BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kinerja keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan operasional perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden (Sartono, 2001:122). Pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah return
on assets
(ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Semakin tinggiprofitabilitas maka nilai perusahaan tinggi dan sebaliknya, semakin
baik
perusahaanmembayar
akanmeningkatkan
nilai
return
perusahaan.
terhadap
pemegang
Profitabilitas
saham
menunjukkan
tingkatkeuntungan bersih yang mampu diraih olehperusahaan pada saat menjalankan operasinya.Keuntungan yang layak dibagikan kepadapemegang saham
adalah
keuntungan
setelahbunga
dan
pajak,
sehingga
dengan
profitabilitasyang
tinggi
dapatmemberikan
nilai
tambahkepada
nilai
perusahaannya yang tercermin pada harga sahamnya (Dj, 2012:136).
2.1.2
Likuiditas
Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan (finansial) jangka pendek atau yang segera dipenuhi. Kewajiban finansial jangka pendek tersebut meliputi kewajiban untuk membayar utang jangka pendek (disebut likuiditas badan usaha) dan kewajiban untuk membiayai kegiatan operasi atau produksi yang ada di perusahaan (disebut likuiditas perusahaan). Analisis likuiditas dapat digunakan dengan menganalisis unsur-unsur neraca yang ada pada aktiva lancar dan hutang lancar (Harjito dan Martono, 2013:18). Semakin tinggilikuiditas maka nilai perusahaan akan tinggi dan sebaliknya. Kemampuan
kas
yang
tinggi
akanberdampak
terhadap
kemampuan
kewajibanjangka pendek perusahaan dan berdampak positif terhadap nilai perusahaan (Dj, 2012:135). Likuiditas perusahaan yang tinggi akan semakin banyak dana tersedia bagi perusahaan untuk membayar dividen, membiayai operasi dan investasinya, sehingga persepsi investor pada kinerja perusahaan akan meningkat. Harga saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Dalam kondisi berbeda, peningkatan likuiditas bisa juga dipersepsi buruk, jika kenaikan likuiditas tidak menaikkan dividen melainkan menaikkan free cash flow, maka diduga biaya agency akan meningkat(Nurhayati, 2013:144).
Menurut Kim dan David (dalam Mulianti, 2010:37) menyatakan ada beberapa faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi likuiditas: 1.
Ketidakpastian arus kas (cash flow uncertainty) Ketidakpastian arus kas dapat menentukan keputusan manajer dalam
menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Ketidakpastian arus kas yang tinggi perusahaan cenderung melakukan investasi dalam aset lancar dengan jumlah besar. 2.
Kesempatan investasi (current and future investment opportunity) Dengan ini pihak manajemen akan mempertimbangkan lebih baik melakukan
investasi dalam bentuk aktiva tetap atau aktiva lancar. 3.
Dana yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi (transaction demand for liquidy) Manajer akan mempertimbangkan dana apa saja yang diperlukan untuk
perusahaan, dana akan dikelompokkan sesuai kebutuhan perusahaan.
2.1.3
Kebijakan Utang
Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Sumber dana eksternal dapat diperoleh dari utang dan ekuitas baru. Total utang merupakan kewajiban (jangka panjang maupun jangka pendek) sedangkan total ekuitas adalah total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut FASB (dalam Baridwan, 2004:215) dalam akuntansi, utang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aset atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Beberapa teori tentang kebijakan utang telah dikembangkan: 1.
Trade off theory Teori trade off menyatakan bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat
mengurangi pajak, tetapi utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Implikasi trade off theory adalah bahwa perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih tinggi sebaiknya menggunakan lebih sedikit utang, karena makin tinggi risiko bisnis, peningkatan utang membesar beban bunga tetap, sehingga menurunkan laba dan menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Selain itu perusahaan yang terkena tingkat pajak yang tinggi memperoleh penghematan pajak lebih tinggi bila menggunakan lebih banyak utang. 2.
Signaling theory Teori ini didasari adanya asimetri informasi yang terjadi antara manajemen
dengan investor. Pada situasi tersebut, manajer mempunyai informasi tentang prospek dari suatu perusahaan berdasarkan sinyal yang diberikan manajemen melalui keputusan pendanaannya. Fokus utama dari teori ini adalah mekanisme yang ditempuh manajemen untuk mendapatkan dana eksternal melalui alternatif utang ataukah penerbitan ekuitas baru. Perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus akan mengalami kenaikan harga saham seiring dengan prospektif positif dari para investor. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, maka untuk
kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan akan memakai utang daripada penerbitan ekuitas baru. Hal ini dikarenakan manajemen lebih mementingkan pemegang saham lama daripada berbagi dengan pemegang saham baru. Sebaliknya bila perusahaan menerbitkan ekuitas, para investor akan menilai negatif prospek karena manajemen dianggap berbagi resiko dengan pemegang saham yang baru. Jadi pemilihan alternatif antara utang dan penerbitan ekuitas merupakan sinyal (signaling) manajemen kepada para investor tentang prospek perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai dari sebuah perusahaan. 3.
Modigliani dan Miller Menyatakanbahwa seberapapun banyaknya penggunaanutang tidak akan
terpengaruh terhadapharga saham dan nilai perusahaan. Hal itu dikarenakan oleh penggunaan utang akan menyebabkan biaya ekuitas biasa naikdengan tingkat yang sama seperti tingkatpendapatan yang dihasilkan dan dalampasar modal indonesia penciptaan nilaitambah perusahaan dapat juga disebabkanoleh faktor psikologis pasar. Sehingga tidakterlalu memperhatikan besar kecilnyautang, tapi investor lebih melihatbagaimana pihak manajemen perusahaanmenggunakan dana dari hutang tersebutdengan efektif dan efisien agar dapatmenciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Menurut Hanafi (2013:320) terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang, antara lain: 1.
NDT (Non-Debt Tax Shield) Manfaat utang adalah bunga utang yang bisa dipakai sebagai pengurang
pajak. Tetapi untuk mengurangi pajak, perusahaan bisa menggunakan cara lain,
seperti depresiasi (biaya tetap nonbunga), dana pensiun. Dengan demikian bisa dibuat prediksi bahwa perusahaan dengan NDT tinggi, maka perusahaan tidak perlu menggunakan utang tinggi. 2.
Tangibility Utang bisa mendorong manajer untuk melakukan investasi yang suboptimal.
Karena itu perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang banyak (mempunyai tangible asset yang kecil) akan menggunakan utang yang lebih sedikit. 3.
Profitabilitas Menurut model pecking order, ada hubungan negatif antara profitabilitas
dengan utang. Alternatif penjelasan lain adalah kreditor cenderung memberikan pinjaman kepada perusahaan dengan laba atau aliran kas tinggi. 4.
Risiko bisnis Perusahaan yang mempunyai risiko default (bangkrut) tinggi sebaiknya
menggunakan utang yang lebih kecil. 5.
Ukuran perusahaan Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan
risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan bisa memberikan informasi lebih banyak sehingga bisa menurunkan biaya monitoring. 6.
Variabel keagenan Beberapa variabel keagenan yang dipakai adalah:
a.
Perusahaan keluarga. Satu sisi argumen mengatakan bahwa komunikasi antar anggota keluarga lebih baik (dibanding dengan nonkeluarga) sehingga bisa
mengurangi biaya keagenan. Karena itu utang yang dipakai akan semakin kecil, karena persoalan keagenan tidak begitu besar. Di lain pihak, perusahaan keluarga mempunyai kecenderungan merugikan investor luar (minority atau investor publik). Untuk memberi signal bahwa mereka tidak melakukan itu, perusahaan akan menggunakan utang besar sehingga investor luar percaya bahwa ada pihak lain yang ikut mengawasi perusahaan. Pihak keluarga mungkin juga memilih utang tinggi karena akan meningkatkan hak suara mereka. b.
Perusahaan
konglomerasi.
Satu
sisi
argumen
mengatakan
bahwa
konglomerasi cenderung terdirversifikasi lebih baik sehingga menurunkan risiko, dan meningkatkan utang. Di lain pihak, konglomerasi menurunkan asimetri antara pihak internal dengan pihak eksternal sehingga biaya asimetri penerbitan saham berkurang. Sebagai akibatnya, perusahaan akan cenderung menerbitkan saham baru. c.
Perusahaan asing. Investor asing individual tidak mempunyai kemampuan memonitor dengan baik karena lokasinya yang jauh. Karena itu mereka lebih suka perusahaan dengan utang yang tinggi karena membantu pengawasan. Di pihak lain, investor asing institusional melakukan pengawasan, sehingga penggunaan utang kurang begitu penting.
d.
Perusahaan yang dimiliki pemerintah. Perusahaan yang dimiliki pemerintah barangkali menggunakan utang yang lebih tinggi karena perusahaan tersebut dijamin oleh pemerintah. Menurut pendapat lain, manajemen perusahaan
pemerintah dikenal kurang berorientasi pada maksimisasi nilai perusahaan. Utang diperlukan untuk mendisiplinkan mereka. e.
Reputasi. Perusahaan dengan reputasi baik bisa memperoleh utang lebih besar karena kreditor percaya bahwa reputasi tersebut akan terus dipertahankan.
f.
Besarnya dewan direksi. Pengawasan juga bisa dilakukan melalui pengawasan
internal.
Besarnya
dewan
direksi
diharapkan
bisa
mengefektifkan pengawasan sehingga mekanisme pengawasan dari utang menjadi berkurang. g.
Kepemilikan manajerial. Satu sisi argumen mengatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi mendorong aliansi kepentingan manajer dengan pemegang saham semakin baik sehingga pendisiplinan melalui utang kurang diperlukan. Manajer barangkali tidak menyukai utang karena meningkatkan risiko manajer (jika gagal membayar utang dan manjer dipecat). Di lain pihak, manajer barangkali menyukai utang yang tinggi karena akan meningkatkan kekuatan suara mereka (saham lebih sedikit).
h.
Konsentrasi kepemilikan. Kepemilikan yang terkonsentrasi membuat pengawasan menjadi semakin baik, karena insentif untuk memonitor menjadi semakin besar. Pendisiplinan utang menjadi kurang diperlukan dalam hal ini. Prediksi signaling juga sama, yaitu kepemilikan yang terkonsentrasi meningkatkan pengawasan, kemudian menurunkan kemungkinan substitusi aset, sehingga utang sebagai signal tidak diperlukan.
2.1.4
Growth Opportunity
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan sedangkan perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan rendah akan memilih menggunakan utang jangka panjang. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Growth opportunity yang tinggi akan memberikan peluang mendapatkan laba yang lebih tinggi pula di masa yang akan datang. Hal ini tentunya akan memberikan efek positif pula pada nilai perusahaan. Menurut Hanafi (dalam Martini, 2014:18)pecking order theory menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Dikarenakan semakin tinggi peluang pertumbuhan akan menyebabkan semakin tinggi pula asimetri informasi yang terjadi. Selain itu menurut signaling theory, perusahaan dapat mengkomunikasikan prospek pertumbuhan yang baik bagi perusahaan dimasa depan dengan kebijakan utang. Sebab utang dapat menjadi sinyal positif bagi investor luar, sehingga investor luar dapat yakin dan percaya bahwa prospek dimasa depan akan baik (Tamara, 2014:28).
2.1.5
Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah menghasilkan keuntungan maksimal, jika nilai perusahaan tidak berjalan dengan baik maka keuntungan perusahaan tidak akan memuaskan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Soliha dan Taswan (dalam Hemastuti, 2014:11) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa yang akan datang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatuperusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti jugamemaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utamaperusahaan. Nilai perusahaan sering diproksikan dengan price to book value. Price to book value dapat diartikaan sebagai hasil perbandinganantara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. Price to book value merupakan rasio pasar yang digunakanuntuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Menurut Brigham dan Houston(dalam Mulianti, 2010) menyatakan harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini
namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Keberadaan price book value sangat penting bagi investor untuk menentukan strategiinvestasi di pasar modal karena melalui price book value, investor dapatmemprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki price book valuedi atas satu, yang mencerminkanbahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price book value yangtinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimanakemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan.
2.1.6 Penelitian terdahulu Putra (2013), hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis regresi berganda secara parsial menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhdap nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hemastuti (2014), profitabilitas yang diukur dengan return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value. Putra (2013) menyatakan secara parsial menunjukkan bahawa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Rompas (2013), likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Sukirni (2012), menyatakan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Hemastuti (2014), hasil ini menunjukkan bahwa
kebijakan utang secara parsial dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pangulu (2014), growth opportunity berhubungan positif dan signifikan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan Hermuningsih (2013), growth opportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya: Tabel 1 Penelitian terdahulu Peneliti dan tahun Sukirni (2012)
Putra (2013)
Judul
Hasil
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden dan kebijakan hutang analisis terhadap nilai perusahaan Pengaruh profitabilitas, struktur modal, nilai perusahaan dan likuiditas terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan asuransi di bursa efek Indonesia tahun 2010-2012)
Kebijakan hutang berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hermuningsih Pengaruh profitabilitas, growth (2013) opportunity, struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan publik di Indonesia Rompas Likuiditas, solvabilitas dan (2013) rentabilitas terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar dibursa efek Indonesia Pangulu Pengaruh profitabilitas, growth (2014) opportunity dan struktur modal terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 20112013)
Dengan analisis regresi berganda secara parsial menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Likuiditas tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Growth opportunity juga memiliki pengaruh langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Likuiditas berdasarkan current ratio dan quick ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berhubungan positif dan signifikan. Growth opportunity berhubungan positif signifikan.
Hemastuti (2014)
Pengaruh profitabilitas, kebijakan deviden, kebijakan hutang, keputusan investasi, dan kepentingan insider terhadap nilai perusahaan (kajian empiris perusahaan di bursa efek Indonesia periode tahun20092012)
Profitabilitas yang diukur dengan return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value. Kebijakan hutang secara parsial dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sumber: data diolah 2.1.7 Perbedaan penelitian Penelitian ini memiliki perbedaan dengan peneliti sebelumnya: 1.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukirni yaitu pada populasi yang digunakan yaitu semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2010 dan pada variabel yang digunakan
adalah
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan deviden dan kebijakan utang. 2.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra yaitu pada populasi yang digunakan yaitu perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2012 dan pada variabel yang digunakan adalah profitabilitas, struktur modal, nilai perusahaan dan likuiditas.
3.
Perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hermuningsih yaitu pada pendekatan yang digunakan, pendekatan structural equation model (SEM). Pada variabel yang digunakan adalah profitabilitas, growth opportunity dan struktur modal.
4.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rompas yaitu pada populasi yang digunakan yaitu perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2010, pada pengukuran variabel dependen yaitu menggunakan tobin’s Q dan pada variabel yang digunakan adalah likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
5.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangulu yaitu pada populasi yang digunakan yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai 2013, pada pendekatan yang digunakan yaitu uji chow.
6.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hemastuti yaitu pada populasi yang digunakan yaitu perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai 2012, pada pengukuran variabel profitabilitas yaitu menggunakan return on equity dan pada variabel yang digunakan adalah profitabilitas, kebijakan deviden, kebijakan utang, keputusan investasi, dan kepentingan insider.
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,maka dapat disusun rerangka pemikiran yang digambarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perusahaan
-
Tujuan Perusahaaan: Mencapai laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan Menjaga kelangsungan hidup perusahaan Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
Nilai Perusahaan
Profitabilitas
Likuiditas
Kebijakan Utang
Growth Opportunity
Gambar 1 Rerangka pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan tujuan penelitian yang mempunyai pengaruh terhadap elemen desain penelitian yang lain terutama dalam pemilihan metoda pengujian data. Hipotesis penelitian dikembangkan berdasarkan teori-teori yang selanjutnya diuji berdasar data yang dikumpulkan. Hipotesis juga dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara mengenai hubungan suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya. Berdasarkan teori dan rerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Putra (2013), hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis regresi berganda secara parsial menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi rasio return on assets (ROA) akan semakin meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan
dengan profit
tinggi
akan
memberikan signal positif untuk memberikan penilaian yang baik terhadap perusahaan tersebut dimata investor. Hemastuti (2014), hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka nilai perusahaan tinggi dan semakin rendah profitabilitas maka nilai perusahaan rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dikaitkan dengan mampunya perusahaan tersebut dalam mendayagunakan sumber daya atau aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba, yang nantinya mampu menciptakan nilai perusahaan yang tinggi dan memaksimumkan kekayaan pemegang sahamnya dan akan mendapatan respon positif dari pihak luar. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan Putra
(2013), hasil penelitian likuiditas tidak berpengaruh secara parsial
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi likuiditas akan semakin menurunkan nilai perusahaan tetapi dengan tingkat pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak terlihat signifikan.
Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Rompas (2013), likuiditas berpengaruh terhadap
nilai
perusahaan.
Tingkat
likuiditas
yang tinggi
memperkecil kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek kepada kreditur dan berlaku pula sebaliknya. Menurut Munawir(dalam Rompas, 2013) tinggi rendahnya rasio ini akan mempengaruhi minat investor untuk menginvestasikan dananya. Makin besar rasio ini maka makin efisien perusahaan dalam mendayagunakan aktiva lancar perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H2 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Menurut Sukirni (2012), menyatakan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil peneliti ini didukung dengan trade off theory dimana tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hemastuti (2014), hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan utang secara parsial dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasi semakin tinggi atau rendah hutang yang dimiliki perusahaan tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H3 : Kebijakan utang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.4 Pengaruh Growth Opportunity terhadap Nilai Perusahaan Pangulu (2014), growth opportunity berhubungan positif dan signifikan dengan nilai perusahaan. Hubungan positif ini dikarenakan jika tingkat growth opportunity perusahaan meningkat maka investor akan melihat hal ini sebagai salah satu indikator yang baik bagi prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini sejalan dengan Hermuningsih (2013), growthopportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini berarti, semakin tinggi peluang pertumbuhan maka semakin besar pula nilai perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H4 : Growth opportunity berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan