BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuamgan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan peruahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar peusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuagan menurut “Standar Akuntasi Keuangan” adalah merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan menurut Munawir (2008:2) adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat ukur berkomunikasi anatara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Kondisi lporan keuangan perusahaan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan keuangan lainnya. Adanya laporan keuangan peruahaan yang nyata dan lengkap dapat di ketahui dan
24
diperoleh gambaran tentang hasil perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Dari salah satu tugas penting manajemen atau investor akhir taun yaitu menganalisa laporan keuangan perusahaan dari beberapa metode dan teknik analisa yang digunakan sebagai alat ukur mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga diketahui perubahan di masing-masing pos-pos tersebut. Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik bagi pihakpihak yang berkepentingan, antara lain masyarakat dan pemerintahan, pemasok, dan kreditur, pemilik, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan. Berdasarkan dari pengertian laporan keuangan diatas dapat diketahui bahwa laporan keungan pada dasarnya adalah merupakan proses pelaporan yang digunakan untuk alat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Dalam setiap perusahaan mempunyai laporan keungan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan kinerja perusahaan serta posisi keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan secara ekonomi bagi penggunanya. Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk digunakan oleh : 1. Manajer dalam menjalankan operasi perusahaan. 2. Pihak-pihak yang berkepentingan (menyumbang anggota organisasi, kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba (non profit) untuk mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Menurut standar akuntansi keuangan yang di keluarkan oleh ikatan akuntansi indonesia adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan Munawir (2008 : 2) menyataka bahwa tujuan laporan keuangan adalah: 1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan 2. Untuk menentukan / mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntugan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. 4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
2.1.3 Economic VaLue Added 1. Pengertian economic Value Added (EVA) Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service pada tahun 1993 yang merupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikat.Economic Value Added (EVA) telah lama dikenal oleh para ekonom sebagai economic profit, yaitu nilai profit yang melebihi (kurang dari) tingkat pengembalian minimum yang bisa diperoleh (diderita) oleh pemegang saham dan kreditor dengan berinvestasi di sekuritas laian yanag memepunyai resiko sebanding. Menurut Young dan O’byrne (2009:17), pengertian EVA adalah didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasional dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya merupakan cara alternatif untuk menilai kinerja perusahaan. Prinsip EVA adalah memberikan penilaian yang baik terhadap kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. Menurut Anjar V. Thakor (2008:9), Economic Value Added adalah Pendapatan – Biaya langsung – Biaya modal = Laba setelah pajak – Biaya modal.
Menurut Glen Arnold (2007:23), EVA adalah varian dari keuntungan ekonomi, yang merupakan istilah modern untuk sisa pendapatan. Keuntungan ekonomi untuk periode adalah amont diterima oleh bisnis setelah di kurangi semua biaya operasional dan biaya modal yang digunakan. Ada dua cara untuk menghitung keuntungan ekonomi: 1. Laba Ekonomi = kinerja x penyebaran investasi modal 2. Laba Ekonomi = (return on capital – WACC x investasi modal) Menurut Warsono (2008:48) menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah selisih antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modal keseluruhan.Metode Economic Value Added (EVA) dapat digunakan sebagai dasar untuk memeberikan insentifinsentif kepada eksekutif. Menurut Rasyid (2008:70) Economic Value Added (EVA) adalah merupakan indicator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi setiap tahun pada perusahaan. Menurut Kamaludin (2011:60) mengatakan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah mengukur kinerja keuangan manajerial dalam suatu tahun tertentu. EVA tidak lain adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal setelah pajak. Pengertian modal disini mencakup hutang jangka panjang,saham preferen dan saham
biasa. Sehingga EVA merupakan estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya tahun berjalan, bukan laba akuntansi. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan : a. Economic Value Added (EVA) merupakan alat penilaian kienerja keuangan. b. Economic Value Added (EVA) merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai (value) dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham. c. Economic Value Added (EVA) merupakan selisish dari laba operasi bersih setelah pajak (net operating profit after tax) dikurangi dengan biaya modal (cost capital). d. Biaya modal (cost of capital) merupakan biaya tertimbang dari modal untuk hutang (debt) dan modal sendiri (equity) yang digunakan oleh perusahaan. Untuk itu perlu dipahami dalam rumusan sederhana. Menurut Singgih (2008:6) menyatakan bahwa : a. Jika EVA > 0, maka berarti ada nilai tambah ekonomi terhadap perusahaan selama masa operasionalnya. b. Jika EVA = 0, maka berarti perusahaan berada pada kondisi impas selama operasionalnya. c. Jika EVA < 0, maka berarti kinerja operasionalnya perusahaan gagal memenuhi harapan para investor.
Economic Value Added (EVA) yang negative menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang, ini sebagai akibat laba operasi setelah pajak lebih rendah dari pada tingkat pengembalian yang dituntut, sebaliknya Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang diminta investor atau investasi yang dilakukanyya. Keadaan ini menunjukan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal.
2. Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA) Menurut Iramani dan Erie Febrian (2007:6) menyatakan bahwa EVA memiliki keunggulan dan kelemahan. Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja keuangan perusahaan adalah EVA dapat digunakan
sebagai
penciptaan
nilai
(valsue
creation),
dan
keunggulanlainnya yang dimiliki EVA adalah sebagai berikut : 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari
struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Sedangkan kelemahan-kelemahan EVA diantaranya adalah sebagai berikut : a) EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen. b) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu.
3. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung Economic Value Added (EVA) dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt) Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor yang digunakan sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan, maka biaya riils yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak.
Menurut Isnani dan iswati (2007:202)cost of debt setelah pajak dapaat dicari dengan cara sebagai berikut :
Kd* = kd (1-t)
𝑲𝒅 =
𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈
Dimana : Kd* = biaya hutang setelah pajak Kd
= biaya hutang sebelum pajak
t
= tarif pajak
b. Menghitung biaya modal saham Biaya modal sendiri sering disebut cosf of equity (Ke).Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatanag sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui. Untuk menghitung cost of equty (Ke) perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Di dalam teori keuangan ada bermacam-macam pendekatan yang bias dipakai untuk menghitung besarnya biaya cost of equity (Ke), The discounted cash flow model, the bon yield plus risj premium approach dan Capital Asset Pricing Modal (CAPM) merupakan tiga model yang sudah umum sangat popular. Setiap model atau metode mempunyai asumsi yang berbeda-beda dalam
membangun fondasi rumusan model atau metode tersebut, sehingga akan menghasilkan perhitungan yang berbeda-beda pula, namun dalam penelitian ini menggunakan model The discount cash flow model dikarenakan kemudahannya dalam menghitung. Model perhitungan The discount cash flow model sebagai nilai deviden dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut. Menurut Warsono (2008:147). Biaya modal saham tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Ks = Rf + (Rm-Rf) 𝛽
Dimana : Ks = biaya laba ditahan Rf = tingkat pengembalian atas suatu aktiva bebas resiko = beta, pengukur risiko sistematis saham Rm = tingkat pengembalian pasar
Adapun
rumus
perhitungan
besarnya
beta
berdasarkan
pendekatan regresi Menurut Warsono (2008:147) adalah :
𝛃=
𝐧. 𝐧.
𝐑𝐦 𝐑𝐢 −
𝐑𝐦 .
𝐑𝐢
𝐑 𝐦 𝟐 − ( 𝐑 𝐦 )𝟐
Dimana : n
= Banyaknya periode pengamatan
Rm
= Tingkat keutungan portofolio pasar
Ri
= Tingkat keuntungan saham
Untuk mengetahui tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar (Rm) menurut Warsono (2008 : 147 ) adalah :
𝐑𝐦 =
𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭 − 𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭−𝟏 𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭−𝟏
Dimana : Rmt
= tingkat
hasil pengembalian dari portofolio pasar periode t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelum periode t
untuk mengetahui tingkat pengembalian saham individual (Ri) menurut warsono (2008:147) adalah :
Ri =
𝐃𝐭 + 𝐏𝐭 − 𝐏𝐭−𝟏 𝐏𝐭−𝟏
Dimana : R1
= Pengembalian keuntungan saham pada periode ke t
Dt
= Dividen saham pada periode ke t
Pt
= Harga saham pada periode ke t
Pt-1
= Harga saham pada periode ke t-1
c. Menghitung stuktur modal Keputusan mengenai stuktur modal menurut Brigham dan Gapenski adalah hal yang sangat penting dalam menghitung biaya rata-rata tertimbang dari modal.Adanya perubahan stuktur modal perusahaanakan mempengaruhi resiko yang terkandung pada saham biasa perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham dan biaya laba yang ditahan.Kebijakan mengenai stuktur modal melibatkan trade off antar risiko dan tingkat pengembalian. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan
harga
saham,
tetapi
meningkatkan
tingkat
pengembalian yang diharapkan akan menaikan harga saham tersebut. Perusahaan dengan menetapkan stuktur modal yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian sehingga akan memaksimumkan harga saham.
Stuktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi modal sendiri dalam bentuk prosentase dari jumlah hutang dan modal sendiri. Prabowo
(2009:23)
mengatakan
untuk
menghitung
proporsi hutang (WD) dan Proporsi modal sendiri (WS) diperoleh dengan cara berikut :
𝑾𝑫 =
𝑾𝑺 =
𝒅𝒆𝒃𝒕 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒅𝒆𝒃𝒕 + 𝒆𝒒𝒖𝒕𝒚
𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒅𝒆𝒃𝒕 + 𝒆𝒒𝒖𝒕𝒚
d. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT) Pendapatan Bersih Operasi Setelah Pajak atau Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan laba operasi perusahaan yang telah dikurangi pajak dan merupakan pengukuran laba yang dihasilkan perusahaan dari operasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Untuk menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) menurut Brigham dan Houston (2010) diperoleh dengan cara berikut :
NOPAT = (laba bersih operasi + beban bunga ) – beban pajak
e. Menghitung biaya modal tertimbang (WACC) Investor atau kreditor yang melakukan investasi dalam sebuah perusahaan menginginkan opportunity cost yang minimal sama dengan pengembalian yang mereka terima dari investasi lain. Opportunity cost ini adalah biaya perusahaan yaitu tingkat pengembalian minimum yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan asset yang ada dan tetap memenuhi harapan daripada memberi modal. Weight Average of Capital (WACC) adalah gabungan dari masing-masing biaya modal dari perusahaan dan presentase dari masing-masing capital structur,yaitu hutang jangka panjang dan saham biasa dimana tujuan Weight Average of Capital (WACC) adalah menghitung cost of capital perusahaan secara keseluruhan. Adapun rumus menghitung Weight Average of Capital (WACC) menurut Prabowo (2009:23) adalah :
WACC = Wd x Kd (1-t) + Ks x Ws
Dimana : t
= pajak yang dikenakan pemerintah kepada perusahaan
Kd = biaya hutang Ks = biaya modal sendiri Wd = proporsi hutang Ws = proporsi modal sendiri
f. Menghitung Economic Value Added (EVA) Setelah semua variable diatas diketahui langkah selanjutnya adalah menghitung Economic Value Added (EVA) dimana Economic Value Added (EVA)merupakan selisih antara Net Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya modal atau cost of capital. Adapun rumus menghitung Economic Value Added (EVA) menurut Prabowo (2009:23) adalah sebagai berikut :
EVA = NOPAT – WACC
2.1.4 Return On Asset (ROA) Menurut Hanafi (2012 : 157) Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset atau kekayaan yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Menurut Dendawijaya (2009 : 118) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑹𝑶𝑨 =
𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
Market Value Added (MVA) 1. Pengertian Market Value Added (MVA) Market Value Added (MVA) atau nilai tambah pasar adalah besaran yang langsung mengukur penciptaan nilai perusahaan berupa selisih nilai pasar ekuitas dengan jumlah yang ditanamkan investor dalam perusahaan. Market Value Added (MVA) yang dikembangkan oleh Stren Steward & Co. adalah total nilai pasar (market value) semua saham dan utang perusahaan pada satu periode tertentu. Menurut Rasyid (2008:69) menyatakan Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman dan laba ditahan dana uang yang bias diambil sekarang, atau sama dengan selisih antara nilai buku dan nilai pasar saham plus obligasi. Market Value Added (MVA) dapat di formulasikan sebagai berikut:
MVA = nilai pasar ekuitas – modal yang diinvestasikan investor
Menurut perusahaan
Drs.Agus yaitu
Sartono
(2008:103)
memaksimalkan
tujuan
kemakmuran
utama
pemegang
saham.Selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara
efisien
dan
memberi
manfaat
ekonomi.Kemakmuran
pemegang saham di maksimalkan dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini disebut Market Value Added (MVA):
MVA = nilai pasar ekuity – modal ekuity yang disetor pemegang saham
Menurut Drs.Warsono (2008) Market Value Added (MVA) atau nilai tambah pasar dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya.Besarnya nilai tambah ekonomis suatu perusahaan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
MVA = nilai pasar ekuitas – modal ekuitas dipasok
Menurut DR.Kamaludin (2011:59) MVA adalah singkatan dari Market Value Added (MVA) atau nilai tambah pasar. MVA tidak lain pengurangan antara nilai pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan. Dapat juga dirumuskan sebagai berikut: MVA = nilai pasar ekuitas – modal ekuitas yang diinvestasikan oleh investor
2.1.5 Economic Value Added (EVA), Return On asset (ROA), terhadap Market Value Added (MVA) Secara umum Economic Value Added (EVA) dan Return On Asset (ROA) dianggap sebagai pengukur dari kinerja suatu perusahaan. Berkaitan dengan Economic Value Added (EVA) sebagai alat ukur kinerja yang mempertimbangkan harapan para investor terhadap investasi yang dilakukan, maka Economic Value Added (EVA) mengidentifikasi seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi Return On Asset (ROA), kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain Return On Asset (ROA) akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (MVA). Analisis penilaian kinerja dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Return On Asset (ROA) jika kinerja perusahaan itu bagus maka harga saham semakin tinggi sehingga Market Value Added (MVA) juga akan semakin tinggi ini menandakan Economic Value
Added (EVA) danReturn On Asset berhubungan dengan Market Value Added (MVA).
2.1.7 Penelitian Terdahulu Anggiria Lestari (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh EVA dan MVA Terhadap Return Saham Pada 10 Emiten
Terbaik
Versi
Majalah
Investor
2012.Penelitian
ini
menggunakan penelitian kuantitatif dengan sampel yang digunakan sebanyak sepuluh emiten terbaik dari seluruh emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan ikut serta dalam pemeringatan Investor Award pada taun 2012.Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode regresi berganda pada taraf 95% dengan bantuan Statistic Program for Social Science (SPSS) versi 17.Hasil penelitian menunjukan bahawa secara keseluruhan kesepuluh perusahaan telah menciptakan nilai tambah yang baik bagi pemegang sahamnya, walaupun masih ada perusahaan yang telah menururnkan nilai perusahaannya. Hasil penelitian lebih lanjut mengunghkap bahwa tidak ada pengaruh EVA dan MVA terhadap return saham (signifikansi > 0,05). Purnomo (2003) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap stock return dan Market Value Added (MVA)”. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 45 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1993
sampai dengan tahun 1996, dengan memakai metode PurposivSampling untuk pengambilan sampel, variabel independen yang digunakan adalah Economic Value Added (EVA), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Size, Growth, sedangkan variabel dependen adalah stock return dan Market value Added (MVA). Hasil penelitian menunjukan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham dengan ditambah variabel kontrol Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Size yang berpengaruh positif terhadap Market Value Added (MVA) pengaruh ini ditemukan baik secara simultan maupun parsial. Wijaya dan Kurniasih (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Studi Banding Economic Value Added (EVA) dan Return On Equity (ROE) Dalam Hubunganya Dengan Nilai Peusahaan”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear dengan metode ordinary least square, data diambil pada taun 2003 dengan sampel sebanyak 30 perusahaan, dengan variabel dependen adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA) dan Return On Equity (ROE). Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) lebih memiliki hubungan dengan nilai perusahaan dibandingkan dengan Return OnEquity (ROE).
Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun)
Purnomo (2003)
Wijaya dan Kurniasih (2006)
Anggiria Lestari (2012)
Dyan Rizky Rahmiati (2014)
Judul
Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Stock Return dan Market Value Added (MVA)
Studi Banding Economic Value Added (EVA) dan Return On Equity (ROE) Dalam Hubungan Dengan Nilai Perusahaan.
Analisis Pengaruh EVA dan MVA terhadap Return Saham pada 10 Emiten Terbaik Versi Majalah Investor 2012. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Variabel dependen : Stock Return dan MVA. Variabel independen : EVA, ROA, ROE, Size, Growth. Variabel dependen : nilai perusahaan. Variabel independen : EVA dan ROE. Variabel dependen : Return Saham. Variabel independen : EVA dan MVA.
Variabel dependen : MVA Variabel independen : EVA dan ROA
Alat Analisis
Hasil
Analisis regresi linear berganda
EVA berpengaruh terhadap ROA, ROE dan Size berpengaruh terhadap MVA dan pengaruh ini ditemukan baik secara parsial maupun simultan.
Analisis regresi linear berganda
EVA lebih memiliki hubungan dengan nilai perusahaan dibandingkan dengan ROE dan pengaruh ini dikemukakan secara parsial maupun simultan.
Regresi linear berganda
Dari kesepuluh perusahaan telah menciptakan nilai tambah yang baik bagi pemegang sahamnya. Dan tidak ada pengaruh MVA dan EVA terhadap return saham.
Regresi Linear Berganda
Dalam proses
Sumber : Purnomo (2003), Wijaya dan Kurniasih (2006) dan Anggiria Lestari (2012)
2.2 Rerangka Pemikiran Dari hasil landasan teori diatas dapat dibuat rerangka pemikiran sebagai berikut:
1. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 2. PT. Holcim Indonesia Tbk. 3. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Laporan Keuangan Tahunan
Metode EVA( E )
Metode ROA ( R )
1. Biaya Modal Hutang
Melakukan perhitungan dengan
2. Biaya Modal sendiri
cara membagi laba bersih
3. Struktur Modal
setelah pajak dengan total
4. WACC
aktivanya.
5. EVA
EVA > 0
ROA = +
EVA < 0
ROA = -
EVA = 0
MARKET VALUE ADDED ( M)
2.3 Perumusan hipotesis Berdasarkan latar belakang, tujuan, ruang lingkup penelitian dan tinjauan teoritis tersebut, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA), dan Return On Asset (ROA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan semen yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia BEI. H2a:Economic Value added (EVA) berpengaruh terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. H2b : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia