14
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol.2 No.1 Nopember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA KERAMBA IKAN MAS DI KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Arief Hidayatullah1) 1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Email :
[email protected]
ABSTRACT The analysis used in this experiment was is the the analysis of Cobb-Douglas production function and elasticity of production. The results obtained were F test results stating that all variable number of cages, seed, feed, and labor simultaneously significant effect on the production of carp. Based on the coefficient of determination showed that 89% variation amount of production can be explained by a variable number of cages seed, feed and labor. While 11% is influenced by other variables not included in the regression model. T test results stated that the factor of seed and feed real and significant effect on the production of carp while the number of cages and a factor of labor is not significant and not significant to the production of carp. The elasticity of the production number cages, seed, feed, and labor respectively (-0.983), (0.600) (0.221) (0.441) which means elastsitas number of cages in the region of production III and elasticity of seed, feed and energy working in the region of production II. Suggestions in this study were (1) should farmers carp determine the factors of production that significantly affect the production of carp so that farmers can see the production factors which need to be considered both quantity and quality, (2) should need counseling for farmers on the use of factors of production enterprises an efficient carp cages primarily on the number of cages in a single use of cages without reducing the use of seeds. Keywords: Goldfish, Regression Model, Elasticity Production
PENDAHULUAN Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dan pembangunan pertanian, yang tujuannya adalah memenuhi kebutuhan pangan pertanian dan gizi serta untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri agar mampu memanfaatkan peluang pasar dalam negeri dan luar negeri. Ikan mas termasuk salah satu jenis ikan yang sudah lama dibudidayakan baik Indonesia maupun di dunia. Ikan mas amat potensial untuk dibudidayakan secara intensif berpola agribisnis. Ikan mas masuk dalam kategori pemakan segala atau omnivore, oleh karenanya ikan ini memakan dedaunan, lumut, cacing, serangga atau lainnya serta mudah menyesuaikan dengan lingkungan yang baru (Sosanto, 1993). Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai potensi yang besar dalam sektor perikanan. Banyaknya sungai bisa dijadikan tempat pembudidayaan ikan keramba dan lahan yang luas dapat dijadikan tempat pembudidayaan ikan di kolam serta pengairan yang mudah. Sektor perikanan merupakan salah satu penopang
perekonomian daerah di Kalimantan Selatan karena menghasilkan produksi yang besar, diantaranya usaha perbesaran ikan mas. Jumlah produksi perikanan di Kalimantan Selatan cukup banyak. Usaha tersebut tersebar diseluruh kabupaten. Salah satunya adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai potensi perairan umum dan produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Ikan mas adalah salah satu jenis ikan air tawar dan amat potensial untuk dibudidayakan secara intensif berpola agribisnis. Usaha ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas agar memperoleh keuntungan lebih tinggi. Produksi dan produktivitas tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh petani ikan untuk meningkatkan hasil produksinya. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya adalah keramba, bibit, pakan dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi ini memiliki jumlah yang terbatas tetapi disisi lain petani ikan juga ingin meningkatkan hasil produksi usahanya. Oleh karena itu petani harus bisa mengelola dan
15
menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki tersebut saat akan ada perubahan harga. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan faktor produksi perbesaran ikan mas yaitu dengan menghitung elastisitas produksi. Elastisitas produksi dapat diperoleh apabila petani telah mengetahui faktor-faktor produksi apasaja yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi ikan mas di Kecamatan Babirik. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah produksi usaha perbesaran ikan mas di keramba adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hal tersebut maka dirasakan perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi produksi usaha perbesaran ikan mas di keramba dan elastisitas produksinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2015. Analisis yang digunakan yaitu fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirubah menjadi bentuk linier berganda. Model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Ln Y = Ln β0 + Ln β1 X1 + Ln β2 X2 + Ln β3 X3 + Ln β4 X4 + e Dimana: Y = Jumlah produksi ikan mas (kg) X1 = Jumlah keramba (buah) X2 = Bibit (ekor) X3 = Pakan (kg) X4 = Tenaga kerja (HOK) Uji F dilakukan terhadap model regresi berganda tentang produksi usaha keramba ikan mas untuk mengetahui apakah semua faktor atau variabel independen (X i) dalam persamaan berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap produksi ikan mas (Y). Dimana hipotesis uji F adalah: H0 : β1 = β 2 = …. = Bk = 0 H0 : β1 = β 2 = ..... = Bk ≠ 0 Kriteria uji F: Jika F-hitung ≤ F-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya semua variabel independen (X1) dalam
persamaan secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel (Y). Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima semua variabel independen (X1) dalam persamaan secara serentak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas (Y). HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Produksi Usaha Perbesaran Ikan Mas di Karamba Faktor produksi yang digunakan dalam usaha perbesaran ikan mas ini terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam kegiatan usaha perbesaran ikan mas di karamba adalah jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja. Faktor eksternal dalam usaha perbesaran ikan mas di karamba diantaranya adalah suhu, cuaca dan musim. Dalam penelitian ini yang akan dibahas hanya faktor produksi internal, karena hanya faktor produksi internal yang dapat dikendalikan oleh petani. Adapun faktor-faktor produksi yang usaha perbesaran ikan mas di karamba di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa dalam penelitian tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik seperti multikolinieritas, heterokedastisitas dan otokorelasi. Hal ini dilakukan agar OLS dapat menghasilkan estimator yang paling baik pada model-model regresi. Uji Multikolinieritas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara dua atau lebih variabel bebas. Multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai High Varience Inflation Factors/VIF. Multikolinieritas berat terjadi apabila VIF >10. Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas (jumlah karamba, bibit, pakan, tenaga kerja) kurang dari 10. Data ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas. Pada analisis fungsi produksi dengan menggunakan model Cobb
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Keramba Ikan Mas di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara (Arief Hidayatullah)
16
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol.2 No.1 Nopember 2016
Douglas, multikolinieritas merupakan masalah yang sulit dihindarkan. Masalah multikolinieritas dalam suatu analisis dapat diabaikan bila terjadi pada variabel-variabel dengan nilai koefisien regresi yang tinggi atau multikolinieritas tidak sempurna.
fungsi produksi ikan mas tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa titiktitik menyebar, tidak membentuk pola teratur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi
Tabel 1. Hasil Uji Multikoliniritas dengan Menggunakan Nilai VIF Variabel Tolerance Nilai VIF Keterangan Jumlah Karamba 0,426 2,350 Tidak terjadi multikolinieritas Bibit 0,198 5,051 Tidak terjadi multikolinieritas Pakan 0,322 3,110 Tidak terjadi multikolinieritas Tenaga Kerja 0,343 2,914 Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: Pengolahan data primer tahun 2015
Gambar 1. Grafik scatterplot Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah pada fungsi produksi ikan mas terdapat varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS tidak bernilai konstan. Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dengan mengamati scatterplot dimana sumbu horizontal menggambarkan nilai Predicted Standardized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized Residual. Jika scatterplot membentuk pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang, hal itu menunjukkan adanya masalah heterokedastisitas pada fungsi produksi ikan mas. Sedangkan jika scatterplot menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak teerjadinya masalah heterokedastisitas pada
diindikasikan tidak terdapat masalah heterokedastisitas. Berdasarkan ketiga hasil penelitian dapat dilihat bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari masalah heterokedastisitas. Hal ini merupakan salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk membuat estimasi model regresi linier berganda yan baik. Uji Otokorelasi Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ada hubungan yang serius antara gangguan estimasi satu obsevasi dengan observasi yang lain. Pengujian untuk mengetahui masalah otokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Durbin-Watson. Dari hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Hasil Uji Otokorelasi dengan Metode Durbin Watson (DW) Model Distribusi DW (α=5%) Durbin Watson dL dU 4 ˗ dU 1 1,1426 1,7386 2,2614 2,141
Keterangan Tidak terjadi otokorelasi
Sumber: Pengolahan data primer tahun 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,141 , sedangkan dari tabel distribusi DW dengan α=5%, n=30 dan k=4 diperoleh nilai dU sebesar 1,7386 dan 4-dU sebesar 2,2614. Karena nilai DW (2,141) lebih besar dari dU (1,7386) dan kurang dari 4-dU (2,2614) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat masalah otokorelasi. Berdasarkan ketiga hasil penelitian dapat dilihat bahwa model regresi bebas dari masalah otokorelasi. Hal ini sangat penting karena apabila masalah otokorelasi ini diabaikan maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi layak atau tidak dipakai. Jadi, uji otokorelasi ini sangat penting dilakukan untuk memenuhi salah satu asumsi klasik yaitu bebas otokorelasi. Model Regresi Linier Berganda Setelah data dipastikan bebas dari masalah klasik, maka persyaratan membuat sebuah model regresi linier berganda telah terpenuhi. Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang meliputi: jumlah karamba (X1), bibit (X2), pakan (X3) dan tenaga kerja (X4) terhadap variabel dependen yaitu jumlah produksi ikan mas (Y). Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Konstanta Jumlah karamba (X1) Bibit (X2) Pakan (X3) TK (X3)
Koef. Regresi -1,444
Std. t hit Error 1,576 -0,916
Sig. 0,368
-0,112 0,274 0,731 0,103
0,089 -1,260 0,126 2,179 0,109 6,717 0,273 0,378
0,219 0,039 0,000 0,708
Sumber: Pengolahan data primer tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 3 tersebut diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut: LnY = -1,444+ -0,112 LnX1 + 0,274 LnX2 + 0,731 LnX3 + 0,103 LnX4
Model regresi linier berganda tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) Koefisien regresi variabel jumlah karamba sebesar -0,112 artinya jika variabel indipenden lainnya tetap dan jumlah karamba (X1) naik 1% maka akan mengalami penurunan produksi sebesar -1,444%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara jumlah karamba dengan produksi. Hal ini disebabkan karena para pembudidaya ikan menebar bibit dalam satu buah karamba tidak menentu dan kurang dari batas yang ditentukan. 2) Koefisien variabel bibit sebesar 0,274 artinya jika variabel indipenden lainnya tetap dan bibit (X2) akan mengalami kenaikan 1% maka produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,112%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara bibit (X2) dengan produksi (Y), semakin banyak bibit yang digunakan maka hasil produksinya akan semakin besar. 3) Koefisien variabel pakan sebesar 0,731 artinya jika variabel indipenden lainnya tetap dan pakan (X3) akan mengalami kenaikan 1% maka produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,731%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara pakan (X3) dengan produksi (Y), semakin banyak pakan yang digunakan maka hasil produksinya akan semakin besar. 4) Koefisien variabel tenaga kerja sebesar 0,103 artinya jika variabel indipenden lainnya tetap dan tenaga kerja (X4) akan mengalami kenaikan 1% maka produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,103%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara tenaga kerja (X4) dengan produksi (Y). Besarnya jumlah produksi ikan mas yang diperoleh tidak hanya bergantung pada faktor-faktor internal (jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja) saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh petani. Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Keramba Ikan Mas di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara (Arief Hidayatullah)
18
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol.2 No.1 Nopember 2016
perubahan lingkungan seperti suhu, cuaca, musim dan bencana alam dan penyakit KHV. Uji Hipotesis Pengujian Serentak (uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel jumlah karamba (X1), bibit (X2), pakan (X3) dan tenaga kerja (X4) secara simultan berpengaruh terhadap jumlah produksi ikan mas (Y) di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jika F-hitung ≤ F-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya semua variabel independen (X1) dalam persamaan secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas (Y). Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima semua variabel independen (X1) dalam persamaan secara serentak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas (Y). Hasil Uji Statistik F dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Statistik F Model Regression Residual Total
Sum of Square 9,713 1,019 10,732
df 4 25 29
Mean F Sig. square 2,428 59,594 0,000b 0,041
Sumber: Pengolahan data primer tahun 2015 Bedasarkan hasil uji F yang telah dilakukan maka diperoleh nilai Fhitung sebesar 59,594 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai Ftabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) dengan nilai df1 = 4 dan df2 = 25 maka nilai Ftabel sebesar 2,758. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung (59,594) lebih besar dari nilai Ftabel (2,758) dan tingkat signifikasi yang juga lebih kecil dari 0,05. Artinya semua variabel jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja secara simultan berpengaruh terhadap produksi ikan mas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung (50,594) lebih besar dari nilai Ftabel (2,758) ini menandakan semua faktor produkasi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas. Artinya penambahan atau pengurangan penggunaan faktor produksi secara simultan dapat mempengaruhi naik turunnya jumlah produksi.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar jumlah produksi ikan mas yang dapat diterangkan oleh semua faktor produksi (jumlah karamba, bibit, pakan, dan tenaga kerja). Dalam penelitian ini koefisien determinasi dilihat dari nilai koefisien yang telah disesuaikan (Adjusted R Square). Menurut Suliyanto (2011), Adjusted R Square merupakan koefisien yang telah dikoreksi dengan jumlah variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika terjadi penambahan variabel maupun penambahan ukuran sampel. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Koefisien Determinasi Model 1
R
R2
0,951
0,905
Adjusted R2 0,890
S.E 0,2018
Sumber: Pengolahan data primer tahun 2015 Berdasarkan Tabel 5 maka diketahui nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,890. Hal ini menunjukkan bahwa 89,0% variasi jumlah produksi dapat dijelaskan oleh variabel jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja. Sejumlah 11% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,890 merupakan nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi. Dengan demikian, model regresi dapat dikategorikan cukup baik dipergunakan sebagai penduga fungsi produksi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 1) Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi ikan mas yaitu berdasarkan hasil uji F yang telah dilakukan maka diperoleh nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel dan tingkat signifikasi yang juga lebih kecil dari 0,05. Artinya semua variabel jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja secara simultan berpengaruh terhadap produksi ikan mas. Berdasarkan koefisien determinasi diketahui nilai Adjusted R2 sebesar 0,890. Hal ini menunjukkan bahwa
19
2)
89,0% variasi jumlah produksi dapat dijelaskan oleh variabel jumlah karamba, bibit, pakan dan tenaga kerja. Sebanyak 11% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas adalah bibit dan pakan. Nilai elastisitas jumlah karamba sebesar -0,983 berada pada daerah produksi III, elastisitas bibit sebesar 0,600 berada pada daerah produksi II, elastisitas pakan sebesar 0,221 berada pada daerah produksi II, dan elastisitas tenaga kerja sebesar 0,441 berada pada daerah produksi II.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang penulis ajukan sebagai berikut: 1) Sebaiknya petani ikan mas mengetahui faktorfaktor produksi yang berpengaruh nyata (bibit dan pakan) dan tidak nyata (jumlah karamba dan tenaga kerja) terhadap produksi ikan mas sehingga petani dapat melihat faktor produksi mana yang perlu diperhatikan baik dari jumlah maupun kualitasnya. 2) Sebaiknya perlu penyuluhan bagi petani tentang pengggunaan faktor-faktor produksi usaha karamba ikan mas yang efisien terutama jumlah karamba, dalam satu buah penggunaan karamba agar tidak mengurangi penggunaan bibit dari batas maksimal serta jumlah tenaga kerja yang digunakan lebih banyak jika jumlah karamba dan bibit yang dibudidayakan sangat banyak.
Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Jember. Khairuman, S. Dodi, G. Bambang. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penabar Swadaya. Depok. Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp.) terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen melalui Penambahan Tepung Terigu. http://journal.ipb.ac.id. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi CobbDouglas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Sorwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Andi. Yogyakarta. Sosanto, B. 1993. Petunujuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Penerbit Kalinius. Yogyakarta. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Andi. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Arie dan Cecep. 2011. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Jakarta. BPP. 2015. Data Perikanan Budidaya. Badan Penyuluh Pertanian. Kecamatan Babirik Dinas Perikanan dan Peternakan. 2014. Laporan Tahunan Statistik Perikanaan Budidaya Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dinas Perikanan dan Peternakan. Hulu Sungai Utara. Erlanggar, E. 2013. Perbesaran Ikan Nila Varietas Unggul. Pustaka Agromandiri. Tanggerang Selatan. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Keramba Ikan Mas di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara (Arief Hidayatullah)