BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia
dan
merupakan
penyakit
kronis
pada
sistem
respirasi tersering pada anak (GINA, 2009). Dalam 20 tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa prevalensi asma pada anak-anak mengalami peningkatan (Nantanda, et al., 2013). Di dunia, 8,9 juta anak didiagnosis asma, dan
4,2
kurang
juta dari
kumulatif (Leung,
anak 12
asma
2007).
mengalami bulan.
pada
anak
Sebuah
serangan asma
(Leung, usia
analisis
4
2007). tahun
pada
usia
Prevalensi
mencapai
retrospektif
pada
22% 49
pasien asma anak-anak berusia 2 bulan sampai 16 tahun di unit perawatan intensif anak selama 10 tahun menunjukkan bahwa
75%
diantaranya
berusia
kurang
dari
6
tahun
(Paret, 1998). Penelitian serupa yang dilakukan di unit perawatan intensif anak di Uganda menunjukkan 75% dari seluruh
pasien
asma
di
(Nantanda, et al., 2013).
PICU
berusia
0-59
bulan
Asma
merupakan
inflamasi
kronis
pada
saluran
pernapasan yang kompleks dan ditandai dengan bermacam gejala yang sifatnya rekuren (Leung, 2007). anak
di
bawah
5
inflamasi
kronis
pernapasan
yang
tahun
diartikan
dengan
Asma pada
sebagai
kelainan
hiperreaktifitas
saluran
menyebabkan
batuk,
mengi
berulang,
kesulitan bernapas, dan rasa sesak di dada yang biasanya muncul pada malam dan/atau pagi hari. Baku emas asma adalah
pemeriksaan
pemeriksaan
ini
uji
fungsi
masih
sulit
paru,
akan
dilakukan
tetapi
pada
anak,
khususnya pada anak prasekolah dan pada bayi. Hal ini merupakan salah satu masalah dalam penegakan diagnosis asma pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Berdasarkan guideline
World
Health
Integrated
Management
of
Organization Childhood
(WHO)
Illness
pada (IMCI),
diagnosis asma ditegakkan berdasarkan adanya mengi yang terdengar. Akan tetapi, mengi memiliki sensitivitas yang rendah
untuk
diagnosis
asma
terutama
pada
anak-anak
(Nantanda, et al., 2013). Batuk bawah
5
dan
tahun,
mengi tetapi
sering
ditemukan
sebagian
besar
pada terjadi
anak
di
secara
normal (Bush, 2007). Mengi dapat berlanjut hingga usia sekolah kemudian sebagian akan terdiagnosis asma pada usia diatas 5 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya
kesulitan menjadi
untuk asma
membedakan
atau
mengi
tidak.
yang
akan
Pemeriksaan
berlanjut
patologi
pada
saluran pernapasan dapat membantu mengetahui mekanisme dasar yang terjadi pada bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun
dengan
mengi.
Namun,
pemeriksaan
ini
merupakan
tindakan invasif sehingga tidak dilakukan pada praktek sehari-hari (Saglani et al., 2003). Pada anak di bawah 5 tahun, percobaan terapi asma pada gejala batuk dan mengi dapat dilakukan untuk mendiagnosis asma, akan tetapi hal tersebut
dapat
menjadi
overdiagnosis
untuk
asma
pada
anak dengan usia kurang dari 5 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Diagnosis asma pada anak umur kurang dari 5 tahun sulit
ditegakkan
mempunyai
gejala
ditemukan
pada
dijadikan
pedoman
karena yang
anak
banyak
sama di
untuk
penyakit
lain
yang
asma.
Mengi
yang
tahun,
tidak
bisa
dengan
bawah
5
menegakkan
diagnosis
asma.
Diagnosis asma pada anak di bawah 5 tahun memerlukan penggalian anamnesis yang lebih detail.
Oleh karena
itu, karakteristik demografis dan klinis pada anak umur kurang dari 5 tahun dengan asma di negara berkembang perlu diketahui.
1.3 Tujuan
Mengetahui
karakteristik
demografis
dan
klinis
asma pada anak umur kurang dari 5 tahun di RSUP Dr. Sardjito.
1.4 Keaslian Penelitian
Penelitian
ini
belum
pernah
dilakukan
dengan
populasi pasien anak di RSUP dr. Sardjito, akan tetapi penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebagai berikut: 1. Nantanda,
et
al.,
pada
tahun
2013
menemukan
hubungan asma maternal (AOR 2,4, 95% CI 1,2, 4,6), riwayat alergi pada pasien (AOR 2,6, (95% CI 1,2, 5,4), penggunaan kompor minyak untuk memasak (AOR 3,8, 95% CI 1,2, 13,3), prematuritas (AOR 9,3, 95% CI 1,2, 83,3), dan edukasi pengasuh (AOR 9,1, 95% CI 1,1, 72,8) terhadap kejadian asma pada anak usia kurang dari lima tahun. 2. Bush, Andrew pada tahun 2007 menemukan bahwa batuk dan mengi merupakan gejala yang sering muncul pada anak-anak,
akan
tetapi
kebanyakan
dari
gejala
tersebut tidak menandakan penyakit serius. Sangat
sedikit
pemeriksaan
penunjang
dilakukan, dari hasil anamnesis
yang
perlu
dan pemeriksaan
fisik setidaknya bisa didapatkan satu dari lima kategori penyakit. Dalam komunitas,
batuk tanpa
disertai mengi dan sesak napas jarang didiagnosis sebagai penyakit asma. Terapi profilaksis jangka panjang
menggunakan
kurang
dari
lima
steroid
inhalasi
tahun
tidak
pada
anak
menurunkan
kemungkinan progresi menjadi asma pada saat usia lebih dewasa. 3. Nantanda, et al., pada tahun 2013 meneliti bahwa dari 614 anak, 41,2% (95% CI: 37,3-45,2) mengalami sindrom asma, 27,2% (95% CI: 23,1-30,2) mengalami penumonia akibat infeksi virus, dan 5,1% (95% CI: 3,5-7,1)
mendapat
diagnosis
lain
termasuk
tuberkulosis. Hanya 9,5% anak dengan sindrom asma yang sebelumnya didiagnosis asma. Dari 253 anak dengan
sindrom
asma,
95,3%
(95%
CI:
91,9-97,5)
menerima terapi antibiotik, 87,7% (95% CI: 83,191,5) menerima bronkodilator, dan 43,1% (95% CI: 36,9-49,4) mendapat terapi steroid.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat untuk klinis dan pelayanan masyarakat Diharapkan
penelitian
ini
dapat
membantu
penanganan penyakit asma pada pasien anak-anak karena gejala
klinisnya
sangat
beragam.
Penelitian
ini
diharapkan dapat membantu dokter dalam mengamati gejala klinis yang muncul pada pasien asma terutama anak-anak dan membantu menegakkan diagnosis asma. Dengan tegaknya diagnosis, maka terapi dapat segera diberikan sehingga dapat meringankan beban penderitaan pasien.
1.5.2 Manfaat pengembangan ilmu dan penelitian Diharapkan mengembangkan
dengan ilmu
adanya
penelitian
pengetahuan
ini
mengenai
dapat
penyakit
respirasi pada anak terutama untuk penyakit asma dan menambah
pengetahuan
dan
wawasan
masyarakat
mengenai
penyakit asma dan memajukan ilmu kedokteran serta dapat dijadikan selanjutnya.
bahan
perbandingan
untuk
penelitian