BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan bahasa Inggris. Hasil pengolahan data yang dipaparkan ini meliputi gambaran umum responden, uji normalitas, dan hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. 4.1.1 Gambaran Umum Responden 4.1.1.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden Tabel 4.1 Jenis Kelamin Frequency Laki-laki 33 Valid Perempuan 47 Total 80 Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Percent
Valid Percent
41.3 58.8 100.0
41.3 58.8 100.0
Cumulative Percent 41.3 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui gambaran jenis kelamin dari responden. Sebanyak 33 (41,3%) orang siswa berjenis kelamin laki-laki, dan 47 (58,8%) orang siswa berjenis kelamin perempuan. 4.1.1.2 Gambaran Usia Responden Tabel 4.2 Usia Frequency
Percent
16 6 7.5 17 65 81.3 Valid 18 9 11.3 Total 80 100.0 Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Valid Percent 7.5 81.3 11.3 100.0
Cumulative Percent 7.5 88.8 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat diketahui gambaran rentang usia dari responden. Sebanyak 65 (81,3%) orang siswa berumur 17 tahun, dan sisa responden berumur 16 (7,5%) dan 18 (11,3%) tahun. 4.1.1.3 Gambaran Kelas Responden Tabel 4.3 Kelas Frequency
Percent
XI 2 2.5 Valid XII 78 97.5 Total 80 100.0 Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Valid Percent 2.5 97.5 100.0
Cumulative Percent 2.5 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui gambaran kelas dari responden. Hampir keseluruhan responden duduk dikelas XII. Terlihat dari presentasenya yaitu 97,5% dan sisanya 2,5%. 4.1.1.4 Gambaran Mengikuti Kursus oleh Responden Tabel 4.4 Kursus Frequency
Percent
Ya 31 38.8 Valid Tidak 49 61.3 Total 80 100.0 Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Valid Percent 38.8 61.3 100.0
Cumulative Percent 38.8 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui gambaran siswa yang mengikuti kursus dan yang tidak dari responden. Sebanyak 31(38,8%) orang siswa mengikuti kursus bahasa Inggris dan 49 (61,3%) orang siswa tidak. 4.1.1.5 Gambaran Sekolah Responden Tabel 4.5 Sekolah
Valid
Swasta Negeri
Frequency
Percent
Valid Percent
40 40
50.0 50.0
50.0 50.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Total 80 100.0 Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui gambaran sekolah dari responden. Sebanyak 40 (50%) orang siswa bersekolah di Swasta, dan 40 (50%) orang siswa bersekolah di Negeri. 4.1.2 Gambaran Cara Mengajar Guru Tabel 4.6 Hasil perhitungan statistik Deskriptif Variabel Cara Mengajar Guru Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Cara Mengajar 80 48 69 58.39 Guru Valid N 80 (listwise) Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Std. Deviation 4.798
4.1.3 Gambaran self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris Tabel 4.7 Hasil perhitungan statistik Deskriptif Variabel Self-efficacy Siswa dalam Pemerolehan Bahasa Inggris Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Self Efficacy 80 64 99 84.28 Valid N 80 (listwise) Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Std. Deviation 7.636
Tabel 4.8 Norma Self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris Norma < 69,01 69,01-76,64 76,64 – 91,92 91,92- 99,55 Jumlah
Kategorisasi Rendah sekali Rendah Sedang Tinggi
Frekuensi 3 8 53 16 80
Presentase 3,8 % 10 % 66,3% 20% 100%
Sumber : Diolah oleh Peneliti
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa terdapat 3 orang siswa (3,8%) memiliki self-efficacy rendah sekali, 8 orang siswa (10%) memiliki self-efficacy rendah, 53 orang siswa (66,3%) memiliki self-efficacy sedang, dan 16 orang siswa (20%) memiliki self-efficacy tinggi. Dengan melihat hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas siswa SMA untuk variabel self-efficacy berada di kategori sedang. 4.1.4 Analisis Hasil Pada analisis hasil akan dipaparkan hasil uji hipotesis apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Namun sebelumnya peneliti melakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data tersebut telah terdistribusi secara normal atau tidak. 4.1.4.1 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Cara Mengajar Guru Tabel 4.9 Hasil Uji Kolomogrov-Smirnof One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Cara Mengajar Guru 80 N Mean 58.39 Normal Parametersa,b Std. Deviation 4.798 Absolute .093 Most Extreme Positive .082 Differences Negative -.093 .830 Kolmogorov-Smirnov Z .496 Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Nilai signifikan (p)>0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0,05 menunjukkan data tidak terdistribusi
secara normal. Nilai yang dihasilkan adalah 0,496>0,05, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Pernyataan tersebut juga didukung dengan grafik P-P Plot seperti di bawah ini: Gambar 4.1 P-P Plot Skor Total Cara Mengajar Guru
Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Terlihat dari gambar di atas bahwa sebaran data yang ada tidak menjauh dari garis, hal ini mengartikan bahwa data tersebut normal.
Variabel Self-Efficacy Tabel 4.10 Hasil Uji Kolomogrov-Smirnof One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Self-Efficacy 80 N Mean 84.28 Normal Parametersa,b Std. Deviation 7.636 Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
.073 .055 -.073 .654 .786
Nilai signifikan (p)>0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0,05 menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Nilai yang dihasilkan adalah 0,786>0,05, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Pernyataan tersebut juga didukung dengan grafik P-P Plot seperti di bawah ini: Gambar 4.2 P-P Plot Skor Total Self-Efficacy
Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Terlihat dari gambar di atas bahwa sebaran data yang ada tidak menjauh dari garis, hal ini mengartikan bahwa data tersebut normal.
4.1.5 Hasil Uji Korelasi Tabel 4.11 Correlations Cara Mengajar Guru 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 80 Pearson Correlation .262* Self-Efficacy Sig. (2-tailed) .019 N 80 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Cara Mengajar Guru
Self-Efficacy .262* .019 80 1 80
Dengan melihat hasil dari perhitungan statistik diatas, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,262 dan nilai probabilitas sebesar 0,019. Dengan merujuk pada ketentuan bahwa H0 ditolak apabila nilai probabilitas ≤0,05, dan H0 diterima apabila nilai probabilitas > 0,05, maka hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik yang ada, berarti terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. r= 0,262, menunjukkan adanya hubungan namun rendah. Tabel 4.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Koefisien 0,0-0,19 0,2-0,39 0,4-0,59 0,6-0,79 0,8-1,00
Tingkat hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi (Nisfiannoor, 2009)
Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. Makin tinggi persepsi siswa, maka makin tinggi pula self-efficacy siswa. Sebaliknya makin rendah persepsi siswa, maka akan makin rendah pula selfefficacy-nya. 4.1.6 Analisis Tambahan Dalam penelitian ini dapat dilihat hasil skor masing-masing responden pada variabel cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. Berikut adalah hasil diagram:
Gambar 4.3 Diagram Hasil Skor Cara Mengajar Guru Gambaran mengenai cara mengajar guru Struktural 21% Fungsional 79%
Sumber : Diolah oleh Peneliti
Dari hasil data diatas terlihat bahwa persepsi siswa dilihat dari fungsional lebih mendominasi dalam menilai cara guru mengajar, sehingga dapat di indikasikan bahwa siswa/i lebih besar menilai/ mempersepsikan apa yang dia lihat berdasarkan pengalaman yang telah dia alami sebelumnya di banding hanya meilhat secara fisik atau hal yang tampak dari luarnya saja. 4.1.6.1 Gambaran Persepsi Siswa mengenai Cara Mengajar guru ditinjau dari Sekolah Tabel 4.13 Perbedaan Persepsi siswa mengenai cara mengajar guru ditinjau dari Sekolah Mean
Cara Mengajar Guru Self-Efficacy
t
Swasta
Negeri
56.78
60.00
84.35
84.20
Sig (2-tailed)
-3.174
.087
.002
.931
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21.0
Pengolahan data menggunakan teknik statistik Independent sample T-test untuk melihat perbandingan mean pada dua kelompok responden (Nisfiannor,
2009). Uji t-test adalah test yang membandingkan dua kelompok dengan nilai sig >0,05. Dalam penelitian ini didapatkan sig 0.002 untuk perbedaan persepsi siswa ditinjau dari sekolah, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa mengenai cara mengajar guru sekolah swasta dengan sekolah negeri yang ditandai dengan nilai signifikansi 0.002 (p<0,05). Sedangkan untuk perbedaan self-efficacy sekolah swasta dengan sekolah negeri tidak ada perbedaan yang signifikan ditandai dengan nilai signifikansi 0.931 (p>0,05). 4.2
Pembahasan Hasil Penelitian Berikut ini pembahasan dari hubungan antara cara mengajar guru dengan
self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. Pembahasan akan mencakup gambaran persepsi yang dimiliki siswa mengenai cara mengajar guru, gambaran self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris, dan hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. 4.2.1 Gambaran persepsi siswa terhadap cara mengajar guru Dari hasil analisis data terlihat bahwa cara mengajar guru berhubungan dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan bahasa Inggris. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan yang berarti bahwa semakin tinggi cara mengajar guru maka semakin tinggi pula self-efficacy nya. Dapat di lihat pada tabel 4.11, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,262 itu berarti kedua variabel memiliki hubungan namun rendah. Menurut hasil yang diperoleh bahwa bagaimana persepsi siswa di kelas mengenai cara mengajar guru di dalam kelas, bagaimana siswa menilai seseorang
yang merupakan model bagi mereka sehingga dengan melihat, mencerna dan mengolahnya menjadi informasi memberi dampak sedikit banyak dalam selfefficacy para siswa. 4.2.2 Gambaran self- efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris Berdasarkan perhitungan statistik, diketahui bahwa rata-rata siswa SMA memiliki self-efficacy yang sedang. Hal ini terlihat dari hasil yang sudah peneliti kelompokkan kedalam empat kategori (lihat tabel 4.8), dari hasil yang telah diperoleh yaitu 53 siswa yang memiliki self-efficacy sedang yang berarti rata-rata siswa memiliki standar keyakinan yang cukup pada cara mengajar gurunya sehingga siswa/i dapat mengatur dan menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Self Efficacy yang dimiliki tiap siswa/i pada dasarnya berbeda. Tinggi rendahnya self-efficacy seseorang tergantung dari tiga dimensi yang diungkapkan oleh Bandura (1997) yaitu dimensi level, strenght, dan generality. Level merupakan dimensi yang berkaitan dengan bagaimana siswa mampu mengatasi kesulitan tugas yang diberikan atau didalam belajarnya. Strenght berkaitan dengan keyakinan atau kemampuan diri untuk bertahan dan berusaha mencari penyelesaian dalam mengerjakan tugas. Generality berkaitan dengan kemampuan diri dalam berbagai situasi yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy, diantaranya adalah mastery experience, berkaitan dengan pengalaman kegagalan dan keberhasilan, bila keberhasilan yang sering didapatkan maka akan meningkatkan self efficacy siswa/i sedangkan bila terjadi kegagalan akan menurunkan selfefficacynya, vicarious experience, bagaimana para siswa/i belajar menerima
pengalaman dari luar dirinya yang berkaitan erat dengan proses modeling yang dilihat dari gurunya, social persuasion, kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu untuk melakukan suatu tugas. Misalnya saja dukungan dari orangtua maupun teman sebaya, physiological and emotional states, berkaitan dengan kesehatan para siswa/i. Apabila kesehatan siswa/i menurun maka akan menimbulkan stress dan cemas, begitu pula sebaliknya, bila kesehatan siswa/i baik maka akan mempengaruhi self-efficacy-nya
4.2.3 Hubungan antara persepsi siswa terhadap cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel persepsi siswa mengenai cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa, terlihat adanya hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa dalam pemerolehan bahasa Inggris. Dari hasil data yang peneliti peroleh terdapat 63 siswa/i yang menganggap cara mengajar guru bahasa Inggris yang ada disekolahnya sudah efektif, hal ini ditandai dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa/i dan banyak yang memberikan jawaban yang baik dalam dimensi fungsional dimana fungsional ini adalah persepsi siswa yang berasal dari pengalaman yang telah dialami sebelumnya sehingga siswa/i dapat memberikan penilaian mengenai cara mengajar guru yang telah siswa/i rasakan selama bersekolah di sekolah tersebut. Hal ini juga berpengaruh terhadap self-efficacy mereka dimana siswa/i yang menilai bahwa cara guru mengajar disekolah mereka sudah efektif sehingga selfefficacy mereka diindikasikan cenderung berada pada kategori tinggi dan sedang.
Hal ini juga didukung dengan adanya salah satu faktor yang mempengaruhi selfefficacy yaitu, Vicarious experience berkaitan dengan bagaimana para siswa belajar menerima pengalaman dari luar dirinya yang berkaitan erat dengan proses modeling. Dalam hal ini, siswa melihat guru di dalam kelas sebagai role model yang baik atau yang dapat meningkatkan self-efficacy dalam pemerolehan bahasa inggris maka siswa tersebut cenderung memiliki self-efficacy yang tinggi karena ia yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang yang sama dengan role modelnya. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika role model yang diamati tidak dapat memberikan contoh yang baik atau gagal dalam menyampaikan materi, sehingga semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan role model maka kesuksesan dan kegagalan role model akan mempengaruhi self-efficacy siswa tersebut. Siswa/i yang menilai bahwa cara mengajar guru bahasa Inggris disekolahnya kurang efektif dari hasil data yang peneliti dapatkan yaitu 17 responden. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa yang menilai cara mengajar guru bahasa Inggris disekolahnya cenderung memiliki self-efficacy yang rendah pula. Hal ini didukung dari hasil kuesioner yang didapatkan mereka menilai bahwa guru disekolah mereka biasa-biasa saja dan tidak memberikan hal yang signifikan terhadap perkembangan bahasa Inggris mereka. Jika dilihat menurut Olivia dan Peter (1992), bahwa guru yang efektif memiliki karakteristik mempunyai pendidikan yang baik, mementingkan keberhasilan siswa, bersikap adil pada siswa, memiliki pengetahuan dan minat dalam bidang yang diajar dan dapat menjaga jalannya proses pembelajaran dalam kelas. Hal ini berarti bertolak belakang dengan yang siswa/i lihat dan rasakan mengenai guru yang mengajar di
sekolah mereka sehingga siswa/i yang memiliki penilaian seperti ini cenderung memiliki self-efficacy pada kategori rendah.