e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
ANALISIS TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG DAGANG PADA KOPERASI TANI TUMPANG SARI PADA PERIODE 2011 - 2013 1
Ketut Dimas Suryana, 2Ni Kadek Sinarwati,S.E,M.Si,Ak, 3Ni Luh Gede Erni Sulindawati,S.E,Ak,M.pd. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak
Koperasi merupakan salah satu amanat dalam penerapan Undang-Undang Dasar, dimana koperasi merupakan organisasi yang berwatak sosial dan ekonomi yang berarti bahwa ada keseimbangan antara peran sosial dalam masyarakat dan mensejahterakan anggotanya itu sendiri melalui SHU yang dihasilkan oleh kegiatan operasional koperasi. Salah satu kegiatan operasional koperasi adalah penjualan barang secara kredit sehingga pada neraca akan muncul piutang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perputaran piutang dagang pada Koptan Tumpang Sari Periode 2011, 2012, dan 2013. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang memakai data numerik (angka), yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil sebagai kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Tani Tumpang Sari dengan menggunkana jenis data kuantitatif dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Receivable Turn Over (RTO), Average Collection Period (ACP), Rasio tunggakan dan Rasio Penagihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat perputaran piutang dagang Koperasi dari tahun ke mengalami ketidaktetapan (naik-turun) kemudian RTO kurang dari rata-rata industri sehingga penagihan piutang yang dilakukan manajemen dianggap tidak berhasil, (2) ACP Koptan Tumpang Sari setiap tahunnya kurang baik. Berdasarkan data perhitungan ACP, hasilnya menunjukkan rata-rata pengumpulan piutang melebihi dari rata-rata industri yaitu 60 hari, (3) Rasio tungakan menunjukkan dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2011 koperasi sempat mengalami goncangan akibat besarnya rasio tunggakan, (4) Rasio penagihan koptan Tumpang Sari cenderung menurun. Kata Kunci
: Tingkat Perputaran Piutang Dagang Abstract
Cooperative becomes one important mandate in implementing constitution, where the cooperative is considered as a social and economic character organization which also means to keep balance between the social roles in the society as well as to improve the members’ welfare by providing the net income generated during its operational. One of the important coop’s activities is a product credit sales so that on the balance, receivable will appear. Accordingly this study aimed at analyzizng the level of the receibale turnover on the sales at the cooperative “tumpang sari” during 2011-2013. This study utilizaed a descriptive quantitative design that is a study which uses a numeric data, to be analyzed to obtain a conclusion. The study was conducted at the cooperative called “Koperasi Tani Tumpang Sari” by using a secondary quantitative data. The data were obtained by using interview and documentation. The analysis was made by using Receivable Turn Over (RTO), Average Collection Period (ACP), arrears ratio and billing ratio. The results indicated that (1) the level of sales receivable turn over of the cooperative from year to year experienced inconstant then the RTO had been found less than the average industries, that the billing made by the management was failed, (2) the average of ACP Koperasi Tani Tumpang Sari was found not good every year. Based on the calculation the results indicated that the average of the receivable collection was higher than the average industries, that was 60 days, (3) The arrears ratio
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) indicated a reduction from 2011-2013. In 2011 this cooperative had experience almost collapsed as a result of the high arreas ratio. (4) The billing ratio of the cooperative Tumpang Sari was found declining. Key-words: level of sales receivable turn over
PENDAHULUAN Koperasi merupakan salah satu amanat dalam penerapan pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas-asas kekeluargaan. Bentuk usaha inilah yang dinilai paling sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi Indonesia, dimana koperasi merupakan organisasi yang berwatak sosial dan ekonomi yang berarti bahwa ada keseimbangan antara peran sosial dalam masyarakat dan mensejahterakan anggotanya itu sendiri melalui laba yang dihasilkan oleh kegiatan operasional koperasi. Ciri utama koperasi yang membedakannya dengan bentuk usaha yang lainnya terletak pada posisi anggotanya. Melalui koperasi, para anggota ikut secara aktif memperbaiki kehidupannya dan kehidupan masyarakat di sekitarnya melalui karya dan jasa yang disumbangkannya. Dalam usahanya, koperasi akan lebih banyak menekankan pada pelayanan terhadap kepentingan anggota dibandingkan dengan pihak luar. Oleh karena itu, dalam koperasi anggota bertindak sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa dan usaha yang didirikan, dimiliki, dikelola diawasi dan dimafaatkan oleh anggotanya untuk kepentingan dan kesejahteraan anggotanya. Tujuan utama kegiatan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, karena koperasi dipandang sebagai soko guru ekonomi Indonesia yang berkembang dari bawah berubah menjadi badan usaha lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka koperasi menyelenggarakan berbagai usaha yang bermanfaat bagi anggotanya baik sebagai produsen maupun konsumen. Sesuai dengan jenisnya koperasi dibedakan menjadi lima jenis koperasi yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi jasa, koperasi produksi
dan koperasi pemasaran. Koperasi Tani Tumpang Sari merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang produksi yang memiliki kegiatan pokok yaitu memproduksi air minum dalam kemasan dengan nama “Gunung Sari” sudah memiliki ijin dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng dengan No 15/BH/Diskop/XII/2003 tertanggal 5 Desember 2003. Kegiatan utama koperasi ini adalah memproduksi serta menjual langsung hasil produk air minum dalam kemasan kepada masyarakat. Dalam kegiatan pokok tersebut, Koptan Tumpang Sari mempunyai tujuan untuk menjadikan air mineral “Gunung Sari” sebagai air minum masyarakat Buleleng. Koptan Tumpang Sari mengelola usahanya berdasarkan ketilitian, kepercayaan, tanggung jawab, dan juga resiko yang besar. Koptan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam penjualan hasil produksinya. Oleh karena itu pengelolaan harus dilakukan secara profesional dan ditangani oleh pengelola yang memiliki keahlian dan kemampuan. Didalam menjalankan usahanya perusahaan ini memproduksi air mineral sesuai dengan kebutuhan konsumen atau permintaan pasar. Dalam proses memproduksi suatu produk atau jasa itu diperlukan dana atau kas yang sudah ada agar proses produksi berjalan dengan lancar. Setelah produk sudah jadi, kemudian dipasarkan dan ada biaya – biaya yang harus dipenuhi didalam pemasaran maupun pada saat produksi, setelah pemasaran produk ini pun dijual kepada konsumen, dimana dalam pembayarannya terjadi transaksi pembayaran secara kredit ataupun tunai. Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang lebih murah dari pada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai dan kualitas produk yang sama dan juga
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) pembayarannya bisa secara kredit dengan tempo satu bulan. Secara umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat. Namun, konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan biaya-biaya lainnya yang muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang. Dalam penjualan kredit ini perusahaan menetapkan jangka waktu pembayaran selama 30 hari (1 bulan) atau 12 kali perputaran dalam satu tahun terhitung dari saat pembelian barang. Adapun untuk semua piutang yang ada pada Koptan Tumpang Sari dapat di bayar oleh pelanggan, namun pembayarannya kadangkala melebihi tanggal jatuh tempo yang sudah ditetapkan. Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang tercantum dalam neraca. Di dalam piutang tertanam sejumlah investasi koperasi yang tidak terdapat pada aktiva lancar lainnya. Untuk itu pengelolaan piutang memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang sampai menjadi kas. Investasi yang terlalu besar dalam piutang bisa menimbulkan kecil atau lambatnya perputaran modal kerja, sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Akibatnya semakin kecilnya kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau SHU. Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu badan usaha memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-biaya yang akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu, pengendalian terhadap piutang merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan oleh perusahaan. Sistem
pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Permasalahan yang terjadi pada Koptan Tumpang Sari adalah penjualannya sebagian besar dilakukan secara kredit dan menyebabkan timbulnya piutang. Dengan adanya penjualan kredit sering terjadi pembayaran piutang oleh konsumen melebihi batas waktu yang ditetapkan atau lebih dari satu bulan. Berdasarkan pengamatan penulis dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu analisis tingkat perputaran piutang dagang pada Koptan Tumpang Sari sehingga dapat diketahui gambaran posisi atau keadaan piutang perusahaan yang sebenarnya serta usaha-usaha yang akan dilakukan dalam mengelola piutang selama tiga tahun terakhir. Adapun permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat perputaran piutang dagang Pada Koptan Tumpang Sari periode 2011, 2012 dan 2013, kemudian dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perputaran piutang dagang pada Koptan Tumpang Sari Periode 2011, 2012, dan 2013. Manfaat penelitian ini adalah bagi mahasiswa adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai analisis tingkat perputaran piutang dagang, kemudian bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran dalam hal menganalisis tingkat perputaran piutang dagang dalam perusahaannya dan bagi Undiksha Singaraja diharapkan dapat bermanfaat atau digunakan untuk menambah referensi bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan sebagai masukan bagi pengembangan pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha khususnya untuk jurusan Akuntansi Program S1, serta
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) menambah sumber bacaan ilmiah di perpustakaan guna penelitian masalah analisis tingkat perputaran piutang dagang pada suatu perusahaan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang memakai data numerik (angka), yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil sebagai kesimpulan. Menurut Umi Narimawati (2008) “Metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui penerapan narasi, gambar, ataupun grafik”. Menurut Sugiono (2008) “Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka”. Jadi pendekatan kuantitatif adalah pendekatan menggunakan menurut angka. Jenis data yang digunakan dalam peelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan jenis data kualitatif. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (interview) dan kuesioner. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode analisis yang digunakan untuk pengujian piutang yaitu: analisis rasio keuangan yang terdiri dari Receivable Turn Over (RTO), Averege Collection Period (ACP), Rasio tunggakan, dan Rasio Penagihan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perputaran piutang dagang merupakan kas yang diterima oleh Koptan Tupang Sari yang berasal dari pembayaran piutang hasil dan transaksi penjualan secara kredit. Pengukuran yang memadai dari perputaran piutang tersebut dapat dinilai dari berapa kali piutang yang ada dapat berubah menjadi kas, hal tersebut dapat dihitung dengan membagi total penjualan air kemasan Gangga Gunung Sari dengan jumlah piutang rata-rata air kemasan Gangga Gunung Sari pada Kotan Tumpang Sari yang dapat tertagih dalam
satu tahun tersebut. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dan waktu jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal modal kerja yang juga dalam keadaan selalu berputar secara terus menerus, yaitu dari kas menjadi persediaan kemudian persedian tersebut dijual secara kredit berupa penjualan air kemasan Gangga Gunung Sari sehingga menimbulkan adanya piutang dagang, yang apabila piutang tersebut dibayar oleh pelanggan atau konsumen maka secara otomatis akan menjadi kas. Piutang adalah hak yang dimiliki Koptan Tumpang Sari yang mewajibkan penanggung hutang untuk memenuhi kewajiban melunasi tagihan dalam jumlah rupiah dan dalam waktu 1 atau kurang dari 1 tahun yang ditentukan dalam hak dan kewajiban tersebut. Piutang Dagang pada Koptan Tumpang Sari yang dimaksud adalah piutang pelanggan dan piutang lainnya yang bukan pelanggan. Jika sampai pada saat piutang tersebut jatuh tempo tidak dilunasi oleh penanggung hutang sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian, peraturan atau sebab apapun yang menimbulkan piutang, maka hal ini dapat menimbulkan piutang macet. Dengan mengetahui seberapa besar perputaran piutang yang terjadi pada Koptan Tumpang Sari maka akan dapat diketahui kinerja koperasi, karena dengan tingkat perputaran piutang yang tinggi maka akan semakin mempercepat tingkat perubahan aktiva non kas yang berbentuk piutang menjadi kas. Sehingga hal tersebut akan memperkecil kemungkinan tingkat piutang yang tidak tertagih dengan pendeknya jangka waktu penagihan piutang dan dapat mengurangi tingkat kesalahan Koperasi dalam menentukan perkiraan SHU Koperasi dimana aktiva lancar Koperasi yang berupa piutang akan dapat berubah menjadi kas. Data yang dipergunakan dalam menunjang proses analisis perputaran piutang dagang pada Koptan Tumpang Sari bersumber pada data laporan keuangan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) yang berbentuk laporan neraca dan laporan laba rugi. Dalam penggunaan laporan keuangan tersebut penulis menggunakan data penjualan dan aktiva lancar pada Koptan Tumpang Sari selama tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2011-2013. Seiring dengan meningkatnya penjualan air kemasan Gangga Gunung Sari maka penjualan secara kredit pun akan meningkat, hal tersebut dikarenakan pembayaran sebagian besar dilakukan secara kredit. Walaupun transaksi penjualan kredit dilakukan dengan jangka waktu yang pendek, tetapi banyaknya transaksi penjualan kredit tidak menutup
kemungkinan adanya suatu piutang yang tidak terbayar akibat ketidakmampuan pelanggan dalam melunasi hutangnya. Untuk mengetahui tingkat perputaran piutang maka diambil data penjualan yang berupa pendapatan usaha dan piutang ratarata yang berupa piutang usaha yang berasal dari laporan neraca dan laporan laba rugi pada Koptan Tumpang Sari. Dibawah ini dapat ditampilkan tabel yang menunjukkan kondisi piutang dagang penjualan air minum dalam kemasan “Gangga Gunung Sari” selama 3 tahun sebagai berikut.
Tabel.1 Kondisi Piutang Dagang Koptan Tumpang sari Tahun
Piutang
Penjualan Kredit
2010 75.483.715,00 2011 56.221.800,00 165.423.985,00 2012 78.733.733,00 115.289.283,00 2013 149.793.500,00 189.178.317,00 Sumber: Koptan Tumpang Sari Berdasarkan data pada tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011 terjadi penurunan piutang sebesar Rp. 19.261.915,- (75.483.715 – 56.221.800) namun pada tahun berikutnya piutang mengalami peningkatan dan piutang tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp. 149.793.500,-. Penjualan kredit air minum dalam kemasan “Ganga Gunung Sari” paling tinggi terjadi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 189.178.317,- namun pada tahun 2012 menurun sebesar Rp. 50.134.702 (165.423.985 – 115.289.283) dari tahun 2011. Begitu halnya dengan piutang tertunda paling tinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp. 9.485.915,85 dan menurun dari tahun 2012 sebesar Rp. 2.506.739,10 (8.271.199,25 – 5.764.460,15) dari tahun 2011. Piutang yang bisa tertagih paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 184.685.900,sedangkan pada tahun 2012 piutang yang tertagih menurun menjadi sebesar Rp. 102.777.350,- dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp. 118.118.550,-.
Jml Piutang Tertunggak 8.271.199,25 5.764.464,15 9.458.915,85
Jml Piutang Tertagih 184.685.900,00 102.777.350,00 118.118.550,00
Sesuai dengan data dari laporan realisasi penjualan secara kredit, daftar piutang, piutang tertagih dan piutang tertunggak pada Koptan Tumpang Sari maka diperoleh data-data yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau bahan perhitungan analisis piutang usaha dengan menggunakan rasio perputaran piutang (receivable turnover), receivable collection period, jumlah piutang tertunggak dan jumlah piutang tertagih periode 2011, 2012 dan 2013 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Receivable Turn Over (RTO) Rasio perputaran piutang menunjukan seberapa kali piutang dapat tertagih dalam satu periode. Rasio ini merupakan rasio yang mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Rasio perputaran piutang mengukur beberapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu periode. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif Koperasi dalam mengelola piutangnya. Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Semakin tinggi rasio (receivable turnover) menunjukan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin rendah terdapat over investment dalam piutang sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin terdapat perubahan dalam kebijakan pemberian kredit. Perhitungan rasio RTO pada Koptan Tumpang Sari sebagai berikut.
Tabel.2 Hasil Perhitungan RTO Tahun A 2010 2011 2012 2013
Penjualan Kredit B
Rata-Rata Piutang C = (Bpaw + Bpak) / 2
165.423.985,00 115.289.283,00 189.178.317,00
87.711.992,50 145.356.634,00 152.233.800,00
Dari hasil perhitungan tingkat perputaran piutang atau receivable turn over (RTO) Koptan Tumpang sari pada tahun 2011 adalah 2 kali, sedangkan pada tahun 2012 RTOnya sebesar 0,82 kali, dan pada tahun 2013 RTOnya adalah 1,24 kali. Berdasarkan rata-rata industri untuk perputaran piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014:187) adalah 15 kali, maka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan penagihan piutang yang dilakukan manajemen dianggap tidak berhasil karena perputaran piutang sangat kecil dan masih kurang dari rata-rata industri yang sudah ditetapkan.
RTO D=B/C 2,00 kali 0,82 kali 1,24 kali
Average Collection Period (ACP) Rasio ini merupakan rasio yang menunjukan periode pengumpulan piutang usaha dalam satu periode. Rasio ini disebut juga dengan rata-rata periode pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu Koperasi melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang Koperasi, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya Koperasi harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Perhitungan rasio ACP pada Koptan Tumpang Sari sebagai berikut.
Tabel. 3 Hasil Perhitungan Rasio ACP Tahun A 2010 2011 2012 2013
Penjualan Kredit B 0,00 165.423.985,00 115.289.283,00 189.178.317,00
Rata-Rata Piutang x 360 C = [ (Bpaw + Bpak) / 2 ] x 360
Dengan melihat rasio periode pengumpulan piutang atau average collection period (ACP) di atas kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan berubah menjadi kas. Semakin cepat waktu pengembalian piutang, akan semakin baik bagi Koperasi.
29.776.317.300,00 50.528.388.240,00 54.804.168.000,00
ACP D=C/B 180,00 Hari 438,27 Hari 289,70 Hari
Dari hasil perhitungan ACP di atas, diketahui pada tahun 2011 ACPnya 180 hari, hal ini menandakan bahwa periode pengumpulan piutang menjadi kas adalah 180 hari. Pada tahun 2012 ACPnya 438,27 hari, Periode rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2012 lebih lambat dari tahun 2011. Hal ini mengidentifikasikan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) mengenai efisiensi dalam penagihan piutang dibandingkan tahun 2011, kemudian tahun 2013 ACPnya 289,70 hari. Berdasarkan rata-rata industri periode rata-rata penagihan piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014:187) adalah 60 hari, artinya bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan koperasi tidak mampu melakukan penagihan secara cepat atau tepat waktu.
Rasio Tunggakan Rasio tunggakan ini dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah piutang yang telah jatu tempo dari sejumlah penjualan kredit yang belum tertagih. Perhitungan rasio tunggakan pada Koptan Tumpang Sari dapat dilakukan sebagai berikut.
Tabel.4 Hasil Perhitungan Rasio Tunggakan Tahun A 2010 2011 2012 2013
Total Piutang B 75.483.715,00 56.221.800,00 78.733.733,00 149.793.500,00
Jml Piutang Tertunggak C 8271199,25 5764464,15 9458915,85
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio tunggakan pada tahun 2011 rasio tunggakan sebesar 14,71%, kemudian pada tahun 2012 rasio tunggakan terjadi sebesar 7,32% dan tahun 2013 rasio tunggakan sebesar 6,31%,. Data tersebut menunjukkan bahwa rasio tunggakan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni 14,71%, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut tunggakan sangat tinggi dan dapat merugikan Koperasi, karena dana yang seharusnya kembali berputar menjadi kas tetap tertanam dalam piutang, namun pada tahun berikutya keadaan piutang yang tertunggak sudah jauh lebih baik karena
Rasio Tunggakan D = ( C / B ) x 100 14,71 % 7,32 % 6,31 %
rasio ini memiliki trend yang menurun pada tahun 2012 dan tahun 2013. Rasio Penagihan Untuk melengkapi dan mendukung alat analisis sebelumnya maka rasio penagihan ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana aktivitas penagihan yang dilakukan oleh Koperasi. Angka rasio ini menunjukkan kemampuan Koperasi dalam upaya penagihan dan pengembalian piutang. Perhitungan rasio penagihan pada Koptan Tumpang Sari dapat ditampilkan sebagai berikut.
Tabel. 5 Hasil Perhitungan Rasio Penagihan Tahun A 2010 2011 2012 2013
Total Piutang B 75.483.715,00 56.221.800,00 78.733.733,00 149.793.500,00
Jml Piutang Tertagih C
Dari hasil perhitungan rasio penagihan di atas diketahui bahwa rasio tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 328,50%. Ini menunjukkan bahwa piutang yang tertagih pada saat itu lebih besar
184.685.900,00 102.777.350,00 118.118.550,00
Rasio Penagihan D = ( C / B ) x 100 328,50 % 130,54 % 78,85 %
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan rasio terendah pada tahun 2013 yakni 78,85% yang menunjukkan lemahnya atau kurangnya pengumpulan piutang.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Pembahasan Analisis Tingkat Perputaran Piutang Dagang Air Mineral “Gangga Gunung Sari” Koperasi Tani Tumpang Sari Perputaran piutang dalam suatu Koperasi sangatlah baik apabila dalam pelaksanaannya tidak mengalami masalah seperti adanya kemacetan pembayaran atau telatnya membayar. Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui dalam perputaran piutang pada Koptan Tumpang Sari selama tiga tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi, fluktuasi tersebut berupa kenaikan dan penurunan perputaran piutang rata-rata dalam hal ini piutang usaha. Dari hasil perhitungan tingkat perputaran piutang atau receivable turn over (RTO) Koptan Tumpang sari pada tahun 2011 adalah 2 kali, sedangkan pada tahun 2012 RTOnya sebesar 0,82 kali, dan pada tahun 2013 RTOnya adalah 1,24 kali, apabila dijumlahkan dan dirata-ratakan perputaran piutang selama periode tersebut adalah ( 4,04 / 3) adalah 1,345 kali. Perputaran piutang yang terjadi dari perhitungan tahun 2011 hingga 2013 yaitu 1,345 kali, sehingga hasil ini membuktikan bahwa perputaran piutang yang terjadi pada Koptan Tumpang Sari kurang baik karena rata-rata industri untuk perputaran piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014:187) adalah 15 kali, maka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan penagihan piutang yang dilakukan manajemen dianggap tidak berhasil karena perputaran piutang sangat kecil dan masih kurang dari rata-rata industri yang sudah ditetapkan. Dengan hasil perputaran piutang yang rendah, tentu saja dapat menurunkan kinerja Koperasi menjadi lebih buruk dan tidak mendapatkan SHU yang diinginkan. Hasil ini juga didukung oleh hasl penelitian yang dilakukan oleh Muriani (2011) yang didapatkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio perputaran piutang terkecil adalah PT. Kokoh Inti Arebama, Tbk dengan nilai sebesar 4,69 dimana perputaran piutang yang kecil ini dianggap kurang baik karena masih dibawah rata-rata industri dan akan mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan.
Analisis Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang Dagang Air Mineral “Gangga Gunung Sari” Koperasi Tani Tumpang Sari Periode terikatnya modal dalam piutang atau periode rata-rata pengumpulan piutang adalah penting untuk membandingkan periode rata-rata dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh Koperasi. Jumlah hari penjualan dalam piutang merupakan estimasi jangka panjang waktu piutang yang belum tertagih. Perbandingan ukuran ini dengan syarat kredit akan menghasilkan informasi mengenai efisiensi dalam penagihan piutang. Apabila periode rata-rata pengumpulan piutang lebih besar dari pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut, berarti bahwa cara pengumpulan piutang kurang efisien dan berarti banyak para pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh Koperasi. Untuk mengungkapkan hubungan antara penjualan kredit dan piutang usaha, jumlah hari penjualan dalam piutang merupakan estimasi jangka waktu piutang usaha yang belum tertagih. Koptan Tumpang Sari merupakan koperasi yang memproduksi air mineral dalam kemasan dengan nama “Gangga Gunung Sari”. Dalam periode ratarata pengumpulan piutang, masalah yang timbul dari adanya penunggakan yang dikarenakan pembelian secara kredit hingga ketidakmampuan dalam melunasi hutang kepada Koperasi, akan mengakibatkan perputaran piutang yang tidak efektif. Apabila tidak efektif atau tidak sesuai dengan penjualan tentu saja akan berdampak buruk bagi koperasi, yaitu dalam kinerja koperasi. Dari hasil perhitungan ACP di atas, diketahui pada tahun 2011 ACPnya 180 hari, hal ini menandakan bahwa periode pengumpulan piutang menjadi kas adalah 180 hari. Pada tahun 2012 ACPnya 438,27 hari, Periode rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2012 lebih lambat dari tahun 2011. Hal ini mengidentifikasikan mengenai efisiensi dalam penagihan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) piutang dibandingkan tahun 2011, kemudian tahun 2013 ACPnya 289,70 hari. Berdasarkan rata-rata industri periode rata-rata penagihan piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014:187) adalah 60 hari, artinya bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan koperasi tidak mampu melakukan penagihan secara cepat atau tepat waktu karena lebih besar dari rata-rata industri yang ditetapkan. Hasil penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2012) bahwa Semakin kecil ACP maka semakin baik bagi perusahaan, karena modal yang terikat dalam piutang dapat kembali dengan cepat menjadi kas. Oleh karena itu koperasi harus memiliki manajemen yang baik dan tegas terutama dalam hal penagihan piutang. Disini Koperasi Tani Tumpang Sari belum melakukan tugas dalam penagihan piutang dengan cukup baik. Adapun cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan rata-rata penagihan piutang adalah menekan tunggakan pembayaran piutang dimana pembeli tidak diperkenankan membeli secara kredit lebih dari 30 hari. Analisis Tingkat Rasio Piutang Dagang Tertunggak pada Koperasi Tani Tumpang Sari Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rasio tunggakan pada tahun 2011 rasio tunggakan sebesar 14,71%, kemudian pada tahun 2012 rasio tunggakan terjadi sebesar 7,32% dan tahun 2013 rasio tunggakan sebesar 6,31%,. Data tersebut menunjukkan bahwa rasio tunggakan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni 14,71%, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut tunggakan sangat tinggi dan dapat merugikan Koperasi, karena dana yang seharusnya kembali berputar menjadi kas tetap tertanam dalam piutang, namun pada tahun berikutya keadaan piutang yang tertunggak sudah jauh lebih baik karena rasio ini memiliki trend yang menurun pada tahun 2012 dan tahun 2013. Penurunan rasio tunggakan ini tentu saja harus dipertahankan dan bisa menurun lagi sehingga tingkat pengembalian
terhadap modal Koperasi bisa cepat tercapai, dimana Semakin kecil rasio tunggakan berarti semakin baik bagi Koperasi dalam pengelolaan piutangnya. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2012) bahwa Semakin besar rasio tunggakan akan semakin buruk bagi perusahaan, karena ini berarti perusahaan tidak mampu menangani pengembalian piutangnya dengan baik, kemudian untuk mengurangi resiko tidak tertagihnya kredit pelanggan dalam penilaiannya sebaiknya surveyor harus memperhatikan character, capacity, capital, collateral, dan condition, disamping itu hendaknya penagihan piutang dilaksanakan lebih intensif. Analisis Tingkat Rasio Penagihan Piutang Dagang Air Mineral “Gangga Gunung Sari” Koperasi Tani Tumpang Sari Rasio penagihan pada Koptan Tumpang Sari juga mengalami hal yang sama. Dari hasil perhitungan rasio penagihan diketahui bahwa rasio tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 328,50%. Ini menunjukkan bahwa piutang yang tertagih pada saat itu lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan rasio terendah pada tahun 2013 yakni 78,85% yang menunjukkan lemahnya atau kurangnya pengumpulan piutang. Untuk mengatasi hal ini Koperasi hendaknya dapat mengantisipasinya. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan syarat pembayaran piutang kurang dari 30 hari agar piutang cepat dibayar kemudian penjualan air minum dalam kemasan kepada pelanggan yang sering tertunggak hendaknya tidak diberikan fasilitas berupa pembayaran secara kredit. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2012) bahwa Semakin besar rasio penagihan maka akan semakin baik bagi perusahaan karena itu berarti semakin besar pengembalian modal perusahaan, dan sebaliknya semakin kecil rasio penagihan maka akan berakibat buruk bagi perusahaan karena semakin kecil piutang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) perusahaan yang berubah menjadi kas, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Rasio penagihan pada perusahaan Adira finance cenderng tidak stabil, hal ini juga terjadi pada Koperasi Tumpang Sari sehingga perlu diantisipasi sehingga penagihan yang dilakukan oleh manajemen bisa berlangsung secara efektif.
Keempat, rasio penagihan koptan Tumpang Sari cenderung menurun. Semakin besar rasio penagihan maka akan semakin baik bagi Koperasi karena itu berarti semakin besar pengembalian modal Koperasi, dan sebaliknya semakin kecil rasio penagihan maka akan berakibat buruk bagi Koperasi karena semakin kecil piutang Koperasi yang berubah menjadi kas.
PENUTUP Simpulan Pertama, berdasarkan perhitungan rasio RTO dapat kita lihat bahwa tingkat perputaran piutang Koperasi dari tahun ke mengalami ketidaktetapan (naik-turun) kemudian RTO kurang dari rata-rata industri sehingga penagihan piutang yang dilakukan manajemen dianggap tidak berhasil karena perputaran piutang sangat kecil dan masih kurang dari rata-rata industri yang sudah ditetapkan. Semakin cepat syarat pembayaran semakin baik bagi Koperasi, karena semakin cepat modal kerja yang tertanam dalam bentuk piutang kembali menjadi modal atau kas, yang berarti semakin tinggi tingkat perputaran piutang. Kedua, rasio ini menunjukkan bahwa ACP Koptan Tumpang Sari setiap tahunnya kurang baik. Berdasarkan data perhitungan ACP, hasilnya menunjukkan rata-rata pengumpulan piutang melebihi dari ratarata industri yaitu 60 hari, sehingga pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan koperasi tidak mampu melakukan penagihan secara cepat atau tepat waktu. Semakin besar RTO semakin baik bagi Koperasi, karena modal yang terikat dalam piutang dapat kembali dengan cepat menjadi kas. Ketiga, rasio tungakan menunjukkan dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2011 koperasi sempat mengalami goncangan akibat besarnya rasio tunggakan. Semakin besar rasio tunggakan akan semakin buruk bagi Koperasi, karena ini berarti Koperasi tidak mampu menangani pengembalian piutangnya dengan baik, namun pada tahun berikutnya rasio tunggakan mengalami penurunan sehingga lebih baik dari tahun 2011.
Saran Pertama, Pengelola koperasi hendaknya memperhatikan tingkat perputaran piutang agar tidak melebihi ratarata industri sehingga SHU dapat meningkat dengan maksimal untuk mensejahterakan anggota. .Kedua, Pengelola koperasi harusnya lebih memperhatikan tingkat hari rata-rata penagihan piutang agar tidak melebihi ratarata industri dengan memberikan syarat pemberian kredit kapan pelanggan melakukan pembayaran atas pembelian kreditnya. Ketiga, Untuk menghindari piutang tak tertagih semakin besar maka pihak koperasi hendaknya selalu berhati-hati agar tidak melakukan penjualan kredit bagi pelanggan yang membeli produk secara kredit namun masih memiliki tunggakan dan membatasi volume penjualan kredit agar tidak terlalu besar apabila sudah dicurigai memiliki itikad tidak baik. Keempat, Apabila tingkat piutang tak
tertagih sudah semakin besar dan dalam jangka waktu yang lama maka pihak koperasi bisa menggunakan cadangan kerugian piutang untuk mengganti piutang tak tertagih tersebut. Kelima, Untuk meningkatkan rasio penagihan maka pengelola koperasi perlu melakukan penagihan secara rutin dengan membuat perjanjian kapan piutang tersebut bisa dibayar. DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri 2003.Anggaran perusahaan 2. Yogyakarta: BPFE.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Baridwan, Zaki. 2000. Sistem Informasi Akuntansi : Penyusunan Prosedur dan Metode. Yogyakarta: BPFE.
Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat Riyanto,
Dunia, Firdaus A, 2005, Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Edisi Kedua. Jakarta: FE UI
R.S,
Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Soemarso, 2002. Akuntansi Intermedite, Ikhtiar Teori & Soal Jawab Yogyakarta: BPFE Munarwi. 2004. Analisis Laporan Keuanagn. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini. 2009. Pengantar Akuntansi II. Bandung: UNIKOM
S,
Fees, Reeve, Warren. 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Samsul.
M, 2004, Sistem Akuntansi, Pendekatan Manajerial. Yogyakarta: Liberty.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers
Sutrisno,
2003, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Indriyo,
2005, Manajemen Yogyakarta: BPFE.
Keuangan.
Kasmir,
2002. Dasar-dasar Jakarta: Grafindo.
Perbankan.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-7. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Keown, J. 2008 Manajemen Keuangan Prinsip dan Penerapan. Macanan Jaya Cemerlang Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta: Erlangga Manulang, M. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ANDI. Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Jakarta: Salemba Empat Narko. 2004 Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Raharjaputra, Hendra.S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk
Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: Grafindo