ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)
SKRIPSI
DESI PERMATASARI H34076043
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DESI PERMATASARI. Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan YUSALINA). Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pembudidaya dalam membudidayakan ikan mas di Cirata dan menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh pembudidaya ikan mas di Cirata. Penelitian ini dilakukan kepada pembudidaya ikan mas di sentra produksi ikan Cirata, Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Febuari hingga bulan Mei 2010. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik convinience sampling dimana penelitian ini dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan mas yang berada di daerah penelitian dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden yang diambil sebanyak 50 responden pembudidaya ikan mas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Release 14 dan program Microsoft Excel. Faktor produksi (variabel independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah kolam, benih, Pakan, Obat-obatan , lama produksi dan tenaga kerja. Variabel dependennya adalah produksi ikan mas . Berdasarkan hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapar sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien korelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sekitar 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang lain berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. Berdasarkan hasil pemeriksaan asumsi Ordinary Least Square pada model tidak terdapat multikolinearitas. Nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi memiliki tanda positif dan besarnya kurang dari satu. Angka ini menunjukkan bahwa usahatani pembesaran ikan mas berada pada Daerah Produksi II (Rational Region atau Rational Stage of Production).
Pendapatan usahatani pembesaran ikan mas diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Ikan mas dapat dipanen pada saat berumur antara tiga bulan sampai empat bulan. Satu kolam ikan mas rata-rata dapat menghasilkan produksi 378 kilogram dengan harga rata-rata di tingkat pembudidaya sebesar Rp 13.000 – Rp 14.000 per kilogram, sehingga rata-rata penerimaan pembudidaya sebesar Rp 5.196.530 untuk satu kolam. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Data menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,186 per kolam dan untuk Rp 1 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,009 per kolam. Dengan demikian, usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya walaupun pendapatan yang diperoleh per kolam terbilang kecil.
ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)
DESI PERMATASARI H34076043
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
Skrips
:
Analisis
Usahatani
dan
Faktor-Faktor
Produksi
yang
Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur) Nama
: Desi Permatasari
NIM
: H34076043
Disetujui, Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Desi Permatasari H34076043
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ridwan Nurjaman dan Ibu Elliyah Sirait. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Pasirhalang 1 Kabupaten Sukabumi pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di SLTP N 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMA N 3 Sukabumi. Pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2007 penulis melanjutkan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Departemen Agribnisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk lulus dari Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Seperti diketahui bahwa pendapatan petani di Indonesia pada umumnya terbilang rendah. Oleh sebab itu skripsi ini bertujuan menganalisis pendapatan usahatani pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.
Bogor, November 2010
Desi Permatasari
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis atas semua bantuannya terhadap penulis. 4. Orang tua dan keluarga tercinta atas semua dukungan kasih sayang baik materi maupun nonmateri terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh petani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata yang menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Teman-teman seperjuangan di ekstensi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Oktober 2010 Desi Permatasari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 1 5 7 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Deskripsi Ikan Mas ..................................................................... 2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ......................................... 2.3 Penelitian Terdahulu ....................................................................
9 9 13 15
III. KERANGKA TEORITIS .................................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 3.1.1 Konsep Usahatani............................................................. 3.1.2 Penerimaan Usahatani ...................................................... 3.1.3 Biaya Usahatani................................................................ 3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani .......................................... 3.1.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ..... 3.1.6 Teori Produksi ................................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................
18 18 18 19 19 20 22 22 28
IV. METODE PENELITIAN .................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) ........................................ 4.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 4.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ................................................. 4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................. 4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ........ 4.6 Definisi Operasioal ......................................................................
30 30 30 30 31 31 31 35 35 36
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................. 5.1 Karakteristik Wilayah .................................................................. 5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian................................................... 5.3 Karakteristik Petani Responden..................................................... 5.3.1 Umur Petani Responden....................................................... 5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden.................................. 5.3.3 Pengalaman Petani .............................................................. 5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan.....................................
38 38 38 40 40 41 42 43
5.3.5 Sifat Usahatani..................................................................... 5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga .............................................. 5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata ...........................................
44 45 45
VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ..................... 6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi............................................ 6.1.1 Sarana Produksi Benih ........................................................ 6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ............................................... 6.1.3 Sarana Produksi Pakan ........................................................ 6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ............................................. 6.1.5 Alat-Alat Pertanian .............................................................. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas................... 6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ............................... 6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ...................... 6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas .......................
49 49 50 51 51 52 54 54 55 57 58
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS .............................................................. 7.1 Analisis Fungsi Produksi............................................................... 7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1)................................................... 7.2.2 Benih (X2) ........................................................................... 7.2.3 Pakan (X3) .......................................................................... 7.2.4 Obat-obatan ......................................................................... 7.2.5 Lama Produksi .................................................................... 7.2.6 Tenaga Kerja .......................................................................
60 60 61 61 62 63 63 64 65
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 8.1 Kesimpulan ................................................................................ 8.2 Saran ..........................................................................................
66 66 66
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
68
LAMPIRAN .............................................................................................
70
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 1 5 7 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
9
2.4 Deskripsi Ikan Mas ..................................................................... 2.5 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ......................................... 2.6 Penelitian Terdahulu ....................................................................
9 13 15
III. KERANGKA TEORITIS .................................................................... 3.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 3.3.1 Konsep Usahatani............................................................. 3.3.2 Penerimaan Usahatani ...................................................... 3.3.3 Biaya Usahatani................................................................ 3.3.4 Konsep Pendapatan Usahatani .......................................... 3.3.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ..... 3.3.6 Teori Produksi ................................................................. 3.4 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................
18 18 18 19 19 20 22 22 28
IV. METODE PENELITIAN .................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) ........................................ 4.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 4.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ................................................. 4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................. 4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ........ 4.6 Definisi Operasioal ......................................................................
30 30 30 30 31 31 31 35 35 36
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................. 5.1 Karakteristik Wilayah .................................................................. 5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian................................................... 5.3 Karakteristik Petani Responden..................................................... 5.3.1 Umur Petani Responden....................................................... 5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden.................................. 5.3.3 Pengalaman Petani .............................................................. 5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan..................................... 5.3.5 Sifat Usahatani..................................................................... 5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga .............................................. 5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata ...........................................
38 38 38 40 40 41 42 43 44 45 45
VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ..................... 6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi............................................ 6.1.1 Sarana Produksi Benih ........................................................ 6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ............................................... 6.1.3 Sarana Produksi Pakan ........................................................ 6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ............................................. 6.1.5 Alat-Alat Pertanian .............................................................. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas................... 6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ............................... 6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ...................... 6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas .......................
49 49 50 51 51 52 54 54 55 57 58
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ..............................................................
60
7.1 Analisis Fungsi Produksi............................................................... 7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1)................................................... 7.2.2 Benih (X2) ........................................................................... 7.2.3 Pakan (X3) .......................................................................... 7.2.4 Obat-obatan ......................................................................... 7.2.5 Lama Produksi .................................................................... 7.2.6 Tenaga Kerja .......................................................................
60 61 61 62 63 63 64 65
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 8.1 Kesimpulan ................................................................................ 8.2 Saran ..........................................................................................
66 66 66
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
68
LAMPIRAN .............................................................................................
70
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ............................................................................
1
2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ..................................
2
3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat Pada Bulan Juli Tahun 2009 .............................................................
3
4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap dan Kembung..............................
3
5. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010........................... 39 6. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bobojong Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Tahun 2010.............................................. 39 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010........... 40 8. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Umur di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 .......................................................................... 41 9. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010......................................................... 42 10. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010......................................................... 42 11. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 .......................................................................... 43 12. Sifat Usahatani Petani Ikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010............................................... 44 13. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010............................................. 45 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli 2009 sampai Juli Tahun 2010 di Waduk Cirata................................................................................... 48 15. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Tahun ............................................... 54 16. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam....................................................... 55
17. Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Kolan untuk Satu Musim Tanam....................................... 58 18. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas................................................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kurva Isokuan .................................................................................. 25 2. Kurva Fungsi Produksi ..................................................................... 27 3. Kerangka Operasional ...................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Faktor Produksi Budidaya Ikan Mas ...................................... 71 2. Data Karakteristik Responden ......................................................... 73 3. Hasil Uji Cobb-Douglas.................................................................. 75 4. Gambar di Lokasi Penelitian .......................................................... 77
RINGKASAN DESI PERMATASARI. Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan YUSALINA). Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pembudidaya dalam membudidayakan ikan mas di Cirata dan menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh pembudidaya ikan mas di Cirata. Penelitian ini dilakukan kepada pembudidaya ikan mas di sentra produksi ikan Cirata, Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Febuari hingga bulan Mei 2010. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik convinience sampling dimana penelitian ini dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan mas yang berada di daerah penelitian dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden yang diambil sebanyak 50 responden pembudidaya ikan mas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Release 14 dan program Microsoft Excel. Faktor produksi (variabel independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah kolam, benih, Pakan, Obat-obatan , lama produksi dan tenaga kerja. Variabel dependennya adalah produksi ikan mas . Berdasarkan hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapar sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien korelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sekitar 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang lain berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. Berdasarkan hasil pemeriksaan asumsi Ordinary Least Square pada model tidak terdapat multikolinearitas. Nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi memiliki tanda positif dan besarnya kurang dari satu. Angka ini menunjukkan bahwa usahatani pembesaran ikan mas berada pada Daerah Produksi II (Rational Region atau Rational Stage of Production).
Pendapatan usahatani pembesaran ikan mas diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Ikan mas dapat dipanen pada saat berumur antara tiga bulan sampai empat bulan. Satu kolam ikan mas rata-rata dapat menghasilkan produksi 378 kilogram dengan harga rata-rata di tingkat pembudidaya sebesar Rp 13.000 – Rp 14.000 per kilogram, sehingga rata-rata penerimaan pembudidaya sebesar Rp 5.196.530 untuk satu kolam. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Data menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,186 per kolam dan untuk Rp 1 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,009 per kolam. Dengan demikian, usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya walaupun pendapatan yang diperoleh per kolam terbilang kecil.
ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)
DESI PERMATASARI H34076043
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)
Nama
: Desi Permatasari
NIM
: H34076043
Disetujui, Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Desi Permatasari H34076043
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ridwan Nurjaman dan Ibu Elliyah Sirait. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Pasirhalang 1 Kabupaten Sukabumi pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di SLTP N 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMA N 3 Sukabumi. Pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2007 penulis melanjutkan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Departemen Agribnisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk lulus dari Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Seperti diketahui bahwa pendapatan petani di Indonesia pada umumnya terbilang rendah. Oleh sebab itu skripsi ini bertujuan menganalisis pendapatan usahatani pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.
Bogor, November 2010
Desi Permatasari
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis atas semua bantuannya terhadap penulis. 4. Orang tua dan keluarga tercinta atas semua dukungan kasih sayang baik materi maupun nonmateri terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh petani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata yang menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Teman-teman seperjuangan di ekstensi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Oktober 2010 Desi Permatasari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
1 1 5 7 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1 Deskripsi Ikan Mas ........................................................................ 2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ........................................... 2.3 Penelitian Terdahulu .......................................................................
9 9 13 15
III. KERANGKA TEORITIS ....................................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 3.1.1 Konsep Usahatani ............................................................... 3.1.2 Penerimaan Usahatani......................................................... 3.1.3 Biaya Usahatani .................................................................. 3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani............................................ 3.1.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ..... 3.1.6 Teori Produksi .................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................
18 18 18 19 19 20 22 22 28
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) .......................................... 4.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ................................................... 4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................... 4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ........ 4.6 Definisi Operasioal .........................................................................
30 30 30 30 31 31 31 35 35 36
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................. 5.1 Karakteristik Wilayah ..................................................................... 5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian..................................................... 5.3 Karakteristik Petani Responden....................................................... 5.3.1 Umur Petani Responden ......................................................... 5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden ................................... 5.3.3 Pengalaman Petani ................................................................. 5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan ......................................
38 38 38 40 40 41 42 43
ii
5.3.5 Sifat Usahatani........................................................................ 5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................ 5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata .............................................
44 45 45
VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ...................... 6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi.............................................. 6.1.1 Sarana Produksi Benih ........................................................... 6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ................................................. 6.1.3 Sarana Produksi Pakan .......................................................... 6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ............................................... 6.1.5 Alat-Alat Pertanian ................................................................. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ................... 6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ................................. 6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ....................... 6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ........................
49 49 50 51 51 52 54 54 55 57 58
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS................................................................. 7.1 Analisis Fungsi Produksi ................................................................. 7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1)..................................................... 7.2.2 Benih (X2) .............................................................................. 7.2.3 Pakan (X3) ............................................................................. 7.2.4 Obat-obatan ............................................................................ 7.2.5 Lama Produksi ....................................................................... 7.2.6 Tenaga Kerja ..........................................................................
60 60 61 61 62 63 63 64 65
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8.1 Kesimpulan ................................................................................... 8.2 Saran .............................................................................................
66 66 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
68
LAMPIRAN .................................................................................................
70
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ............................................................................
1
2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ..................................
2
3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat Pada Bulan Juli Tahun 2009 .............................................................
3
4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap dan Kembung..............................
3
5. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010........................... 39 6. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bobojong Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Tahun 2010.............................................. 39 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010........... 40 8. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Umur di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 .......................................................................... 41 9. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010......................................................... 42 10. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010......................................................... 42 11. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 .......................................................................... 43 12. Sifat Usahatani Petani Ikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010............................................... 44 13. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 ............................................. 45 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli 2009 sampai Juli Tahun 2010 di Waduk Cirata................................................................................... 48 15. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Tahun ............................................... 54 16. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam....................................................... 55
vi
17. Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Kolan untuk Satu Musim Tanam....................................... 58 18. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas................................................................................... 60
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kurva Isokuan ..................................................................................... 25 2. Kurva Fungsi Produksi ....................................................................... 27 3. Kerangka Operasional ......................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Faktor Produksi Budidaya Ikan Mas ...................................... 71 2. Data Karakteristik Responden......................................................... 73 3. Hasil Uji Cobb-Douglas.................................................................. 75 4. Gambar di Lokasi Penelitian .......................................................... 77
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Luasnya perairan Indonesia, yaitu 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan teritorial 300 ribu km², perairan nusantara 2,8 juta km² dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km². Potensi ikan di laut diperkirakan sebesar 6,26 juta ton per tahun dan perairan ZEEI sekitar 1,86 juta ton per tahun (Direktorat Jendral Perikanan 2000). Indonesia memiliki perairan umum yang cukup luas. Luas perairan umum Indonesia diperkirakan lebih dari 50 juta ha yang terdiri atas perairan rawa 39,4 juta ha, perairan sungai serta lebaknya 11,95 juta ha, danau alam serta waduk seluas 2,1 juta ha (Rochdianto 2003). Dalam perekonomian Indonesia potensi perikanan tersebut menjadi salah satu faktor penunjang perekonomian masyarakat. Potensi perikanan Indonesia berasal dari perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan budidaya adalah kegiatan ekonomi dalam bidang budidaya ikan atau binatang air lain atau tanaman air. Perikanan budidaya diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu budidaya air laut, budidaya air payau (tambak) dan budidaya air tawar (kolam, keramba jaring apung, keramba dan sawah) (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2004). Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Produksi perikanan di provinsi Jawa Barat menurut cabang usahanya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7
Cabang Usaha Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Sawah Kolam Air Deras Keramba Jaring Apung Total Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (2007)
Produksi (ton) 10.318 83.320 116.066 970 25.529 11.513 115.976 365.629
1
Tabel 1 menunjukkan produksi ikan dari cabang usaha Keramba Jaring Apung (KJA) memiliki nilai terbesar kedua setelah cabang usaha kolam, yaitu sebesar 115.976 ton per tahun atau sebesar 31,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha keramba jaring apung memiliki potensi yang cukup besar untuk dijalankan. Pada umumnya keramba jaring apung digunakan di daerah dengan perairan yang tenang seperti danau atau waduk (danau buatan). Adapun jenis ikan yang dibudidayakan menggunakan keramba jaring apung antara lain ikan mas, mujair, nila, gurami, patin lele dan sebagainya. Produksi perikanan budidaya keramba jaring apung berdasarkan jenis ikan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 No Jenis Ikan Produksi (ton) 1 Mas 57.433 2 Mujair 17.987 3 Nila 16.972 4 Gurami 1.764 5 Patin 9.568 6 Lele 563 7 Lain-lain 5.687 Total 110.965 Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (2007)
Tabel 2 menunjukkan bahwa ikan mas merupakan ikan yang paling banyak diproduksi oleh para petani ikan keramba jaring apung di Jawa Barat. Berdasarkan total produksi perikanan budidaya keramba jaring apung pada tahun 2008 ikan mas menduduki peringkat pertama sebesar 57.433 ton dari total produksi 110.965 ton atau sebesar 49,5 persen. Produksi tersebut menunjukkan ikan mas menjadi salah satu andalan petani ikan di Jawa Barat. Hal ini dikarenakan ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia, khususnya provinsi Jawa Barat. Selain itu ikan mas memiliki harga jual yang cukup bersaing dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Harga ikan mas dibandingkan dengan harga ikan lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.
2
Tabel 3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat Pada Bulan Juli Tahun 2009 No Jenis Ikan Harga per Kg (Rp) 1 Mas 18.000 2 Mujair 11.000 3 Nila 13.000 4 Gurami 32.000 5 Patin 12.000 6 Lele 13.500 7 Tuna 19.500 8 Kakap Merah 35.000 9 Kembung 22.000 10 Tenggiri 34.000 Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (2009)
Masyarakat memilih ikan mas untuk dikonsumsi karena harganya relatif lebih murah dibandingkan harga ikan air laut. Selain itu ikan mas memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Ikan sebagai bahan pangan, merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Kandungan gizi ikan mas dibandingkan dengan ikan kakap dan kembung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap Dan Kembung ZAT GIZI Air (gram) Protein (gram) Energi (K) Lemak (gram) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI)
IKAN Mas
Kakap 80,0 16,0 86,0 2,0 20,0 2,0 150,0
Kembung 77,0 20,0 92,0 0,7 20,0 1,0 30,0
76,0 22,0 103,0 1,0 20,0 1,5 30,0
Sumber : Sentra Informasi IPTEK (2009)
Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Waduk Cirata sebagai salah satu danau buatan (man made lake) berada dan dibuat dengan membendung Sungai Citarum serta merendam lahan darat seluas 6.200 ha.
3
Akibatnya, ekosistem awal yang tadinya daratan dan airnya mengalir (lentic) berubah menjadi perairan tergenang (lotic) dengan volume air maksimum sebanyak 2.165 juta meter kubik. Waduk Cirata adalah PLTA terbesar di Pulau Jawa dengan kapasitas listrik 1.008 MW (8×126 MW). Waduk dengan total luas 6.200 hektar sangat penting dalam menjaga pasokan listrik Jawa-Bali terutama pada saat puncak di jam 17:00-18:00 saat orang secara bersama-sama mulai menyalakan lampu. Waduk Cirata bertindak sebagai buffer untuk pasokan listrik yang diperlukan yang dalam waktu cepat naik. Selain untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik, seperti yang sudah dijelaskan di atas, waduk Cirata telah menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi sebagian masyarakat di seputar waduk, yaitu berupa usaha pemeliharaan ikan pada keramba jaring apung (KJA). Usaha ini memberikan kontribusi cukup besar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. Teknologi budidaya jaring apung mulai diaplikasikan di waduk Cirata pada tahun 1986. Keramba jaring apung merupakan wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring
yang
digantungkan
pada
kerangka
yang
mengambang
di
air.
Berkembangnya aktivitas pembudidayaan ikan menggunakan keramba jaring apung memberi dampak positif terhadap peningkatan produksi ikan, peluang usaha, kesempatan bekerja, serta peningkatan pendapatan petani ikan di sekitar Waduk Cirata. Numberi (2006) menyatakan bahwa Waduk Cirata memiliki volume produksi rata-rata 6.450 ton ikan per bulan atau 66,74 persen dari seluruh produksi jaring apung di Jawa Barat1. Hampir seluruh petani ikan di waduk Cirata menggunakan alat budidaya berupa keramba jaring apung. Keramba jaring apung dipilih karena sesuai dengan kondisi waduk Cirata yang memiliki wilayah yang sangat luas, selain itu memudahkan petani dalam proses pemanenan. Setiap petani ikan di wilayah waduk Cirata memiliki keramba jaring apung dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung pada jumlah modal masing-masing petani.
1
Dadang W I, Slamet R. 9 Juni 2009. Cirataku Sayang Cirataku Malang. Harian Agrina [Diakses Tanggal 15 Febuari 2010]
4
Perbedaan modal dan skala usaha ini berdampak kepada perbedaan pemakaian faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi jalannya usaha ikan mas tersebut. Faktor-faktor produksi usahatani ikan mas cukup beragam dan perlu dipahami dengan baik oleh pembudidaya pembesaran ikan mas. Pengelolaan faktor produksi secara efisien tentunya dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan usahatani ikan mas. Dengan demikian maka analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas di Waduk Cirata ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah Keramba jaring apung merupakan salah satu usaha budidaya pembesaran ikan yang banyak dipilih oleh pengusaha budidaya di daerah Jawa Barat. Salah satu sentra penghasil ikan air tawar dengan menggunakan teknik keramba jaring apung adalah Waduk Cirata. Hasil produksi ikan dari Waduk Cirata tidak hanya diserap oleh wilayah Jawa Barat, tetapi meliputi beberapa wilayah lain seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan Lampung. Permasalahan yang dihadapi petani sejak tahun 1990 hingga sekarang adalah kematian massal ikan, terutama pada saat musim hujan. Suhu air hujan yang lebih rendah daripada suhu perairan menyebabkan terjadinya pergerakan massa air dari dasar perairan ke permukaan (up-welling). Up welling sendiri merupakan fenomena alam biasa. Up welling biasanya terjadi pada musim pancaroba dan musim hujan, antara bulan Desember hingga Februari. Ketika hujan mulai turun, air di permukaan menjadi dingin sedangkan di dasar waduk tetap hangat. Perbedaan berat jenis menyebabkan air di dasar waduk yang bersuhu lebih hangat naik ke atas waduk, sedangkan air di permukaan turun. Peristiwa ini lazim terjadi, tidak hanya di Cirata melainkan di lingkungan perairan mana pun tak terkecuali di lautan. Up welling bisa berakibat “luar biasa” apabila pada saat air naik ke atas ia mengangkut massa air dari lapisan bawah perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan kadar polutan yang tinggi (seperti amonia yang berasal dari kotoran ikan). Hal ini yang sering menyebabkan ikan mati secara mendadak dan massal di waduk Cirata. Sejak awal tahun 1990 kematian masal ikan di Cirata
5
memang mulai terdengar. Misalnya pada 1991, 1993 dan 1997 jumlah ikan yang mati di Cirata berturut-turut 34,5 ton, 29,2 ton dan 209,3 ton2. Selain kejadian up-welling, kematian massal ikan mas disebabkan oleh adanya virus yang menyerang ikan. Memasuki musim kemarau, petani ikan mengkhawatirkan terjadinya wabah penyakit herpes koi yang menyerang ikan mas. Penyakit herpes koi bisa menyebabkan kematian massal ikan. Penyakit yang disebabkan sejenis virus yang menyerang insang dan badan ikan. Koi Herpes virus (KHV) yang menyerang ikan mas dan koi pertama kali ditemukan di Israel tahun 1997 (Doyle, 2003), kemudian Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa diantaranya Inggris, Denmark , Belanda. Di Asia, KHV menyerang ikan mas dan koi pada tahun 2002 di Indonesia, awal tahun 2003 di Taiwan dan terakhir di Jepang akhir tahun 2003. Virus herpes koi menyerang ikan mas dan koi pertama kali di Blitar pada bulan Maret 2002 , terus menyebar ke Jawa barat pada bulan April 2002, Jawa Tengah dan Bali . Pada bulan Februari 2003, penyakit ini menyebar ke Pulau Sumatera. (Sunarto et al, 2002). Penyakit herves koi dikhawatirkan akan mengganggu ikan-ikan yang dibudidayakan di jaring apung. Hal tersebut terjadi karena penularan penyakit ini berlangsung dengan cepat. Jika tidak diantisipasi, bisa menimbulkan kematian ikan secara massal. Di sisi lain, belum ada obat untuk mengatasi penyebaran virus ini. Petani ikan juga memprediksikan penurunan hasil produksi ikan karena adanya penurunan debit air akibat musim kemarau. Selain masalah yang berhubungan dengan lingkungan, petani ikan di Cirata pun dihadapkan pada masalah tingginya harga pakan buatan (pelet). Saat ini pakan buatan yang beredar diantaranya merk Sinta, STP (Comfeed), CPP (Charoen), Cargill, dan Wonokoyo, dan hampir seluruh pakan yang digunakan adalah pakan kualitas dua dan tiga dengan harga Rp 4.500,- per kg. Hal ini disebabkan para petani yang tidak sanggup membeli pakan kualitas 1 dengan harga Rp 6.000,- per kg.
2
Imam S. 14 Juni 2007. Kematian Ikan di Waduk Cirata. Pikiran Rakyat [Diakses Tanggal 3 Oktober 2010]
6
Petani ikan di Cirata pada umumnya menggunakan bibit yang dihasilkan oleh pembibitan ikan di daerah Bandung dan Subang. Hal ini disebabkan bibit ikan yang dihasilkan oleh petani pembibitan di Cianjur tidak cocok dengan kondisi Waduk Cirata, karena pada saat pembibitan petani menggunakan air yang terlalu bersih sehingga sulit beradaptasi dengan air di waduk Cirata. Adapun harga bibit yang berasal dari Cianjur lebih murah yaitu Rp 18.000 per kg dibandingkan harga bibit yang berasal dari Bandung, yaitu seharga Rp 19.000 per kg dan Subang Rp 22.000 per kg. Lama produksi ikan mas setiap petani di Waduk Cirata tidak sama, tergantung kepada pengalaman petani dan target hasil produksi yang diinginkan. Ikan mas pada umumnya dibesarkan selama 90 – 120 hari ( tiga sampai empat bulan). Selama proses budidaya sebagian besar petani hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, yaitu petani sendiri tanpa bantuan tenaga kerja luar keluarga. Adapun tenaga kerja untuk proses budidaya ikan mas sangat mudah diperoleh karena penduduk di sekitar Waduk Cirata pada umumnya mengetahui proses pembudidayaan pembesaran ikan mas, sehingga dapat membantu petani dalam menjalankan usahataninya. Berdasarkan uraian kondisi tersebut maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah usahatani keramba jaring apung pembesaran ikan mas di Waduk Cirata masih menguntungkan petani, selain itu dari beragam faktor-faktor produksi, faktor apa yang mempengaruhi usahatani secara signifikan?
1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menganalisis pendapatan usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata
2.
Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani petani dalam membudidayakan ikan mas dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait, antara lain : 1. Petani, sebagai bahan informasi dan saran bagi pembudidaya ikan mas
7
2. Pemerintah daerah setempat, sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan 3. Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya, terutama penelitian mengenai ikan mas 4. Pembaca, diharapkan sebagai bahan rujukan dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai pertanian (dalam hal ini komoditi ikan mas).
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai usahatani dan faktor-faktor produksi ikan mas dilakukan di Desa Bobojong Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Analisis usahatani dalam penelitian ini menggunakan analisis penerimaan, biaya baik tunai dan diperhitungkan, pendapatan tunai dan diperhitungkan serta rasio R/C tunai dan diperhitungkan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan model Cobb-Douglas dengan variabel independen yang dapat diidentifikasi adalah jumlah keramba jaring apung, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Mas Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei. Ikan Mas sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro3. Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Indonesia pertama kali mengenal ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting. Menurut Santika (2000) ikan mas sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan mas bersisik penuh dan ras ikan mas bersisik sedikit. Kelompok ras ikan mas yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan mas yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan mas yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan mas majalaya, ikan mas punten, ikan mas si nyonya dan ikan mas merah. Sedangkan yang tergolong dalam ras ikan mas bersisik sedikit adalah ikan mas kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan mas hias, beberapa di antaranya adalah mas kumpay, kaca, mas merah dan koi. Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Umumnya,
3
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetauan dan Teknologi [Diakses Tanggal 26 Agustus 2010]
8
hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya. Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30 persen. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Adapun jenis-jenis ikan mas yang berkembang di Indonesia antara lain : a. Ikan Mas Punten Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten terkesan membuntak atau bulat pendek (big belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4: 1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat jinak. b. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66: 1. Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol,
9
kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air. Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000-125.000 dan diameternya 0,3-1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur delapan bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxoxporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5-8,5. c. Ikan Mas Taiwan Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia. d. Ikan Mas Merah Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol. e. Ikan Mas Majalaya Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2: 1.Bentuk tubuhnya semakin lancip ke arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik ikan ini semakin gelap.
10
Ikan mas majalaya memiliki keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla, rasanya lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000-110.000 butir per kilogram induk f. Ikan Mas Yamato Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang. g. Ikan Mas Lokal Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini. Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat. Jenis Ikan mas yang banyak dibudidayakan dalam keramba jaring apung di waduk Cirata adalah jenis Majalaya dan lokal. Hal ini disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki oleh kedua jenis ikan mas tersebut, yaitu laju pertumbuhannya relatif lebih cepat dibandingkan jenis ikan mas yang lain. Ikan mas jenis Majalaya dan Lokal dapat dipanen dalam ukuran konsumsi setelah berumur dua bulan, tergantung kepada pakan yang diberikan. Menurut Santika (2000) siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
11
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,170,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4 -5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70 persen dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan.
2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata Menurut hasil penelitian Yuyung (2005) Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Di Jawa Barat terdapat empat waduk buatan antara lain waduk Cirata, waduk Saguling, waduk Darma dan waduk Jatiluhur. Keempat waduk tersebut selain menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memenuhi kebutukan listrik di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya dijadikan sebagai pusat perekonomian yang potensial
12
bagi masyarakat disekitarnya. Salah satunya adalah budidaya perikanan khususnya menggunakan alat keramba jaring apung. Hasil Penelitian Rudiansyah (2007) menunjukkan bahwa salah satu waduk yang memiliki potensi perikanan yang sangat baik adalah waduk Cirata. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolaannya, karena dapat menunjang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama kegiatan perikanan dan wisata tirta. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka kegiatan perikanan dan wisata yang di lakukan di Waduk Cirata mengorbankan fungsi utama dan fungsi ekosistem dari waduk berupa eksploitasi berlebihan dan limbah kegiatan yang berpengaruh terhadap kualitas dan keadaan lingkungan waduk. Waduk Cirata adalah salah satu waduk yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Citarum sendiri merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, dengan luas 6.080 km2 dan panjang 269 km. Waduk Cirata yang dibangun pada 1982—1987 itu berada pada ketinggian 221 m dari permukaan laut. Luasnya 6.200 hektar (ha) dengan luas tangkapan air 603.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, dan volume 2.165 x 106 m3. Wilayah genangan airnya meliputi Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung. Namun, wilayah genangan air terluas berada di Cianjur. Sejak menjadi genangan yang relatif permanen, Waduk Cirata merupakan badan air besar, dan mempunyai karakteristik ekosistem perairan umum. Oleh sebab itu, Cirata memiliki berbagai potensi dibidang sosial ekonomi, seperti sumber pengairan sawah, air bersih, air minum, tempat budidaya ikan, wahana rekreasi, dan sarana perhubungan. Aktivitas perikanan budidaya di Cirata, menjadikan Cianjur sebagai lumbung ikan air tawar di Jabar. Dinas Perikanan Provinsi Jabar mencatat, produksi perikanan keramba jaring apung Jabar pada 2007 sebanyak 115.976 ton. Dari jumlah itu, 56.893,91 ton diantaranya, senilai Rp353,05 miliar, berasal dari aktivitas di keramba jaring apung Cianjur. Menurut definisi Direktorat Jenderal Perikanan (1993), Jaring apung adalah tempat pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang memudahkan keluar masuknya air, sehingga terjadi pertukaran air dan limbah atau
13
sisa-sisa pakan dari dalam kolam ke perairan sekitarnya dengan mudah. Kolam jaring apung berbahan polyethylene yang terapung di permukaan air berbentuk kantung atau kolam dengan ukuran relatif besar, kolam tersebut terapung karena ada penyangga berupa bambu atau besi pada setiap sisinya yang menyerupai rakit yang berbentuk segi empat dan disangga oleh drum plastik.
2.3 Penelitian Terdahulu Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, memiliki kandungan protein yang banyak dan juga harganya murah. Budidaya Ikan Mas pada keramba jaring apung merupakan usaha pemeliharaan ikan yang menggunakan lahan terbatas, padat penebaran ikan yang tinggi, keharusan memberikan pakan buatan dan diusahakan pada tempat yang kaya air (Asti, 2001). Usahatani ikan mas di jaring apung dapat dikatakan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Mungky (2002), dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan pada Jaring Apung di Waduk Cirata yang bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi usaha budidaya perikanan dengan analisis usaha dan finansial. Kriteria yang digunakan adalah keuntungan, R/C Ratio, NPV, IRR dan Net B/C serta Analisis Sensitivitas. Kriteria tersebut digunakan untuk mengukur kelayakan finansial akibat perubahan biaya produksi, menurunnya harga produk dan menurunnya jumlah produksi. Pada tingkat suku bunga 16 persen menunjukkan usaha budidaya jaring apung layak diusahakan dengan nilai NPV positif, IRR sebesar 34 persen yang artinya rata-rata pendapatan per tahun adalah 34 persen dari investasi yang ditanamkan. Net B/C yang dihasilkan 1,93 artinya setiap Rp 100 yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 193.
Dalam menjalankan usahatani maka petani perlu memperhatikan faktorfaktor produksi yang dikelolanya karena hal tersebut akan mempengaruhi usahanya. Widadi (2000), telah melakukan penelitian di Waduk Cirata dengan judul Analisis Produksi dan Kelayakan Finansial Usaha Kolam Jaring Apung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang menentukan
14
usaha kolam jaring apung adalah : pakan, tenaga kerja, benih, luas lahan dan waktu pembesaran. Alat analisis yang digunakan adalah metode Cobb-Douglas dan Analisis Komponen Utama (AKU). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh nyata dari faktor-faktor produksi terhadap usaha yang dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan nilai elastisitas faktor produksi benih adalah 0,879, pakan 0,713, tenaga kerja 0,297, lama pembesaran 0,288 dan jumlah kolam 0,253. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan usaha budidaya jaring apung sangat menguntungkan bila dijalankan. Selain itu, Lindawati (2005) menganalisi mengenai Optimalisasi Produksi Usaha Pembesaran Ikan Mas pada Kolam Air Deras di Desa Situ Daun, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara nyata variasi hasil produksi ikan mas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu, luas kolam, benih, pakan dan tenaga kerja. Faktor produksi variabel yang secara parsial berpengaruh nyata terhafap hasil prodiksi ikan mas adalah benih, pakan dan tenaga kerja. Besarnya penjumlahan elastisitas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas menunjukkan kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing Return to scale). Penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usaha budidaya ikan mas di kolam air deras belum menunjukkan kondisi optimal. Pada kondisi optimal, perlu adanya pengurangan benih sebesar 17,561 kg per rata-rata luas kolam, serta penambahan pakan dan tenaga kerja masing-masing sebesar 189,437 kg per rata-rata luas kolam dan 65,291 HKP per rata-rata luas kolam. Hasil analisis keuntungan menunjukkan bahwa kondisi optimal lebih menguntungkan daripada kondisi aktual. Pada kondisi actual optimal jumlah yang diperoleh sebesar Rp.6.908.619.50, sedangkan pada kondisi optimal jumlah keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 51.603.332. Santy (2002) melakukan penelitian di Pasar Ikan Cibaraja, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan komoditi benih ikan mas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi penawaran benih ikan mas ukuran 5-8 cm serta respon dari penawaran benih ikan
15
mas terhadap perubahan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi fluktuasi penawaran adalah harga benih ikan mas, harga benih ikan sepat, harga benih ikan lele, dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam faktor yang diduga mempengaruhi penawaran, hanya penawaran benih ikan masa satu bulan sebelumnya yang signifikan berpengaruh trerhadap penawaran benih ikan mas. Hasil analisis elastisitas silang menunjukkan respon penawaran benih ikan mas terhadap harga benih ikan mas, harga benih ikan mas satu bulan sebelumnya, dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya bersifat inelastic. Nilai elastisitas silang menunjukkan bahwa benih ikan mas memiliki hubungan competitive product dengan benih ikan nila dan benih ikan sepat, sedangkan benih ikan lele menunjukkan hubungan joint product. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas dengan penelitian terdahulu terdapat pada objek dan lokasi dan waktu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah produksi ikan mas di Waduk Cirata. Alat analisis yang digunakan adalah metode CobDouglas dan alat analisis untuk mengukur pendapatan usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah R/C ratio yang juga digunakan oleh penelitian sebelumnya. Beberapa peubah penjelas yang signifikan di penelitian terdahulu juga digunakan oleh penelitian ini antara lain dari penelitian Widadi (2000), yaitu benih, pakan dan tenaga kerja. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian Lindawati (2005) adalah luas lahan, dalam hal ini adalah luasan keramba jaring apung yang dimiliki oleh petani. Adapun peubah penjelas yang berhubungan dalam menganalisis kriteria petani adalah pendidikan, umur dan jumlah anggota keluarga, seperti yang diteliti oleh Santy (2002).
16
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1
Konsep Usahatani Usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam,
tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian (Rifai dalam Soeharja dan Patong, 1973). Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa komponen dalam usahatani tersebut terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen atau pengelolaan (organisasi). Alam, tenaga kerja dan modal merupakan unsur usahatani yang mempunyai bentuk, sedangkan pengelolaan tidak mempunyai bentuk tetapi keberadaannya dalam proses produksi dapat dirasakan. Menurut Hernanto (1989) lahan memiliki sifat-sifat khusus seperti luas yang relatif tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Dikarenakan sifatnya yang khusus tersebut lahan kemudian dianggap sebagai salah satu fungsi produksi usahatani, meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai unsur pokok modal usahatani. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang kedua dalam proses produksi pertanian. Menurut sumbernya, tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dua sumber, yaitu tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani dan yang berasal dari luar keluarga petani yang diperoleh dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani ada tiga, yaitu tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Dalam pengukuran potensi tenaga kerja biasanya dilakukan konversi tenaga kerja, yaitu menyetarakan jenis-jenis penggunaan tenaga kerja ke dalam tenaga kerja pria. Penggunaan tenaga kerja dalam bidang pertanian sifatnya tidak tetap karena harus disesuaikan dengan tahapan proses produksi. Dalam pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersamasama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu proses produksi. Modal yang tinggi diantara faktor produksi lain, yaitu modal operasional. Modal operasional dimaksudkan sebagai modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan
18
barang modal lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk pembiayaan pengelolaan (Hernanto, 1989).
Menurut jenisnyanya modal
dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu proses produksi seperti tanah dan bangunan, sedangkan modal lancar adalah modal yang habis dalam satu proses produksi seperti bahan perlengkapan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak dan ikan di lapangan (Hernanto, 1989). Pengelolaan
usaha
tani
adalah
kemampuan
petani
menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu menberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran daari keberhasilan ini adalah produksi dari setiap fakrtor maupun produktivitas dari usahanya (Hernanto,1989). Dengan demikian, pengenalan secara utuh atas faktor-faktor produksi yang dimiliki dan dikuasai termasuk lahan, tenaga kerja dan modal akan sangat menentukan eberhasilan pengelolaan usahatani.
3.1.2
Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka
waktu tertentu. Penerimaan cabang usaha adalah jumlah salah satu produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu. Penerima dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan pembayaran dan yang dapat disimpan. penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi dkk, 1986).
3.1.3
Biaya Usahatani Untuk menganalisa pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan
pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah perkalian jumlah produksi total dan harga satuan. Sedangkan biaya dan pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses yang bersangkutan. Menurut Hernanto (1989) Biaya dikonsumsi rumah tangga
19
petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan pembayaran dan yang dapat disimpan. Biaya Produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas : 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : 1) Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya; pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. 2) Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksinya, misalnya; pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja. 2. Berdasarkan yang langsung dan diperhitungkan terdiri dari : 1) Biaya tunai, adalah untuk biaya tetap dan variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. 2) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan selain diukur dari nilai mutlak dapat pula dianalisis nilai efisiensinya. Ukuran efisiensi antara lain dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C ratio).
3.1.4
Konsep Pendapatan Usahatani Menurut Soeharjo dan Patong (1973) Pendapatan usahatani adalah selisih
antara penerimaan usahatani yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan cabang usahatani adalah penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkan dan harga jual yang tidak sama nilainya. Analisis
pendapatan
usahatani
pada
umumnya
digunakan
untuk
mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun. Tujuannya adalah untuk
20
membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama. Dalam analisa ada beberapa ukuran pendapatan yang dipakai yaitu (Soeharjo dan Patong, 1973) : a. Pendapatan kerja petani Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan dikurangi semua pengeluaran baik tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja petani. Bunga modal disertakan karena dianggap bahwa modal ini diperoleh dengan jalan meminjam atau karena untuk modal itu tersedia beberapa alternatif penggunaan. Angka endapan kerja petani umumnya kecil, bahkan mungkin negatif. Apabila bunga modal tidak disertakan mungkin lebih besar dan positif. b. Penghasilan kerja petani Angka ini diperoleh dari penambahan pendapatan kerja petani dengan penerimaan tidak tunai c. Pendapatan kerja keluaraga Pendapatan ini merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Apabila usahatani dilakukan oleh petani dan keluarganya, maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui berhasilnya
kegiatan
usaha.
Pendapatan
kerja
petani
merupakan
penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai kerja keluarga. d. Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya. Bagi seorang petani analisis pendapatan membantunya untuk mengukur apakah usahanya pada saat itu berhasil atau tidak. Usahatani dikatakan sukses apabila pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut (Soeharjo dan Patong, 1973) :
21
a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termsuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut. b. Cukup membayar bunga modal masuk pembayaran sewa tanah atau pembayaran dana dispensasi modal) c. Cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang diupah.
3.1.5
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) Menurut Seoharjo dan Patong (1973), penerimaan total didefinisikan
sebagai total uang yang dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan dihitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q) serta dinotasikan sebagai total revenue (TR). Adapun perhitungan TR menggunakan rumus : TR = P x Q Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dimasa yang akan datang, dalam pengertian ekonomi biaya tidak lain adalah investasi. Biaya dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi, sedangkan biaya implisit, yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan.
3.1.6
Teori Produksi Menurut Lipsey (1995), produksi adalah tindakan dalam membuat
komoditi, baik barang maupun jasa. Dalam pertanian, proses produksi begitu kompleks dan terus menerus berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Tidak ada produk yang dihasilkan hanya dengan satu input saja. Dalam produksi digunakan banyak input untuk menghasilkan output. Fungsi produksi merupakan hubungan antara input dan output, juga menggambarkan dimana tingkat sumberdaya diubah menjadi produk (Doll dan Orazem, 1984). Di dalam fungsi produksi dijelaskan hubungan fisik antara
22
variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang dijelaskan (X). Variabel yang dijelaskan berupa output dan veriabel yang menjelaskan berupa input. Melalui fungsi produksi, hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi dan hubungan antara faktor-faktor produksi itu sendiri dapat diketahui. Ada banyak hubungan input dan output dalam pertanian, karena tingkat dimana input diubah menjadi output akan berbeda-beda di antara tipe tanah, hewan, teknologi, curah hujan dan faktor lainnya. Tiap hubungan input dan output menggambarkan kuantitas dan kualitas dari suber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tertentu. Fungsi produksi adalah hubungan fungsi yang memperlihatkan output maksimum yang dapat diproduksi oleh setiap input dan oleh kombinasi berbagai input. Nicholson (2002) menyatakan bahwa fungsi produksi memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif misalnya antara modal (K) dan tenaga kerja (L). Sebuah fungsi produksi dapat digambarkan dalam bentuk persamaan aljabar. Secara sistematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Nicholson, 1999) : Y = f(X1, X2, X3, ......, Xn) Dimana Y adalah output dan X1, X2, X3, ......, Xn adalah input-input yang berbeda dan terlibat di dalam produksi Y. Simbol f menggambarkan bentuk hubungan dari perubahan input menjadi output. Berbagai fungsi produksi yang digunakan dalam berbagai penelitian antara lain : 1. Faktor produksi linier 2. Faktor produksi kuadratika atau fungsi polinominal kuadratika 3. Faktor produksi eksponensian atau fungsi Cobb-Douglas 4. Faktor produksi CES (Constant Elasticity of Subtitution) 5. Faktor produksi Transcendental, dan 6. Fungsi produksi translog Fungsi produksi yang umum dibahas dan digunakan oleh para peneliti adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, hal ini disebabkan adanya kelebihan yang dipakai oleh fungsi produksi ini (Soekartawi, 2003). Fungsi produksi CobbDouglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
23
variabel, dimana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan biasanya dilakukan dengan cara regresi. Secara matematik, persamaan dari fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut : Y = b0 X1b1X2b2....Xnbn eu Keterangan : Y = hasil produksi Xn = unit faktor produksi ke n b0 = intersept bn = dugaan slope yang berhubungan dengan variabel Xn e = bilangan natural (e = 2,782) u = kesalahan (residual) Logaritma dari persamaan diatas adalah : Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + ....+ bn log Xn + v Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier. Oleh sebab itu, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain : 1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Hal ini disebabkan logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite). 2. Tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan, artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut. 3. Tiap variabel X adalah perfect comtetition 4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi, seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan (u). Menurut Doll dan Orazem (1984), model fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki beberapa kelebihan, antara lain : 1. Perhitungan sederhana karena dapat dibuat dalam bentuk linier 2. Hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi pada fungsi ini juga dapat menunjukkan fase pergerakan skala usaha (return to
24
scale) atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang berlangsung 3. Pada model ini koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi 4. Fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang paling banyak dipakai dalam penelitian sehingga dapat dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang menggunakan alat analisis yang sama. Pedoman yang digunakan untuk memilih fungsi produksi yang baik diantaranya (Soekartawi et al, 1986) : 1. Memiliki dasar yang logis secara fisik maupun ekonomi 2. Mudah dianalisis 3. Mempunyai implikasi ekonomi Salah satu cara menggambarkan suatu fungsi produksi dalam gambar dua dimensi adalah dengan kurva isokuan. Isokuan merupakan sebuah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang akan menghasilkan output dalam jumlah yang sama (Nicholson, 2002).
K
K1 Q2 K2 Q1 L L1
L2
Gambar 1. Kurva Isokuan Sumber : Nicholson (2002)
Gambar 1 memperlihatkan kurva isokuan dengan dua kombinasi input, L sebagai input 1 dan K sebagai input 2. Slope pada kurva isokuan menunjukkan suatu tingkat dimana L dapat digantikan oleh K dengan menganggap output (Q)
25
konstan. Jika alokasi L ditingkatkan, alokasi K akan berkurang. Srmakin jauh dari titik asal, output yang dihasilkan akan semakin besar (Q1 ke Q2). Terdapat tiga bentuk skala usaha (return to scale) dalam suatu proses produksi, yaitu decreasing return to scale, constant return to scale dan increasing return to scale. Suatu proses produksi berada pada fase decreasing return to scale apabila proporsi penambahan produksi menurun. Hal ini ditunjukan dengan elastisitas produksi yang kurang dari satu. Fase constant return to scale ditunjukan dengan elastisitas sama dengan satu sehingga proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Sementara, fase increasing return to scale menjelaskan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Pada fase ini elastisitas produksi lebih besar dari satu. Menurut Doll dan Orazem (1984), suatu fungsi produksi dapat dibagi ke dalam tiga daerah produksi. Daerah tersebut dapat dibedakan berdasarkan elastisitas produksi yang lebih besar dari satu (daerah I), antara nol dan satu (daerah II), dan lebih kecil dari nol (daerah III). Daerah produksi I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat diperbesar dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak. Karena itu daerah I disebut sebagai daerah irrasional (Irrational Region atau Irrational Stage of Production).
26
Y
C TPP B
A 0
X Ep > 1
0 < ep < 1
Ep < 0
MPP or APP
APP 0
X Daerah I
Daerah II
MPP Daerah III
Gambar 2. Kurva Fungsi Produksi Sumber : Doll dan Orazem (1984)
Syarat keharusan untuk tercapainya keuntungan maksimum adalah tingkat produksi yang terjadi harus berada pada daerah II dalam kurva fungsi produksi. Pada daerah ini elastisitas produksi bernilai antara nol dan satu. Artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya semakin berkurang (diminishing returns). Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah
27
ini akan memberikan keuntungan maksimum. Hal ini berarti bahwa penggunaan faktor-faktor produksi sudah optimal. Oleh karena itu, daerah II disebut sebagai daerah rasional (Rational Region atau Rational Stage of Production) Daerah produksi III mempunyai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, artinya setiap penambahan faktor-faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini mencerminkan bahwa pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien, sehingga daerah ini disebut juga sebagai daerah irrasional (Irrational Region atau Irrational Stage of Production).
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pembudidayaan ikan merupakan salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan apalagi didukung dengan kondisi alam dan pasar yang menunjang. Waduk Cirata merupakan salah satu wilayah perairan yang memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Selain itu, pasar yang menampung produk perikanan dari waduk Cirata tidak hanya daerah-daerah di provinsi Jawa Barat tetapi sudah merambah ke luar provinsi seperti Jakarta, Semarang dan Lampung. Ikan mas merupakan salah satu komoditas andalan dalam berbudidaya ikan. Selain permintaan yang cukup tinggi ikan mas pun memiliki harga jual yang cukup bersaing dibandingkan produk perikanan lainnya. Berbagai permasalahan sering muncul dalam proses budidaya pembesaran ikan mas, antara lain kondisi alam yang kurang mendukung seperti terjadinya up-welling, penyakit herves koi, terus meningkatnya harga input seperti pakan, benih dan obat-obatan serta harga jual yang tidak stabil. Selain itu lama produksi dan tenaga kerja dalam budidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata kurang efisien. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut maka dilakukan analisis terhadap karakteristik pembudidaya yang mempengaruhi proses budidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata. Selain itu perlu dilakukan pula analisis usahatani pembesaran ikan mas unt dan analisis terhadap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi budidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata. Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat pendapatan dan keunungan yang diperoleh pembudidaya pembesaran ikan mas di
28
Waduk Cirata. Analisis faktor-faktor produksi dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi budidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata. Hasil dari penelitian ini daharapkan dapat menjadi saran bagi pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata. Gambar 3 adalah bagan kerangka pemikiran yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
Budidaya Ikan Mas di Waduk Cirata
Permasalahan yang Mempengaruhi Usahatani dan Produksi Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata
Analisis Usahatani
Karakteristik Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas
Analisis FaktorFaktor Produksi
Produksi/Output
Pendapatan
Efisiensi R/C R/C Tunai R/C Total
Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Saran Bagi Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas
Gambar 3. Kerangka Operasional Analisis Usahaani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas
29
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada pembudidaya ikan mas di sentra produksi ikan Cirata, Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena pertimbangan Waduk Cirata merupakan sentra produksi ikan budidaya air tawar terbesar di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2010. Waktu penelitian digunakan untuk memperoleh data dari pembudidaya ikan dan data dari instansi terkait.
4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sampel) Pengumpulan data responden diperoleh dari pembudidaya ikan mas di wilayah Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada pembudidaya ikan di wilayah Waduk Cirata yang membudidayakan ikan mas. Metode pemilihan sample secara sengaja dan kebersediaan responden menjadi
sampel
(convinience) dilakukan
dengan
memilih tempat
para
pembudidaya ikan mas yang mudah dijangkau, sehingga dapat menemukan sample dengan waktu dan biaya yang lebih efisien. Setiap pembudidaya yang didatangi dan membudidayakan ikan mas maka pembudidaya tersebut menjadi responden penelitian. Jumlah populai sendiri tidak diketahui karena banyaknya pembudidaya yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan tidak terdaftar di Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Oleh sebab itu, maka responden yang diambil sebanyak 50 responden pembudidaya ikan mas.
4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara kepada para pembudidaya ikan mas di wilayah Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dari berbagai lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan dan Perikanan
30
(DKP), Dinas Peternakan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan Waduk Cirata (BPWC), LSI IPB dan bahan pustaka lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
4.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dengan bantuan kuisioner dan observasi secara langsung. Informasi yang diperoleh secara langsung mengenai pembudidaya ikan mas di wilayah Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur dan kelembagaan terkait guna melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan pembudidaya dalam membudidayakan ikan mas. Selain itu berbagai data seperti buku, artikel, literature, jurnal dan penelitian terdahulu diperlukan dalam menunjang penelitian ini.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis penerimaan dan biaya produksi ikan mas. untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi maka digunakan pendugaan dengan fungsi Cobb-Douglas. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum atau karakteristik pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata. Data yang ada dijelaskan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu transfer data, editing data, pengolahan data dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Release 14 dan program Microsoft Excel.
4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi menjelaskan hubungan antara produksi dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Fungsi produksi Cobb-Douglass
melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang pertama
disebut variable dependen atau variabel tidak bebas (Y) dan variabel lainnya disebut variabel indipenden atau peubah bebas (X). Fungsi Cobb-Douglas
31
ditransformasikan ke dalam bentuk linier, sehingga fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Ln Y = ln b0 + b1ln X1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 +b6lnX6 + u Keterangan : Y = Hasil Produksi ikan per proses produksi (kg dalam 1 kali musim tanam) X1 = Jumlah jaring apung yang digunakan (unit) X2 = Jumlah benih ikan yang ditanam (kg) X3 = Jumlah pakan pelet per satu musim tanam (kg) X4 = Jumlah obat-obatan yang digunakan per satu musim tanam (ml) X5 = Lama Produksi ikan mas untuk satu kali musim tanam. X6 = Jumlah tenaga kerja per musim tanam (HOK) b0 = Intercept b1 = koefisien regresi jaring apung b2 = koefisien regresi benih b3 = koefisien regresi pelet b4 = koefisien regresi obat-obatan b5 = koefisien regresi Lama produksi b6 = koefisien regresi tenaga kerja u = Penyimpangan pendugaan Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). pengujian secara statistik adalah sebagai berikut : Hipotesis : H0 : β n = 0 H1 : β n ≠ 0 Dimana : -
Terima H0 apabila koefisien regresi sama dengan 0
-
Tolak H0 apabila koefisien regresi tidak sama dengan 0
32
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t : bi - βi t-hitung =
Sbi
t-tabel = tα (n-p)
Dimana : bi = Koefisien regresi ke-i Sbi = Standar deviasi koefisien regresi ke-i βi = Parameter ke-i yang dihipotesiskan n = Banyaknya pasangan data p = Jumlah parameter regresi Kriteria Uji : t-hitung > t-tabel α, maka tolak H0 t-hitung < t-tabel α, maka terima H0 Sumber : Soekartawi (2003)
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-faktor produksi (Xi) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y). sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y). Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut: Hipotesis ; H0 : β1 = β2 = … = β(k-1) = 0 H1 : paling tidak ada 1 βi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu : R2/(k-1) F-hitung =
(1-R2) / (n-k)
33
Dimana : R2 = Koefisien Determinan k = Jumlah variabel termasuk intersep n = Jumlah pengamatan Kriteria Uji : F-hitung < F tabel (k-1, n-k), maka terima H0 F-hitung > F tabel (k-1, n-k), maka tolak H0 Sumber : Soekartawi (2003)
Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas dalam produksi (Xi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil daripada F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh parameter bebas terhadap parameter tidak bebas. Koefisien determinan dirumuskan sebagai berikut : Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) R2 =
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
Dimana: JKR = Jumlah kuadrat regresi JKT = Jumlah kuadrat total R2 = Koefisien determinasi Sumber : Soekartawi (2003)
Variance Inflation Factor (VIF) digunakan untuk mengidentifikasi antar variabel adanya multikolinear dalam model. Multikolinear adalah suatu keadaan dimana antar variabel prediktor terdapat hubungan sangat erat (rij ~ 1). Dalam regresi, apabila ada korelasi antar variabel prediktor, maka akan ada ketidaksesuaian model yang telah dibuat. Apabila nilai VIF >10, berarti ada korelasi antar veriabel prediktor sehingga ada ketidaksesuaian model atau apabila nilai VIF lebih dari 10, maka taksiran parameter kurang baik.
34
4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Total pendapatan usahatani adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi total. Pendapatan usahatani ikan mas adalah nilai dari total penjualan produksi ikan mas yang dihasilkan (Soekartawi, 1990). Untuk menganalisis pendapatan usahatani dilakukan pencatatan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim tanam. Data pengeluaran biaya dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Kemudian dilakukan penghitungan pendapatan atas biaya tunai atau pendapatan kotor dan penghitungan pendapatan usahatani atas biaya total atau pendapatan bersih. Secara matematik, pendapatan usahatani ikan mas dapat dirumuskan sebagai berikut : = NP – BT – BD Dimana : = Total pendapatan dalam satu musim tanam (Rp) NP = Nilai produksi, hasil kali jumlah fisik dengan harga dalam satu musim tanam (Rp) BT = Biaya tunai usahatani dalam satu musim tanam (Rp) BD = Biaya tidak tunai dalam satu musim tanam (Rp) NP – BT = Pendapatan atas biaya tunai (Rp) NP – (BT + BD) = Pendapatan atas biaya total (Rp) 4.5.3 Analisis Imbangan Permintaan dan Biaya (Rasio R/C) Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis dari usaha lain apabila rasio output terhadap input menguntungkan. Untuk menunjukan berapa penerimaan yang diterima pembudidaya dari setiap rupiah yang dikeluarkan, maka dapat digunakan ukuran kedudukan ekonomi R/C Rasio. Analisis R/C rasio digunakan sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara penerimaan dan biaya usahatani. Dalam analisis ini data penerimaan dan pengeluaran usahatani dibandingkan ke dalam suatu rasio. Analisis R/C dilakukan berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu dibedakan menjadi R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Adapaun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Total Penerimaan (Rp)
35
R/C Rasio atas Biaya Tunai = Total biaya Tunai (Rp) Total Penerimaan (Rp) R/C Rasio atas Biaya Total = Total biaya (Rp)
Dimana : Jika R/C > 1 maka usaha budidaya ikan mas menguntungkan untuk diusahakan Jika R/C < 1 maka usaha budidaya ikan mas tidak menguntungkan untuk diusahakan Jika R/C = 1 maka usaha budidaya ikan mas mengalami impas, yaitu usaha memberikan jumlah penerimaan yang sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. 4.6 Definisi Operasional Pengamatan yang dilakukan mengenai data dan informasi usaha budidaya ikan mas yang dilakukan oleh pembudidaya ikan mas di waduk Cirata. Data dan informasi yang diperoleh tentang variabel-variabel dalam produksi memiliki pengertian tersendiri. Adapun variabel-variabel yang diperoleh didefinisikan sebagai berikut : 1) Pembudidaya ikan adalah pelaku usaha yang memiliki usaha budidaya ikan mas. 2) Lahan dalam hal ini adalah keramba jaring apung yang digunakan sebagai wadah budidaya pembesaran ikan mas. Keramba jaring apung yang digunakan oleh semua pembudidaya di Waduk Cirata memiliki ukuran yang sama untuk satu unitnya, yaitu 7m x 7m x 3m, namun jumlah kepemilikannya yang berbeda-beda. 3) Proses produksi adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor input menjadi output berupa ikan mas ukuran konsumsi. 4) Jumlah benih per proses produksi adalah jumlah benih yang ditebar dalam satuan kilogram untuk dibudidayakan menjadi ikan mas ukuran konsumsi dalam satu kali proses produksi. 5) Jumlah pelet per satu proses produksi merupakan jumlah pakan buatan yang digunakan dalam satuan kilogram dalam satu kali proses produksi.
36
6) Jumlah pakan alami per satu proses produksi merupakan pakan alami yang diberikan oleh pembudidaya ikan dalam satuan kilogram dalam satu kali proses produksi. 7) Jumlah pH air merupakan ukuran derajat keasaman air dalam satu kali proses produksi 8) Jumlah obat-obatan per satu kali proses produksi merupakan banyaknya obat-obatan yang digunakan oleh pembudidaya ikan dalam satuan ml dalam satu kali proses produksi. 9) Jumlah tenaga kerja per satu kali proses produksi adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam satuan hari orang kerja (HOK) per satu kali proses produksi. Tenaga kerja yang dimaksud berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga.
37
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1 Karakteristik Wilayah Secara geografis, Kabupaten Cianjur terletak pada 106, 250 – 107, 250 Bujue Timur dan 6, 210 – 7, 320 Lintang Selatan dengan batas-batas administratif : sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350. 148 km2 terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 2. 962 meter diatas permukaan laut (dpl), yaitu puncak Gunung Gede dengan kemiringan antara 1persen - 15 persen. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 persen) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 persen) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 persen) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 persen) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 persen) berupa tanah penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035 persen) berupa tambak/kolam, 25.261 Ha (7,20 persen) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 persen) berupa penggunaan lainlain. Desa Bobojong merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar luas desa Bobojong merupakan lahan pertanian termasuk wilayah waduk Cirata. Waduk Cirata yang termasuk ke dalam wilayah Desa Bobojong Kecamatan Mande memiliki luas sekitar 15 ha dengan jarak 17 km dari pusat kota Cianjur. Waduk Cirata sendiri terbagi ke dalam tiga wilayah, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Purwakarta.
5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk Desa Bobojong Kecamatan Mande pada tahun 2010 berjumlah 3.450 jiwa dengan 1.066 kepala keluarga yang terdiri dari 1.717 jiwa penduduk
37
laki-laki dan 1.727 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk di Desa
Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Kelompok Umur (Tahun) 0 – 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 >51 Jumlah
Jumlah (jiwa) 671 606 567 784 432 390 3.450
Persentase (%) 19,45 17,57 16,43 22,72 12,52 11,30 100,00
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Bobojong paling banyak adalah penduduk dengan kelompok umur 31 – 40 tahun, yakni sebesar 784 jiwa (22,72 persen). Sedangkan penduduk paling sedikit pada golongan umur di atas 50 tahun yakni sebesar 390 jiwa (11,30 persen). Kelompok usia tidak produktif (kelompok umur 0 – 15 tahun dan kelompok umur diatas 50 tahun) di Desa Bobojong cukup besar yakni 1.365 jiwa (39,57 persen). Sementara kelompok usia produktif (kelompok usia 16 – 50 tahun) berjumlah 2.085 jiwa (60,43 persen). Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya tenaga kerja potensial yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan usaha. Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) PNS 247 11,92 Pembudidaya 859 41,44 Pedagang 386 18,62 Pegawai 413 19,92 Pekerjaan Lain 168 8,10 2.073 100,00 Jumlah Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar penduduk Desa Bobojong Kecamatan Mande bermatapencaharian sebagai pembudidaya
(41,44 persen). Hal ini
38
disebabkan luas wilayah pertanian yang cukup luas termasuk wilayah Waduk Cirata yang digunakan dalam berusahatani pembesaran ikan. Sebagian besar penduduk Desa Bobojong adalah lulusan sekolah dasar, yakni sebanyak 1.326 orang (38,43 persen). Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Desa Bobojong. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran akan pendidikan oleh masyarakat di Desa Bobojong, selain itu sarana pendidikan tingkat lanjut seperti SMP dan SMA yang masih kurang sehingga untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi warga Desa Bobojong harus melanjutkan sekolah di Desa Lain. Pada Tabel 7 terlihat bahwa penduduk Desa Bobojong ada yang tidak pernah mengeyam pendidikan formal yaitu sebanyak 103 orang (2,99 persen). Namun, terdapat 86 orang (2,49 persen) yang merupakan lulusan akademi/perguruan tinggi. Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Persentase Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) (%) Belum Sekolah 421 12,20 Tidak Pernah Sekolah (usia 7 – 45 tahun) 103 2,99 Tidak Tamat SD 364 10,55 Tamat SD 1.326 38,43 Tamat SMP 784 22,72 Tamat SMA 366 10,62 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 86 2,49 3.450 100,00 Jumlah 5.3 Karakteristik Pembudidaya Responden 5.3.1 Umur Pembudidaya Responden Umur
seseorang
merupakan
karakteristik
individu
yang
dapat
mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut. Semakin muda umur pembudidaya diduga akan mempengaruhi kemampuan dan kemauan dalam mengadopsi inovasi. Para pembudidaya tersebut melakukan kegiatan usahatani sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan sehingga tingkat adopsi mereka terhadap inovasi dan sistem baru tinggi. Kemampuan kerja pembudidaya akan terus bertambah pada satu tingkat umur tertentu, kemudian akan mulai menurun.
39
Secara umum, rata-rata usia pembudidaya responden yang mengusahakan pembesaran ikan mas adalah antara 20 – 65 tahun. Berdasarkan umurnya, pembudidaya responden yang mengusahakan pembesaran ikan mas dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu usia 21 – 30 tahun, 31 – 40 tahun, 41 – 50 tahun dan > 51 tahun. Pengelompokan tersebut didasarkan pada karakteristik individu yang mempengaruhi kemampuannya dalam membudidayakan ikan mas. Jumlah dan presentase dari masing -masing kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Umur di Desa Bobojong Kecamatan Mande kabupaten Cianjur Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%) 21 – 30 3 6 31 – 40 23 46 41 – 50 19 38 >51 5 10 50 100 Jumlah Tabel 8 menujukkan bahwa kelompok umur 31 – 40 tahun merupakan yang paling besar, yaitu sebanyak 23 orang (46 persen). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pembudidaya responden berada pada usia yang produktif dimana pembudidaya memiliki tingkat kemampuan biologis dan psikologis yang baik untuk melakukan budidaya pembesaran ikan mas. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pembudidaya responden berusia setengah baya.
5.3.2 Tingkat Pendidikan Pembudidaya Responden Pendidikan dapat menjadi salah satu faktor pembentukan pola pikir seseorang dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi pendidikan pembudidaya, maka akan selalu berusaha untuk melakukan usahatani secara lebih efisien baik dalam proses produksi, pemasaran dan keuangan. Pendidikan dapat diperoleh pembudidaya dari dua sumber, yaitu pendidikan formal dan non formal. Pembudidaya yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang beragam. Hasil wawancara dengan pembudidaya responden menunjukkan pendidikan formal yang diperoleh pembudidaya umumnya tamatan SMP/ sederajat, yaitu sebanyak 21 orang (42 persen). Hal ini disebabkan sarana
40
dan fasilitas pendidikan untuk tingkat SMA dan perguruan tinggi masih kurang dan biaya sekolah yang cukup tinggi, sehingga banyak warga Desa Mande yang hanya mampu mengenyam tingkat pendidikan hanya sampai jenjang SMP. Selain itu terdapat tiga orang responden (6 persen) yang tidak tamat SD (Tabel 9.). Walaupun ada beberapa responden yang tidak tamat SD, namun tidak berarti pengetahuan mereka dalam membudidayakan ikan mas kurang baik, karena pembudidaya
dapat
memperoleh
pengetahun
dari
pengamatan
sendiri,
pregalaman-pengalaman selama menjadi pembudidaya atau keterangan dari pembudidaya pembesaran ikan mas lainnya. Tabel 9. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%) Tidak Tamat SD 3 6 Tamat SD/ sederajat 7 14 Tamat SMP/ sederajat 21 42 Tamat SMA/ sederajat 19 38 50 100 Jumlah 5.3.3 Pengalaman Pembudidaya Lamanya pengalaman berusahatani mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil oleh pembudidaya
dan ketahanan dalam menghadapi berbagai
permsalahan yang muncul dalam proses usahatani tersebut. Hal ini disebabkan pembudidaya yang lebih berpengalaman akan lebih mengenal kelebihan dan kelemahan
usahatani
permasalahan
yang
yang
dilakukan
mungkin
timbul.
sehingga
lebih
Pengalaman
siap
menghadapi
Pembudidaya
dalam
membudidayakan ikan mas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%) 0–5 22 44 6 – 10 25 50 11 – 15 2 4 >16 1 2 50 100 Jumlah
41
Dilihat dari lamanya pengalaman pembudidaya pembesaran ikan mas, sebagian besar memiliki pengalaman dibawah 10 tahun. Hal ini disebabkan pembudidaya ikan yang ada sekarang merupakan pembudidaya baru yang meneruskan usaha pembudidaya ikan sebelumnya yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1997 dikarenakan kejadian up-welling. Hampir seluruh pembudidaya mengalami kerugian sehingga tidak mampu untuk melanjutkan kegiatan usahataninya. Akan tetapi, ada juga satu pembudidaya yang sudah menjalankan usahanya lebih dari 16 tahun (dua persen). Namun walaupun begitu tidak berarti pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak menguasai usahatani pembesaran ikan mas, karena proses pembesaran ikan mas relatif mudah dan dapat dengan cepat dipahami oleh pembudidaya.
5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan Kolam keramba jaring apung yang digunakan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata memiliki luasan yang sama untuk setiap kolamnya, yaitu panjang x lebar x dalam adalah 7m x 7 m x 3m, sehingga luas lahan yang dimiliki oleh pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dilihat dari jumlah kolam yang dimilikinya. Jumlah pembudidaya pembesaran ikan mas berdasarkan jumlah kolam yang dimilikinya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 Jumlah Kolam (Unit) Jumlah Responden Persentase (%) 0 – 10 5 10 11 – 20 25 50 21 – 30 14 28 31 – 40 5 10 > 40 1 2 50 100 Jumlah Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata umumnya memiliki 11 – 20 kolam, yaitu sebanyak 25 orang (50 persen) dan pembudidaya yang memiliki kolam > 40 hanya sebanyak satu orang (2 persen). Hal ini disebabkan keterbatasan modal yang dimiliki pembudidaya untuk membeli kolam keramba jaring apung. Namun status jaring 42
apung yang digunakan oleh pembudidaya responden saat ini seluruhnya adalah milik sendiri. Hal ini disebabkan pembudidaya responden
membeli keramba
jaring apung dari pembudidaya sebelumnya yang mengalami kerugian, sehingga harga yang diperoleh relatif lebih murah dibandingkan dengan membeli keramba yang baru. Harga keramba jaring apung bekas ini berkisar antara Rp 3.000.000 – Rp 10.000.000 tergantung kesepakatan antara pembudidaya sebelumnya dengan pembudidaya baru. Adapun harga untuk jaring baru adalah Rp 15.000.000.
5.3.5 Sifat Usahatani Seluruh pembudidaya responden yang diwawancarai menjadikan usaha pembesaran ikan mas sebagai mata pencaharian utama. Hal ini disebabkan usahatani pembesaran ikan mas ini dilakukan di tengah Waduk Cirata, sehingga pembudidaya harus menjaga kolamnya selama 24 jam. Dengan demikian menyebabkan pembudidaya tidak dapat pergi meninggalkan kolamnya untuk melakukan usaha lain. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hanya satu orang pembudidaya yang memiliki usaha sampingan, yaitu menjual bahan bakar untuk kapal berupa premium yang ditempatkan di sekitar rumah jaga kolamnya. Selain itu, usahatani pembesaran
ikan mas ini dianggap lebih menjanjikan dalam
memberikan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup pembudidaya dibandingkan usaha lain. Pada umumnya pembudidaya pembesaran ikan mas di waduk Cirata tidak memiliki keahlian lain selain berusahatani pembesaran ikan mas, sehingga mereka enggan untuk mencari pekerjaan lain karena takut akan gagal.
Tabel 12. Sifat Usahatani Pembudidaya Ikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Sifat Usahatani Jumlah Persentase (jiwa) (%) Mata Pencaharian Utama 491 98 Pembudidaya dengan Mata Pencaharian 1 2 Sampingan 50 100,00 Jumlah
43
5.3.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki pembudidaya sebagian besar berjumlah tiga orang yang meliputi istri dan dua orang anak. Responden yang memiliki tanggungan keluarga tiga orang sebanyak 19 orang (38 persen). Hal ini sejalan dengan umur pembudidaya yang sebagian besar berusia baya yang baru menikah dan memiliki dua orang anak yang masih kecil. Selain itu pembudidaya yang sudah berusia lanjut pada umumnya anak-anaknya telah menikah dan sudah tidak menjadi tanggungan dari pembudidaya. Sedangkan pembudidaya yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang yaitu hanya satu orang respoden (2 persen). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase (%) (Orang) 2 11 22 3 19 38 4 17 34 5 2 4 >5 1 2 50 100 Jumlah 5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata Usaha pembesaran ikan di Waduk Cirata sudah dimulai sejak tahun 1988, yaitu semenjak dilakukannya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kegiatan pembesaran ikan merupakan kegiatan sampingan dari fungsi Waduk Cirata sebagai PLTA. Para pembudidaya mengusahakan beberapa komoditas ikan antara lain ikan mas, nila, gurame, bawal dan patin. Ikan mas merupakan komoditas unggulan pembudidaya ikan di Waduk Cirata, karena harga jualnya yang relatif stabil dan waktu pembesarannya yang lebih singkat dibandingkan dengan ikan jenis lain. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak dapat memproduksi benih sendiri karena kondisi keramba jaring apung yang tidak memungkinkan untuk melakukan proses pembenihan. Pembudidaya memperoleh benih ikan mas dari supplier yang mengirimkan benih ikan langsung sampai ke 44
kolam apabila pembudidaya melakukan pemesanan. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata umumnya menggunakan benih ikan yang berasal dari wilayah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang disukai oleh pembudidaya adalah benih yang berasal dari Bandung, karena benih yang berasal dari Cianjur kurang sesuai dengan kondisi Waduk Cirata. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan. Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang dan memberikan pakan, serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Namun pembudidaya tidak dapat menentukan benih yang diberikan oleh supplier dan terkadang supplier mencampurkan benih dari beberapa daerah dalam satu kantong benih. Selain benih, pengadaan input produksi lainnya seperti pakan dan obatobatan diperoleh dengan mudah oleh pembudidaya. Pakan ikan diperoleh dari supplier yang ada di sekitar Waduk Cirata. Pembudidaya hanya memesan pakan dengan jumlah yang telah ditentukan, kemudian suplier akan mengirimkan sampai ke kolam milik pembudidaya. Pada umumnya pakan yang dipilih oleh pembudidaya adalah pakan yang melayang di dalam air. Pakan jenis melayang ini lebih disukai karena apabila menggunakan pakan jenis tenggelam maka pakan akan lebih cepat tenggelam sebelum sempat dihabiskan oleh ikan sehingga banyak pakan yang terbuang. Sedangkan pakan jenis terapung akan mudah terbawa oleh angin keluar kolam pada saat ditebarkan oleh pembudidaya sehingga penggunaannya kurang efisien. Untuk harga pakan sendiri tergantung pada kemampuan pembudidaya dalam menawar harga pakan. Obat-obatan dapat diperoleh pembudidaya dari toko-toko di sekitar Waduk Cirata yang menyediakan berbagai macam kelengkapan budidaya ikan. Penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, tergantung jumlah benih yang ditebar. Pemberian obat-obatan hanya satu kali untuk satu musim tanam, yaitu pada saat umur ikan satu minggu di kolam pembudidaya. Pemberian obat-obatan pada awal pembesaran disebabkan obat-obatan berfungsi
untuk
mencegah
terserangnya
ikan
oleh
penyakit.
Menurut
45
pembudidaya responden apabila ikan telah terserang penyakit kemudian diberikan obat-obatan maka penyakit tersebut akan lebih cepat menyebar pada ikan lain. Tindakan pembudidaya apabila ada ikan yang terserang penyakit adalah mengambil ikan yang diduga terkena penyakit menggunakan serok dan membuangnya. Budidaya pembesaran ikan mas menggunakan keramba jaring apung dimulai dengan memasukkan benih ikan ke dalam KJA. Benih tersebut diberi pakan pelet konsentrat dua sampai tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore hari tergantung target yang diharapkan oleh pembudidaya. Obat-obatan diberikan pada saat ikan berumur satu minggu, yaitu dengan cara dilarutkan dengan air sesuai dosis aturan yang telah ditetapkan. Untuk proses pemanenan pembudidaya hanya tinggal menarik ujung jaring menggunakan bambu yang diletakkan di bawah jaring yang akan di panen lalu ditarik kepermukaan setelah itu didorong atau digeser ke sisi dimana ikan akan di timbang dan dikemas. Proses pemanenan biasanya dilakukan oleh pihak tengkulak yang datang ke kolam pembudidaya dan disaksikan oleh pembudidaya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat pemberat jaring, kemudian kedua ujung jaring ditarik perlahan sehingga jaring mulai terangkat dan ikan mengumpul pada satu sisi. Selanjutnya pembudidaya hanya hingga mengambilnya menggunakan serok. Setelah itu ikan ditimbang untuk mengetahui hasil produksi pembudidaya. Proses pemanenan dilakukan pada malam hari. Hal ini bertujuan agar ikan dapat dijual di pasar pada pagi harinya. Ikan yang dipanen mengalami proses penyortiran, namun proses pengemasan dan penyortiran dilakukan oleh pihak tengkulak. Dengan demikian
pembudidaya tidak mengeluarkan biaya
pengemasan dan penyortiran. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata menjual hasil panennya dengan harga kiloan yang telah disepakati sebelumnya. Sistem pembayaran yang digunakan adalah pembayaran tunai dan dibayarkan paling lama dua hari setelah proses pemanenan, sedangkan untuk pasarnya sendiri menjadi urusan tengkulak. Pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak tergantung pada musim. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat melakukan usahatani pembesaran ikan mas sepanjang tahun. Ikan mas pada umumnya dapat dibesarkan
46
pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan debit air menjadi naik dan nafsu makan ikan meningkat, namun pada musim hujan kemungkinan terjadi up-welling sangat besar. Pada musim kemarau debit air menurun dan sinar matahari dapat masuk ke air, sehingga menurunkan kemungkinan terkena penyakit. Pada penelitian ini, umumnya alasan pembudidaya melakukan usaha pembesaran ikan mas adalah karena keuntungan dari budidaya ikan mas lebih menjanjikan. Ikan mas memiliki harga jual yang relatif stabil dan masa tanamnya lebih singkat dibandingkan ikan jenis lain, sehingga perputaran uang lebih cepat. Namun pada saat penelitian dilakukan harga jual ikan mas sedang turun, yaitu Rp 13.000 - Rp 14.000 sehingga banyak pembudidaya yang mengeluh karena mengalami kerugian. Harga yang berlaku saat ini mengalami kenikan sebesar Rp 1000 menjadi Rp 15.000, sedangkan untuk harga normal adalah sebesar Rp 16.0000 – Rp 17.000. Penurunan harga ikan mas pada periode ini disebabkan melimpahnya ikan laut di pasar, sehingga harga ikan laut menjadi turun dan konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan laut dari pada ikan air tawar, khususnya ikan mas. Daftar harga ikan mas dari bulan Juli 2009 sampai Juli 2010 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli Tahun 2009 sampai Juli Tahun 2010 di Waduk Cirata Bulan Harga (Rp) Juli 2009 18.000 Agustus 2009 18.000 September 2009 17.500 Oktober 2009 17.000 November 2009 17.500 Desember 2009 16.500 Januari 2010 15.000 Febuari 2010 14.000 Maret 2010 13.500 April 2010 14.000 Mei 2010 15.500 Juni 2010 16.000 Juli 2010 18.000
47
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS
7.1 Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi (variable independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah jaring apung (X1), benih (X2), Pakan (X3), Obat-obatan (X4), lama produksi (X5) dan tenaga kerja (X6). Variabel dependenya adalah produksi ikan mas (Y).
Pengujian terhadap ketepatan model fungsi produksi dengan
melihat koefisien determinasi (R2), F-hitung, T-hitung maupun P-value dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi CobbDouglas Variabel Koefisien Simpangan T hitung P-Value VIF Regresi Baku Koefisien Konstanta -0,3805 0,4386 -0,87 0,386 Ln Jumlah Jaring 0,0404 0,03327 1,22 0,225 1,3 Apung Ln Benih 0,4284 0,0859 4,98 0,000 5,3 Ln Pakan 0,4014 0,0386 10,40 0,000 1,6 Ln Obat-obatan 0,2816 0,1012 2,78 0,006 4,6 Ln Lama produksi 0,0610 0,1067 0,57 0,567 1,4 Ln Tenaga Kerja 0,0748 0,0428 1,75 0,082 1,5 R-Sq = 70,5% R-Sd (adj) = 69,9% F-Hitung = 9,72 Berdasarkan data Tabel 15, maka model fungsi produksi Ikan mas dapat diduga dengan persamaan berikut : Ln Y = -0,3805 + 0,0404 ln X1 + 0,4284 ln X2 + 0,4014 ln X3 + 0,2816 ln X4 + 0,0610 ln X5 + 0,0748 ln X6 Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapat sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien terkorelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih,
49
pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sedangkan 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variable bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen. Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap fungsi produksi, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan asumsi OLS (Ordinary Least Square) dengan melihat nilai multikolinearitas. Multikoliearitas merupakan suatu pelanggaran asumsi OLS dimana terdapat hubungan yang linear antara variable bebas yang satu dengan yang lain. Pelanggaran asumsi OLS ini membuat nilai T-hitung dari variable bebas menjadi kecil sehingga variable tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variable dependen. Multikolinearitas terjadi ketika VIF lebih besar dari 10 ( VIF > 10). Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model.
Banyak Jaring Apung (X1) Banyak jaring apung berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0404. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan satu persen banyak kolam maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,0404 persen (cateris paribus). Penambahan banyaknya kolam tidak mudah dilakukan oleh pembudidaya, karena semakin banyak jumlah yang dimiliki maka modal yang diperlukan semakin besar. Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) saat ini sedang mengurangi jumlah keramba jaring apung di Waduk Cirata dan tidak memberikan izin untuk penambahan kolam baru. Hal ini disebabkan daya tampung waduk Cirata terhadap keramba jaring apung sudah melampaui batas, sehingga pemanfaatannya tidak optimal dan dapat merusak lingkungan waduk Cirata sendiri. Ukuran KJA yang digunakan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata seluruhnya sama, yaitu 7m x
50
7m x 3m. Sedangkan kepemilikan jumlah KJA tiap pembudidaya berbeda tergantung modal yang dimilikinya. Keramba jaring apung di Waduk Cirata memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pencemaran waduk Cirata. Salah satu dampaknya adalah banyaknya sampah sterofoam bekas pelampung keramba jaring apung yang mengambang di waduk Cirata. Uji statistik menunjukkan bahwa banyaknya kolam berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas.
Benih (X2) Benih berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4284. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan benih satu persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,4284 persen (cateris paribus). Pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata memperoleh benih dari Supplier yang sudah biasa memasok benih ikan kepada pembudidaya. Penambahan benih dapat dilakukan pembudidaya dengan mudah karena harganya masih terjangkau oleh pembudidaya. Selain itu, pasokan benih ikan mas masih dapat terpenuhi oleh daerah yang menjadi pemasok benih, yaitu daerah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang baik menurut pembudidaya adalah benih yang berasal dari daerah Subang dan Bandung. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan. Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang dan memberikan pakan serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Umumnya pembudidaya tidak memiliki jumlah standar benih yang ditanamkan oleh pembudidaya pada kolam masing-masing. Dasar penggunaan jumlah benih per kolam masing-masing pembudidaya
adalah
pengalaman
pembesaran
sebelumnya.
Uji
statistik
menunjukkan bahwa benih berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas.Pada kondisi di lapangan yang sebenarnya penambahan jumlah benih akam berpengaruh pada hasil produksi.
51
Pakan (X3) Pakan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4014. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,4014 persen (cateris paribus). Penentuan jumlah pakan yang diberikan oleh pembudidaya tergantung pada target bobot ikan pada saat di panen. Penambahan
pakan
dapat
dilakukan
oleh
pembudidaya
karena
pembudidaya mendapatkan pakan dengan sistem hutang dimana pakan yang diambil dibayarkan setelah panen kepada supplier. Namun, ada juga pembudidaya yang menjual hasil panennya kepada supplier pakan yang merangkap sebagai “Bandar” ( orang yang membeli seluruh hasil produksi ikan mas dari pembudidaya), sehingga pembudidaya dapat dengan mudah untuk menambah pakan. Uji statistik menunjukkan bahwa pakan berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas. Penambahan jumlah pakan yang diberikan berpengaruh pada hasil produksi ikan mas di lapangan sesuai dengan hasil uji statistik.
Obat-obatan (X4) Obat-obatan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,2816. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan obat-obatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,2816 persen (cateris paribus). Penambahan obat-obatan tidak dapat dilakukan begitu saja oleh pembudidaya. Hal ini disebabkan untuk penggunaan obat-obatan telah ada dosis tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan jumlah benih yang ditebar. Obat-obatan diberikan pada saat benih baru berumur seminggu di dalam kolam sebelum ikan terkena penyakit, karena pemberian obat-obatan setelah ikan terkena penyakit tidak akan berpengaruh pada kesehatan
ikan. Uji statistik
menunjukkan bahwa obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila obat-obatan ditambahkan maka berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.
52
Lama Produksi (X5) Lama produksi berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0610. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan lama produksi sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0610 persen (cateris paribus). Lama produksi disesuaikan dengan target bobot ikan yang diinginkan oleh pembudidaya saat panen. Lama produksi ikan mas pada umunya berkisar antara 90 – 120 hari, namun ada juga pembudidaya yang memanen ikannya saat berumur 60 hari. Hal ini dilakukan karena pembudidaya merasa apabila lama produksi ditambah maka pembudidaya merasa akan mengalami kerugian. Umumnya lama produksi sesuai dengan pengalaman pembudidaya pada produksi sebelumnya. Uji statistik menunjukkan bahwa lama produksi berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi ikan mas. Dengan demikian, walaupun lama produksi ditambahkan maka tidak terlalu berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.
Tenaga Kerja (X6) Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0748. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0748 persen (cateris paribus). Pada umumnya pembudidaya di waduk Cirata bekerja sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja untuk jumlah kolam dibawah 10 buah. Hal ini disebabkan kegiatan dalam proses pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak begitu berat dan pembudidaya merasa sanggup untuk mengerjakannya sendiri. Selain itu, alasan pembudidaya dengan jumlah kolam di bawah 10 buah adalah mengurangi biaya tenaga kerja sehingga pendapatannya lebih besar. Uji statistik menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila tenaga kerja ditambahkan maka akan berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.
53
VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS
6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya pembesaran ikan mas relatif mudah untuk dilakukan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata. Pembesaran ikan mas dapat dilakukan pada musim kemarau maupun musim hujan, oleh karena itu ikan mas dapat diperoleh sepanjang waktu di Waduk Cirata. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata umumnya membesarkan ikan mas pada kolam-kolam yang berukuran sama tiap unitnya, yaitu panjang x lebar x dalam sebesar 7m x 7m x 3m dan lokasinya berdekatan. Pembudidaya pembesaran ikan mas dapat membesarkan ikan mas secara munokultur atau menggunakan sistem kolor dengan ikan nila atau patin. Sistem kolor merupakan KJA yang memiliki dua lapisan jaring, dimana lapisan dalam digunakan untuk membudidayakan pembesaran ikan mas dan lapisan jaring luar digunakan untuk membudidayakan pembesaran ikan jenis lain. Dalam hal ini pembudidaya memanfaatkan pakan yang tidak dimakan oleh ikan mas, sehingga dapat dimakan oleh ikan yang berada pada lapisan luar. Sistem kolor ini menguntungkan pembudidaya karena pembudidaya tidak mengeluarkan biaya lagi untuk pembelian pakan untuk membudidayakan ikan jenis lain. Budidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata meliputi penebaran benih, pemberian pakan dan obat-obatan serta pemanenan. Penebaran benih dilakukan sendiri oleh pembudidaya karena prosesnya yang mudah, yaitu hanya menuangkan benih ikan dari dalam kantong yang berisi benih ikan mas ke dalam KJA. Sebelumnya kantong yang berisi benih tersebut dimasukan ke KJA untuk menyesuaikan suhu air yang berada di dalam kantong benih dengan suhu air di KJA, sehingga benih tidak kaget saat ditebarkan ke dalam KJA. Proses selanjutnya adalah pemberian pakan dan obat-obatan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu pukul tujuh pagi, 12 siang dan pukul lima sore. Pakan yang digunakan adalah pakan konsentrat (buatan pabrik) jenis melayang. Pakan jenis melayang merupakan pakan paling sesuai dengan kondisi lingkungan di Waduk Cirata karena pakan jenis melayang tidak mudah terbawa angin pada saat ditebar dan tidak mudah tenggelam. Pemberian pakan disesuaikan dengan banyaknya benih yang ditebar dan umur ikan. Obat54
obatan diberikan setelah ikan berumur satu minggu di dalam KJA. Pemberian obat-obatan ini bertujuan untuk menghindarkan ikan mas dari penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Setelah ikan berumur 60 – 90 hari maka ikan mas dapat dipanen. Proses pemanenan dilakukkan pada malam hari, dengan tujuan ikan hasil panen dapat dipasarkan pada pagi hari dalam kondisi segar. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat pemberat jaring, sehingga jaring dapat ditarik sedikit demi sedikit. Setelah ikan terkumpul pada satu sisi jaring maka dilakukan proses penyortiran, penimbangan dan pengemasan. Seluruh proses pemanenan dilakukan oleh pihak “Bandar” dan pembudidaya tidak mengeluarkan biaya untuk seluruh proses panen.
6.1.1 Sarana Produksi Benih Benih yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi ikan mas di Waduk Cirata. Selama ini pembudidaya menggunakan benih yang dipasok oleh supplier yang berasal dari daerah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih-benih tersebut dikirim dalam kantong pelastik ukuran besar dan telah diberi oksigen sehingga kondisinya masih baik saat sampai ke kolam pembudidaya di tengah waduk. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak dapat memproduksi benih sendiri dikarenakan kondisi jaring apung yang berlubang dan lingkungan yang tidak memungkinkan. Selain itu pembudidaya harus menjaga ikannya selama proses pembesaran, karena kolam keramba jaring apung yang berada di tengah waduk sehingga rawan akan pencurian. Kondisi ini menjadikan pembudidaya harus selalu berada di rumah jaga yang berada di sekitar kolam mereka. Pembudidaya hanya kembali ke darat apabila memiliki keperluan ada tenaga kerja atau orang yang menggantikannya untuk menjaga kolamnya. Biasanya pembudidaya bergantian dengan keluarganya yang datang ke tengah waduk untuk sementara. Pada umumnya para pembudidaya menggunakan ukuran kilogram dalam menggunakan benih. Harga satu kilogram benih berkisar antara harga Rp 19.000,00 sampai Rp 23.000,00 tergantung supplier dan dari mana benih berasal. Biasanya benih yang berasal dari Subang dan Bandung lebih mahal dibandingkan 55
benih yang berasal dari Cianjur. Hal ini disebabkan penambahan biaya transportasi dan kualitas benih yang berasal dari Subang dan Bandung lebih baik dibandingkan benih yang berasal dari daerah Cianjur. Namun terkadang supplier mencampurkan benih dari berbagai daerah dalam satu kantong benih dengan harga yang telah disesuaikan, apabila pasokan benih dari satu daerah mengalami kekurangan. Satu kilogram benih berisi sekitar 40 – 50 ekor ikan mas. Untuk satu kolam biasanya pembudidaya menggunakan 50 – 100 kg benih ikan mas.
6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan Obat-obatan yang digunakan dalam proses pembesaran ikan mas adalah obat-obatan dalam bentuk cair. Obat-obatan ini digunakan untuk menghindarkan ikan mas dari serangan penyakit seperti virus herpes koi dan white spot. Obatobatan dibeli pembudidaya dari toko di sekitar waduk Cirata yang menjual berbagai kelengkapan perikanan dengan harga Rp 30.000,00 untuk satu botol dengan isi 50 ml. Aplikasi obat-obatan ini digunakan satu minggu setelah ikan ditebarkan ke dalam kolam. Hal ini disebabkan pemberian obat-obatan berfungsi untuk menghindari atau mencegah ikan terinfeksi virus, bukan untuk mengobati ikan. Menurut pembudidaya apabila ikan yang telah terserang penyakit diberi obat-obatan maka penyakit akan semakin cepat menyebar pada ikan lainnya.
6.1.3 Sarana Produksi Pakan Pakan yang digunakan dalam proses pembesaran ikan mas di waduk Cirata berupa pakan konsentrat (pelet). Pelet diperoleh pembudidaya dari supplier (gudang) yang berada di sekitar wilayah Waduk Cirata. Pelet yang digunakan pada umumnya adalah merek laju, shinta dan comfeed dengan harga antara Rp 5.300,00 – Rp 5.600,00 per kg. Pelet yang dipesan oleh pembudidaya diantarkan oleh supplier langsung sampai ke kolam pembudidaya sama seperti benih. Beberapa supplier besar pun memiliki gudang di tengah waduk yang memudahkan supplier dalam pengiriman apabila ada pembudidaya yang memesan pakan secara tiba-tiba. Sistem
transaksi
yang
digunakan
adalah
sistem
utang,
dimana
pembudidaya memesan pelet dan dibayar setelah pembudidaya menjual hasil panen. Namun ada juga pembudidaya yang menjual hasil produksinya kepada 56
supplier pakan (gudang) yang merangkap sebagai tengkulak dan biaya pakan langsung dipotong dari hasil penjualan. Pelet yang digunakan pembudidaya pada umumnya adalah pelet terapung sehingga tidak cepat tenggelam saat memberi makan. Jumlah pelet yang diberikan setiap harinya bertambah sesuai dengan jumlah benih yang ditebar dan umur ikan. Dalam satu kali musim tanam pembudidaya menggunakan pelet sebanyak 1.500 kg – 4.000 kg per unit kolam atau 350 – 1.000 kg per kolam tergantung kepada jumlah benih yang ditebar dan target berat ikan yang diinginkan saat panen.
6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja Proses produksi usahatani pembesaran ikan mas yang dilakukan di daerah penelitian meliputi persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, pemberian obat-obatan dan panen. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani pembesaran ikan mas di daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Seluruh tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria. Pada umunya pembudidaya ikan di Waduk Cirata menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Namun pembudidaya yang menggunakan TKLK beralasan tenaga kerja luar keluarga lebih ahli dibandingkan TKDK. Pengadaan TKLK bagi usahatani pembesaran ikan mas dapat dengan mudah terpenuhi karena pada umumnya penduduk di dekitar Waduk Cirata memiliki pengalaman dalam proses pembesaran ikan mas. Sedangkan untuk TKDK berasal dari anggota keluarga sendiri baik istri, anak dan saudara pembudidaya sendiri. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata sebagian besar tidak menggunakan tenaga kerja, mereka bekerja sendiri karena proses produksi yang tidak begitu rumit dan ringan. Pada proses persiapan kolam pembudidaya hanya perlu menarik jaring ke atas dan memeriksa apakah terjadi kerusakan terhadap jaring yang bisa menyebabkan kerugian bagi pembudidaya, seperti jaring berlubang yang dapat menyebabkan benih dapat lolos dari jaring. Apabila terjadi kerusakan baru pembudidaya akan meminta orang lain yang ahli untuk membetulkan kolam kerambanya. Proses persiapan tidak begitu menyulitkan pembudidaya. Setelah jaring dipastikan siap pakai maka proses selanjutnya adalah proses penebaran 57
benih. Pembudidaya hanya tinggal membuka plastik yang berisi benih ikan mas yang dikirim oleh supplier dan memasukannya ke dalam kolam. Namun sebelumnya plastik yang berisi benih tersebut dimasukan terlebih dahulu ke dalam keramba jaring apung untuk menyesuaikan suhu air di dalam plastik dengan air di dalam keramba. Hal ini bertujuan agar pada saat benih ikan ditebarkan, ikan sudah terbiasa dengan suhu air di dalam keramba dan tidak kaget, yang dapat menyebabkan ikan menjadi mabuk dan mati. Proses selanjutnya adalah proses pembesaran dimana pembudidaya hanya menebarkan pakan berupa pelet sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu jam tujuh pagi, jam 12 siang dan jam lima sore selama waktu pembesaran dengan jumlah pakan yang telah disesuaikan dengan umur ikan mas. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pembudidaya umumnya datang pada pukul tujuh dan pulang pukul lima setelah selesai memberi pakan. Hanya pembudidaya saja yang merupakan pemilik yang tetap tinggal di rumah jaga yang telah dipersiapkan untuk menjaga ikan mas. Namun sebelumnya pembudidaya telah mempersiapkan segala kebutuhan sehari-hari seperti beras dan lauk pauk, terkadang istri pembudidaya mengantarkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pembudidaya dan tenaga kerjanya. Pembayaran upah tenaga kerja dilakukan secara bulanan, yaitu sebesar Rp 500.000,00 per bulan atau Rp 16.666,66 per hari orang kerja. Setelah lama pembesaran yang telah ditentukan oleh pembudidaya selesai maka dilakukan pemanenan. Untuk proses pemanenan sendiri pembudidaya tidak menggunakan tenaga kerja, karena seluruh proses pemanenan yang dimulai dari pengangkatan, penyortiran, penimbangan dan pengemasan dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari tengkulak dan disaksikan langsung oleh pembudidaya sehingga pembudidaya tidak perlu khawatir adanya kecurangan.
6.1.5 Alat-alat Pertanian Peralatan yang digunakan dalam proses pembesaran ikan mas di Waduk Cirata meliputi keramba jaring apung, rumah jaga, serok dan lampu petromak. Keramba jaring apung merupakan tempat atau wadah yang digunakan untuk membesarkan ikan mas. Rumah jaga merupakan tempat untuk penyimpanan pakan ikan berupa pelet. Serok digunakan untuk menyaring ikan apabila terdapat 58
ikan yang sakit atau mati. Petromak sebagai penerangan di malam hari karena di tengah waduk tidak terdapat sarana listrik. Biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan selama usahatani dibebankan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Dalam satu unit keramba jaring apung terdapat empat kolam keramba jaring apung lengkap dengan rumah jaga siap pakai dengan harga Rp 15.000.000,00 per unit untuk satu unit keramba baru dan Rp 3.000.000,00 – Rp 10.000.000,00 untuk satu unit keramba. Untuk satu unit keramba jaring apung digunakan satu unit serok seharga Rp 15.000,00 per buah dan satu buah petromak seharga Rp 45.000,00 per buah. Pembebanan penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) dengan asumsi peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi.
Tabel 16. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Satu Kali Musim Tanam (Tiga Bulan) No 1 2 3
Jenis alat Keramba Jaring Apung Serok Petromak
Jumlah (unit)
Harga (Rp/unit)
Nilai (Rp)
Umur Teknis (tahun)
Penyusutan (Rp/MT)
1
15.000.000
15.000.000
10
375.000
1 1
15.000 45.000 Jumlah
15.000 45.000
1 3
3.750 3.750 382500
6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas Pendapatan yang diperoleh oleh pembudidaya merupakan kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan usahatani dalam menjalankan proses produksi. Kegiatan usahatani pembesaran ikan mas ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan oleh pembudidaya. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Dalam menjalankan usahatani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu pengeluaran, penerimaan dan pendapatan usahatani.
59
6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas Biaya produksi untuk usahatani pembesaran ikan mas meliputi biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tunai terdiri dari biaya sarana produksi yang meliputi benih, obat-obatan pakan, tenaga kerja luar keluarga dan retribusi usaha. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai adalah biaya untuk penyusutan, tenaga kerja dalam keluarga dan natura, yaitu biaya yang dikeluarkan pembudidaya untuk menyediakan makanan dan minuman bagi TKLK selain biaya upah yang di berikan. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam per Kolam No I
II
III
Jenis Biaya Biaya Tunai 1. Benih 2. Pakan 3. Obat-obatan (nutrifish & toshin) 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga 5. Retribusi Jumlah Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan 2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3. Natura Jumlah Biaya diperhitungkan Jumlah Biaya Total
Satuan
Harga (Rp)
Jumlah
Nilai (Rp)
%
Kg Kg
18.900 5.210
66 574
1.247.400 2.990.540
24,23 58,08
ml
322
60
19.320
0,38
Jam MT
200 50.000
366 1
73.200 50.000 4.380.460
1,42 0,97 85,08
382.500
7,43
202.800 183.000
3,94 3,54
768.300 7.267.540
14,92 100,00
Jam MT
200 183.000
1.014 1
Berdasarkan Tabel 17 komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan pembudidaya adalah biaya untuk pembelian pakan ikan, yaitu sebesar Rp 2.990.540,00 per kolam untuk satu musim tanam atau sekitar 58,08 persen dari biaya total. Penggunaan pakan mempengaruhi hasil panen yang diinginkan oleh pembudidaya. Pemberian pakan disesuaikan dengan target hasil produksi ikan mas yang diharapkan oleh pembudidaya.
60
Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya untuk pembelian benih ikan mas, yaitu sebesar Rp 1.247.400,00 per kolam untuk satu kali musim tanam atau sekitar 24,23 persen dari total biaya. Benih berpengaruh pada hasil produksi yang akan didapat oleh pembudidaya. Banyaknya benih yang ditebar menentukan hasil yang akan diperoleh saat panen. Komponen biaya terbesar ketiga adalah biaya penyusutan, yaitu sebesar Rp 382.500 atau sekitar 7,43 persen dari seluruh biaya total. Pembebanan penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) dengan asumsi peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam besarnya sama. Komponen biaya terbesar keempat adalah biaya diperhitungkan dari tenaga kerja dalam keluarga, yaitu sebesar Rp 202.800,00 per kolam untuk satu musim tanam atau sekitar 3,94 persen dari total biaya. Besarnya biaya yang diperhitungkan dari tenaga kerja dalam keluarga disebabkan semua pembudidaya responden menjadi TKDK yang memiliki jam kerja penuh selama masa tanam ikan, dimulai dari penebaran benih hingga panen. Komponen biaya terbesar kelima adalah biaya natura, yaitu penyediaan makanan dan minuman bagi tenaga kerja yang bekerja di kolam. Hal ini merupakan kewajiban dari pembudidaya selain memberikan upah kepada TKLK. Biaya natura yang dikeluarkan oleh pembudidaya sebesar Rp 183.000 atau sekitar 3,54 persen. Komponen biaya terbesar berikutnya adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk TKLK sebesar Rp 73.200,00 per kolam untuk satu musim tanam atau sekitar 1,42 persen dari seluruh biaya total. Besarnya biaya TKLK yang dikeluarkan disebabkan penggunaan TKLK dalam proses produksi khususnya dalam proses pemberian pakan yang harus dilakukan setiap hari dimulai dari awal penebaran benih hingga saat akan dipanen. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa biaya untuk obat-obatan dan retribusi memiliki proporsi yang kecil. Biaya retribusi merupakan biaya yang dibayarkan oleh pembudidaya kepada pihak PLTA dengan jumlah yang sama tanpa melihat jumlah kolam yang dimiliki oleh pembudidaya. Biaya yang dikeluarkan untuk retribusi sama besarnya setiap kali musim tanam, yaitu sebesar Rp 50.000,00 atau sekitar 0,97 persen. Sedangkan untuk biaya obat-obatan memiliki nilai yang 61
paling kecil yaitu sebesar Rp 19.320,00 Hal ini disebabkan pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata hanya menggunakan obat-obatan satu kali, yaitu pada saat awal produksi sehingga biaya yang dikeluarkan tidak besar, yaitu sekitar 0,38 persen.
6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas Pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei tahun 2010, tetapi dalam perhitungan data yang dipakai adalah data pada musim tanam sebelumnya, yaitu musim tanam pada bulan Januari hingga Maret tahun 2010. Harga penjualan ikan mas pada periode tersebut adalah sekitar Rp 13.000 – Rp 14.000,00 untuk satu kg ikan mas. Rata-rata produksi ikan mas pada periode tersebut adalah 378 kg ikan mas per jaring apung. Dengan demikian, penerimaan tunai yang diterima oleh pembudidaya pembesaran ikan mas sebesar Rp 5.196.530,00 per kolam. Pada periode ini pembudidaya sedang mengalami kerugian karena harga ikan mas saat kondisi stabil adalah antara Rp 17.000,00 – Rp 18.000,00 untuk satu kg ikan mas. Penurunan harga ikan mas ini disebabkan melimpahnya ikan air laut di pasaran, sehingga harga ikan air laut turun dan konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan air laut dibandingkan ikan air tawar khususnya ikan mas. Penerimaan tidak tunai pada usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak ada. Hal ini disebabkan semua hasil panen dijual kepada tengkulak dan umumnya pembudidaya tidak mengambil hasil panen dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan sifat ikan mas yang mudah busuk (perishable) jika tidak segera dikonsumsi, sehingga pembudidaya tidak dapat menyimpan ikan mas dalam waktu lama.
6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas Pendapatan usahatani pembesaran ikan mas diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Gambaran tentang pendapatan yang diterima oleh pembudidaya pembesar ikan mas di Waduk Cirata dapat di lihat pada Tabel 18.
62
Tabel 18. Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata per Kolam untuk Satu Musim Tanam No Uraian Nilai (Rp) I Penerimaan 5.196.530 II Biaya Tunai 4.380.460 III Biaya Diperhitungkan 768.300 IV Biaya Total 5.148.760 V Pendapatan atas Biaya Tunai 816.070 VI Pendapatan atas Biaya Total 47.770 VII R/C atas Biaya Tunai 1,186 VIII R/C atas Biaya Total 1,009 Ikan mas dapat dipanen pada saat berumur antara tiga bulan sampai empat bulan tergantung target dari masing-masing pembudidaya. Satu kolam ikan mas rata-rata dapat menghasilkan produksi 378 kilogram dengan harga rata-rata di tingkat pembudidaya sebesar Rp 13.000 – Rp 14.000 per kilogram, sehingga ratarata penerimaan pembudidaya sebesar Rp 5.196.530 untuk satu kolam. Sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Berdasarkan data tersebut maka didapat nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya hanya menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,186 per kolam dan untuk Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya hanya memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,009 per kolam. Jika dilihat dari nilai tersebut maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya sangat kecil. Hal ini disebabkan harga ikan mas pada periode tersebut sedang mengalami penurunan yang disebabkan melimpahnya ikan laut di pasar sehingga harga ikan laut menjadi turun dan konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan laut. Pada kondisi stabil maka harga ikan mas adalah Rp 16.000 – Rp 17.000 per kilogram. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya walaupun pendapatan yang diperoleh per kolam terbilang kecil. Namun keuntungan dapat diperoleh pembudidaya pada saat kondisi pasar sedang
63
baik, yaitu pada saat volume ikan air laut di pasar sedikit, sehingga harga ikan laut di pasar mahal. Pada kondisi ini konsumen memilih untuk mengkonsumsi ikan air tawar sehingga permintaan terhadap ikan air tawar khususnya ikan mas meningkat.
6.3 Pengaruh Faktor Produksi terhadap pendapatan pembudidaya 6.3.1 Jumlah Jaring Apung Berdasarkan hasil uji statistika penambahan satu persen banyak kolam maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,0404 persen (cateris paribus). Pendapatan pembudidaya untuk satu kolam per musim tanam pada saat penelitian sebesar Rp 47.770,00. Oleh sebab itu penambahan jumlah kolam dapat menambah pendapatan pembudidaya sesuai dengan jumlah kolam yang dimilikinya. Namun penambahan jumlah kolam tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan harga keramba jaring apung baru seharga Rp 15.000.000,00 sulit dijangkau oleh pembudidaya dengan pendapatan yang kecil. Selain itu kapasitan Waduk Cirata sendiri sudah tidak memungkinkan untuk ditambahkan keramba jaring apung baru. Hal ini disebabkan jumlah keramba jaring apung di waduk Cirata telah melebihi daya tampung waduk Cirata sendiri. Kurangnya kesadaran pembudidaya akan lingkungan waduk Cirata menyebabkan banyaknya limbah yang berasal dari keramba jaring apung seperti jaring yang sudah tidak terpakai, sterofoam, sisa pakan dan limbah lainnya. Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) pun saat ini tidak memberikan izin untuk penambahan jaring apung baru di waduk Cirata.
6.3.2 Benih Benih berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4284. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan benih satu persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,4284 persen (cateris paribus). Penambahan jumlah benih yang ditebar akan meningkatkan hasil produksi, sehingga pendapatan pembudidaya pun ikut meningkat. Penambahan jumlah benih dapat dilakukan oleh pembudidaya. Hal ini disebabkan harga benih yang masih terjangkau oleh pembudidaya, yaitu sebesar Rp 18.900,00. 64
Benih dapat diperoleh dengan mudah oleh pembudidaya karena banyaknya supplier yang siap memenuhi permintaan benih dari pembudidaya. Supplier tersebut memperoleh benih dari pembudidaya pembenihan ikan mas di daerah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih dengan kualitas baik memiliki ciri-ciri bersisik lengkap, badan mulus tanpa cedera, tingkat kematian disaat datang sedikit, badan ikan gemuk, ukuran benih ikan rata dan cara makan yang bagus.
6.3.3 Pakan Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pakan berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas. Pakan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4014. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,4014 persen (cateris paribus). Pemberian jumlah pakan tergantung pada target hasil ikan mas pada saat panen. Pembudidaya pembesaran ikan mas dapat menambahkan jumlah pakan pelet sesuai dengan target yang diinginkannya. Pembudidaya tidak mengalami kesulitan jika ingin menambah jumlah pakan. Hal ini disebabkan pembudidaya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan pada saat produksi karena pembudidaya memperoleh pakan dengan sistem hutang. Biaya yang dikeluarkan untuk pakan dibayarkan kepada supplier pakan setelah pembudidaya memperoleh penerimaan dari penjualan hasil produksi. Ada juga pembudidaya yang menjual hasil produksinya kepada supplier pakan yang merangkap sebagai “bandar”, sehingga biaya pakan akan langsung dipotong dari penjualan hasil produksi pembudidaya.
6.3.4 Obat-obatan Obat-obatan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,2816. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan obat-obatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,2816 persen (cateris paribus). Walaupun hasil pendugaan model menunjukan obat-obatan berpengaruh positif dan uji statistik menunjukkan bahwa obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas. Namun pada kondisi nyata walaupun jumlah obat-obatan ditambahkan oleh pembudidaya 65
maka tidak akan terlalu mempengaruhi hasil produksi ikan mas. Sehingga, apabila jumlah obat-obatan ditambah hanya akan menambah biaya produksi saja tanpa menambah pendapatan pembudidaya. Selain itu, penggunaan obat-obatan harus sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga
pembudidaya
tidak bisa
menambahkan jumlah obat-obatan yang digunakan begitu saja.
6.3.5 Lama Produksi Lama produksi berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0610. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan lama produksi sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0610 persen (cateris paribus). Uji statistik menunjukkan bahwa lama produksi berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi ikan mas. Penambahan lama produksi akan menambah jumlah biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai maupun biaya diperhitungkan dan tidak sebanding dengan penambahan hasil produksi. Sebaiknya lama produksi dikurangi menjadi 90 hari (tiga bulan) karena target hasil produksi dapat disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan.
6.3.6 Tenaga Kerja Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0748. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0748 persen (cateris paribus). Uji statistik menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila tenaga kerja ditambahkan maka akan berpengaruh pada hasil produksi di lapangan. Penggunaan tenaga kerja akan menambah biaya tunai yang dikeluarkan sedangkan penerimaan yang diperoleh pembudidaya tetap. Proses pembudidayaan ikan mas relatif mudah dan dapat dilakukan oleh pembudidaya sendiri tanapa bantuan tenaga kerja untuk kolam kurang dari 10 unit. Oleh sebab itu sebaiknya pembudidaya meminimalisasi penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk meminalisasi biaya yang dikeluarkan.
66
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian ini adalah : 1) Hasil uji statistik menunjukkan terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh secara nyata pada produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Kelima variabel tersebut antara lain jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor lama produksi berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. 2) Rata-rata penerimaan pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata adalah sebesar Rp 5.196.530,00 untuk satu kolam dalam satu musim tanam. Sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460,00 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760,00 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Berdasarkan data tersebut maka didapat nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukan bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya hanya menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,186 per kolam dan untuk Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,009 per kolam. Jika dilihat dari nilai tersebut maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata sangat kecil.
8.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain : 1) Sebaiknya pembudidaya tidak menambah jumlah keramba jaring apung yang dimiliki untuk meningkatkan hasil produksi, karena hal tersebut dapat merusak lingkungan Waduk Cirata yang pada akhirnya dapat menurunkan produksi seluruh pembudidaya pembesaran ikan di Waduk Cirata.
66
2) Untuk meningkatkan hasil produksi dan pendapatan pembudidaya sebaiknya lama produksi di kurangi menjadi 90 hari (3 bulan). Hal ini disebabkan karena lama berdasarkan hasil uji statistik lama produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Selain itu
hasil
produksi ikan mas dapat ditingkatkan dengan penambahan jumlah pakan yang di berikan, sehingga perputaran uang semakin cepat.
67
DAFTAR PUSTAKA
Aksomo Rudiansyah. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk
Perikanan Dan Wisata Tirta Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Bisnis Dan Ekonomi Perikanan – Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2008. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2008. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat. Direktorat Jenderal Perikanan. 2000. Potensi Perikanan Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan. 1993. Potensi Perikanan Budidaya dan Perikanan Tangkap Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan. 1993. Definisi Jaring Apung. Jakarta. Doll, J P and F. Orazem. 1984. Production Economic. John Wiley and Sons Inc. New York Fadholi, Hernanto. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Lindawati. 2005. Optimalisasi Produksi Usaha Pembesaran Ikan Mas Pada Kolam Air Deras di Desa Situ daun, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediet dan Aplikasinya. Erlangga. Jakarta. Permatasari, Asti. 2001. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Mas pada Kolam Air Deras di PT MINA PELITA, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rochdianto. 2003. Analisis Permintaan Udang Rebon di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rudiansyah. 2007. Pemanfaatan Danau Buatan (Waduk) di Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santika. 2000. Analisis Produksi Induk Murni dan Bibit Hibrida Ikan Mas di BBAT Sukabumi. Skripsi. Departemen Budidaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santy. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Benih Ikan Mas di Pasar Cibaraja, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.Istitut Pertanian Bogor Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. UI – Press. Jakarta Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis. Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunarto, et al. 2002. Field investigations on serious disease outbreak among koi and common carp (cyprinus carpio) in Indonesia. Paper presented in 5th Suseno, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7. Jakarta : Penebar Swadaya. Widadi. 2000. Analisis Produksi dan Kelayakan Finansial Usaha Kolam Jaring Apung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Data Faktor Produksi Budidaya Pembesaran Ikan Mas
No
Produksi (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
375 450 100 300 200 275 300 320 600 450 280 250 300 320 150 200 330 310 500 290 580 220 420 400 300 310 215 240 400 380 300 360 175 160 250 570 310 170
Jumlah Benih Kolam (kg) (unit) 7 75 12 115 10 40 13 50 20 45 40 50 20 100 10 85 24 100 16 100 12 40 20 50 12 30 15 50 32 25 24 50 4 50 16 50 24 150 24 75 44 150 20 50 28 70 24 80 20 60 16 75 15 45 12 55 20 70 36 70 16 60 40 75 10 50 12 50 16 65 22 80 20 75 12 50
Pakan (kg) 500 750 350 750 500 500 500 650 1000 800 350 500 375 375 380 370 360 500 750 425 1000 375 750 725 500 500 400 400 700 650 375 475 400 380 400 700 500 300
Obat-obatan (ml) 50 100 50 50 50 50 100 75 75 100 50 50 50 50 30 50 50 50 100 100 100 50 75 75 75 75 50 50 75 75 50 75 50 50 50 75 75 50
Lama Produksi (hari) 120 90 120 120 90 120 120 90 120 120 120 120 120 90 60 120 90 90 90 90 90 120 90 120 90 90 90 120 120 90 120 90 90 90 90 90 90 90
Tenaga Kerja (hari) 240 360 120 120 90 240 120 90 120 240 120 120 120 90 120 240 90 90 180 180 270 120 180 120 90 90 90 120 120 180 120 180 90 90 90 90 90 90
71
Lanjutan Lampiran 1.
No
Produksi (kg)
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
320 295 400 280 300 400 250 700 540 310 380 470
Jumlah Kolam (unit) 30 28 28 15 16 12 28 32 24 24 20 28
Benih (kg) 60 60 75 50 50 60 50 75 70 60 50 80
Pakan (kg) 425 400 60 500 600 700 500 950 745 620 750 740
Obat-obatan (ml) 50 75 75 50 50 75 50 75 75 50 50 75
Lama Produksi (hari) 90 90 90 120 90 120 90 90 120 120 90 90
Tenaga Kerja (hari) 180 90 180 120 90 120 180 180 120 240 90 180
72
Lampiran 2. Data Karakterstik Responden
No
Umur (Tahun)
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Usahatani
Jumlah Kolam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
34 44 36 30 32 39 53 40 47 28 35 49 37 39 35 45 43 38 46 49 33 51 31 48 47 38 50 40 29 43 44 40 45 47 39 50 37 48 41 38 36
SMA SMA SMP SMP SMA SMP SD SMP SMA SMP SMA SMP SMA SMP SMA SD SMP SMP SMA SMA SMP Tidak Tamat SD SMP SMP SMA SMA Tidak Tamat SD SMA SMA SMP SMP SMA SMP SD SMA SD SMA SMP SMP SMA SMA
4 3 4 5 6 3 8 5 8 10 4 9 3 6 5 7 6 4 8 9 5 10 6 3 7 6 5 6 3 7 8 6 5 8 4 10 4 9 7 5 7
7 12 10 13 20 40 20 10 24 16 12 20 12 15 32 24 4 16 24 24 44 20 28 24 20 16 15 12 20 36 16 40 10 12 16 22 20 12 30 28 28
Tanggungan Keluarga (orang) 2 3 4 2 2 3 5 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 2 3
73
Lanjutan Lampiran 2. 42 43 44 45 46 47 48 49 50
50 35 55 39 48 39 51 52 37
SD SMP SD SMA SMP SMP SD Tidak Tamat SD SMP
5 6 16 7 5 5 12 11 5
15 16 12 28 32 24 24 20 28
4 2 6 3 5 3 4 4 2
74
Lampiran 3. Hasil Uji Cobb-Douglas Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Mas Residual Plots for ln produksi Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values 1,0
99,9
0,5
90
Residual
Percent
99
50 10
0,0 -0,5
1 0,1
-1,0
-0,5
0,0 Residual
0,5
-1,0
1,0
1,0
60
0,5
40 20 0
-0,6
-0,3
0,0 0,3 Residual
0,6
5,5
6,0 Fitted Value
6,5
7,0
Residuals Versus the Order of the Data
80 Residual
Frequency
Histogram of the Residuals
5,0
0,0 -0,5 -1,0
0,9
1 20 4 0 6 0 8 0 00 20 4 0 6 0 8 0 00 20 4 0 6 0 8 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
Observation Order
Regression Analysis: ln produksi versus ln jumlah kolam, ln benih, ... The regression equation is ln produksi = - 0.380 + 0.0404 ln jumlah kolam + 0.428 ln benih + 0.401 ln pakan + 0.282 ln obat-obatan + 0.061 ln lama produksi + 0.0748 ln tenaga kerja
Predictor Constant ln jumlah kolam ln benih ln pakan ln obat-obatan ln lama produksi ln tenaga kerja
S = 0.239281
Coef -0.3805 0.04043 0.42837 0.40141 0.2816 0.0610 0.07480
SE Coef 0.4386 0.03327 0.08593 0.03858 0.1012 0.1067 0.04284
R-Sq = 70.5%
T -0.87 1.22 4.98 10.40 2.78 0.57 1.75
P 0.386 0.225 0.000 0.000 0.006 0.567 0.082
VIF 1.3 5.3 1.6 4.6 1.4 1.5
R-Sq(adj) = 69.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source ln jumlah kolam ln benih ln pakan
DF 6 337 343
DF 1 1 1
SS 46.0542 19.2950 65.3492
MS 7.6757 0.0573
F 134.06
P 0.000
Seq SS 6.5168 32.0453 6.8417
75
Lanjutan Lampiran 3. ln obat-obatan ln lama produksi ln tenaga kerja
1 1 1
0.4368 0.0390 0.1746
Unusual Observations
Obs 1 2 3 41 51 52 100 101 149 150 198 199 237 247 248 286 296 297 335
ln jumlah kolam 1.95 2.48 2.30 3.33 2.48 2.30 2.48 2.30 2.48 2.30 2.48 2.30 3.33 2.48 2.30 3.33 2.48 2.30 3.33
ln produksi 5.9269 6.6201 4.8283 5.9915 6.8565 4.8283 6.6201 4.8283 6.6201 4.8283 6.6201 4.6052 5.9915 6.6201 4.6052 5.9915 6.6201 4.6052 5.9915
Fit 5.8459 6.5370 5.3961 5.1260 6.6102 5.3961 6.5370 5.3961 6.5370 5.3961 6.5370 5.3961 5.1260 6.5370 5.3961 5.1260 6.5370 5.3961 5.1260
SE Fit 0.0625 0.0617 0.0424 0.0910 0.0639 0.0424 0.0617 0.0424 0.0617 0.0424 0.0617 0.0424 0.0910 0.0617 0.0424 0.0910 0.0617 0.0424 0.0910
Residual 0.0810 0.0831 -0.5677 0.8655 0.2463 -0.5677 0.0831 -0.5677 0.0831 -0.5677 0.0831 -0.7909 0.8655 0.0831 -0.7909 0.8655 0.0831 -0.7909 0.8655
St Resid 0.35 X 0.36 X -2.41R 3.91RX 1.07 X -2.41R 0.36 X -2.41R 0.36 X -2.41R 0.36 X -3.36R 3.91RX 0.36 X -3.36R 3.91RX 0.36 X -3.36R 3.91RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Durbin-Watson statistic = 2.14548
76
Lampiran 4. Gambar di Daerah Penelitian
Daerah Penelitian
Kolam Keramba Jaring Apung
Benih Ikan Mas
76
Pakan Pelet
Proses Pemberian Pakan
Proses Penyortiran
77
Ikan Mas Siap Panen
Tanda Pembayaran Retribusi
Proses Wawancara
78