ,Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) , ISI SOLO, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) 1 dan 2, dan Universitas Setia Budi (USB). 4
) Good journalism adalah kegiatan dan produk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis. Berbagai informasi dan gambaran kritis yang terjadi dan disampaikan, mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian merugikan masyarakat, media memberikan sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Sesuatu itu adalah fakta- fakta juga penjelasan dan ruang diskusi, yang menolong banyak orang terhadap sesuatu yang tidak terduga kejadiannya. Masyarakat diajak agresif pada sesuatu yang penting terjadi.
6
Pada setiap bulan atau awal peridode, Asisten Redaktur Akademia membuat jadwal penerbitan, setiap tim rata-rata menulis setiap 2 minggu sekali. Tema yang diangkat tidak terlepas dari dunia Perguruan Tinggi, baik formal maupun Informal. Seperti yang menjadi visi rubrik ini, menggambarkan dinamika Perguruan Tinggi, maka manajemen tema sangat penting, agar tidak terjadi pengulangan tema, tema yang dimunculkan beragam, sehingga dapat mencapai visi rubrik tersebut. Selain itu, dari 13 tim yang bergabung, setiap tim terdiri dari 5-8 anggota, sehingga jumlah personel yang terlibat dalam pembuatan rubrik ini juga banyak. Selain itu, jarak atau lokasi antara redaktur dan Tim Akademia juga jauh, karena berasal dari kota yang berbeda-beda. Ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi redaktur rubrik selaku manager dan para awak Tim Akademia untuk membuat sebuah manajemen redaksional agar kerjasama, manajemen tema dan kegiatan jurnalistik di rubrik Akademia terus berlanjut. Namun, pada penelitian awal yang dilakukan oleh penulis terhadap rubrik ini, pada periode September 2012 Rubrik Akademia mengalami pengulangan tema sebanyak 6 kali. Oleh karena itu, penulis tertarikuntuk meneliti bagaimana manajemen tema Tim Akademia pada Rubrik Akademia, baik dalam manajemen Tim Akademia maupun manajemen Redaktur pada Rubrik Akademia Harian Joglosemar pada periode tersebut. Pemilihan Harian Joglosemar, khusunya Rubrik Akademia dilandasi atas kedekatan penulis dengan Harian Joglosemar, karena penulis sudah tergabung menjadi Tim Akademia UKSW sejak 2009. Dipilihnya bulan September dikarenakan bulan tersebut merupakan awal tahun ajaran baru 2012 / 2013, sehingga banyak kajian yang bisa diangkat mengenai kehidupan bermahasiswa.
7
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah : Bagaimanakah manajemen tema pada Rubrik Akademia Harian Joglosemar Periode September 2012?
3.
Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: Mengetahui manajemen tema pada Rubrik Akademia Harian Joglosemar Periode September 2012.
4.
Manfaat Penelitian 4.1.
Kegunaan Teoritis Sebagai
bahan
pembelajaran
dan
kajian
jurnalistik,
khususnya mengenai manajemen tema surat kabar. 4.2.
Kegunaan Praktis Sebagai bahan pertimbangan dan
evaluasi Tim Akademia
Joglosemar dalam hal manajemen tema pada Rubrik Akademia Harian Joglosemar.
8