KEMISKINAN DI KAMPUNG TANAH MERAH DESA PENAGA KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
MERISA RISFIANI NIM : 110569201028
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut di bawah ini : Nama NIM Jurusan/Prodi Alamat Nomor Telp Email Judul Naskah
: Merisa Risfiani : 110569201028 : Sosiologi : Kp. Lengkuas RT. 001 RW. 02 Kelurahan Kijang Kota : 0812 7522 5764 :
[email protected] : Kemiskinan di kampung Tanah Merah desa Penaga keamatan Teluk Bintan kabupaten Bintan
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 15 Agustus 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Sri Wahyuni, M.Si NIDN. 1016047701
Tri Samnuzulsari, MA NIP.198406182014042001
KEMISKINAN DI KAMPUNG TANAH MERAH DESA PENAGA KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN MERISA RISFIANI Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Kemiskinan merupakan suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yang di dalamnya terdapat kemiskinan, ketidakberdayaan, kerentanan, ketergantungan, dan keterasingan. Kemiskinan di kampung Tanah Merah ditandai dengan perlengkapan yang sangat minim, tidak memiliki MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang sesuai standar kesehatan serta ekonomi keluarga yang berciri gali lubang tutup lubang. Ketidakberdayaan di tandai dengan masyarakat yang tidak mampu menghadapi tauke ikan atau rentenir yang mengeksploitasi mereka. Kerentanan yaitu masyarakat yang tidak mempunyai persiapan dalam meghadapi kondisi darurat, sehingga masyarakat harus berhutang dan menjual barang-barang berharga. Ketergantungan yaitu masyarakat menggantungkan nasibnya dengan orang yang lebih mampu disekitarnya seperti tauke dan rentenir dan yang terakhir keterasingan yaitu masyarakat dengan tempat tinggalnya yang jauh dan tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemiskinan di kampung Tanah Merah desa Penaga kecamatan Teluk Bintan kabupaten Bintan. Pada penelitian ini, peneliti mengambil informan sebanyak delapan orang nelayan. Dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini menggunakan konsep kemiskinan dari Robert Chambers. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling atau penentuan sampel dengan penilaian dan karakteristik yang sesuai dengan maksud penelitian. Kemiskinan masyarakat kampung Tanah Merah termasuk ke dalam kategori kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural yang terjadi di kampung Tanah Merah dapat dilihat ketika pemerintah kabupaten Bintan menyediakan bantuan guna memberdayakan masyarakat pesisir. Tetapi, sistem dalam pemerintahan yang menyulitkan masyarakat untuk mengakses bantuan tersebut. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk bergantung dengan tauke. Sedangkan kemiskinan kultural dapat dilihat dari sikap masyarakat yang merasa putus asa karena sulit mengakses bantuan tersebut. Hal ini dilatarbelakangi dengan sikap yang tidak mau berusaha mencari pekerjaan alternatif lain selain nelayan Kata Kunci: Kemiskinan, Masyarakat Pesisir
ABSTRACT
Poverty is an integrated concept which contains 5 dimensions. They are poverty itself, helplessness, susceptibility, dependency, estrangement. Tanah merah village poverty can be seen from the poor sanitation (deficiency of bathing, washing, and toilet). They also poor in health and economy (living on owing). Tanah merah people have been exploited by distributor merchant for many years. It is a sign of helplessness. Tanah merah people are also susceptible that they are not so well prepared to encounter very critical economy situation that they sell their posses or owe money to solve the problem. The people of Tanah merah village are dependant. They depend their life on wealthier people like distributor merchants and money lenders. Estrangement, they live very far from information access. The research is to investigate the poverty at Tanah merah village,penaga sub district, teluk bintan district, bintan regency. Researcher has obtained 8 fishermen as informants. Researcher uses descriptive research type with qualitative analysis. This research uses poverty concept from Robert. Researcher holds purposive sampling method for informant determination or sampling determination by assessment and characteristics that meets the purpose of the research. The poverty at the village is categorized as structural and cultural poverty. It can be seen as the local government provides aid to power costal people. But government complicated bureaucracy complicates the people to obtain the aid. The situation leads people to rely on distributor trader. While the cultural poverty can be seen from desperate people that cannot access the aid. It is also worsened by the laziness to find other jobs to get better life.
Key words: poverty, costal people
antara wilayah darat dan laut. Sebagai
A. PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan masalah
suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri
kompleks yang dipengaruhi oleh banyak
atas
hal, baik keterbatasan akses, bencana
membentuk kesatuan sosial. Mereka
alam yang melanda daerah mereka, serta
juga memiliki sistem nilai dan symbol-
pelayanan sosial yang kurang memadai.
simbol kebudayaan sebagai referensi
Mendengar kata miskin, maka yang
prilaku
berada di dalam pikiran kita adalah
kebudayaan
seseorang yang mempunyai berbagai
masyarakat
macam
sosial
keterbatasan,
sulitnya
baik
mendapatkan
dalam
makanan,
kategori-kateori
mereka
sehari-hari.
ini
menjadi
nelayan
lainnya.
masyarakat
sosial
Faktor pembeda
dari
kelompok
Sebagian
pesisir,
yang
baik
besar langsung
berpakaian, tempat tinggal yang tidak
maupun
layak, kesehatan terabaikan, pendidikan
menggantungkan
yang terbelakang serta akses yang
hidupnya dari mengelola potensi sumber
terbatas. Gambaran masyarakat miskin
daya
biasanya selalu ada di daerah pedesaan,
komponen utama konstruksi masyarakat
di tempat-tempat kumuh, di bantaran
maritim Indonesia.
sungai serta di daerah pesisir. Mereka menempati lahan-lahan tersebut karena ketidakmampuan
mereka
dalam
memenuhi kebutuhan dasar (Sumber: Wardan Solihin Anang 2009:18). Secara
geografis,
masyarakat
tidak
kelangsungan
perikanan.
Kondisi Merah,
langsung
Mereka
di
menjadi
kampung
masyarakatnya
Tanah
mengalami
beberapa keterbatasan yang diakibatkan kepada
sulitnya
berdaya
pada
masyarakat terebut. Sulitnya mengkses bantuan
yang
disediakan
nelayan adalah masyarakat yang hidup,
pemerintah
tumbuh, dan berkembang di kawasan
kampung Tanah Merah merasa jenuh
pesisir, yakni suatu kawasan transisi
dan
malas
membuat
oleh
untuk
masyarakat
menagksesnya
kembali. Sistem yang dibuat oleh
harinya para nelayan di Kampung
Pemerintah juga sangat menyulitkan
Tanah
masyarakat, sehingga berakibat pada
sehari-hari.
kemiskinan.
yang
dalam fenomena ini adalah, mengapa
membuat masyarakat lebih memilih
masyarakat di Kampung Tanah Merah,
untuk bergantung dengan tauke yang
Desa Penaga, Kecamatan Teluk Bintan,
ada di wilayah masyarakat tersebut.
Kabupaten Bintan masih miskin dan
Kondisi
Kemiskinan
inilah
nelayan
masih
terjadi di tengah limpahan kekayaan sumber daya laut. Hingga saat ini, masyarakat masih belum bisa mandiri dan sejahtera. Hal ini disebabkan oleh sikap
ketergantungan
masyarakat
terhadap tauke yang berada di daerah kampung Tanah Merah.
Masyarakat
masih menggunakan alat tangkap serta
Merah
menjalani
Yang
kehidupan
menjadi
menarik
bergantung dengan Tauke sementara Pemerintah sudah menyediakan dan menawarkan bantuan untuk menunjang kehidupan mereka agar menjadi lebih baik lagi (Sumber: Wawancara Ketua RT 05 kampung Tanah Merah). B. KONSEP TEORITIS 1. Kemiskinan Adapun konsep kemiskinan menurut
perahu yang dimiliki oleh Tauke untuk
Robert Chambers (Suryawati, 2005)
mencari ikan sehari-hari. Tentu nelayan
yang dioperasionalkan adalah:
menggunakannya tidak secara cuma-
1. Kemiskinan
cuma. Nelayan harus memberikan uang
dimana
sewa kepada Tauke atas peminjaman
mempunyai tanda-tanda sebagai
alat
hasil
berikut; Pertama, rumah mereka
penjualan ikan harus dipotong dengan
reot dan dibuat dari bahan
uang sewa alat tangkap. Penjualan ikan
bangunan yang bermutu rendah,
kepada Tauke juga jauh di bawah harga
perlengkapan
pasar. Ketidakberdayaan ini membuat
minim, tidak memiliki MCK
para nelayan diam dan tidak mampu
(Mandi, Cuci, Kakus) sendiri.
untuk
Ekonomi
tangkap
tersebut.
melawan.
Uang
Begitulah
setiap
(poverty),
situasi
orang
miskin
yang
keluarga
sangat
bercirikan
gali
lubang
tutup
pendapatan
lubang,
mereka
tidak
menentu dan sangat rendah. Kemiskinan
menghabiskan apa yang mereka peroleh pada hari itu juga. 2. Ketidakberdayaan
yang
(powerlessness). Orang miskin
dimaksud dalam penelitian ini
tidak
yaitu rumah yang mendapatkan
rentenir atau orang-orang lain
bantuan dari pemerintah karena
yang
sebelumnya
mereka.
rumah
tersebut
berdaya
sering
menghadapi
mengeksploitasi
Mereka
juga
tidak
membahayakan
penghuninya
berdaya menghadapi polisi atau
dengan
kayu
yang
aparat negara lain yang sering
sudah rapuh dan bisa roboh
tidak ramah terhadap mereka.
dihantam
Buta hukum, jauh dari bantuan
tonggak
ombak.
masyarakat
Kemudian
kampung
Tanah
hukum, padahal harus bersaing
Merah yang tidak mempunyai
untuk mendapatkan pekerjaan
MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
dan
yang sesuai dengan standart,
sehingga menjadi sasaran empuk
yang tidak mempunyai septic
bagi penyalahgunaan kaum yang
tank. Serta masyarakat kampung
lebih kuat. Kedudukan sosialnya
Tanah
yang
berada di tingkat paling bawah.
keluarganya
Rumah tangga ini mudah diperas
berciri gali lubang tutup lubang
oleh rentenir, pedagang, tuan
yaitu
tanah, pamong desa dan polisi.
Merah
perekonomian
Tanah
masyarakat
kampung
Merah
yang
pelayanan
pemerintah,
Ketidakberdayaan
yang
pendapatannya tidak menentu
dimaksud dalam peneltian ini
dan dalam jumlah yang tidak
yaitu
memadai. Dengan pendapatan
Tanah Merah yang bergantung
yang kecil dan tidak menentu
dengan Tauke dan rentenir serta
maka
masyarakat
keluarga
miskin
masyarakat
kampung
kampung
Tanah
Merah yang sulit mendapatkan
akses
pemerintah
berupa
kecil sehari-hari dipenuhi dari
bantuan
pemberdayaan
guna
sedikit uang persediaan, atau
keberlangsungan hidup mereka.
dengan mengurangi konsumsi,
Sistem sosial yang membuat
menukarkan barang, atau dengan
masyarakat
meminjam dari kawan, keluarga
berdaya
menjadi
mengakses
tidak bantuan-
bantuan pemerintah. 3. Kerentanan situasi
Kerentanan
menghadapi
darurat
(state
of
emergency). Dalam
menghadapi
keluarga
miskin
paceklik mencukupi
kebutuhan sehari-hari mereka dengan menjual barang-barang yang dimiliki dan laku dijual, utang pada tetangga yang lebih mampu, atau mengurangi makan mereka baik dari segi jenis atau frekuensinya. Keadaan darurat membuat tidak hanya keluarga miskin menjadi lebih miskin, tetapi juga rawan dari berbagai macam penyakit, yang tidak jarang
dapat
membawa
kematian. Rumah tangga sedikit sekali
memiliki
penyangga
untuk menghadapi kebutuhan yang
mendadak.
atau pedagang.
Kebutuhan
dalam
penelitian ini yaitu masyarakat kampung Tanah Merah yang tidak mempunyai tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi darurat yang mendadak seperti keluarga yang sakit, meninggal, melahirkan. Kemudian menjual barang-barang
yang
dimiliki
serta meminjam uang kepada tauke, rentenir dan tetangga yang lebih mampu. 4. Ketergantungan (dependence) Situasi orang miskin yang akan menggantungkan
nasibnya
dengan orang yang lebih mampu disekitarnya
atau
dengan
Pemerintah yang memberikan bantuan-bantuan kepada mereka. Sehingga membuat orang miskin malas untuk berusaha karena menganggap
ada
pengharapan
yang
sebuah akan
diberikan kepada mereka dengan
2. Masyarakat Pesisir
kondisi miskin tersebut.
Masyarakat
Ketergantungan
pesisir
adalah
yang
sekelompok warga yang tinggal di
dimaksud dalam penelitian ini
wilayah pesisir yang hidup bersama dan
yaitu
memenuhi kebutuhan hidupnya dari
nelayan
menggantungkan dengan
tauke
yang nasibnya
ikan
untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
bergantung
program masyarakat
dengan
pemberdayaan miskin
yang
dilaksanakan oleh pemerintah agar mendapatkan bantuan dari pemerintah.
yang dimaksud dalam peneltian ini adalah masyarakat Kampung Tanah Merah yang tinggal di daerah pesisir. C. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
kualitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono
Baik secara geografis maupun Kelompok
miskin
dapat terasing karena tempat tinggalnya yang secara geografis terasing, atau karena mereka tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi.
dimaksud dalam penelitian ini yaitu kesulitan untuk bergerak ke pusat kota karena tidak akses
kendaraan pribadi.
(2005: 10) metode penelitian kualitatif adalah
metode
penelitan
yang
digunakan untuk mebeliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti
adalah
sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data
Adapun keterasingan yang
memiliki
Dalam hal ini Masyarakat Pesisir
Jenis penelitian ini yaitu penelitian
5. Keterasingan (isolation)
sosiologis.
sumber daya di wilayah pesisir.
dilakukan
secara
triangulasi
(penggabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan
makna
daripada
generalisasi.
seperti Tipe penelitian ini yaitu penelitan deskriptif. Peneliti memilih jenis dan
tipe peneltian kualitatif deskriptif karena
a.
dianggap paling sesuai untuk menjawab
dengan Tauke,
rumusan masalah penelitian. Penelitian
b.
kualitatif deskriptif dianggap mampu membuat
peneliti
menjelaskanseara
c.
yang
Nelayan yang tinggal di
daerah pesisir
dilakukan.
d.
Nelayan
dengan
usia
produktif
2. Lokasi Penelitian ini
Nelayan
berpendidikan SMA
lebih detail mengenai penelitian yang
Penelitian
Nelayan yang bergantung
e.
dilakukan
di
Nelayan dengan jumlah
tanggungan
Kampung Tanah Merah, Desa Penaga,
lebih
dari
2
anak.
Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.
5.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3. Sumber Data a. Data Primer, dilakukan melalui pengamatan
langsung
pada
Observasi
Alasan
peneliti
melakukan
objek
observasi adalah untuk menyajikan
penelitian, yaitu nelayan, kepala desa,
gambaran mengenai kemiskinan yang
RT/ RW dan tauke. Data Sekunder, data
dialami
yang diperoleh dari Instansi terkait
Tanah Merah. Observasi dilakukan di
seperti dari Dinas Sosial Kabupaten
pemukiman masyarakat nelayan yang
Bintan.
berada di kawasan pesisir Kampung
4. Informan Penelitian
oleh
masyarakat
Kampung
Tanah Merah, Desa Penaga, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Tanah Merah yang berprofesi sebagai Nelayan dengan kriteria:
b. Wawancara Adapun beberapa hal yang ingin diwawancara yaitu:
1. Cara mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 2. Strategi yang dilakukan dalam menghadapi kondisi darurat 3. Keinginan
masyarakat
untuk
menjadi lebih baik 4. Cara nelayan bekerja setiap hari dalam melaut masyarakat
terhadap
bantuan 6. Strategi
agar
keluar
mereduksi
memfokuskan Kampung
data,
pada
Tanah
peneliti masyarakat
Merah,
dengan
mengategorikan pada aspek sumber
merubah kondisi kehidupan agar
5. Sikap
dalam
dari
informasi,
jenis,
dan
karakteristik
kebutuhan informasi. b.
Penyajian Data (Data Display)
Bentuk
penyajian
data
dalam
penelitian ini yaitu bentuk teks yang bersifat deskriptif. c.
keterasingan
Kesimpulan/
Verifikasi
(Conclusion
Drawing/
Verification) Menurut
c. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini
Sugiyono
(2009:
252),
kesimpulan dalam penelitian kualitatif
meliputi data-data sekunder yang di
mungkin
dapat
menjawab
dapat dari lembaga-lembaga terkait,
masalah yang dirumuskan sejak awal,
serta berupa foto-foto terkait dengan
tetapi mungkin juga tidak. Hal ini
Kemiskinan di kampung Tanah Merah
karena masalah dan rumusan masalah
desa Penaga kecamatan Teluk Bintan
dalam
kabupaten Bintan.
sementara dan akan berkembang setelah
penelitian
kualitatif
rumusan
bersifat
penelitian di lapangan. 6.
D. PEMBAHASAN
Teknik Analisa Data a.
Reduksi data (Data Reduction)
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
Miskin kemiskinan
bukanlah juga
bukan
kutukan, disebabkan
menjadikan Kampung Tanah Merah
karena mereka malas, tak mau kerja
sebagai
keras atau tak memiliki etos kerja.
tempat
penelitian.Kemudian
Kemiskinan
bersifat
multidimensi.
yang bermutu rendah seperti kayu yang
Namun kemiskinan di negara ini, lebih
sudah
disebabkan karena faktor struktural
berpondasi kayu tua yang menjadi
yang dibuat oleh manusia, baik struktur
tonggak
ekonomi, sosial, politik maupun budaya.
membahayakan, karena sewaktu-waktu
Struktur inilah yang menyebabkan masyarakat sulit terlepas dari jeratan kemiskinannya.
Meskipun
mereka
bekerja
membanting
tulang
keras
sepanjang
hari,
sepanjang
hidup,
memeras
keringat
karena
struktur
ekonomi dan sosial yang tidak adil, mereka tetap saja terkurung dalam kemiskinan.
Mereka
tak
berdaya
memperbaiki hdupnya, meski bekerja sepanjang hidup bahkan kemiskinan ini menurun ke anak cucu mereka. Para ahli menyebutnya dengan istilah the vicious circle
of
poverty (lingkaran
setan
kemiskinan). (Hartiningsih, 2011: 18).
dan
rumah
roboh
rapuh
kemudian
tersebut
dihantam
juga
gelombang.
Sehingga Pemerintah kabupaten Bintan dan pemerintah provinsi Kepulauan Riau
mengeluarkan
bantuan
rumah
untuk masyarakat di kampung Tanah Merah. Semua rumah yang ada di daerah pesisir kampung Tanah Merah mendapatkan bantuan rumah layak huni. Saat ini rumah masyarakat sudah lebih baik jika dibandingkan dengan dulu. Bantuan
yang
masuk
ke
wilayah
kampung Tanah Merah membuktikan bahwa masyarakat disana masih miskin dan masih perlu program bantuan yang berbentuk pemberdayaan. 2. Ketidakberdayaan
1. Kemiskinan Berdasarkan
bisa
tua
informasi
dari
informan pada Tahun 2012, kondisi rumah yang ditempati oleh masyarakat di Kampung Tanah Merah sangat memprihatinkan. Semua rumah sangat tidak layak huni, terbuat dari bahan
Terdapat dua golongan yang kuat di dalam masyarakat dan mengeksploitasi mereka, yaitu terdapat tauke ikan dan rentenir yang bersedia dipinjamkan uangnya oleh para nelayan dengan jumlah suku bunga yang besar. Keadaan seperti ini sudah menjadi kebiasaan
yang sering masyarakat lakukan. Ketika
Kondisi
yang
terjadi
pada
mereka tidak mempunyai uang, akan
masyarakat yang ada di kampung Tanah
ada tempat untuk masyarakat mengadu
Merah desa Penaga adalah mereka
dan meminjam uang. Sehingga hasil
menggantungkan nasib mereka kepada
penjualan ikan juga akan terbagi untuk
tauke ikan. Dimana sehari-hari dalam
melunasi utang-utang tersebut, hal ini
mencari
yang
menggunakan fasilitas yang diberikan
membuat
masyarakat
tidak
berdaya.
oleh
Adapun
nelayan
fasiltas
yang
boat, jaring, dan masih ada beberapa
Dalam menghadapi kebutuhan yang
mendapatkan hasil tangkapan, upah
keluarga yang sakit, istri melahirkan,
merka harus dipotong dengan sewa alat
serta dalam hal kematian tidak jarang
tangkap tadi. Harga penjualan ikanpun
masyarakat di Kampung Tanah Merah
jauh di bawah harga pasar, tetapi
menggadai bahkan menjual harta yang
nelayan-nelayan tersebut tidak bisa
mereka punya agar dapat melalui hal-
berbuat apa-apa dan hanya bersikap
hal yang bersifat mendadak tersebut.
pasrah dengan keadaan tersebut dengan
Masyarakat tidak mempunyai tabungan
tidak berusaha mencari pekerjaan lain
untuk menghadapi beberapa kebutuhan
selain nelayan.
keluarga
yang
bisa
mereka.
menggadaikan
halnya
lainnya. Hanya saja ketika nelayan
anggota
mendadak
seperti
tauke.
para
biasanya mereka gunakan adalah berupa
3. Kerentanan
mendadak
ikan,
menghampiri
Biasanya
emas
istri
mereka yang
5. Keterasingan Letak
Kampung dari
Pusat
Merah
merupakan warisan dari ibunya, atau
memang
menjual sepeda serta barang-barang
TanjungPinang. Jika tidak mempunyai
lainnya yang mereka miliki.
kendaraan pribadi, mereka akan sangat
4. Ketergantungan
jauh
Tanah
kota
kesulitan untuk pergi ke kota, karena Angkutan Umum yang mengarah ke Desa Penaga sangat sulit ditemukan.
Lokasi permukiman mereka yang jauh
Hal ini juga sejalan dengan konsep yang
dari kota, membuat mereka sulit untuk
di paparkan oleh Robert Chambers yang
mengakses informasi, seperti halnya
membagi
media
dalamnya
informasi
Koran.
Ketika
lima
dimensi
terdapat
yang
di
kemiskinan,
ditanyakan oleh Peneliti, mereka tidak
ketidakberdayaan,
pernah membaca Koran.
ketergantungan, dan keterasingan di
Hal
demikian
membuat
tentu
sulit
masyarakat
dapat
kerentanan,
dalam suatu masyarakat. Berdasarkan
penelitian
yang
berkembang. Selama ini mereka hanya
dilakukan di kampung Tanah Merah
menjalin
dengan
desa Penaga, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat disekitar daerah mereka
kemiskinan yang terjadi di sana adalah
saja. mereka kurang mengerti dengan
kemiskinan struktural dan kemiskinan
perkembangan yang terjadi di luar
kultural. Kemiskinan struktural yang
daerah mereka. Ketika waktu luang,
terjadi di kampung Tanah Merah dapat
mereka jarang menggunakannya untuk
dilihat ketika pemerintah kabupaten
mengakses informasi, sehingga mereka
Bintan mempunyai akses yang rumit
kurang pengetahuan dan informasi.
untuk mendapatkan bantuan, karena
komunikasi
ketidaktahuan
V. PENUTUP
bantuan tersebut sulit diakses. Sehingga
Tingkat kesejahteraan keluarga diukur
dengan
menggunakan
pendekatan keluarga menurut BKKBN. Dari
hasil
bahwa, termasuk
keterbatasan
pendidikan yang masyarakat miliki,
A. Kesimpulan
dapat
serta
penelitian
kampung dalam
menyatakan
Tanah tahapan
Merah
masyarakat
lebih
memilih
untuk
bergantung dengan tauke. Kondisi membuat kultural
demikian
munculnya pada
masyarakat
yang
kemiskinan kampung
Keluarga
Tanah Merah. Kemiskinan di kampung
Prasejahtera (KPS) yang dilihat dari
Tanah Merah ditandai dengan sikap
beberapa aspek yang memenuhi krteria.
masyarakat yang lebih memilih pasrah
terhadap kondisi alam yang semakin
1.
Masyarakat
kampung
Tanah
menipis, serta tidak berusaha mencoba
Merah desa Penaga kecamatan
mencari alternatif lain untuk menambah
Teluk Bintan kabupaten Bintan
penghasilan seperti berkebun, menjadi
diharapkan agar bisa membuka
kuli bangunan serta tukang ojek bagi
diri terhadap program-program
yang mempunyai kendaraan. Karena
pemberdayaan
potensi untuk berkebundari segi tanah,
memudahkan
lahan serta pasar yang mendukung
pemerintah
untuk menambah kebutuhan sehari-hari.
yang ingin dicapai.
agar program
mencapai
tujuan
Hasil dari perkebunan bisa dijual ke warung-warung
di
sekitaran
desa
2.
Kepada pemerintah agar dapat
Penaga. Selain itu potensi menjadi kuli
melakukan pendekatan terlebih
bangunan juga mempunyai peluang
dahulu
yang besar. Karena di Bintan sendiri
kampung Tanah Merah dengan
khususnya di daerah perkantoran Bintan
melihat apa yang dibutuhkan
Buyu
oleh
dan
mengadakan
sekitarnya
juga
pembangunan
sedang wilayah
kepada
masyarakat.
masyarakat
Sehingga
program pemberdayaan dapat
seperti pelebaran jalan, pembangunan
sesuai
dengan
apa
perkantoran serta pembuatan taman.
diharapkan
Selain itu menjadi tukang ojek juga
mencapai tujuan bersama.
masyarakat
yang dan
menjadi peluang yang besar di kampung Tanah Merah, karena mengingat jarak yang jauh serta ketiadaan akses seperti kendaraan umum yang dapat mengantar masyarakat ke lokasi yang diinginkan. B. Saran Pada bagian ini penelti memberikan saran-saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani, 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hartiningsih, Maria. 2011. Korupsi yang Memiskinkan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
Jomo Wiriyanto Frans. 1986. Membangun Masyarakat. Bandung: PT. Alumni Kusnadi, 2009. Keberdayaan Nelayan&Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: ArRuzzMedia Mutis, Thoby. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Satria, Arif. 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Siswanto, Budi. 2008. Kemiskinan dan Perlawanan Kaum Nelayan. Jakarta: Laksabang Mediatama Soleh,
Chabib. 2014. Pembangunan Pemberdayaan. Fokusmedia
Dialektika dengan Bandung:
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas -------------2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suharto,
Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refka Aditama
Wardan Solihin Anang. 2009. Peduli Kemiskinan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Jurnal: Endang
Retnowati.
Indonesia Kemiskinan
2011.
Nelayan Pusaran
Dalam Struktural(Perspektif
Sosial, Ekonomi Dan Hukum). Volume XVI No. 3 Tahun 2011 Edisi Mei (Tidak dipublikasi).
Erwan Agus Purwanto. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan di Indonesia. ISSN 1,410-4946 Volume 10, Nomor 3, Maret 2007 (Tidak dipublikasi).
Suryawati Chriswardani. 2005. Memahami Kemiskinan secara Multidimensional. JMPK Vol. 08/No.03/September/2005 (Tidak dipublikasi). Taufik Abdullah. “Adil, Durhaka dan daulat : Bahasa Politik dalam Tradisi Politik Asia Tenggara”, dalam Jurnal Islamika, No. 5 Juli – September 1994, (Bandung: Mizan)
Sulistiyani Teguh Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
1994, (Bandung: Mizan).
Internet:
Ayunita, Anvina. 2011. Karakteristik Masyarakat Pesisir. http://zafiraafriza.blogspot.co.id/20 13/06/karakteristik-masyarakatpesisir-di.html Diakses tanggal 15/01/2015 pukul 20. 42 WIB
Rustanto, Bambang. 2014. Teori Budaya Kemiskinan, (diakses 19 Agustus 2015, 19. 48 Wib). Ewalmart. 2013. Indikator-indikator Kemiskinan, (diakses 19 Agustus 2015, 19.35 Wib). Mahaneni. 2013.Model Pengukuran dan Indikator, (diakses 25 Oktober 2015, 12.51 Wib). Rahmatullah. Menanggulangi Masalah Kemiskinan, 2010. (diakses 3 Desember 2015, 07.55 Wib).