BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh dominasi kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya merupakan sederet kota yang mempunyai kegiatan perekonomian yang dinamis. Hal tersebut didukung oleh fungsi masing-masing kota yaitu sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya. (Yosefin A.P, 2005) Yogyakarta adalah kota yang dijuluki sebagai kota pelajar sekaligus wisata. Hal tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang berlangsung. Didukung dengan posisinya yang strategis, karena menjadi daerah tujuan ekonomi dari kota-kota di sekitarnya seperti Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul. Akibatnya, kota Yogyakarta menjadi kawasan pusat kegiatan yang potensial bagi wilayah sekitarnya. Potensi kota Yogyakarta sebagai ibukota dan kota tujuan dari berbagai daerah, mengakibatkan pergerakan barang dan jasa di kota Yogyakarta secara dinamis. Pergerakan tersebut menyebabkan tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi di kota Yogyakarta. Keberadaan lokasi aktivitas ekonomi di kota Yogyakarta tidak lepas dari pertambahan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya tuntunan masyarakat serta kualitas hidup masyarakat.
Untuk itu, masyarakat perlu menyiasati salah satunya dengan cara
melakukan aktivitas ekonomi seperti berdagang , yakni dengan mendirikan berbagai fasilitas ekonomi perdagangan seperti toko, pasar dan warung yang dibutuhkan oleh para konsumen. Dan salah satu fasilitas perdagangan yang dalam beberapa tahun ini mulai terlihat menjamur adalah counter handphone dan pulsa. Hal itu disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan jaman yang membuat masyarakat membutuhkan kemudahan dalam berkomunikasi. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, media komunikasi yang tersedia pun semakin banyak dan semakin canggih. Salah satu media komunikasi yang terus berkembang dan semakin canggih adalah telepon. Telepon adalah alat komunikasi yang memungkinkan seseorang dapat berbicara langsung dengan orang lain walaupun terpisah oleh jarak yang sangat jauh. Saat ini perkembangan telpon sudah sampai pada tingkat pemakaian telepon tanpa kabel / telepon seluler (hand phone). 1
Dalam pengoperasian telepon seluler diperlukan suatu jasa penyelenggara telekomunikasi atau operator. Operator inilah yang nantinya menyediakan jasa dangan sistem yang dimilikinya sehingga penggunaan telepon seluler bisa berfungsi. Operator ini biasanya menyediakan kartu perdana dan voucher isi ulang, sebagai tanda berlangganan sekaligus sebagai nomor identitas dari pemakainya. Di dalam kartu ini selain nomor identitas yang nantinya dipakai sebagai nomor telepon, pemakai juga mendapatkan pulsa sebagai pengganti biaya yang akan digunakan dalam bertelepon. Dari penjelasan di atas melatarbelakangi penulis untuk menganalisis pola persebaran counter-counter handphone dan pulsa di kota Yogyakarta dan menjadikannya sebagai materi dalam pembuatan tugas akhir dengan judul ”Analisis Pola Persebaran Counter Handphone dan Voucher Isi Ulang Di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Persebaran Distribusi Counter AXIS Tahun 2010)”. 2. Perumusan Masalah Kota yang selama ini menjadi pusat kegiatan baik ekonomi, sosial, arus informasi, maupun politik, secara berangsur-angsur akan berkembang. Akibatnya terjadi kegiatan pertukaran barang dan jasa yang diiringi dengan peningkatan jumlah kebutuhan barang dan jasa baik oleh masyarakat setempat maupun oleh para imigran. Hal tersebut dapat berpotensi untuk menimbulkan berbagai aktivitas ekonomi yang diiringi pengkonsentrasian fasilitas ekonomi di pusat kota, termasuk didalamnya adalah usaha counter handphone dan voucher isi ulang. Fenomena persebaran counter yang tidak merata berakibat pada perbedaan harga jual item yang dijual kerena pengaruh keterjangkauan. Hasil observasi menunjukkan bahwa, persebaran counter di Kota Yogyakarta pada umumnya berkembang mengikuti jalur transportasi. Hal semacam ini bila tidak secepatnya dibuat kebijakan yang mengatur pendirian counter tentunya perlahan-lahan akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas pada jalan-jalan di sekitar kawasan perdagangan. Seperti yang terlihat, banyak sekali counter payung yang didirikan di trotoar-trotoar jalan. Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
2
1. Bagaimanakah karakteristik counter handphone dan voucher isi ulang di Kota Yogyakarta? 2. Bagaimanakah pola persebaran counter handphone dan voucher isi ulang yang berkembang di Kota Yogyakarta? 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik counter handphone dan voucher isi ulang. 2. Mengetahui pola persebaran counter handphone dan voucher isi ulang. 4. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai syarat administrasi akademik dalam menyelesaikan Program Sarjana S1 pada Fakultas geografi jurusan Geografi Manusia Universitas Gadjah Mada. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan sumbangan pemikiran dalam ilmu geografi, khususnya yang berkaitan dengan pemusatan suatu lokasi pelayanan dan bagaimana pengaruhya terhadap wilayah sekitarnya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dan berhubungan dengan tema ini. 5. Penelaahan Kepustakaan dan Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian ini dilakukan penelaahan terhadap beberapa teori yang mendukung berjalannya penelitian yaitu: geografi dan konsep interaksi, teori lokasi kegiatan ekonomi, lokasi perdagangan, dan penelitian-penilitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Studi geografi dan konsep interaksi berguna untuk menguraikan masalah penelitian dari sudut pandang geografi. Gagasan mengenai letak persoalan maupun masalah ditinjau dari sudut pandang keruangan dalam sudut pandang yang lebih luas. Dengan studi geografi dan konsep interaksi diharapkan dapat menjelaskan fenomena spatial kegiatan perdagangan yaitu counter handphone dan vocher isi ulang counter dapat berkembang karena adanya lokasi yang strategis dari segi ekonomi. Sedangkan pegertian lokasi perdagangan digunakan untuk mempermudah dalam menentukan batasan terhadap counter yang diteliti. Dalam penelitian didukung pula dengan penelitian yang terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap topik penelitian yaitu analisis Pola Persebaran Counter Handphone dan Voucher Isi Ulang di Kota Yogyakarta. 3
5.1 Geografi Dan Konsep Interaksi Disiplin ilmu geografi dapat diterapkan untuk menganalisis dan mempelajari permasalahan pembangunan. Hali ini berkaitan dengan obyek studi geografi yang dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek studi geografi menurut Bintarto (1988) adalah gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup beserta permasalahannya, yang dapat dipelajari melalui tiga macam pendekatan yaitu: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan analisis yang diterapkan dalam penelitian adalah analisis keruangan. Setiap aktivitas manusia terkait dengan ruang sebagai habitat hidupnya. Ruang dengan berbagai sumber daya yang tersedia di dalamnya menopang kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhannya Whynne-Hammond (1979) mengemukakan adanya tiga elemen analisis dalam keruangan yaitu lokasi, interaksi dan area atau wilayah. Dalam lokasi digambarkan adanya hubungan antara titik-titik kegiatan tersebut dan terbentuknya suatu jaringan yang kompleks yang pada akhirnya terbentuknya hierarki-hierarki kegiatan manusia dalam wilayah yang luas. Pendekatan keruangan atau analisis spasial banyak
diaplikasikan dalam
pelaksanaan program pembangunan yang dikaitkan dengan tiga unsur penting dalam geografi menurut Bintarto (1988), yaitu: 1. Integrasi dari fenomena di permukaan bumi (integration of phenomena the surface of the erath). Dalam hal ini akan dipelajari unit keruangan seperti region atau area. Selain itu juga mengenalisis ruang dilihat dari luas dan sifat wilayah, interaksi antar wilayah, kandungan sumber daya alam, fungsi ruang dan sebagainya. 2. Distribusi atau asosiasi dari berbagai elemen di atas permukaan bumi (distribution or association of element on the surface of the earth). Dalam hal ini akan dideteksi mana daerah yang berpotensi atau tidak berpotensi untuk dijadikan pusat-pusat wilayah, kemudian akan dibahas keterkaitan antar gejala-gejala di dalam suatu ruang dalam membentuk fenomena dan fungsi ruang untuk satu kegunaan tertentu 3. Organisasi dari fenomena di permukaan bumi (the organitation of phenomena on the surface of the earth). Pembahasannya didekatkan pada organisasi atau struktur keruangan (tata ruang) proses perubahannya dilihat dari segi hierarki. 4
Menurut Bintarto (1983), apabila berbicara tentang terjadinya kontak atau hubungan dua wilayah atau lebih dan hasil kontak itu dapat menimbulkan suatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, maka apa yang terjadi diartikan sebagai interaksi. Menurut Rondinelli (1985) bahwa interaksi suatu wilayah tidak hanya sebagai suatu sistem permukiman secara fungsional, tetapi merupakan suatu jaringan interaksi baik sosial, ekonomi dan politik. Interaksi keruangan mencakup pengertian arus manusia (migrasi), arus materi dan energy (transportasi), dan perpindahan (komunikasi). Gejala-gejala tersebut saling berpengaruh dan saling terlibat. Menurut Daldjoeni, 1997, terdapat tiga faktor tipologi untuk menjelaskan interaksi antara dua kawasan, yaitu : 1. Saling melengkapi (complementarity), dalam aktifitas perekonomian mencakup kebutuhan (demand) pada suatu kawasan dan penyediaan (supply) pada kawasan lainnya. 2. Intervensi kesempatan antara (intervening opportunity), merupakan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya interaksi antara dua kawasan karena demand dapat lebih mudah diperoleh pada kawasan ketiga. 3. Kemampuan untuk saling menukar (transferability), mencakup subtitusi suatu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya ketika pengaruh dari hambatan jarak antara dua kawasan diminimalkan oleh kemungkinan interaksi. 5.2 Teori Tempat Pusat (Central Place Theory) Sehubungan dengan tujuan kajian di bidang geografi ekonomi mengenai hukum umum tentang persebaran dan besarnya permukiman yang diterapkan berdasarkan peranan pelayanannya, Christaller mengemukakan 5 asumsi dasar : 1.
Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan maka jarak ke tempat pusat yang inyatakan dalam biaya dan waktu amat penting
2.
Karena konsumen yang memikul ongkos angkutan, maka jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu
3.
Semua konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa menuju ke tempat yang paling dekat tempatnya.
5
4.
Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya, artinya ada hubungan antara besarnya tempat pusat, dan besarnya (luasnya) wilayah pasaran, banyaknya penduduk dan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
5.
Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran dimana penduduknya tersebar merata dan ciri-ciri ekonomisnya sama (besar penghasilan sama). Christaller (dalam Daldjoeni, 1997) dengan teorinya mengemukakan tiga jenis
struktur yang isinya sebagai berikut: a. Asas pasar atau Market Optimising Principle (K3) Struktur dari permukiman-permukiman kota akan mempengaruhi para konsumen untuk sedekat mungkin dengan setiap aras dari hierarki. Dengan cara ini, perjalanan mereka menjadi diminimkan. Tetapi pola yang diciptakan oleh asas dasar optimal ini responsif terhadap permintaan barang dan jasa yang artinya tidak effisien untuk jaringan transportasi, karena rute-rute yang menghubungkan dengan pusatpusat dari tungkatatas melewati pusat-pusat tingkat bawah. Penjelasannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Market Optimizing Principle
A, B dan C adalah permukiman dengan bentuk yang sama. X adalah suatu permukiman dari arah yang di bawahnya. A melayani enam permukiman yang lebih kecil, masing-masing memilih menggunakan tiga permukiman yang lebih besar. Jadi rata-rata 1/3 dari setiap permukman kecil memanfaatkan permukiman besar. A akan melayani 1/3 dari enam permukiman, ditambah dengan wilayah pasarnya sendiri yang beraras rendah, yang sama dengan tiga permukiman kecil. Karena keterangan diatas diterapkan untuk jual beli barang dan jasa, maka Cristaller menyebutnya Market Principle. b. Asas Pengangkutan atau Traffic Optimizing Principle (K4) 6
Dalam asas pengangkutan, jaringan lebih efisien, karena rute-rute yang menghubungkan dengan pusat-pusat dari tingkat atas melewati (menerobos) pusatpusat tingkat bawah. Sebenarnya tempat-tempat pusat tidak hanya menyajikan barang dan jasa bagi pribadi. Tempat-tempat tersebut juga mengandung fungsi seperti menyajikan pendidikan, hiburan bagi umum seperti tempat seni, taman, perpustakaan dan sebagainya. Dalam asa lalu-lintas optimal ini terdapat sistem K=4.
Gambar 2. Traffic Optomizing Principle
Traffic Principle dapat diterapkan pada wilayah-wilayah dimana ongkos transportasinya penting. Di situ jumlah permukiman yang melayani sebagai central place akan menurun tingkatannya dari 1, 4, 16, 64 dan seterusnya. Sedang hinterland yang heksagonal akan tersusun begitu rupa sehingga memaksimalkan jumlah permukiman di sepanjang garis lurus, sambil memberikan fasiltas gerak. c. Asas Pemerintahan atau Administration Optimizing Principle (K7) Christaller di sini mennjukkan bahwa pola permukiman tersusun begitu rupa sehinga setiap tempat bertingkat bawah terdapat di dalam batas-batas wilayah dari tempat pusat tingkat bawah. Tidaklah umum jika tempat-tempat pusat tingkat bawah, diluar dari batas-batas tempat-tempat pusat tingkat atas, karena hal ini akan menyulitkan tata kerja pemerintahan daerah. Dalam asas pemerintahan ini terdapat sistem K=7
Gambar 3. Administrative Optimizing Principle
Administration Principle dapat diterapkan pada wilayah-wilayah dimana sistem pemerintahan pusatnya telah maju. Dimana wilayah-wilayah pasaran akan 7
disusun begitu rupa sehinga jumlah permukiman yang tergantung di setiap central place dapat di maksimalkan. Ini akan mengurangi loyalitas yang ada sehingga suatu permukiman kecil diatur oleh permukiman lainnya yang lebih besar. 5.3 Teori Lokasi Kegiatan Ekonomi Teori ini dikemukakan oleh Hoover (1948), dimana teori ini muncul sebagai kritik dan sekaligus penghalus terhadap teori Weber tentang lokasi industri. Teori Weber mempunyai
tujuan utama untuk menemukan lokasi
optimalnya, bagi
setiap
pabrik/industri secara ekonomis. Hal ini merupakan prinsip least cost location, berdasarkan prinsip tersebut Hoover mengemukakan teori lokasi kegiatan ekonomis dimana yang menjadi dasar dalam teori Hoover yakni menyangkut biaya transport itu sendiri menuruti tangga per unit jarak di sepanjang pengangkutannya. Aspek lain yang penting dalam teori Hoover adalah transhipment point sebagai tempat dimana biaya transport paling rendah. Aktivitas ekonomi tidak akan lepas dari pemilihan lokasi untuk melakukan aktivitasnya. Para pelaku aktivitas ekonomi tersebut, dalam setiap lokasi tentunya mempunyai pertimbangan yang dapat mendukung aktivitasnya. Lokasi mempunyai peran penting bagi pelaku aktivitas ekonomi, karena dengan lokasi yang terbuka akan mempunyai tingkat aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas tinggi, identik dengan mobilitas yang tinggi pula, sehingga daerah yang mempunyai tingkat akses tinggi cenderung mempunyai perkembangan yang cukup pesat. Lokasi di pinggir jalan utama sering dijadikan tempat yang dijadikan orientasi bagi para pedagang karena mudah dikenal konsumen dan mudah digunakan untuk bongkar muat barang dagangan. Pemilihan lokasi pada jalur transportasi utama yang mempunyai pusat keramaian akan mendukung aktivitas ekonomi, yaitu dalam hal menarik konsumen. Sepanjang pusat keramaian merupakan tempat terbuka, sehingga akan mudah diketahui konsumen dan menarik konsumen (Abidin,1989). Perkembangan tempat-tempat pusat sentral sangat tergantung pada tingkat konsumsi masyarakat atau daya beli masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi menurut Christaller adalah :
8
1. Faktor penduduk (distribusi, pendapatan, dan strukturnya) 2. Adanya permintaan dan penawaran serta harga barang 3. Kondisi geografis wilayah dan ketersediaan sarana dan prasarana. 5.4 Lokasi Perdagangan Toko Perdagangan merupakan aktivitas jual beli antara produsen dengan konsumen di dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang dilakukan pada tempat-tempat yang memiiki fasilitas perdagangan seperti pertokoan, warung, kios dan pasar (Hidayat, 1987). Menurut Hidayat terdapat 5 lokasi kegiatan perdagangan yaitu : 1. Pusat perbelanjaan 2. Pusat pertokoan 3. Toko serba ada 4. Pedagang kaki lima 5. Kawasan perumahan 5.5 Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan dijadikan penulis sebagai acuan dalam penyusunan tugas akhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Penelitian Relevan yang Pernah Dilakukan Peneliti/Judul/Tahun
Daerah
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Untuk Mengatahui:
Persebaran toko di
Penelitian 1.Yosefin Atik Purtanti
Kota Purwokerto
Mengetahui intensitas
judul : “Pola
Persebaran Toko
Implikasinya
dan
terhadap
peruntukan fungsi ruang di Kota Purwokerto” 2005
kota
Purwokerto
dan pola persebaran
membentuk
toko
Linier
di
kota
Purwokerto Mengetahui
pola
mengikuti
jalur jalan kaitan
Semakin jauh dari
antara pola persebaran
pusat
toko
intensitas kepadatan
peruntukan
dengan fungsi
ruang kota Purwokerto Mengetahui implikasi
kota
toko
maka
semakin
rendah Pola
persebaran
pola persebaran toko
toko sesuai dengan
dengan kebijakan tata
peruntukan
ruang kota Purwokerto
ruang
fungsi kota
9
Purwokerto
2. Niken Larasati
Kota Yogyakarta
judul :
Mengetahui
pola
yang terbentuk dari
“Analisis
pola
persebaran
persebaran
toko
bisnis jual beli computer yang
computer
yang
termuat dalam iklan surat
memuat
iklan
kabar
dalam
harian
kedaulatan
kedaulatan
rakyat di kota Yogyakarta dan
rakyat dari tahun
sekitarnya ( periode 2005-
2005-2007 di kota
2007)”
Yogyakarta
2009
sekitarnya
dan
Mengetahui
tren
perkembangan spasial persebaran keruangan
bisnis
computer
(toko
computer) di kota Yogyakarta
dan
sekitarnya berdasarkan
iklan
di SKH Kedaulatan Rakyat
periode
tahun 2005-2007
6. Kerangka Pemikiran Perkembangan kota tidak akan terlepas dari kegiatan perekonomian wilayahnya dan sebagai konsekuensinya akan tumbuh berbagai macam aktifitas ekonomi dalam hal ini seperti counter handphone dan voucher isi ulang. Dalam perkembangannya banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan counter.
10
Di Kota Yogyakarta perkembangan bisnis jual beli handphone dan voucher isi ulang sangat pesat hal ini dibuktikan dengan banyak counter-counter bermunculan. Salah satu hal yang menyebabkan menjamurnya bisnis ini adalah banyak para pelaku bisnis menganggap bahwa bisnis ini dirasa menjanjikan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, karena bisnis ini bersifat jangka panjang. Karena di era perkembangan teknologi pada saat ini, kebutuhan akan suatu alat komunikasi semakin tinggi, dimana saat ini masyarakat berfikir bahwa alat komunikasi berupa handphone bukanlah barang yang mewah, bahkan cenderung menjadi kebutuhan primer. Untuk itu hal ini dianggap suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan bisnis jual beli handphone dan voucher isi ulang dengan mendirikan ruang sebagai tempat bertransaksi jual beli yaitu yang disebut dengan counter. Dalam perkembangannya counter-counter di Kota Yogyakarta menyebar di wilayah dengan tingkat keramaian yang tinggi dengan didukung ketersediaan fasilitas pelayanan umum yang baik, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi, komunikasi dan hiburan. Seperti di Kecamatan Umbulharjo dimana merupakan Kecamatan dengan luas wilayah terluas diantara Kecamatan yang ada di Yogyakarta, yang didalamnya terdapat Sekolah, Kampus, Rumah Sakit, Terminal dan Pasar. Ketersediaan fasilitas pelayan tersebut yang mempengaruhi meningkatnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut, salah satunya adalah aktivitas ekonomi dalam hal jual beli handphone dan voucher isi ulang. Hal ini di buktikan dengan banyak bermunculan tempat-tempat yang memperdagangkan handphone dan voucher isi ulang, yang sering disebut dengan counter. Counter-counter yang tersebar di Kota Yogyakarta memiliki karakteristik ukuran, kelas jalan, tipe jalan, pemilihan area bisnis dan jenis tempat usaha. Dari keterangan di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut: Kerangka Pemikiran
Karaktristik Counter Handphone dan Voucher isi ulang menurut : 1. Ukuran Counter 2. Kelas Jalan 3. Tipe Lokasi Counter 4. Pemilihan Area Bisnis 5. Jenis Tempat Usaha
Counter Handphone dan Voucher isi ulang Kota Yogyakarta
Persebaran
Pola Persebaran 11
7. Hipotesis Hipotesis yang digunakan sebagai pendugaan awal dari hasil penelitian. Hipotesis dari penilitian ini dapat disusun sebagai berikut : 1. Karakteristik counter handphone dan voucher isi ulang yang didirikan di Kota Yogyakarta cenderung bervariasi tergantung pada pelaku usahanya (Owner). 2. Pola persebaran counter handphone dan voucher isi ulang di Kota Yogyakarta cenderung menyebar. 8. Batasan Operasional Adapun uraian penelitian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Aktivitas ekonomi merupakan kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan tujuan untuk memperoeh penghasilan. Dalam penelitian ini aktivitas ekonomi yang digunakan adalah sector perdagangan yaitu toko (Counter), Andayani, 2001 Ukuran adalah alat yang digunakan sebagai faktor untuk menyatakan kuantiti bagi sesuatu sifat. Penyebaran merupakan proses, perbuatan, cara menyebar (kan); tersebarnya barang dan jasa oleh penjual melalui aktivitas pemasaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Pola merupakan bentuk atau perulangan fenomena atau gejala perulangan bentuk dari persebaran toko (counter), Bintarto, 1983. Pola persebaran merupakan sifat susunan agihan dalam kaitannya antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu wilayah (Bintarto, 1983). Wilayah atau daerah merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative dan atau fungsional (Bintarto, 1983). Counter merupakan tempat terjadinya proses jual beli khususnya handphone dan voucher isi ulang. Dalam penelitian ini penulis mengidentikan counter dengan toko. Handphone adalah alat komunikasi yang memungkinkan seseorang dapat berbicara langsung dengan orang lain walaupun terpisah oleh jarak yang sangat jauh tanpa menggunakan kabel. (Basrodin, 2006) Voucher merupakan kupon yang dapat ditukarkan dengan barang pada perusahaan atau toko yang mengeluarkan voucher tersebut. (Basrodin ,2006) 12
Kios
merupakan tempat berlangsungnya proses jual beli hp dan voucher yang berupa bangunan yang sifatnya permanen dan berukuran kecil.
Lapak merupakan tempat berlangsungnya proses jual beli hp dan voucher yang biasanya berupa bangunan semi permanen , payung atau tenda. Owner atau pemilik adalah seseorang yang memiliki pekerjaan yang di berikan kepada orang lain yang dinilai mampu untuk mengerjakannya
13