BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan penerimaan terhadap kekerasaan dalam hubungan pacaran. Hasil penelitian ini terdiri dari hasil pengolahan data dan hasil pembahasan penelitian yang berupa hasil uji hipotesis. 4.1 Hasil Pengolahan Data Pada pembahasan hasil pengolahan data, akan ditampilkan hasil dari data kontrol sebagai karakteristik responden (usia, jangka waktu
menjalin
hubungan pacaran, frekuensi kekerasan fisik, dan frekuensi kekerasan psikologis), distribusi skor variabel, dan uji mean antara kecemasan trait dan acceptance of dating violence. 4.1.1 Karakteristik Responden 4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Sebelumnya telah disampaikan pada bab ketiga mengenai karakteristik responden yaitu berusia 18 tahun hingga 22 tahun. Namun kenyataannya pada saat peneliti melakukan uji coba dan penelitian lapangan, responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa muda dengan usia 19 hingga 22 tahun. Karakteristik lainnya ialah perempuan dewasa muda yang mengalami kekerasan dalam hubungan pacaran dan minimal menjalin hubungan dalam jangka waktu 6 bulan. Berikut gambaran frekuensi dan prosentase usia responden:
Tabel 4.1 Gambaran Prosentase Responden Berdasarkan Usia Frekuensi
Prosentase
19
2
4.5%
20
10
22.7%
21
13
29.5%
22
19
43.2%
Total 44 Sumber: Data Penelitian 2012
100.0%
Usia (Tahun)
Dari tabel frekuensi usia, dapat terlihat bahwa pada usia 19 tahun memiliki prosentase terendah yaitu 4.5% yang di dalamnya terdapat 2 responden yang mengalami kekerasan. Untuk usia 20 tahun, terdapat 10 responden yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Pada usia 21 tahun, jumlah responden sebanyak 13 orang yang mengalami kekerasan, dan untuk usia 22 tahun memiliki prosentase yang paling tinggi yaitu 43.2% (19 orang responden) yang mengalami kekerasan dalam pacaran. 4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Waktu Menjalin Hubungan Pacaran Karakteristik responden selanjutnya dilihat berdasarkan jangka waktu menjalin hubungan pacaran. Berikut jumlah dan prosentase responden secara umum berdasarkan karakteristik jangka waktu menjalin hubungan pacaran:
Tabel 4.2 Gambaran Prosentase Responden Berdasarkan Jangka Waktu Menjalin HubunganPacaran Lama Hubungan
Frekuensi
Prosentase
6 bulan-1 tahun
5
11.4%
>1 tahun-2 tahun
15
34.1%
>2 tahun-3 tahun
10
22.7%
>3 tahun-4 tahun
8
18.2%
>4 tahun-5 tahun
6
13.6%
Total 44 Sumber: Data Penelitian 2012
100.0%
Dari 44 responden penelitian, terdapat pembagian untuk jangka waktu menjalin hubungan pacaran dengan rentang waktu 6 bulan. Terdapat 5 orang responden dengan prosentase 11.4% untuk jangka waktu 6 bulan-1 tahun. Selanjutnya untuk jangka waktu >1 tahun-2 tahun, kekerasan dalam pacaran paling banyak terjadi dan dialami oleh 15 orang responden dengan prosentase sebesar 34.1%. Pada jangka waktu hubungan >2 tahun-3 tahun terdapat 10 orang responden yang mengalami kekerasan dalam pacaran. 8 orang responden mengalami kekerasan dalam pacaran pada jangka waktu menjalin hubungan >3 tahun-4 tahun dan 6 orang responden mengalami kekerasan dalam pacaran pada usia hubungan >4 tahun-5 tahun.
4.1.1.3 Deskripsi Frekuensi Kekerasan Psikologis yang Dialami Selain karakteristik usia dan jangka waktu menjalin hubungan, terdapat juga gambaran frekuensi kekerasan psikologis yang dialami oleh responden. Berikut jumlah prosentase responden dilihat dari kekerasan psikologis yang dialami:
Tabel 4.3 Gambaran Frekuensi Kekerasan Psikologis yang Dialami Responden Intensitas
Frekuensi
Prosentase
Tidak Pernah
0
0%
Kekerasan
Kadang-kadang
21
47.7%
Psikologis
Selalu
23
52.3%
Total Sumber: Data Penelitian 2012
44
100.0
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak terdapat korban kekerasan yang tidak pernah mengalami kekerasan psikologis. Semua responden mengalami kekerasan secara psikologis dalam hubungan pacarannya. Namun intensitasnya berbeda. Terdapat 21 responden (47.7%) yang terkadang mengalami kekerasan psikologis dan 23 responden (52.3%) lainnya selalu menjadi korban kekerasan secara psikologis dalam hubungan pacarannya.
4.1.1.4 Deskripsi Frekuensi Kekerasan Fisik yang Dialami Gambaran terakhir pada data kontrol adalah gambaran frekuensi kekerasan fisik yang dialami oleh responden, menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Berikut jumlah prosentase responden dilihat dari kekerasan fisik yang dialami: Tabel 4.4 Gambaran Frekuensi Kekerasan Fisik yang Dialami Responden Intensitas
Frekuensi
Prosentase
Tidak Pernah
12
27.3%
Kekerasan
Kadang-kadang
17
38.6%
Fisik
Selalu
15
34.1%
Total Sumber: Data Penelitian 2012
44
100.0%
Dari tabel di atas terlihat bahwa 12 responden (27.3%) yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik, 17 orang responden yang terkadang mengalami kekerasan fisik (38.6%), dan 15 (34.1%) responden lainnya selalu menjadi korban kekerasan fisik dalam hubungan pacarannya. Dari kedua tabel frekuensi kekerasan psikologis dan kekerasan fisik yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua korban kekerasan mengalami kekerasan fisik namun semua dari korban tersebut mengalami kekerasan psikologis. 4.1.2 Uji Beda Mean Secara keseluruhan, perbedaan mean antara kecemasan trait dan acceptance of dating violenceakan dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Mean N
Mean
Std. Deviation
Kecemasan (Trait)
44
48.34
10.293
Acceptance Of Dating Violence
44
39.15
5.763
Sumber: Data Penelitian 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai mean kecemasan trait pada korban yang mengalami kekerasan cukup besar besar (M=48.34, SD=10.193). Pada nilai mean acceptance of dating violence, responden yang mengalami kekerasan (M=39.15, SD=5.763). 4.1.3 Rentang Perolehan Skor Responden Pada sub bab ini, akan dipaparkan mengenai kategori perolehan skor responden yang akan dibagi ke dalam 2 tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Pembagian rentang perolehan skor diperoleh melalui menghitung nilai mean dari keseluruhan responden. Berikut ini ialah tabel rentang skor untuk kecemasan trait: Tabel 4.6 Rentang Skor Kecemasan Trait Responden
Kecemasan Trait Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Prosentase
Rendah
<48.34
20
45.45%
Tinggi
>48.34
24
54.54%
Sumber: Data Penelitian 2012
Dari tabel di atas, diperoleh rentang skor kecemasan trait responden. Kecemasan trait kategori rendah ialah untuk responden yang memiliki skor <48.34. Responden yang berada dalam kategori kecemasan trait rendah sebanyak 20 responden dengan prosentase 45.45% sedangkan yang termasuk dalam kategori kecemasan trait tinggi ialah responden yang memiliki skor >48.34 yaitu sejumlah 24 responden atau sebanyak 54.54%. Spielberger (2003) membagi tingkatan kecemasan trait menjadi 2 bagian. High T-Anxiety dan Low T-Anxiety. Orang-orang yang termasuk dalam High TAnxiety adalah orang-orang yang pada dasarnya adalah orang-orang yang pencemas yang menggangap sebagian besar situasi yang terjadi dalam kehidupannya sebagai sesuatu yang sangat berbahaya dan mengancam. Mereka sangat perduli terhadap komentar dan kritik orang lain terhadap diri mereka. Sedangkan orang-orang yang mendapatkan skor Low T-Anxiety adalah orang yang merasa cemas karena memang ada situasi dan kondisi eksternal yang membuat mereka merasa terancam. Jadi kecemasan mereka merupakan kecemasan situasional. Kecemasan yang terjadi pada orang-orang yang termasuk dalam Low TAnxiety akan mereda seiring membaiknya situasi. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini, lebih banyak ditemukan responden yang termasuk dalam kategori High T-Anxiety (54.54%). Namun prosentase responden yang termasuk dalam kategori High T-Anxiety dengan Low T-Anxiety tidak jauh berbeda, karena semua responden di dalam penelitian ini mengalami kecemasan. Berikutnya, peneliti akan membahas mengenai preolehan skor responden untuk acceptance of dating violence:
Tabel 4.7 Rentang Skor Acceptance of Dating Violence Responden Acceptance of Dating Violence Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Prosentase
Rendah
<39.16
19
43.18%
Tinggi
>39.16
25
56.81%
Sumber: Data Penelitian 2012
Tabel di atas memaparkan bahwa orang-orang yang memiliki skor <39.16 adalah orang-orang yang memiliki acceptance of
dating violence yang rendah,
artinya mereka sebenarnya tidak terlalu menerima diperlakukan kasar oleh pasangannya dan masih bisa untuk melawan pasangannya. Sedangkan untuk skor >39.16 ialah orang-orang yang memiliki acceptance of dating violence yang tinggi, dimana
mereka
memang
benar-benar
menerima
diperlakukan
kasar
oleh
pasangannya dan tidak mampu melawan. Artinya, dalam penelitian ini terdapat lebih banyak responden yang menerima diperlakukan kasar oleh pasangannya karena mereka termasuk dalam kategori penerimaan yang tinggi (25 orang dengan prosentase 56.81%). Sedangkan yang masuk dalam kategori penerimaan rendah terdapat 19 orang responden (43.18%). 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pada sub-bab hasil pembahasan penelitian, akan ditampilkan hasil uji hipotesis yang menentukan apakah hipotesis penelitian akan diterima atau ditolak. Namun sebelum melakukan hasil uji hipotesis, dilakukan terlebih dahulu uji
normalitas data untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi secara normal atau tidak. 4.2.1 Uji Normalitas Data 4.2.1.1 Variabel Kecemasan Trait Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov.
Berikut
adalah
gambaran
hasil
uji
Kolmogorov-Smirnov alat ukur kecemasan trait: Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kecemasan Trait N
44 a,,b
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most
Extreme
Differences
48.34 10.193
Absolute
.136
Positive
.068
Negative
-.136
Kolmogorov-Smirnov Z
.905
Asymp. Sig. (2-tailed)
.386
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Penelitian 2012
Nilai signifikan (p)>0.05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0.05 menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena nilai signifikan (p) = 0.386>0.05, maka dapat dikatakan penyebaran data untuk alat ukur kecemasan trait
adalah normal. Hal tersebut juga didukung dengan grafik P-P Plot di bawah ini:
Gambar 4.1 P-P Plot Skor Total Kecemasan Trait Sumber: Data Penelitian 2012
Terlihat dari gambar di atas bahwa sebaran data tidak menjauh dari garis, hal terebut mengartikan bahwa data tersebut normal.
4.2.1.2 Variabel Acceptance of Dating Violence Sama halnya variabel kecemasan trait, pada variabel acceptance of dating violence dilakukan juga uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah gambaran hasil uji KolmogorovSmirnov alat ukur penerimaan:
Tabel 4.9 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Acceptance N
44 a,,b
Normal Parameters Most
Extreme
Differences
Mean
39.16
Std. Deviation
5.763
Absolute
.189
Positive
.110
Negative
-.189
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.254 .086
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Penelitian 2012
Nilai signifikan (p)>0.05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0.05 menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena nilai signifikan (p) = 0.086>0.05, maka dapat dikatakan penyebaran data untuk alat ukur acceptance adalah normal. Hal tersebut juga didukung dengan grafik P-P Plot di bawah ini:
Gambar 4.2 P-P Plot Skor Total Acceptance of Dating Violence Sumber: Data Penelitian 2012
Terlihat dari gambar di atas bahwa sebaran data tidak menjauh dari garis, hal terebut mengartikan bahwa data tersebut normal. 4.2.2 Hasil Uji Hipotesis Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, dilakukan uji hipotesis korelasional. Uji korelasional ini menggunakan uji Pearson dikarenakan data yang ada adalah data interval. Di bawah ini terdapat hipotesis penelitian yang akan diuji, dan tabel nilai kasifikasi korelasi yang digunakan untuk melihat kuat tidaknya hubungan dari kedua variable penelitian:
H0
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta.
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta.
Di bawah ini peneliti sajikan tabel klasifikasi nilai korelasi untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel: Tabel 4.10 Klasifikasi nilai korelasi Nilai
Keterangan
>0-0,25
Korelasi Sangat Lemah
>0,25-0.5
Korelasi Cukup
>0,5-0,75
Korelasi Kuat
>0,75-0,99
Korelasi Sangat Kuat
Sumber: Sarwono, 2012.
Berikut merupakan hasil dari uji korelasi Pearson dari data yang telah diolah oleh peneliti:
Tabel 4.11 Nilai Korelasi Pearson Correlations Pearson SkorTotalTrait
Correlation
SkorTotalACC
1
.430
Sig. (2-tailed) N Pearson
SkorTotalACC
SkorTotalTrait
Sig. (2-tailed) N
.004 44
44
**
1
.430
Correlation
**
.004 44
44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data Penelitian 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai korelasi Pearson antara variabel kecemasan trait
dengan variabel acceptance of dating violence
sebesar 0.430. Menurut Sarwono (2012) apabila nilai korelasi (r)>0,05 maka hubungan antara variabel dikatakan kuat dan apabila nilai korelasi (r)<0,05 maka hubungan antara variabel dikatakan lemah. Dari hasil korelasi yang didapatkan adalah korelasi positif antara dua variabel, korelasi yang terjadi dikatakan cukup kuat, dikarenakan nilai (r)>0.05, yaitu 0.430>0.05 yang artinya terdapat hubungan positif antara kedua variabel, yaitu jika kecemasan meningkat maka acceptance of dating violence juga akan meningkat, begitu pula dengan sebaliknya. Sedangkan untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, dilihat dari nilai signifkannya. Apabila nilai signifikan (p)>0.05 maka H0 diterima dan apabila nilai signifikansi (p)<0.05 maka H0 ditolak. Oleh karena nilai signifikansi (p)=0.004<0.05, maka H0 ditolak yang mengartikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan trait dengan acceptance of dating violence pada korban kekerasan dalam pacaran. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ialah terdapat hubungan yang signifikan dengan arah yang positif antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta. Dimana hal tersebut mengartikan bahwa, apabila seseorang individu memiliki tingkat kecemasan trait yang tinggi, maka ia memiliki karakteristik yang menganggap sebagian besar situasi yang terjadi dalam hidupnya sebagai sesuatu yang sangat berbahaya dan mengancam, dan sangat perduli terhadap kritik dan komentar orang lain terhadap diri mereka. Individu tersebut juga termasuk dalam orang-orang yang memiliki tingkat acceptance of dating violence yang tinggi. Dimana mereka menerima diperlakukan kasar oleh pasangannya dan tak mampu melawan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan responden pada penelitian ini merupakan responden yang memang mengalami kecemasan. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jackson et al. (2000, dalam Kaura & Lohman, 2007) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat penerimaan kekerasan dan tingkat kesehatan mental korban. Artinya, jika seseorang adalah korban kekerasan kencan dan menerima diperlakukan dengan kasar, disimpulkan kesehatan mental mereka (depresi, kecemasan, dan somatik) terganggu.