BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Rustiariani dan Sugiarti (2013) menyatakan diperlukan kontrak kerja sebagai salah satu cara agency theory untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing belah pihak. Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency conflict) yakni ketidaksejajaran antara principal dan agent. Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik dapat menimbulkan asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan prinsipal. Menurut Scott (1997) dalam Arifin (2005), inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Permasalahan agensi timbul karena pihak agen tidak dapat mengupayakan kepentingan untuk prinsipal karena ingin mementingkan kesejahteraan pribadinya, sehingga pihak prinsipal maupun agen diasumsikan termotivasi untuk kepentingan dirinya sendiri yakni memaksimalkan kegunaan subyektif mereka dan juga untuk menyadari kepentingan mereka bersama (Belkaoui, 2007:186). Agen seringkali
12
13
bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal dikarenakan adanya kepentingan pribadi yang tidak sejalan dengan kepentingan prinsipal. Dalam teori keagenan diperlukan pihak ketiga guna menjamin akuntanbilitas penyampaian laporan keuangan. Pihak ketiga ini diwakili oleh auditor indenpenden
yang menjamin agar akuntanbilitas, responbilitas, fairness
(kewajaran), dan transparansi laporan keuangan terpenuhi. Menurut Jensen dan Meckeling (1976) menyatakan ada tiga jenis biaya keagenan yaitu. Pertama, pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit. Kedua, pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturasi bisnis unit dan hierarki manajemen. Ketiga, biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada pemasalahan tertentu membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Auditor tersebut akan mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen. Biaya keagenan akan membengkak apabila pemegang saham berusaha memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dan apabila tidak ada upaya pemegang saham mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagaian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial yang tidak pantas. Sehingga indikasi audit
14
delay bagi pihak perusahaan adalah diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaan investor seperti biaya untuk pengungkapan informasi tambahan, kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering audit delay terjadinya maka akan semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan. Sehingga diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat menimbulkan tenggang waktu audit delay yang berkepanjangan. 2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan saat mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa depan daripada pihak investor (Febrianty, 2011). Dalam teori sinyal terdapat suatu informasi yang memberikan isyarat atau sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada stakeholder dalam mengambil keputusan. Sinyal
yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan, jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan hal penting bagi investor guna pengambilan keputusan.
15
Investor dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, jika informasi yang di sampaikan oleh manajemen perusahaan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukannya. Teori sinyal ini dapat bermanfaat pada akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik yakni merupakan sinyal perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Dalam penelitian ini, perusahaan yang berkualitas baik akan memberikan sinyal dengan cara mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara tepat waktu. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan terhadap harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan. 2.1.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan disetiap perusahaan. Laporan keuangan ini dapat dijadikan sebagai media yang dipakai dalam meneliti kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang meliputi: laporan laba rugi, neraca, laporan posisi keuangan dan ikhtisar laba ditahan, terdapat beberapa pengertian atau definisi laporan keuangan dari berbagai sumber yakni sebagai berikut:
16
1.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap. Laporan keuangan ini terdiri dari neraca, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang telah disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Begitu juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
2.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 part 10 mengatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012).
3.
Menurut PSAK part 24 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan 4 karakteristik kualitatif pokok yang merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012) yakni:
a.
Dapat dipahami Informasi disajikan dalam bentuk laporan keuangan serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman dan dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna. Karenanya diasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
17
b.
Relevan Informasi dalam laporan keuangan dapat disebut relevan apabila informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Maka informasi relevan dapat dihubungkan dengan keinginan penggunanya. Informasi tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), informasi tersebut memungkinkan pemakainya untuk menegaskan atau mengonfirmasi ekspetasi mereka di masa lalu. 2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), informasi tersebut membantu pemakainya memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil dari masa lalu dan masa sekarang. 3) Tepat waktu, informasi tersebut berguna bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan serta mempengaruhi keputusan yang akan diambil. 4) Lengkap, informasi tersebut melatarbelakangi setiap butir informasi utama atau pokok yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan secara rinci dan jelas agar kekeliruan dalam pengguna informasi dapat dicegah. c.
Keandalan Sebaiknya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tidak ada
kesalahan material, dapat diverifikasi serta menyajikannya sesuai dengan fakta. Informasi andal memenuhi karakteristik antara lain:
18
1) Penyajian jujur, informasi tersebut menggambarkan kebenaran transaksi serta peristiwa lainnya yang disajikan secara wajar. 2) Dapat diverifikasi, informasi tersebut dapat diuji apabila terdapat pengujian lebih dari sekali dengan pihak yang berbeda maka sebaiknya hasilnya tidak berbeda jauh. 3) Netralitas informasi tersebut seharusnya tidak berpihak pada pihak tertentu tetapi diarahkan pada kebutuhan umum. d.
Dapat dibandingkan Dapat dibandingkan, informasi laporan keuangan dikatakan baik apabila
informasi tersebut dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan dengan dua cara yakni antara lain: 1) Internal, dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. 2) Eksternal, dapat dilakukan bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang baru serta lebih baik daripada sebelumnya, maka perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Dari berbagai sumber atau definisi laporan keuangan yang telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan cerminan dari semua transaksi akuntansi sepanjang waktu yang dapat memberikan sebuah informasi akan kondisi perusahaan dalam menghasilkan baik peningkatan atau penurunan bersih nilai dari ekonomi untuk pemilik modal. Data atau informasi dari laporan keuangan ini harus memiliki sifat yang mudah
19
dipahami, relevan, tepat waktu, lengkap, materialitas dan adanya keseimbangan antara biaya dengan manfaat. Oleh karenanya, laporan keuangan adalah sebuah media yang sangat penting dalam menilai kondisi ekonomis dan prestasi perusahaan. 2.1.4 Auditing Menurut Mulyadi (2008:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta pengumpulan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Auditing merupakan salah satu bentuk jasa assurance yang disediakan oleh kantor akuntan publik, di mana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang keterpercayaan atas asersi (pernyataan yang yang menyebut bahwa sesuatu itu benar) yang dibuat pihak lain. Auditing juga memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan suatu perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk melakukan audit, harus terdapat informasi dari perusahaan dalam bentuk yang dapat diuji, serta beberapa standar (kriteria yang sudah ada pedomannya) yang dapat digunakan oleh sang auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.
20
Menurut Arens et al., (2011:15) auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Dari beberapa definisi di atas,dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses sistematis yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen untuk memperoleh bukti secara objektif sesuai kriteria yang ditetapkan dengan tujuan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat atas penyajian laporan keuangan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang bersifat material, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Agoes (2012:11) ditinjau dari jenis pemeriksaan, jenis audit dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : 1.
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Adalah
audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh klien untuk menyatakan pendapat kewajaran atas laporan keuangan tersebut yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. 2.
Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit
telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
21
3.
Audit Operasional (Management Audit) Adalah audit yang bertujuan untuk mengevaluasi keekonomian, efisiensi, dan
efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Dalam audit ini, review atau penelaahan evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain yang dikuasai oleh auditor. 2.1.5 Standar Auditing Standar audit merupakan pedoman untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independen, persyaratan pelaporan, dan bukti. Secara historis, standar auditing telah diorganisasikan bersama dengan 10 standar auditing yang berlaku umum (GAAS), yang dibagi menjadi tiga kategori: 1.
Standar Umum
a.
Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor;
b.
Audit harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit;
c.
Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.
2.
Standar Pekerjaan Lapangan
a.
Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya;
22
b.
Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai pengendalian internal untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, waktu, serta luas pengujian yang akan dilaksanakan;
c.
Auditor harus memperoleh cukup bukti yang tepat dengan melakukan inspeksi , observasi, tanya-jawab, dan konfirmasi agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.
3.
Standar Pelaporan
a.
Laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP);
b.
Laporan harus mengidentifikasikan keadaan dimana prinsip-prinsip tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan periode sebelumnya;
c.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan dianggap sudah memadai, kecuali dinyatakan sebaliknya dalam laporan auditor;
d.
Laporan harus berisi pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan, secara keseluruhan, atau asersi bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan. Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, auditor harus menyatakan alasan-alasan yang mendasarinya. Dalam kasus, jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan itu harus dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
23
2.1.6 Audit Delay Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal terpenting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasal modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Namun auditor memerlukan waktu yang cukup untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opininya. Menurut Kartika (2011:4) audit delay merupakan rentang waktu untuk menyelesaikan suatu laporan audit atas laporan keuangan, yang diukur dari penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Menurut Knechel & Payne (2001) dalam Surbakti (2009) audit report lag (istilah lain audit delay) dibedakan menjadi tiga yaitu : 1.
Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan oleh auditor.
2.
Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.
3.
Reporting lag, yaitu selisih waktu antara penyelesaian pekerjaan laporan dengan tanggal laporan auditor. Menurut Dyer dan Mc Hugh dalam Malinda (2015:16) membagi
keterlambatan atau lag menjadi: a.
Preliminary lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.
24
b.
Auditor’s signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai tanggal yang tercantum di dalam laporan auditor, atau yang sering disebut juga dengan audit delay.
c.
Total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan oleh pasar modal. Menurut Halim (2000:4) audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004:18) audit delay atau audit report lag merupakan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu audit atau audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor terhitung mulai tanggal tutup buku sampai tanggal penandatanganan oleh auditor pada laporan auditor independen. Di Indonesia, BAPEPAM-LK dan BEI menetapkan bahwa laporan keuangan tahunan harus teraudit dan diserahkan ke BAPEPAM-LK dan BEI untuk dipublikasikan paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan syarat utama bagi peningkatan harga pasar saham perusahaan-perusahaan go public. Pentingnya publikasi laporan keuangan auditan sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di pasar modal. Jarak waktu penyelesaian audit laporan keuangan yang ikut memengaruhi manfaat informasi laporan keuangan
25
auditan yang dipublikasikan serta faktor-faktor yang memengaruhi audit delay menjadi objek yang signifikan untuk diteliti lebih lanjut. 2.1.7 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah besar-kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Ani, 2011:17). Ukuran perusahaan merupakan ukuran sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat memberikan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang. Semakin besar sumber daya yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan tersebut tergolong dalam perusahaan besar, dan sebaliknya, semakin kecil sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin kecil ukuran perusahaan tersebut. Menurut Mas’ud (1994:56) ukuran perusahaan dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a.
Perusahaan besar (large firm) adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar per tahun.
b.
Perusahaan menengah (medium firm) adalah perusahaan yang
memiliki
kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar per tahun. c.
Perusahaan kecil (small firm) adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan serta
26
memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar per tahun. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut: UP = Ln (Total Aset) Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya dapat diukur berdasarkan total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan lain sebagainya. Semakin besar item-item tersebut, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Menurut Hossain dan Taylor (1998) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih besar akan menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih kecil, hal ini dikarenakan jumlah sampel yang harus diambil semakin besar dan semakin banyak prosedur audit yang harus ditempuh. 2.1.8 Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan
aset
atau
ekuitas
dalam
menghasilkan laba bagi perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu rasio saja untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dalam industri keuangan yang terdaftar di BEI, yaitu Return on Assets (ROA). ROA adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan didalam operasional bisnisnya dengan memanfaatkan sumber daya asetnya. Semakin tinggi nilai rasio
27
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil investasi pada asetnya dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ross et al., (2005) Return on Assets (ROA) dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : Return on Asset
:
Rasio tingkat profitabilitas
Laba Setelah Pajak
:
Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak
Total Aset
:
Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap aset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (aset) yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset untuk memperoleh laba bersih. Hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Dengan demikian kemungkinan profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. 2.1.9 Opini Audit Pendapat auditor dalam laporan keuangan auditan sangatlah penting bagi perusahaan maupun pihak-pihak luar yang membutuhkan informasi keuangan perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Terdapat lima jenis opini
28
yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:19) yaitu sebagai berikut : 1.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion). Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika :
a.
Tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dalam penyusunan laporan keuangan;
b.
Konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) tersebut serta;
c.
Pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
2.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language). Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai
standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3.
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit apabila: a.
Lingkup audit dibatasi klien;
29
b.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor;
c.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten;
4.
Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion). Pendapat
tidak
wajar
merupakan
kebalikan
pendapat
wajar
tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. 5.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka
laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Adapun proses pemberian pendapat qualified opinion tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama, karena hal ini melibatkan proses negosiasi yang cukup rumit antara auditor dengan manajemen perusahaan. Akan tetapi, Iskandar dan Trisnawati (2010) membuktikan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap
30
audit report lag. Hal ini disebabkan pemberian opini audit dilakukan pada tahap terakhir pada proses audit, sehingga pendapat apapun yang diberikan auditor kepada perusahaan tidak mempengaruhi lamanya audit report lag. 2.1.10 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Menurut Arens et al., (2010) Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi para akuntan publik untuk memberikan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa tambahan biasanya diberikan KAP meliputi jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, serta jasa konsultasi manajemen. KAP terus mengembangkan produk dan jasa baru, seperti perencanaan keuangan, penilaian usaha, akuntansi forensik, serta jasa penasihat teknologi informasi. KAP dibagi menjadi 2 yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four. KAP Big Four cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien mendapatkan masalah berkaitan dengan going concern perusahaan. Dimana suatu keadaan perusahaan dapat atau telah beroperasi dalam jangka waktu ke depan yang dipengaruhi oleh keadaan financial dan no financial serta tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Di Indonesia, Kantor Akunansi Publik besar lebih dikenal dengan nama The Big Four. The Big Four adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Firma empat besar adalah sebagai berikut: 1.
Deloitte Touche Tohmatsu, yang berkantor pusat di Amerika Serikat;
2.
PricewaterhouseCoopers (PwC), yang berkantor pusat di Britania Raya;
31
3.
Ernst & Young (EY), yang berkantor pusat di Britania Raya; dan
4.
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), yang berkantor pusat di Belanda. Menurut Arens et al., (2015:31) tiga faktor utama yang mempengaruhi
struktur organisasi semua KAP adalah sebagi berikut: a.
Kebutuhan akan independensi dari klien. Independensi memungkinkan auditor tetap tidak biasa dalam menarik kesimpulan tentang laporan keuangan.
b.
Pentingnya struktur untuk memicu kompetensi. Kompetensi memungkinkan auditor melaksanakan audit dan melakukan jasa-jasa lain secara efisien serta efektif.
c.
Meningkatnya risiko tuntutan hukum yang dihadapi auditor. KAP mengalami peningkatan biaya yang berkaitan dengan tuntutan hukum. Beberapa struktur organisasi dapat memberikan tingkat perlindungan tertentu bagi setiap anggota Kantor Akuntan Publik (KAP). Pemilihan
kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat
membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemingkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk masa yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya ukuran kantor akuntan publik dapat memungkinkan mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan.
32
2.1.11 Audit Tenure Audit tenure adalah jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain audit tenure menurut Geiger dan Rughunandan (2002) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh penelitian Ashton et al., (1987) merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh audit tenure terhadap audit delay. Dalam penelitian Lee et al., (2009) kemudian menguji kembali penelitian Ashton et al., (1987) dalam penelitian tersebut menemukan bahwa audit tenure yang baru melakukan perikatan dengan klien terkait dengan efisiensi audit yang lebih rendah, menghasilkan audit delay yang lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode lalu perusahaan pada awal perikatan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 audit tenure identik dengan masa pemberian jasa bagi akuntan publik.
Regulasi yang
mengatur audit tenure berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yakni mengenai pembatasan masa pemberian jasa oleh Akuntan Publik dan KAP. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas oleh KAP tertentu adalah selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut, serta 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik.
33
Meskipun demikian, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengatur tentang Pembatasan Lamanya Penugasan Auditor dengan Perusahaan Kliennya. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari perusahaan publik oleh KAP paling lama enam tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Pembatasan lamanya masa penugasan audit dipandang sangat penting untuk pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk tetap menjaga independensi auditor dalam melaksanakan tugasnya. 2.1.12 Kompleksitas Operasi Perusahaan Kompleksitas operasi perusahaan berhubungan langsung dengan unit-unit perusahaan yang saling bekerjasama dan saling memengaruhi untuk mencapai tujuan perusahaan. Kompleksitas yang ada dalam perusahaan diukur dari banyaknya jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan induk. Jumlah anak perusahaan suatu perusahaan mewakili kompleksitas jasa audit yang diberikan, yang merupakan ukuran rumit atau tidaknya transaksi yang dimiliki oleh klien KAP untuk diaudit (Widosari, 2012). Tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya lebih cenderung memengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, sehingga hal tersebut juga memengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Menurut Ahmad dan Abidin (2008) dalam Oviek (2012:45), antara kompleksitas perusahaan yang dilihat dari diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak perusahaan klien
34
berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan. Apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat lingkup audit yang dilakukan oleh auditor semakin luas, sehingga berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya. 2.2 Rerangka Pemikiran Pada penelitian ini menggunakan 2 teori dasar yaitu agency theory dan signalling theory. Laporan keuangan perusahaan harus disajikan secara akurat. Proses audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku umum memerlukan waktu yang cukup lama sampai laporan audit ditandatangani dan dipublikasikan. Banyak perusahaan go public cenderung menghindari audit delay yang menyebabkan lamanya publikasi laporan keuangan dapat sangat merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi dan menimbulkan rumor dari para pelaku pasar yang membuat pasar menjadi tidak pasti. Keterbatasan laporan akan menimbulkan reaksi negatif bagi para pelaku pasar modal. Dapat diartikan bahwa keterlambatan pelaporan memberikan sinyal yang buruk untuk perusahaan tersebut. Di Indonesia menurut BAPEPAM-LK mengeluarkan Surat Keputusan tahun 2011 peraturan BAPEPAM Nomor KEP-346/BL/2011 mengenai Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan ini menyatakan bahwa emiten
35
atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan
kepada
BAPEPAM-LK paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir. Publikasi yang melebihi batas waktu yang disyaratkan BAPEPAM-LK menyebabkan audit delay yang akan mengidentifikasikan terdapat masalah dalam laporan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan audit atas laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit, reputasi KAP, audite tenure, dan kompleksitas operasi perusahaan. Karakteristik tersebut dapat memengaruhi audit delay. Agency Theory
Signalling Theory
Bad News NEWSN
Good News
Principal
Agent
Agency Conflict
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ukuran Perusahaan Profitabilitas Opini Audit Reputasi KAP Audit Tenure Kompleksitas Operasi Perusahaan
Audit Delay Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Asimetri Informasi
36
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka makin banyak mendapatkan perhatian baik dari investor maupun pemerintah (Kieso, 2010:260). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi 3 kategori yaitu, perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Auditor dalam mengaudit perusahaan dengan aset yang lebih besar akan menjadikan waktu auditnya lebih panjang. Hal ini dikarenakan dalam menafsirkan segala aset perusahaan yang lebih besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan menghitung aset perusahaan dengan aset yag kecil. Karena proporsi aset perusahaan dapat terdiri dari aset lancar (kas, piutang, perlengkapan dan lain-lain) dapat juga aset tetap (peralatan, tanah, gedung dan lain-lain). Arah hubungan yang timbul antara ukuran perusahaan terhadap audit delay adalah positif, karena apabila perusahaan yang diaudit memiliki aset yang lebih besar maka waktu penyesaian auditnya akan semakin lama. Hossain dan Taylor (1998) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih besar akan menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih kecil, hal ini dikarenakan jumlah sampel yang harus diambil semakin besar dan semakin banyak prosedur audit yang harus ditempuh. Hal ini menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, dengan demikian hipotesis yang didapat adalah :
37
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.2 PengaruhProfitabilitas terhadap Audit Delay Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Variabel profitabilitas diukur dengan ROA (Return Of Asset) memiliki pengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit delay yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang mengumumkan laba. Alasannya adalah ketika terjadi kerugian perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami (2006), dan Iskandar dan Trisnawati (2010), menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay, yang artinya bahwa perusahaan yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit delay yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang mengumumkan laba. Perusahaan yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit delay. Menurut Ashton et al., (1987) perusahaan yang mengumumkan rugi untuk periode tersebut akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Menurut Carslaw (dalam Kartika, 2009), ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda berita buruk tersebut, sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit. Kedua, auditor akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan atau kecurangan manajemen. Dari uraian diatas, bahwa tingkat profitabilitas suatu
38
perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan. Dengan demikian hipotesis yang didapatkan adalah: H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.3
Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay
Opini auditor merupakan simpulan dari proses audit yang dilakukan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan klien mengenai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Opini auditor atas laporan keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil keputusan. Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor independen atas kewajaran suatu laporan keuangan. Opini auditor digunakan oleh pengguna intern dan ekstern laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Carslaw dan Kaplan (1991) menemukan adanya pengaruh antara opini audit dengan audit delay. Pada perusahaan yang menerima jenis pendapat qualified opinion akan menunjukan audit delay yang relatif lama, karena proses pemberian opini audit melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Utami (2006:17) yang menemukan bahwa opini audit berpengaruh terhadap audit delay. Dan sesuai yang ditunjukkan oleh Kartika (2009) yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh pada audit delay. Oleh karena itu, pemberian opini wajar dengan pengecualian tentu
39
dapat memperpanjang audit delay. Dengan demikian, hipotesis yang didapat adalah: H3: Opini auditor berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.4
Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Delay
Menurut Arens et al., (2010) Kantor Akuntan Publik (KAP) bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan yang dipublikasikan oleh seluruh perusahaan yang telah go public, sebagian besar dari perusahaan besar, dan banyak pula dari perusahaan kecil, serta organisasi nirlaba. Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik cenderung memiliki sumber daya yang berkompeten untuk melaksanakan prosedur audit secara lebih efisien dan efektif sehingga laporan auditan dapat terselesaikan tepat waktu. Rentang waktu penyelesaian audit yang lebih cepat adalah cara KAP untuk mempertahankan reputasinya agar tidak kehilangan kepercayaan klien (Sunaningsih, 2014). Semakin besar ukuran perusahaan akan cenderung mempercepat proses penyusunan laporan keuangan yang membuat auditor memiliki waktu yang lebih banyak dalam pengauditannya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ferdianto (2012) dan Sari (2014), menyatakan bahwa KAP big four juga memiliki staf yang lebih kompeten, kompetensi staf akan memungkinkan proses audit yang lebih cepat, karena staf yang kompeten akan memiliki produktifitas kerja yang tinggi. Namun, sifat kehati-hatian KAP dapat memperpanjang jangka waktu pelaporan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis yang didapat adalah : H4 : Reputasi KAP berpengaruh positif terhadap audit delay.
40
2.3.5 Pengaruh Audit Tenure terhadap Audit Delay Audit tenure adalah jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain audit tenure menurut Geiger dan Rughunandan (2002) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Menurut Lee et al., (2009) menyatakan bahwa semakin meningkat audit tenure maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien. Sebaliknya jika auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode lalu perusahaan pada awal perikatan (Ashton et al., 1987). Auditor yang baru melakukan perikatan dengan klien belum memiliki pemahaman yang mendalam dan memadai tentang perusahaan, sehingga memperbesar potensi kegagalan audit yang dapat mengakibatkan audit delay yang lebih panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan rentang waktu khusus bagi auditor untuk membangun pemahaman atas karakteristik bisnis dan operasional perusahaan pada masa awal audit. Hal ini mengakibatkan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam pelaksanaan proses audit pada tahuntahun awal perikatan audit dengan perusahaan (Caramanis dan Lennox, 2008). Dengan demikian, pemahaman auditor atas karakteristik operasional perusahaan
41
menjadi lebih lengkap dan mendalam seiring peningkatan audit tenure (Carcello dan Nagy, 2004). Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh penelitian Ashton et al., (1987) merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh audit tenure terhadap audit delay. Dalam penelitian Lee et al., (2009) kemudian menguji kembali penelitian Ashton et al., (1987) dalam penelitian tersebut menemukan bahwa auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Regulasi yang mengatur audit tenure berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yakni mengenai pembatasan masa pemberian jasa oleh Akuntan Publik dan KAP. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas oleh KAP tertentu adalah selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut, serta 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik. Berdasarkan uraian tersebut, dengan demikian hipotesis yang didapat adalah: H5: Audit tenure berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.6
Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Audit Delay
Kompleksitas perusahaan yang dilihat dari diversifikasi bisnis operasi dan jumlah anak perusahaan, banyaknya anak perusahaan secara otomatis akan membuat transaksi perusahaan juga banyak, apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat lingkup audit yang dilakukan oleh auditor semakin luas, sehingga
42
berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya, sehingga akan berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sesuai dengan yang ditunjukkan Ahmad dan Abidin (2008) dalam Oviek (2012:54) antara kompleksitas operasi perusahaan yang dilihat dari diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak perusahaan klien berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang didapat adalah : H6 : Kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay.