DAMPAK BUDIDAYA IKAN JARING APUNG DI WADUK CIRATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR LOKASI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN CIANJUR
MAMAN SUDRAJAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :
DAMPAK BUDIDAYA IKAN JARING APUNG DI WADUK CIRATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR LOKASI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN CIANJUR Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan oleh sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, 12 Pebruari 2009
Maman Sudrajat NIM H151060131
ABSTRACT
Maman Sudrajat. 2009. The Impact of Floating Net Fish Culture at Cirata Reservoire on the Welfare of Surrounding Aquaculture Community and Economic Development in Cianjur. Supervised by Setia Hadi and Luky Adrianto
The development of floating net aquaculture at Cirata Reservoire aims to increase the welfare of it surrounding community. The data indicate that the fish farmer households are wealthier than that non fish farmer, this in indication that the floating net fish farming have positive impact on the economic development in Kabupaten Cianjur. This impact can be seen from the linkage of the floating net on other sectors. Although the direct backward linkage and direct forward linkage is small, but it indirect backward linkage and indirect forward linkage is middle, in addition that multiplier effect of floating net fish farming on the support and income is high. Floating net farmer is still enjoying the surplus up to now, but comparing to the previous year the surplus is lower due to the decrease of fish production caused by the decrease of water quality. Keyword: welfare, reservoire, linkage
RINGKASAN MAMAN SUDRAJAT. Dampak Budidaya Ikan Jaring Apung di Waduk Cirata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi dan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Cianjur (dibawah bimbingan SETIA HADI, sebagai ketua dan LUKY ADRIANTO, sebagai anggota). Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari tiga waduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Provinsi Jawa Barat. Fungsi utama Waduk Cirata adalah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang sebagian wilayah genangannya dimanfaatkan untuk usaha budidaya ikan di jaring apung. Perkembangan usaha budidaya ikan di jaring apung berpengaruh terhadap sektor-sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung seperti : pembenihan ikan, pendederan ikan, pembuatan pakan ikan, pembuatan jaring, pembuatan kolam jaring apung, pemasaran ikan, usaha rumah makan, pariwisata, dan permintaan tenaga kerja. Namun disisi lain berpengaruh pula terhadap penurunan sumberdaya perairan, terutama kualitas air yang mengancam keberlanjutan usaha budidaya ikan jaring apung itu sendiri, pada akhirnya mengancam keberlangsungan sektor-sektor yang terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak keberadaan budidaya ikan jaring apung Waduk Cirata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi dan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur. Penelitian tingkat kesejahteraan masyarakat menggunakan analisis kesejahteraan BPS dan penelitian dampak terhadap pembangunan ekonomi menggunakan analisis input – output. Dari data yang diperoleh produksi ikan di jaring apung per satuan luas bahkan secara keseluruhan sejak tahun 2000 produksinya terus menurun, namun hasil analisis financial menunjukkan usaha budidaya ikan di jaring apung masih layak untuk dilaksanakan, dan hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa rumah tangga sekitar lokasi yang menjadi petani/pengusaha ikan jaring apung tingkat kesejahteraannya lebih tinggi dibadingkan dengan rumah tangga bukan petani/pengusaha ikan jaring apung. Lebih rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga bukan petani/pengusaha ikan di jaring apung, karena pada umumnya mata pencaharian penduduk sekitar lokasi adalah petani padi sawah atau lahan darat dengan luas < 0,25 Ha atau buruh tani yang upahnya di bawah upah minimum. Petani/pengusaha budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih mengalami surplus produsen cukup tinggi walaupun dari tahun ke tahun sejak tahun 2000 terus mengalami penurunan, karena produksi ikannya semakin menurun akibat kualitas air waduk yang terus menurun. Penurunan kualitas air ini disebabkan oleh akumulasi pencemaran dari hulu dan pencemaran dari budidaya ikan itu sendiri. Keterkaitan langsung kedepan dan keterkaitan langsung kebelakang antara sektor budidaya kan dengan sektor lain kecil, demikian juga keterkaitan tidak langsung kedepan dan keterkaitan tidak langsung kebelakang antara sektor budidaya ikan di jarring apung dengan sector lain relatif kecil, dan dampak pengganda sektor budidaya ikan terhadap output dan pendapatan juga masih tergolong kecil. Hal ini menendakan keberadaan budidaya ikan di jaring apung kurang berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur.
Agar keberlangsungan usaha budidaya ikan jaring apung ini terus berlanjut, seyogyanya pihak terkait mengatur pemanfaatan waduk untuk budidaya ikan jaring apung jangan melebihi daya dukungnya, dengan cara mengalihkan sebagian orang yang bermata pencaharian yang terkait langsung dengan budidaya ikan pada sektor lain seperti pariwisata yang sampai saat ini perkembangannya masih belum optimal, atau pemerintah memfasilitasi pembuatan pabrik pengolahan ikan, pabrik pakan ikan, serta memberikan penyuluhan kepada petani padi sawah agar mau melakukan usaha mina padi yang mendukung penyediaan benih ikan bagi budidaya ikan di jaring apung. Dengan demikian selain dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan rumah tangga bukan petani/pengusaha jarring apung juga dapat meningkatkan sektor-sektor yang terkait secara langsung dengan budidaya ikan di jarring apung, sehingga dapat mendorong membangunan ekonomi Kabupaten Cianjur.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
DAMPAK BUDIDAYA IKAN JARING APUNG DI WADUK CIRATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR LOKASI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN CIANJUR
MAMAN SUDRAJAT
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis
:
Nama NIM
: :
Dampak Budidaya Ikan Jaring Apung di Waduk Cirata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi dan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Cianjur Maman Sudrajat H151060131
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si. Ketua
Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Tanggal Ujian : 16 Pebruari 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.
Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.
PRAKATA
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T., yang telah memberikan rakhmat dan khidayat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dorongannya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si., sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc., sebagai anggota pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini. 2. Bapak Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S., sebagai ketua program studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan beserta staf atas segala kemudahan dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 3. Seluruh dosen Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penulisan tesis ini. 4. Pimpinan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPTK)
Pertanian
Cianjur
yang
telah
memberikan
kesempatan, dorongan, bantuan, dan kemudahan untuk menempuh jenjang pendidikan Progam Master (S2) sampai tersusunnya tesis ini. 5. Ibunda dan ayahanda serta mertua yang telah memberikan dorongan moril dan doanya, sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan sampai tersusunnya tesis ini. 6. Istri dan anak-anakku tercinta atas dorongan moril dan doanya.
Bogor, 12 Pebruari 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 26 Maret 1961 di Cianjur - Jawa Barat, sebagai anak kedua dari enam bersaudara, dengan Ayahanda Bapak H. Abdul Hamid; BA. dan Ibunda Hj. Epon Saripah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Ciranjang – Cianjur tahun 1973 dan pendidikan menengah di SMP Negeri Ciranjang – Cianjur tahun 1976 serta pendidikan menengah atas di SPMA Bogor tahun 1980. Pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1983 penulis mengabdikan diri kepada negara sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Pusat Penelitian Tanah (Puslittan) Bogor. Tahun 1983 mengundurkan diri dari PNS dan melanjutkan pendidikan di Akademi Pertanian Tanjungsari (APT) Program Studi Pertanian lulus tahun 1986. Pada tahun 1986 sampai dengan tahun 1989 penulis menjadi tenaga guru honorer di SMP Negeri Bojong Picung – Cianjur dan SMP PGRI Ciranjang – Cianjur. Pada tahun 1990 sampai dengan sekarang mengabdikan diri sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur. Pada tanggal 15 Desember 1991 penulis menikah dengan Lidia Br. Tarigan dan dikaruniai dua orang anak, Kurniawan Faturochman lahir tanggal 7 Mei 1993 dan Widadarojati Yumnaramdhani lahir tanggal 1 Januari 1999. Pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan Sarjana di Universitas Bandung Raya Bandung, Fakultas Pertanian, Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian dan lulus tahun 1998.
Penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana ini untuk
Program Magister pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai tahun 2006.
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan per kapita dan pemenuhan kebutuhan pokok, juga menurunnya angka kemiskinan, memperluas kesempatan kerja dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dalam masyarakat (Jhingan, 2004). Namun pembangunan juga sangat berkaitan erat dengan kondisi sumberdaya alam dan ekosistem wilayah yang bersangkutan baik dalam kualitas maupun kuantitasnya (Anwar, 1977). Pembangunan yang baik adalah apabila pembangunan tersebut tidak hanya mampu memanfaatkan sumberdaya alam tetapi sekaligus juga mempertahankan kelestariannya. Karena apabila pemanfaatan sumberdaya alam tersebut kurang bijaksana dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga pembangunan yang berkelanjutan tidak dapat terwujud. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diadakan berbagai fasilitas atau pun kebijakan yang memberi kemungkinan atau kemudahan bagi masyarakat suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus juga melestarikan sumberdaya alam tersebut. Upaya membangun merupakan salah satu usaha untuk membantu masyarakat agar mereka dapat dan mampu bergerak sendiri meningkatkan pendapatannya.
Dalam membangun suatu daerah masih memerlukan campur
tangan atau bantuan dari luar daerah itu, karena umumnya suatu daerah pasti masih memiliki banyak keterbatasan, baik keterbatasan ide, pemikiran, perencanaan, pembiayaan, dan sebagainya. Campur tangan dari luar biasanya dari pihak pemerintah, karena pemerintah mempunyai tugas dan kewajiban untuk mensejahterakan warganya. Bantuan yang dimaksud adalah memberi kemudahan kepada masyarakat agar dapat bangkit membangun dirinya sendiri untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian juga dengan pembangunan Waduk (bendungan) Cirata di Kabupaten Purwakarta
yang menggenangi sebagian wilayah Kabupaten
Purwakarta (27%), Cianjur (47%), dan Bandung (26%). Waduk Cirata ini dibangun pada era presiden Soeharto, yakni pada tahun 1984 s.d 1987. Waduk
2
Cirata merupakan Waduk ketiga di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Provinsi Jawa Barat. Waduk pertama adalah Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta yang menggenangi sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta. Waduk ini dibangun pada era presiden Soekarno. Waduk kedua adalah Waduk Saguling di Kabupaten Bandung yang menggenangi sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Waduk ini dibangun pada era presiden Soeharto. Tujuan utama pembuatan Waduk tersebut, khususnya Waduk Cirata adalah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), namun untuk mengurangi biaya sosial (social cost), maka sebagian genangan Waduk (1%) dimanfaatkan/ difungsikan pula sebagai tempat/lokasi budidaya ikan di jaring terapung, dengan maksud memberikan peluang atau kesempatan terutama bagi masyarakat yang terkena dampak genangan Waduk atau masyarakat di sekitar Waduk agar mempunyai mata pencaharian baru atau mata pencaharian tambahan. Namun sekarang ini sudah banyak orang yang bukan merupakan masyarakat yang terkena dampak genangan Waduk atau masyarakat yang bukan sekitar Waduk menginvestasikan atau menanamkan modalnya baik langsung pada sektor budidaya ikan di jaring terapung maupun sektor yang terkait dengan budidaya ikan di jaring apung, seperti : pembenihan ikan, penyediaan sarana dan prasarana jaring apung, trasnportasi, perdagangan, dan lain-lain. Bahkan bukan hanya masyarakat Kabupaten Purwakarta, Bandung, dan Cianjur saja, tetapi orang-orang di luar Kabupaten tersebut atau bahkan orang-orang diluar Provinsi Jawa Barat. Budidaya ikan di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru, perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994). Budidaya ikan air tawar di karamba jaring apung merupakan metode akuakultur yang paling produktif sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan beberapa kelebihan dalam metode karamba jaring apung antara lain: padat penebaran tinggi, ketersediaan kuantitas air, tidak memerlukan pengolahan tanah, pengendalian gangguan predator relatif lebih mudah, pemanenan lebih mudah, dan dapat dipindahkan ke lokasi lain
3
Dalam kondisi tertentu, modal untuk membuat karamba jaring apung relatif lebih kecil dibandingkan dengan pembuatan wadah budidaya ikan lainnya seperti kolam tanah atau tambak dengan jumlah padat tebar yang sama. Hal ini karena dalam pembuatan karamba jaring apung, terdapat berbagai pilihan bahan untuk membentuk konstruksi seperti besi geladak dapat digantikan dengan bambu, pelampung dapat diganti dengan drum atau stryfoam. Akibat kegiatan usaha budidaya ikan air tawar di jaring apung inilah, sehingga terjadi perkembangan perekonomian di wilayah sekitar Waduk. Perkembangan perekonomian di sekitar waduk tersebut, tidak hanya sektor budidaya ikan di jaring apung saja, tetapi terjadi pula perkembangan sektor-sektor lain yang terkait dengan budidaya ikan di jaring apung serta sektor-sektor pendukung lainnya, seperti penyediaan benih ikan, pakan ikan, transportasi baik untuk mengangkut benih ikan, pakan ikan, pemasaran ikan, maupun sarana pendukungnya, penyediaan sarana prasarana jaring apung, serta sektor-sektor lain yang dibutuhkan untuk kebutuhan yang terkait dengan keberadaan kolam jaring apung.
Bahkan sekarang sudah berkembang menjadi tempat rekreasi dan
pemancingan ikan. Perkembangan sektor-sektor tersebut memiliki keterkaitan (linkages) antar sektor produksi, yang pada akhirnya terjadi dampak penggandaan (multiplier effect) dari sektor perikanan budidaya ikan jaring apung terhadap sektor lain yang berkaitan dengan budidaya ikan jaring apung, baik keterkaitan secara langsung (direct linkages) maupun keterkaitan tidak langsung (indirect linkages), yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat disekitar genangan Waduk dan atau masyarakat yang terkena genangan Waduk. Namun akibat perkembangan budidaya ikan di kolam jaring apung ini berdampak pula terhadap kondisi perairan waduk akibat dari buangan kotoran ikan, sisa pakan ikan yang tidak termakan ikan, dan sisa-sisa buangan bekas aktivitas manusia. Bahkan diperkirakan luas wilayah yang digunakan untuk kolam jaring apung di Waduk Cirata ini sudah lebih dari 1% dari total luas genangan.
4
1.2. Perumusan Masalah Dari data Kabupaten Cianjur dalam Angka tahun 2006 diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Cianjur.
Sektor pertanian tersebut terbagi atas pertanian tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sub sektor perikanan yang merupakan bagian dari sektor pertanian terbagi atas kegiatan
penangkapan (fishing) dan kegiatan budidaya (fish culture).
Kegiatan penangkapan terdiri dari penangkapan laut sebesar 229,73 ton dengan nilai Rp. 13.805,92 juta dan penangkapan dari perairan umum sebesar 182,90 ton dengan nilai Rp. 1.175.055,00 juta. Sedangkan kegiatan budidaya terbagi atas hasil tambak sebesar 934,91 ton dengan nilai Rp. 6.492,00 juta, kolam sebesar 4.220,17 ton dengan nilai Rp. 334,37 juta, sawah sebesar 1.791,60 ton dengan nilai
Rp. 13.680,00 juta,
keramba
sebesar
611,85 ton
dengan nilai
Rp. 1.852.225,00 juta, dan jaring apung sebesar 34.903,30 ton dengan nilai Rp. 265.561,00 juta. Dari data tersebut di atas ternyata nilai dari kegiatan budidaya lebih besar dibandingkan dengan hasil penangkapan, nilai hasil budidaya sebesar Rp. 2.138.292,37 juta atau 64,27% dari total hasil perikanan, sedangkan nilai dari hasil penangkapan sebesar Rp. 1.188.860,92 juta atau 35,73% dari total hasil perikanan. Nilai hasil budidaya di jaring apung berada di urutan kedua yaitu sebesar Rp. 265.561 juta atau 12.42% dari total hasil perikanan budidaya. Namun bila dilihat dari jumlah produksi, hasil budidaya ikan jaring apung ini berada pada urutan pertama yaitu sebesar 34.903,30 ton. Data Jawa Barat dalam Angka tahun 2007 hasil budidaya ikan jaring apung dari Kabupaten Purwakarta (Waduk Jatiluhur dan Cirata) sebesar 60.715,50 ton dengan nilai sebesar Rp. 320.840.800,00 juta, Kabupaten Bandung (Waduk Saguling
dan
Cirata)
sebesar
17.612,73
ton
dengan
nilai
sebesar
Rp. 129.488.890,00 juta, dan Kabupaten Cianjur (Waduk Cirata) sebesar 34.903,30 ton dengan nilai sebesar Rp. 265.561,00 juta. Jadi total produksi ikan hasil budidaya jaring apung di tiga Waduk tersebut berjumlah 113.231,53 ton dengan nilai sebesar Rp. 450.595.251,00 juta atau 96.07% dari total nilai hasil budidaya ikan jaring apung di Jawa Barat.
5
Jadi peran perikanan budidaya jaring apung dari Waduk baik Jatiluhur, Saguling, maupun Cirata saat ini merupakan salah satu sektor perikanan yang penting dalam mendukung perekonomian Provinsi Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Bandung, Purwakarta serta Cianjur pada khususnya selain sektorsektor perikanan budidaya lainnya seperti : tambak, kolam, sawah, laut, keramba, dan kolam air deras. Perkembangan ekonomi suatu wilayah tidak terlepas dari saling terkaitnya sektor satu dengan sektor lainnya, demikian juga perkembangan ekonomi di wilayah Kabupaten Cianjur pada sub sektor budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata ini sangat terkait erat dengan sektor-sektor lain seperti : a. Pembenihan ikan. Semakin berkembang budidaya ikan di jaring apung ini semakin
banyak
membutuhkan
benih
ikan,
sehingga
mendorong
perkembangan usaha pembenihan ikan bahkan usaha pembenihan ikan ini tidak hanya berkembang di Kabupaten Cianjur saja, tetapi juga di Kabupaten lain yang berdekatan, seperti : Kabupaten/Kota Sukabumi, Kabupaten/Kota Bandung, Kabupaten Subang, dan lain-lain. b. Pakan ikan. Semakin berkembang budidaya ikan di jaring apung dan berkembang pula usaha pembenihan ikan, maka semakin banyak pakan ikan yang dibutuhkan, sehingga semakin mendorong perkembangan pabrik-pabrik pakan, perkembangan pabrik-pabrik pakan ini banyak berkembang di daerah Kabupaten/Kota Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, dan Kabupaten/Kota Cirebon. c. Tenaga Kerja. Semakin berkembang usaha budidaya ikan di jaring apung juga menyebabkan peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja, baik kebutuhan tenaga kerja yang langsung sebagai tenaga di jaring apung, maupun sebagai tenaga di tempat usaha pembenihan ikan, pendederan ikan, penjualan pakan, penjualan ikan konsumsi, penjualan benih ikan, sarana dan prasarana jaring apung, jasa panen, pabrik pakan serta transportasi. d. Bahan baku penunjang, Sarana dan Prasarana Jaring Apung. Dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di jaring apung semakin banyak pula bahan baku, sarana dan prasarana untuk kebutuhan jaring apung, seperti : obat-obatan, bambu, jaring, drum, kayu, paku, asbes/seng, tambang, paku, dan
6
lain-lain. Juga semakin meningkatnya kebutuhan bahan-bahan yang secara tidak langsung berhubungan dengan budidaya ikan, yaitu semen, pasir, keramik, kayu, paku, atap (genting/seng/asbes) untuk membuat bangunan penjualan pakan, penjualan es pembeku ikan, dan lain-lain. e. Perbankan. Semakin berkembang usaha budidaya ikan di jaring apung semakin banyak pula perbankan yang dibutuhkan, baik untuk permodalan maupun transaksi lainnya. Baik keterkaitan langsung dengan usaha budidaya ikan di jaring apung maupun keterkaitan tidak langsung dengan usaha budidaya ikan, seperti : usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan, usaha penjualan pakan, usaha sarana dan prasarana jaring apung, usaha pembuatan pakan ikan (pabrik pakan) dan lain-lain. f. Transportasi. Semakin berkembang usaha budidaya ikan di jaring apung semakin berkembang pula kegiatan usaha transportasi baik untuk mengangkut hasil ikan konsumsi, benih ikan, pakan ikan, bahan pendukung lainnya, maupun penumpangnya. Transportasi tersebut bukan hanya transportasi darat, tetapi juga transportasi di perairan Waduk. g. Pariwisata dan pemancingan ikan. Dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di jaring apung secara tidak langsung mendorong juga kegiatan usaha pariwisata dan pemancingan ikan. Akibat banyak orang yang berkunjung ke daerah sekitar Waduk bukan karena kepentingan bisnis atau usaha melainkan hanya melihat-lihat atau rekreasi untuk melihat keindahan perairan Waduk atau melihat-lihat kondisi budidaya ikan di jaring apung atau sekedar jalanjalan dengan perahu di perairan Waduk, ada juga orang yang datang hanya untuk memancing ikan. h. Kegiatan perdagangan. Dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di jaring apung, maka semakin berkembang kegiatan perdagangan yang berkaitan dengan berlangsungnya usaha budidaya ikan di jaring apung tersebut, seperti : perdagangan ikan hasil budidaya ikan jaring apung, perdagangan benih ikan, perdagangan pakan ikan, perdagangan sarana dan prasarana jaring apung, serta perdagangan oksigen dan es balok untuk packing ikan.
Perkembangan budidaya juga meningkatkan kegiatan sektor
7
perdagangan lainnya, seperti: restoran, perlengkapan pemancingan dan pedagang konsumtif lainnya. Dari sekian banyak dampak budidaya ikan di jaring apung tersebut terhadap perkembangan ekonomi sektor-sektor lainnya memungkinkan banyak peluang bagi masyarakat di sekitar Waduk untuk turut berperan serta memperoleh kesempatan agar dapat meningkatkan taraf hidupnya baik sebagai tenaga atau pengusaha ikan jaring apung secara langsung maupun sektor-sektor lain yang terkait dengan budidaya ikan secara langsung seperti pembenihan ikan, maupun secara tidak langsung seperti pedagang-pedagang yang menyediakan kebutuhan orang yang bekerja di sekitar Waduk atau orang yang berkunjung ke Waduk. Dari uraian tersebut diatas kami coba mengkaji tentang dampak keberadaan jaring apung di Waduk Cirata terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi dan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur. Ada beberapa fenomena yang timbul dari kegiatan usaha budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata tersebut, diantaranya adalah : a. Semakin berkembang kegiatan usaha budidaya ikan dijaring apung, maka semakin mendorong perkembangan sektor ekonomi yang lain, seperti : permintaan benih ikan, permintaan pakan ikan, permintaan modal (lembaga keuangan), permintaan tenaga kerja, dan perkembangan lembaga tataniaga. b. Akibat perkembangan sektor-sektor ekonomi tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat sekitar lokasi atau masyarakat pengungsi karena terkena genangan Waduk serta pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Cianjur. c. Namun kegiatan usaha budidaya ikan di jaring apung selain dapat mendorong perkembangan ekonomi juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan ekosistem Waduk, akibat dari penumpukan : sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan, kotoran ikan, dan bekas-bekas peralatan kolam jaring apung. Akibatnya dapat menurunkan daya dukung Waduk terhadap kegiatan usaha budidaya ikan tersebut. d. Akibat tersebut dapat menimbulkan menurunnya produksi ikan, sebagai contoh sudah sering terdengar berita tentang kematian ikan massal di Waduk baik Waduk Saguling, Jatiluhur, maupun Cirata.
8
Dengan demikian kami mencoba untuk mengkaji tentang dampak keberadaan budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata yang termasuk wilayah Kabupaten Cianjur terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar Waduk dan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur (Gambar 1). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : a. Bagaimana sistem usaha budidaya di jaring apung di Waduk Cirata. b. Bagaimana dampak dan peranan usaha budidaya ikan di jaring apung terhadap pendapatan, kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi Waduk. c. Bagaimana dampak dan peranan usaha budidaya ikan di jaring apung terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur, serta aspek multiplier terhadap pendapatan dan kesempatan kerja.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis usaha budidaya ikan di jaring apung di Waduk Cirata b. Untuk mengetahui dampak budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata terhadap kesejahteraan petani/pengusaha budidaya ikan di jaring apung dan masyarakat sekitar lokasi Waduk. c. Untuk mengetahui dampak budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah dan masyarakat kabupaten Cianjur dalam mengelola waduk Cirata serta dapat merupakan contoh dalam upaya pengembangan wilayah di daerah lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan, yaitu wilayah yang memiliki Waduk seperti Waduk Cirata.
9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah menelaah usaha budidaya ikan di jaring apung di Waduk Cirata yang termasuk wilayah Kabupaten Cianjur dan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar Waduk dan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur. 1.6. Kerangka Pemikiran Perkembangan suatu wilayah yang baik ditunjukkan oleh keterkaitan antara sektor ekonomi di wilayah tersebut, dalam hal ini terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor secara dinamis. Demikian juga keberadaan usaha budidaya ikan jaring apung Waduk Cirata dapat dikatakan mempunyai peranan yang baik dalam pengembangan wilayah apabila memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di wilayah tersebut, seperti : usaha pembenihan ikan, usaha pembuatan pakan ikan (pabrik pakan), usaha pendederan ikan, pemasaran benih ikan, pemasaran pakan ikan, usaha pembuatan kolam jaring terapung, usaha pembuatan kerangka jaring apung, usaha transportasi, usaha pemasaran bahan-bahan untuk pengepakan (seperti : oksigen, es balok, kantong plastik, karet), dan sektor penunjang lainnya. Disisi lain pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan nasional.
Kegagalan dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan akan terlihat apabila laju pertumbuhan ekonomi meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat masih rendah.
Hal ini
mengidentifikasikan bahwa kegiatan pembangunan tersebut belum mampu menciptakan spread effect kepada masyarakat. Jadi keberadaan usaha budidaya ikan jaring apung Waduk Cirata dapat dikatakan berkembang dan berhasil apabila masyarakat yang berada di wilayah Waduk tersebut meningkat kesejahteraannya. Apabila dengan keberadaan usaha budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata ini tidak memberikan dampak kesejahteraan kepada masyarakat di wilayah sekitar Waduk, maka kemungkinan besar terjadi kebocoran wilayah (regional leakage). Seperti
yang
dikatakan
Anwar
(1992),
bahwa
kegiatan
pembangunan
10
Lingkungan • Kualitas air
Ekonomi • Sarana produksi • Prasarana
Sosial • Tenaga Kerja
Ekonomi • Produksi ikan
Lingkungan • Sisa pakan • Kotoran ikan • Bekas sarana dan prasarana • Limbah lainnya
PROSES BUDIDAYA IKAN DI JARING APUNG
INPUT
Lingkungan • Pencemaran lingkungan
• Kegiatan produksi
Sosial • Kesempatan kerja
• Aktivitas ekonomi • Penurunan kualitas air
Ekonomi Sosial • Peluang kerja • Hasil Budidaya ikan • Pajak • Hasil sektor terkait • Hasil sektor lain
OUTPUT
Lingkungan • Penurunan Kualitas Air
Trade off Gambar 1. Bagan Alir Permasalahan Budidaya Perikanan di Waduk Cirata
Ekonomi • Pendapatan Petani • PDRB Kabupaten
Sosial • Mengurangi pengangguran
11
seringkali bersifat eksploratif dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor ke luar wilayah. Selain itu multiplier yang terjadi kurang dapat ditangkap secara lokal atau regional, sehingga penduduk setempat hanya menjadi penonton. Menurut Mahyudi (2004), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan diantaranya adalah tersedianya lapangan pekerjaan. Jadi keberadaan budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata dikatakan baik apabila mempunyai peranan atau dampak dalam penyediaan lapangan pekerjaan, baik lapangan pekerjaan secara langsung pada sektor budidaya ikan jaring apung itu sendiri maupun lapangan pekerjaan secara tidak langsung namun masih terkait dengan keberadaan budidaya ikan jaring apung, seperti : tenaga kerja teknis pembenihan ikan, tenaga kerja teknis pendederan ikan, tenaga kerja teknis pembuatan pakan ikan (pabrik pakan ikan), tenaga kerja penjualan pakan, tenaga kerja pengangkutan ikan, tenaga kerja pemasaran benih ikan, tenaga kerja pemasaran ikan hasil jaring terapung, tenaga kerja pembuatan kolam jaring apung, tenaga kerja pemasaran sarana dan prasarana penunjang, tenaga kerja permodalan, dan lain-lain. Selain itu suatu sektor dikatakan mempunyai peranan yang positif apabila sektor tersebut dapat meningkatkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah tersebut. Jadi keberadaan budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata mempunyai peranan atau berdampak positif apabila keberadaan budidaya ikan di Waduk tersebut dapat meningkatkan PDRB wilayah tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Unit usaha yang memiliki keterkaitan kedepan (forward linkages) dengan usaha budidaya ikan jaring apung adalah usaha pemasaran ikan konsumsi, usaha pemancingan ikan, dan usaha rumah makan atau restourant yang menyediakan menu ikan.
Sedangkan unit usaha yang memiliki keterkaitan kebelakang
(backward linkages) dengan usaha budidaya ikan jaring apung adalah usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan, usaha pembuatan pakan ikan (pabrik pakan ikan), usaha pembuatan kolam jaring apung, usaha pembuatan jaring (net), usaha bahan bangunan untuk kolam jaring apung, dan lain-lain. Usaha budidaya ikan jaring apung dikatakan memiliki peranan yang baik apabila dapat mendorong
12
unit-unit usaha yang memiliki keterkaitan kedepan lebih tinggi dibandingkan dengan unit-unit usaha yang memiliki keterkaitan kebelakang. Sebaliknya apabila tingkat keterkaitan ke belakang (backward linkages) lebih tinggi dibandingkan dengan keterkaitan ke depannya (forward linkages), maka hal itu menandakan adanya kebocoran suatu wilayah (Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju, 2007). Kriteria lainnya untuk mengetahui bahwa suatu sektor dikatakan memiliki peranan yang baik apabila sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah (value added) sehingga memberikan dampak pengganda (multiplier effect) di wilayah tersebut. Sebaliknya apabila dampak pengganda (multiplier effect) rendah karena nilai tambah (value added) rendah, hal ini menandakan bahwa nilai tambah yang ada tidak dapat ditangkap wilayah tersebut melainkan justru manfaatnya diambil wilayah lain. Jadi bila keberadaan jaring apung tersebut tidak memberikan nilai tambah di wilayah tersebut, maka tidak akan memberikan dampak pengganda di wilayah tersebut, sehingga kemungkinan besar keberadaan jaring apung tersebut justru dimanfaatkan oleh wilayah lain. Namun akibat perkembangan budidaya ikan di jaring apung yang terus meningkat juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem Waduk, sehingga dapat menurunkan daya dukung waduk terhadap keberlanjutan budidaya ikan di jaring apung atau paling tidak setiap satuan input yang ditanamkan produksinya akan terus menurun bahkan bisa sampai tidak menguntungkan lagi. Untuk mengembalikan kondisi waduk tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, akibatnya dapat berpengaruh terhadap penurunan perkembangan sektor-sektor lain, yang pada akhirnya dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan sekonomi Kabupaten Cianjur. Bertolak dari kerangka pikir di atas dapat ditarik masalah pokok yang menjadi dasar mengapa dan bagaimana penelitian ini dilakukan, yakni untuk mengetahui berbagai permasalahan atas data empiris yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin mengetahui dampak keberadaan budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar Waduk dan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur.
13
Secara diagramtik, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. PERKEMBANGAN BUDIDAYA IKAN JARING APUNG D1 EKONOMI RUMAH TANGGA KJA
D2 EKONOMI RUMAH TANGGA NON KJA
PS MIKRO MASYARAKAT SEKITAR LOKASI D3
MAKRO
EKONOMI KABUPATEN CIANJUR
D4 LINGKUNGAN PERAIRAN WADUK
Keterangan : D1 D2 PS D3
= = = =
D4 RT
= =
Dampak BD Ikan di Jaring Apung terhadap RT BD Ikan KJA Dampak BD Ikan di Jaring Apung terhadap RT Non BD Ikan KJA Pruducers Surplus RT BD Ikan KJA Dampak BD Ikan di Jaring Apung terhadap Pembangunan Ekonomi Kabupaten Cianjur Dampak BD Ikan di Jaring Apung terhadap Lingkungan Perairan Waduk Rumah Tangga
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
14
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir serta proses pembangunan merupakan perubahan sosial budaya (Tjokroamidjojo dan Mutopadidjaya, 1980).
Jadi pembangunan bermakna perubahan, yang
mengarah pada peningkatan kesejahteraan manusia, peningkatan standar hidup, perbaikan pendidikan dan kesehatan serta keadilan dalam berbagai kesempatan adalah unsur-unsur yang esensial dalam pembangunan ekonomi.
Pendapatan
perkapita tanpa disertai dengan adanya transformasi sosial dan struktur ekonomi belum dipandang sebagai pembangunan. Karena mengukur pembangunan adalah sulit, karena menyangkut aspek-aspek bukan material, sehingga pengukuran pembangunan sering dipersempit dengan pembangunan ekonomi. Menurut
Todaro
(2000),
pembangunan
merupakan
suatu
proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional sebagai akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Sedangkan menurut Budiharso (2001), pembangunan merupakan suatu usaha untuk menyediakan banyak alternatif yang sahih bagi setiap warga negara untuk mencapai aspirasi yang paling humanistic. Selanjutnya Todaro (2000), menyatakan terdapat tiga tujuan inti dari pembangunan, yaitu : (1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kehidupan yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan, (2) Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan yang semuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan material melainkan juga menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan, dan (3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan,
15
bukan hanya terhadap orang atau negara bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan Jhingan (2004), menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai kenaikan jangka panjang dari kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi pada penduduk dan kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan serta idiologis yang diperlukan.
Adapun ciri yang menandai
pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita, (2) peningkatan produktivitas, (3) laju pertumbuhan struktural yang tinggi, (4) urbanisasi, (5) ekspansi negara maju, dan (6) arus modal dan orang antar bangsa atau wilayah.
Ciri-ciri pertumbuhan
ekonomi modern sebagaimana tersebut di atas adalah saling mengait, semuanya tejalin dalam urusan sebab akibat. Pembangunan juga sebagai “the process of improving the quality of all human lives” yang dibatasi dengan tiga aspek (Todaro, 1977), yaitu : a. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa, yaitu tingkat pendapatan dan konsumsi pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya melalui proses pembangunan ekonomi. b. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri melalui pembangunan sistem dan lembaga sosial, politik dan ekonomi yang dapat mengembangkan rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusiaan . c. Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas rangkaian
kesempatan
untuk memilih,
misalnya
dengan
menambah
keanekaragaman jenis barang konsumsi dan jasa yang tersedia. Fenomena umum dari ketidak terpaduan kebijakan pembangunan (Stohr, 1981), adalah : a. Penarikan kembali faktor-faktor produksi dari wilayah-wilayah yang telah diseleksi untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya (nasional atau internasional) b. Produktivitas tenaga kerja manusia wilayah yang merupakan sisa-sisa sumber daya manusia wilayah tersebut adalah sangat rendah, tenaga kerja demikian kurang menguntungkan.
16
c. Kerusakan lingkungan dan ketidak seimbangan hubungan manusia dengan lingkungan akibat frekuensi kepuasan yang berlebihan dari pengambilan sumber daya yang ada di daerah tersebut. d. Memperkenalkan faktor-faktor produksi yang dominan (modal, teknologi, bentuk organisasi dan sebagainya) kepada daerah-daerah yang kurang berkembang. Dengan demikian kenaikan share dari pada aktivitas wilayah menjadi tergantung pada organisasi yang diawasi dari luar (multi-regional atau multi-nasional). e. Ketidak terpaduan struktur sosial dan struktur politik, sehingga berpengaruh terhadap keadaan perekonomian dan pembangunan, terutama bagi orangorang miskin dan golongan penduduk yang kurang efektif. f. Penarikan
kembali
sumber-sumber
ekonomi,
sehingga
melemahkan
perekonomian daerah dan struktur sosial politik. Hal ini akan mengakibatkan wilayah tersebut sangat tergantung pada pihak dan organisasi dari pemerintah pusat. 2.2. Pendekatan Pembangunan 2.2.1. Pendekatan pada Pertumbuhan Ekonomi Sumber yang dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ekonomi, yaitu : peningkatan modal per tenaga kerja dan penggunaan teknologi (Oliver Blanchard, 2002). Seiring dengan itu kebijakan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat dan dipandang seluruhnya merupakan usaha pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah.
Parameter
yang digunakan adalah Gross National Product (GNP). Pengukuran ini akan tercermin dari pendapatan per kapita. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukirno (1978), bahwa kebijakan dan perencanaan pembangunan bertujuan menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata dapat dirasakan oleh masyarakat, menciptakan pembangunan yang seimbang antar daerah, menciptakan kesempatan kerja semaksimum mungkin, dan melindungi perkembangan perusahaan-perusahaan nasional. Namun ternyata pertumbuhan GNP yang tinggi belum tentu menjamin berkurangnya kemiskinan, karena GNP diambil dari nilai rata-rata pendapatan per
17
kapita, jadi bisa saja orang kayanya sedikit tapi kaya sekali sehingga gap antara orang kaya dan orang miskin tinggi sekali, jadi bisa saja orang miskinnya banyak, sehingga banyak kritikan tentang pengukuran kemajuan pembangunan bila ditinjau hanya dari GNP saja. 2.2.2. Pendekatan pada Penyediaan Lapangan Kerja Pertambahan penduduk dan angkatan kerja di satu pihak dan laju serta arah investasi di lain pihak mempengaruhi masalah pengangguran dan perluasan kesempatan kerja. Pertambahan angkatan kerja juga mempengaruhi tingkat upah (dalam arti nyata) maupun aspek pembagian pendapatan masyarakat. Ditambah pula bahwa pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja serta tingkat fertilitas dari yang bersangkutan juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat dan investasi untuk perluasan dasar ekonomi (Djojodikusumo, 1975). Sehingga pendekatan pada sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan bagi pembangunan bangsa. Pendapat ini didasarkan kepada, bahwa setiap investasi harus di arahkan bukan hanya untuk meningkatkan ”physical capital stock”, tetapi juga harus memperhatikan juga ”human capital stock” sehingga dapat terjamin kemajuan ekonomi dan stabilitas sosial (Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaya, 1980). Dengan
demikian
dalam
mengejar
pertumbuhan
harus
sekaligus
memperhatikan masalah ketenaga kerjaan, seperti : a. Daya serap terhadap tenaga kerja b. Berbasis pada kondisi dan potensi wilayah c. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat d. Peningkatan tingkat kesehatan masyarakat Penyediaan dan perencanaan tenaga kerja antara lain dapat ditentukan dengan analisis input – output.
Untuk analisis impak dapat menggunakan
koefisien-koefisien yang dihasilkan dari tabel tersebut, dengan demikian total koefisien tenaga kerja dapat diketahui. 2.2.3. Pendekatan pada Keterkaitan Antar Sektor Tolok ukur keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari keterkaitan antar sektor, pernyataan ini ditegaskan oleh Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju
18
(2007) bahwa kegagalan pemerintah (governance failure) di masa lalu adalah kegagalan di dalam menciptakan keterpaduan sektoral yang sinergis di dalam kerangka pembangunan wilayah. Pemerintahan yang sentralistik pada saat itu seringkali lembaga-lembaga (instansi) sektoral di tingkat wilayah/daerah hanya merupakan perpanjangan dari lembaga sektoral di tingkat nasional/pusat, dengan sasaran pembangunan, pendekatan, dan perilakunya tidak sinergis dengan institusi-institusi di tingkat daerah. Akibatnya, lembaga pemerintah daerah gagal memahami dan menangani kompleksitas pembangunan yang ada di wilayahnya, dan partisipasi masyarakat lokal tidak mendapat tempat sebagaimana mestinya. Selanjutnya Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju (2007), menambahkan bahwa dalam kacamata sistem industri, keterpaduan sektoral berarti keterpaduan sistem input dan output industri yang efisien dan sinergis.
Wilayah yang
berkembang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang dinamis. Pada umumnya setiap daerah pasti memiliki keterbatasan sumberdaya, oleh karena itu dalam merencanakan pembangunan memerlukan skala prioritas sektor mana yang perlu didahulukan.
Menurut Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju
(2007), sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan terlebih dahulu adalah (1) sektor-sektor yang memiliki sumbangan langsung maupun tidak langsung paling besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan, (2) sektorsektor yang memiliki banyak keterkaitan dengan sektor lainnya di wilayah tersebut, dan (3) sektor-sektor yang aktivitasnya lebih marata penyebarannya. Analisis keterkaitan adalah analisis untuk mengukur tingkat ketergantungan antar sektor dalam ekonomi dan sejauhmana sektor tertentu dipengaruhi sektor lainnya. Mekanisme keterkaitan antar sektor, tidak hanya terbatas pada tahap kaitan langsung (kaitan pertama) output sektor yang digunakan pada tahap pertama sebagai input, kaitan ini merupakan kaitan kedua (tidak langsung). Analisis mengenai keterkaitan ini akan mengarah kepada telusur keterkaitan yang bersifat ke depan (forward linkages) dan keterkaitan ke belakang (backward linkages) antara satu sektor dengan sektor lainnya. Tingkat keterkaitan ke depan biasanya disebut derajat kepekaan dapat diturunkan indeks derajat kepekaan.
19
Tingkat keterkaitan ke belakang yang disebut daya penyebaran dapat diturunkan indeks daya penyebaran. Indeks derajat kepekaan dan indeks daya penyebaran dapat digunakan untuk menganalisa dan menentukan sektor kunci (key sector) yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah (BPS, 1995).
2.2.4. Pendekatan pada Keterkaitan dengan Aspek Lingkungan Peningkatkan perekonomian yang disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki (resources based approach) merupakan bagian yang mendasar dalam pembangunan, agar pembangunan tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masa kini saja melainkan juga memikirkan keberlanjutananya di masa yang akan datang. Walaupun dalam pelaksanaannya sering menghadapi banyak kendala (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro, 1977) antara lain : 1. Adanya pendapat bahwa bertambahnya pencemaran terhadap lingkungan terjadi sedikit demi sedikit, sehingga tambahan pencemaran tidak berpengaruh dan manusia tetap dapat hidup. 2. Adanya pihak-pihak yang menentang kebijakan yang memperhatikan aspek lingkungan karena merasa kegiatannya dibatasi. 3. Adanya pihak yang berpegang teguh pada hal-hal tradisional dan menentang adanya perubahan. 4. Adanya pihak-pihak yang menolak pembagian insentif ekonomi yang dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan karena menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat. Pembangunan yang demikian dikenal dengan istilah pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep pembangunan berkelanjutan mengintegrasikan tiga pilar kehidupan yaitu ekonomi, sosial, dan ekologis.
Oleh karena itu, konsep
berkelanjutan tersebut dapat diartikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sistem sosial, dan keberlanjutan ekologis. Sehingga konsep pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan kesejahteraannya tanpa
20
mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraannya juga.
2.3. Kebocoran Wilayah (Regional Leakage) Pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan yang lebih luas atau nasional. Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan akan terlihat apabila laju pertumbuhan ekonomi meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat tidak meningkat atau tetap rendah.
Ini mengindikasikan bahwa kegiatan pembangunan di wilayah
tersebut belum mampu menciptakan spread effect di wilayah tersebut. Kegiatan pembangunan seringkali kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat hanya menjadi penonton. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal, seperti sumberdaya manusianya yang belum siap menerima
perubahan,
kebijakan
pemerintah
yang
kurang
mendukung
perkebangan wilayah tersebut, memerlukan dana yang cukup besar serta dukungan pendanaannya yang sulit di akses oleh masyarakat di wilayah tersebut, sumberdaya alam yang tidak mendukung, dan lain-lain. Tingkat kebocoran suatu wilayah dapat ditandai dengan tingginya keterkaitan ke belakang (backward linkage) sedangkan keterkaitan ke depannya (forward linkage) cenderung rendah dan juga berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda (multiplier effect), karena nilai tambah (value added) yang semestinya ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah lain. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan tingginya tingkat kebocoran wilayah, antara lain (Anwar, 1995) : a. Sifat Komoditas Komoditas yang bersifat ekspoitatif umumnya yang natural resources mempunyai kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam sistim produksinya membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu, baik kualitas sumberdaya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan pasar maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan aktifitas ekonomi suatu
21
komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan di wilayah lain, sehingga nilai tambahnya sebagian besar ditangkap wilayah lain. b. Sifat Kelembagaan Salah satu sifat kelembagaan yang utama adalah menyangkut kepemilikan (owners), karena berkaitan dengan tingkat kebocoran wilayah yang terjadi. Faktor pemilikan lahan juga berpengaruh terhadap persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja walaupun hal ini tidak secara nyata, namun sering terlihat bahwa pemilik yang berasal dari luar daerah misalnya warga negara Indonesia atau warga negara asing dalam mengambil keputusan atau kebijakan akan berbeda jika dibandingkan dengan yang berasal dari daerah setempat. Pada umumnya tingkat kebocoran suatu wilayah dapat dilihat dari komposisi impornya, baik impor sebagai input antara maupun sebagai input dari komponen permintaan akhir.
Biasanya untuk mengukur tingkat kebocoran wilayah
digunakan rasio input antara yang berasal dari impor dengan total input yang berasal dari luar daerah lebih mementingkan profit sedangkan yang berasal dari daerah setempat yang dipentingkan selain profit, juga sosial budaya yang ada di daerah tersebut harus lebih terjamin kelangsungannya. 2.4. Efek Pengganda (Multplier Effect) Multiplier adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dengan dampak langsung dari meningkatnya permintaan akhir sesuatu sektor sebesar satu unit terhadap produksi total semua sektor di wilayah tersebut (Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju, 2007).
Analisis multiplier
merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda yang besar mencerminkan sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan sektor lainnya.
Ada beberapa tipe multiplier, yaitu : output
multiplier, total value added multiplier atau PDRB multiplier, income multiplier, tax multiplier, employment multiplier, dan land use multiplier.
22
2.4.1. Output Multiplier Output multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah tersebut. Hubungan antara output dan permintaan akhir dijabarkan sebagai berikut : X = (I − A ) .P d −1
Dimana : X = matriks output 2.4.2. Total Value Added Multiplier atau PDRB Multiplier Total value added multiplier atau PDRB multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan PDRB. Total value added multiplier atau PDRB multiplier berhubungan dengan output secara linier yang dapat diasumsikan dengan persamaan matriks berikut : V = vX
Dimana : V v X
= matriks PDRB = matriks diagonal koefisien PDRB −1 = matriks output, X = (I − A) .P d
2.4.3. Income Multiplier Income multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah tersebut secara keseluruhan. Karena : Vj = Wj + Tj
Dimana : Vj = input primer sektor j Wj = pendapatan rumah tangga (income) sektor j Tj = pendapatan prerusahaan sektor j Koefisien Income W j adalah : Wj =
Wj Xi
Sehingga income multiplier dapat dihitung dengan matriks :
W = wX Dimana : W
= matriks income
23
= matriks diagonal koefisien income −1 = matriks output, X = (I − A) .P d
w X
2.4.4. Tax Multiplier Tax multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pajak langsung neto.
2.4.5. Employment Multiplier Employment
multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir
suatu sektor terhadap peningkatan kesempatan kerja. Employment multiplier dapat dihitung jika diketahui koefisien tenaga kerjanya.
koefisien tenaga kerja
dapat dihitung sebagai berikut :
ti =
Li Xi
Dimana : ti Li Xi Sehingga :
= koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja di sektor i = output sektor i
L = LX Dimana : L L X
= matriks jumlah tenaga kerja = matriks diagonal koefisien tenaga kerja −1 = matriks output, X = (I − A) .P d
Karena X = (I − A) .P d , maka L = L(I − A ) .F d −1
−1
Dengan demikian L pada dasarnya dapat diterjemahkan sebagai jumlah tenaga yang diserap yang dipengaruhi oleh permintaan akhir. Karena L adalah matriks, maka matriks L dapat merinci dampak dari penyerapan kerja akibat pengaruh dari masing-masing komponen permintaan akhir. 2.4.6. Land Use Multiplier Land use multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap perluasan penggunaan lahan. Rumus umum untuk menghitung dampak dan multiplier adalah sebagai berikut :
24
Type I : Dampak (H) H iVk : BijVkj
Multipleir (M) =
H iVk Vkj
Dimana : HiVk= dampak peningkatan permintaan akhir sektor i terhadap total input primer k Bi = vektor kolom ke j dari matriks B Vk = vektor baris koefisien teknologi input primer ke-k Vkj = koefisien hubungan langsung pemakaian input primer ke-k untuk sektor-i Type II : Dampak (H) ~ H iVk : q~ijVkj Multiple (M) =
H iVk Vkj
Dimana : q~ij = vektor kolom ke j matrik (I – D)-1 ~ Vkj = vektor baris koefisien teknologi input primer ke-k untuk sektor-i
2.5. Model Input – Output 2.5.1. Penggunaan Model Input-Output (I – O) Untuk perencanaan ekonomi regional dapat menggunakan metode yang telah digunakan oleh Jensen, Mandeville dan Karunaratne (1979), yaitu dengan cara menghitung output multipliers, income multipliers, dan employment multipliers. Pada income multipliers dapat dilihat berapa besar perubahan dari rumah tangga akibat investasi pada salah satu sektor, sehingga impak terhadap pendapatan dapat dilihat dari direct effect, indirect effect, dan induced effect. Dalam menghitung employment multiplier di dekati melalui flow of money yang dinyatakan dalam bentuk satuan-satuan tenaga kerja, sehingga akan diketahui bentuk industri tersebut apakah padat karya atau padat modal. Sedangkan untuk menghitung output multiplier dapat menggunakan beberapa cara tergantung tujuannya, salah satu cara yang bisa digunakan adalah menggunakan linier
25
programming models, dengan model ini dapat menentukan efisiensi dari penggunakan sumber daya di suatu daerah (Richardson, 1977). Saat ini analisis I – O telah berkembang luas menjadi model analisis standar untuk melihat struktur keterkaitan perekonomian nasional, wilayah dan antar wilayah, serta dimanfaatkan untuk berbagai peramalan perkembangan struktur perekonomian (Rustiadi, Nasoetion, dan Saefulhakim, 2000). Tabel I – O adalah tabel transaksi yang menggambarkan hubungan antara penawaran (supply) dengan permintaan (demand) antara berbagai sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Menurut Saefulhakim (2000) pada dasarnya tabel I - O adalah gambaran lebih rinci dari sistem neraca ekonomi wilayah/nasional (neraca konsumsi, neraca akumulasi kapital/investasi, dan neraca eksternal wilayah/ luar negeri).
Tabel I–O dapat digunakan untuk (1)
memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor) terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah (PDB-PDRB), pendapatan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak (PAD untuk tingkat daerah) dan sebagainya, (2) mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya, dan (3) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. Kelebihan tabel I – O dibandingkan alat analisis lain dalam ekonomi perencanaan dan pembangunan adalah sifat keseimbangan tabel I – O yang termasuk dalam model General Equilibrium (Saputra, 1999). Model dasar input – output yang telah dikembangkan oleh leontief adalah : a. Struktur perekonomian tersusun atas beberapa sektor yang saling berintegrasi melalui transaksi jual beli antara pemenuhan input dengan penjualan produk. b. Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir. c. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya dari rumah tangga (dalam bentuk tenaga kerja) dari pemerintah (dalam bentuk pajak), penyusutan, surplus usaha, serta impor dari wilayah lain. d. Hubungan antara input dan output bersyarat linier.
26
e. Dalam suatu kurun waktu analisis (yang biasanya dilakukan selama satu tahun) total input sama dengan output. f. Suatu sektor terdiri dari satu atau lebih beberapa perusahaan dan input itu diproduksi oleh satu teknologi. Menurut
Budhiharsono
(1996),
keuntungan
yang
diperoleh
bila
menggunakan tabel I – O dalam perencanaan pembangunan wilayah adalah : a. Dapat menjelaskan dengan baik keterkaitan antara berbagai macam sektor dalam perekonomian nasional atau pun perekonomian wilayah. b. Dapat ditentukan besarnya output dan kebutuhan faktor produksi lain dari satu sektor permintaan akhir. c. Akibat yang ditimbulkan perubahan permintaan, baik yang disebabkan oleh pemerintah maupun swasta terhadap perekonomian dapat diramalkan dengan rinci dan tepat. d. Adanya perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan kedalam model melalui penyesuaian koefisien. 2.5.2. Metode Membangun Tabel Input-Output Sejak pertama kali dikemukakan oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel Input-Output (I-O) terus mengalami perkembangan dan menjadi salah satu alat analisis yang populer untuk melihat perekonomian baik tingkat nasional maupun regional. Walaupun ada beberapa kelemahan yang terletak pada asumsi yang digunakan pada analisis Tabel I-0. namun untuk melihat potensi perekonomian suatu wilayah dan keterkaitan antar sektor perekonomian, analisis Tabel I-0 masih merupakan pilihan terbaik dan banyak diminati. Analisis Tabel I-0 hanya melihat kondisi perekonornian pada satu tahun tertentu. Oleh karena itu, idealnya Tabel I-O dibuat setiap tahun. Namun untuk memenuhi keinginan tersebut tidak mudah (bahkan boleh dikatakan tidak mungkin). Hal ini terkait dengan keperluan melakukan survei yang komprehensif untuk seluruh sektor perekonomian yang tentunya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar. Berdasarkan kondisi tersebut berkembang metode pembuatan Tabel I-0 dengan pendekatan lain yakni melakukan penyesuaian Tabel I-O yang sudah ada
27
untuk merefleksikan kondisi perekonomian saat ini (updating). Selain itu berkembang
juga
pendekatan
lain
yakni
menggunakan
informasi
perekonomian Tabel I-0 suatu daerah untuk diterapkan pada daerah lain (derivasi). Dengan dua pendekatan tersebut, maka Tabel I-O dapat dimodifikasi setiap tahun dan dapat dibuat di semua daerah (Miller dan. Blair, 1985). Metode Updating dikenal juga dengan sebutan metode survei parsial, karena tidak perlu melakukan survei secara komprehensif seperti pembuatan Tabel I-O metode survei. Metode yang umum digunakan untuk melakukan updating adalah metode RAS. Dengan metode ini data yang diperlukan adalah matrik koefisien input atau koefisien teknologi (sebagai tabel dasar), total output, total permintaan antara dan total input antara masing-masing sektor. Untuk memperoleh total permintaan dan input antara masing-masing sektor biasanya dilakukan survei khusus atau survei parsial. Derivasi Tabel I-0 atau sering juga disebut metode non-survei dilakukan apabila suatu daerah sama sekali belum mempunyai Tabel I-O. Oleh karena itu harus menggunakan Tabel I-0 daerah lain untuk dijadikan sebagai tabel dasar untuk menderivasi. Menurut Saefulhakim (2000) tabel I – O dapat dibangun melalui dua teknik, yaitu : a. Survei (pengamatan lapangan) dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu : 1) Pendekatan Trade Margin Analysis (TMA) dengan melakukan pendekatan kuantitatif input dan output masing-masing sektor melalui pertanyaan/ kuesioner. 2) Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) pengumpulan data kuantitatif input dan output perkiraan. b. Metode RAS. Metode ini digunakan untuk membangun Tabel I – O suatu tahun tertentu berdasarkan Tabel I – O tahun yang lain dengan bantuan data PDRB tahun yang akan ditentukan Tabel I – O nya (updating Tabel I – O). Metode RAS juga dapat digunakan untuk menurunkan tabel I – O suatu wilayah melalui Tabel I – O wilayah yang lebih luas. Misalnya Tabel I – O tingkat Kabupaten dapat dibuat dengan menurunkannya dari Tabel I – O
28
tingkat propinsi atau membuat tabel I – O tingkat propinsi dengan menurunkannya dari Tabel I – O tingkat nasional. Tabel I – O disusun berdasarkan tiga asumsi pokok (Saefulhakim, 2000), yaitu : a. Prinsip homogenitas, aktifitas-aktifitas ekonomi yang dikategorikan kedalam suatu sektor tertentu diasumsikan memiliki karakteristik sistem produksi yang homogen yakni struktur input dan output yang homogen dan tidak ada substitusi antar aktifitas lainnya. b. Prinsip Linieritas/Proporsionalitas, proporsi input-input suatu sektor bersifat tetap, tidak bergantung pada skala produksi/output (constant return to scale). c. Prinsip Additivitas, kinerja sistem produksi suatu sektor ditentukan oleh kinerja sistem produksi sektor-sektor lainnya, namun pengaruh dari masingmasing sektor tersebut bersifat additive, bukan interaktif atau multiplikatif. Secara lebih sederhana Tabel input – output terbagi atas empat kuadran sebagaimana pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tabel Input – Output Input Antara Nilai Tambah
Permintaan Kuadran I Kuadran III
Permintaan Akhir (Yi) Kuadran II Kuadran IV
Xi
Kuadran 1 merupakan gambaran transaksi antar sektor dalam proses produksi, kuadran II menunjukkan matriks permintaan akhir terhadap output masing-masing sektor, kuadran III menunjukkan matriks nilai tambah (value added) masing-masing sektor faktor produksi (kecuali impor), dan kuadran IV merupakan transfer nilai tambah antar institusi. Berdasarkan tabel I – O terlihat jelas bahwa baris merepresentasikan distribusi penjualan output suatu faktor tertentu ke sektor lain.
Sedangkan kolom/lajur mempresentasikan distribusi
pembelian sektor tertentu pada sektor lainnya. Tabel input – output sederhana yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
29
Tabel 2. Tabel Input – Output Lebih Rinci Permintaan Antara Permintaan Akhir Sektor Produksi Output 1 ... j ... n (Y) X11 ... Xij ... X1n RT1 KP1 PM1 S1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Xi1 ... Xij ... Xin RTi KPi PMi Si ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Xn1 ... Xnj ... Xnn RTn KPn PMn Sn Kuadran I L1 ... Lj ... Ln
Input Antara
Sektor Produksi
1 2 . i . . n Upah dan Gaji Rumah Tangga Nilai Tambah Lain V1 Impor M1 Total Input I1 Sepanjang baris pada
... Vj ... Mj ... Ij kuadran
Total
E1 ... ... Ei ... ... En
X X1 ... ... Xi ... ... Xn
Kuadran II ... Vn ... Mn Kuadran III ... In I memperlihatkan alokasi penyediaan suatu
sektor lainnya atau sektor itu sendiri. Angka-angka sepanjang baris menunjukkan alokasi output sektor i yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara sektor j, dimana permintaan antara adalah permintaan akan suatu input untuk digunakan oleh sektor lain sebagai faktor produksi, termasuk didalamnya permintaan oleh sektor yang bersangkutan. n
∑X j =1
ij
n Xij Yi
+ Yi = X i = 1, 2, ..., n = banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j = permintaan akhir terhadap sektor i = RTi + KPi + PMi + Si + Ei = konsumsi rumah tangga = konsumsi pemerintah = pembentukan modal = stok = ekspor
RTi KPi PMi Si Ei
Sektor kolom menunjukkan penggunaan input yang dihasilkan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi. n
∑X j =1
n Xij Yi Lj
ij
+ Gj = Xi = 1, 2, ..., n = banyaknya input sektor i yang digunakan oleh sektor j = permintaan akhir terhadap sektor i = Lj + Vj + Mj = upah dan gaji rumah tangga
30
Vj Mj
= nilai tambah lainnya = impor
Kuadran II menggambarkan transaksi permintaan akhir yang berasal baik dari output berbagai sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam berbagai jenis penggunaan. Permintaan akhir adalah permintaan yang langsung digunakan untuk konsumsi rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Secara keseluruhan komponen permintaan akhir merupakan pengeluaran wilayah. Jadi merupakan komponen perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi pengeluaran. Pada kuadran III ditunjukkan penggunaan input primer atau nilai tambah yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung netto dan penyusutan. Yang dimaksud dengan input primer adalah faktor-faktor produksi yang secara langsung terlibat dalam produksi atau merupakan balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan. Jumlah seluruh nilai tambah ini adalah PDRB yang dihasilkan seluruh wilayah. PDRB ini akan sama dengan seluruh permintaan akhir dikurangi dengan impor barang dan jasa.
2.5.3. Green Input-Output Perikanan Budidaya Ikan Jaring Apung Green input output budidaya ikan di jaring apung adalah analisis input – output yang telah diperluas dengan memasukkan system alami. Yakni dengan memperhitungkan
aspek
buangan
limbah
sebagai
output
negatif
dari
perekonomian ke sistem alami dan sebagai input dari sistem alami ke perekonomian. Struktur tabel Green input – output dapat dilihat pada Tabel 3.
2.6. Kesejahteraan Pengamatan terhadap kesenjangan kesejahteraan telah menarik perhatian bagi berbagai pihak baik perencana pembangunan, peneliti sosial, politisi maupun masyarakat madani.
Pembahasan dan interpretasi terhadap hasil pengamatan
tentang kesenjangan kesejahteraan akan berbeda menurut sudut pandang, kepentingan dan ideologi yang dianut oleh masing-masing pihak. Namun,
31
berbagai pihak menyepakati tentang konsepsi kesenjangan kesejahteraan yang berlaku umum. Tabel 3. Tabel Green Input–Output Budidaya Ikan Jaring Apung
Sektor Produksi
Input Antara
Permintaan Antara Sektor Produksi 1 ... j ... n
Permintaan Akhir Output (Y)
X
Output Ekologi N
1 X11 ... Xij ... X1n RT1 KP1 PM1 S1 E1
X1
N1
2
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
i
Xi1 ... Xij ...
Xin
RTi
KPi
PMi
Si
Ei
Xi
Ni
.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
n Xn1 ... Xnj ... Xnn RTn KPn PMn Sn En
Xn
Nn
Upah dan Gaji Rumah Tangga Nilai Tambah Lain Impor Total Input Input Ekologi
L1
...
Lj
...
Ln
V1
...
Vj
...
Vn
Total
Kuadran I Kuadran II M1 ... Mj ... Mn I1 ... Ij ... In R1
...
Rj
...
Kuadran III
Rn
Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individuindividu. Pengertian dasar itu mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi dalam dua arena perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan. Kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut bisa direpresentasikan secara agregat. Meskipun tidak ada suatu batasan substansi
yang tegas tentang
kesejahteraan, namun tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan sosial lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Dengan kata lain lingkup substansi kesejahteraan seringkali dihubungkan dengan lingkup kebijakan sosial (Bappenas, 2008).
32
Sebagai atribut agregat, kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks atas suatu lingkup substansi kesejahteraan tersebut. Kesejahteraan bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai keterkaitan antardimensi dan ada dimensi yang sulit direpresentasikan. Kesejahteraan tidak cukup dinyatakan sebagai suatu intensitas tunggal yang merepresentasikan keadaan masyarakat, tetapi juga membutuhkan suatu representasi distribusional dari keadaan itu. Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah atau bisa disebut juga kemiskinan tinggi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak adanya akses ke sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam (Dahuri, 2000). Selanjutnya dikatakan pula bahwa kemiskinan juga disebabkan karena faktor-faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan dan berkembangnya kriminilitas.
Selain itu juga terkait dengan kurangnya
prasarana umum, lemahnya perencanaan spasial yang berakhir dengan tumpang tindihnya berbagai sektor di suatu kawasan, dampak polusi dan kerusakan lingkungan 2.6.1. Indikator Kesejahteraan A. Output Ekonomi Per Kapita Meskipun penentuan lingkup substansi kesejahteraan tidak mudah, namun berbagai penelitian awal mengenai kesejahteraan secara sederhana menggunakan indikator output ekonomi per kapita sebagai proksi tingkat kesejahteraan. Pada perkembangan selanjutnya, output ekonomi perkapita digantikan dengan pendapatan
perkapita.
mencerminkan
Output
kesejahteraan
ekonomi
masyarakat
perkapita karena
dipandang
output
ekonomi
kurang lebih
mencerminkan nilai tambah produksi yang terjadi pada unit observasi, yaitu negara atau wilayah. Nilai tambah itu tidak dengan sendirinya dinikmati seluruhnya oleh masyarakat wilayah itu, bahkan mungkin sebagian besar ditransfer ke wilayah pemilik modal yang berbeda dengan wilayah tempat berlangsungnya proses produksi.
33
Menurut Sajogjo (1977), klasifikasi tingkat kesejahteraan (kemiskinan) didasarkan pada nilai pengeluaran per kapita per tahun yang diukur dengan nilai beras setempat, yaitu : a. Miskin, apabila nilai per kapita lebih rendah dari setara 320 kg beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota. b. Miskin sekali, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota. c. Paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara 180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg untuk daerah kota. B. Pendapatan Rumah Tangga Menanggapi kritik terhadap penggunaan output ekonomi perkapita, maka pendapatan rumah tangga digunakan sebagai proksi kesejahteraan karena dipandang lebih mencerminkan apa yang dinikmati oleh masyarakat wilayah. Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber pendapatan. Namun, data pendapatan rumah tangga seringkali sulit diperoleh sehingga digunakan informasi tentang konsumsi rumah tangga. Salah satu kelemahan dari konsumsi rumah tangga adalah taksiran yang cenderung berada di bawah angka pendapatan rumah tangga yang sesungguhnya. C. Indeks Pembangunan Manusia Penggunaan output ekonomi perkapita atau pendapatan rumah tangga dipandang kurang relevan dalam mengukur kesejahteraan masyarakat karena hanya memperhatikan faktor ekonomi saja. Hal ini mendorong penggunaan indikator lain yang lebih komprehensif.
Atas promosi yang dilakukan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa, saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) sebagai penilaian yang bersifat komposit atas perkembangan konsumsi, kesehatan, dan pendidikan masyarakat digunakan secara luas untuk mengukur perkembangan kesejahteraan masyarakat.
34
1)
Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Tertinggalnya pembangunan pendidikan di Indonesia akan membawa
dampak buruk bagi Indonesia masa depan. Perlu upaya-upaya dan kebijakan yang nyata dan sungguh-sungguh untuk memeratakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Di samping itu diperlukan juga kebijakan pendidikan yang tidak saja ditujukan untuk mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga mengembangkan karakter peserta didik. Dengan
demikian
pendidikan
menyiapkan
siswa
untuk
memiliki
kemampuan akademik, dapat beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah, kreatif dalam mencari solusi masalah, dan memiliki watak yang baik. Indikator akses pendidikan antara lain adalah : a. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. b. Layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat. c. Penyediaan pendidikan keterampilan dan kewirausahaan ataupun pendidikan non formal yang bermutu. d. Penyediaan dan pemerataan sarana-sarana pendidikan dan tenaga pendidik. e. Kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik. f. Kesejahteraan
tenaga
pendidik
agar
lebih
mampu
mengembangkan
kompetensinya. g. Manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perbaikan mutu pendidikan. h. Kualitas kurikulum dan pelaksanaannya yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup, sehingga peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadi manusia produktif.
2)
Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan Kondisi perkembangan kesehatan rakyat yang antara lain tercermin dari
tingkat akses terhadap kesehatan punya pengaruh yang sangat besar terhadap kesejahteraan rakyat. Selain itu, kesehatan bersama pendidikan adalah investasi yang terpenting dalam pengembangan sumberdaya manusia. Padahal, seperti
35
dimaklumi, keberlanjutan bangsa ini di masa mendatang salah satunya ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya. Oleh karena itu, penyediaan akses kesehatan yang memadai dan merata pada semua lapisan masyarakat merupakan amanat kebangsaan dan tugas sejarah yang besar dan harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Indikator layanan kesehatan antara lain adalah : a. Jumlah, jaringan dan kualitas pusat kesehatan masyarakat. b. Kuantitas dan kualitas SDM tenaga medis. c. Sistem jaminan kesehatan, terutama bagi rakyat miskin. d. Sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat. e. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang dimulai sejak usia kanakkanak. f. Pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar. Indikator pelayanan kesehatan yang baik tercermin dari beberapa indikator sebagai berikut: a. Meningkatnya proporsi keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat; b. Meningkatnya proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan air bersih; c. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; d. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal, postnatal dan neonatal; e. Meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke Puskesmas; f. Meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke rumah sakit; g. Meningkatnya cakupan imunisasi; h. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria, demam berdarah dengue (DBD), tuberkulosis paru, diare, dan HIV/AIDS; i. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita; j. Meningkatnya pemerataan tenaga kesehatan; k. Meningkatnya ketersediaan obat esensial nasional; l. Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi produk terapetik/ obat, obat tradisional, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga, produk komplemen dan produk pangan; m. Meningkatnya penelitian dan pengembangan tanaman obat asli Indonesia;
36
n. Meningkatnya jumlah peraturan dan perundang-undangan di bidang pembangunan kesehatan yang ditetapkan; dan o. Meningkatnya jumlah penelitian dan pengembangan di bidang pembangunan kesehatan. 3) Kesempatan Kerja Tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Sejak beberapa tahun terakhir angka pengangguran menunjukkan kondisi yang terus memburuk. Berbagai sasaran pencapaian pembangunan seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi yang rendah, maupun nilai tukar mata uang yang stabil baru akan berarti apabila masyarakat yang berhak atas pekerjaan dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi. Ekspresi diri diwujudnyatakan dalam bekerja. Apabila dicermati pergolakan dan ketidakamanan yang timbul di berbagai daerah dan tempat sering bersumber dari sulitnya mencari kerja bagi suatu kehidupan yang layak. Demikian juga beban yang berat yang ditanggung oleh pencari kerja, sering berdampak buruk bagi harmoni dan kebahagiaan rumahtangga. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja atau pengurangan berdampak langsung bagi pencapaiaan damai dan juga keadilan. Kebijakan nyata diperlukan untuk menciptakan kesempatan kerja yang luas. Indikator kesempatan kerja antara lain adalah : a. Kepastian hukum, peraturan, dan rasa aman untuk berusaha dan bekerja. b. Hubungan industrial tripartit, yang mendorong terciptanya lapangan kerja yang luas dan menyejahterakan. c. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai, berkualitas, dan dinamis. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan mampu menciptakan peluang dan kesempatan kerja yang luas. Akses pencari kerja tidak saja ditentukan oleh kesempatan yang ada, namun juga ditentukan oleh kualitas dan daya saing pencari kerja. Berbagai kebijakan tersebut diharapkan mampu memperluas kesempatan kerja dalam bentuk peningkatan pendayagunaan kapasitas produktif yang selama ini masih menganggur dan pembukaan usaha atau investasi baru. Sedangkan daya saing sumberdaya manusia diperbaiki melalui perbaikan pendidikan dan
37
kesehatan. Tenaga kerja yang terampil dan memiliki kemampuan tinggi akan memudahkan untuk diserap oleh yang membutuhkannya. D. Produsen Surplus dan Konsumen Surplus Surplus produsen diartikan sebagai seorang produsen mau menyediakan suatu komoditas pada harga-harga yang telah ditentukan oleh biaya marginal produksinya. Surplus konsumen merupakan selisih antara tingkat kesediaan membayar dari konsumen dengan biaya atau harga yang harus dibayarkan atau dikeluarkan untuk memperoleh kepuasan tersebut. 2.6.2. Kesenjangan Kesejahteraan Pemahaman terhadap konsepsi kesejahteraan menuntut tidak hanya representasi
intensitas
kesejahteraan
agregat,
antarkelompok
tetapi
masyarakat
juga atau
representasi antardaerah.
distribusional Representasi
distribusional merupakan muara dari persoalan yang mendasar, yaitu keadilan. Kesenjangan tidak lain adalah suatu representasi distribusional tersebut. Kondisi kesenjangan kesejahtaraan umumnya dinyatakan dalam bentuk indikator kesenjangan. Berbagai studi pada umumnya menggunakan kurva distribusi Lorenz dan indeks kemerataan distribusi Gini. Berbagai studi lain menggunakan indikator kesenjangan antardaerah yang pertama kali diperkenalkan oleh Williamson. Penghitungan indeks Gini dilakukan berbasis pada kurva distribusi Lorenz, sedangkan indeks Williamson berbasis kepada angka varian dalam distribusi statistik. Kesenjangan kesejahteraan masyarakat antarkelompok maupun antardaerah selalu terjadi. Persoalannya adalah apakah kesenjangan tersebut menurun atau menaik sejalan dengan perubahan waktu atau kenaikan rata-rata kesejahteraan? Lebih lanjut, apakah kesenjangan tersebut menyebabkan hal-hal yang tidak bisa ditolerir lagi. Secara teoritik kesenjangan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu faktor alam, faktor kultural, dan faktor struktural (kebijakan). Teori-teori mengenai proses kesenjangan pada umumnya menekankan kepada peranan satu atau lebih faktor tersebut.
38
2.7. Budidaya Ikan di Jaring Apung (KJA) 2.7.1. Lokasi Budidaya Lokasi yang tepat untuk budidaya ikan air tawar yang menggunakan metode karamba jaring apung adalah danau, telaga, waduk, atau rawa.
Lokasi
pemasangan karamba jaring apung harus memenuhi aspek teknis dan aspek sosial ekonomis seperti : kedalaman perairan minimal 10 meter, kualitas air memenuhi persyaratan hidup ikan, bebas dari pencemaran air, bukan alur lalu lintas kapal, tidak merusak kelestarian lingkungan, kemudahan transportasi, ketersediaan bahan dan pakan, dekat dengan daerah pemasaran, kemudahan suplai benih, keamanan terjamin, legalitas lokasi budidaya, dan ketersediaan tenaga kerja (Balai Budidaya Air Tawar, 2003). 2.7.2. Kontruksi Kolam a. Bentuk karamba jaring apung Pada umumnya, konstruksi bagian atas karamba jaring apung memiliki bentuk yang sama, yang membedakan hanya ada dan tidaknya bangunan kayu (rumah) yang digunakan sebagai rumah jaga, gudang pakan, peralatan atau untuk tempat berteduh saja. Walaupun tidak terlihat dari permukaan, perbedaan yang jelas adalah dari bagian jaring. Ada karamba jaring apung yang hanya menggunakan 1 lapis jaring, namun ada juga yang menggunakan 2 – 3 lapis jaring tergantung jenis kegiatan dan komoditas budidaya. Contohnya pada karamba jaring apung di Danau Cirata Jawa Barat yang biasanya menggunakan 2 lapis jaring : jaring bagian atas yang terdiri dari 1 petak atau lebih dipergunakan untuk membesarkan ikan mas, kemudian di bawahnya dipasang jaring yang disebut jaring kolor untuk pembesaran nila. b. Ukuran dan bagian-bagian karamba jaring apung Ukuran rangka luar Kolam Jaring Apung (KJA) 15,8 m x 15,8 m (250 m2). KJA terdiri dari 2 lapis. Lapis pertama terdiri dari 4 kolam/jaring, lapis kedua terdiri dari 1 kolor. Lapis pertama diisi 1 jaring ukuran 7 x 7 x 4 m 3 dengan diameter mata jaring 0,75" dan 3 jaring ukuran sama dengan diameter mata jaring 1,0". Lapis kedua (kolor) yang digunakan berukuran sesuai luas rangka luar (15,8 m x 15,8 m) dengan kedalaman 6 m dan diameter mata jaring 1,25".
39
Bagian-bagian karamba jaring apung : 1) Rakit/geladak Rakit berfungsi tempat menggantungkan jaring/karamba, sebagai pijakan/ tempat berjalan orang yang berada di karamba jaring apung, membangun rumah dan semua aktivitas manusia dalam usaha budidaya, seperti memberi pakan, mengangkut dan menyimpan pakan, pengawasan, monitoring, menimbang, mengemas dan panen ikan. Oleh karena itu konstruksi rakit harus kokoh untuk menopang beban yang ada. Bahan pembuat rakit dapat berupa bambu, kayu, paralon atau besi. Rakit berbentuk kubus terdiri 4 petakan. Satu unit rakit berukuran antara 6 m x 6 m hingga 10 m x 10 m dengan ukuran karamba 3 m x 3 m x 3 m. Rakit kemudian dapat diikat satu dengan yang lainnya hingga mencapai ratusan petak. Pada bagian rakit yang dibangun rumah jaga tidak dipergunakan untuk pemeliharaan ikan. 2) Karamba Karamba atau kurungan jaring digunakan sebagai wadah pemeliharaan ikan. Berdasarkan fungsinya karamba terdiri dari : a)
Karamba pendederan, bahan PE ukuran mata jaring 4 mm
b)
Karamba pengglondongan, bahan PE ukuran mata jaring 1 inchi
c)
Karamba pembesaran, bahan PE ukuran mata jaring 1,5 – 2 inchi.
Sebagai pedoman, ukuran mata jaring yang digunakan tidak melebihi jarak kedua mata ikan yang dipelihara. Luas karamba bervariasi dari hanya sebesar 1 petak ukuran 3 x 3 m, sampai ada yang seluas 2 – 4 petak. Pada pembesaran polikultur ikan mas dan nila dipasang 2 karamba pada petakan yang sama, dimana bagian karamba bagian bawah (kolor) lebih luas bisa mencakup beberapa buah karamba bagian atas. Penggunaan karamba berlapis dapat juga untuk 2 jenis ikan yang mempunyai ukuran yang berbeda. Misalnya karamba bagian atas untuk pengglondongan sedang bagian bawah untuk pembesaran.
40
3) Pelampung Pelampung dipilih yang kuat terendam dalam air dan terjemur panas matahari. Pelampung dapat berupa drum isi 200 liter, stryofoam ukuran panjang 80 – 90 cm atau pelampung khusus. Pelampung berfungsi untuk menahan beban yang ada di atas geladak/rakit, jaring dan pemberat di dalam air. Untuk sebuah rakit berukuran 8 x 8 m dengan karamba berukuran 3 x 3 x 3 m3 membutuhkan 9 buah pelampung. Pelampung dipasang tepat di atas rakit/geladak dengan jarak yang sama. Pada satu unit rakit sebaiknya digunakan pelampung dari jenis yang sama sehingga posisi rakit/geladak rata terapung.
Pelampung yang dapat digunakan untuk
jaring apung dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Bahan Pelampung Jaring Apung 4) Rumah jaga Tidak semua karamba jaring apung memiliki rumah jaga. Bangunan rumah jaga terbuat dari kayu, tripleks atau bilik bambu. Fungsi rumah jaga antara lain sebagai tempat tinggal penunggu karamba jaring apung, gudang pakan, gudang peralatan atau tempat berteduh saja. Petak yang digunakan untuk bangunan rumah jaga tidak dipasangi karamba karena sulit untuk memasang jaring atau melakukan panen. Ukuran bangunan rumah jaga bervariasi tergantung kebutuhan. Rumah jaga jaring apung dapat dilihat pada Gambar 4.
41
Gambar 4. Rumah Jaga Jaring Apung
5) Pemberat Pemberat yang diikatkan pada tali pada bagian bawah karamba berfungsi untuk menahan karamba agar tetap dengan ukuran dan bentuknya (kubus) di dalam dari pengaruh arus. Pemberat dapat berupa batu, besi, timah atau campuran pasir dan semen seberat 3 – 5 kg. 6) Jangkar Jangkar berfungsi untuk menahan karamba jaring apung berada pada tempat. Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi karamba jaring apung antara lain arus, gelombang, naik turunnya air dan angin. Jangkar dapat terbuat dari besi, batu, karung pasir, beton atau kayu/bambu (berbentuk jangkar) yang diberi pemberat batu atau karung pasir. Berat sebuah jangkar sekitar 40 – 50 kilogram yang dihubungkan dengan tali jangkar berukuran 3 – 5 cm ke rakit. Jumlah jangkar yang digunakan tergantung dari besar kecilnya ukuran karamba jaring apung dan kondisi perairan di daerah tersebut.
42
2.7.3. Penebaran Benih Jenis ikan yang umum dibudidayakan di jaring terapung air tawar adalah ikan mas dan ikan nila, namun ada beberapa jenis lainnya tetapi jumlahnya tidak begitu banyak, yaitu ikan patin (jambal siam), bawal, dan gurame. Ukuran benih untuk pembesaran ikan mas 10-15 gram dan untuk pembesaran nila 8-10 gram. Benih umumnya disuplai dari petani pembenih Bandung, Cianjur, Sukabumi dan Subang. Benih ukuran 15 gram dapat tumbuh mencapai ukuran konsumsi 250 s/d 300 gram dalam waktu 120 hari. Disarankan padat tebar 2,45 kg/m3 dengan benih ikan mas ukuran 10-15 gram dan 4,45 kg/m3 benih ikan nila ukuran 8 s/d 10 gram. Pilih benih yang sehat dan lakukan aklimatisasi benih saat ditebar. 2.7.4. Pemberian Pakan Pakan yang diberikan merupakan pakan komersial berupa pellet kering. Ukuran pellet dan dosis pakan yang diberikan disesuaikan dengan ukuran ikan di kolam. Tabel 4. Teknik pemberian pakan ikan mas dengan pellet kering Ukuran Pellet Ukuran Ikan (mm) (Gram) Remah 0,1 < 10 Butiran 2,0 10-25 Butiran 3,0 > 25 Sumber : Balai Budidaya Air Tawar (2003) Tipe Pakan
Dosis Pakan (%) 5 3-4 2-3
Frekuensi Pakan/hari 3 4 5
Karena pemeliharaan ikan mas pada KJA hanya mendapatkan suplai pakan dari pellet yang diberikan, maka agar diperoleh pertumbuhan normal dan hasil sesuai dengan target sebaiknya digunakan pakan yang mengandung protein antara 26-28%. Pada pemeliharaan ikan nila di kolor (lapis kedua) tidak diberikan pakan, tetapi hanya memakan remah-remah dari lapis pertama dan peryphyton yang menempel pada jaring. 2.7.5. Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit yang sering menyerang usaha budidaya ikan pada KJA adalah Aeromonas sp., Collumnaris dan herpes virus. Untuk penyakit Aeromonas sp. bisa diobati dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan KMNO4 20 ppm selama
43
30 menit, diulang tiga kali dengan interval waktu 2 hari. Collumnaris spp. dapat diobati dengan pemberian OTC 50 mg/kg pakan selama 7 hari, sedangkan penyakit herpes hingga saat ini belum dapat diobati. Hal yang paling mungkin untuk dilakukan jika terserang penyekit herpes adalah panen dini. 2.7.6. Pemanenan Lama pemeliharaan ikan mas dan nila di KJA kurang lebih 4 bulan. Selama pemeliharaan, benih yang ditebar (15 gram) mengalami pertumbuhan hingga mencapai bobot 250-300 gram/ekor. Panen dilakukan dengan cara mempersempit areal jaring dengan menggunakan tali atau bambu (pemberokan). Pemasaran hasil panen dibeli langsung ditempat oleh bandar. 2.7.7. Analisa Usaha Suatu usaha secara umum dikatakan baik apabila usaha tersebut sehat, menguntungkan, dan mampu melakukan investasi-investasi secara jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian suatu usaha harus layak ditinjau dari aspek finansial, aspek finansial ini terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran (biaya) dengan pendapatan (revenue earning) dari aktivitas usaha, serta waktu didapatkannya hasil (returns). Biaya
adalah
menghasilkan suatu
jumlah
korbanan (input)
produk (output)
yang diperlukan
dalam suatu kegiatan
untuk
produksi.
Berdasarkan pengelompokkannya biaya terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi
dan biaya operasional.
Biaya investasi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan mulai kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan tersebut mulai berjalan contohnya : pendirian bangunan, pembelian peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan biaya investasi, survey. Sedangkan biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama produksi itu berlangsung : misalnya : pembelian benih, tenaga kerja, bahan bakar, over head cost dan lain-lain. Untuk mengetahui secara komprehensif tentang kriteria layak atau tidaknya suatu aktivitas usaha dapat digunakan lima kriteria investasi, yaitu : Payback Period, Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Namun tiga kriteria
44
terakhir yang umum dipakai dan dipertanggungjawabkan untuk penggunaanpenggunaan tertentu.
Sebaliknya dua kriteria pertama didasarkan atas salah
pengertian tentang sifat dasar biaya sehingga tidak menyebabkan kekeliruan dalam urutan peluang investasi. Kedua kriteria ini sering tidak dianjurkan untuk dipergunakan (Rustiadi, E.S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju, 2007). Unsur-unsur penting dalam analisis kelayakan finansial adalah harga, pajak, subsidi, dan bunga. Dalam analisis finansial, harga yang dipakai adalah harga pasar, pajak diperhitungkan sebagai biaya, subsidi dinilai mengurangi biaya (jadi merupakan benefit). Bunga dalam analisis finansial dibedakan atas bunga yang dibayarkan kepada orang-orang luar dan bunga atas modal sendiri (imputed atau paid to the entily).
Bunga yang dibayarkan kepada orang-orang yang
meminjamkan uangnya pada kegiatan usaha dianggap sebagai cost. Bunga atas modal sendiri tidak dianggap sebagai biaya karena bunga merupakan bagian dari finansial returns yang diterima. Selain kriteria investasi yang digunakan untuk melihat kelayakan finansial suatu usaha adalah jangka waktu pengembalian modal dengan cara menghitung titik impas (Break Event Point). Perhitungan titik impas ini dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal usaha atau untuk mengetahui volume produksi (nilai penjualan) minimal yang harus dicapai agar kegiatan usaha tidak mengalami kerugian atau penghasilan penjualan yang diterima dikurangi biaya yang dikeluarkan sama dengan nol. 1. Net Present Value (NPV) NPV merupakan nilai sekarang dari suatu usaha dikurangi dengan biaya sekarang pada tahun tertentu. Seleksi formal terhadap NPV adalah bila nilai NPV bernilai positif berarti usaha tersebut layak dan sudah melebihi Social Opportunity Cost of Capital sehingga usaha ini diprioritaskan pelaksanaannya, bila NPV bernilai 0 berarti usaha tersebut masih layak dan dapat mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital, dan bila nilai NPV bernilai negatif maka sebaiknya usaha tersebut jangan diteruskan. NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih antara Present Value (PV) manfaat dan Present Value (PV) biaya. Jadi jika nilai NPVnya positif (lebih dari 0) artinya nilai bersih sekarang menggambarkan
45
keuntungan dan layak diaksanakan, namun bila nilai NPVnya sama dengan 0 artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marginal), sehingga usaha diteruskan atau tidak terserah kepada pengambil keputusan, sedangkan bila nilai NPVnya negatif (kurang dari 0) artinya usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Rumus kriteria investasi ini adalah sebagai berikut : n
NPV = ∑ t =1
Dimana :
Bt
=
Ct
=
i t
= =
( Bt − C t ) (1 + i ) t
manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada time series (tahun, bulan, dan sebagainya) ke-t (Rp) Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha pada time series ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya (Rp) Merupakan tingkat suku bunga yang relevan Periode (1, 2, 3,……………, n)
2. Net Benefit Cost Ratio (NBC ratio) BC ratio (BCR) merupakan cara evaluasi usaha dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu usaha dengan nilai sekarang seluruh biaya usaha. Seleksi formal BCR adalah bila BCR lebih besar dari 0 (BCR > 0) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila BCR sama dengan 0 (BCR = 0) maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila BCR kurang dari 0 (BCR < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus BCR dapat ditulis sebagai berikut : n
B/C =
∑ B I (1 + i)
t
∑ C I (1 + i)
t
t =1 n
t =1
t
t
Dimana : B = Nilai seluruh hasil C = Nilai seluruh biaya Net BCR adalah perbandingan antara Present Value manfaat bersih positif dengan Present Value biaya bersih negatif. Seleksi formal Net BCR adalah bila
46
Net BCR lebih besar dari 1 (Net BCR > 1) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan, namun bila Net BCR sama dengan 1 (Net BCR = 1) maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut terserah pengambil keputusan, sedangkan bila Net BCR kurang dari 1 (Net BCR < 1) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus Net BCR dapat ditulis sebagai berikut : n
NetBCR = ∑ ( Bt − C t ) /(1 + i) t i =1 t=n
( Bt − C t ) t t =1 t − C t > 0) Net B = t = n C (C t − Bt )( Bt − C t < 0) ∑ (1 + i) t t =1
∑ (1 + i) ( B
Dimana : B = nilai seluruh hasil bersih C = nilai seluruh biaya bersih 3. Internal Rate of Return (IRR) Cara lain untuk menilai suatu usaha adalah dengan membandingkan nilai IRR dengan discount rate (suku bunga), yaitu bila IRR lebih besar dari suku bunga yang telah ditetapkan maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan, namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan, sedangkan bila IRR sama dengan suku bunga yang ditetapkan maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah pengambil keputusan. Rumus IRR dapat ditulis sebagai berikut :
IRR = i '+(i"−i ' ) Dimana :
I’ I” NPV’ NPV”
= = = =
NPV ' NPV '− NPV " Tingkat discount rate (DR) pada saat NPV positif Tingkat discount rate (DR) pada saat NPV negatif Nilai NPV positif Nilai NPV negatif
4. Analisis Break Event Point (BEP) Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan usaha atau sebagai penentu batas pengembalian modal. Produksi minimal suatu kegiatan usaha harus menghasilkan
47
atau menjual produknya agar tidak menderita kerugian, BEP adalah suatu keadaan dimana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Titik BEP adalah pada saat total penerimaan sama dengan total biaya, yaitu TP = TB, karena TP = TBT + BV. Perencanaan studi kelayakan yang baik akan menentukan keberhasilan usaha selanjutnya. Pada perencanaan studi kelayakan yang dituangkan dalam usaha meliputi : Aspek Umum dan Legalilitas, Pemasaran, Teknik Perencanaan, Manajemen dan Organisasi, serta Keuangan.
Studi kelayakan biasanya
merupakan usaha jangka panjang yang memerlukan investasi yang cukup tinggi. Kajian yang meliputi aspek umum dan legalitas, pemasaran, teknik perencanaan, serta keuangan merupakan
suatu rangkaian yang tertuang
proporsal.
proporsal ini sebagai bahan untuk memberi
Oleh karena itu,
dalam bentuk
gambaran tentang asset dari perusahaan yang akan dibuat guna mendapatkan modal dari lembaga perbankan atau pengusaha lain yang punya modal ingin menanam di perusahaan yang bersangkutan.
TB dan TP TP TB=TBT+BV
BEP
BV
Q Dimana :
TP TB TBT TBV Q BV
= = = = = =
Total Penerimaan Total Biaya Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Volume penjualan Biaya Variabel per unit
48
Hal tersebut butuh perencanaan yang matang agar pelaksanaan berjalan lancar sesuai yang diinginkan. Untuk itu tentunya perlu ada perencanaan biaya. Perencanaan
biaya operasional
produksi adalah
perumusan usaha yang
dilakukan dalam kaitannya dengan menghitung biaya yang diperlukan selama produksi itu berlangsung.
Investasi sifatnya tetap oleh sebab itu biaya
investasi disebut juga biaya tetap (fixed cost) sedangkan biaya operasional sifatnya berubah ubah dan sering pula disebut biaya variabel (variabel Cost). Kedua biaya tersebut diperlukan untuk menghitung keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan produksi, laporan keuangan yang menyangkut analisa rugi laba, serta analisa lain seperti : kapan usaha tersebut mengalami titik impas (BEP) serta menghitung RC dan B/C Ratio dan termasuk dalam perencanaan biaya operasional produksi.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Waduk Cirata dan sekitarnya yang termasuk wilayah Kabupaten Cianjur, yaitu : Kecamatan Cikalong (Desa Gudang), Kecamatan Mande (Desa Bobojong), Kecamatan Ciranjang (Desa Sindang Jaya dan Sindang Sari), Kecamatan Sukaluyu (Desa Sindang Raja). Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September - Desember 2008. 3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan responden berpedoman pada quesioner yang telah disiapkan sebelumnya dan pengamatan (observasi) langsung di lapangan.
Adapun pengamatan dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang lokasi, keadaan lingkungan kawasan, lokasi pemukiman. Adapun data yang dimaksud adalah : a. Data karakteristik responden, seperti : umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, jenis mata pencaharian, lama tinggal dalam komunitasnya, persepsi dan sikap responden terhadap keberadaan budidaya ikan di jaring apung. b. Data untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, seperti : tingkat pendapatan, pengeluaran/konsumsi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. c. Data lainnya yang diperlukan untuk analisis input – output adalah dari stakeholders yang terkait baik lembaga pemerintah, swasta maupun independent. Sumber data tersebut berasal dari : (a) Biro Pusat Statistik (BPS) Jakarta, (b) Kantor Statistik Provinsi Jawa Barat, (c) Kantor Statistik Kabupaten Cianjur, (d) Badan Pengelola Waduk Ciarata (BPWC), (e) Pemerintah Provinsi Jawa Barat, (f) Pemerintah Kabupaten Cianjur. Adapun jenis data sekunder yang dipergunakan adalah (a) Tabel input output Provinsi Jawa Barat yang paling baru, (b) Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur dan Provinsi Jawa Barat tahun 2003 – 2007, (c) Kabupaten
50
Cainjur dan Jawa Barat dalam Angka tahun 2003 – 2007,
(d) Indexs Harga
Konsumen Kabupaten Cianjur dan Provinsi Jawa Barat tahun 2003 – 2007, (e) Data ketenagakerjaan, (f) kondisi geografis, (g) demografis, (h) keadaan sosial ekonomi masyarakat di lokasi dikumpulkan dari instansi terkait, yaitu : (a) Biro Pusat Statistik (BPS) Jakarta, (b) Kantor Statistik Provinsi Jawa Barat, (c) Kantor Statistik Kabupaten Cianjur, (d) Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), (e) Pemerintah Provinsi Jawa Barat, (f) Pemerintah Kabupaten Cianjur, (g) masyarakat dan pemerintahan Desa yang berlokasi sekitar waduk Cirata wilayah kabupaten Cianjur, (h) petani ikan jaring terapung waduk Cirata wilayah kabupaten Cianjur, (i) pelaku tataniaga ikan dari jaring terapung waduk Cirata wilayah kabupaten Cianjur, (j) Dinas Sosial kabupaten Cianjur, (k) Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Cianjur, (l) Dinas Perikanan kabupaten Cianjur. 3.3. Metode Pengambilan Sampel Responden Pengambilan responden dilakukan menggunakan kombinasi beberapa cara : (1) penentuan lokasi responden ditentukan secara purposive yaitu Desa yang wilayahnya memiliki perairan Waduk (10 Desa), dari 10 Desa tersebut diambil 5 Desa yang dijadikan sample, 3 (tiga) Desa diambil secara purposive sampling karena memiliki kekhususan. Lokasi yang diambil secara purposive sampling adalah : pertama Desa Bobojong karena merupakan Desa yang paling lengkap memiliki fasilitas pendukung perkembangan Budidaya Ikan di Jaring Apung, kedua Desa Sindang Raja karena merupakan desa yang semula lokasinya ada Budidaya Ikan Jaring Apung sekarang sudah tidak ada lagi karena lokasinya mengalami pendangkalan, ketiga Desa Sindang Sari karena merupakan Desa yang termasuk Desa Tertinggal, 2 (dua) Desa lainnya diambil secara random dari 7 Desa sisanya karena secara umum memiliki karakteristik yang sama., (2) pengelompokkan responden terdiri dari : (a) keluarga yang berusaha di sektor budidaya ikan jaring apung, (b) keluarga yang berusaha di sektor non budidaya ikan jaring apung di Desa Gudang, (c) keluarga yang berusaha di sektor non budidaya ikan jaring apung di Desa Bobojong, (d) keluarga yang berusaha di sektor non budidaya ikan jaring apung di Desa Sindang Raja, (e) keluarga yang berusaha di sektor non budidaya ikan jaring apung di Desa Sindang Sari, (f)
51
keluarga yang berusaha di sektor non budidaya ikan jaring apung di Desa Sindang Jaya. Pengambilan sampel pada setiap cluster dilakukan dengan cara random dengan jumlah sampel yang diambil pada masing-masing cluster disesuaikan dengan jumlah populasi, jika populasinya banyak maka sample yang diambil berjumlah 30 keluarga, sedangkan bila jumlah populasinya sedikit maka menggunakan rumus dari pendapat Slovin dalam Umar (2003) dengan rumus sebagai berikut : n=
N 1 + Ne 2
Keterangan : n = jumlah sampel N = total populasi e = sampling error Kerangka pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar berikut ini : --------------------------------------------------------------------------------------------------1. PENENTUAN LOKASI Desa yang Memiliki Wilayah Perairan Waduk --------------------------------------------------------------------------------------------------2. PEMILIHAN LOKASI Sebagian lokasi diambil secara Purposive Sampling (3 Desa) • Rumah Tangga Non KJA Desa Bobojong • Rumah Tangga Non KJA Desa Sindang Raja • Rumah Tangga Non KJA Desa Sindang Sari Sebagian lokasi diambil secara random (2 Desa dari 7 Desa) • Rumah Tangga Non KJA Desa Gudang • Rumah Tangga Non KJA Desa Sindang Jaya --------------------------------------------------------------------------------------------------3. PENENTUAN CLUSTER b. Rumah Tangga KJA c. Rumah Tangga Non KJA --------------------------------------------------------------------------------------------------4. PENENTUAN RESPONDEN Dilakukan secara simple random sampling pada masing-masing cluster --------------------------------------------------------------------------------------------------Gambar 3. Kerangka Pengambilan Sampel
52
3.4.Analisis Data 3.4.1. Analisis Deskriptif Kondisi Umum Wilayah Untuk mengetahui kondisi gambaran umum lokasi penelitian, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat dilakukan analisis deskriptif terhadap data primer dan sekunder
yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan
wawancara maupun data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. 3.4.2. Analisis Basis Untuk mengetahui bagaimana peranan budidaya ikan jaring apung di waduk Cirata terhadap ekonomi wilayah kabupaten Cianjur, digunakan pendekatan sektor basis non basis dengan perhitungan menggunakan pendekatan PDRB. Untuk mengetahui apakah budidaya ikan di jaring terapung merupakan sektor basis atau non basis digunakan model kuosien lokasi (Location quotient). Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu teknik untuk mengukur konsentrasi suatu kegiatan ekonomi atau sektor di suatu daerah, dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah dengan peranan dari kegiatan ekonomi atau sektor yang sama pada tingkat regional atau nasional. Suatu kegiatan atau sektor dikatakan basis karena selain melayani pasar lokal juga melakukan ekspor ke luar daerahnya sehingga memberikan sumbangan labih besar dibandingkan sumbangan dari kegiatan/sektor non basis terhadap pembentukan PDRB dan kesempatan kerja.
Pendekatan LQ pada dasarnya menyajikan perbandingan
relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Perhitungan dalam analisis ini menggunakan rumus : vi LQ =
Vi
vt Vt
Keterangan : LQ = vi = vt = Vi = Vt =
Besarnya kuosien lokasi PDRB sektor budidaya ikan jaring apung kabupaten Cianjur PDRB seluruh sektor kabupaten Cianjur PDRB sektor budidaya ikan jaring apung Provinsi Jawa Barat PDRB seluruh sektor Provinsi Jawa Barat
53
a. Bila nilai LQ > 1, maka sektor tersebut lebih terspesialisasi daripada sektor sama di tingkat regional. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor basis bagi daerah kabupaten Cianjur. b. Bila nilai LQ < 1, maka sektor tersebut kurang terspesialisasi daripada sektor sama di tingkat regional. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor non basis bagi daerah kabupaten Cianjur. c. Bila nilai LQ = 1, maka sektor tersebut mempunyai tingkat spesialisasi yang sama dengan tingkat regional atau disebut swadaya. 3.4.3. Analisa Usaha Budidaya Ikan di Jaring Apung Untuk menentukan keuntungan dari budidaya ikan di jaring terapung, dapat dilakukan perhitungan besar manfaat atau benefit dan besarnya biaya atau cost. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam budidaya ikan di jaring apung dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : n
π = PyY − ∑ Pxi X i i =1
dimana : π Y X Py Pxi PyY
= Pendapatan (keuntungan) (Rp. per tahun) = Total produksi (kg per tahun) = Jumlah input yang digunakan (unit) = Harga per satuan produk (Rp per kg) = Harga per satuan input (Rp) = Total penerimaan = TR (Rp)
n
∑P X i =1
xi
i
= Total pengeluaran = TC (Rp)
dengan kriteria usaha : TR > TC, usaha tersebut menguntungkan TR = TC, usaha tersebut impas TR < TC, usaha tersebut rugi Sementara itu, untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatu usaha dapat menguntungkan dalam satu tahun, digunakan analisis perimbangan antara besarnya penerimaan dan biaya yang dirumuskan sebagai berikut :
54
R
C
=
TR TC
dimana : TR = Total penerimaan TC = Total pengeluaran Dengan kriteria usaha : R/C > 1, usaha tersebut menguntungkan R/C = 1, usaha tersebut impas R/C < 1, usaha tersebut rugi Untuk menunjang penentuan prospek pengembangan budidaya ikan di jaring terapung di masa mendatang, dapat digunakan beberapa indikator. Indikator yang biasa digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya adalah sebagai berikut: 1. Net Present Value (NPV) Net present value adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa yang akan datang, dengan menghitung selisih antara manfaat dan biaya kini. Secara matematis NPV dapat dituliskan : i=n
NPV = ∑ t =1
( Bt − C t ) (1 − i ) t
dimana : Bt Ct
= =
Benefit kotor tahunan (annual gross Benefit) Biaya kotor tahunan (annual gross cost), tidak dilihat apakah biaya tersebut bersifat modal atau rutin
1 (1 + i )
=
Discount factor (DF)
i n
= =
Tingkat suku bunga bank Umur ekonomi usaha
Dengan kriteria pengambilan keputusan : Ø NPV > 0, berarti usaha tersebut layak diusahakan Ø NPV = 0, berarti usaha tersebut impas Ø NPV < 0, berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini (present value total) dari keuntungan bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bersifat negatif. Secara matematis dapat dituliskan :
55
( Bt − C t ) t t =1 t − C t > 0) Net B = t =n C (C t − Bt )( Bt − C t < 0) ∑ (1 + i) t t =1 t =n
∑ (1 + i) ( B
dimana : Bt Ct
= =
n i
= =
Benefit kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t Biaya kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t, tidak dilihat apakah biaya dianggap sebagai modal atau rutin Umur ekonomis usaha Tingkat suku bunga bank
Dengan Kriteria pengambilan keputusan : Ø Net B/C > 0, berarti usaha tersebut layak diusahakan Ø Net B/C = 0, berarti usaha tersebut impas Ø Net B/C < 0, berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat diskonto dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. Secara matematis dapat dituliskan: IRR = i + +
NPV + (i − − i + ) ( NPV − − NPV + )
dimana : i+ iNPV+ NPV-
= = = =
Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV pada tingkat suku bunga i+ NPV pada tingkat suku bunga i-
Dengan kriteria pengambilan kepurtusan : Ø IRR > i, artinya usaha tersebut dilanjutkan Ø IRR < i, artinya usaha tersebut tidak dilanjutkan 3.4.4. Dampak Budidaya Ikan di Kolam Jaring Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi
Apung
terhadap
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak genangan Waduk Cirata, baik yang tergenang tempat pemukimannya dan atau tempat mencari nafkahnya, dengan cara analisis terhadap masyarakat yang berada disekitar lokasi waduk Cirata yang berasal dari lokasi yang terkena genangan waduk Cirata. Tujuannya adalah untuk mengetahui
56
sejauh mana dampak keberadaan budidaya ikan jaring apung di waduk Cirata terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi waduk Cirata wilayah kabupaten Cianjur. Dalam penelitian ini dibedakan antara keluarga petani/pengusaha ikan jaring apung dengan keluarga bukan petani/penguasaha jaring apung A. Tingkat Kesejahteraan Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kesejahteraan antara keluarga petani/pengusaha jaring apung dengan keluarga bukan petani/keluarga jaring apung dilakukan dengan uji statistik Khi-Kuadrat (Umar, 2003). Pada penelitian ini menggunakan kriteria tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2001), kriteria ini mengacu pada 6 indikator kesejahteraan, yaitu : pendapatan, pengeluaran, pendidikan, kesehatan, kondisi rumah, dan fasilitas rumah, yang nilainya dihitung berdasarkan pedoman penentuan range skor. Untuk pengelompokkan variabel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Data yang Diolah dengan Analisis Faktorial Diskrimainan Responden
X1
X2
Variabel X3 X4
X5
X6
Total Skor
Tingkat Kesejahteraan
n1 n2 Keterangan : X1 X2 X3 X4 X5 X6 n1 n2
= Pendapatan = Pengeluaran = Pendidikan = Kesehatan = Kondisi Perumahan = Fasilitas Perumahan = Banyaknya observasi pada kelompok 1 = Banyaknya observasi pada kelompok 2
Menurut BPS (2001), tingkat kesejahteraan masyarakat dibedakan atas 3 (tiga) kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Adapun indikatornya secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
57
Tabel 6. Indikator Tingkat Kesejahteraan No.
Indikator Tingkat Kesejahteraan
1.
Tingkat pendapatan/penghasilan keluarga diukur dari besarnya pendapat keseluruhan RT per kapita dalam sebulan yang dinyatakan dalam satuan rupiah > Rp. 200.000 Rp. 150.000 – Rp. 200.000 < Rp. 150.000 Tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga diukur dari besarnya pengeluaran RT per kapita dalam sebulan yang dinyatakan dalam satuan rupiah > Rp. 140.000 Rp. 140.000 – 104.000 < Rp. 104.000 Pendidikan keluarga yang dimiliki dalam pendidikan formal dinyatakan dalam % (berdasarkan Ditjen Bangda Depdagri, 1997), yaitu: > 60% jumlah anggota keluarga tamat SD 30 – 60% jumlah anggota keluarga tamat SD < 30% jumlah anggota keluarga tamat SD Kesehatan keluarga dalam sebulan mengalami sakit dinyatakan dalam %, yaitu : < 25% jumlah anggota keluarga sering sakit 25 – 50% jumlah anggota keluarga sering sakit > 50% jumlah anggota keluarga sering sakit
2.
3.
4.
5.
6.
Kondisi perumahan, terdiri dari : 1) Atap : Daun (1), Sirap (2), Seng (3), Asbes (4), Genteng (5) 2) Bilik : Bambu (1), Bambu kayu (2), Kayu (3), Setengah tembok (4), Tembok (5) 3) Status : Numpang (1), Sewa (2), Milik sendiri (3) 4) Lantai : Tanah (1), Papan (2), Plester (3), Ubin (4), Porselin (5) 5) Luas perumahan : sempit (< 50 m2) (1), Sedang (50 – 100 m2) (2), Luas (> 100 m2) (3) Fasilitas rumah tangga terdiri dari : 1. Pekarangan : Sempit (< 50 m2) (1), Sedang (50 – 100 m2) (2), luas (> 100 m2) (3) 2. Hiburan : Radio (1), Tape recorder (2), TV (3), Video (4) 3. Pendingin : Alam (1), Kipas angina (2), Lemari es (3), AC (4) 4. Sumber penerangan : Lampu temple (1), Petromak (2), Listrik (3) 5. Bahan baker : Kayu (1), Minyak tanah (2), Gas (3) 6. Sumber air : Sungai (1), Air hujan (2), Mata air (3), Umur (4), PAM (5) 7. MCK : Kebun (1), Sungai/Laut (2), Kamar mandi umum (3), Kamar mandi sendiri (4)
Kualifikasi
Skor
Tinggi Sedang Rendah
3 2 1
Tinggi Sedang Rendah
3 2 1
Tinggi Sedang Rendah
3 2 1
Baik Sedang Buruk
3 2 1
Permanen (skor 15 – 21) Semi permanen (skor 10 – 14) Tidak permanen (skor 5 – 9)
3 2 1
Lengkap (skor 21 – 27) Semi lengkap (skor 14 – 20) Tidak lengkap (skor 7 – 13)
3 2 1
58
Dengan menjumlahkan skor yang diperoleh, dapat diketahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan dengan klasifikasi sebagai berikut : Ø Tingkat kesejahteraan tinggi, jika jumlah skor (> 14 – 18) Ø Tingkat kesejahteraan sedang, jika jumlah skor (> 10 – 14) Ø Tingkat kesejahteraan rendah, jika jumlah skor (6 – 10) Untuk mengetahui perbedaan tingkat kesejahteraan antara keluarga petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan keluarga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung dilakukan uji statistik Khi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut : r
k
X = ∑∑ 2
(Oij − Eij ) 2 Eij
i =1 j =1
dimana : Oij
=
Eij
=
R k Db
= = =
Banyaknya kasus yang diobservasi dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j Banyaknya rata-rata kasus yang diobservasi dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j Banyaknya baris Banyaknya kolom (r-1)(k-1)
Apabila hasil uji X2 hitung > X2 tabel db 5 dengan tingkat kepercayaan 95% 5%), maka terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan antara keluarga petani/ pengusaha jaring apung dengan kelurga bukan petani/pengusaha jaring apung. Sebaliknya apabila hasil uji X2 hitung < X2 tabel dengan tingkat kepercayaan 95% 5%), maka tidak terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan antara keluarga petani/ pengusaha jaring apung dengan kelurga bukan petani/pengusaha jaring apung. Selanjutnya jika ada perbedaan yang nyata (signifikan), untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara tingkat kesejahteraan keluarga pengusaha/petani ikan jaring apung dengan keluarga bukan pengusaha/petani ikan jaring apung digunakan rumus Koefisien Kontingensi (Bengen, 2000), dengan rumus sebagai berikut : C= dimana :
x2 x2 + n
59
C X2 n
= Koefisien Kontingensi = Nilai Khi-Kuadrat = Jumlah sampel
Nilai C berkisar antara 0 – 1, sebagai berikut : 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8
C < 0,2 = sangat tidak erat C < 0,4 = tidak erat C < 0,6 = kurang erat C < 0,8 = erat C < 1,0 = sangat erat
Secara khusus dianalisis juga perbedaan tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran antara petani/pengusaha ikan di jaring apung dengan bukan petani/ pengusaha ikan di jaring apung. B. Surplus Produsen Untuk mengetahui selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya budidaya ikan maka dilakukan analisis surplus produsen, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
π = TR − TC TR = TR1th x ∑ U k TC = TC1th x ∑ U k
Dimana : π TR TC TR1th Uk TC1th
= Jumlah pendapatan = Total revenue (total penerimaan ) = Total cost (total biaya usaha budidaya) = Total Revenue satu tahun = Jumlah Unit Kolam = Total Revenue satu tahun
3.4.5. Dampak Budidaya Ikan di Kolam Jaring Apung Terhadap Pembanguan Ekonomi Kabupaten Cianjur Untuk menganalisis dampak keberadaan budidaya ikan jaring apung di Waduk Ciarata terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur menggunakan analisis input – output tahun 2006.
60
A. Membangun Tabel Input – Output Kabupaten Cianjur Sehubungan Kabupaten Cianjur belum memiliki Tabel Input – Output, maka langkah pertama adalah pembuatan Tabel Input – Output Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan untuk membangun Tabel I – O adalah dengan metode RAS, yaitu dengan cara menurunkan dari tabel I – O Provinsi Jawa Barat, dengan bantuan data PDRB Kabupaten Cianjur tahun 2006, dengan asumsi kondisi Propinsi Jawa Barat sama dengan kondisi Kabupaten Cianjur. Struktur Tabel I – O yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Kuadran I merupakan gambaran transaksi antar sektor dalam proses produksi (tabel transaksi antara), kuadran II menunjukkan matriks permintaan akhir terhadap output masing-masing sektor, dan kuadran III menunjukkan nilai tambah (value added) masing-masing sektor faktor produksi (kecuali impor). Pada kuadran I, baris merepresentasikan distribusi penjualan output suatu sektor tertentu ke sektor lain, sedangkan kolom/lajur merepresentasikan distribusi penjualan sektor tertentu pada sektor lainnya. Tabel 7. Struktur Tabel I – O Kabupaten Cianjur Permintaan Antara Permintaan Akhir Sektor Produksi Output 1 ... j ... n (Y) X11 ... Xij ... X1n RT1 KP1 PM1 S 1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Xi1 ... Xij ... Xin RTi KPi PMi Si ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Xn1 ... Xnj ... Xnn RTn KPn PMn S n L1 ... Lj ... Ln Kuadran I
Input Primer (V)
Sektor Produksi
Input Antara
1 2 . i . . n Upah dan Gaji Rumah Tangga Nilai T1 ... Tj ... Tn Tambah Lain Impor M1 ... Mj ... Mn Total Input I1 ... Ij ... In Dengan sektor produksi sebagai berikut : 1. Padi 2. Jagung 3. Umbi-umbian 4. Kacang—kacangan
Kuadran II Kuadran III
E1 ... ... Ei ... ... En
Total Output X X1 ... ... Xi ... ... Xn
61
5. Buah dan sayur-sayuran 6. Tanaman Bahan Makanan lainnya 7. Perkebunan 8. Ternak dan hasil-hasilnya 9. Unggas dan hasil-hasilnya 10. Kehutanan 11. Perikanan laut 12. Perikanan darat (tambak, kolam, sawah) 13. Budidaya Ikan di Jaring Apung 14. Pembenihan/Pendederan ikan 15. Pertambangan dan Penggalian 16. Industri pengilangan minyak bumi 17. Industri makanan, minuman, dan tembakau 18. Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki 19. Industri kayu, bambu, rotan dan forniture 20. Industi kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penjilidan 21. Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik 22. Industri semen & barang galian bukan logam 23. Industri logam dasar besi & baja 24. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 25. Industri Pengolahan lainnya 26. Listrik 27. Air Bersih 28. Konstruksi 29. Perdagangan 30. Hotel 31. Restoran 32. Angkutan rel 33. Angkutan Jalan Raya 34. Angkutan sungai dan danau 35. Penunjang angkutan 36. Komunikasi 37. Bank, Lembaga Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan 38. Pemerintahan umum dan pertahanan 39. Jasa social dan kemasyarakatan 40. Jasa perorangan dan rumah tangga Berdasarkan tabel 7 di atas, diperoleh beberapa hubungan persamaan sebagai berikut : X11 + X12 +...... + X1j + ...... + X1n + Y1 = X1 + M1 X21 + X22 + ..... + X2j + ....... + X2n + Y2 = X2 + M2 . . . . . . Xi1 + Xi2 + .....+ Xij + ....... + Xin + Yi = Xi + Mi . . . . . .
62
Xn1 + Xn2+....... + Xnj+ ........ + Xnn+ Yn = Xn + Mn Dimana Yi = RTi + KPi + PMi + Si dan Yi = permintaan akhir. Jadi persamaan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : n
∑X j =1
ij
+ Yi = X i + M i , untuk i = 1, 2, ........, n
Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j, Yi adalah permintaan akhir terhadap sektor i, dan Mi adalah impor sektor i. Jadi bisa diartikan bahwa jumlah permintaan antara ditambah permintaan akhir sama dengan jumlah output ditambah impor atau jumlah permintaan sama dengan jumlah penyediaan. Sehingga persamaan di atas dapat dirumuskan menjadi : n
X i = ∑ X ij + Yi − M i j =1
Apabila dirumuskan per kolom j (vertikal) dapat diformulasikan persamaan sebagai berikut : X11 + X21 +...... + Xi1 + ...... + Xn1 + V1 = I1 X12 + X22 + ..... + Xi2 + ....... + Xn2 + V2 = I2 . . . . . . X1j + X2j + .....+ Xij + ....... + Xnj + Vj = Ij . . . . . . X1n + X 2n+....... + Xin+ ....... + Xnn+ Vn = In Persamaan di atas dapat dirumuskan kembali sebagai berikut : n
∑X i =1
ij
+ V j = I j , dimana j = 1, 2, .............., n
B. Tabel Koefisien Input Untuk keperluan analisis, parameter yang paling utama adalah koefisien teknologi atau koefisien input (a ij) yang dihitung dari tabel transaksi dengan cara membagi tiap angka dalam kolom tersebut dengan total outputnya, dengan rumus sebagai berikut :
a ij =
X ij Xj
atau Xij = aij . Xj
63
Dimana : aij
=
Xj Xij
= =
Jumlah output sektor i yang dipergunakan sebagai input antara oleh sektor j (=koefisien input antara sektor j dari sektor i) Output domestik sektor j Banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j untuk menghasilkan output sebesar Xj
Dengan demikian tabel koefisien input
secara matematis dapat
diformulasikan sebagai berikut : a11X1 + a12X2 +...... + a1jXj + ...... + a 1nXn + Y1 = X1 + M1 a21X1 + a22X2 + ..... + a2jXj + ....... + a 2nXn + Y2 = X2 + M2 . . . . . . ai1X1 + ai2X2 + .....+ a ijXj + ....... + ainXn + Yj = Xj + Mj . . . . . . an1X1 + an2X 2+....... + aijXnj+ ...... + annXnn+ Yn = Xn + Mn
Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut :
a11 a 21 . a n1
ai 2 a 22 . an 2
. . aij .
X 1 Yi X 1 M 1 ain X 2 Y2 X 2 M 2 a 2 n . . . . + = + . X i Yi X i M i a nn . . . . X n Yn X n M n
Dengan notasi matriks dirumuskan sebagai berikut : AxX+Y=X+M Maka X – AX = Y – M (I – A)X= Y – M à I = Matriks Identitas X = (I – A)-1 (Y – M)à (I – A)-1 disebut matriks kebalikan leontief C. Analisis Keterkaitan Koefisien keterkaitan (linkages) ini sering digunakan untuk menyusun prioritas-prioritas sektor dalam perekonomian dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Keterkaitan antarsektor perekonomian mengukur derajat saling ketergantungan antarsektor.
64
Keterkaitan ini memberi petunjuk sejauh mana pertumbuhan suatu sektor mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Keterkaitan semacam ini sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Sembiring, 1995). Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Untuk mengetahui besarnya
keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut : n
Fi =
∑ Xij j =1
Xi
n
= ∑ a ij j =1
dimana : Fi Xij Xi aij
= Keterkaitan langsung ke depan = Banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j = Total output sektor i (antara dan akhir) = Unsur matriks koefisien teknis
Besaran ini diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen dalam setiap baris dari tabel transaksi dibagi dengan total output sektor tersebut. Bila Fi lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa output dan sektor tersebut secara relatif lebih banyak digunakan oleh sektor-sektor lain sebagai input. Hal ini berarti sektor tersebut dapat menimbulkan derived supply yang besar. Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke belakang suatu sektor, digunakan rumus sebagai berikut : n
Bi =
∑ Xij j =1
Xi
=
n
∑ ai j =1
j
dimana : Bi Xij Xi aij
= Keterkaitan langsung ke belakang = Banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j = Total output sektor i (antara dan akhir) = Unsur matriks koefisien teknis
65
Bila Bi lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kaitan yang kuat. Artinya banyak mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam derived demand yang ditimbulkan oleh sektor ini. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut : FLTLi =
n
∑ Cij j =1
dimana : FLTLi = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan Cij = Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka Bila permintaan akhir setiap sektor perekonomian meningkat 1 unit (yang berarti peningkatan permintaan akhir seluruh sektor perekonomian sebesar r unit), maka sektor i tersebut dapat menyumbang pemenuhannya sebesar Cij. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang digunakan rumus sebagai berikut : BLTLj
=
n
∑ Cij j =1
dimana : BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan tersebut menunjukkan kekuatan sesuatu sektor dan mendorong peningkatan produksi seluruh sektor perekonomian.
Atau dengan kata lain
seberapa besar permintaan akhir suatu sektor dapat meningkatkan total output sektor-sektor perekonomian.
Besaran ini
didapat
dengan menjumlahkan
peningkatan menurut kolom elemen-elemen matriks (I – A)-1. Dari rumus itu didapat bahwa bila permintaan akhir sektor j naik satu unit, produksi seluruh sektor perekonian naik sebesar
Cij unit.
66
D. Koefisien Penyebaran Analisis ini merupakan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu perekonomian.
Koefisien penyebaran (coefficient of dispersion)
merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Lontief (Kriswantriyono, 1994). Secara matematik dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : n
Bd =
n∑ Cij n
i =1 n
∑∑ Cij i =1 j =1
dimana : Bd Cij
= Koefisien Penyebaran = Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
Apabila nilai indeks Bd dari sektor i > 1, hal ini menunjukkan sektor tersebut memperoleh pengaruh yang tinggi dari sektor lain. Dengan perkataan lain, sektor tersebut peka terhadap pengaruh sektor lain, atau terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. E. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran (senstitity of dispersion) merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh kebalikan Leontief. dinyatakan sebagai berikut : n
Fd =
n ∑ Cij n
i =1 n
∑∑ Cij i =1 j =1
dimana : Fd
= Kepekaan penyebaran
Secara matematik analisis ini dapat
67
Apabila indeks Fd dari sektor j > 1, berarti sektor tersebut mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap sektor lain atau perekonomian secara keseluruhan (Kriswantriyono, 1994). F. Pengganda Pengganda (multiplier) adalah pengukuran suatu respon atau merupakan dampak dari stimulus ekonomi. Pengganda juga didefinisikan sebagai koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu unit terhadap produksi total semua sektor di suatu daerah Stimulus ekonomi yang dimaksud dapat berupa output, pendapatan atau kesempatan kerja. Masing-masing pengganda tersebut masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu tipe I dan tipe II yang akan dijelaskan kemudian. Sebagaimana telah dikemukanan bahwa multiplier dapat dibedakan menjadi output multiplier, income multiplier, dan employment multiplier. Masing-masing multipler tersebut dapat dibagi dua menjadi tipe I dan tipe II. 1) Pengganda Output (Output Multiplier) Pengganda output tipe I bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pengganda output tipe II bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap output sektor yang lain, baik secara langsung, tidak langsung maupun induksi. Pengganda Output Tipe I : MOSj =
n
∑ Cij j =1
dimana : MOSj = Pengganda output Tipe I sektor j Cij = Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka Pengganda Output Tipe II : MOTj =
n +1
∑ Dij j =1
dimana : MOTj = Pengganda output Tipe II sektor j Dij = Unsur matriks kebalikan Leonteif tertutup
68
2) Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pengganda pendapatan tipe I adalah besarnya peningkatan pendapatan pada sektor perekonomian akibat meningkatnya permintaan akhir output suatu sektor sebesar satu unit. Akhirnya apabila permintaan terhadap output sektor tertentu meningkat sebesar satu rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada seluruh sektor perekonomian sebesar nilai pengganda pendapatan sektor yang bersangkutan. Sedangkan pengganda pendapatan tipe II selain menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effect). Pengganda Pendapatan Tipe I : n
an+1 j .Cij
i =1
an+1 j
MPSj= ∑
dimana : MPSj = Pengganda pendapatan Tipe I sektor ke j an+1j = Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor j Cij = Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka Pengganda Pendapatan Tipe II : n+1
an+1 j .Dij
i =1
an+1 j
MPTj = ∑
dimana : MPTj = Pengganda pendapatan Tipe II sektor j Dij = Unsur matriks kebalikan Leontief tertutup 3.5. Green Input
Output Budidaya Ikan di Jaring Apung
Green input output adalah analisis input – output yang telah diperluas atau disesuaikan khusus budidaya ikan di jaring apung beserta sektor-sektor yang terkait termasuk di dalamnya memperhitungkan aspek penurunan kualitas air waduk sebagai output negatif dari perekonomian ke sistem alami dan sebagai input dari sistem alami ke perekonomian. Model green input – output ini merupakan model input – output yang diperluas kerangka dasarnya dengan memasukkan keterkaitan suatu sektor dengan sektor ekosistem, dimana penurunan kualitas air waduk diinternalisasikan sebagai pengurang dari koefisien input – output. Dengan menginternalisasikan penurunan kualitas air waduk dalam tabel I-O, nilai matriks akan berkurang sehingga setelah
69
data diolah akan terlihat penurunan pengganda (output, pendapatan, dan tenaga kerja) sektor budidaya ikan di jaring apung. Struktur tabel Green input – output dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Input Primer
1 2 . i . . n Upah dan Gaji Rumah Tangga Nilai Tambah Lain Impor Total Input Input Penurunan Kualitas Air Total Input Bersih Sektor Produksi
Input Antara
Tabel 8. Struktur Tabel Input – Output Perikanan Budidaya Ikan Jaring Apung Permintaan Antara Sektor Produksi
Permintaan Akhir Output
1 X11 ... ... Xi1 ... ... Xn1 L1
Y1 ... ... Yi ... ... Yn
... ... ... ... ... ... ... ... ...
j Xij ... ... Xij ... ... Xnj Lj
... ... ... ... ... ... ... ... ...
n X1n ... ... Xin ... ... Xnn Ln
(Y) E1 ... ... Ei ... ... En Kuadran I
Total Output X X1 ... ... Xi ... ... Xn
Output Penurunan Kualitas Air N N1 ... ... Ni ... ... Nn
Kuadran II V1
...
Vj
...
Vn
M1 I1 R1
... ... ...
Mj Ij Rj
... ... ...
Mn In Rn
T1
...
Tj
...
Tn
Kuadran III
Sumber : Axel J. Schaffer (2002) disesuaikan Dengan sektor produksi sebagai berikut : 1. Perikanan darat (tambak, kolam, sawah) 2. Budidaya Ikan di Jaring Apung 3. Pembenihan ikan/Pendederan ikan 4. Industri kayu, bambu, rotan dan furniture 5. Air bersih 6. Perdagangan 7. Hotel 8. Restoran 9. Angkutan jalan raya 10. Angkutan sungai dan danau 11. Komunikasi 12. Bank atau Lembaga Keuangan 13. Pemerintahan umum dan pertahanan 14. Jasa sosial dan kemasyarakatan 15. Jasa perorangan dan rumah tangga Untuk menghitung besarnya penurunan kualitas air adalah dengan cara mengasumsikan penurunan produksi dari tahun sebelumnya, atau selisih antara
70
produksi tahun ini dengan tahun sebelumnya, rumusnya dapat ditulis sebagai berikut : PKA
= PPI
PPI
= PPD1 – PPD2
Dimana : PKA PPI PPD1 PPD2
= = = =
Nilai Penurunan Kualitas Air Waduk Nilai Penurunan Produksi Ikan di Jaring Apung Nilai Produksi Ikan Tahun 2005 Nilai Produksi Ikan Tahun 2006
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Kondisi Wilayah 4.1.1. Wilayah Administratif Kabupaten Cianjur, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Cianjur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di utara, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Sukabumi di barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di Lampiran 2. Kabupaten Cianjur terdiri atas 30 Kecamatan, 348 Desa dan 6 Kelurahan. pemerintahan di Kecamatan Cianjur.
Pusat
Ke-30 kecamatan tersebut, yaitu :
Agrabinta, Leles, Bojongpicung, Campaka, Campaka Mulya, Cianjur, Cibeber, Cibinong, Cidaun, Cikadu, Cikalongkulon, Cilaku, Ciranjang, Cugenang, Kadupandak, Cijati, Karangtengah, Mande, Naringgul, Pacet, Cipanas, Pagelaran, Sindangbarang, Sukaluyu, Sukanagara, Sukaresmi, Takokak, Tanggeung, dan Warungkondang, Gekbrong.
Banyaknya Desa/Kelurahan, RW dan RT setiap
kecamatan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3 (PMD dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007) 4.1.2. Keadaan Umum Wilayah Sebagian besar wilayah kabupaten Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %)
72
berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lainlain. Pandan Wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan satu-satunya beras wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan satu-satunya beras terbaik yang tidak ditemukan di daerah lain dan menjadi trade mark Cianjur dari masa ke masa. Rasanya enak dan harganya pun relatif lebih tinggi dari beras biasa. Di Cianjur sendiri, pesawahan yang menghasilkan beras asli Cianjur ini hanya di sekitar Kecamatan Warungkondang, Cugenang dan sebagian Kecamatan Cianjur. Luasnya sekitar 10,392 Ha atau 10,30% dari luas lahan persawahan di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata per- hektar 6,3 ton dan produksi per-tahun 65,089 ton. 4.2.Penduduk 4.2.1. Laju pertumbuhan penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun 1995 sebanyak 1.745.763 jiwa tahun 2000 sebanyak 1.922.106 jiwa, dan pada tahun 2005 sebanyak 2.098.644 jiwa. Selama periode tahun 1995-2005 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cianjur rata-rata sebesar 1,86% per tahun. Angka laju pertumbuhan penduduk berdasarkan data Susenas lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk berdasarkan pencacahan sensus penduduk (SP) tahun 2000 sebesar 1,57% tahun 0,25persen dibanding laju pertumbuhan penduduk hasil sensus penduduk (SP) tahun 1990 yaitu sebesar 1,82%. Angka itu masih berada diatas laju pertumbuhan penduduk secara nasional yaitu 1,49%, namun masih dibawah rata-rata jawa barat pada periode 2004-2005 sebersar 2,09%. Dilihat dari setiap Kecamatan, angka laju pertumbuhan penduduknya sangat fluktuatif, dengan angka tertinggi derada diatas rata-rata kebupaten ditepati oleh kecamatan Karangtengah (3,72%), Mande (2,75%), Ciranjang (2,20%), Cugenang (1,96%), Bojongpicung (1,87%), dan Pacet (1,96%). Masih tinggiya angka laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Cianjur selama periode tahun 1995-2005 ini antara lain disebabkan oleh masih belum terkendalinya angka kelahiran total (Total Fertility Rate /TFR). Idealnya laju pertumbuhan ini harus dapat ditekan sampai mendekati angka 1% atau bahkan kurang. Berdasarkan series tahun 19952005, pencacahan sensus diprediksikan untuk kurun waktu 2005-2015, perkiraan
73
laju pertumbuhan penduduk Kabupten Cianjur rata-rata akan jatuh pada angka 1,62%-1,86%. 4.2.2. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2006 sekitar 606,89 jiwa per km², namun kepadatan penduduk tersebut tidak merata, yaitu : 46,62 % di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78 %, 31,11 % di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25 %, dan 22,27 % di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70 %. Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Cianjur sebanyak 151.981 jiwa dan Kecamatan Karangtengah sebanyak 124.855 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa adalah Kecamatan Cibeber (117.651 jiwa), dan Kecamatan Bojongpicung (104.886 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Campakamulya sebanyak 24.318 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa adalah Kecamatan Kadupandak (49.119), Sukanagara (47.311), dan Gekbrong (47.430). Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi di wilayah Cianjur utara antara lain Kecamatan Cianjur (6.483,83 jiwa/km²), Karangtengah (3.181,02 jiwa/km²), Kercamatan Ciranjang (2.348,32 jiwa/km²), Pacet (1.818,92 jiwa/km²), Sukaluyu (1.601,02 jiwa/km²), Cipanas (1.575,13 jiwa/km²), Cilaku (1.502,91 jiwa/km²), Cugenang (1.442,94 jiwa/km²), dan Warungdoyong ( 1.327,20 jiwa/km²). Sementara itu kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk geografis terkecil adalah kecamatan Naringgul (186,38 jiwa/km²) dan kecamatan Agrabinta (190,15 jiwa/km²). Sedangkan berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2011 kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Karangtengah dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 10.014 jiwa/km². Sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah pada tahun 2011 adalah kecamatan Cidaun dan Naringgul, masing-masing memiliki kepadatan penduduk sebesar 165 jiwa/km² dan 194 jiwa/km². Jumlah penduduk dan luas wilayah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (Suseda dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007).
74
4.2.3. Mata Pencaharian penduduk Lapangan usaha atau pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 57.46 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 47,73 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 17,53% serta sektor transportasi dan komunikasi yaitu sekitar 7,25%. Selengkapnya tentang jumlah penduduk 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9.
Penduduk 10 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2006.
No.
Lapangan Usaha/Utama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan/Galian Industri Liatrik, gas, dan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa JUMLAH
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 328.654 174.436 3.903 410 31.966 7.751 1.782 44.763 90.914 62.583 62.111 1.372 8.019 1.711 32.628 22.117 605.150
270.380
Jumlah 503.090 4.313 39.717 1.782 44.763 153.497 63.483 9.730 54.745 875.530
Sumber : Suseda dalam BPS Kabupaten Cianjur (2007) 4.2.4. Agama Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98 %, sedangkan penduduk non muslim mencapai 2 %, dengan rincian sebagai berikut : penduduk bergama Islam = 1.893.203 orang (98 %), penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7 %), dan penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang (0,3 %). 4.2.5. Tingkat Partisipasi penduduk Tingkat Partisipasi Usia Sekolah Tahun 2006 adalah sebagai berikut : Angka Pastisipasi Kasar SD/MI/Paket A Setara mencapai 297.549 jiwa atau 14,00%,
75
Angka Pastisipasi Kasar SMP/MTs/Paket B Setara mencapai 101.530 jiwa atau 4,78%, dan Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK mencapai 22.810 jiwa atau 1,07%. Selengkapnya tentang jumlah penduduk yang masih bersekolah pada SD, SLTP, dan SLTA dapat dilihat pada lampiran 5 (Dinas P dan K dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007). 4.2.6. Derajat Kesehatan Masyarakat Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Cianjur tahun 2006 adalah sebagai berikut : (1) Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 373 per 100.000 kelahiran, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 420 per 100.000 kelahiran, (2) Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 62 per 1.000 kelahiran hidup, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 65,38 per 1.000 kelahiran hidup, dan (3) Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai rata-rata 66,45 tahun, naik dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 62 tahun. 4.3. Transportasi Ibukota kabupaten Cianjur dilintasi jalan nasional (Jakarta-Bogor-Bandung), serta jalur kereta api Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur. 4.4. Waduk Cirata 4.4.1. Sistem Batas Waduk Cirata Sistem batas Waduk Cirata adalah sebagai berikut : (1) sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, (2) sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung (sekarang menjadi Kabupaten Bandung Barat), (3) sebelah barat berbatasan dengan Desa Kamurang dan Desa Gudang – Kecamatan Cikalong Kulon, Desa Mande dan Desa Bobojong serta Desa Cikidang Bayabang – Kecamatan Mande, dan Desa Sindang Raja – Kecamatan Sukaluyu, (3) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sindang Sari, Sindang Jaya, Kertajaya, dan Gunung Sari – Kecamatan Ciranjang. Peta Waduk Cirata dapat dilihat pada Lampiran 6.
76
4.4.2. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) PLTA Waduk Cirata terletak di daerah Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru Plered, Kabupaten Purwakarta. Berdiri sejak tahun 1988, Fungsi utama waduk Cirata adalah sebagai Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). Air yang digunakan berasal dari Waduk (danau) Cirata yang bersumber dari aliran Sungai Citarum. Dengan 8 unit pembangkit, PLTA Cirata memiliki total daya terpasang 1.008 MW, dan mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.132,72 GWh per tahun yang disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. PLTA Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai di bawah tanah yang terletak di bawah gunung. Pengoperasian pembangkit ini dikendalikan dari ruang kontrol switchyard yang berjarak sekitar 2 km dari Power House di mana mesin-mesin pembangkit ditempatkan. PLTA Cirata mendapatkan sertifikat ISO 14001 pada tanggal 2 Juni 2003 dari KEMA. Penghargaan SMK3 diperoleh pada tahun 1999 & 2002 dari TUV. Pada tanggal 23 Oktober 2003, PLTA Cirata meraih sertifikat ISO 9001 dan juara 2 PLTA Type Reservoir. 4.4.3. Genangan Waduk Cirata Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62 km2 akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur, yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata rekreasi berbasis air. Saat ini objek wisata tirta yang paling berkembang dan ramai dikunjungi wisatawan lokal di kawasan Waduk Cirata adalah Jangari dan Calingcing di Kabupaten Cianjur. Kawasan Waduk Cirata dengan luas 43.777,6 ha terdiri dari 37.577,6 ha wilayah daratan dan 6.200 ha wilayah perairan. Fungsi utama waduk sebagai pembangkit tenaga listrik, ternyata menimbulkan berbagai kegiatan ikutan yang berkembang di kawasan Cirata, termasuk pariwisata. Dengan memanfaatkan kondisi alam dan lingkungan air yang terbentuk di kawasan ini, potensi daya tarik
77
wisata tersebut berkembang dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke beberapa lokasi di kawasan Waduk Cirata. 4.4.4. Waduk Cirata sebagai Obyek Wisata Kawasan waduk Cirata yang sudah berkembang menjadi objek wisata adalah daerah (1) Jangari yang terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande yang berjarak ± 17 km dari pusat kota Kabupaten Cianjur, memiliki luas sekitar 15 ha.
(2) Calingcing berlokasi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang,
sekitar 20 km dari pusat kota Kabupaten Cianjur, dengan luas sekitar 5 ha. Kedua lokasi tersebut sangat strategis karena berada pada titik pertemuan dua lintasan pintu masuk menuju wilayah pengembangan pariwisata Cirata yaitu dari arah Cianjur (Jakarta dan Bogor) serta Ciranjang (dari Bandung) yang memiliki potensi pasar wisatawan yang sangat besar. Untuk menuju ke Jangari terdapat rute angkutan umum dari pusat kota Cianjur. Aksesibilitas ke Calingcing tidak sebaik Jangari. Lokasi Calingcing lebih jauh dari pusat kota Kabupaten Cianjur dan angkutan umum menuju lokasi tersebut tidak sebanyak ke lokasi Jangari. Di lokasi Jangari dan Calingcing wisatawan dapat menikmati rekreasi alam terbuka, dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti melihat-lihat pemandangan genangan air waduk, berperahu, memancing atau hanya sekedar berjalan-jalan dan duduk–duduk bersama teman atau keluarga sambil menikmati makanan yang mereka bawa. Kegiatan berperahu mengelilingi waduk Cirata dikenai tarif sekitar Rp. 60.000,- untuk berperahu selama 2-3 jam. Atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung pada saat berperahu mengelilingi waduk adalah melihat jaring terapung dan budidaya ikan sambil menikmati hidangan berupa ikan bakar/goreng yang disediakan oleh salah satu rumah makan terapung yang terdapat di lokasi tersebut. Namun saat ini, populasi jaring terapung yang cukup banyak terkesan hampir menutupi permukaan waduk, sehingga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan/pengunjung pada saat melakukan pesiar, karena menghalangi pemandangan keseluruhan. Fasilitas penunjang yang tersedia di lokasi Jangari diantaranya pelataran parkir yang cukup luas, namun sayangnya belum tertata dengan baik. Hal tersebut terlihat pada saat hari libur dengan jumlah pengunjung yang banyak, ruang parkir
78
menjadi tidak teratur dan terkesan semrawut. Fasilitas lainnya yaitu toilet umum namun kondisinya kurang bersih, demikian juga dengan kondisi lingkungan keseluruhan. Saung-saung yang te rletak di sepanjang jalan di dekat pusat keramaian Jangari dapat disewa oleh pengunjung untuk dudukduduk dan beristirahat. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan juga tersedia kios-kios dan warungwarung makanan yang menjual berbagai makanan dan minuman serta barangbarang dagangan lainnya. Selain warung, pedagang kaki lima terlihat cukup banyak menggelar dagangannya. Letak kios dan warung-warung tersebut saat ini belum tertata dengan baik, dan kurang menjaga kebersihan sekitarnya. Sebagian besar kios-kios tersebut terletak di tepi sempadan genangan, sehingga menghalangi pemandangan langsung ke bentangan waduk. Untuk menambah daya tarik wisata di Jangari pada setiap hari libur/besar pihak pengelola menyediakan atraksi-atraksi kesenian tradisional maupun modern yang digemari oleh para pengunjung seperti jaipongan atau musik dangdut. Saat ini pengelolaan objek dan daya tarik wisata Jangari dan Calingcing dilaksanakan oleh Pemda Cianjur, mengingat kedua lokasi tersebut berada pada wilayah administrasi Kabupaten Cianjur.
Objek wisata Calingcing tidak seramai dan belum
berkembang seperti Jangari. Selain lokasinya lebih jauh dari jalan raya Cianjur, tempat ini juga tidak dilalui kendaraan umum. Fasilitas yang tersedia di Calingcing pun tidak selengkap dan sebanyak yang terdapat di Jangari, meskipun harga tiket masuk yang dikenakan ke pengunjung sama, yaitu Rp. 1000,-/orang. Selain Jangari dan Calingcing, lokasi lainnya relatif belum berkembang dan dikunjungi wisatawan. Padahal lokasi dimana dam site Cirata berada potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pendidikan dan penelitian berbasis teknologi. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) bahkan telah memiliki rencana pengembangan kawasan ini untuk menjadi resor wisata, namun pembangunannya terhambat masalah sumber daya. Jika dilihat dari kedatangan pengunjung di kawasan Waduk Cirata ini terlihat bahwa pengunjung sangat terkonsentrasi di objek wisata Jangari. Jumlah pengunjung objek wisata tersebut pada tahun 2001 adalah 17.516 orang (Dishubpar dalam BPS Kab. Cianjur, 2002). Jumlah ini sebenarnya mencakup
79
pengunjung ke objek wisata Calingcing juga dan diperkirakan masih dibawah angka yang sesungguhnya karena banyaknya pengunjung yang tidak membeli karcis masuk. Pengunjung ke tempat lainnya di kawasan Waduk Cirata masih sangat terbatas, kalau pun ada jumlahnya sangat sedikit dan sproradis. Dari hasil studi yang dilakukan Bappeda Jawa Barat di kawasan Waduk Cirata tahun 2002, wisatawan yang berkunjung ke Jangari berasal dari Cianjur (82,3%), Bandung (3,2%) dan dari Jawa Barat lainnya (14,5%). Sangat jarang ditemui pengunjung dari luar Jawa Barat, apalagi wisatawan mancanegara. Kelompok usia pengunjung adalah muda dewasa dari golongan pendapatan menengah bawah. Tidak tampak perbedaan mencolok antara persentase pengunjung pria maupun wanita. Secara umum karakteristik tersebut merupakan karakteristik pengunjung ke objek wisata rekreasi. Berdasarkan karakteristik perjalanannya ternyata objek wisata Jangari ini adalah tujuan tunggal wisatawan. Hanya 9% yang juga mengunjungi objek wisata lainnya selain Jangari dalam kunjungan wisata tersebut. Yang cukup menarik adalah bahwa kunjungan untuk lebih dari yang keduakalinya memperlihatkan persentase yang cukup besar yaitu 61,5%. Lebih dari 90% yang berkunjung untuk yang keduakalinya ini berasal dari Cianjur. Pengunjung umumnya menghabiskan waktu antara 3-5 jam di objek wisata ini, dengan kegiatan utama melihat-lihat panorama waduk (sight seeing). Kegiatan berperahu ternyata tidak banyak menarik pengunjung, diperkirakan juga karena harus mengeluarkan biaya lebih. Hasil studi karakteristik tersebut memperlihatkan bahwa objek wisata Jangari saat ini baru merupakan konsumsi pengunjung lokal, yaitu dari Cianjur dan sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan di objek tersebut saat ini merupakan kegiatan rekreasi umum berbasis alam, khususnya air. Potensi daya tarik yang dimiliki kawasan Waduk Cirata secara keseluruhan sebenarnya sangat beragam. Selain daya tarik wisata tirta yang menjadi objek wisata rekreasi paling berkembang saat ini, bendungan dengan teknologi pembangkit listrik di dalam perut bumi mer upakan objek wisata pendidikan dan penelitian yang belum tergali. Demikian juga dengan potensi wisata agro selain
80
perikanan jaring terapung, wisata alam hutan, maupun wisata budaya dan kesenian yang belum banyak dilirik. Mengingat lokasi dan aksesibilitasnya yang sangat baik, objek wisata di kawasan ini sangat potensial untuk menarik wisatawan dari luar Cianjur. Keberadaan kawasan wisata Puncak, maupun jalur regional Jakarta – Cianjur Bandung merupakan sumber wisnus maupun wisman yang potensial. Demikian juga dengan perkembangan jalur Purwakarta - Padalarang. Luasnya kawasan dengan daya tarik yang beragam dan tersebar di kawasan Waduk Cirata menyebabkan pengembangan kepariwisataan perlu didistribusikan dengan tema-tema dan sasaran pasar yang berbeda-beda. Peningkatan kualitas produk mencakup kualitas daya tarik dan fasilitas penunjang di kawasan ini perlu dilakukan, sehingga diharapkan dapat menarik pangsa pasar wisatawan lain dari golongan menengah atas. Mengembangkan suatu potensi objek dan daya tarik wisata, tidak cukup hanya mengandalkan daya tarik yang dimiliki. Bahkan meskipun memiliki aksesibilitas yang baik tidak menjamin wisatawan akan datang dengan sendirinya. Pasar wisatawan yang tersegmentasi membutuhkan strategi dan pengelolaan kawasan yang berbeda jika kita ingin memperluas segmen pasar pengunjung. Demikian juga dengan program pemasaran dan promosi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan target pasar wisatawan kita. Bukan tidak mungkin jika objek wisata berskala lokal pun bisa “go international”.
4.4.5. Kondisi Perairan Waduk Cirata Dari hasil penelitian BPPT yang ditulis oleh Garno (2001), perairan waduk cirata kondisinya sebagai berikut : (1) kandungan fosfornya selalu lebih besar dari 0,016 mg/l dan total nitrogen inorganik selalu lebih besar dari 0,711 mg/l tergolong perairan eutropik, (2) konsentrasi nutrien yang tinggi tersebut telah memacu pertumbuhan fitoplankton hingga mencapai kelimpahan yang tinggi; yakni dipermukaan (25 cm) berkisar antara 36.590 dan 40.710 ind/l dan di kedalaman 150 cm berkisar antara 29.620 dan 36.370 ind/l, (3) tingginya kelimpahan fitoplankton inilah yang menyebabkan kecerahan air di Jangari selalu < 71 Cm yang oleh beberapa pakar limnologi digolongkan sebagai perairan yang
81
hipertrofik, (4) kesimpulan eutrofik diperkuat dengan kenyataan bahwa selama penelitian fitoplankton didominasi oleh cyanofita (70,9%-78,2%), utamanya Microcystis sp dan O scillatoria sp., dan (5) meskipun fitoplankton didominasi oleh Microcystis sp dan O scillatoria sp yang diketahui tidak disukai zooplankton namun pada penelitian ini ditemukan pula kelimpahan zooplankton dalam jumlah yang cukup besar yakni berkisar antara 34-394 ind/l. Komunitas zooplankton ini selama penelitian didominasi oleh copepoda, cladosera dan rotifera. Status mutu air waduk hasil pengukuran kualitas air pada triwulan ketiga (Juli – September) tahun 2008 pada zona budidaya ikan, yaitu pada stasiun 4 statusnya buruk dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah H2S, NO2, DO, Cu, Zn, Cd, dan surfaktan, pada stasiun 5 statusnya buruk dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah NO2, Cl2, Cu, Zn, dan Pb, dan statsiun 6 statusnya sedang dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah NO2, DO, Cu, dan Zn (BPWC, 2008). Hasil pengukuran kualitas air untuk beberapa parameter secara rinci dapat dilihat dibawah ini : (1) Temperatur berkisar antara 29,1 – 30,3 ºC di permukaan air, 27,8 – 28,3 ºC pada kedalam 5 meter, dan 26,5 – 27,6 ºC di dekat dasar perairan, (2) Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3.80 – 5.30 mg/l di permukaan air, 1.40 – 7.50 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 1.1 – 4.3 mg/l di dekat dasar perairan, (3) Kandungan karbondioksida (CO2) bebas berkisar antara 3.96 – 5.94 mg/l di permukaan air, 11.82 – 15.84 pada kedalaman 5 meter, dan 19.8 – 31.68 di dekat dasar perairan, (4) Keasaman (pH) air berkisar antara 7.39 – 7.54 di permukaan air, 7.25 – 7.33 pada kedalaman 5 meter, dan 6.92 – 7.26 di dekat dasar perairan, (5) Kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) di permukaan air dan pada kedalaman 5 meter tidak terdeteksi, sedangkan di dekat dasar perairan hanya pada stasiun 4 terdeteksi sebesar 1.057 mg/l, (6) Kesadahan air berkisar antara 34 – 56 mg CaCo3/l di permukaan air, 32 – 58 mg CaCo3/l pada kedalaman 5 meter, dan 52 – 56 mg CaCo3/l di dekat dasar perairan, (7) Unsur Hara (NO2, NO3, dan NH3) berkisar antara 2.31 – 6.00 mg/l di permukaan air, 1.85 – 3.19 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 1.99 – 2.37 mg/l di dekat dasar perairan. Sedangkan BOD berkisar antara 11.81 – 31.50 mg/l di permukaan air, 8.86 – 17.32 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 9.45 – 15.16 mg/l di dekat dasar perairan, dan (8)
82
Keanekaragaman fitoplankton dan zooplancton sebagai Komponen biologi Waduk Cirata yang memegang peranan penting dalam ekosistem perairan Waduk, secara umum nilai indeksnya adalah fitoplankton berkisar antara 0.296 – 0.566 dan zooplankton berkisar antara 0.430 – 0.578 (BPWC, 2008)
4.4.6. Budidaya Ikan di Jaring Terapung A. Perkembangan jaring terapung Hasil sensus yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 menunjukan jumlah keramba ikan jaring apung mencapai 33.000 petak atau unit Keramba. Selanjutnya Tahun 2003 Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) melakukan sensus diperoleh data jumlah Keramba ikan jaring apung telah meningkat sejumlah 39.690 petak Keramba dengan jumlah Rumah Tangga Perikanan (petani) sebanyak 3.899 RTP (Rumah Tangga Petani). Hasil sensus terakhir yang dilaksanakan oleh BPWC pada tanggal 2 Juli sampai dengan 23 Agustus 2007, jumlah Keramba jaring apung berjumlah 51.418 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 2.838 RTP yang tersebar di 3 (tiga) zona, yaitu : zona 1 (Wilayah Kabupaten Bandung) sebanyak 17.448 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 958 RTP, zona 2 (Wilayah Kabupaten Puewakarta) sebanyak 11.170 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 565 RTP, dan zona 3 (Wilayah Kabupaten Cianjur) sebanyak 22.800 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 1.315 RTP. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10. Dari hasil inventarisasi/sensus keramba jaring apung di Waduk Cirata tahun 2007 tersebut didapat data jumlah Keramba Jaring Apung meningkat hingga 39.17%, sedangkan jumlah pemilik menurun 3.87% dibandingkan dengan hasil sensus yang sama tahun 2003 (BPWC, 2008). Dari data Jawa Barat Dalam Angka tahun 2006 produksi ikan di jaring apung untuk wilayah Kabupaten Cianjur sebanyak 32.158,65 ton dengan nilai 177.484 juta rupiah berada di urutan teratas produksi jaring apung di Jawa Barat, menyusul kemudian di peringkat kedua adalah Kabupaten Purwakarta sebanyak 18.692 ton dengan nilai 103.161 juta rupiah, dan ketiga dari Kabupaten Bandung sebanyak 13.126,66 ton dengan nilai 72.446 juta rupiah.
83
Tabel 10. Data jumlah RTP dan KJA di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah
Zona 1 Bandung
No
Jumlah Petani [ Rtp ]
Nama Desa
1
Margalaksana
497
8.403
2
Margaluyu
262
6.337
3
Nanggeleng
4
Nyenang
5
Bojong Mekar
586
128
1.794
20
328
958
17.448
Citamiang
93
1.487
2
Sinar Galih
83
2.288
3
Tegal datar
302
5.822
4
Pasir Jambu
87
1.573
565
11.170
1
Bobojong
220
2.614
2
Mande
413
8.140
3
Cikidang Bayangbang
250
3.374
4
Kertajaya
174
2.790
5
Gunung Sari
54
1.078
6
Kamurang
204
4.804
1.315 2.838
22.800 51.418
Jumlah
Zona 3 Cianjur
51
1
Jumlah
Zona 2 Purwakarta
Jumlah Kja [ Petak Keramba ]
Jumlah Total
Konstruksi Jaring [%] DRUM BESI
BUSA
46.66
53.34
79.08
20.92
42.44
57.94
56.06
43.94
Sumber : BPWC (2008) B. Ijin Usaha Perikanan 1. Dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor : 18 Tahun 2000 tentang retribusi usaha perikanan, bahwa Setiap orang/perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP). 2. Ketentuan Umum Perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki ijin usaha perikanan (IUP).
Setiap kapal perikanan yang dipergunakan oleh
perusahaan perikanan harus dilengkapi IUP dan SPI (masa berlaku dua tahun ). Setiap unit usaha perikanan yang telah memiliki IUP pembudidayaan ikan wajib dilengkapi dengan SPBi ( masa berlaku 2 tahun ). Setiap perusahaan perikanan yang telah mendapatkan IUP dan memiliki unit pengolahan ikan wajib dilengkapi dengan SPH ( masa berlaku dua tahun ).
84
3. Persyaratan a. Mengisi formulir yang disediakan oleh Dinas. b. fotocopy KTP yang masih berlaku. c. pas photo ukuran 3 x 4 (2 lembar). 4. Biaya Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor : 18 Tahun 2000, rincian biaya ijin usaha perikanan dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Rincian Biaya Ijin Usaha Perikanan No. A. 1. 2. 3. B. 1. C. 1. 2. D.
Jenis Usaha IUP Kolam air tenang Kolam Jaring Apung Alat tangkap pancing tangan SPI (Surat Penangkapan Ikan) Penangkapan ikan di laut SPBI (Surat Pembudidayaan Ikan) Keramba Jaring Apung Kolam air tenang SPH
Biaya Rp. 25.000/ha Rp. 10.000/pemilik Rp. 5.000/unit/tahun Rp. 4.000/GT/2 tahun Rp. 1.000/m2/2 tahun Rp. 25.000/ha/2 tahun 150.000/Unit/2 tahun
5. Waktu Penyelesaian Ø 1 - 5 hari kerja. 6. Lokasi Penyelesaian Ø Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur.
4.5. Fokus Pembangunan Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur telah menetapkan 5 unggulan bisnis yang diperkirakan mampu memacu pertumbuhan perekonomian wilayah, penetapan kelima sektor unggulan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kontribusinya saat ini dan berdasarkan peluang pengembangan yang dimiliki pada masing- masing sektor. Lima unggulan bisnis tersebut adalah: Agribisnis, Agromarine bisnis, Pariwisata, Kerajinan rumah tangga, Industri manufaktur perdagangan dan jasa.
85
4.5.1. Agribisnis /Agromarine bisnis Komoditi padi sawah merupakan basis kegiatan perekonomian pada sebagian besar kecamatan di Kabupaten Cianjur, Hal ini di tunjukan pada beberapa kecamatan yang memiliki kekhasan dan produk yang dihasilkan, diantaranya Kecamnatan Warungkondang yang telah ditunjang pula oleh sarana dan prasarana produksi hasil pertanian yang relatif telah memadai. Selain padi sawah, kelapa dan cengkeh merupakan komoditas peternakan dan perikanan yang menjadi unggulan di Kabubaten Cianjur, adalah Sapi potong, domba, ayam ras, ikan mas, ikan nila, lele, lobster, dan tuna. Hal ini tercermin dan kemampuan komoditas tersebut menjadi sektor basis pada beberapa kecamatan. Dengan kekayaan alam dan budaya yang lengkap serta posisi geografisnya, Kabupaten Cianjur memiliki prospek yang cukup potensial dalam perdagangan pariwisatanya. Khusus mengenai potensi wisata agro,
Kabupaten Cianjur
mempunyai potensi yang cukup besar karena sesuai dengan kondisi alamnya yang bersifat agraris. Apabila wisata agro ini diartikan sebagai kegiatan wisata yang dihubungkan dengan pertanian dalam arti luas (meliputi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan), Maka Kabupaten Cianjur memiliki kegiatan pertanian yang hampir tersebar di seluruh bagian wilayah dengan variasi dan jenis komoditinya yang meliputi hamparan pertanian sawah yang luas, perkebunan, (teh, karet, buah-buahan dan sebagainya), kawasan hutan wisata dan sentra-sentra kegiatan peternakan. Data selengkapnya tentang obyek wisata di kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini (Dishubpar dalam BPS kabupaten Cianjur, 2007). 4.5.2. Kerajinan Rumah Tangga Kabupaten Cianjur merupakan wilayah yang memiliki potensi untuk mengembangkan kerajinan rumah tangga yang selama ini hanya menjadi sektor informal. Indikasi yang menunjukan sektor ini memiliki potensi adalah telah terbentuknya beberapa kegiatan produksi di beberapa kecamatan, dimana produksi yang dihasilkan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas bahkan dapat melakukan ekspor ke luar propinsi.
86
4.5.3. Industri Manufuktur Industri manufuktur yang telah berkembang di Kabupaten Cianjur antara lain meubel dan konveksi. Khusus untuk industri meubel telah menjadi sektor basis di Kecamatan Cibinong, Takokak, Sukanagara, Campaka, dan Pacet.Sementara untuk jenis industri lainnya masih belum teridentifikasi. Tabel 12. Nama Obyek Wisata di Kabupaten Cianjur
1.
Kebun Raya Cibodas
Cipanas
Jarak Dari Kota Cianjur (Km) 29
2.
Bumi perkemahan mandala kitri Wanawisata Mandalawangi Pendakian Gunung Gede – Pangrango Istana Cipanas Taman Bunga Nusantara Wisata Tirta Jangari Wisata Tirta Calincing Wisata Zarah Makam Dalem Cikundul Pantai Jayanti Pantai Apra Sumber Air Panas Sukasirna Air Terjun Citambur Situs Megalith Gunung Padang Agrowisata Perkebunan Teh Gedeh
Cipanas
29
Cipanas
29
Cipanas
29
Cipanas Sukaresmi Mande Ciranjang Cikalongkulon
17 29 17 20 22
Cidaun Sindangbarang Agrabinta
139 110 105
No.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 14.
Nama Obyek Wisata
Lokasi Kecamatan
Pagelaran Campaka
65 45
Pacet
11
Keterangan Sudah berkembang
Potensi
Sumber : Dishubpar dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007 4.5.4. Perdagangan dan jasa Berdasarkan nilai PDRB Kabupaten Cianjur, sektor perdagangan pada tahun 2006 atas harga berlaku memberikan kontribusi sebesar 15,23 % dari total PDRB : sedangkan atas harga konstan memberikan sumbangan sebesar 16,02% sektor jasa atas harga berlaku memberikan sumbangan sebesar memberikan kontribusi sebesar 11,11% dari total PDRB: sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 9,78%. Sementara berdasarkan nilai LQ sebesar 1,44. dengan demikian kedua
87
sektor tersebut merupakan sektor unggulan di kabupaten Cianjur dan merupakan kegiatan inti perekonomian yang dapat memacu pertumbuhan. Peningkatan produktifitas keenam unggulan/ core bisnis tersebut diatas dapat dilakukan dengan kemampuan sumberdaya
manusia
serta
peningkatan implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi harus dilakukan dengan peningkatan investasi yang masuk ke sektor unggulan, terutama yang bersifat padat karya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dikelompokkan menjadi 2 (dua cluster) yaitu : (1) responden sebagai petani atau pengusaha ikan jaring apung, (2) responden yang bukan petani atau pengusaha ikan di jaring apung, seperti : tenaga kerja di jaring apung, pedagang pakan ikan, penyedia benih ikan, pembuat kerangka jaring apung, penjahit jaring apung, pedagang ikan konsumsi, penjual bahan-bahan bangunan untuk jaring apung, pedagang atau warung-warung yang menyediakan keperluan orang-orang yang berkaitan dengan aktivitas jaring apung, jasa angkutan air, calo penumpang perahu, penyadap getah karet, Pegawai Negeri Sipil, ABRI, POLRI, sopir angkot, dan Pegawai Desa. 5.1.1. Umur Umur responden dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu tua (55 – 69 tahun), sedang (40 – 54 tahun), dan muda (25 – 39 tahun). Data umur responden dari hasil penelitian selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Data Umur Responden No. 1.
Cluster
Rumah Tangga Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2.1 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Bobojong 2.2 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Raja 2.3 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Gudang 2.4 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Jaya 2.5 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Sari Jumlah Responden Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung Rata-rata Responden Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Jumlah Total Responden
Muda Orang % 0 0
Sedang Tua Orang % Orang % 20 67 10 33
10
33
14
47
6
20
20
67
10
33
0
0
10
30
12
40
8
30
7
23
10
33
13
44
17
57
7
23
6
20
64
43
53
35
33
22
12,8
42,7
10,6
35,3
6,6
22
64
35
73
41
43
24
89
Berdasarkan data di atas, umur keseluruhan responden yang tergolong muda (25 – 39 tahun) sebanyak 35%, sedang (40 – 45 tahun) sebanyak 41%, dan tua (55 – 69 tahun) sebanyak 24%. Sedangkan umur responden kelompok rumah tangga petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang tergolong muda sebanyak 0%, sedang sebanyak 67%, dan tua sebanyak 33%. Umur responden kelompok rumah tangga yang bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang tergolong muda sebanyak 43%, sedang sebanyak 35%, dan tua sebanyak 22%. 5.1.2. Pendidikan Tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi (1)
Sekolah
Dasar (SD), (2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sederajat, serta (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sederajat.
Data pendidikan
responden selengkapnya dapat dilihat pada Grafik di bawah ini.
Jumlah Responden
25 20 SD
15
SLTP 10
SLTA
5 0 1
2
3
4
5
6
Kelompok Responden
Gambar 6. Grafik Data Tingkat Pendidikan Responden Keterangan : 1. Rumah Tangga Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung di Desa Bobojong 3. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung di Desa Sindang Raja 4. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung di Desa Gudang 5. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung di Desa Sindang Jaya 6. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung di Desa Sindang Sari Berdasarkan data di atas, tingkat pendidikan seluruh responden yang hanya sampai tingkat pendidikan SD atau kurang sebanyak 58%, tingkat
90
pendidikan SLTP sebanyak 26%, dan tingkat pendidikan SLTA atau lebih sebanyak 16%. Sedangkan tingkat pendidikan responden rumah tangga petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang hanya sampai tingkat pendidikan SD atau kurang sebanyak 66%, tingkat pendidikan SLTP sebanyak 17%, dan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 17%. Tingkat pendidikan responden rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang hanya sampai tingkat pendidikan SD atau kurang sebanyak 57%, tingkat pendidikan SLTP sebanyak 27%, dan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 16%. 5.1.3. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga responden dikelompokkan menjadi (1) rendah ( 4 orang), sedang (5 – 6 orang), dan banyak ( 7 orang). Data jumlah keluarga selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Data Jumlah Anggota Keluarga Responden No.
Cluster
1.
Rumah Tangga Budidaya Ikan di Jaring Apung 2. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2.1 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Bobojong 2.2 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Raja 2.3 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Gudang 2.4 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Jaya 2.5 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Sari Jumlah Responden Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung Rata-rata Responden Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Jumlah Total Responden
4 Orang Orang % 27 90
5 – 6 Orang 7 Orang Orang % Orang % 2 7 1 3
17
57
10
33
3
10
20
67
7
23
3
10
17
57
10
33
3
10
27
90
3
10
0
0
23
77
4
13
3
10
104
69
34
23
12
8
20,8
69,3
6,8
22,7
2,4
8
131
73
36
20
13
7
91
Dari data pada tabel 22 terlihat bahwa jumlah anggota keluarga responden yang jumlahnya 4 orang atau kurang sebanyak 73%, jumlah anggota keluarga antara 5 – 6 orang sebanyak 20%, dan jumlah anggota keluarga 7 orang atau lebih sebanyak 7%. Sedangkan jumlah anggota keluarga rumah tangga petan/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang jumlahnya 4 orang atau kurang sebanyak 90%, jumlah anggota keluarga antara 5 – 6 orang sebanyak 7%, dan jumlah anggota keluarga 7 orang atau lebih sebanyak 3%. Sedangkan jumlah anggota keluarga rumah tangga bukan petan/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang jumlahnya 4 orang atau kurang sebanyak 69%, jumlah anggota keluarga antara 5 – 6 orang sebanyak 23%, dan jumlah anggota keluarga 7 orang atau lebih sebanyak 8%. 5.1.4. Lama Tinggal dalam Komunitas Lama tinggal responden dalam komunitas dikelompokkan menjadi (1) tahun, (2) 8 – 17 tahun, dan
7
18 tahun. Data responden lama tinggal dalam
komunitasnya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Data Lama Tinggal dalam Komunitasnya No.
Cluster
1.
Rumah Tangga Budidaya Ikan di Jaring Apung 2. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2.1 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Bobojong 2.2 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Raja 2.3 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Gudang 2.4 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Jaya 2.5 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Sari Jumlah Responden Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung Rata-rata Responden Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Jumlah Total Responden
7 Tahun Orang % 5 17
8 – 17 Tahun Orang % 10 33
18 Tahun Orang % 15 50
8
27
12
40
10
33
0
0
6
20
24
80
6
20
6
20
18
60
3
10
7
23
20
67
0
0
0
0
30
100
17
11
31
21
102
68
3,4
11,3
6,2
20,7
20,4
68
22
12
41
23
117
65
92
Berdasarkan data tersebut bahwa lama tinggal seluruh responden dalam komunitasnya yang bermukim lamanya 7 tahun atau kurang sebanyak 12%, bermukim antara 8 – 17 tahun sebanyak 23%, dan yang lamanya 18 tahun atau lebih sebanyak 65%. Sedangkan lama tinggal responden rumah tangga petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung dalam komunitasnya yang bermukim lamanya 7 tahun atau kurang sebanyak 17%, bermukim antara 8 – 17 tahun sebanyak 33%, dan yang lamanya 18 tahun atau lebih sebanyak 50%. Lama tinggal responden rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung dalam komunitasnya yang bermukim lamanya 7 tahun atau kurang sebanyak 11%, bermukim antara 8 – 17 tahun sebanyak 21%, dan yang lamanya 18 tahun atau lebih sebanyak 68%. 5.2. Analisis Basis Kuosien lokasi yang dihitung berdasarkan pendekatan PDRB tahun 2006 berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Nilai Kuosien Lokasi Budidaya Ikan Jaring Apung berdasarkan Indikator PDRB Tahun 2006 No. A. 1. 2. 3. 4. B.
Uraian Komponen Kuosien Lokasi (dalam jutaan rupiah) PDRB Budidaya Ikan Jaring Apung Kabupaten Cianjur (vi) PDRB Kabupaten Cianjur (vt) PDRB Budidaya Ikan Jaring Apung Propinsi Jawa Barat (Vi) PDRB Propinsi Jawa Barat (Vt) Nilai Kuosien Lokasi (LQ)
Nilai 107.572* 12,073,863* 552.430* 473.187.293* 7,63
Sumber : data sekunder yang diolah kembali, * adalah juta rupiah Berdasarkan hasil perhitungan kuosien lokasi budidaya ikan di jaring apung sebesar 7,63, yaitu lebih besar dari 1 yang berarti budidaya ikan di jaring apung di Kabupaten Cianjur terspesialisasi daripada sektor budidaya ikan di jaring apung pada tingkat Jawa Barat. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor basis bagi daerah kabupaten Cianjur 5.3. Analisa Usaha Tani Ikan Jaring Apung Komoditi yang diusahakan di jaring apung waduk Cirata sebagian besar adalah ikan Mas yang ditanam bersama ikan Nila dengan sistim lapis, sebagian
93
kecil komoditas ikan Bawal dan Patin, sehingga usaha budidaya ikan yang dianalisis usahanya hanya budidaya ikan Mas yang ditaman bersama ikan Nila dengan sistim lapis.
Dari hasil wawancara dan observasi dilapangan setelah
diolah diperoleh data bahwa usaha budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata sampai saat ini masih layak untuk diusahakan. Data hasil analisis kelayakan usaha dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Data Kelayakan Usaha Budidaya Ikan di Jaring Apung No. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator
Nilai
Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Gross B/C Ratio Net B/C Ratio Keuntungan per Bulan
Positif 20,28% 1,18 1,0 2.656.291,67
Dari hasil analisis tersebut usaha budidaya ikan di jaring apung masih layak, karena : (1) Net Present Value (NPV) positif yang berarti usaha tersebut menggambarkan nilai bersih sekarang menguntungkan, (2) Gross B/C Ratio > 0 yaitu sebesar 1,07, (3) Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dibandingkan dengan suku bunga berlaku (15%). Data hasil analisa usaha budidaya ikan di jaring apung secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Data tentang nilai produksi ikan di jaring apung per kolam per tahun terendah Rp.11.410.000 dan tertinggi Rp. 227.100.000 dapat dilihat pada gambar 7 grafik di bawah ini. 203,500,000
Resp 1 Resp 2 Resp 3
178,500,000
Resp 4 Resp 5
Hasil per Kolamper Tahun (Rp)
Resp 6 Resp 7
153,500,000
Resp 8 Resp 9 Resp 10
128,500,000
Resp 11 Resp 12 Resp 13
103,500,000
Resp 14 Resp 15 Resp 16 Resp 17
78,500,000
Resp 18 Resp 19 Resp 20
53,500,000
Resp 21 Resp 22 Resp 23 Resp 24
28,500,000
Resp 25 Resp 26 Resp 27
3,500,000
Resp 28
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
Resp 29 Resp 30
Jumla h Kola m
Gambar 7. Grafik Nilai Produksi ikan per kolam
94
5.4.Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum dikelompokkan menjadi (1) tingkat kesejahteraan tinggi (skor > 14 – 18), tingkat kesejahteraan sedang (skor > 10 – 14), dan tingkat kesejahteraan rendah (skor 6 – 10). Data tingkat kesejahteraan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17. Pembangunan Waduk Cirata pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik serta memperkecil kesenjangan sosial. Dalam penelitian ini masyarakat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi pengusaha atau petani ikan di jaring apung dan kelompok masyarakat yang bukan pengusaha atau petani ikan jaring apung. Indikator yang dijadikan parameter tingkat kesejahteraan adalah tingkat pendapatan, tingkat konsumsi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. Data hasil penelitian tingkat kesejahteraan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18. Data selengkapnya tentang tingkat kesejahteraan dari masing-masing kelompok responden dapat dilihat pada Lampiran 11, 12, 13, 14, 15, dan 16. Untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat kesejahteraan antara rumah tangga pengusaha /petani jaring apung dengan rumah tangga bukan pengusaha/petani jaring apung dilakukan uji statistik Khi-Kuadrat dengan tingkat kepercayaan 95% 5%). Dari data tersebut di atas, tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi yang termasuk tingkat kesejahteraannya rendah hanya sebanyak 0,5% saja, yang tergolong sedang sebanyak 12,5%, dan yang tergolong tinggi sebanyak 87%. Sedangkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang termasuk tingkat kesejahteraannya rendah sebanyak 0%, yang tergolong sedang sebanyak 0%, dan yang tergolong tinggi sebanyak 100%. Tingkat kesejahteraan rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung yang termasuk tingkat kesejahteraannya rendah hanya sebanyak 1%, yang tergolong sedang sebanyak 15%, dan yang tergolong tinggi sebanyak 84%.
95
Tabel 18. Data Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha/Petani Budidaya Ikan di Jaring Apung dan Rumah Tangga Bukan Pengusaha/Petani Jaring Apung No.
Cluster
1.
Rumah Tangga Budidaya Ikan di Jaring Apung 2. Rumah Tangga Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung 2.1 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Bobojong 2.2 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Raja 2.3 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Gudang 2.4 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Jaya 2.5 Rumah Tangga bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Desa Sindang Sari Jumlah Responden Bukan Pembudidaya Ikan Jaring Apung Rata-rata Responden Bukan Pembudidaya Ikan di Jaring Apung Jumlah Total Responden
Rendah Orang % 0 0
Sedang Orang % 0 0
Tinggi Orang % 30 100
1
3
11
37
18
60
0
0
7
33
23
67
0
0
3
10
27
90
0
0
0
0
30
100
0
0
2
7
28
93
1
1
23
15
126
84
0,2
0,67
4,6
15,3
25,2
84
1
0,5
23
12,5
156
87
Keterangan : Ø Tingkat kesejahteraan tinggi, jika jumlah skor > 14 – 18 Ø Tingkat kesejahteraan sedang, jika jumlah skor > 10 – 14 Ø Tingkat kesejahteraan rendah, jika jumlah skor 6 – 10 Setelah diuji dengan X2 tingkat kesejahteraan rumah tangga petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan tingkat kepercayaan 95% ( 5%), diperoleh nilai X2 hitung sebesar 71,08 lebih besar dari X2 tabel sebesar 5,99, sehingga terdapat perbedaan antara rumah tangga petani/pengusaha ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung, hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 17. Namun setelah diuji dengan koefisien kontingensi diperoleh nilai sebesar 0.53
yang
berarti
petani/pengusaha
tingkat
budidaya
keeratan ikan
jaring
hubungan apung
antara
rumah
tangga
dengan
rumah
tangga
petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung kurang erat.
96
Hal ini dapat dipahami karena rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung pada umumnya petani padi sawah yang kita ketahui sampai saat ini petani padi sawah pendapatannya masih rendah karena luas lahan kepemilikannya relatif sempit, sebagian lagi adalah tenaga kerja penyadap karet, pemulung, pedagang makanan dan minuman bukan ikan sekitar lokasi waduk, sopir angkutan pedesaan, jasa angkutan perairan waduk, pegawai negeri, tenaga kerja pada jaring apung, dan lain-lain. Hasil analisis perbedaan khusus mengenai tingkat pendapatan rumah tangga antara petani/pengusaha ikan di jaring apung dengan bukan petani ikan di jaring apung setelah di uji dengan X2 tingkat pendapatan rumah tangga petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan tingkat kepercayaan 95% ( 5%), diperoleh nilai X2 hitung sebesar 61,30 lebih besar dari X2 tabel sebesar 5,99, sehingga
terdapat
perbedaan tingkat
pendapatan
antara
rumah
tangga
petani/pengusaha ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung, hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 18. Demikian juga dengan hasil analisis perbedaan khusus mengenai tingkat pengeluaran rumah tangga antara petani/pengusaha ikan di jaring apung dengan bukan petani ikan di jaring apung setelah di uji dengan X2 tingkat pengeluaran rumah tangga petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/ pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan tingkat kepercayaan 95% ( 5%), diperoleh nilai X2 hitung sebesar 69,00 lebih besar dari X2 tabel sebesar 5,99, sehingga terdapat perbedaan tingkat pengeluaran antara rumah tangga petani/pengusaha ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani/pengusaha budidaya ikan jaring apung, hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 19. 5.5. Surplus Produsen Ikan Jaring Apung Surplus produsen petani/pengusaha ikan di jaring apung Waduk Cirata saat ini terendah sebesar Rp. 7.200.000,- dan tertinggi sebesar Rp. 5.166.000.000, rata-rata sebesar Rp 274.012.875,-. Jadi usaha budidaya ikan di jaring apung
97
Waduk Cirata ini sampai sekarang masih mengalami surplus bagi produsen, lebih incinya dapat dilihat pada Lampiran 20, 21, 22, dan 23. Besar kecilnya surplus produsen ini tergantung dari : (1) jumlah jaring yang dimiliki dan digunakan untuk usaha budidaya ikan, (2) jumlah dan jenis ikan yang dipelihara, (3) ukuran panen yang berkaitan dengan jumlah pakan yang diberikan, (4) harga benih saat tanam, (5) harga ikan saat panen. Menurut informasi yang diperoleh surplus produsen ini mulai tahun 2000 terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena menurunnya produksi ikan, indikasinya adalah dari jumlah pakan yang diberikan pada ikan mas, yaitu kalau sebelum tahun 2000 pertambahan daging ikan mas itu bisa sebesar 70% dari jumlah pakan yang diberikan, sedangkan saat ini rata-rata pertambahan daging ikan mas hanya sebesar 50% dari jumlah pakan yang diberikan. Menurunnya produksi ikan ini kemungkinan besar diakibatkan karena menurunnya kualitas air di Waduk Cirata, karena dari hasil pemantauan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran, kondisi perairan Waduk Cirata pada area Budidaya Ikan terus mengalami penurunan. Pada triwulan III tahun 2007 rata-rata kulaitas airnya untuk budidaya ikan tergolong sedang, sedangkan pada triwulan III tahun 2008 rata-rata kualitas airnya untuk budidaya ikan sudah tergolong buruk. Jadi walaupun jumlah jaring di Waduk Cirata ini semakin banyak, karena kualitas air semakin memburuk, maka produksi ikan juga terus menurun, akibatnya bisa menyebabkan penurunan surplus produsen.
5.6. Dampak Budidaya Ikan Jaring Terapung Terhadap Pembangunan Ekonomi 5.6.1. Peranan Budidaya Ikan Jaring Apung Terhadap Perekonomian Kabupaten Cianjur Struktur perekonomian Kabupaten Cianjur dianalisis berdasarkan Tabel IO Tahun 2006 klasifikasi 40 sektor seperti terlihat pada Tabel 19 berikut ini :
98
Tabel 19. Sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Cianjur Kode I – O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian Kacang-kacangan Buah dan sayur-sayuran Tanaman bahan makanan lainnya Perkebunan Ternak dan hasilhasilnya Unggas dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan laut Perikanan darat (tambak, kolam, sawah) Budidaya ikan di jaring apung Pembenihan/Pendederan ikan Pertambangan dan penggalian Industri pengilangan minyak Industri makanan, minuman, dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki Industri kayu Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen dan barang galian bukan logam Industri logam dasar besi dan baja Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya Industri pengolahan lainnya Listrik Air bersih Konstruksi Perdagangan Hotel Restoran Angkutan rel Angkutan jalan raya Angkutan sungai dan danau Penunjang angkutan Komunikasi Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa social dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga
Sumber : Tabel IO Kabupaten Cianjur Updating Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Producen (Diolah) A. Kontribusi Terhadap Output Berdasarkan nilai output seluruh sektor perekonomian Kabupaten Cianjur tahun 2006, budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-22 dari 40 sektor, peringkat pertama ditempati oleh sektor perdagangan yaitu sebesar Rp. 3.900.296 juta. Output budidaya ikan di jaring apung tahun 2006 mencapai Rp.
99
171.327 juta atau 0,67% dari total output perekonomian Kabupaten Cianjur yang besarnya Rp.25.584.078 juta.
Output budidaya ikan di jaring apung 92,90%
dialokasikan untuk permintaan akhir (309) yaitu sebesar Rp. 159.157 juta dan sisanya 7,10% untuk memenuhi permintaan antara (180) yaitu sebesar Rp. 12.171 juta. Kontribusi sektor budidaya ikan di jaring apung dan dua puluh satu sektor lain terhadap output wilayah Kabupaten Cianjur disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Duapuluh Sektor dengan Output Terbesar Tahun 2006 (juta rupiah) Peringkat
Sektor
1. 2. 3. 4.
Perdagangan Angkutan jalan raya Padi Konstruksi Pemerintah Umum dan Pertahanan Buah dan sayur-sayuran Unggas dan hasil-hasilnya Jasa perorangan dan rumah tangga Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Restoran Listrik Industri alat angkutan mesin dan peralatannya Ternak dan hasil-hasilnya Perikanan laut Umbi-umbian Industri makan, minuman dan tembakau Hotel Komunikasi Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Jasa sosial dan kemasyarakatan Perkebunan Budidaya ikan di jaring apung
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21 22
Nilai Output
Persentase
3,900,296 2,935,748 2,925,681 2,526,658
15.25 11.47 11.44 9.88
2,226,350
8.70
1,630,861 1,221,069
6.37 4.77
1,210,636
4.73
1,131,585
4.42
1,049,895 708,604
4.10 2.77
663,017
2.59
436,731 370,681 350,818
1.71 1.45 1.37
333,204
1.30
250,164 192,473
0.98 0.75
189,333
0.74
180,757 175,761 171,327
0.71 0.69 0.67
Sumber : Tabel IO Kabupaten Cianjur Updating Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen (Diolah) B. Kontribusi Terhadap Nilai Tambah bruto Nilai Tambah Bruto merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktorfaktor yang terdiri dari upah gaji (201), surplus usa (202), penyusutan (203), dan pajak tak langsung (204). Total Nilai Tambah Bruto perekonomian Kabupaten Cianjur tahun 2006 mencapai Rp. 12.073.863 juta.
100
Dari angka tersebut sektor padi menempati urutan pertama sebesar Rp. 2.300.246 juta. Sementara sektor budidaya ikan di jaring apung hanya berada diurutan ke-18 sebesar Rp. 107.572 juta. Nilai Tambah Bruto sektor budidaya ikan bersumber dari surplus usaha sebesar Rp. 82.295 juta (76,50%), upah gaji sebesar Rp. 20.873 juta (19,40%), penyusutan sebesar Rp. 2.609 juta (2,43%), dan pajak tak langsung sebesar Rp. 1.795 (1,67%). C. Kontribusi Terhadap Permintaan Akhir Permintaan akhir terhadap sektor budidaya ikan di jaring apung Kabupaten Cianjur tahun 2006 sebesar Rp. 159.157 juta, dibandingkan dengan total permintaan akhir seluruh sektor sebesar Rp. 18.765.416 juta, permintaan akhir sektor budidaya ikan di jaring apung relatif kecil yakni 0,85%. Permintaan akhir dalam tabel IO terdiri dari konsumsi rumah tangga (301), konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap bruto (303), perubahan stok (304), dan ekspor barang dan jasa (305). Permintaan akhir terbesar terhadap sektor budidaya ikan di jaring apung berasal dari ekspor barang dan jasa (305) sebesar 111.884 juta (70,30%), sedangkan konsumsi pemerintah (302) dan pembentukan modal tetap bruto (303) 0%, perubahan stok (304) sebesar 95 juta (0,06%), dan konsumsi rumah tangga (301) sebesar 47.177 juta (29,64%). Berdasarkan tabel I-O dan data sekunder diperoleh nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio) 12,46 sehingga dapat diperkirakan pertumbuhan investasi dan PDRB pada tahun 2007 seperti terlihat pada tabel 21. Tabel 21. Nilai ICOR Uraian Pembentukan Modal tetap Bruto Perubahan Stok Investasi
2002
6,094,911.49 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Delta PDRB Gross ICOR Share Investasi (%) Laju Pertumbuhan PDRB (%)
2003
2004
2005
2006 2,504,585
2007*
332,311 2,836,896
3,249,075.18
6,318,986.09
6,569,796.50
6,820,520.45
7,048,228.89
7,309,021.60
224,074.60
250,810.41
250,723.95
227,708.44 12.46 40.25
260,792.71 12.46
3.68
3.97
3.82
3.34
3.70
Sumber : Tabel I-O Kabupaten Cianjur Updating (Diolah)
101
5.6.2. Analisis Keterkaitan A. Keterkaitan Langsung Ke Depan (Direct Forward Linkage) Dalam perekonomian Kabupaten Cianjur, keterkaitan output langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung nilainya kecil yaitu sebesar 0,101, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan output sektor lain yang terkait langsung dengan budidaya ikan di jaring apung hanya sebesar 0,101 satuan. Nilai keterkaitan ini menunjukkan besarnya kemampuan sektor budidaya ikan di jaring apung mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang digunakan sebagai bahan baku produksi sektor lain. B. Keterkaitan ke Depan Langsung dan Tidak Langsung (Indirect Forward Linkage) Walaupun berada pada urutan ke-24, artinya keterkaitan langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung ini kurang kuat dalam perekonomian Kabupaten Cianjur, tetapi keterkaitan langsung dan tak langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung ini cukup kuat dengan nilai sebesar 1,153, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan dapat meningkatkan output sektor lain yang menggunakan sektor budidaya ikan di jaring apung ini sebesar 1,153 satuan. Nilai ini berada pada urutan ke-18 perekonomian Kabupaten Cianjur. C. Keterkaitan Langsung Ke Belakang (Direct Backward Linkage) Ditinjau dari keterkaitan output langsung kebelakang sektor budidaya ikan di jaring apung ini menempati urutan ke-30 dengan nilainya juga kecil yaitu sebesar 0,175, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan hanya akan meningkatkan kebutuhan input sektor lain yang terkait langsung sebesar 0,175 satuan termasuk sektor budidaya ikan di jaring apung itu sendiri.
Nilai dibawah satu, yang berarti
keterkaitan output langsung ke belakang sektor budidaya ikan di jaring apung ini sedikit menggunakan sektor produktif lainnya di wilayah Kabupaten Cianjur
102
D. Keterkaitan Ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung (Indirect Backward Linkage) Keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung sektor budidaya ikan di jaring apung menempati urutan ke-27 dengan nilai sebesar 1,283, artinya setiap peningkatan permintaan akhir output sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan dapat meningkatkan kebutuhan input sektor lain sebesar 1,283 satuan. Nilai ini menunjukkan keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung sektor budidaya ikan di jaring apung cukup kuat walaupun urutannya ke-27. 5.6.3. Analisis Pengganda A. Pengganda Output Pengganda output sektor budidaya ikan di jaring apung nilainya sebesar 1,283 artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan output seluruh sektor perekonomian Kabupaten Cianjur termasuk sektor budidaya ikan di jaring apung itu sendiri sebesar 1,283 satuan. Pengganda output sektor budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-28 dari 40 sektor perekonomian Kabupaten Cianjur B. Pengganda Pendapatan Pengganda
pendapatan
digunakan
untuk
mengukur
peningkatan
pendapatan yang terjadi akibat perubahan dalam perekonomian. Dalam model input – output yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.
Pengganda pendapatan sektor budidaya ikan di
jaring apung tipe I nilainya sebesar 1,175, artinya peningkatan pendapatan sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan pendapatan sektor perekonomian sebesar 1,175 satuan. Pengganda pendapatan tipe I sektor budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-25 dalam sistem perekonomian Kabupaten Cianjur. Jika dampak konsumsi rumah tangga diperhitungkan (pengganda pendapatan tpe II) nilainya sebesar 1,318, artinya peningkatan pendapatan sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan
103
akan menyebabkan peningkatan pendapatan sektor perekonomian sebesar 1,318 satuan.
Pengganda pendapatan tipe II sektor budidaya ikan di jaring apung
menempati peringkat ke-26 dalam sistem perekonomian Kabupaten Cianjur.. 5.7. Analisis Green I – O Budidaya Ikan Jaring Apung Tabel green I-O budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Green Input Output Budidaya Ikan di Jaring Apung Kode I – O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Sektor Perikanan darat (tambak, kolam, sawah) Budidaya ikan di jaring apung Pembenihan/Pendederan ikan Industri makanan, minuman, dan tembakau Industri kayu Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen dan barang galian bukan logam Industri logam dasar besi dan baja Industri pengolahan lainnya Air bersih Perdagangan Hotel Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai dan danau Penunjang angkutan Komunikasi Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga
5.7.1. Analisis Keterkaitan Penurunan Kualitas Air Waduk Dalam green input output budidaya ikan di jaring apung, keterkaitan output langsung kedepan penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar -0,035, artinya setiap penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan output sektor lain yang terkait langsung dengan kebutuhan kualitas air waduk (budidaya ikan di jaring apung) sebesar 0,035 satuan.
104
Adapun keterkaitan output langsung kebelakang penurunan kualitas air waduk ini nilainya sebesar 0, artinya penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan tidak akan menyebabkan penurunan input sektor lain yang terkait langsung. Bila ditinjau dari keterkaitan langsung dan tak langsung kedepan penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar 1,068, artinya setiap penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan maka permintaan output sektor lain akan turun sebesar 1,068 satuan. Keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar 1,650, artinya setiap penurunan kualitas air sebesar sebesar satu satuan maka kebutuhan input sektor lain akan turun sebesar 1,650 satuan. 5.7.2. Analisis Pengganda Nilai penurunan kualitas air waduk dihasilkan dari hasil konversi penurunan nilai produksi ikan jaring apung di waduk Cirata tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005. Penurunan kualitas air di waduk Cirata bisa disebabkan berbagai faktor, antara lain : (1) pencemaran limbah industri dari Kota dan Kabupaten Bandung, (2) pencemaran limbah rumah tangga, (3) pencemaran alami seperti erosi, (4) budidaya ikan di jaring apung, dan (5) aktivitas lain akibat dampak adanya budidaya ikan di jaring apung. Nilai pengganda output penurunan kualitas air sebesar 2,665, artinya jika terjadi penurunan kualitas air sebesar satu satuan, maka output sektor lain akan turun sebesar 2,665. Sedangkan nilai pengganda nilai tambah bruto adalah 12,370, artinya jika terjadi penurunan kualitas air sebesar satu satuan, maka akan terjadi penurunan nilai tambah bruto sektor lain sebesar 12,370 satuan.
5.8. Strategi Pengelolaan Waduk Cirata Budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata untuk Kabupaten Cianjur merupakan sektor basis, artinya hasil budidaya ikan di jaring apung ini tidak hanya melayani untuk kebutuhan Kabupaten Cianjur saja tetapi juga melayani
105
kebutuhan luar daerah Kabupaten Cianjur. Bahkan dari data yang diperoleh, hasil budidaya ikan di jaring apung ini lebih banyak diminta ke luar daerah dibandingkan dengan di Kabupaten itu sendiri. Budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih layak untuk diusahakan, hal ini tercermin dari beberapa parameter kelayakan usaha, yaitu : (1) Net Present Value (NPV) nilainya lebih besar dari 0 (positif),
artinya nilai
sekarang menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan, (2) Gross B/C Ratio lebih besar dari 0, artinya setiap penambahan biaya sebesar satu satuan memberikan tambahan manfaat lebih besar dari biaya yang ditambahkan, (3) Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari suku bunga yang berlaku, artinya biaya yang ditanamkan dalam usaha akan lebih besar hasilnya dibandingkan dengan bunga bila disimpan di Bank. Budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih memberikan kontribusi yang positif, baik bagi kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi waduk pada umumnya maupun bagi pembudidaya ikan di jaring apung itu sendiri, juga masih memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur. Namun hasil dari studi lapangan diperoleh informasi bahwa produksi ikan di jaring apung saat ini sudah mengalami penurunan, dengan demikian kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Kabupaten Cianjur pun dipastikan mengalami penurunan juga. Penyebab utama menurunnya produksi ikan di jaring apung kemungkinan besar adalah karena menurunnya daya dukung kualitas air, hal ini diperkuat dari hasil pengukuran kualitas air oleh BPWC (2008), bahwa kualitas air di Waduk Cirata pada lokasi budidaya ikan di jaring apung tergolong buruk untuk budidaya ikan.
Penyebab penurunan kualitas air Waduk Cirata, adalah : (1) jumlah
budidaya ikan di jaring apung sudah melebihi kapasitas yang ditentukan, (2) pencemaran limbah industri dari wilayah dari wilayah Kabupaten Bandung, (3) erosi dari daerah sekitar DAS Citarum beserta anak sungainya yang bermuara di Waduk Cirata, dan (4) pestisida dari lahan pertanian yang alirannya mengalir ke DAS Citarum beserta anak sungainya yang bermuara di Waduk Cirata. Apabila hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka bukan tidak mustahil akan menyebabkan hancurnya kegiatan budidaya ikan di jaring apung ini, yang pada
106
akhirnya menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar Waduk dan mengurangi kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur. Agar produksi ikan dapat tetap dipertahankan atau bahkan kembali meningkat maka perlu pemulihan kualitas air Waduk, ada beberapa cara pemulihan kualitas air Waduk Cirata ini, adalah : (1) koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung dan Purwakarta agar penggunaan wilayah genangan waduk tidak lebih dari 1% untuk budidaya ikan di jaring apung, (2) koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung agar pencemaran limbah industri ke perairan waduk dapat ditekan atau bahkan dihilangkan, (3) koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengadakan reboisasi di sekitar wilayah DAS Citarum dan anak sungainya yang bermuara ke Waduk Cirata, dan (4) memberi penyuluhan kepada para petani lahan kering maupun lahan basah untuk mengurangi penggunaan pestida buatan dan menggantinya dengan pestisida alami. Apabila diperlukan pengurangan jumlah budidaya ikan di jaring apung, maka pemerintah perlu menyediakan solusi lapangan usaha penggantinya bagi petani/ pengusaha jaring apung. Beberapa lapangan usaha yang masih terkait dengan budidaya ikan di jaring apung yang masih punya peluang untuk berkembang adalah: (1) usaha pembenihan ikan, (2) usaha pendederan ikan, dan (3) usaha pembuatan pakan, (4) usaha pengolahan ikan (fillet ikan). Poin (1), (2), dan (3) di Kabupaten Cianjur masih dapat berkembang karena sampai saat ini, input dari sektor ini sebagian besar masih di datangkan dari luar Kabupaten Cianjur.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini : a.
Sektor budidaya ikan di jaring apung di Kabupaten Cianjur merupakan sektor basis, karena nilai LQ nya lebih besar dari 1 (satu).
b.
Usaha budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih layak untuk dilaksanakan, karena : (1) masih menguntungkan, (2) NPV positif, (3) gross B/C ratio > 0, dan (4) IRR lebih besar dari suku bunga 15%.
c.
Budidaya ikan di jaring apung masih memberikan kontribusi yang positif terhadap masyarakat sekitar lokasi Waduk terutama bagi rumah tangga pembudidaya ikan
d.
Petani/pengusaha budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih mengalami surplus walaupun terjadi penurunan. Penurunan mulai dirasakan petani sejak tahun 2000 sampai sekarang, penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya produksi ikan per satuan luas. Penurunan produksi ini akibat karena penurunan kualitas air waduk.
e.
Budidaya ikan di jaring apung juga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Kabupaten Cianjur, dilihat dari kontribusinya terhadap output, nilai tambah bruto, dan permintaan akhir, namun bila dilihat dari keterkaitan antar sektor budidaya ikan di jaring apung dengan sektor lain, langsung kedepan maupun langsung kebelakang sangat kecil, keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan serta kaitan langsung dan tidak langsung kebelakang juga tergolong kecil, dan multiplier effect baik terhadap output maupun pendapatan juga masih tergolong kecil.
f.
Kualitas air waduk sampai saat ini sudah tergolong buruk sehingga berpengaruh negatif terhadap produksi ikan jaring apung, bila kondisi ini dibiarkan akan menghancurkan usaha budidaya ikan di jaring apung, pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi waduk dan menurunkan nilai tambah bagi perekonomian Kabupaten Cianjur. Bahkan akan menyebabkan bertambahnya tingkat pengangguran.
108
6.2.Saran Dari kesimpulan tersebut di atas dapat disarankan bahwa usaha budidaya ikan di jaring apung walaupun masing menguntungkan, tetapi sudah mengalami penurunan, oleh karena itu sebaiknya jumlah usaha budidaya ikan di jaring apung tersebut jangan sampai bertambah lagi, bahkan sebaiknya dikurangi, misalnya pemerintah daerah Kabupaten Cianjur mengupayakan agar sebagian petani/ pengusaha ikan jaring apung beralih pada usaha lainnya, dengan cara memfasilitasi pembuatan pabrik pengolahan ikan, pembuatan pakan ikan dan memberikan penyuluhan yang lebih intensif tentang usaha mina padi untuk menyediakan lebih banyak benih ikan di Kabupaten Cianjur. Salah satu upaya yang cukup penting dalam mengurangi penurunan kualitas air waduk, adalah pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur agar pola pemberian pakan ikan di Kolam Jaring Apung disesuaikan dengan kebutuhan ikan sehingga tidak banyak sisa pakan ikan yang tidak termakan, salah satu caranya adalah dengan menggunakan menggunakan alat pemberian pakan otomatis (Outomatic Feeder).
DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. 1977. Sumberdaya Alam, Tujuan Pembangunan dan Wilayah Pertanian. Prasaran pada Seminar Perwilayahan Pembangunan di Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. ________. 1992. Perubahan Struktur Ekonomi dan Arah Pembangunan Sektor Pertanian dimasa depan, Makalah Seminar disampaikan pada Seminar Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta. ________. 1995. Makalah tentang Kajian Kelembagaan Untuk Menunjang Pengembangan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Axel J. Schaffer. 2002. ECOLogical Input-Output model for economic purposes and ecological usage. Institute for Economic Policy Research (IWW), University Karlsruhe (TH) Badan Pengelola Waduk Cirata. 2008. Laporan Hasil Pemantauan Kualitas Air Waduk Cirata Triwulan III Tahun 2008. Badan Pengelola Waduk Cirata, Bandung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Meninjau Konsep Kesenjangan Kesejahteraan. Direktorat Kewilayahan 1, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1994. Indikator Kesejahteraan Rakyat 1993. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Balai Budidaya Air Tawar. 2003. Budidaya Ikan Mas dan Nila Sistem Berlapis pada Kolam Jaring Terapung. Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi. Bengen, D.G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Program Studi Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor BPS. 2006. Propinsi Jawa Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 2006. BPS.
2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2001. Nasional. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Survei Sosial Ekonomi
BPS. 2007. Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2006/2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Cianjur. ________. 2007. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cianjur. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Cianjur
110
Budhiharsono, S. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Teori, Model Perencanaan dan Penerapannya. PAU Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Yakarta. ________. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT. Pradya Paramita, Jakarta. Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat. LISPI bekerjasama dengan Ditjen P3K DEPL, Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan di Jaring Apung. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2007. Jawa Barat dalam Angka. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bandung. Djojohadikusumo, S. 1975. Indonesia dala Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang. LP3ES, Jakarta. Garno, Y.S. 2001. Dinamika Kualitas Perairan Di Muara Jangari-Bendungan Cirata. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.3, No.4 (Juli 2001), hal. 19 –27 /HUMAS-BPPT/ANY. Jakarta. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional (terjemahan Paul Sitorang). Program Perencanaan Nasional. FEUI-BAPPENAS. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Hanafiah, A.M., dan A.M. Saefuddin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbitan Universitas Indonesia, Jakarta. Isard, W. 1960. Methods of Regional Analysis. An Introduction to Regional Science. The MIT Press, Massachusetts. Jensen, R.C., T.D. Mandeville dan N.D. Karunaratne. 1979. Regional Economic Planning. Croom Helm, London. Jhingan. M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. P.T. Grafindo Persada, Jakarta. Kriswantriyono, A. 1994. Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Dati II Bekasi : Analisis Derivasi Tabel Input-Output. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Landert, H. 1976. History of Economic Theory : Scope, Method and Content. Houghton Mitllin, Boston. Lipsey, Purvis, Steiner, and Courant. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-10. Binarupa Aksara, Jakarta.
111
Mahyudi, A. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Ghalia Indonesia, Bogor. Miller, R.E. dan Blair, P.D. 1985. Input-Output Analysis : Foundations and Extensions. Pretice-Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey. Oliver Blanchard. 2002. Macroeconomics. Pearson Education International. Reksohadiprodjo, S. dan A. B. P. Brodjonegoro. 1977. Ekonomi Lingkungan : Statu Pengantar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Richardson, H.W. 1977. Input-Output and Regional Economics. John Wiley and Sons, New York. Rustiadi E., I.L. Nasoetion, dan S. Saefulhakim. 2000. Pemakaian Input – Output Pemilihan Sektor Prioritas Pembangunan di Daerah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Otonomi Daerah yang diselenggarakan oleh Universitas As-Syafi’iyah pada tanggal 7 Maret 2000 di Jakarta. Rustiadi E., S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sandy, I.M. 1982. Kebijaksanaan Pertanahan di Indonesia sehubungan dengan Pembangunan Regional. Publikasi No. 153. Cetakan ke III. Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Sayogyo.
1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Mimeograf. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sembiring, S.A. 1995. Peranan Agroindustri Terhadap Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara : Analisis Input-Output. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Stohr, W. 1981. Towards Another Regional Develoment In Search of a Strategy of Truly Integrated Regional Development, p. 215-227. In R.P. Misra and M. Honjo (ed.). Changing Perception of Development of Devlopment Problem. Maruzen, Nagoya, Japan. Sukirno, S. 1976. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. _________. 1978. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika, Jakarta. Tjokroamodjojo, B. 1977. Perencanaan Pembangunan. PT. Gunung Agung, Jakarta.
112
Tjokroamodjojo, B. Dan Mutopodidjaya, A.R. 1980. Pembangunan Nasional. PT. Gunung Agung, Jakarta.
Teori Strategi
Todaro, M.P. 1977. Economics For A Developing World. Longman Group Lited, London. Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Umar, H. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
LAMPIRAN
Waduk Cirata
Lampiran 1. Peta Provinsi Jawa Barat
114
115
Lampiran 2. Peta Kabupaten Cianjur
Waduk Cirata
116
Lampiran 3. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW dan RT SetiapKecamatan Tahun 2006 No.
Kecamatan
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Agrabinta Leles Sindangbarang Cidaun Naringgul Cibinong Cikadu Tanggeung Kadupandak Cijati Takokak Sukanagara Pagelaran Campaka Campakamulya Cibeber Warungkondang Gekbrong Cilaku Sukaluyu Bojongpicung Ciranjang Mande Karangtengah Cianjur Cugenang Pacet Cipanas Sukaresmi Sikalongkulon Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003
Desa/Kelurahan
Sumber : PMD dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007
10 11 9 63 10 13 9 16 13 9 9 10 17 11 5 18 11 8 10 10 16 12 12 16 11 16 7 7 11 18 348 348 348 344
Rw 52 39 39 347 103 78 75 81 77 45 70 59 111 86 22 150 82 67 101 71 114 125 60 119 173 106 79 80 90 106 2.523 2.523 2.483 2.323
Rt 196 152 204 347 313 273 217 277 222 140 284 267 417 363 113 572 299 207 365 280 467 419 276 532 539 402 290 320 347 422 9.522 9.479 9.473 9.221
117
Lampiran 4. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006
No
Kecamatan
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Agrabinta Leles Sindangbarang Cidaun Naringgul Cibinong Cikadu Tanggeung Kadupandak Cijati Takokak Sukanagara Pagelaran Campaka Campakamulya Cibeber Warungkondang Gekbrong Cilaku Sukaluyu Bojongpicung Ciranjang Mande Karangtengah Cianjur Cugenang Pacet Cipanas Sukaresmi Sikalongkulon Jumlah
Lusa Wilayah (Km2) 200,67 94,10 167,95 320,72 243,78 225,33 173,09 114,15 104,79 49,81 135,76 164,84 235,50 135,47 59,96 130,96 48,75 46,50 60,46 43,10 123,53 37,52 105,20 39,25 23,44 65,37 54,11 58,03 113,31 126,02
Jumlah Penduduk (Jiwa) 38.158 34.600 50.221 63.323 45.436 59.251 36.212 64.430 49.119 32.539 50.661 47.311 86.458 62.650 24.318 117.651 64.701 47.430 90.866 69.004 104.886 88.109 64.654 124.855 151.981 94.325 98.422 91.405 78.006 94.040
3.504,47
2.125.023
Sumber : Suseda dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007
Kepadatan (Jiwa/Km2) 190,15 367,69 299,02 197,44 186,38 262,95 209,21 564,43 468,74 653,25 373,17 287,01 367,13 462,46 405,57 898,37 1.327,20 1.020,00 1.502,91 1.601,02 849,07 2.348,32 614,58 3.181,10 6.483,83 1.442,94 1.818,92 1.575,13 688,43 746,23 606,38
118 Lampiran 5. Komposisi Penduduk Yang Sedang Bersekolah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2006 No.
Kecamatan
Sd/Mi/Paket A Setara
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Agrabinta Leles Sindangbarang Cidaun Naringgul Cibinong Cikadu Tanggeung Kadupandak Cijati Takokak Sukanagara Pagelaran Campaka Campakamulya Cibeber Warungkondang Gekbrong Cilaku Sukaluyu Bojongpicung Ciranjang Mande Karangtengah Cianjur Cugenang Pacet Cipanas Sukaresmi Sikalongkulon
5.175 4.602 7.387 9.143 6.661 8.680 6.247 8.036 7.859 4.699 6.909 7.536 10.900 8.667 2.444 17.493 9.358 7.605 11.880 10.120 15.062 11.435 10.059 16.678 20.117 13.987 10.095 14.809 12.135 11.769 297.549
Jumlah
Smp/Mts/Paket B Setara
Sma
Smk
3.212 1.987 2.520 3.820 3.069 3.912 2.549 3.139 3.225 1.978 2.911 3.033 3.464 3.339 2.450 3.931 3.865 1.978 3.703 2.992 4.433 3.414 3.548 4.432 7.071 3.521 5.478 1.978 3.066 3.524
82 652 93 13 216 235 921 382 400 1.800 110 484 3.393 905 216 1.068 488
177 126 100 257 24 1.564 181 64 136 301 1.511 4.576 549 115 505
101.530
12.624
10.186
119
Lampiran 6. Peta Waduk Cirata
Lampiran 7. Gambar Lokasi Kolam Jaring Apung di Kecamatan Cikalong Kulon
120
Lampiran 8. Gambar Lokasi Kolam Jaring Apung di Kecamatan Mande, Sukaluyu, dan Ciranjang
121
Lampiarn 10. Cash Flow Budidaya Ikan di Jaring Apung Dengan Discount Rate 15% No.
2007 Tahun 0
2008 Tahun 1
2009 Tahun 2
2010 Tahun 3
2011 Tahun 4
2012 Tahun 5
2013 Tahun 6
2014 Tahun 7
2015 Tahun 8
2016 Tahun 9
Uraian
Satuan
Discount Rate (%) dan DF
15
1.0000
1
Biaya Investasi Upah pembuatan keramba
Rp.
1,000,000.00
2
Rumah jaga
Rp.
15,000,000.00
3
Jangkar
Rp.
260,000.00
260,000.00
4
Besi
Rp.
4,000,000.00
4,000,000.00
5
Drum/Stereofoam
Rp.
5,000,000.00
5,000,000.00
6
Tambang
Rp.
170,000.00
170,000.00
7
Ember
Rp.
7,000.00
8
Bambu
Rp.
310,000.00
310,000.00
9
Kayu/Kaso
Rp.
44,000.00
44,000.00
10
Jaring utama
Rp.
2,880,000.00
2,880,000.00
11
Jaring kolor TOTAL BIAYA INVESTAS Biaya Operasional
Rp.
3,360,000.00
3,360,000.00
Rp.
32,031,000.00
-
354,000.00
-
-
26,410,000.00
-
-
-
4,267,000.00
Rp.
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
198,000.00
Rp.
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
476,000.00
Rp.
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
531,000.00
Rp.
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1 I.
II. A.
4
Biaya Tetap Perawatan rumah jaga Perawatan jaring utama Perawatan jaring kolor Perbaikan rumah jaga
5
Perbaikan jangkar
1 2 3
Rp.
0.8696
0.7561
0.6575
0.5718
0.4972
0.4323
0.3759
0.3269
0.2843
15,000,000.00
7,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
26,000.00
6
Perbaikan besi
Rp.
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
400,000.00
7
Rp.
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
8
Perbaikan drum Perbaikan tambang
Rp.
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
34,000.00
9
Perbaikan ember
Rp.
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
700.00
10
Rp.
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
124,000.00
Rp.
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
17,600.00
Rp.
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
576,000.00
13
Perbaikan bambu Perbaikan kayu/kaso Perbaikan jaring utama Perbaikan jaring kolor
Rp.
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
672,000.00
14
Restribusi
Rp.
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
63,000.00
15
Tenaga Kerja TOTAL BIAYA TETAP
Rp.
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00
Rp.
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
13,118,300.00
B.
Biaya Variabel
11 12
1
Pakan
Rp.
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
120,000,000.00
2
Benih Ikan Mas
Rp.
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
3
Benih Ikan Nila TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL BIAYA OPERASIONAL
Rp.
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
4,200,000.00
Rp.
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
142,200,000.00
Rp.
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
Rp.
187,349,300.00
155,318,300.00
155,672,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
181,728,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
155,318,300.00
159,585,300.00
Rp.
187,349,300.00
135,059,391.30
117,710,623.82
102,124,303.44
88,803,742.12
90,351,082.91
67,148,387.24
58,389,901.95
50,773,827.78
45,364,102.30
Ikan Mas
Rp.
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
168,000,000.00
Ikan Nila TOTAL PENERIMAAN
Rp.
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
25,500,000.00
Rp.
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
193,500,000.00
TOTAL BIAYA PRESENT VALUE TOTAL BIAYA III
Penerimaan
PRESENT VALUE TOTAL PENERIMAAN
Rp.
193,500,000.00
168,260,869.57
146,313,799.62
127,229,390.98
110,634,253.02
96,203,698.28
83,655,389.81
72,743,817.23
63,255,493.24
55,004,776.73
Rp.
6,150,700.00
38,181,700.00
37,827,700.00
38,181,700.00
38,181,700.00
11,771,700.00
38,181,700.00
38,181,700.00
38,181,700.00
33,914,700.00
Rp.
6,150,700.00
33,201,478.26
28,603,175.80
25,105,087.53
21,830,510.90
5,852,615.37
16,507,002.57
14,353,915.28
12,481,665.46
9,640,674.43
KEUNTUNGAN NET PRESENT VALUE Internal Rate of Return (IRR)
20.28%
Gross B/C Ratio
1.18
Net B/C Ratio Keuntungan Per Bulan
3.28%
24.58%
24.30%
24.58%
24.58%
6.48%
24.58%
24.58%
24.58%
21.25%
1.00 Rp.
512,558.33
3,181,808.33
3,152,308.33
3,181,808.33
3,181,808.33
980,975.00
3,181,808.33
3,181,808.33
3,181,808.33
2,826,225.00
Lamp. 11.
No. Resp.
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
Perumahan
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
(Rp)
1
1,642,713
3
600,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
2
1,344,300
3
525,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
3
272,379
3
675,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
4
1,047,748
3
600,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
5
86,872,914
3
642,857
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
6
138,207,000
3
716,667
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
7
6,453,052
3
525,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
8
1,247,360
3
450,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
9
2,217,833
3
462,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
10
1,506,282
3
450,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
11
998,403
3
900,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
12
601,319
3
500,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
13 14
509,917
3 3
450,000
3 3
100 100
3 3
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
18 18
Tinggi Tinggi
327,088
637,500
15
2,810,833
3
480,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
265,479
3
775,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
17
624,215
3
637,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
18
2,590,467
3
537,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
19
2,724,896
3
412,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
20
3,110,967
3
412,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
21
893,419
3
675,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
22
3,209,667
3
1,800,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
23
2,805,500
3
412,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
24
768,300
3
675,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
25
2,691,578
3
450,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
26
2,862,917
3
500,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
27
6,042,500
3
562,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
28
4,593,460
3
375,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
29
3,035,492
3
537,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
30
1,152,732
3
600,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
Lampiran 12.
No. Responden
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Bukan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Desa Gudang Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
Perumahan
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
(Rp)
1
233,333
3
216,667
3
66
3
20
3
Permanen
3
Semi Lengkap
2
17
Tinggi
2
300,000
3
266,667
3
66
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
3
350,000
3
342,500
3
50
2
20
3
Permanen
3
3
17
Tinggi
4
237,500
3
231,250
3
100
3
20
3
Permanen
3
2
17
Tinggi
5
283,333
3
285,000
3
100
3
17
3
Permanen
3
2
17
Tinggi
6
1,500,000
3
350,000
3
100
3
50
2
Permanen
3
2
16
Tinggi
7
130,000
1
118,000
2
100
3
20
3
Permanen
3
2
14
Sedang
8
135,714
1
128,571
2
71
3
14
3
Permanen
3
2
14
Sedang
9
240,000
3
220,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
2
17
Tinggi
10
240,000
3
260,000
3
40
2
20
3
Permanen
3
Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap Semi Lengkap
2
16
Tinggi
11
105,000
1
121,429
2
42
2
14
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
12
480,000
3
300,000
3
80
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
13 14
850,000
3 3
525,000
3 3
75 75
3 3
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
18 18
Tinggi Tinggi
525,000
600,000
15
437,500
3
375,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
225,000
3
195,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
17
212,500
3
200,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
3
18
Tinggi
18
187,500
2
162,500
3
50
2
20
3
Permanen
3
Lengkap Semi Lengkap
2
15
Tinggi
19
300,000
3
240,000
3
80
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
20
200,000
3
200,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
21
300,000
3
275,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
22
400,000
3
360,000
3
80
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
23
500,000
3
375,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
3
18
Tinggi
24
157,143
2
166,667
3
50
2
17
3
Permanen
3
Lengkap Semi Lengkap
2
15
Tinggi
25
250,000
3
250,000
3
67
3
17
3
Permanen
3
3
18
Tinggi
26
150,000
2
150,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
2
16
Tinggi
27
300,000
3
300,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
3
18
Tinggi
28
156,250
2
150,000
3
50
2
20
3
Permanen
3
2
15
Tinggi
29
250,000
3
158,333
3
83
3
20
3
Permanen
3
3
18
Tinggi
30
150,000
2
145,000
3
50
2
20
3
Permanen
3
2
15
Tinggi
Lengkap Semi Lengkap Lengkap Semi Lengkap Lengkap Semi Lengkap
Lampiran 13.
No. Responden
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Bukan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Desa Bobojong Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
(Rp)
1
150,000
2
150,000
3
60
2
20
3
2
75,000
1
75,000
1
83
3
20
3
3
75,000
1
75,000
1
100
3
20
3
4
240,000
3
210,000
3
100
3
20
5
135,714
1
107,500
2
67
3
6
750,000
3
405,000
3
80
7
200,000
2
165,000
3
8
75,000
1
67,500
9
120,000
1
10
120,000
11
Perumahan
S. Permanen S. Permanen
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
2
T. Lengkap
1
13
Sedang
2
S. Lengkap
2
12
Sedang
3
S. Lengkap
2
13
Sedang
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
14
Tinggi
3
20
3
3
Lengkap
3
18
Tinggi
80
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
1
71
3
20
3
3
S. Lengkap
2
13
Sedang
102,000
1
100
3
17
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
12
Sedang
1
56,000
1
75
3
20
3
3
S. Lengkap
2
13
Sedang
64,286
1
55,714
1
75
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
T. Lengkap
1
11
Sedang
12
662,500
3
397,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
13 14
1,125,000
3 3
480,000
3 3
100 100
3 3
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
18 18
Tinggi Tinggi
925,000
487,500
15
1,125,000
3
330,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
500,000
3
247,500
3
80
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
17
375,000
3
315,000
3
75
3
14
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
18
150,000
2
127,500
2
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
16
Tinggi
19
150,000
2
123,750
2
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
15
Tinggi
20
133,333
1
116,667
2
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
14
Sedang
21
187,500
2
165,000
2
83
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
15
Tinggi
22
500,000
3
384,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
23
500,000
3
390,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
24
700,000
3
368,000
3
60
2
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
25
100,000
1
93,333
1
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
13
Sedang
26
120,000
1
99,000
1
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
27
250,000
3
175,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
28
125,000
1
20,000
1
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
29
214,286
3
184,286
3
60
2
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
30
75,000
1
60,000
1
33
1
20
3
Permanen
3
T. Lengkap
1
10
Rendah
Lamp. 14.
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Bukan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Desa Sindang Raja
No. Resp.
Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
Perumahan
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
3
Lengkap
3
18
Tinggi
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
(Rp)
1
375,000.00
3
322,500
3
100
3
20
3
2
200,000.00
2
170,000
3
75
3
17
3
Permanen S. Permanen
3
3,750,000.00
3
480,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
4
1,333,333.33
3
630,000
3
83
3
20
3
3
Lengkap
3
18
Tinggi
5
150,000.00
2
90,000
1
27
1
20
3
2
S. Lengkap
2
11
Sedang
6
100,000.00
1
90,000
1
100
3
20
3
Permanen S. Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
12
Sedang
7
1,333,333.33
3
533,333
3
33
2
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
8
112,500.00
1
95,000
1
83
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
9
618,181.82
3
177,273
3
75
3
20
3
3
Lengkap
3
18
Tinggi
10
180,000.00
2
168,000
3
80
3
20
3
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
11
600,000.00
3
540,000
3
100
3
20
3
Permanen S. Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
12
125,000.00
1
110,000
2
83
3
17
3
Permanen
3
Lengkap
3
15
Tinggi
13 14
233,333.33
3 2
225,000
3 3
50 50
2 2
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
17 16
Tinggi Tinggi
150,000.00
147,500
15
625,000.00
3
407,500
3
63
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
500,000.00
3
427,500
3
75
3
20
3
3
Lengkap
3
18
Tinggi
17
375,000.00
3
350,000
3
83
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
18
150,000.00
2
143,750
3
83
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
19
150,000.00
2
132,500
2
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
16
Tinggi
20
100,000.00
1
90,000
1
100
3
20
3
3
Lengkap
3
14
Sedang
21
187,500.00
2
165,000
3
67
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
22
500,000.00
3
384,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
23
625,000.00
3
330,000
3
63
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
24
700,000.00
3
384,000
3
63
3
18
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
25
100,000.00
1
95,000
1
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
26
120,000.00
1
118,000
2
75
3
20
3
3
Lengkap
3
15
Tinggi
27
214,285.71
3
166,667
3
50
2
20
3
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
28
156,250.00
2
20,000
1
100
3
20
3
Permanen S. Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
13
Sedang
29
214,285.71
3
156,429
3
67
3
20
3
S.Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
30
75,000.00
1
60,000
1
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
14
Sedang
Lamp. 15.
No. Resp.
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Bukan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Desa Sindang Sari Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
Perumahan
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
(Rp)
1
107,142.86
1
105,714
2
57
2
14
3
S. Permanen
2
S. Lengkap
2
12
Sedang
2
300,000.00
3
256,667
3
67
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
3
150,000.00
2
89,167
1
50
2
17
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
13
Sedang
4
287,500.00
3
277,500
3
50
2
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
5
250,000.00
3
157,500
3
50
2
20
3
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
6
200,000.00
2
172,500
3
100
3
20
3
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
7
273,333.33
3
258,333
3
67
3
20
3
Permanen S. Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
8
525,000.00
3
152,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
9
400,000.00
3
223,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
10
212,500.00
3
150,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
11
275,000.00
3
250,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
12
175,000.00
2
275,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
13 14
250,000.00
3 3
375,000
3 3
75 75
3 3
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
18 18
Tinggi Tinggi
250,000.00
437,500
15
212,500.00
3
300,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
225,000.00
3
237,500
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
17
135,714.29
1
200,000
3
100
3
20
3
3
Lengkap
3
16
Tinggi
18
187,500.00
2
162,500
3
100
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
19
240,000.00
3
262,500
3
100
3
20
3
20
212,500.00
3
162,500
3
100
3
20
21
325,000.00
3
262,500
3
75
3
22
225,000.00
3
450,000
3
100
23
150,000.00
2
200,000
3
24
212,500.00
3
212,500
25
230,000.00
3
26
162,500.00
27
3
Lengkap
3
18
Tinggi
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
50
2
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
16
Tinggi
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
293,750
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
2
200,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
237,500.00
3
300,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
28
275,000.00
3
262,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
29
250,000.00
3
210,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
30
212,500.00
2
187,500
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
Lampiran 16.
Variabel Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Bukan Keluarga Petani/Pengusaha Budidaya Ikan Jaring Apung Desa Sindang Jaya
No. Responden
Pendapatan RT Per Kapita/Bln
Skor
(Rp)
Pengeluaran RT Per Kapita/Bln
Pendidikan
Kesehatan
Kondisi
Fasilitas
Total
Tingkat
Skor
Keluarga (% Tamat SD)
Skor
Keluarga (% Sering Sakit)
Skor
Perumahan
Skor
Perumahan
Skor
Skor
Kesejahteraan
3
Lengkap
3
18
Tinggi
2
S. Lengkap
2
16
Tinggi
(Rp)
1
825,000.00
3
410,000
3
100
3
20
3
2
260,000.00
3
254,000
3
80
3
20
3
Permanen S. Permanen
3
175,000.00
2
168,750
3
75
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
4
500,000.00
3
426,667
3
66
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
5
933,333.33
3
483,333
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
6
268,750.00
3
244,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
7
250,000.00
3
220,000
3
33
2
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
8
300,000.00
3
250,000
3
50
2
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
9
375,000.00
3
223,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
10
187,500.00
2
150,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
16
Tinggi
11
275,000.00
3
250,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
12
375,000.00
3
275,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
13 14
500,000.00
3 3
375,000
3 3
75 75
3 3
20 20
3 3
Permanen Permanen
3 3
Lengkap Lengkap
3 3
18 18
Tinggi Tinggi
525,000.00
437,500
15
450,000.00
3
300,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
16
287,500.00
3
237,500
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
17
250,000.00
3
200,000
3
100
3
20
3
3
Lengkap
3
18
Tinggi
18
187,500.00
2
162,500
3
100
3
20
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
19
275,000.00
3
262,500
3
100
3
20
3
20
175,000.00
2
162,500
3
100
3
20
21
300,000.00
3
262,500
3
75
3
22
600,000.00
3
450,000
3
100
23
300,000.00
3
200,000
3
24
180,000.00
2
212,500
25
300,000.00
3
26
225,000.00
27
3
Lengkap
3
18
Tinggi
3
Permanen S. Permanen
2
S. Lengkap
2
15
Tinggi
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
50
2
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
293,750
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
3
200,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
250,000.00
3
300,000
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
28
275,000.00
3
262,500
3
100
3
20
3
Permanen
3
S. Lengkap
2
17
Tinggi
29
300,000.00
3
210,000
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
18
Tinggi
30
200,000.00
2
187,500
3
75
3
20
3
Permanen
3
Lengkap
3
17
Tinggi
Lampiran 17.
Hasil Uji Khi Kuadrat (X2) antara Tingkat Kesejahteraa Keluarga Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung dengan Keluarga Bukan Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung
Rendah Petani/Pengusaha Jaring Apung
0 0.5
Non Petani/Pengusaha Jaring Apung
1
Total
1
Tingkat Kesejahteraan Sedang 0 11.5
23 0.5
Total
Tinggi 30
30 78
126 11.5
23
150 78
156
180
db = (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) =2 X2 tabel (db = 2, a = 0.05) = 5.99
X
2
=
=
r
k
( O ij − E ij ) 2
i =1
j =1
E ij
∑∑
(0 - 0.5)2/0.5 + (0 - 11.5)2/11.5 + (30 - 78)2/78 + (1 - 0.5)2/0.5 + (23 - 11.5)2/11.5 + (126 - 78)2/78
=
0
=
71.08
+
0
+
29.54
*
Jadi X2 hitung > dari X2 tabel =====> Ada perbedaan
C =
X
X
2
2
+ n
C =
71 . 08 71 . 08 + 180
C =
71 . 08 251 . 08
C =
0 . 28
C = 0 . 53 "===> kurang erat
+
0.5
+
11.5
+
29.54
Lampiran 18.
Hasil Uji Khi Kuadrat (X2) antara Tingkat Pendapatan Keluarga Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung dengan Keluarga Bukan Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung Tingkat Kesejahteraan Sedang (Rp 150.000 Rp 200.000) 0 15.5
Rendah (< Rp 150.000) 0 12
Petani/Pengusaha Jaring Apung Non Petani/Pengusaha Jaring Apung
24
Total
24
31 12
Tinggi (> Rp 200.000) 30 62.5 95
15.5 31
Total 30
150 62.5
125
180
db = (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 X2 tabel (db = 2, a = 0.05) = 5.99
X
2
=
=
(O
r
k
i =1
j =1
∑ ∑
− E
ij
E
ij
)2
ij
(0 - 0.5)2/0.5 + (0 - 11.5)2/11.5 + (30 - 78)2/78 + (1 - 0.5)2/0.5 + (23 - 11.5)2/11.5 + (126 - 78)2/78
=
0
=
61.30
+
0
+
*
Jadi X2 hitung > dari X2 tabel =====> Ada perbedaan
C =
X X
2
2
+ n
C =
71 . 08 71 . 08 + 180
C =
71 . 08 251 . 08
C =
0 . 28
C = 0 . 53 "===> kurang erat
16.90
+
12
+
15.5
+
16.90
Hasil Uji Khi Kuadrat (X2) antara Tingkat Konsumsi Keluarga Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung dengan Keluarga Bukan Petani/Pengusaha Ikan Jaring Apung Tingkat Kesejahteraan Total Rendah (< Sedang (Rp 104.000 Tinggi (> Rp Rp 104.000) Rp 140.000) 140.000) Petani/Pengusaha 0 0 30 30 Jaring Apung 9 6 75 Lampiran 19.
Non Petani/Pengusaha Jaring Apung
18
Total
18
12 9
120 6
12
150 75
150
180
db = (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 X2 tabel (db = 2, a = 0.05) = 5.99
X
2
C
=
r
k
i =1
j =1
∑ ∑
(O
ij
− E E
)2
ij
ij
(0 - 0.5)2/0.5 + (0 - 11.5)2/11.5 + (30 - 78)2/78 + (1 - 0.5)2/0.5 + (23 - 11.5)2/11.5 + = (126 - 78)2/78 = 0 + 0 + 27.00 + 9 + = 69.00 * Jadi X2 hitung > dari X2 tabel =====> Ada perbedaan X 2 = X 2 + n
C
=
71 . 08 71 . 08 + 180
C
=
71 . 08 251 . 08
C
=
0 . 28
C
= 0 . 53
"===> kurang erat
6
+
27.00
Lampiran 20. Perhitungan Biaya Tetap INVESTASI PER UNIT (Rp) NO. RESP.
1
JENIS BIAYA
4,000,000
400,000
10
Pelampung
5,000,000
500,000
5
Jaring
6,240,000
624,000
5
5,000,000
500,000
10
4,000,000
800,000
10
Pelampung
5,000,000
Jaring
6,240,000
Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 3
Pelampung Jaring Rumah Jaga
4
HARGA AKHIR
JUMLAH JUMLAH BIAYA TETAP JUMLAH BIAYA TETAP JANGKA PER UNIT PER PER TAHUN UNIT BIAYA USIA BIAYA TAHUN (Rp) (Rp) EKONOMIS PENYUSUTAN PEMELIHARAAN (Th)
Kerangka Jaring Apung
Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 2
HARGA AWAL
BIAYA TETAP PER KOLAM PER TAHUN (Rp)
Kerangka
5,000,000
1,000,000 1,248,000 1,000,000
4,000,000
600,000
5,000,000
750,000
6,240,000
936,000
5,000,000
750,000
5 5 10 10 5 5 10 10
360,000 900,000 1,123,200 450,000 320,000 800,000 998,400 400,000 340,000 850,000 1,060,800 425,000
100,000
460,000
100,000
1,000,000
100,000
1,223,200
100,000
550,000
100,000
420,000
100,000
900,000
100,000
1,098,400
100,000
500,000
100,000
440,000
100,000
950,000
100,000
1,160,800
100,000
525,000
100,000
442,000
4,849,800 1.5
11,673,600 4
3,075,800 1
1.5
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 5
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
6
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
7
Pelampung Jaring Rumah Jaga
8
Kerangka
3,800,000
380,000
4,800,000
480,000
13,047,500
1,304,750
4,500,000
450,000
4,000,000
800,000
4,000,000
800,000
6,240,000
1,248,000
5,000,000
1,000,000
4,000,000
600,000
5,000,000
750,000
6,240,000
936,000
5,000,000 5,000,000
750,000 500,000
5,000,000
500,000
6,240,000
624,000
4,500,000
450,000
342,000 5 5 10 10 5 5 10 10 5 5 10 8 5 5 10 8
864,000 2,348,550 405,000
6,539,325 100,000
964,000
100,000
2,448,550
100,000
505,000
320,000
100,000
640,000
100,000
998,400
100,000
400,000
100,000
340,000 850,000 1,060,800 425,000 562,500 900,000 1,123,200 405,000
420,000 740,000
8,275,200 3
1,098,400 500,000
125,000
465,000
125,000
975,000
125,000
1,185,800
125,000
550,000
150,000
712,500
150,000
1,050,000
150,000
1,273,200
150,000
555,000
125,000
525,000
190,548,000 60
17,953,500 5
4
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 9
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
10
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
11
Pelampung Jaring Rumah Jaga
12
Kerangka
4,000,000
800,000
3,400,000
680,000
13,048,000
2,609,600
7,000,000
1,400,000
4,000,000
800,000
4,000,000
800,000
6,240,000
1,248,000
5,000,000
1,000,000
4,000,000
600,000
4,400,000
660,000
6,240,000
936,000
4,500,000
675,000
3,200,000
160,000
3,000,000
150,000
5,850,000
292,500
3,500,000
175,000
400,000 5 5 8 10 5 5 8 10 5 5 8 8 4 4 8 8
544,000 2,087,680 700,000 320,000 640,000 998,400 500,000 340,000 748,000 1,060,800 478,125 380,000 712,500 1,389,375 415,625
16,926,720 125,000
669,000
125,000
2,212,680
125,000
825,000
100,000
420,000
100,000
740,000
100,000
1,098,400
100,000
600,000
100,000
440,000
100,000
848,000
100,000
1,160,800
100,000
578,125
150,000
530,000
150,000
862,500
150,000
1,539,375
150,000
565,625 485,000
28,584,000 10
12,107,700 4
3,497,500 1
1
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 13
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
14
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
15
Pelampung Jaring Rumah Jaga
16
Kerangka
3,200,000
320,000
3,200,000
320,000
5,200,000
520,000
3,400,000
340,000
4,000,000
1,000,000
4,800,000
1,200,000
6,240,000
1,560,000
7,000,000
1,750,000
4,000,000
400,000
5,000,000
500,000
6,240,000
624,000
5,000,000
500,000
3,800,000
760,000
4,400,000
880,000
6,175,000
1,235,000
4,800,000
960,000
4 4 8 10 5 5 10 10 5 5 10 10 5 5 10 8
360,000
125,000
720,000
125,000
1,170,000
125,000
382,500
125,000
300,000 720,000 936,000 525,000
3,132,500 845,000 1,295,000 507,500
150,000
450,000
150,000
870,000
150,000
1,086,000
150,000
675,000
360,000
125,000
900,000
125,000
1,123,200
125,000
450,000
125,000
304,000
100,000
704,000
100,000
988,000
100,000
384,000
100,000
12,324,000 4
485,000 1,025,000
4,999,800 1.5
1,248,200 575,000 404,000 804,000
2,780,000 1
1,088,000 484,000 505,000
1
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 17
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
18
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
19
Pelampung Jaring Rumah Jaga
20
Kerangka
3,600,000
360,000
4,000,000
400,000
3,120,000
312,000
4,000,000
400,000
4,000,000
600,000
4,800,000
720,000
6,110,000
916,500
5,500,000
825,000
3,400,000
340,000
3,800,000
380,000
6,110,000
611,000
5,000,000
500,000
4,000,000
1,000,000
4,600,000
1,150,000
5,850,000
1,462,500
6,000,000
1,500,000
4 4 8 10 5 5 10 8 5 5 8 10 5 5 8 8
405,000
100,000
900,000
100,000
702,000
100,000
450,000
100,000
340,000
150,000
816,000
150,000
1,038,700
150,000
467,500
150,000
382,500
125,000
684,000
125,000
1,099,800
125,000
562,500
125,000
300,000
150,000
690,000
150,000
877,500
150,000
562,500
150,000
2,857,000 1,000,000 802,000 550,000 490,000 966,000
11,417,700 3.5
1,188,700 617,500 507,500 809,000
6,457,600 2
1,224,800 687,500 450,000 840,000
10,605,000 3.5
1,027,500 712,500 505,000
6
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 21
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
22
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
23
Pelampung Jaring Rumah Jaga
24
Kerangka
3,800,000
760,000
4,800,000
960,000
6,110,000
1,222,000
5,000,000
1,000,000
3,800,000
570,000
4,000,000
600,000
5,850,000
877,500
5,000,000
750,000
4,800,000
1,200,000
4,000,000
1,000,000
5,980,000
1,495,000
4,800,000
1,200,000
4,000,000
1,000,000
5,000,000
1,250,000
3,120,000
780,000
6,000,000
1,500,000
5 5 6 10 5 5 8 8 5 5 8 10 5 5 10 8
380,000
125,000
768,000
125,000
977,600
125,000
666,667
125,000
5,700,000
125,000
3,000,000
125,000
994,500
125,000
531,250
125,000
450,000
100,000
600,000
100,000
897,000
100,000
450,000
100,000
300,000
150,000
750,000
150,000
468,000
150,000
450,000
150,000
19,753,600 893,000 1,102,600 791,667 5,825,000 3,125,000
48,265,875 4.5
1,119,500 656,250 550,000 700,000
11,188,000 4
997,000 550,000 450,000 900,000
5,136,000 2
618,000 600,000 525,000
1.5
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 25
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
26
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
27
Pelampung Jaring Rumah Jaga
28
Kerangka
4,000,000
800,000
4,600,000
920,000
6,240,000
1,248,000
5,000,000
1,000,000
4,400,000
1,100,000
4,000,000
1,000,000
6,240,000
1,560,000
5,000,000
1,250,000
5,000,000
1,000,000
4,000,000
800,000
6,110,000
1,222,000
6,000,000
1,200,000
3,600,000
720,000
4,800,000
960,000
5,850,000
1,170,000
5,000,000
1,000,000
5
400,000
125,000
736,000
125,000
5
998400
8
500000
10
330000
5
600000
5
936000
8
468750
8
500000
4
800000
4
1222000
8
600000
10
288000
5
768000
5
936000
8
500000
10
323000
125,000 125,000 100,000 100,000 100,000 100,000 150,000 150,000 150,000 150,000 125,000 125,000 125,000 125,000
4,701,600 861,000 1,123,400 625,000 430,000 700,000
8,204,250 3
1,036,000 568,750 650,000 950,000
9,305,000 2.5
1,372,000 750,000 413,000 893,000
14,960,000 5
1,061,000 625,000 423,000
3
Jaring Apung Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung 29
Pelampung Jaring Rumah Jaga Kerangka Jaring Apung
30
Pelampung Jaring Rumah Jaga
3,800,000
570,000
5,000,000
750,000
6,240,000
936,000
6,000,000
900,000
4,000,000
400,000
5,000,000
500,000
6,240,000
624,000
5,600,000
560,000
3,400,000
510,000
3,600,000
540,000
5,850,000
877,500
7,000,000
1,050,000
100,000 5
850000
5
1060800
8
637500
10
360000
5
900000
5
1123200
8
630000
10
289000
5
612000
5
994500
8
743750
100,000 100,000 100,000 125,000 125,000 125,000 125,000 100,000 100,000 100,000 100,000
9,813,900 950,000 1,160,800 737,500 485,000 1,025,000
7,026,400 2
1,248,200 755,000 389,000 712,000 1,094,500 843,750
4,558,875 1.5
Lampiran 21. Perhitungan Biaya Variabel BIAYA VARIABEL PER UNIT PER PERIODE (Rp) NO. RESPONDEN
JENIS BIAYA
JUMLAH KEBUTUHAN
Benih Ikan Mas
300
Kg
8,000
Kg
Pakan
SATUAN
1
JUMLAH BIAYA (Rp)
20,000
6,000,000
5,000
40,000,000
JUMLAH PERIODE PER TAHUN
JUMLAH BIAYA PER TAHUN (Rp)
Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 2 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 3 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan Ikan Mas
1 200
Orang Kg Kg
200
Kg
8,000 1 200 70 2,300 1 100 300 8,000
Orang Kg Kg Kg Orang Kg Kg Kg
2,000,000
2,000,000
14,000
2,800,000
19,500
3,900,000
5,000
40,000,000
TOTAL BIAYA VARIABEL PER TAHUN (Rp)
2 1.5
1 378,000,000 2 94,500,000
2,000,000
JUMLAH KOLAM (Unit)
148,200,000
98,800,000 Tenaga Kerja
4
HARGA PER SATUAN (Rp)
4
2,000,000
13,500
2,700,000
20,000
1,400,000
5,100
11,730,000
1 46,790,000 3 46,790,000
2,000,000
2,000,000
14,000
1,400,000
19,000
5,700,000
5,100
40,800,000
1
1 2
124,212,500
2
186,318,750
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal
5
20,000 4,375 1,000
Pakan Ikan Nila
800
Benih Ikan Mas Pakan 6 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan Ikan Mas Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal 8
200
Benih Ikan Nila
Tenaga Kerja
7
1
Tenaga Kerja
1 200 8,000 1 200 200 8,000 1 200 10,000 2,000 1
Orang
2,000,000
2,000,000
14,500
2,900,000
Kg
100
Ekor Kg Kg Kg Orang Kg Kg Orang Kg
5,100
10,000,000
3,500
2,800,000
3,600,000
3,600,000
20,000
4,000,000
4,900
39,200,000
2,400,000
2,400,000
14,000
2,800,000
Kg
5200
Ekor Kg Orang
98,400,000 2
32,800,000
2000000 14500 100 5200 2,000,000
3
8,460,000,000 3 141,000,000
20000
Kg
1
22,312,500
10,000
Kg
Orang
2,000,000
1
60
2
4,000,000 41,600,000
436,900,000 2
95,200,000
3
2,000,000 2,900,000 1,000,000
1
6
2,900,000
68,400,000
5
2
10,400,000 2,000,000
2
76,800,000
4
307,200,000
Benih Ikan Nila Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Benih Ikan Mas Pakan 9 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 10 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 11 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila 12
Benih Ikan Mas Pakan Tenaga Kerja
200 10,000 2,000 240 5,000 1 300 140 8,000 1 200 140 8,000 1 200 160 8,000 1
Kg Ekor
14,000 100
Kg
5,100
Kg
20,000
Kg Orang Kg Kg Kg Orang Kg Kg Kg Orang Kg Kg Kg Orang
5,400 900,000
2,800,000 1,000,000 10,200,000
2 6 6
4,800,000 27,000,000
699,000,000 2
65,400,000
10
900,000
15,000
4,500,000
21,000
2,940,000
5,000
40,000,000
1,600,000
1,600,000
8,000
1,600,000
21,000
2,940,000
5,000
40,000,000
900,000
900,000
14,000
2,800,000
21,000
3,360,000
5,000
40,000,000
1,200,000
1,200,000
1
4,500,000 362,720,000
2
1
89,080,000
4
1,600,000 90,480,000
2
1
87,680,000
2,800,000 92,020,000
2
1
1
92,020,000
Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan
13
Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Benih Ikan Nila
14
Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan
15 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Pakan 16
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila
200 200 8,000 1 40,000 6,000 400 1 20,000 3,000 300 140 8,000 1 200 500 1 200
Kg Kg Kg Orang Ekor Kg Kg Orang Ekor Kg Kg Kg Kg Orang Kg Kg Kg Kg
14,500
2,900,000
21,000
4,200,000
5,000
40,000,000
2,000,000
2,000,000
100
4,000,000
5,000
30,000,000
14,000
5,600,000
2000000 100
1 615,200,000 2
6
1
92,400,000
204,000,000
5,600,000
2
2
4
2,000,000 2,000,000
5,000
15,000,000
14,000
4,200,000
20,000
2,800,000
5,100
40,800,000
159,300,000
6 106,200,000 1
138,800,000 3 138,800,000
2,000,000
2,000,000
10,000
2,000,000
1,000
500,000
700,000
700,000
13,500
2,700,000
1.5
1
1 11,700,000 3
11,700,000
1
Benih Ikan Mas Pakan
17
Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas
18
Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal
19
Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Nila
20
Benih Ikan Mas Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal
200 8,000 1 11,000 1,500 200 200 8,000 1 13,000 1,500 1 500 20 1,000 1 20,000 3,000
Kg Kg Orang Ekor Kg Kg Kg Kg Orang Ekor Kg Orang Kg Kg Kg Orang Ekor Kg
23,000
4,600,000
5,000
40,000,000
2,000,000
2,000,000
633,500,000 3
181,000,000 100
1,100,000
5,000
7,500,000
17,000
3,400,000
17,000
3,400,000
5,000
40,000,000
2,000,000
2,000,000
100 5000
4
2 272,400,000 3
136,200,000
2
1,300,000 7,500,000
1,000,000
1,000,000
14,000
7,000,000
20,000
400,000
5,000
5,000,000
2,000,000
2,000,000
100
2,000,000
5,000
4
15,000,000
205,800,000 6
58,800,000
2
14,000,000
4
4
49,000,000 378,600,000
3
6
22,200,000
102,000,000
3
3
Benih Ikan Nila Benih Ikan Bawal 21
Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan
22
Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas
23
Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Bawal
24
Pakan Tenaga Kerja Benih Ikan Nila
100 21,000 3,500 1 200 70 1,750 1 5,000 1,500 100 200 8,000 1 20,000 1,700 1 300
Kg Ekor Kg Orang Kg Kg Kg Orang Ekor Kg Kg Kg Kg Orang Ekor Kg Orang Kg
5,000 100
500,000
1,000,000
6
2,100,000
5,000
17,500,000
1,000,000
1,000,000
14,000
2,800,000
20,000
1,400,000
5,000
8,750,000
2,000,000
2,000,000
100
2
500,000
5,000
7,500,000
14,000
1,400,000
20,000
4,000,000
5,000
40,000,000
2,000,000
2,000,000
100
2,000,000
5,000
8,500,000
1,000,000
1,000,000
14,000
4,200,000
584,200,000 6
2
123,600,000
5,600,000
5
5 180,100,000
3
6
2
36,450,000
48,000,000
2,800,000
2
2
4 276,000,000
3
138,000,000
2
116,100,000 6
2
69,000,000
8,400,000
1.5
1.5
Benih Ikan Mas Pakan 25
200 8,000
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 26
1 200 180 6,000
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 27
1 180 200 8,000
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 28
1 200 200 6,000
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila 29
Benih Ikan Mas Pakan
1 150 190 7,800
Kg
20,000
4,000,000
4,900
39,200,000
2,000,000
2,000,000
14,000
2,800,000
19,500
3,510,000
4,900
29,400,000
2,000,000
2,000,000
14,500
2,610,000
20,000
4,000,000
5,000
40,000,000
Kg Orang Kg Kg Kg Orang Kg Kg Kg Orang
2,000,000
2,000,000
15,000
3,000,000
19,000
3,800,000
5,100
30,600,000
2,000,000
2,000,000
14,000
2,100,000
Kg Kg Kg Orang Kg Kg
19,500
3,705,000
Kg
5,000
39,000,000
423,600,000 3
2
135,600,000
3
5,600,000 274,875,000
3
2
104,730,000
3
5,220,000 720,000,000
3
2
138,000,000
5
6,000,000 396,900,000
3
2 3
109,200,000
4
4,200,000 134,115,000
2
278,310,000
Tenaga Kerja Benih Ikan Nila Benih Ikan Mas Pakan 30 Tenaga Kerja Benih Ikan Nila
1
Orang
2,000,000
2,000,000
180
Kg
14,000
2,520,000
200
Kg
20,000
4,000,000
8000
Kg
5,000
40,000,000
Orang
2,000,000
2,000,000
Kg
14,500
2,755,000
1 190
2
5,040,000 143,510,000
3
2
138,000,000
5,510,000
1
Lampiran 22. Perhitungan Penerimaan
NO. RESP.
1
2
3
4
5 6
7
JENIS PENERIMAAN Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal
PENERIMAAN PER UNIT PER PERIODE JUMLAH HARGA PER PRODUKSI PENERIMAAN SATUAN (Kg) (Rp) (Rp) 4,300
16,000
68,800,000
JUMLAH PERIODE
2
PENERIMAAN PER TAHUN PER KOMODITI (Rp)
TOTAL PENERIMAAN PER TAHUN(Rp)
137,600,000 154,600,000
2,000
8,500
17,000,000
1
17,000,000
4,200
16,000
67,200,000
2
134,400,000 151,400,000
2,000
8,500
17,000,000
1
17,000,000
1220
16,500
20,130,000
3
60,390,000 62,940,000
300
8,500
4,300
16,000
1,000
8,500
3,500
7,000
4,000 4,200
2,550,000
1
2,550,000
2
137,600,000
1
8,500,000
24,500,000
1
24,500,000
8,500
34,000,000
2
68,000,000
16,000
67,200,000
3
201,600,000
68,800,000 8,500,000
162,100,000
68,000,000
227,100,000
JUMLAH UNIT
1.5
231,900,000
3
454,200,000
1
62,940,000
1.5
243,150,000
3 60
2,000
8,500
17,000,000
1.5
25,500,000
4,200
15,000
63,000,000
3
189,000,000
189,000,000
3
2,000
8,000
16,000,000
1
16,000,000
16,000,000
5
1400
7,000
6
58,800,000
58,800,000
2
9,800,000
TOTAL PENERIMAAN (Rp)
204,000,000
13,626,000,000
764,600,000
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Nila
2,000
8,400
16,800,000
2
33,600,000 96,000,000
1,600
6,500
10,400,000
6
62,400,000
2740
12,300
33,702,000
2
67,404,000 83,404,000
2,000
8,000
16,000,000
1
16,000,000
4,140
14,000
57,960,000
2
115,920,000 120,820,000
700
7,000
4,140
14,000
4,900,000 57,960,000
1
4,900,000
2
115,920,000 129,920,000
2,000
7,000
14,000,000
1
14,000,000
3,360
15,000
50,400,000
2
100,800,000 116,800,000
2,000
8,000
16,000,000
1
16,000,000
4,200
15,000
63,000,000
2
126,000,000
2,000
8,000
16,000,000
1
16,000,000
4,800
7,000
33,600,000
5
168,000,000
3,000
8,500
25,500,000
1
25,500,000
7,000
15,750,000
6
94,500,000
3,740
16,500
61,710,000
3
185,130,000
294,000,000
8,500
5,100,000
1
5,100,000
600
10,500
6,300,000
3
18,900,000
10
834,040,000
4
483,280,000
1
129,920,000
1
116,800,000
4
652,000,000
2
190,230,000 600
384,000,000
2
120,000,000 2,250
4
18,900,000
1.5
180,000,000
1
190,230,000
1
18,900,000
17
18 19
20
21
22
23 24
25
Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Mas Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Bawal Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas
5,800
16,000
92,800,000
3
278,400,000
278,400,000
2
2,000
7,000
14,000,000
2
28,000,000
28,000,000
3
1,200
7,100
4
34,080,000
34,080,000
1
4,200
16,000
3
201,600,000
201,600,000
2
6
56,700,000
56,700,000
2
42,500,000
42,500,000
3
24,960,000
24,960,000
3
6
129,600,000
129,600,000
3
2
14,000,000
14,000,000
6
6
132,300,000
132,300,000
4.5
2
16,000,000
16,000,000
5
3
45,360,000
45,360,000
2
1,350
7,000
2,500
8,500
520
16,000
2,700
8,000
1,000
7,000
3,150
7,000
1,000
8,000
945
16,000
8,520,000 67,200,000 9,450,000 21,250,000 8,320,000 21,600,000 7,000,000 22,050,000 8,000,000 15,120,000
3.5
1,200
7,000
8,400,000
6
50,400,000
50,400,000
2
1,200
8,000
9,600,000
2
19,200,000
19,200,000
4
4,200
16,500
3
207,900,000
207,900,000
2
1,360
7,000
6
57,120,000
57,120,000
3,000
8,000
24,000,000
2
48,000,000
48,000,000
3,800
15,000
57,000,000
3
171,000,000
171,000,000
69,300,000 9,520,000
1.5
3
674,880,000
403,200,000 347,200,000
547,680,000
675,350,000
268,320,000
415,800,000 157,680,000
561,000,000
26
27
28
29
30
Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila Panen Ikan Mas Panen Ikan Nila
1,000
8,000
3,180
16,000
1,000
8,000
4,200
15,000
1,000
8,000
2,900
16,000
1,100
8,000
4,090
16,000
1,200
8,000
3,800
16,500
900
8,500
8,000,000 50,880,000 8,000,000 63,000,000 8,000,000 46,400,000 8,800,000 65,440,000 9,600,000 62,700,000 7,650,000
2
16,000,000
16,000,000
3
152,640,000
152,640,000
2
16,000,000
16,000,000
3
189,000,000
189,000,000
2
16,000,000
16,000,000
3
139,200,000
139,200,000
2
17,600,000
17,600,000
3
196,320,000
196,320,000
2
19,200,000
19,200,000
3
188,100,000
188,100,000
2
15,300,000
15,300,000
2.5
5
4
2
1
421,600,000
1,025,000,000
627,200,000
431,040,000
203,400,000
Lampiran 23. NO. RESPONDEN
1 2 3 4 5 6
Perhitungan Biaya Operasional, Keuntungan, dan Surplus Produsen BIAYA OPERASIONAL (Rp) JUMLAH JUMLAH JUMLAH PENERIMAAN JUMLAH BIAYA BIAYA TETAP (Rp) BIAYA (Rp) VARIABEL (Rp) (Rp)
KEUNTUNGAN PER TAHUN (Rp)
KEUNTUNGAN PER BULAN (Rp)
SURPLUS PRODUSEN (Rp)
4,849,800
148,200,000
153,049,800
231,900,000
78,850,200
6,570,850
83,700,000
11,673,600
378,000,000
389,673,600
454,200,000
64,526,400
5,377,200
76,200,000
3,075,800
46,790,000
49,865,800
62,940,000
13,074,200
1,089,517
16,150,000
6,539,325
186,318,750
192,858,075
243,150,000
50,291,925
4,190,994
56,831,250
106,675,200
204,000,000
97,324,800
8,110,400
105,600,000
8,650,548,000
13,626,000,000
4,975,452,000
414,621,000
8,275,200
98,400,000
190,548,000
8,460,000,000
17,953,500
436,900,000
454,853,500
764,600,000
309,746,500
25,812,208
327,700,000
16,926,720
307,200,000
324,126,720
384,000,000
59,873,280
4,989,440
76,800,000
28,584,000
699,000,000
727,584,000
834,040,000
106,456,000
8,871,333
135,040,000
10
12,107,700
362,720,000
374,827,700
483,280,000
108,452,300
9,037,692
120,560,000
11
3,497,500
90,480,000
93,977,500
129,920,000
35,942,500
2,995,208
39,440,000
12
3,132,500
92,020,000
95,152,500
116,800,000
21,647,500
1,803,958
24,780,000
13
12,324,000
615,200,000
627,524,000
652,000,000
24,476,000
2,039,667
36,800,000
14
4,999,800
159,300,000
164,299,800
180,000,000
15,700,200
1,308,350
20,700,000
15
2,780,000
138,800,000
141,580,000
190,230,000
48,650,000
4,054,167
51,430,000
7 8 9
5,166,000,000
16
2,857,000
11,700,000
14,557,000
18,900,000
4,343,000
361,917
17
11,417,700
633,500,000
644,917,700
674,880,000
29,962,300
2,496,858
41,380,000
18
6,457,600
272,400,000
278,857,600
403,200,000
124,342,400
10,361,867
130,800,000
19
10,605,000
205,800,000
216,405,000
347,200,000
130,795,000
10,899,583
141,400,000
20
19,753,600
378,600,000
398,353,600
547,680,000
149,326,400
12,443,867
169,080,000
21
48,265,875
584,200,000
632,465,875
675,350,000
42,884,125
3,573,677
91,150,000
22
11,188,000
180,100,000
191,288,000
268,320,000
77,032,000
6,419,333
88,220,000
23
5,136,000
276,000,000
281,136,000
415,800,000
134,664,000
11,222,000
139,800,000
24
4,701,600
116,100,000
120,801,600
157,680,000
36,878,400
3,073,200
41,580,000
25
8,204,250
423,600,000
431,804,250
561,000,000
129,195,750
10,766,313
137,400,000
26
9,305,000
274,875,000
284,180,000
421,600,000
137,420,000
11,451,667
146,725,000
27
14,960,000
720,000,000
734,960,000
1,025,000,000
290,040,000
24,170,000
305,000,000
28
9,813,900
396,900,000
406,713,900
627,200,000
220,486,100
18,373,842
230,300,000
29
7,026,400
30
4,558,875
278310000 143510000
7,200,000
285,336,400
431040000
145,703,600
12,141,967
152,730,000
148,068,875
203400000
55,331,125
4,610,927
59,890,000
JUMLAH
501,518,245
17,114,923,750
17,616,441,995
25,335,310,000
7,718,868,005
643,239,000
8,220,386,250
RATAAN
16,717,274.83
570,497,458.33
587,214,733.17
844,510,333.33
257,295,600.17
21,441,300.01
274,012,875.00
1 1
Padi
2
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Budidaya ikan di jaring apung
Perikanan darat (tambak, kolam, sawah)
Perikanan laut
Kehutanan
Ungas dan hasilhasilnya
Ternak dan hasilhasilnya
Perkebunan
Tanaman bahan makanan lainnya
Buah dan Sayu-sayuran
Kacang-kacangan
Umbi-umbian
Sektor
Jagung
No
Padi
Lampiran 24. Tabel I-O Kabupaten Cianjur Tahun 2006 Domestik Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rp.)
13
274,834
0
0
0
0
0
0
13,305
134
0
0
0
0
Jagung
0
2,573
0
0
0
0
0
1,563
1,146
0
0
28
0
3
Umbi-umbian
0
0
20,144
0
0
0
0
2,844
3,010
0
0
14
0
4
Kacang-kacangan
0
0
0
11,352
0
0
0
1,613
1,066
0
0
0
0
5
0
0
0
0
49,300
0
0
2,575
338
0
0
37
0
6
Buah dan sayur-sayuran Tanaman bahan makanan lainnya
0
0
0
0
1
258
0
1,377
22
0
0
0
0
7
Perkebunan
0
0
0
0
295
0
16,094
1,345
1
0
0
0
0
8
Ternak dan hasil-hasilnya
4,346
2,072
4,015
1,581
25,964
247
425
635
0
0
0
0
0
9
Unggas dan hasil-hasilnya
218
11
349
41
2,426
3
974
203
20,420
0
3,605
0
0
10
Kehutanan
4
1
2
3
10
0
14
0
1
146
957
0
0
11
Perikanan laut Perikanan darat (tambak,kolam,sawah) Budidaya Ikan di jaring apung Pembenihan/pendederan ikan Pertambangan dan penggalian Industri pengilangan minyak bumi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17,285
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
118
416
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
225
2,775
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2,046
14,603
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12 13 14 15 16
25
Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki Industri kayu, bambu, rotan dan furniture Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan Industri kimia, barangbarang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen & barang galian bukan logam Industri logam dasar besi & baja Industri alat angkutan, mesin & peralatannya Industri pengolahan lainnya
26
Listrik
0
0
0
0
0
0
118
1,066
267
160
5,241
26
0
27
Air bersih
0
0
0
0
0
0
8
14
6
0
4
0
3
28
Konstruksi
252
132
60
163
649
72
4,164
5,070
126
1,770
1,809
32
0
29
Perdagangan
53,937
1,625
7,974
6,656
40,123
340
8,299
28,873
83,952
970
40,321
427
3,189
30
Hotel
0
0
0
0
52
0
29
1
6
88
22
0
0
31
Restoran
0
107
13
557
352
28
269
7
96
577
2,589
1
0
32
Angkutan rel
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
33
4,734
667
610
649
3,930
43
1,473
2,072
3,872
424
1,911
776
1,556
34
Angkutan jalan raya Angkutan sungai dan danau
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
7
35
Penunjang angkutan
85
3
13
10
63
1
68
83
132
2
81
1
5
17 18 19
20 21 22 23 24
0
0
0
0
0
0
0
21,240
77,501
0
9,479
40
196
53
2
8
1
313
0
52
3
5
1
48
3
0
0
0
0
0
136
2
18
49
60
16
7
87
1,899
0
0
0
0
0
0
332
0
1
1
0
2
0
36,976
860
1,207
907
9,211
73
4,044
713
4,453
14
397
193
1,272
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
125
10
43
6
186
1
93
11
0
13
36
16
212
57
4
0
1
47
0
127
6
0
380
4,236
11
0
0
0
0
0
1
0
2
2
0
12
343
504
3,078
36
40
Komunikasi Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga
190
Jumlah Input Antara
416,938
9,474
35,756
22,793
136,801
1,161
39,618
87,629
197,334
6,391
106,738
4,619
30,027
200
Impor
208,497
5,617
7,622
6,804
59,315
915
28,394
148,177
530,456
3,542
122,249
4,118
33,727
201
Upah dan gaji
466,558
7,941
31,011
15,941
413,252
1,491
40,577
54,784
266,104
5,207
43,747
528
20,873
202
Surplus usaha
1,768,897
35,269
274,089
75,711
1,004,805
9,515
61,921
137,948
221,716
21,795
87,688
2,032
82,295
298
396
476
4,620
237
4,021
5,471
4,873
2,335
8,097
66
2,609
37 38 39
0
0
0
0
234
0
28
5
12
7
49
9
3
30,482
554
430
547
1,416
41
1,730
2,142
91
837
17,692
20
781
0
0
0
0
0
0
63
83
34
2
11
0
1
0
0
0
0
188
0
48
83
28
0
209
0
9
10,836
856
888
321
1,905
51
1,146
645
554
970
402
1
20
203
Penyusutan
34,578
204
Pajak tidak langsung
30,213
405
1,943
1,544
12,068
100
1,230
2,723
586
633
2,343
45
1,795
205
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
209
Subsidi Nilai Tambah Bruto
2,300,246
43,914
307,439
93,673
1,434,745
11,342
107,749
200,926
493,278
29,970
141,875
2,672
107,572
210
Jumlah Input
2,925,681
59,004
350,818
123,270
1,630,861
13,418
175,761
436,731
1,221,069
39,903
370,861
11,409
171,327
14
15
16
0
0
0
17 117,9 91
0
0
0
0
0
0
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Angkutan jalan raya
Angkutan rel
Restoran
Hotel
Perdagangan
Konstruksi
Air bersih
Listrik
Industri pengolahan lainnya
Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
Industri kimia, barangbarang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen dan barang galian bukan logam Industri logam dasar besi dan logam
Industri kayu, bambu, rotan dan furniture barang-barang dari kertas, persetakan dan penerbitan
Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki
Pembenihan/ Pendederan ikan Pertambangan dan penggalian Industri pengilangan minyak bumi Industri makanan, minuman dan tembakau
Lanjutan Lampiran 24
32
33
0
262
0
45
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7,920
0
0
0
0
0
0
0
43
0
0
0
0
111
1,256
0
0
0
1,110
0
0
0
0
0
0
0
241
0
0
0
0
173
5,664
0
0
0
0
2,666
0
0
0
0
0
0
0
197
0
0
0
0
85
3,044
0
0
0
0
0
1,387
0
0
0
75
0
0
0
104
0
0
0
0
2,080
12,891
0
0
0
0
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
0
0
462
326
0
0
0
0
0
5,233
3
8
13,583
0
0
0
438
0
0
227
0
111
7,145
0
0
0
0
0
30 13,50 8 11,97 9
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
251
539
0
0
0
0
0
6,554
0
0
0
3
0
0
0
310
0
0
0
0
18,344
18,724
0
0
0
0
0
1
108
221
0
16
1
0
4
3
0
0
5,514
0
11
22
0
0
0
0
0
8,336
0
0
0
6
0
0
0
266
0
0
0
0
3,485
15,285
0
0
533 2,0 01 13, 632
0
0
2,701
0
0
0
0
0
0
0
28
0
0
0
0
353
2,566
0
0
0
2,184
0
0
0
0
0
0
0
70
0
0
0
0
913
4,004
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
519
0
0
0
0
974
703
464
312
14
130
14,494
0
529
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
154
0
0
4,840
196
44
4
472
0
0
0
491
0
0
0
495
9,283
30,852
1
132
1
0
0
16
4,966
1
272
4
62
194
88
6
1
18,472
3,295
81
82
0
799
768
0
0
538
83
423 4,79 1
193
190
56
12
726
6
24
7
36
16,743
41
37
1
171
1
5
0
24
662
32
64
1,549
55
91
1,913
25
51
62
253
2,400
91
18
0
315
5
0
219
1,793
294
44
9,009
43
386
10,554
152
59
0
23,232
15,752
299
187
1
379 15, 274
1
0
0
0
0
2
0
3
36
72
1
0
0
26,411
0
1
0
0
0
0
1
0
18
22
24
1
65
0
7 2,3 65
3,625
23
12
3
50,754
92
4
27
0
51
44
0
200
188
78
19
527
22
169
155,998
134
8,457
68
11,527
6,493
508
45
94
7 155 ,51 4
538
0
0
245
5
1
3
0
126
7
0
111
1,218
467
1,865
0
24
0
386
4,998
151
3,206
4,009
5 2,8 08
185
54
2 2,66 9
10,623
364
93,761
536
1,710
242,641
7,522
3,937
12
0
0
0
12
4
3
1
13
12
4
34
1
1
35
135
2,699
75
229
0
145
66
0
234
202
20
13
158
133
133
264
4
8
50
2,296
84
1,843
1,107
112
1,7 63
78
0
46,30 2
7,558
1,94 6
403
14,537
1,060
3,7 52
54,634
1,542
65,562
234
153,65 0
69,910
21,229
62,484
79
0
10
0
62
108
51
4
104
35
15
313
14
109
11
3,402
48,992
105
53
2
0
18
0
336
347
178
15
892
269
523
2,990
37
246
5
27,645
103,396
488
336
10
0
0
0
0
2
0
2
2
0
5
0
4
107
1
1
0
24
0
3,135
1,330
62
2,714
453
1 1,3 04
12
348
1 1,44 9
11,727
265
4,207
40
19,801
89,000
1,210
3,294
4
1
0
0
2
1
1
0
1
1
1
3
0
0
0
5
4
0
0
0
3
1
0
205
277
87
7
421
62
42
240
34
108
3
241
330
236
126
5
106 11, 560 209 12, 159 316 ,29 2 2,8 20 44, 981 15 95, 713 0 78, 834
4,2 88 145 ,08 3 15, 210 4,0 81 421 ,50 9 1,3 25, 136 790 ,42 1 207 ,13 2 306 ,50 6 265 ,41 6 41, 138
2
1
0
49
85
119
7
259
42
50
1,005
14
403
5
3,002
55,379
1,896
474
4
89
54
0
1,588
2,685
1,62 1
61
3,096
1,289
1,6 63
8,853
481
3,989
223
33,081
432,976
6,465
5,028
35
0
0
0
21
12
107
3
107
29
7
49
6
202
0
673
1,238
1,281
661
23
1
0
0
43
40
60
7
79
23
6
257
6
418
16
2,138
13,211
1,036
835
12
2
22
0
482
332
281
37
520
41
269
6,179
30
8,835
27
17,634
73,582
491
2,882
13
20, 405
873
0
235,3 22
31,23 6
14,7 70
2,079
52,656
8,161
13, 988
270,469
5,676
200,96 4
1,326
402,48 4
1,180,0 36
81,029
186,02 5
410
9,1 50
9,9 72
0
44,98 8
82,34 8
37,3 96
20,59 1
92,068
13,05 6
39, 465
243,047
9,406
383,35 5
1,063
1,712, 276
701,362
77,288
223,85 8
215
2,3 78
1,7 10
0
20,46 1
8,538
4,69 4
2,356
14,707
2,678
5,0 42
41,361
2,314
22,904
1,109
236,42 6
286,389
31,077
166,29 1
94
9,1 48
12, 640
0
22,77 0
13,62 0
5,51 2
3,626
23,537
2,356
7,3 74
79,085
3,453
50,444
1,463
124,96 0
1,495,5 69
49,781
424,65 1
42
297
707
0
4,583
2,738
1,19 5
779
3,429
1,204
19,053
219
50,753
666
29,482
105,910
5,354
22,059
23
205
515
0
5,081
1,201
597
568
2,935
806
1,3 90 1,0 53
10,002
196
184
700
21,030
131,030
5,635
27,012
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12, 028
15, 572
0
52,89 5
26,09 8
11,9 98
7,329
44,609
7,044
14, 860
149,501
6,181
124,28 5
3,938
411,89 9
2,018,8 98
91,847
640,01 2
166
0 820 ,19 1
41,
26,
0
333,2
139,6
64,1
29,99
189,333
28,26
68,
663,017
21,26
708,60
6,327
2,526,
3,900,2
250,16
1,049,
791
2,9
583
418
04
82
63
9
1
313
3
4
659
96
4
895
35, 748
35
36
37
38
39
40
180
301
302
303
304
305
309
0
0
0
0
40
0
406,632
0
0
0
182,454
2,336,594
2,519,049
0
0
0
250
94
0
14,984
40,648
0
0
311
3,061
44,021
0
0
0
116
180
0
33,496
241,170
0
0
28
76,124
317,322
0
0
0
112
72
0
20,207
97,162
0
0
233
5,668
103,063
0
0
0
11,559
8,262
0
88,609
487,787
0
59,613
58,129
936,723
1,542,252
0
0
0
311
147
0
2,958
2,415
0
0
18
8,027
10,459
0
0
0
97
119
1,916
60,124
54,200
0
0
314
61,123
115,637
0
0
0
124
171
0
52,351
206,763
0
4,978
53
172,586
384,380
0
0
0
1,409
3,023
0
76,618
429,735
0
37,502
576
676,638
1,144,451
Total Output
Total Permintaan Akhir
Ekspor Barang dan Jasa
Perubahan Stok
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Konsumsi Pemerintah
Konsumsi Rumah Tangga
Total Permintaan Antara
Jasa perorangan dan rumah tangga
Jasa sosial dan kemasyarakatan
Pemerintahan umum dan pertahanan
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Komunikasi
Penunjang angkutan
Lanjutan Lampiran 24
310 2,9 25, 681 59, 004 350 ,81 8 123 ,27 0 1,6 30, 861 13, 418 175 ,76 1 436 ,73 1 1,2 21, 069
409
509
600
0
0
2,925,681
0
0
59,004
0
0
350,818
0
0
123,270
0
0
1,630,861
0
0
13,418
0
0
175,761
0
0
436,731
0
0
1,221,069
0
0
0
2
0
233
7,272
1,470
0
0
29
31,132
32,631
0
0
0
869
1,242
0
46,773
162,061
0
0
0
162,027
324,088
0
0
0
0
0
0
6,714
2,620
0
0
0
2,075
4,695
0
0
0
0
0
0
12,171
47,177
0
0
95
111,884
159,157
0
0
0
0
0
0
30,280
0
0
0
114
11,188
11,302
0
0
0
0
0
0
18,143
0
0
0
6
8,268
8,274
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
102
39
526
1,353
3,022
38
160,512
141,791
0
11,927
9
18,965
172,693
66
41
142
1,227
93
2,816
33,636
36,980
0
0
3,189
65,877
9
85
1,796
14,557
551
236
43,933
9,225
0
127
375
10,503
8
160
885
12,427
753
297
22,542
4,331
0
0
25
331
56
571
10,161
2,027
16,616
167,701
12,453
0
25
0
1
0
6
3
20
26,568
0
0
11
10
74
910
8
1,150
59,957
2,950
3,588
538
4,396
37,348
377
160,230
551,576
34
12
165
6,097
93
156
1,603
4,498
10,639
49,069
1,094
69
62
109
634
38
9
49
72,480
126,490
5,266
2,223
8,914
1,106
516
561
787
39, 904 370 ,86 1 11, 409 171 ,32 7 41, 583 26, 418
0
0
39,903
0
0
370,861
0
0
11,409
0
0
171,327
0
0
41,583
0
0
26,418
0
0
0
0
0
333,204
106,046
139,682
0
0
20,231
64,164
0
0
3,102
7,457
29,999
0
0
5,759
3,395
21,631
189,333
0
0
46
36
1,611
1,693
28,261
0
0
0
327
7
5,073
8,356
68,313
0
0
101,344
0
4,880
4,348
868
111,441
663,017
0
0
15,384
1,958
0
1,051
33
2,837
5,879
21,263
0
0
15,443
480,202
228,402
0
0
0
0
228,402
708,604
0
0
129
4,541
1,786
0
0
0
0
1,786
6,328
0
0
1,628
1,349
235,340
1,031
0
2,290,287
0
0
2,291,318
2,526,658
0
0
2,5
98,770
13,534
51,627
1,280,122
1,038,021
0
65,226
72,879
1,444,049
2,620,174
3,900,296
0
0
3,9
2,199
25,702
84
882
86,897
96,672
0
0
0
66,594
163,267
250,164
0
0
2
7,924
127,998
1,242
13,245
339,063
358,371
0
0
0
352,461
710,832
1,049,895
0
0
1,0
0 333 ,20 4
1
1
6
7
1
8
18
137
2
20
341
196
0
0
0
254
450
791
0
0
493
1,161
15,630
37,609
1,029
10,084
324,807
954,994
0
2,842
3,175
1,649,930
2,610,942
2,935,748
0
0
1
30
3
41
0
40
143
84
0
0
0
396
480
624
0
0
2,913
224
546
7,088
65
388
93,052
28,385
0
102
114
6,165
34,766
127,819
0
0
1
2,263
6,946
5,908
7,743
969
1,373
92,636
58,741
0
0
0
41,097
99,838
192,473
0
0
1
17,663
22,545
161,091
66,927
7,383
42,671
1,023,417
97,935
0
0
0
10,233
108,169
1,131,585
0
0
1,1
41
171
20,110
12,125
1,024
707
54,004
961,381
1,210,123
0
0
842
2,172,346
2,226,350
0
0
2,2
840
1,225
7,571
15,839
9,699
5,250
63,262
105,244
3,161
0
0
9,090
117,495
180,757
0
0
1
6,802
5,101
69,909
141,590
1,939
4,584
781,692
327,121
0
25,653
0
76,169
428,943
1,210,636
0
0
1,2
43,781
46,487
391,604
816,696
60,005
331,499
6,818,662
6,342,604
1,213,284
2,504,585
332,311
8,372,632
18,765,416
25,584,078
0
0
25,5
28,940
34,804
146,273
488,055
56,240
286,218
6,691,553
2,184,215
8,128
93,024
78,877
0
2,364,243
9,055,796
17,006
22,761
98,867
847,050
40,400
166,958
3,618,735
0
0
0
0
0
25,186
60,931
434,366
0
17,342
374,223
7,332,307
0
0
0
0
0
11,666
24,661
41,339
74,549
5,745
37,981
779,305
0
0
0
0
0
1,241
2,829
19,137
0
1,024
13,756
343,516
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
55,099
111,182
593,708
921,599
64,512
592,918
12,073,863
2,184,215
8,128
93,024
78,877
0
2,364,243
14,438,106
127,819
192,473
1,131,585
2,226,350
180,757
1,210,635
25,584,078
48,242,476
96,425,948
192,501,079
384,878,887
768,126,914
21,129,659
40,022,184
2,9
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Direct & Indirect Foreward Linkage
DFL
DIFL
SDFL
SDIFL
0.483896 0.078628 0.089423 0.117598 0.120593 0.02575 0.275126 0.137573 0.178538 0.01342 0.119895 0.038891 0.101356 0.59235 0.103644 0 0.294155 0.063913 0.144506
1.677525 1.092721 1.101565 1.135922 1.14155 1.027318 1.358775 1.16165 1.211142 1.016104 1.144697 1.055596 1.153424 1.91553 1.136021 1 1.350424 1.07896 1.197959
1.873663 0.304449 0.346251 0.455346 0.466939 0.099706 1.0653 0.532686 0.691304 0.051964 0.464238 0.150588 0.392453 2.293601 0.401315 0 1.13898 0.247472 0.559534
1.221707 0.795807 0.802247 0.827268 0.831367 0.748175 0.989568 0.846006 0.88205 0.740007 0.833659 0.768769 0.840015 1.395041 0.827341 0.72828 0.983486 0.785784 0.872449
0.048544 1.062334 0.187963
0.773676
0.263597 0.012317 0.068867 0.817415 0.09371 0.776851 0.009881 0.415142 2.078088 0.05449 0.228744
0.999153 0.741748 0.795795 1.685548 0.811918 1.608377 0.737529 1.141399 2.76001 0.801069 0.993059
Direct Foreward Linkage
Standardized Direct & Indirect Foreward Linkage
20
Padi Jagung Umbi-umbian Kacang-kacangan Buah dan sayur-sayuran Tanaman bahan makanan lainnya Perkebunan Ternak dan hasil-hasilnya Unggas dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan laut Perikanan darat (tambak,kolam,sawah) Budidaya Ikan di jaring apung Pembenihan/pendederan ikan Pertambangan dan penggalian Industri pengilangan minyak bumi Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki Industri kayu, bambu, rotan dan furniture Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen & barang galian bukan logam Industri logam dasar besi & baja Industri alat angkutan, mesin & peralatannya Industri pengolahan lainnya Listrik Air bersih Konstruksi Perdagangan Hotel Restoran
Standardized Direct Foreward Linkage
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sektor
No.
Lampian 25. Foreward Linkages:
1.371936 1.018493 1.092706 2.314425 1.114844 2.208461 1.0127 1.567255 3.789767 1.099947 1.363569
1.020657 0.04769 0.266656 3.165061 0.36285 3.007994 0.03826 1.607447 8.046433 0.210986 0.885706
32 33 34 35 36 37 38 39 40
Angkutan rel Angkutan jalan raya Angkutan sungai dan danau Penunjang angkutan Komunikasi Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga TOTAL
0.000438 0.41798 0.000434 0.110227 0.113692
1.000626 1.615217 1.000538 1.134876 1.180849
0.001694 1.618434 0.001679 0.426804 0.440218
0.728736 1.176329 0.728671 0.826507 0.859988
1.115663 0.076961 0.120618 0.527566 10.33048
2.884257 4.31989 1.118951 0.297995 1.162 0.467039 1.853336 2.042756 54.92397 40
2.100545 0.814909 0.846261 1.349746 40
Perikanan darat (tambak, kolam, sawah)
Perikanan laut
Kehutanan
Ungas dan hasil-hasilnya
Ternak dan hasil-hasilnya
Perkebunan
Tanaman bahan makanan lainnya
Kacang-kacangan
Umbi-umbian
Jagung
Padi Direct Backward Linkage Direct & Indirect Backward Linkage Standardized DBL Standardized DIBL
Buah dan Sayu-sayuran
Lampiran 26. Backward Linkages:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DBL
0.14251
0.160563
0.101921
0.184906
0.083883
0.086529
0.225407
0.200647
0.161608
0.160168
0.28781
0.404879
DIBL
1.180737
1.217455
1.127054
1.246218
1.108178
1.114524
1.305833
1.295102
1.258539
1.222173
1.426049
1.661722
SDBL
0.551803
0.621706
0.394643
0.715962
0.324796
0.335042
0.872785
0.776912
0.625751
0.620176
1.114411
1.567706
SDIBL
0.859907
0.886648
0.82081
0.907595
0.807063
0.811685
0.951011
0.943196
0.916568
0.890083
1.038563
1.210198
0.678623
0.934698 Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
1.829306 Industri logam dasar besi dan logam
1.283433 Industri semen dan barang galian bukan logam
0.033061
Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
0.49071
Industri kertas dan barangbarang dari kertas, persetakan dan penerbitan
0.175263 Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
15 Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki
14 Industri makanan, minuman dan tembakau
13 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
0 0.706239 0.223624 0.230189 0.069288 0.278111 0.288773 0.204768 0.407937 0.26694 0.283606 0.209542 0.159295
1.039557 1 1.910341 1.311538 1.324251 1.085454 1.387208 1.40546 1.28919 1.632426 1.381682 1.397953 1.297154 1.224739
1.900047 0.128014 0 2.734584 0.865881 0.891299 0.268287 1.076857 1.11814 0.79287 1.579546 1.0336 1.098132 0.811355 0.616795
1.332246 0.757088 0.72828 1.391263 0.955166 0.964425 0.790514 1.010275 1.023568 0.938891 1.188863 1.006251 1.0181 0.944691 0.891952
16
Konstruksi
Air bersih
Listrik
Industri pengolahan lainnya
Industri pengilangan minyak bumi
Pertambangan dan penggalian
Pembenihan/ Pendederan ikan
Budidaya ikan di jaring apung
Lanjutan Lampiran 26.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
0.30255
0.323904
0.177184
0.518831
0.451379
0.425722
0.342521
0.241526
0.346067
0.366832
0.331966
0.273822
10.33048
1.437262
1.464987
1.257959
1.742075
1.664687
1.652831
1.504695
1.350444
1.49374
1.507582
1.465291
1.419134
54.92397
1.171486
1.254168
0.686065
2.008934
1.747758
1.64841
1.326256
0.935197
1.339984
1.420387
1.285383
1.06025
40
1.046729
1.06692
0.916146
1.268718
1.212358
1.203723
1.095839
0.983501
1.08786
1.097941
1.067141
1.033526
40
Komunikasi
Penunjang angkutan
Angkutan jalan raya
Angkutan rel
Restoran
Hotel
TOTAL
31
Jasa perorangan dan rumah tangga
Pemerintahan umum dan pertahanan
30
Angkutan sungai dan danau
29
Perdagangan
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Jasa sosial dan kemasyarakatan
Lanjutan Lampiran 26.
Income Multiplier Type I Income Multiplier Type II Business Surplus Multiplier Type I Business Surplus Multiplier Type II Depreciation Multiplier Type I Depreciation Multiplier Type II Value Added Tax Multiplier Type I Value Added Tax Multiplier Type II Import Multiplier Type I Import Multiplier Type II Total Value-Added Multiplier Type I Total Value-Added Multiplier Type II
Perikana n laut Perikana n darat (tambak , kolam, sawah)
Kehutan an
Perkebu nan Ternak dan hasilhasilnya Ungas dan hasilhasilnya
Kacangkacanga n Buah dan Sayusayuran n bahan makana n lainnya
Umbiumbian
Padi
Simbol
Jenis Multiplier
Jagung
Lampiran 27. Multipliers Effect
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
IM-1
1.146765
1.172874
1.131772
1.20269
1.060486
1.102288
1.182978
1.241168
1.114799
1.164815
1.331384
2.092023
IM-2
1.216296
1.272003
1.21995
1.319497
1.086676
1.165512
1.264249
1.385491
1.18758
1.269259
1.552961
2.968632
SM-1
1.140279
1.127537
1.087261
1.175508
1.069076
1.058919
1.243971
1.32551
1.411016
1.098339
1.521662
1.871191
SM-2
1.192321
1.190871
1.115572
1.245298
1.099643
1.087036
1.395099
1.488157
1.6589
1.169154
1.835358
2.517926
DM-1
1.310075
2.082066
2.753547
2.283264
1.794896
1.170067
1.371389
1.547955
2.500351
1.121259
1.60949
3.800498
DM-2
1.637152
3.002507
5.15914
3.646651
2.611617
1.308778
1.657321
2.051839
3.886036
1.202455
2.026846
6.245329
TM-1
1.140279
1.127537
1.087261
1.175508
1.069076
1.058919
1.243971
1.32551
1.411016
1.098339
1.521662
1.871191
TM-2
1.429435
1.775614
1.531752
1.556329
1.378018
1.41039
2.090448
2.30908
16.57609
1.371625
2.922766
4.533125
MM-1
1.393096
1.551084
1.849265
1.751087
1.605944
1.417924
1.52101
1.163662
1.11764
1.835928
1.316164
1.486308
MM-2
1.994849
2.093102
3.23673
2.809533
2.311665
1.81656
1.970187
1.370033
1.258848
2.429829
1.622834
1.921333
VM-1
1.145627
1.145254
1.095246
1.188775
1.070298
1.068662
1.230388
1.315429
1.27354
1.114464
1.479907
1.97932
VM-2
1.223815
1.244632
1.144557
1.29898
1.112121
1.114743
1.400068
1.533596
1.491216
1.215075
1.858701
2.940297
Industri pengolahan lainnya
Listrik
Air bersih
Konstruksi
21
22
23
24
25
26
27
28
1.080327
1.566475
1.287736
1.299769
1.73661
1.35852
1.773061
1.120763
1.212231
1.318491
2.90707
1.083772
0
3.861503
1.803114
1.622069
1.147089
1.872281
1.550277
1.540125
2.358547
1.57371
2.528376
1.22475
1.359575
1.144658
1.936024
1.029641
0
6.979984
1.787477
1.761739
1.233263
1.861528
2.048655
1.63709
2.052738
1.721687
2.276949
1.270476
2.21569
1.247384
2.592302
1.044034
0
9.299162
2.343718
2.418898
1.356335
2.403764
2.895261
2.103497
2.975773
2.130893
3.250142
1.494233
3.006787
1.345945
2.701818
1.045194
0
2.307004
1.586263
1.706966
1.110353
1.710199
1.487793
1.594159
1.752004
2.102126
1.269016
1.135942
1.656717
1.744
5.183137
1.076818
0
3.722762
1.926143
2.079492
1.180738
2.167452
1.691319
1.898133
2.222704
2.895018
1.387854
1.196303
2.068667
1.144658
1.936024
1.029641
0
6.979984
1.787477
1.761739
1.233263
1.861528
2.048655
1.63709
2.052738
1.721687
2.276949
1.270476
2.21569
1.565604
4.270405
1.057791
0
2.456873
1.910846
1.816454
1.128746
1.674761
1.315603
1.508408
2.172181
2.088906
38.72685
1.067391
1.841423
1.386199
1.939468
1.036945
0
2.086635
1.170774
1.208712
1.044203
1.221243
1.321188
1.16766
1.555128
1.210712
1.263672
1.637147
1.098736
1.727814
2.833679
1.061809
0
3.686433
1.296157
1.340717
1.073743
1.410174
1.529436
1.286433
1.964472
1.415438
1.438205
2.056728
1.177421
1.158049
1.981814
1.032428
0
4.524678
1.658047
1.580495
1.159412
1.723758
1.563245
1.496082
1.90666
1.597619
1.80367
1.164643
1.566694
1.311586
2.957009
1.055254
0
6.47515
2.225187
2.17029
1.278375
2.282722
2.116508
1.948265
2.860612
2.044189
2.575377
1.327024
2.035584
Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
20
1.350176
Industri logam dasar besi dan logam
19
1.490447
Industri semen dan barang galian bukan logam
18
2.95203
Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
17
0
16
Industri kertas dan barangbarang dari kertas, persetakan dan penerbitan
15 1.046279
Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki
Pertambangan dan penggalian
14 2.017378
Industri makanan, minuman dan tembakau
Pembenihan/ Pendederan ikan
13 1.175766
Industri pengilangan minyak bumi
Budidaya ikan di jaring apung
Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
Lanjutan Lampiran 27.
Restoran
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Angkutan sungai dan danau
Penunjang angkutan
Komunikasi
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Jasa sosial dan kemasyarakatan
Jasa perorangan dan rumah tangga
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
1.427366
1.182038
1.618008
1.937729
2.835902
1.372468
1.290958
1.622182
1.142829
1.276698
1.24093
55.89791
1.904523
1.656998
1.281954
2.000451
2.515685
4.233855
1.60519
1.472762
1.968871
1.224675
1.404414
1.427381
67.35561
1.302341
1.621655
1.202542
3.788354
2.718557
3.397382
1.737191
1.324566
1.326918
0
2.432289
1.290077
68.22974
1.500864
2.028453
1.313572
6.227962
3.826898
5.139766
2.183095
1.517288
1.550845
0
3.276567
1.526132
87.64896
1.73052
1.630226
1.296974
1.784102
1.2801
1.511098
1.228275
1.132846
1.468031
1.496808
1.417557
1.45417
65.28706
2.074934
2.094917
1.559575
2.328563
1.43735
1.811456
1.346551
1.191345
1.757105
1.821026
1.730669
1.739912
87.76961
1.302341
1.621655
1.202542
3.788354
2.718557
3.397382
1.737191
1.324566
1.326918
0
2.432289
1.290077
68.22974
TOTAL
Hotel
29 1.53919
Pemerintahan umum dan pertahanan
Perdagangan
Lanjutan Lampiran 27.
40
1.32396
1.508986
1.267318
3.30026
2.311233
3.273822
2.372425
1.596264
1.702175
0
3.086447
2.010439
127.2403
1.671301
1.410566
1.262235
1.967954
1.626941
1.424376
1.523976
1.454138
2.100257
1.735719
1.360933
1.547439
57.44337
2.248254
1.767672
1.549292
2.616159
2.212703
1.788352
2.052876
1.91397
3.006544
2.285101
1.71576
1.96808
75.25893
1.351286
1.536733
1.198936
2.221283
2.011458
2.648333
1.519379
1.275956
1.388519
1.496555
1.615488
1.294833
60.58296
1.638604
1.967495
1.342865
3.425826
2.820662
4.141487
1.917597
1.482301
1.708592
1.913612
2.058911
1.58591
78.2448
9
10
11
12
Angkutan jalan raya
8
Restoran
7
Hotel
6
Perdagangan
Industri pengolahan lainnya
5
Air bersih
Industri logam dasar besi dan logam
Industri makanan, minuman dan tembakau 4
Industri semen dan barang galian bukan logam
3
Industri kimia, barangbarang dari bahan kimia, karet dan plastik
2
Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
1
Pembenihan/ Pendederan ikan
Sektor
Budidaya ikan di jaring apung
No
Perikanan darat (tambak, kolam, sawah)
Lampiran 28. Tabel Green I-O Budidaya Ikan di Jaring Apung Tahun 2006 Domestik Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rp.)
13
14
1
Perikanan darat (tambak,kolam,sawah)
118
416
533
2,701
0
0
0
0
28
0
0
353
2,566
0
2
Budidaya Ikan di jaring apung
225
2,775
2,001
2,184
0
0
0
0
70
0
0
913
4,004
0
3
2,046
14,603
13,632
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40
196
154
4,840
44
472
0
0
491
0
495
9,283
30,852
132
87
1,899
768
538
4,791
190
56
12
6
7
16,743
41
37
171
193
1,272
315
219
294
9,009
43
386
152
0
15,752
299
187
15,274
7
Pembenihan/pendederan ikan Industri makanan, minuman dan tembakau Industri kayu, bambu, rotan dan furniture Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen & barang galian bukan logam
2
3
1
0
2
3
36
7
1
0
0
1
0
0
8
Industri logam dasar besi & baja
16
212
0
18
24
65
0
2,365
23
3
92
4
27
7
9
Industri pengolahan lainnya
504
3,078
538
245
2
3
0
5
126
0
1,218
467
1,865
106
10
Air bersih
0
3
0
12
3
13
12
4
1
35
2,699
75
229
209
11
Perdagangan
427
3,189
1,763
46,302
1,946
14,537
1,060
3,752
1,542
234
69,910
21,229
62,484
316,292
12
Hotel
0
0
0
62
51
104
35
15
14
11
48,992
105
53
2,820
13
Restoran
1
0
0
336
178
892
269
523
37
5
103,396
488
336
44,981
14
Angkutan jalan raya
776
1,556
348
3,135
1,449
2,714
453
1,304
265
40
89,000
1,210
3,294
95,713
15
Angkutan sungai dan danau
0
7
1
2
1
1
1
1
0
0
4
0
0
0
4 5 6
16
Penunjang angkutan
1
5
3
205
87
421
62
42
34
3
330
236
126
78,834
17
Komunikasi Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan
9
3
2
49
119
259
42
50
14
5
55,379
1,896
474
4,288
20
781
89
1,588
1,621
3,096
1,289
1,663
481
223
432,976
6,465
5,028
145,083
0
1
0
21
107
107
29
7
6
0
1,238
1,281
661
15,210
0
9
1
43
60
79
23
6
6
16
13,211
1,036
835
4,081
1
20
2
482
281
520
41
269
30
27
73,582
491
2,882
421,509
0
(6,157)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18 19 20
22
Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga Penurunan Kualitas Air Waduk Cirata
190
Jumlah Input Antara
4,466
23,870
20,152
62,979
11,059
32,483
3,451
10,412
3,328
610
925,016
45,872
115,940
1,144,711
200
Impor
4,041
33,681
9,052
38,255
29,115
53,511
2,288
26,974
5,139
289
543,218
72,105
214,955
237,249
201
Upah dan gaji
528
20,873
2,378
20,461
4,694
14,707
2,678
5,042
2,314
1,109
286,389
31,077
166,291
207,132
202
Surplus usaha
2,032
82,295
9,148
22,770
5,512
23,537
2,356
7,374
3,453
1,463
1,495,569
49,781
424,651
306,506
203
Penyusutan
66
2,609
297
4,583
1,195
3,429
1,204
1,390
219
666
105,910
5,354
22,059
265,416
204
Pajak tidak langsung
45
1,795
205
5,081
597
2,935
806
1,053
196
700
131,030
5,635
27,012
41,138
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2,672
107,572
12,028
52,895
11,998
44,609
7,044
14,860
6,181
3,938
2,018,898
91,847
640,012
820,191
0
6,157
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11,179
171,280
41,232
154,128
52,173
130,603
12,783
52,245
14,648
4,836
3,487,132
209,824
970,907
2,202,152
21
205
Subsidi
209
Nilai Tambah Bruto Ecomarge
210
Jumlah Input
18
19
20
21
22
180
301
302
303
304
305
Total Output
Total Permintaan Akhir
Ekspor Barang dan Jasa
Perubahan Stok
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Konsumsi Pemerintah
Konsumsi Rumah Tangga
Total Permintaan Antara
Penurunan Kualitas Air Waduk Cirata
Jasa perorangan dan rumah tangga
17
Jasa sosial dan kemasyarakatan
Komunikasi
16
Pemerintahan umum dan pertahanan
Penunjang angkutan
15
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Angkutan sungai dan danau
Lanjutan Lampiran 28.
309
310
409
509
11,409
0
0
171,327
0
0
41,583
0
0
224,784
0
0
62,812
0
0
94,789
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6,714
2,620
0
0
0
2,075
0
0
0
0
0
0
0
0
12,171
47,177
0
0
95
111,884
0
0
0
0
0
0
0
30,280
0
0
11,188
102
39
526
3,022
38
0
52,091
141,791
0
0 11,92 7
114
12
9
18,965
0
9
85
1,796
551
236
0
42,582
9,225
0
127
331
56
571
2,027
16,616
0
73,157
12,453
0
25
375 5,75 9
10,503
0
0 1,35 3 14,5 57 10,1 61
3,395
4,695 159,1 57 11,30 2 172,6 93 20,23 1 21,63 1
0
0
1
0
6
3
20
0
84
0
0
46
36
1,611
1,693
1,777
0
0
0
11
10
74
8
1,150
0
5,020
2,950
0
327
7
5,073
8,356
13,376
0
0
1
34
12
165
910 6,09 7
93
156
0
14,716
1,958
0
1,051
33
2,837
5,879
20,595
0
0
0
62 2,22 3
109
38
129
0
4,335
1,786
0
0
0
51,627
0
725,090
1,038,021
0
1,444,049
3,345,264
0
0
516
2,199
84
882
0
82,752
96,672
0
0
0
66,594
246,018
0
0
1
561
7,924
1,242
13,245
0
303,198
358,371
0
0
1,014,030
0
0
493
1,029
10,084
0
267,268
954,994
0
2,842
0 3,17 5
352,461
4
787 1,16 1
1,786 2,620, 174 163,2 67 710,8 32 2,610, 942
6,122
13,534
0 72,8 79
0
8,914
0 65,22 6
0
69 5,26 6 1,10 6
2,878,209
0
0
91
15,630
634 98,7 70 25,7 02 127, 998 37,6 09
1,649,930
600 11,40 9 171,3 27 41,58 3 333,2 04 64,16 3 189,3 33 28,26 1 68,31 3 21,26 3 6,327 3,900, 296 250,1 64 1,049, 895 2,935, 748
700 11,409 171,327 41,583 333,204 64,163 189,333 28,261 68,313 21,263 6,327 3,900,29 6 250,164 1,049,89 5 2,935,74 8
0
16
1 2,91 3 2,26 3 17,6 63
0
41
1
21 2
30
3
224 6,94 6 22,5 45
546
0
40
0
133
84
0
0
0
396
65
388
0
91,633
28,385
0
102
114
6,165
969
1,373
0
87,792
58,741
0
0
0
41,097
7,383
42,671
0
918,698
97,935
0
0
0
10,233
1,024
707
0
52,847
961,381
1,210,123
0
0
842
9,699
5,250
0
59,832
105,244
3,161
0
9,090
1,939
4,584
0
730,067
327,121
0
0 25,65 3
0
76,169
0
0
0
(6,157)
0
0
149,196
0
3,554,304
4,246,909
1,213,284
3,824,559
44,913
132,309
0
1,872,450
1,424,425
8,128
0 82,5 97 32,7 50
0
42,710
0 107,3 24 88,18 8
40,400
166,958
0
1,958,732
0
0
0
0
0
17,342
374,223
0
3,348,535
0
0
0
0
0
41,339
0 74,5 49
5,745
37,981
0
610,367
0
0
0
0
0
5,908 161,09 1
41 7,08 8 7,74 3 66,9 27 12,1 25 15,8 39 141, 590
20,110
840 6,80 2
171 1,22 5 5,10 1
0 38,5 05 19,0 31 17,0 06 25,1 86 11,6 66 1,24 1
0 41,1 94 29,5 82 22,7 61 60,9 31 24,6 61 2,82 9
0 303,04 4 124,91 5
19,137
0
1,024
13,756
0
256,221
0
0
0
0
0
0 111, 182
0 593,70 8
0 921, 599
0
0
0
0
0
0
64,512
592,918
0
6,173,856
1,424,425
8,128
0 88,18 8
0 32,7 50
0
93
0 55,0 99
0
0
0
0
0
0
(6,157)
0
0
363
112, 635
181, 958
1,021,6 68
0 1,74 8,46 3
46,402,437
92,80 4,874
185, 609, 749
6 0 157 113 18 41 29 5 0
7,571 69,909
98,867 434,36 6
0 575, 148 251, 715 847, 050
152,135
874,423
(6,157)
11,600,609
23,201,219
0
480 34,76 6 99,83 8 108,1 69 2,172, 346 117,4 95 428,9 43 0 9,474, 674 1,553, 491
613
0
0
192,473 1,131,58 5 2,226,35 0
0
624 127,8 19 192,4 73 1,131, 585 2,226, 350 180,7 57 1,210, 635
126,400
0
0
187,629
0
0
1,026,867
0
0
2,225,193
0
0
177,327
0
0
1,159,010
0
0
624
0
14,14 1,532
14,141,5 32
127,819
180,757 1,210,63 5
(6,157) 13,028,977 3,425,941
0
1,553, 491
7,727,346
371,219,498
11,02 8,164
20,756,323
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Perikanan darat (tambak,kolam,sawah) Budidaya Ikan di jaring apung Pembenihan/pendederan ikan Industri makanan, minuman dan tembakau Industri kayu, bambu, rotan dan furniture Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Industri semen & barang galian bukan logam Industri logam dasar besi & baja Industri pengolahan lainnya Air bersih Perdagangan Hotel Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai dan danau Penunjang angkutan Komunikasi Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga Penurunan Kualitas Air TOTAL
Standardized Direct & Indirect Foreward Linkage
DIFL
Standardized Direct Foreward Linkage
DFL
Direct & Indirect Foreward Linkage
Direct Foreward Linkage
Sektor
No.
Lampiran 29. Foreward Linkages:
SDFL
SDIFL
0.04969 1.068482 0.175168 0.112279 1.16759 0.395805 0.598855 1.9347 2.111073 0.208991 1.245569 0.736733 0.160671 1.217084 0.566396
0.76036 0.830888 1.376784 0.88638 0.86611
0.185886 0.003336 0.053427 0.099145 0.012412 1.70864 0.05595 0.216994 0.399035 0.000539 0.1439 0.120037
1.24989 1.003436 1.058214 1.121492 1.014977 3.13221 1.096009 1.333325 1.556829 1.00065 1.17268 1.181316
0.655284 0.011761 0.188339 0.349503 0.043754 6.023269 0.197232 0.764942 1.40667 0.001899 0.507273 0.423153
0.889455 0.714072 0.753053 0.798083 0.722285 2.228964 0.779949 0.94883 1.107881 0.712089 0.83451 0.840656
1.129391 0.056165 0.123208 0.518586 -0.03595 5.957136
2.855146 3.98131 1.101579 0.197992 1.166484 0.434332 1.832193 1.82811 1.068482 -0.12672 29.50985 21
2.031798 0.783913 0.830101 1.303837 0.76036 21
9
Perdagangan
8
Air bersih
7
Industri pengolahan lainnya
Industri logam dasar besi dan logam
6
Industri semen dan barang galian bukan logam
5
Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
4
1
2
DBL
0.399509
0.17531
0.488752
0.408612
0.211978
0.248713
0.269965
0.199287
0.227177
0.126027
0.265266
DIBL
1.650837
1.278918
1.818175
1.574434
1.292162
1.345165
1.380126
1.274971
1.32344
1.174294
1.365365
Standardized DBL
SDBL
1.408342
0.617999
1.72294
1.440434
0.747261
0.876758
0.951677
0.702523
0.800843
0.444269
0.93511
Standardized DIBL
SDIBL
1.17478
0.910112
1.293862
1.120409
0.919537
0.957255
0.982134
0.907304
0.941795
0.835659
0.97163
Direct Backward Linkage Direct & Indirect Backward Linkage
3
Industri makanan, minuman dan tembakau
Perikanan darat (tambak, kolam, sawah)
Budidaya ikan di jaring apung
Pembenihan/ Pendederan ikan
Lampiran 30. Backward Linkages
10
11
Jasa perorangan dan rumah tangga
Penurunan Kualitas Air Waduk
16 17 0.341859 0.226392 1.467143 1.310013 1.205116 0.798074 1.044058 0.93224
18 0.296617 1.407372 1.045629 1.001524
19 0.328945 1.432392 1.159592 1.019328
20 0.280739 1.389571 0.989657 0.988856
21 0.170622 1.234828 0.601475 0.878737
22 0.000000 1.650837 0.000000 1.174780
TOTAL
Jasa sosial dan kemasyarakatan
15 0.433515 1.607507 1.528222 1.143945
Pemerintahan umum dan pertahanan
Angkutan sungai dan danau
14 0.519815 1.701997 1.832443 1.211187
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Angkutan jalan raya
13 0.119414 1.170905 0.420957 0.833247
Komunikasi
Restoran
12 0.218621 1.310239 0.770678 0.932401
Penunjang angkutan
Hotel
Lanjutan Lampiran 30.
5.957136 29.50985 21 21
Pembenihan/ Pendederan ikan
Industri makanan, minuman dan tembakau
Industri pengolahan lainnya
Air bersih
Perdagangan
3
4
6
7
8
9
10
11
2.21938
1.197023
2.077081
1.423798
1.34867
1.329506
1.208769
1.303811
1.220594
1.088404
1.551948
Income Multiplier Type II Business Surplus Multiplier Type I Business Surplus Multiplier Type II Depreciation Multiplier Type I Depreciation Multiplier Type II Value Added Tax Multiplier Type I Value Added Tax Multiplier Type II
IM-2 SM1 SM2 DM1 DM2 TM1 TM2 MM1 MM2 VM1 VM2
3.519498
1.384985
3.414704
1.832724
1.655832
1.619458
1.380436
1.57332
1.414174
1.16029
1.972782
1.935441
1.156724
1.977823
2.448049
1.718966
1.637801
1.755418
1.638508
1.473526
1.217646
1.312888
2.87546
1.289305
2.944799
3.469984
2.446533
2.141651
2.297923
2.151035
1.834284
1.369239
1.537
4.343328
1.396939
2.823625
1.717944
1.553529
1.544381
1.19572
1.456326
1.879746
1.06036
1.590221
7.966551
1.920759
6.551371
2.354027
1.974056
1.977598
1.328698
1.796909
2.592474
1.102056
1.986655
1.935441
1.156724
1.977823
2.448049
1.718966
1.637801
1.755418
1.638508
1.473526
1.217646
1.312888
5.760042
1.713076
5.367459
1.789886
1.899487
1.656319
1.241825
1.560099
2.04526
1.054583
1.359924
1.395742
1.337306
1.855631
1.403565
1.154687
1.178426
1.331588
1.117731
1.167398
1.443702
1.38582
1.803061
1.6164
2.69751
1.927618
1.273347
1.369364
1.813023
1.238444
1.37623
2.10572
1.917409
2.072931
1.173524
2.031536
1.898774
1.546402
1.514129
1.382206
1.486963
1.399174
1.122253
1.354367
3.464524
1.37095
3.463091
2.755058
2.196968
2.0316
1.735424
1.982019
1.791415
1.231858
1.677519
Import Multiplier Type I Import Multiplier Type II Total Value-Added Multiplier Type I Total Value-Added Multiplier Type II
5
Industri logam dasar besi dan logam
Budidaya ikan di jaring apung 2
IM-1
Industri semen dan barang galian bukan logam
Perikanan darat (tambak, kolam, sawah) 1
Income Multiplier Type I
Jenis Multiplier
Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
Kode
Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
Lampiran 31. Multipliers
Angkutan jalan raya
Angkutan sungai dan danau
Penunjang angkutan
Komunikasi
Bank, lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan
Pemerintahan umum dan pertahanan
Jasa sosial dan kemasyarakatan
Jasa perorangan dan rumah tangga
13 1.107976 1.202274 1.133567 1.236261 1.27136 1.519007 1.133567 1.278744 1.141358 1.316144 1.133676 1.266305
14 2.022328 2.728342 2.896509 4.223371 1.282394 1.474339 2.896509 2.436389 2.020871 3.497729 2.100366 3.065526
15 2.370474 3.537223 2.980527 4.405683 1.349745 1.600236 2.980527 2.831787 1.319641 1.762619 2.307068 3.523848
16 1.394467 1.687156 1.795929 2.345528 1.221935 1.370575 1.795929 2.535686 1.425206 2.051847 1.551977 2.040983
17 1.313181 1.547624 1.353 1.596555 1.126554 1.201934 1.353 1.696556 1.282686 1.714879 1.295295 1.555101
18 1.622887 2.021111 1.352602 1.604676 1.463392 1.795185 1.352602 1.739934 1.493165 2.248337 1.406664 1.765636
19 1.129513 1.213941 0 0 1.425597 1.759792 0 0 1.562315 2.243038 1.470492 1.890551
20 1.21241 1.351181 2.077358 2.976388 1.416782 1.756739 2.077358 3.230264 1.260681 1.559765 1.480568 1.950998
21 1.143759 1.260102 1.198748 1.3431 1.225898 1.404061 1.198748 1.606632 1.280844 1.632599 1.18896 1.3663
TOTAL
Restoran
12 1.246163 1.444192 1.449259 1.79306 1.491696 1.892128 1.449259 1.501031 1.158598 1.363095 1.374928 1.737635
Penurunan Kualitas Air Waduk
Hotel
Lanjutan Lampiran 31.
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30.53214 38.92135 34.51029 45.88183 33.83747 47.32515 34.51029 44.30498 28.71696 38.52818 32.29225 43.86331