PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2015
Disusun Oleh: IIN FITRI YANTI NIM.12000769
TUGAS AKHIR
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN GICI BUSINESS SCHOOL BATAM 2016
1
2
ABSTRAK PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS (NPM) PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas (NPM) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.Metode yang digunakan adalah Purposive sampling.Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 40 perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.Metode analisa data yang digunakan dalm penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu dengan mengaplikasikan SPSS 20.0 yang dilakukan dengan uji asumsi klasik,uji normalitas,uji multikolineritas,uji autokolorasi,uji heteroskedastisitas,analisis regresi berganda,uji t,uji f,dan uji determinasi(R2).Hasil dari penelitian ini menentukan bahwa secara parsial perputaran piutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas,sedangkan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.Secara simultan,perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.Adjusted R Square adalah 0,129 hal yang memberikan bukti bahwa 12,9% variabel atau perubahan dalam profitabilitas dapat dijelaskan oleh variabel perputaran piutang dan perputaran persediaan,Sedangkan sisanya 87,1% di jelaskan oleh factor-faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Kata kunci:perputaran piutang,perputaran persediaan,profitabilitas.
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pada dasarnya setiap peusahaan baik yang bergerak dibidang dagang,jasa
maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga kesinambungan perusahaan dimasa akan datang.Di era grlobalisasi saat ini,semakin menambah permasalahan bagi manajemen suatu perusahaan didalam mewujudkan
usahanya
dan
menjalankan
aktivitas
perusahaan.Secara
umum,keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya seringkai didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh.Akan tetapi,laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja efesien.Tingkat efensiensi baru diketahui dengan cara membandingkan laba yang didapat dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut (proitabilitas). Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan modal kerja yang efektif dan efesien.komponen-komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank,piutang dan persediaan.Riyanto dalam rahmasari,hesti(2011:3). Salah satu masalah yang di hadapi adalah persaingan didalam memasarkan produk,untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka perusahaan harus berdaya upaya untuk merebut
pasarmelalui berbagai kebijaan untuk meningkatkan
penjualan. Penerapan system penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu usaha perusahaan dalam rangka meningkat kan penjualan.Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas,tetapi akan
4
menimbulkan apa yang disebut dengan piutang.piutang timbul ketika perusahaan menjuan barang dan jasa secara kredit.Piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk utang kepada perorangan,badan usaha,atau pihak tertagih lainnya.Menurut Mujati Suaidah (2008:6),menyatakan semakin besar piutang semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan pada piutang.Dan semakin besar piutang semakin
besar
pula
resiko
yang
timbul,disamping
akan
memperbesar
profitabilitas. Selain besarnya jumlah piutang yang dimiliki,kecepatan kembalinya piutang menjadi kas juga sangat menentukan besarnya profitabilitas kerusahaan.Kecepatn pelunasan piutang menjadi kas kembali ini disebut dengan perputaran piutang.Perputaran piutang tidak hanya digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang secara efesien tetapi juga dapat digunakan sebagai media meningkatkan propitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Priode 2012-2015” .
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas,maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut: 1. Apakah perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?
5
2. Apakah
perputaran
persediaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI? 3. Apakah perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas
perusahaan otomotif
yang terdaftar di BEI?
1.3.
Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan untuk mendapatkan alur pembahasan yang baik
dan terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Pada penelitian ini fokus masalah dibatasi pada masalah Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Priode 2012-2015. Disamping faktor diatas yang berpengaruh terhadap profitabiltas perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI Priode 2012-2015, maka ada faktor lain yang juga mempengaruhi profitabilitas perusahaan otomotif yang ada di BEI yang tidak diteliti pada penelitian ini diantaranya: a. Rasio solvabilitas b. Rasio likuiditas c. Rasio aktivitas Pada penelitian ini,rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan Net Profit Margin. Mengimbang karena keterbatasan waktu dan tempat maka yang menjadi objek penelitian yaitu perusahaan otomotif yang ada di BEI.laporan keuangan yang digunakan adalah laporan tahunan pada tahun 2012-2015.
6
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah Perputaran Piutang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. b. Untuk mengetahui apakah Perputaran Persediaan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. c. Untuk mengetahui apakah Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh
signifikan
secara
simultan
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yang memberikan sumbangan
pengetahuan untuk peneliti dimasa yang akan datang,yang akan melakukan penelitian yang lebih tentang perputaran piutang dan perputaran persediaan dan propitabilitas perusahaan. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: a. Bagi Peneliti, Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan penulis, khususnya dibidang keuangan perusahaan yang menyangkut
7
aspek propitabilitas perusahaan berdasarkan pengaruh piutang dan persediaan. b. Bagi Perusahaan, Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan untuk mengelola piutang dan persediaan suatu perusahaan dengan baik agar bias meningkatkan laba keuangan perusahaan secara signifikan. c. Bagi Pembaca, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, hasil peneltian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengembangkan dan menganalisis lebih jauh studi tentang hal-hal yang berkaitan. d. Bagi Akademi, Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjut nya dimasa yang akan datang.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari
(sembilan puluh hari). Dalam
arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai. Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan. Pada dasarnya banyak perusahaan yang melakukan penjualan produk,baik barang maupun jasa akan mempunyai piutang.Piutang ini terjadi sebagai akibat dari kebijaksanaan penjuan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit.
9
Menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang merupakan “tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Menurut bambang Riyanto (2008:85),menyatakan bahwa “Piutang (recevables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja”. Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010:155),menyatakan bahwa “Piutang adalah sejumlah saldo yang akan diterima dari pelanggan” Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa piutang adalah hasil penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan .
Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu: 1. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal 2. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun 3. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih) 4. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih
10
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai berikut: a.
Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah
investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas
11
waktu yang diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam piutang. d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara: a. Memungut secara langsung b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan. e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan Sebagian
pelanggan
mempunyai
kebiasaan
membayar
dengan
menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian. Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik perusahaan memperhatikan faktor-faktor tesebut dengan mengelola piutang usaha secara efektif dan efisien.
2.1.3 Tujuan Piutang Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan,maka pada mumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit.oleh karena itu,pada saat penyerahan produk tidak tidak terjadi penerimaan kas dan justru menimbulkan piutang.disaat terjadinya piutang maka terjadi aliran kas masuk
12
pada perusahaan. Penjualan kredit dapat merangsang pembeli maupun pelanggan agar membeli dalam jumlah besar yang membutuhkan investasi pada aktiva lancer dan menimbulkan biaya lainnya. Menurut
Kasmir
(2011:293),menyatakan
bahwa
Ada
3
tujuan
piutang,yaitu: a. Meningkatkan penjualan b. Meningkatkan laba c. Menjaga loyalitas pelanggan Meningkatkan penjualan dapat diartikan agar omset penjualan meningkat atau bertambah dari waktu ke waktu.Dengan penjualan kredit diharapkan penjualan dapat meningkat sebagian besar pelanggan kemungkinan tidak mampu membeli secara tunai. Meningkatkan penjualan memang tidak identik meningkatkan laba atau keuntungan namun dalam prakteknya apabila penjualan meningkat kemungki nan besar laba akan meningkat pula.hal ini akan terlihat pada omzet penjualan yang dimilikinya.jadi dengan memberikan penjualan secara kredit akan mampu meningkatkan penjualan sekaligus keuntungan.
2.1.4.Prosedur Piutang Prosedur piutang merupakan kondisi yang disyaratkan perusahaan kepada para pelanggannya yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin dinyatakan sebagai berikut:2/10net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada
13
perusahaan (penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 2%. 1.
Prosedur pencatatan piutang Pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang yang terjadi
pada perusahaan atas setiap debitur. Mutasi piutang terjadi disebabkan oleh adanya penjualan kredit, penerimaan kas atas pelunasan piutang dari debitur, adanya retur penjualan piutang dan adanya penghapusan. Dasar yang digunakan untuk pencatatan piutang adalah faktur aktivitas usaha secara kredit. Faktur yang diterima oleh bagian pembukuan akan dicatat ke buku jurnal pendapatan jasa. Setiap hari jurnal pendapatan jasa di posting ke buku pembantu piutang dan pada akhir bulan buku jurnal pendapatan jasa dijumlahkan dan jumlahnya diposting ke buku besar piutang. Di dalam buku pembantu piutang dapat dilihat jumlah piutang setiap langganan. Sedangkan pada buku besar piutang menunjukkan jumlah total piutang yang diketahui dan buku ini merupakan perkiraan pengendalian (control account) dari piutang. Atas penerimaan uang dari langganan setiap hari, maka kasir akan membuat daftar bukti kas bernomor urut, kemudian kasir membuat daftar kas harian dan penerimaan. Daftar ini beserta bukti kas masuk ke bagian pembukuan untuk dicatat ke buku piutang sebagai pengurangan atau pelunasan piutang yaitu dengan mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang. Bagian piutang memposting bukti kas masuk ke buku pembantu untuk mengkredit perkiraan pemilik proyek yang bersangkutan.
14
Dokumen pokok yang dipergunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang adalah: a. Faktur penjualan Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit. b. Bukti kas masuk Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur. c. Memo kredit Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan rektur penjualan d. Bukti memorial Dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum. Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang dapat berupa: 1. Jurnal penjualan Catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi penjualan 2. Jurnal rektur penjualan Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi rektur penjualan. 3. Jurnal umum Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih.
15
4. Jurnal penerimaan kas Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur. 5. Kartu piutang Catatan ini digunakan untuk mutasi dan saldo piutang pada setiap debitur. Selanjutnya dalam pencatatan piutang usahanya, perusahaan harus menggunakan suatu metode tertentu. Metode pencatatan piutang yang biasa digunakan oleh perusahaan terdiri dari 2 (dua) metode yaitu: 1. Metode pencatatan secara manual Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal. 2. Metode pencatatan secara komputerisasi Metode pencatatan piutang dengan komputer biasanya menggunakan batch system. Dalam hal ini dokumen sumber yang mengubah piutang dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memastikan kebenaran catatan piutang. Dalam sistim komputer dibentuk 2 (macam) arsip yaitu: a. arsip transaks (transaction file) b. arsip induk (master file)
16
2.Prosedur penagihan piutang Pada tahap berikutnya setelah terjadinya piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para debitur. Heckert, Wilson dan James dalam bukunya Controlleship mengatakan bahwa: “once credit is grated, every effort must be made to secure payment in accordance with the terms of sale and within a reasonable”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila telah diberikan pinjaman, harus dilakukan usaha untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat pelaksanaan proyek dalam suatu waktu yang wajar. Ada cara yang dapat ditempuh dalam melakukan penagihan piutang pada langganan: 1. Diantarkan langsung oleh langganan atau debitur ke perusahaan. Melakukan penagihan secara langsung kepada pemilik perusahaan dengan mendatangi secara langsung pada debitur. Melakukan penagihan melalui telepon atau mengirimi surat penagihan kepada debitur atau melalui transfer bank ke rekening giro yang dicetak ke rekening Koran pada akhir bulan. Penagihan sebaliknya dilakukan oleh petugas yang khas ditunjuk untuk itu Disebut collector. Adapun prosedur penagihan piutang adalah Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang telah jatuh tempo. Daftar tagihan tersebut akan diserahkan kepada panagih beserta kuitansi penjualan asli.Penagihan langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan asli akan dicap lunas.Uang hasil penagihan yang diperoleh
17
akan diserahkan kepada kasir beserta daftar tagihannya.Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar tagihan, maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap telah diterima kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan kembali kepada penagih/collector.Selanjutnya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan kebahagian piutang dan bagian akuntansi. Bagian piutang mencatat piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat dalam buku harian dan buku besar. Ada beberapa teknik yang digunakan
untuk melakukan penagihan
piutang, yaitu: a. Melalui surat Bilamana waktu pembayaran utang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada “mengingatkan (menegur) langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila utang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirim maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras. b. Melalui telepon Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum juga dibayar, maka bagian penagihan kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai satu jangkan waktu tertentu.
18
c. Kunjungan personal Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seeringkali digunakan karena derasakan sangat efektif dalam usaha-usaha pengumpulan piutang. d. Tindakan yuridis Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hokum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan. 2. Prosedur penyisihan piutang Dalam mengantisifasi jumlah piutang yang tidak dapat tertagih perusahaan melakukan estimasi atau taksiran piutang yang tidak dapat ditagih setiap akhir periode. Beberapa macam metode penyisihan antara lain: a. Pendekantan Laporan rugi laba (income statement approach) Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan cara mengalihkan taksiran persentase yang tidak terbayar dengan jumlah penjualan periode tersebut. Dalam menaksir jumlah persentase ini biasanya didasarkan atas pengalaman masa lalu. Dari pengalaman ini dapat diketahui berapa rata-rata persentase yang tidak terbayar dari jumlah penjualan periode tersebut. Dan ini dilakukan dengan mendebet biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang. b. Pendekan Neraca (Balance sheet approach) Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dari menggunakan saldo piutang usaha. Dengan metode ini, jumlah dari piutang tak
19
tertagih adalah dengan mengalikan saldo piutang usaha
dengan persentase
piutang yang tak tertagih. 3. Prosedur penghapusan piutang Apabila piutang yang telah dicadangkan sebelumnya benar-benar sudah tidak dapat ditagih dan kemungkinan oleh sebab karena debiturnya lari, meninggal dunia atau sebab-sebab lain, maka dilakukan penghapusan piutang.Untuk menghapusan piutang usaha yang tidak dapat tertagih ini harus ada persetujuan dari pimpinan yang berada di kantor pusat yaitu direktur utama. Setelah adanya persetujuan
dari direktur utama, maka bagian administrasi penjualan akan
mengirimkan nota penghapusan ke bagian akuntansi untuk penghapusan piutangnya.
2.1.5.Jenis-Jenis Piutang Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2007:451) Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain”.Piutang dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1. Piutang Dagang (Accounts receivable). Piutang ini berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Piutang dagang dikelompokkan sebagai unsur aset lancar pada neraca. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang akan dicatat dengan mendebit akun
20
piutang dagang. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. 2. Wesel Tagih (Notes receivable). Pemberian kredit kepada pelanggan dapat pula didukung oleh suatu dokumen kredit yang resmi yang disebut wesel atau promes. Wesel adalah janji tertulis untuk melunasi jumlah dalam waktu tertentu. Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. 3. Piutang Lain-lain Piutang lain-lain Adalah kelompok piutang yang meliputi pinjaman kepada karyawan dan perusahaan afiliasi, piutang bunga, dan piutang pajak. Piutang lainlain disajikan secara terpisah dari piutang dagang dan wesel tagih dalam neraca. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam waktu satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain-lain ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
21
2.1.6 Pengertian Perputaran Piutang Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang (Kasmir, 2013:176). Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dan perubahan piutang. Misalnya perputaran piutang turun bila penjualan turun tetapi piutang meningkat. Turunnya piutang tidak sebanyak turunnya penjualan, naiknya penjualan tidak sebanyak naiknya piutang, penjualan turun tetapi piutang tetap, atau piutang naik tetapi penjualan tetap (Jumingan, 2011:127). Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang dihubungkan oleh syarat pembayarannya. Semakin lunak syarat pembayarannya maka semakin lama modal tersebut terikat dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Menurut Kasmir (2011:176), yang menyatakan bahwa “Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama pengihan piutang
22
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode”. Menurut Susan Irawati (2006:54),yang menyatakan bahwa “Receivable Turnover (RT) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan piutang”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti berkesimpulan bahwa, jika semakin cepat perputaran piutang maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Rumus Perputaran Piutang Menurut Susan Irawati (2006:54), metode perhitungan : (
)
Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. Perputaran Piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan’ atau menerima kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin
23
cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan model kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.
2.2 Pengertian Persediaan Investasi modal dalam aktiva lancar yang paling besar adalah pada persediaan, adanya persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dan secara terus menerus mengalami perubahan, oleh karena itu investasi dalam persediaan adalah suatu bentuk investasi yang adanya dipentingkan oleh perusahaan. Persediaan (Rudianto, 2009:236) adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan utnuk dijual atau diproses lebih lanjut.Sedangkan menurut (Dunia, 2008:161) persediaan dapat didefinisikan sebagai aset berwujud yang diperoeh perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahan dan yang diperoleh untuk lebih dulu dan dijual. Menurut R.Agus Sartono(2010;443),menyatakan bahwa “Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan.hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan.Ditinjau dari segi neraca persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada
24
tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan” Menurut Kasmir (2008;41),menyatakan bahwa “Persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaan dalam suatu tempat (gudang). Persediaan merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan” Menurut Benny Alexandri(2009:135),menyatakan bahwa “Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 14.2), menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut riyanto (2008:70),menyatakan bahwa “Persedian merupakan elemen utama dari modal kerja yang berupa aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.” Kesimpulan dari definisi-definisi diatas, pengertian persediaan adalah Suatu jenis aktiva yang dimiliki perusahaan sampai tanggal neraca dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan”.
25
2.2.1 Jenis-jenis Persediaan Menurut S.Munawir(2007;16), menyatakan bahwa “Untuk perusa-haan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku dijual”. Untuk perusahaan manufacturing (yang memproduksikan barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi : 1. Persediaan Barang mentah 2. persediaan Barang dalam proses 3. Persediaan barang jadi. Menurut Mamduh M. Hanafi(2010;87),menyatakan bahwa “persediaan biasanya mencangkup beberapa jenis persediaan, seperti persediaan bahan mentah, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi (barang dagangan)”. Bahan
mentah
adalah
bahan
yang
akan
digunakan
untuk
memproduksi barang dagangan. barang setengah jadi adalah barang yang belum selesai sepenuhnya menjadi barang dagangan. barang jadi adalah barang yang sudah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual.” Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan ada tiga macam jenis persediaan pada perusahaan dagang : 1. Persediaan bahan baku (raw material) 2. Persediaan barang dalam proses (work in process goods) 3. Persediaan barang jadi (Merchandising goods) Adapun untuk perusahaan dagang hanya ada satu jeis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan.Dan Kategori barang dapat dikatakan sebagai
26
persediaan adalah jika barang-barang tersebut masih ada tersimpan dalam gudang sampai tanggal neraca atau barang-barang yang belum laku terjual.
2.2.2 Perputaran Persediaan Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai perputaran persediaan, beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang perputaran persediaan diantaranya: Menurut (Moeljadi,2006:50)merupakan rasio Perputaran Persediaan (InventoryTurnover)digunakan untuk mengukur perjalanan persediaan sampai kembali menjadi uang kas.Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan atau harga pokok dengan persediaan.Rasio Perputaran Persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode.Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efesien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efesien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah (Kasmir, 2013:180). Menurut Bambang Riyanto(2010:70), menyatakan bahwa Inventor
ini
merupakan suatu persediaan yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual”
27
Menurut S.Munawwir(2007:64)menyatakan bahwa “Inventory Turnover merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilain ratarata yang dimiliki oleh perusahaan”. Menurut Michell Suharli (2006:303),menyatakan bahwa “Perputaran persediaan
(Inventory
Turnover)
menentukan
berapa
kali
persediaan
(inventory) terjual atau digantikan dengan persediaan yang baru selama satu tahun,
dan
memberikan beberapa
pengukuran
mengenai
likuiditas
dan
kemampuan suatu perusahaan untuk mengkonversikan barang persediaannya menjadi uang secara tepat. Rumus yang digunakan yaitu:
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.
28
2.3.
Pengertian Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Menurut R.Agus Sartono(2010:122),menyatakan bahwa “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Menurut Kasmir (2011:196),yang menyatakan bahwa “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Menurut
Susan
Irawati(2006:58),yang
menyatakan
bahwa
“Rasio
keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
29
2.3.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Menurut Kasmir(2011:197),yang menyatakan bahwa “Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi peusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu: 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat dari rasio profitabilitas: 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
30
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.3.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Menurut Susan Irawati (2006:58),menyatakan bahwa “Dalam rasio keuntungan atau profitability ratios ini ada beberapa rumusan yang digunakan di antaranya adalah : Rasio profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan"keputusan operasional perusahaan. Secara umum rasio profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal. Rasio profitabilitas juga menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan utang terhadap hasil operasi (Moeljadi,2006:25). Ada beberapa cara pengukuran rasio profitabilitas, antara lain sebagai berikut: a. Net Profit Margin b. Gross Profit Margin c. Return On Investment d. Return On Equity
31
Penjelasan mengenai hal berikut yaitu: 1.Net Profit Margin(NPM) Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan.Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam (Fahmi, 2012:136) mengatakan : 1. margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun"tahun sebelumnya, dan menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. 2.
margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Margin laba yang tinggi disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan. Kelemahan dari rasio ini adalah memasukkan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti seperti biaya bunga untuk pendanaan, dan biaya pajak pengahasilan (Darsono & Ashari, 2005:56).
2.Gross Profit Margin(GPM) Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston dalam (Fahmi, 2012:136) memberikan pendapatnya yaitu margin laba kotor yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahan untuk
32
mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewatpenjualan kepada pelanggan. Gross profit margin merupakan rasio
yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,2009:18). Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). 3.Return On Investment(ROI) Rasio return on investment(ROI) atau pengembalian investasi, bahwa di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
secara
keseluruhan
didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
33
4.Return On Equity (ROE) Rasio return on equity(ROE) disebut juga dengan dengan laba atas equity. Dibeberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin(NPM), karena Net Profit Margin(NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan dalam penjualan yang dilakukan.
2.3.3 Pengertian Net Profit Margin (NPM) Profit
Margin
adalah
perbandingan
antara
keuntungan
operasi
dengan penjualan bersih yang dinyatakan dalam prosentase (%). Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006),menyatakan bahwa “Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Menurut Sofyan Syafri Harahap,menyebutkan dalam Rumus yang digunakan adalah:
34
2.4
Penelitian Terdahulu Niken Hastuti (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh periode
perputaran
persediaan,periode
lancer,leverage,pertumbuhan
perputaran
penjualan
dan
hutang
ukuran
dagang,rasio
perusahaan
terhadap
profitabilitas perusahaan.hasil dari penelitian adalah Variabel periode perputaran persediaan,
periode
perputaran
hutang
dagang,
rasio
lancar,
leverage,
pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel (ROA). Krisna Susani (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat perputaran kas,piutang,dan persediaan terhadap rentabilitas pada koperasi pegawai republic Indonesia (KPRI) dikabupaten jepara tahun 2002-2004 hasil penelitian tersebut yaitu tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Ali setiawan (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen piutang dan persediaan terhadap profitabilitas perusahhan manufaktur yang listing di Jakarta islimic index tahun 2001-2006.hasil penelitian tersebut yaitu variable manajemen persediaan (perputaran persediaan) dan manajemen piutang (perputaran piutang)mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan profitabilitas,dapat diketahui dari hasil uji f yang menghasilkan nilai F sebesar 16,976 dengan nilai profitabilitas sebesar 0.000.nilai profitabilitas lebih kecil dari
35
nilai alpha 0,05 (5%), maka dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi yang diperoleh adalah signifikan dalam menjelaskan keragaman variable profitabilitas (Y).Besarnya nilai R adjust square adalah ebesar 0,31 memberikan makna bahwa proporsi keragaman dalam variable independen (Y)yang dijelaskan oleh kedua variable bebes di dalam metode regresi adalah sebesar 31%. Ratih Anugraha (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Variabel Independennya adalah perputaran piutang dan perputaran persediaan, sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Perputaran Piutang secara parsial pada PT Indofood Sukses Makmur dari tahun 2004- 2010 mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan persentase sebesar 72,1 % dan sisanya 27,9 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini diantaranya modal kerja, total penjualan, total biaya, utang jangka pendek . Rama Eka Fauzi (2011) melakukan penelitian mengenai analisis modal kerja dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Pos Indonesia (PERSERO) Bandung.Variabel
independennya adalah Modal
kerja dan
perputaran piutang sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan modal kerja dan perputaran piutang secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
36
2.5
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Polancik, 2009). Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Perputaran piutang
H1
(X1) H3 Profitabilitas (Y) Perputaran persediaan
H2
(X2)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.6.Hubungan Antar Variabel 2.6.1 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Piutang
muncul
karena
perusahaan
melakukan
kredit untuk meningkatkan volume sahamnya,Adapun
teori
penjualan
secara
penghubungan
mengenai hubungan perputaran piutang terhadap profitabilitas menurut Bambang
37
Riyanto (2008:85) sebagai berikut:“Makin besarnya jumlah perputaran piutang berarti semakin besar resiko,tetapi bersamaan dengan itu juga akan memperbesar profitabilitas”.Hal
ini
didukung
oleh
hasil
penelitian
dari
Putra (2010), wijaya (2012), Santono dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.
2.6.2 Hubungan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Brigham yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2009:97), mengatakan bahwa:“Perputaran lebih rendah menunjukkan menyimpan terlalu banyak persediaan. Kelebihan persediaan adalah sesuatu yang tidak produktif dan mencerminkan investasi dengan tingkat pengembalian yang rendah”. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
2.6.3 Hubungan Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Antara perputaran piutang,perputaran persediaan terhadap profitabilitas adalah memiliki pengaruh.Dengan kata lain adapun kenaikan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap kenaikan penjualan ataupun pendapatan pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.
38
2.7
Hipotesis Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris.Dari kerangka konseptual maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1:Adanya pengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap profitabilitas H2:Adanya
pengaruh
signifikan
antara
perputaran
persediaan
terhadap
profitabilitas H3:Adanya pengaruh signifikan secara simultan antara perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas.
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi Sebelum
menentukan
sampel
maka
peneliti
menentukan
dahulu
populasi,definisi populasi menurut Sugiyo (2009: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi disini peneliti memakai laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. 3.1.2 Sampel Menurut Sugiyo (2009: 81)
sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili) yaitu kesimpulan yang harus diambil dari sampel tersebut akan diberlakukan untuk seluruh populasi, karena jika tidak representative akan menyebabkan pengambilan kesimpulan yang salah. Adapun
dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
purposive
sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel
yang diperlukan,
Menurut
Sugiyono (2013:
218-219) purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Syarat-syarat dalam menentukan sampel pada purposive sampling adalah sebagai berikut :
40
a.
Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
b.
Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
c.
Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. Dengan demikian maka peneliti mengambil seluruh data populasi laporan
keuangan tahunan pada konsolidasi Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI, periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 menjadi sampel sebanyak empat puluh (40) data. NO
NAMA PERUSAHAAN 1
PT.ASTRA INTERNASIONAL Tbk
2
PT.ASTRA OTOPARTS Tbk
3
PT.INDO KORDSA Tbk
4
PT.GOODYEAR INDONESIA Tbk
5
PT.GAJAH TUNGGAL Tbk
6
PT.INDOMOBIL SUKSES INDONESIA Tbk
7
PT.INDOSPRING Tbk
8
PT.MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk
9
PT.NIPRESS Tbk
10
PT.PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk
41
3.2
Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, diperlukan data yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembahasan dan analisis.Sumber data dalam penelitian menurut Sugiyono (2012: 225) terdiri dari dua sumber yaitu :
a. Data primer Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data kepada pengumpul data. Penulis mendapatkan data secara langsung dari pihak terkait sebelum diolah oleh penulis. Data primer didapatkan dengan teknik pengumpulan data wawancara atau interview.”
b. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti). Data sekunder yang diperoleh berasal dari dokumen-dokumen perusahaan yang dapat dipublikasikan,kajian literature berupa buku,artikel dan jurnal maupun kajian yang terdapat dalam situs secara daring yang relevan atas penelitian.Melalui sumber data tersebut maka diharapkan data yang diperoleh akurat dan dapat menjadi cerminan dari kualitas data tersebut. Dengan demikian Jenis dan sumber pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penyusunan makalah ini dengan cara pengumpulan sumber data sekunder.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
42
dokumen-dokumen milik Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). laporan-laporan hasil penelitian dan website internet yang sesuai dengan pembahasan penelitian.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data Menurut Bungin ( 2007 : 107 ),metode pengumpulan data kualitatif yang
paling Independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data
adalah
wawancara
secara
mendalam,
observasi
partisipasi,bahan
documenter,serta metode-metod baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara yang dilakukan dengan menelaah dan mengkaji catatan/laporan dan dokumen – dokumen lain yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, dalam hal ini mengenai laporan tahuan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mencatat, mempelajari text book dan buku–buku atau referensi, seperti jurnal, media cetak lainnya di perpustakaan,internet berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Studi kepustakaan berfungsi untuk mendapatkan informasi bersifat teoritis yang akan diteliti sehingga penelitian memiliki landasan yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah
43
3.3
Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 variabel indenpendent (variabel X ) dan variabel dependent (variabel Y ) yaitu : 1. Variabel Independent (X) Pengertian
variabel
independent
menurut
Sugiyono
(2010:
39)
menyatakan bahwa: “Variabel independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).” Yang menjadi variabel independent atau variabel bebas pada penelitian ini adalah : a. Perputaran Piutang sebagai variabel pertama (X1) Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang. b. Perputaran Persediaan sebagai variable kedua (X2) Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan.
44
2. Variabel Dependent (Y) Pengertian Variabel dependent menurut Sugiyono (2010: 59) menyatakn bahwa yaitu: “Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Variabel dependent atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau sekelompok aktiva perusahaan) yang ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan.
3.4
Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2008;206), mengemukakan bahwa:“Analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”
3.4.1 Uji Asumsi Klasik Menurut Damodar Gujarati (2006) dalam melakukan analisis data kuantitatif seringkali kita menggunakan uji persyaratan analysis. Tujuan metode ini adalah supaya untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
45
1. Uji Asumsi Normalitas Menurut Ghozali (2011: 160- 163) Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi, varabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Analisis grafik adalah salah satu cara termudah untuk melihat residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan pengujian ini antara lain : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengubah arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas/.Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan uji
46
Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu sebagai berikut : a. Hipotesis Nol (H0)
: data terdistribusi secara normal.
b. Hipotesis Alternatif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal. Untuk melihat apakah data yang dianalisis memiliki resudial berada di sekitar nol (data normal) dengan menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18 for Windows. 2. Uji Asumsi Autokorelasi Menurut Ghozali (2011: 110-111), Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan melakukan Uji Durbin-Watson (DW test) . berikut adalah kriteria autokorelasi ada tiga, yaitu : a. Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasi ada autokorelasi positif. b. Nilai D-W diantara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. c. Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
3.4.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011: 139), Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan antara variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya
47
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plotantara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Ketentuan dari heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : a. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas berarti
adanya variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan atau terdapatnya variasi residual yang semakin besar pada jumlah pengamatan.
3.4.3 Uji Asumsi Multikolinieritas Menurut Ghozali (2011: 105), Uji ini bertujuan untuk mengetahui antara variabel independen yang satu dengan independen yang lain dalam regresi saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Konsekuensi bagi model regresi yang mengandung multikolinieritas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk hipotesis nol akan semakin besar.
48
Akibatnya model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi adalah melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas lainnya. Nilai cut off yang umumnya digunakan adalah tolerance 0,10 sama dengan nilai VIF di atas 10.
3.5
Pengujian Hipotesis Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007: 137),
hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variable terikat baik secara secara simulatan maupun parsial. Spesifikasi ini menggunakan analisis regresi (Persamaan Regresi berganda ) adalah sebagai berikut : Y= a + b X1 + bX2 + e Keterangan: Y
=
Profitabilitas
a
=
Konstanta
b
=
Koefisien persamaan regresi prediktor X1, X2
X1
=
Perputaran Piutang
X2
=
Perputaran Persediaan
e
=
Faktor pengganggu (error)
49
3.5.1 Uji Parsial (T-Test) Menurut Ghozali (2011: 98-99 ), uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis dirumuskan sebgai berikut : H0 : Xi = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H0 : Xi = 0, artinya ada pengaruh yang secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai signifikansi t statistik > 0,05 atau –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa suatu variabel independen secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. 2.
Jika nilai signifikansi t statistik > 0,05 atau thitung > ttabel atau thitung < ttabel, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
3.5.2 Uji Simultan (F - Test) Menurut Ghozali (2011), uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (H0) menyatakan bahwa semua variabel independen yang dimasukan dalam model tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, sedangkan Hi menyatakan
50
bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikas terhadap variabel dependen. H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: 1.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka regresi dapat digunakan untuk uji hipotesis.
2.
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka regresi tidak dapat digunakan untuk uji hipotesis.
3.5.3
Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketepatan yang paling baik dalam analisa regresi, hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika koefisien determinasi nol berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Karena variabel independen pada penelitian ini lebih dari 2, maka koefisien determinasi yang digunakan adalah Adjusted R Square (Imam Ghozali, 2005). Dari koefisien determinasi (R2) ini dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase.