ANOMIE (Studi Kasus Praktek Prostitusi di Kampung Sungai Datuk, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan)
NASKAH PUBLIKASI
OLEH
DELLA AYUWANDARA SRI WAHYUNI, M.Si MARISA ELSERA, S.Sos. M.Si
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ANOMIE (Studi Kasus Praktek Prostitusi di Kampung Sungai Datuk, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan)
NASKAH PUBLIKASI Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
OLEH
DELLA AYUWANDARA SRI WAHYUNI, M.Si MARISA ELSERA, S.Sos. M.Si
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK Prostitusi yang berada di Kampung Sungai Datuk, kelurahan KIjang Kota, kecamatan Bintan Timur, kabupaten Bintan yang sudah ada sejak tahun 1970 an dan memunculkan pertentangan nilai dan norma di dalam masayarakat. Untuk menganalisis permasalahan ini peneliti menggunakan teori dari Robert K. Merton yang menyatakan bahwa perilaku tanpa arah dan apatis atau keadaan masyarakat yang ditandai oleh pandangan sinis (negatif) terhadap sistem norma, hilangnya kewibawaan hukum, dan disorganisasi hubungan antara manusia, atau juga dapat diartikan sebagai gejala ketidakseimbangan psikologis yang dapat melahirkan perilaku menyimpang dalam berbagai manifestasi Pada penelitian ini, peneliti mengambil informan sebanyak 7 orang Pekerja Seks Komersial (PSK). Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif, penelitian ini menggunakan konsep Anomie dari Robert K. Merton. Penentuan informan menggunakan metode Snowball Sampling atau penentuan sampel berdasarkan petunjuk dari informan awal dalam penelitian. Prostitusi yang ada di Kampung Sungai Datuk, kelurahan Kijang Kota, kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor gaya hidup hedonism informan sebagaimana yang ditemui peneliti dilapangan seperti gaya hidup mulai dari menggunakan gadget terbaru, barang-barang branded serta tempat-tempat nongkrong serta liburan yang tinggi hingga ke luar kota. Faktor individu yang di picu rasa kecewa dan gairah seks yang tinggi (Hypersex) juga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya prostitusi,selain itu faktor ekonomi yang jadi alasan klasik juga tidak bisa kita pungkiri merupakan faktor yang paling banyak menjadi penyebab terjadinya prostitusi. Aturan sebagai pengikat segala perilaku masyarakat agar sesuai dengan nilai dan norma ketika tidak di jalankan dengan baik akan menjadi celah perilaku menyimpang seperti yang ada di Kampung Sungai Datuk yang juga menjadi sebab bertahannya praktek prostitusi hingga puluhan tahun.
Kata Kunci: Anomie, Prostitusi
ABSTRACT
Prostitution of Sungai datuk village, Kijang kota sub-district,Bintan timur district, Bintan regency has been existed since 1980s. It causes norm and value disagreement in the society. To analyze the issue, researcher adopts theory of Robert who says that the directionless and apathies behavior or a state of cynical (negative) looks towards norm system, the lost of law integrity, dan human relationship disorganization or imbalance psychology symptom can lead deviated behavior at any manifestation. Researcher obtains seven prostitutes as informants. Researcher uses descriptive type with qualitative analysis. The research adopts Anomie concept by Robert. Researcher uses snowball sampling (based on the initial guide) to have informants in this research. Prostitution of Sungai datuk village, Kijang kota sub-district,Bintan timur district,Bintan regency caused by some factors. They are hedoism life-style, individual, and economy factor. Hedoism life-style is a behavior that is keen on having expensive branded goods, hanging out or going to costly destinations. Individual factor is the factor that comes from disappointment and hyper-sex desire. Economy factor is the most dominant factor. It is a classical factor that leads prostitutions. Prostitution is also caused by the weaknesses of the society rules and regulations that can actually bind the society behavior in order not to be deviated. Those have happened to Sungai Datuk village prostitution for many years
Key word: Anomie, Prostitution
ANOMIE (Studi Kasus Praktek Prostitusi di Kampung Sungai Datuk, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan)
A.
Di
Latar Belakang Fenomena
Kabupaten
Bintan,
perilaku
Kepulauan Riau juga tidak terlepas dari
kehidupan
praktek prostitusi, hal ini di buktikan
bermasyarakat memang menarik untuk
dengan terdapatnya beberapa lokasi
dibicarakan.
protitusi
menyimpang
dalam
Penyimpangan
social
di
Kabupaten
Bintan,
terhadap norma-norma atau nilai-nilai
Kepulauan Riau baik yang secara legal
masyarakat disebut deviasi (deviation),
maupun illegal, kawasan prostitusi
sedangkan pelaku atau individu yang
secara legal yakni berada di lokasi lain
melakukan
di Jl. Tanjung Uban Km. 13,
penyimpangan
disebut
Desa
devian (deviant). Penyimpangan sosial
Lancangkuning,
yang bersifat negatif
yangterjadi di
Utara, Bintan yang biasa di sebut
dalam masyarakat bisa terjadi di
dengan Bukit Senyum, sedangkan
sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
prostitusi secara illegal berada di lokasi
longgarnya nilai dan norma dalam
KM 24 kecamatan Toapaya Bintan, Kp.
suatu masyarakat, sosialisasi yang tidak
Lengkuas,
sempurna,
kecamatan Bintan timur, dan Sungai
dan
sosialisasi
sub
Kecamatan
kelurahan
kijang
Bintan
kota,
kebudayaan yang menyimpang atau
Datuk,
lingkungan bermain.
Kecamatan Bintan Timur, serta di café-
Kelurahan
Kijang
Kota,
café malam yang tersebar di wilayah
sepenuhnya membawa dampak yang
Bintan.( Wawancara Ketua RT 01
positif bagi masyarakat, masuknya
Sungai Datuk : Jum’at, 31 Desember
kebudayaan dan nilai-nilai baru pada
2015 : 10.25 WIB )
masyarakat yang belum siap menerima
Pertumbuhan mampu
menyerap
industri pekerja
yang
akan perubahan membuat nilai-nilai
dalam
dan norma yang ada pada masyarakat
jumlah banyak seharusnya menjadi
menjadi
sesuatu yang menguntungkan bagi
menimbulkan gejala-gejala sosial yang
masyarakat
tersedianya
timbul pada masyarakat Sungai Datuk,
lapangan kerja yang memadai dengan
Kelurahan Kijang kota, Kecamatan
kebudayaan
Bintan Timur, Kabupaten Bintan,
karena
yang
beragam
dan
membuka peluang bagi masyarakat
pudar
Berdasarkan
dan
bahkan
pengamatan
untuk berkembang karena kehadiran
peneliti di lapangan atas fenomena
pendatang akan membutuhan sarana
yang
dan pra sarana untuk tinggal dan
mengangkat masalah ini karena tempat
menetap di daerah mereka seperti
prostitusi
tempat tinggal, keperluan makan dan
pemukiman warga masyarakat, serta
minum yang akan menjadi peluang
praktek prostitusi sudah sering kali di
kerja baru bagi masyarakat. Namun
bongkar namun praktek ini masih
pada
pertumbuhan
muncul lagi dan lagi bahkan praktek
penduduk yang cepat dengan adanya
prostitusi ini sudah sangat lama berdiri
para pekerja pendatang dari luar tidak
dikawasan
kenyataannya
terjadi,
terletak
penulis
dekat
ini.Berdasarkan
tertarik
dengan
gejala-
gejala sosial yang ditemui dilapangan
2.
Manfaat Penelitian
dan melalui pengamatan, maka penulis
a.
Manfaat Teoritis
tertarik untuk melakukan penelitian
Secara Teoritis, penelitian ini di
(Studi
harapkan dapat memberikan gambaran
Kasus Praktik Prostitusi di Kawasan
seperti apa penyebab prostitusi di
Sungai Datuk, Kelurahan Kijang
Sungai Datuk, Kelurahan Kijang kota,
kota, Kecamatan Bintan Timur,
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Kabupaten Bintan).”
Bintan yang di kaji secara sosiologis,
B.
Perumusan Masalah
serta dapat menjadi masukan bagi
Apa Penyebab Prostitusi di
pihak- pihak terkait.
judul:
dengan
“ANOMIE
Sungai Datuk, Kelurahan Kijang kota,
b.
Secara praktis, penelitian ini
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
diharapkan dapat menjadi tambahan
Bintan ? C.
Tujuan
Manfaat Praktis
dan
Kegunaan
literatur kajian terhadap perkembangan
Penelitian
ilmu sosiologi sekaligus menjadi acuan
1.
Tujuan Penelitian
bagi penelitian berikutnya, khususnya
Adapun yang menjadi tujuan
kajian
yang
berhubungan
dengan
penelitian ini Penyebab Prostitusi di
Penyebab Prostitusi di Sungai Datuk,
Sungai Datuk, Kelurahan Kijang kota,
Kelurahan Kijang kota, Kecamatan
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Bintan
Bintan
Kijang yang dikaji secara sosiologis.
Timur,
Kabupaten
Bintan
D.
Tinjauan Pustaka
tidak lagi menekankan pada tidak
1.
Anomie
meratanya sarana-sarana yang tersedia,
Anomie
merupakan
suatu
tetapi
lebih
menekankan
pada
keadaan yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan-perbedaan
berbagai
suatu
kesempatan. Menurut Merton dalam
struktur sosial sehingga ada individu-
setiap masyarakat terdapat struktur
individu yang mengalami tekanan dan
sosial yang berbentuk kelas-kelas dan
akhirnya menjadi menyimpang. Seperti
ini menyebabkan perbedaan-perbedaan
halnya Durkheim, Robert K Merton
kesempatan dalam mencapai tujuan.
mengaitkan masalah kejahatan dengan
Kelas bawah (lower class) mempunyai
anomie.
Merton
kesempatan lebih kecil dalam mencapai
tentang anomie agak berbeda dengan
tujuan bila di bandingkan dengan
konsepsi anomie dari Durkheim.
mereka yang mempunyai kelas yang
ketegangan
Tetapi
dalam
konsepsi
Konsep Merton tentang anomie berbeeda dengan apa yang di gunakan oleh Durkheim, yang member batasan anomie sebagai suatu keadaan tanpa norma atau tanpa harapan. Merton tentang adaptasi pada anomie dikenal sebagai teori keeteegangan. Dalam perkembangan
selanjutnya
Merton
struktur
lebih tinggi (upper class). Keadaan ini meenimbulkan ketidakpuasan, frustasi dan
munculnya
penyimpangan-
pnyimpangan di kalangan warga yang tidak
mempunyai
kesempatan
mencapai tujuan tersebut. Situasi ini akan menimbulkan keadaan para warga tidak lagi mempunyai ikatan yang kuat terhadap
sarana-sarana/kesempatan-
kesempatan
yang
masyarakat.
terdapat
Keadaan
dalam
ini
yang
Innovation
(Inovasi),
yaitu
keadaan dimana tujuan yang terdapat di masyarakat di akui dan di pelihara
dinamakan anomie. Kondisi
b.
ini
kemudian
menimbulkan suatu pilihan dari para warga masyarakat teersebut untuk menyesuaikan diri tunduk
kepada
kenyataan atau menolak salah satu antara tujuan dan cara yang terseda di dalam masyarakat yang bersangkutan. Robert K Merthon mengemukakan lima model alternative penyesuaian diri
tetapi mereka mengubah sarana-sarana yang di pergunakan untuk mencapai tujuan tersebut. c.
keadaan dimana wwarga masyarakat menolak tujuan yang telah ddi tetapkan dan memilih sarana-sarana yang telah ddi tentukan. d. yakni
terhadap keadaan anomie yaitu :
Ritualism (Ritualisme), yakni
Retreatism keadaan
(Penarikan dimana
diri), warga
masyarakat menolak tujuan dan saranaa.
Conformity
sarana yang telah tersedia dalam
(Konformitas), yaitu suatu keeadaan dimana
warga
masyarakat
tetap
menerima tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat karena adanya tekanan moral.
masyarakat. e.
Rebellion
(Pemberontakan),
yakni suatu keadaan dimana tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat di tolak dan berusaha untuk mengganti atau mengubah seluruhnya.
analisa data, kesimpulan. Menurut
2. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Sugiono
(2013;12)
“Penelitian
Pekerja Seks Komersial (PSK) deskriptif
adalah
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
nilai
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pekerja Seks Komersial yang variable mandiri, baik satu variable tinggal dan menetap di kos-kosan dan atau lebih (independen) tanpa membuat menjajakan diri mereka kepada lakiperbandingan atau menghubungkan laki yang berada d kawasan itu maupun antara variable satu dengan variable yang dari luar kawasan yang berada di yang lain. kawasan
sungai
Datuk,
kelurahan 2.
Lokasi penelitian
Kijang Kota, kecamatan Bintan Timur, Lokasi penelitian adalah tempat Kabupaten Bintan. dimana kita akan melakukan penelitian E.
Metode Penelitian untuk mendapatkan informasi peneliti.
1.
Jenis Penelitian Dalam
penelitian
ini
peneliti
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Sungai Datuk, menggunakan
jenis
penelitian Kelurahan Kijang kota, Kecamatan
kualitatif dengan pendekatan deskriftif Bintan Timur, Kabupaten Bintan, pada yakni sebuah metode yang digunakan Pekerja Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai
pegangan
peneliti
untuk yang bertempat tinggal di Sungai
menetapkan variable yang akan diteliti, Datuk, teori
yang
digunakan,
Kelurahan
Kijang
kota,
instrumen Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
penelitian yang dikembangkan, teknik Bintan.
3.
diperoleh dari Instansi terkait seperti
Jenis Data Jenis data dalam penelitian
kualitatif ini didapat dari 2 jenis sumber
dari Dinas Sosial Kabupaten Bintan dan KESBANGPOL
Bintan
Mengenai,
jumlah Pekerja Seks Komersial (PSK),
data, yakni sebagai berikut
data kependudukan PSK, serta data a.
Data primer
kegiatan-kegiatan / upaya-upaya yang
Data primer merupakan sumber
telah di lakukan terkait dengan tempat
data yang diperoleh langsung dari
Prostitusi yang berada di wilayah
sumber asli (tidak melalui media
Sungai Datuk, Kelurahan Kijang kota,
perantara),
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
biasanya
diistilahkan
dengan informan penelitian, yaitu Pekerja Seks Komersial (PSK) yang
Bintan. 4.
Populasi dan Sampel
berada di Kampung Sungai Datuk Kelurahan Kijang Kota Kecamatan
Adapun gunakan
Bintan Timur, Kabupaten Bintan.
untuk
cara
yang
memilih
penulis informan
dalam penelitian ini adalah memilih b.
Data Sekunder
orang yang di anggap memahami lebih merupakan
dalam tentang permasalahan peneliti.
sumber data yang tidak memberikan
Teknik Sampling yang digunakan yaitu
informasi secara langsung kepada
Snowball
pengumpul data. Data ini digunakan
penentuan sampel yang mula-mula
untuk
jumlahnya kecil, kemudian membesar,
Data
sekunder
mendukung
infomasi
yang
Sampling
adalah
teknik
sehingga
jumlah
sampel
semakin
banyak. (Sugiyono, 2012 : 78 ) 5.
Teknik
dan
Alat
prostitusi,
penulis
wawancara
mendalam
interview)
melakukan (indepth
mengenai
penyebab
prostitusi
Pengumpulan Data
c.
Dokumentasi
Adapun alat pengumpulan data Dokumentasi dalam penelitian
penelitian adalah sebagai berikut:
ini meliputi data-data sekunder yang di a.
yang
Observasi
dapat dari lembaga-lembaga terkait,
Observasi dilakukan di lokasi
serta berupa foto-foto terkait dengan
menjadi
Praktik Prostitusi di Kampung Sungai
tempat
beraktifitas
Pekerja Seks Komersial sehari-hari di
Datuk,
kawasan
kecamatan Bintan Timur, kabupaten
Sungai
datuk,
kelurahan
Kijang Kota, kecamatan Bintan Timur,
Bintan.
kabupaten Bintan menyangkut tentang
6.
kegiatan, motivasi, sikap, serta gaya hidup pekerja seks komersial (PSK). b.
Wawancara
kelurahan
Kijang
Kota,
Teknik Analisa Data Teknik
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data
model
Miles
and
Huberman. Analisis data dilakukan Wawancara dilakukan peneliti pada
saat
pengumpulan
data
yang dilakukan untuk mendapatkan berlangsung
dan
setelah
selesai
pengumpulan
data
dalam
periode
informasi seperti mengetahui penyebab
tertentu. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010: 246). a.
Reduksi
Menurut Sugiyono (2010: 252) Kesimpulan merupakan temuan baru
data
(Data
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
Reduction) Dalam penelitian ini, peneliti
gambaran
obyek
dalam
menjadikan wilayah Sungai Datuk,
hubungan
kausal
atau
sebagai tempat penelitian. Kemudian
hipotesis,
atau
dalam
2010:253).
mereduksi
memfokuskan
data,
pada
peneliti
Pekerja
Seks
Komersial (PSK) dan pemilik kost/ rumah yang menjadi tempat tinggal
teori
F.
Hasil Penelitian
1.
Karakteristik
bentuk interaktif,
(Sugiyono,
informan
berdasarkan Umur
PSK, dengan mengkategorikan pada Umur atau usia adalah satuan
aspek sumber informasi, jenis, dan waktu
karakteristik kebutuhan informasi. b.
Penyajian Data(Data Display) Penyajian data dirancang untuk
menggabungkan
informasi
yang
tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah
dipahami.
Menurut
Sugiyono (2010:249), c.
Kesimpulan/Verifikasi
(Conclusion Drawing/ Verification)
yang
mengukur
waktu
keberadaan seseorang hidup sejak ia dilahirkan (www.id.wikipedia.org./wiiki/umur). Dari
hasil
wawancara
dan
pengumpulan data informan, tujuh orang Pekerja Seks Komersial yang mejadi informan berusia diantara 20 hingga 36 tahun. Data tersebut dapat
digambarkan dalam tabel IV.1 berikut
sehingga mereka merasa diterima dan
ini:
dihargai sebagai individu yang utuh, TABEL IV.1
sebagaimana layaknya individu yang
Karakteristik Informan Berdasarkan
normal dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mereka. Dari hasil
No.
Usia Pekerja Seks Komersial
Jumlah
1
20 – 25 tahun
2 Orang
penelitian dan wawancara dengan
2
26 – 35 tahun
4Orang
informan
3
36 – 45 tahun
1 Orang
mendapatkan daerah dimana informan
TOTAL Sumber: Data Primer
7 Orang
Berdasarkan table, pekerja seks
penelitian,
peneliti
berasal berbeda-beda. Sebagian besar informan berasal dari wilayah diluar
komersial yang sebagian besar masih
No.
Daerah Asal
Jumlah
berusia muda memiliki potensi untuk
1
Kepulauan Riau
1 Orang
2
Sulawesi Selatan
1 Orang
3
Jawa Barat
2 Orang
4
Jawa Tengah
1 Orang
5
Kalimantan Barat
2 Orang
TOTAL
7 Orang
bekerja
menjadi
pekerja
seks
komersial. 2.
karakteristik
Informan
Berdasarkan Kota Asal Pekerja Seks Komersial sebagai Sumber: Data Primer kaum minoritas mencari kenyamanan Dari keterangan data tabel dengan mencari teman-teman senasib diatas, dapat dilihat bahwa dari total 7 dari
populasi/kelompok
yang orang Pekerja Seks Komersialyang
keadaannya serupa dengan diri mereka menjadi informan penelitian, semuanya
berasal dari luar kabupaten Bintan. Ada
pertentangan sikap karena merasa tidak
beberapa
sesuai
hal
yang
mendorong
atau
tidak
mampu
untuk
informan untuk pindah ke kabupaten
mengikuti nilai dan norma yang ada di
Bintan, diantaranya adalah karena
dalam masyarakat untuk mencapai
pengaruh dari ajakan teman, ada
tujuan
kenalan, serta kabupaten Bintan dirasa
masyarakat.
lebih aman untuk di jadikan tempat
a.
tinggal dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. 3.
di
cita-citakan
oleh
Gaya Hidup Hedonisme Hedonisme yakni merupakan
pandangan hidup yang menganggap
ANOMIE
penyebab
yang
(Studi
Praktik
Kasus
Prostitusi
Di
Kawasan Sungai Datuk, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan) Permasalahan
bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya.
terjadi
di dalam lingkungan penganut paham
kompleks
ini, hidup dijalani dengan sebebas-
penyebabprostitusi dapat muncul dari
bebasnya demi memenuhi hawa nafsu
berbagai
yang tanpa batas. (Fortman, 2006:112).
tentang
yang
fenomena
faktor
pekerja
seksual
komersial itu sendiri, bisa dikarenakan dari
keluarga,
pengalaman
lingkungan, hidup
Informan penelitian dalam hal
serta
ini memandang bahwa hidup itu harus
menciptakan
di nikmati, dan mereka mengukur
kenikmatan hidup dari segi materi
meolak tujuan yang ada karena menurut
yakni dengan memiliki gadget dari
informan penelitian mereka bekerja
merk-merk yang terkenal dan brand
sebagai pekerja seks komersial tidak
yang tinggi seperti Iphone 6s, dan
semata-mata di karenakan kebutuhan
Samsung yang mengeluarkan jenis
ekonomi saja, namun banyak faktor
gadget dengan fitur yang lengkap dan
yang lain seperti keterbatasan akses,
harga yang tergolong mahal pula
dan perbedaan kesempatan antara satu
seperti Iphone dengan berbagai tipe dan
individu
harga berkisar 5-15 juta rupiah dan
membuat sebagian orang memilih jalan
Samsung dengan berbagai tipe dengan
pintas untuk mendapatkan sesuatu yang
harga mulai dari 2-12 juta rupiah, selain
dalam hal ini memilih bekerja sebagai
gadget, tas juga memiliki brand-brand
pekerja seks komersial.
yang terkenal di kalangan masyarakat, brand-brand tas seperti Gucci, Prada, Hermes, Lois Vuitton, Channel, serta Longchamp yang saat ini sangat mudah sekali didapatkan di pasar tradisional, toko, hingga butik dengan kisaran harga mulai dari 150- hingga jutaan rupiah. Kegagalan dalam beradaptasi dan
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan masyarakat serta mereka
dengan
individu
lainnya
Nilai dan norma pada umumnya di masyarakat keperawanan merupakan hal yang sangat penting untuk di jaga, karena harga diri perempuan terletak dari bagaimana ia bisa menjaga diri dan keperawanannya. kenyataannya perempuan
Namun saat
yang
ini dengan
pada banyak mudah
memberikan keperawanannya kepada
laki-laki lain hanya karena cinta dan
menjadi
merasa akan di nikahkan, serta untuk
perilaku menyimpang yang bisa di
memenuhi
sebabkan oleh faktor internal seperti
keinginan
untuk
pekerja
mendapatkan uang dengan cara yang
kekecewaan
gampang. Hal yang demikian sesuai
seperti
dengan apa yang dikatakan oleh Robert
pergaulan teman.
K. Merton dalam konsepnya Retreatism (penarikan diri). b.
hidup bermasyarakat, seorang individu harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Tidak semua individu yang tinggal di tengah-tengah masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan nilai yang ada di lingkungan sosialnya, individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
melakukan
faktor
lingkungan,
Adanya
eksternal
keluarga,
dorongan
dan
untuk
cara mengekspresikan rasa kesal, rasa
Sebagai makhluk sosial yang
inilah
dan
komersial,
memenuhi kebutuhan hidup, sebagai
Faktor Individu
sosialnya
seks
yang
akhirnya
tindakan/perilaku
yang
menyimpang yang dalam hal ini yakni
penasaran untuk mencoba, keinginan untuk mengikuti gaya hidup yang tinggi yang
tidak
sebanding
dengan
kemampuan ekonomi yang dimiliki dan akhirnya memilih jalan tercepat dan mudah untuk mendapatkan semuanya. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh informan penelitian yang menjelaskan bahwa
informan
memilih
bekerja
sebagai pekerjaan seks komersial di karenakan rasa kecewa karena sempat akan di janjikan akan di nikahin oleh
pacarnya, akan tetapi pacar informan
teman
malah kabur dengan perempuan lain
awalnya menolak informan mengaku
dan membawa kabur uang informan,
bahwa ada keinginan yang tinggi yang
dari sinilah informan merasa sakit hati
membuat informan mau melakukan
dan mau menjajakan diri karena
hubungan seksual itu.
informan ingin perempuan lain juga merasakan apa yang dia rasakan. Berbeda informan
halnya
sebelumnya,
Meskipun
Kebutuhan untuk memenuhi hasrat seksualitas yang berlelebihan
dengan salah
perempuannya.
satu
oleh
informan
kebiasaan
disebabkan
individu
oleh
melakukan
informan penelitian memilih pekerjaan
hubungan badan yang menyebabkan
sebagai pekerja seks komersial di
ketagihan, Seks merupakan salah satu
sebabkan oleh hasrat seksual yang
dari kebutuhan dasar manusia. Hasrat
tinggi, informan mengakui bahwa ia
seksualitas
timbul
sudah sering melakukan hubungan
manusia
untuk
seksual bersama pacar maupun teman
kebutuhan tersebut dengan ara mencari
informan sendiri, hal ini di lakukan
pelampiasan
informan sejak berusia 14 tahun,
biologisnya. Namun pemenuhan hasrat
informan
memiliki
seksualitas yang legal hanya dilakukan
banyak teman laki-laki dan sering ikut
dengan pasangan dalam sebuah ikatan
berkumpul dengan teman-laki-lakinya
pernikahan, sedangkan bagi individu
di ajak menonton film bokep di rumah
yang belum/sudah tidak terikat dalam
yang
memang
dalan
ini
memotivasi
menanggulangi
hal
kebutuhan
ikatan pernikahan tentu menghambat
menolak
penyaluran hasrat seksualitas sehingga
maupun cara-cara yang telah tersedia
sebagian masyarakat memilih bekerja
dalam
sebagai pekerja seks komersial untuk
2004:149). Dalam hal ini pekerja seks
memenuhi hasrat biologis seperti yang
komersial ini mengetahui bahwa apa
tertuang dalam buku screet of better
yang mereka lakukan tidak sesuai
seks,
dengan
Joel
D.
Block,
PH.
D,
baik
tujuan
masyarakat
nilai
dan
(Jalaludin,
norma
dalam
mereka
tetap
menekankan bahwa rasa ketagihan
masyarakat
selalu membekas setelah berhubungan
memilih jalan tersebut untuk memenuhi
seksual. Dari penjelasan informan
hasrat yang ada di dalam diri mereka
dapat diketahui bahwa terjadi proses
seperti melampiaskan rasa kecewa
penarikan budaya yang tidak sesuai
terhadap pasangan.
dengan tujuan budaya pada masyarakat
c.
namun
kebudayaan
Faktor Ekonomi
tersebut dan informan penelitian ini Kebutuhan ekonomi mampu
juga memilih jalan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma dan budaya yang di anut oleh masyarakat dengan cara menjajakan diri mereka. Hal ini sejalan dengan konsep yang ditawarkan oleh Robert K Merton yakni Retreatism (Penarikan diri) yakni keadaan ketika individu
atau
warga
masyarakat
memaksa individu untuk melakukan cara apapun dalam mendapatkan materi meski
dengan
cara-cara
yang
menyimpang seperti bekerja sebagai pekerja seks komersial. Hal ini akibat dari pemenuhan kebutuhan yang tidak terlepas dari tujuan buadaya dalam
masyarakat yang di ukur dari segi
mantap melangkah menekuni pekerjaan
materi.
sebagai penjaja seks. Berdasarkan
Helen Buckingham dalam
Sutrisno
(2005:
343),
perempuan
wawancara dari informan kita bisa
dan
mengetahui bahwa informan penelitian
dengan
memilih bekerja sebagai pekerja seks
bekerja untuk dirinya sendiri, nampak
komersial untuk memenuhi kebutuhan
pada
pelacur.
hidupnya dan keluarganya, meskipun
Sebagai pelacur merupakan tempat
harus menggunakan tubuh mereka
untuk
sebagai sarana mencari uang.
menghargai menolong
dirinya dirinya
profesinya
sendiri sendiri
sebagai
pertama
kalinya
seorang
perempuan memperoleh penghasilan yang
modalnya
tubuhnya
pekerja seks komersial sebagai bentuk
sendiri, menjual dirinya sendiri dalam
inovasi. Hal ini sesuai dengan konsep
kedudukan ekonomi yang sulit. Lanjut
yang di tawarkan oleh Robert K Merton
dikatakan
Inovasi, yaitu kedaan ketika individu
pula
adalah
Pemilihan pekerjaan sebagai
bahwa
perempuan
memanfaatkan tubuhnya untuk meraup
atau
lembaran uang, sehingga mendapatkan
tujuan
julukan penjaja seks oleh masyarakat.
tetapi dalam hal mencapai tujuan
Predikat yang dimiliki perempuan
tersebut mereka tidak menggunakan
sebagai penjaja seks tidak semakin
cara-cara yang telah melembaga tetapi
membatasi
menggunakan cara-cara lain yang tidak
ruang
dariperempuan,
gerak
bahkan
privat semakin
warga
masyarakat
kebudayaan
menerima
masyarakatnya
legal (Jalaludin, 2004:149).
Dalam proses inovasi individu menerima tujuan budaya yang ada dalam
masyarakat
namun
mereka
zaman, atau kurun waktu tertentu (Narwoko, 2010:102). d.
Aturan yang Longgar
memilih cara-cara yang tidak sesuai Peran nilai dan norma secara
dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, dalam hal ini yaitu bekerja sebagai
Pekerja
Seks
Komersial.
Adanya tujuan dalam suatu budaya masyarakat sebagai ukuran dalam penghargaan kepada individu serta terbatasnya kesempatan untuk menapai tujuan
dari
masyarakat
membuat
individu lebih jeli dalam melihat peluang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Peranan individu yang tidak
sesuai
dengan
peran
yang
seharusnya dianggap sebagai suatu penyimpangan.
Definisi
tentang
perilaku menyimpang bersifat relatif, tergantung
dari
masyarakat
yang
mendefenisikannya, nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat, dan masa,
umum adalah untuk mengatur pola kehidupan
masyarakat
agar
pola
perilaku yang ditunjukkan seimbang, tidak
merugikan,
serta
tidak
menimbulkan ketidakadilan. Mulyana (2004) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan.
Berdasarkan
keterangan dari informan penelitian bisa kita ketahui bahwa aturan yang longgar
bisa
memicu
timbulnya
ketegangan di dalam masyarakat dan menyebabkan
masyarakat
berada
dalam kehidupan tanpa arah. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Robert K. Merton yakni perilaku tanpa arah dan apatis atau keadaan masyarakat yang
ditandai oleh pandangan sinis (negatif)
2004:149). Pada proses berikutnya,
terhadap sistem norma, hilangnya
inovasi
kewibawaan hukum, dan disorganisasi
masyarakat
hubungan antara manusia, atau juga
tujuan kebudayaan yang ada didalam
dapat
masyarakat,
diartikan
sebagai
gejala
menyebabkan menarik
yang
individu diri
tertuang
/
terhadap
dalam
ketidakseimbangan psikologis yang
konsep Rober K Merton Retreatisme
dapat melahirkan perilaku menyimpang
(Penarikan Diri) yakni Retretreatism
dalam berbagai manifestasi (Narwoko
yakni keadaan ketika individu atau
& Suyanto, 2010:110). Selain itu
warga masyarakat menolak baik tujuan
kondisi masyarakat yang seperti ini
kebudayaan maupun cara-cara yang
juga
telah
memicu
individu/masyarakat
melanggar nilai dan norma untuk
Robert K Merton Inovasi yaitu kedaan ketika individu atau warga masyarakat menerima masyarakatnya
tujuan tetapi
kebudayaan dalam
hal
mencapai tujuan tersebut mereka tidak menggunakan cara-cara yang telah melembaga tetapi menggunakan caracara lain yang tidak legal (Jalaludin,
dalam
masyarakat
(Jalaludin, 2004:149).
mencapai tujuan masyarakat, hal ini seperti konsep yang ditawarkan oleh
tersedia
Informan
mengakui
sudah
mngetahui resiko dari bekerja menjadi pekerja seks komersial tapi mereka pasrah
dengan
keadaan
karena
menganggap bahwa hal ini sudah menjadi pekerjaan mereka Hal ini sejalan dengan konsep yang ditawarkan oleh Robert K Merton yakni Retreatism (Penarikan diri) yakni keadaan ketika
individu
atau
warga
masyarakat
kasus praktek prostitusi yang berdiri
menolak
baik
tujuan
kebudayaan
sejak tahun 1980 an hingga saat ini,
maupun cara-cara yang telah tersedia
meskipun pernah ada upaya yang
dalam
dilakukan
masyarakat
(Jalaludin,
oleh
masyarakat
dan
2004:149). Dalam hal ini pekerja seks
pemerintah setempat untuk menutup
komersial ini mengetahui bahwa apa
praktek prostitusi ini namun pada
yang mereka lakukan tidak sesuai
kenyataannya praktek prostitusi masih
dengan nilai dan norma namun mereka
tetap bertahan dan menjadi masalah
tetap memilih jalan tersebut karena
yang belum terselesaikan hingga saat
menganggap bahwa ini sudah menjadi
ini.
resiko dalam pekerjaan mereka sebagai
G.
Penutup
pekerja seks komersial.
1.
Kesimpulan
Lemahnya kontrol yang ada
Prostitusi merupakan salah satu
kampung Sungai Datuk, kelurahan
perilaku menyimpang yang memiliki
Kijang Kota, kecamatan Bintan Timur,
makna melakukan hubungan seksual
kabupaten Bintan ini juga menjadi
dengan berganti-ganti pasangan yang
salah satu penyebab dari praktik
bukan istri atau suaminya yang pada
prostitusi yang masih bertahan hingga
umumnya mereka mendapatkan uang
saat ini, lemahnya pengawasan serta
setelah melakukan hubungan badan.
adanya oknum-oknum tertentu yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
ikut bermain di belakang kasus ini, hal
di kawasan Sungai Datuk kelurahan
ini dibuktikan dari
Kijang Kota, dapat disimpulkan bahwa
masih eksisnya
praktek prostitusi yang terjadi di
a.
kawasan Sungai Datuk di sebabkan
(PSK) yang berada dikawasan Sungai
oleh beberapa faktor, baik dari segi
Datuk kelutahan Kijang Kota, perlu
faktor internal maupun faktor eksternal
diberikan pemahaman yang lebih luas
yaitu gaya hidup hedonisme, faktor
dan mendalam dan pendekatan secara
individu yang disebabkan rasa kecewa
individual
dan kelainan seks (Hypersex), faktor
komersial tentang prinsip kemandirian
ekonomi, serta aturan yang longgar. Ketiga faktor tersebut didukung oleh faktor yang terakhir yakni aturan yang ada di Sungai Datuk kelurahan Kijang Kota yang longgar baik dari masyarakat setempat maupun apparat pemerintahan
b.
Kepada Pekerja Seks Komersial
kepada
Kepada
pekerja
Pemerintah
seks
yang
bersangkutan, sebagai tanggung jawab sosial,
pemerintah untuk melakukan
program pendidikan dan pemberdayaan secara sunggunh -sungguh bukan hanya bersifat sementara..
sehingga praktek prostitusi ini masih c.
bertahan hingga saat ini. 2.
Kepada masyarakat Sagar lebih
peduli kepada lingkungan social dan
Saran
membantu pemerintah dalam bentuk Berdasarkan
hasil
dari
penelitian yang telah dilaksanakan dalam rangka memahami penyebab prostitusi, peneliti memberikan saran beberapa hal sebagai berikut:
pengawasan, menjalin kerja sama yang baik antara masyarakat dan perintah guna terwujudnya keharminisan dan kenyamanan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini, Kartono. 2005. Patologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Romli Atmasasmita. 2010. Teori dan Kapita Selekta Kriminolgi. Bandung : PT RefikaAditama Kamanto Sunarto.2006. Penyimpangan Sosial. Jakarta : Alpabetha
Bachtiar, Reno.2007. Bisnis prostitusi. Yogyakarta: Pinus
Kartono, Kartini. 2007.Patologi Sosial. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada Anwar Yesmil 2010. Kriminologi. Refika Aditama.
dan Adang. Bandung: PT.
Setiadi, Elly. M danKolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Wakhudin.2010.Saritem. Yogyakarta : Narasi
Yesmil Anwar dan Adang,2010. Kriminologi, Bandung : PT RefikaAditama
Topo Santosodan Eva AchjaniZulfa, 2010. Kriminologi,Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, Susanto, 2011. Kriminologi, Yogyakarta :Genta Publishing
Sugyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabetha Haris Hardiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Narwoko & Suyanto. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Grafindo Jaya
Budirahayu.2009. Penyimpangan Sosial. Bandung :Grafika
Narwoko J. Dwi. 2010. Sosiologi teks Pengantar dan Terapan. Kenana Predana Media Group : Jakarta
Coleman, James S. 2011. Dasar-dasar Teori Sosial Referensi bagi Reformasi, Restorasi, dan Reolusi. Nusa Media : Bandung
Moleong, lexy. J. 2010, Metode Peneitian Kualitatif. Bandung.: PT Remaja Rosdaya
Jurnal :
Jurnal Perilaku Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) DI Pasar Hewan Prambanan,
http://eviana19.blogspot.com/2012/10 /perilaku-menyimpang.html
http://infosos.wordpress. com/kelasx/perilaku-menyimpang/Wati, Fera. (2013). BentukBentukPerilakuMenyimpang.
Sleman Yogyakarta oleh Martha Kristiyana, Tahun 2013 Universitas Negeri Yogyakarta
http://ferawati1. blogspot.com/2013/02/bentuk-bentukperilaku-penyimpangan.html.
Jurnal Dampak Lokalisasi Prostitusi Terhadap Perilaku Remaja Di Sekitarnya oleh Abdi Sitepu, Universitas Sumatera Utara
https://m.tempo.co/read/news/2013/04/ 16/058473745/40-juta-psk-menghunilokalisasi-di-seluruh-indonesia
Situs Web :
http://repository. usu.ac.id / bitstream / 123456789 /24957 / 4/ Chapter % 2011. pdf
http://www.referensimakalah.com/201 2/10/pengertian-kriminalitas-menurutbahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_ menyimpang.Eviana. (2012). PerilakuMenyimpang.
http://www.kompasiana.com/ariansyah ekasaputra/teori-asosiasi-diferensialdifferential-association-theory-dalamkriminologi_54f96eaaa3331178178b4 d9b
(Tempo.co, Selasa, 16 April 2013 | 14:49 WIB: Di akses pada Senin, 4 Januari 2016 | 08:25 WIB ) (sumber : Haluan Kepri, 6 Juli 2013: di akses jam 14:23 WIB )