ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR
OLEH: FITRI RAHAYU H14102072
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN FITRI RAHAYU. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor (dibimbing oleh BUNASOR SANIM). Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Sejalan dengan usaha meningkatkan perekonomian daerah, pemerintah Kota Bogor harus mampu mengembangkan potensi ekonomi wilayahnya secara efektif dan efisien. Salah satu potensi yang dimiliki Kota Bogor adalah sektor pariwisata. Sangat diharapkan pemerintah Kota Bogor mampu mengembangkan potensi di sektor pariwisata ini, karena keberadaan sektor pariwisata tersebut mampu mengembangkan perekonomian Kota Bogor. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi. Tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yaitu sebesar 2.014.998 yaitu 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 akomodasi. Namun saat krisis ekonomi jumlah wisatawan menurun. Penurunan tersebut berlangsung sampai tahun 1999. Tahun 2000 jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana pada tahun 2002 wisatawan yang datang mencapai jumlah kunjungan tertinggi yaitu sebanyak 1.912.522. Tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun. Melihat penurunan tersebut, maka pemerintah Kota Bogor harus mampu mengelola pariwisata agar lebih diminati oleh para wisatawan. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: (1) Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor. (2) Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output. (3) Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. (4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis yang dilakukan menggunakan tabel I-O dengan menggunakan bantuan GRIMP dan Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 22 sektor. Dalam penelitian ini Tabel I-Ot Kota Bogor Tahun 2002 diagregasi 13 sektor. Hasil penelitian memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran cukup penting terhadap pembentukan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Tingginya permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukkan bahwa output sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain.
Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sub sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan yang memiliki nilai terbesar adalah sektor restoran. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar diduduki oleh sektor restoran. Untuk keterkaitan ke belakang, baik keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibanding dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan sektor pariwisata mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar dalam perolehan nilai pengganda tipe I dan tipe II adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis Multiplier standar yang tergolong dalam sektor kunci sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pemerintah Kota Bogor diharapkan: (1) meningkatkan usaha pengembangan sektor pariwisata yang lebih terarah dan tepat dalam rangka meningkatkan kedatangan wisatawan. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan pemasaran, promosipromosi serta perbaikan-perbaikan di berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, (2) Untuk analisis yang lebih akurat, diperlukan penyusunan tabel I-O dengan jumlah sektor yang lebih banyak dan akurasi datanya ditingkatkan sehingga analisisnya lebih bisa dijadikan sebagai dasar penarikan kebijakan perekonomian, (3) Hasil analisis pengganda atau multiplier pendapatan dapat dijadikan sebagai landasan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan. Apabila kebijakan Pemerintah Kota Bogor adalah meningkatkan pendapatan wilayah, maka sektor-sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan paling tinggi, (4) Sektor pariwisata yang dijadikan prioritas atau unggulan perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor prioritas tersebut akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan.
ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR
Oleh FITRI RAHAYU H14102072
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Fitri Rahayu
Nomor Registrasi Pokok : H14102072 Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor.
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. NIP. 130 345 012
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Fitri Rahayu H14102072
PADA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fitri Rahayu lahir pada tanggal 16 Juli 1983 di Ciamis, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi jawa Barat. Penulis anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Wawan Sirod dan Teti Kusmiati. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 1 Tanjungmulya, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Panumbangan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Cihaurbeuti dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) maka penulis menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M. Sc. yang telah memberikan perhatian, bimbingan, arahan, telaah dan koreksi yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada mereka. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, saudara-saudara penulis (Teh Neya, Teh Srie dan De Hanni), keempat keponakan penulis (Raihana, Haekal, Nadhif dan Nizma) serta Nuzul Chaerul Hanapi, S. Kom. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2006
Fitri Rahayu H14102072
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1
1.2. Perumusan masalah .......................................................................
3
1.3. Tujuan penelitian ...........................................................................
5
1.4. Manfaat penelitian .........................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...............
7
2.1. Tinjauan Teori-Teori .....................................................................
7
2.1.1. Kegiatan pariwisata ..............................................................
7
2.1.2. Peran Sektor Pariwisata........................................................
8
2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi .........................................................
11
2.2. Penelitian Terdahulu......................................................................
12
2.3. Kerangka pemikiran.......................................................................
16
2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output..............................
16
2.3.2. Struktur Tabel Input-Output.................................................
18
II.
2.3.3. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model
III.
Input-Output .........................................................................
22
2.3.4. Analisis Keterkaitan .............................................................
23
2.3.5. Dampak Penyebaran .............................................................
24
2.3.6. Analisis Multiplier ...............................................................
24
2.4. Kerangka Pemikiran ......................................................................
27
METODE PENELITIAN .....................................................................
29
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
29
3.2. Jenis dan Sumber Data...................................................................
29
3.3. Metode Analisis .............................................................................
30
3.3.1. Analisis Keterkaitan .............................................................
30
IV.
3.3.2. Dampak Penyebaran .............................................................
32
3.3.3. Analisis Multiplier................................................................
33
3.4. Konsep dan Definisi ......................................................................
35
GAMBARAN UMUM SEKTOR PARIWISATA KOTA BOGOR....
40
4.1. Sektor Pariwisata di Kota Bogor ...................................................
41
4.2. Objek Wisata di Kota Bogor..........................................................
42
4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor .................
47
4.4. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap V.
Tenaga Kerja dan Pendapatan ........................................................
47
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
49
5.1. Struktur Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 ..........................
49
5.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan ..................................................................
49
5.1.2. Impor ....................................................................................
50
5.1.3. Nilai Tambah Bruto..............................................................
52
5.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja.....................................................
54
5.2. Analisis Keterkaitan.......................................................................
55
5.2.1. Keterkaitan ke Depan ...........................................................
55
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang.......................................................
56
5.3. Analisis Penyebaran.......................................................................
58
5.3.1. Koefisien Penyebaran ...........................................................
58
5.3.2. Kepekaan Penyebaran ..........................................................
59
5.4. Analisis Multiplier .........................................................................
61
5.4.1. Multiplier Output..................................................................
61
5.4.2. Multiplier Pendapatan ..........................................................
62
5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja .......................................................
64
5.5. Analisis Penetapan Prioritas Sektor...............................................
64
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
66
6.1. Kesimpulan ....................................................................................
66
6.2. Saran ..............................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
70
VI.
LAMPIRAN...................................................................................................
72
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Pariwisata tentang Nilai Tambah Bruto dan Multiplier...............................................................
15
2.2.
Ilustrasi Tabel Input-Output................................................................
18
3.1.
Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ..................
34
4.1.
PDRB Sektor pariwisata Kota Bogor Atas Dasar harga Konstan 1993 (Juta Rupiah)................................................................
4.2.
42
Jumlah Wisatawan untuk Masing-Masing Objek Wisata di Kota Bogor Tahun 2004..................................................................
46
4.3.
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor ...................................
47
5.1.
Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor (Juta Rupiah) ............
5.2.
Impor di Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor (Juta Rupiah) ......................................................................................
5.3.
59
Total Multiplier Output Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
5.9.
57
Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 ...............................................
5.8.
55
Keterkaitan ke Belakang Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
5.7.
54
Keterkaitan Output ke Depan Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
5.6.
53
Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor Tahun 2002 (Orang) ....................................................
5.5.
51
Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor Tahun 2002 (Juta Rupiah) ...........................................
5.4.
51
62
Total Multiplier Pendapatan Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
63
5.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
64
5.11. Indeks Multiplier Aktual Sub Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 .........................................................................................
65
DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1.
Halaman Kerangka Pemikiran Konseptual........................................................
27
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Sektor Tabel I-O Kota Bogor 22 Sektor Tahun 2002..........................
72
2.
Sektor Tabel I-O Kota Bogor 13 Sektor Tahun 2002..........................
73
3.
Tabel I-O Kota Bogor 2002 Klasifikasi 13 Sektor ...............................
74
4.
Matrik Koefisien Teknis .......................................................................
75
5.
Matrik Kebalikan Leontif Terbuka .......................................................
76
6.
Multiplier Output ..................................................................................
77
7.
Multiplier Pendapatan...........................................................................
78
8.
Multiplier Tenaga Kerja .......................................................................
79
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor
pariwisata
merupakan
salah
satu
sektor
strategis
dalam
pengembangan perekonomian Indonesia. Sektor dengan pertumbuhan cepat ini telah menjadi bagian dari perkembangan ekonomi global. Tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran merupakan dua permasalahan besar di Indonesia. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya permintaan dari para wisatawan yang datang. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, restoran, jasa penunjang angkutan dalam pengelolaan obyek dan daya tarik wisata sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sehingga masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut. Otonomi Daerah yang sudah berlangsung sejak 1 Januari 2001 telah membuat pemerintah daerah sibuk mengatur daerahnya masing-masing agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat menentukan prioritas pembangunannya sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing yang salah satunya adalah potensi dalam sektor pariwisata. Secara historis, tujuan pemerintah serta asosiasi industri dalam hal upayanya mengembangkan potensi dalam sektor pariwisata adalah untuk menjadikan sektor pariwisata tersebut sebagai sumber penghasil devisa dan penerimaan negara, serta mampu menciptakan lapangan kerja. Akhir-akhir ini pemerintah menyadari bahwa potensi pada sektor pariwisata adalah sebagai alat untuk membangun perekonomian suatu daerah dimana sektor pariwisata berada. Kota Bogor yang memiliki potensi pariwisata, tentu saja harus memanfaatkan keadaan ini untuk membangun perekonomian daerahnya. Letak geografis Kota Bogor yang cukup strategis menjadikannya sangat menguntungkan, karena kota ini merupakan salah satu Kotamadya di Provinsi Jawa Barat yang memiliki fungsi sebagai penyangga Ibukota Jakarta. Fungsi tersebut telah mampu menumbuhkembangkan berbagai kawasan permukiman serta penduduk yang komuter (Bogor – Jakarta). Keadaan tersebut telah menyebabkan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan penduduk Kota Bogor berkembang pesat. Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka pemerintah daerah Kota Bogor diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien. Salah satu potensi ekonomi yang dimiliki Kota Bogor adalah dalam sektor pariwisata. Sangat diharapkan pemerintah daerah Kota Bogor mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor pariwisata ini,
karena keberadaan sektor pariwisata tersebut akan mampu mengembangkan perekonomian Kota Bogor. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi atau kajian tentang Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bogor.
1.2. Perumusan Masalah Otonomi daerah yang dimulai pada tanggal 1 januari 2001, menyebabkan peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali potensi-potensi lokal yang dimilikinya sebagai sumber keuangan dalam membantu pembiayaan pemerintah daerah secara mandiri. Kondisi tersebut telah menuntut pemerintah daerah Kota Bogor untuk benar-benar memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini pengembangan kepariwisataan di Kota Bogor sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Perkembangan kepariwisataan ini perlu diimbangi dengan penyediaan kamar hotel maupun akomodasi lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran untuk akomodasi tersebut. Sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6210 dari 273.020 orang yang bekerja. Sedangkan kontribusinya terhadap pendapatan adalah sebesar Rp 9.362.408.443 pada tahun 2003 dan meningkat menjadi Rp 10.209.935.285 pada tahun 2004 (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004). Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi, pada tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yaitu sebesar 2.014.998 masing-masing 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 untuk akomodasi. Namun pada saat krisis jumlah tersebut mengalami penurunan
menjadi sebesar 1.753.818 masing-masing 1.506.878 untuk obyek wisata dan sebesar 246.940 untuk akomodasi. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tersebut terus berlangsung sampai tahun 1999. Tahun 2000 jumlah kunjungan wisata kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana mencapai jumlah kunjungan tertinggi yaitu sebesar 2.141.676 masing-masing untuk obyek wisata adalah 1.912.522 dan untuk akomodasi 229.154. Untuk tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun yaitu tahun 2003 sebesar 1.571.465 dan 2004 sebesar 1.728.611 (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004). Melihat penurunan jumlah kunjungan wisata tersebut, maka pemerintah Kota Bogor harus mampu mengelola pariwisata tersebut agar lebih diminati oleh para wisatawan. Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Namun dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, tingkat pengangguran dan jumlah masyarakat yang miskin semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan
pengelolaan
dan
kebijakan-kebijakan
yang
tepat
bagaimana
mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang salah satunya adalah sektor pariwisata agar mampu mengurangi tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin tersebut. Beberapa data mengenai pertumbuhan dan keterkaitan berbagai sektor merupakan informasi penting yang dapat memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan dan permasalahannya. Dari uraian tersebut maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa besar peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor? 2. Berapa besar keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output? 3. Seberapa besar dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya? 4. Seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk: 1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor. 2. Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output. 3. Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. 4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah Kota Bogor dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian Kota Bogor. 2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teori-teori 2.1.1. Kegiatan Pariwisata Pengertian pariwisata nenurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya. Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif.
2.1.2. Peran Sektor Pariwisata Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya. Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut. Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan cara mengembangkan
dan
mendayagunakan
sumber-sumber
serta
potensi
kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat. Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagai sumber devisa negara; kedua, peranan
sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan kebudayaan dan kesenian. Ketiga point diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut : a. Peran Ekonomi - Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan
pendapatan
masyarakat
dan
pemerintah
berasal
dari
pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan
sektor
lainnya.
Dengan
demikian,
berkembangnya
kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain. - Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.
b. Peran Sosial - Semakin luasnya lapangan kerja. Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang ”padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan. c. Peran Kebudayaan - Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan. - Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup. Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.
- Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan. Ciri-ciri pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya. 2. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya yang semula. 3. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (rombongan atau group). 4. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh. 5. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan atau rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya. 6. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. 7. Selama dalam perjalanan tinggal di suatu tempat/akomodasi. 8. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat atau udara.
2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi Dalam berbagai tulisan, pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai perkembangan ekonomi. Adanya berbagai istilah ini menimbulkan berbagai pendapat diantara para ahli. Menurut Schumpeter dalam Marina 1996,
perkembangan ekonomi adalah suatu perubahan spontan dan terputus-putus sementara pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan jumlah penduduk. Sementara menurut Hicks dalam Marina 1996, perkembangan berkaitan dengan potensi dari negara terbelakang yang akan digunakan dalam proses produksi sebab belum semua potensi di negara berkembang dapat ditemukan dengan pasti, sementara pertumbuhan lebih mencerminkan proses produksi di negara maju mengingat hampir semua potensi sumber daya telah diketahui.
2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini terbagi menjadi : 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2) Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan. Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah
Input-Output
Indonesia
dan
SAM.
Dalam
penelitiannya,
dia
mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan dan jasa serta sektor industri kerajinan.
Hasil penelitiannya yaitu: mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar RP. 1.366,5 triliun atau sebesar 7,83 persen. Untuk tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp. 103,6 triliun dari total PDB nasional sebesar RP. 1.921,5 triliun atau sebesar 5,39 persen. Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 226,9 triliun atau sebesar 8,40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp 2.701,1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp 220,5 triliun atau sebesar 5,81 persen dari total output nasional. Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7,45 juta orang dari total 89,82 juta orang atau sebesar 8,29 persen , kemudian pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7,21 juta orang dari total 90,8 juta orang atau sebesar 7,94 persen. Oktavianti (2005) dalam skripsinya menganalisis bagaimana peran sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah Input-Output. Dari hasil analisisnya terhadap Tabel Input-Output Indonesia tahun 1995 sebelum krisis dan tahun 2000 setelah krisis dengan diklasifikasikan menjadi 25 sektor, terlihat bahwa peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia cukup berperan penting. Sektor pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan
struktur permintaan output pada masa sebelum krisis ekonomi tahun 1999 yaitu sebesar Rp. 4.267 milyar, yang mana Rp. 636 milyar untuk permintaan antara dan Rp. 3.631 milyar untuk permintaan akhir. Sedangkan pada tahun 2000 setelah krisis pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan struktur permintaan output yaitu sebesar Rp. 10.135 milyar, dimana Rp. 626 milyar permintaan antara dan Rp. 9.509 milyar untuk permintaan akhir. Kontribusi sektor pariwisata terhadap nilai tambah bruto (NTB), sebelum krisis tahun 1995 yaitu sebesar Rp. 2.204 milyar dan pada tahun 2000 setelah krisis yaitu menjadi sebesar Rp.4.514 milyar, yang berarti meningkat sebesar 104,81 persen. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, secara umum nilai koefisien penyebaran sektor pariwisata relatif lebih besar daripada nilai kepekaan penyebarannya. Efek pengganda yang ditimbulkan sektor pariwisata menunjukkan bahwa jika permintaan akhir di sektor pariwisata meningkat satu satuan, maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,668 satuan pada masa sebelum krisis dan 1,682 pada masa setelah krisis. Jika konsumsi rumah tangga meningkat akibat peningkatan permintaan akhir, menyebabkan output seluruh sektor meningkat sebesar 2,271 sebelum krisis dan 2,179 setelah krisis, serta akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,209 sebelum krisis dan 1,135 setelah krisis. Selain itu akan meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 2,087 sebelum krisis dan 2,004 setelah krisis.
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Pariwisata tentang Multiplier. Nama 1. Rusman Heriawan (2004)
2. Dona Oktavianti (2005)
Kajian Penelitian Pariwisata
Pariwisata
Metode Penelitian I-O dan SAM
I-O
Hasil Penelitian a. Tahun 2000 (%) -Multiplier output:8.40 -Multiplier tenaga kerja: 8.29 -Multiplier pendapatan: 7.83 b. Tahun 2003 (%) -Multiplier output:5.81 -Multiplier tenaga kerja: 7.94 -Multiplier pendapatan: 5.39 a. Tahun 1995 -Multiplier output:2,271 -Multiplier tenaga kerja: 1,209 -Multiplier pendapatan : 2,087 a. Tahun 2000 -Multiplier output:2,179 -Multiplier tenaga kerja: 1,135 -Multiplier pendapatan : 2,004
Keterangan: 1. Rusman Heriawan 2004, 2. Dona Oktavianti 2005.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini meneliti wilayah yang cakupannya lebih sempit yaitu hanya meneliti peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Bogor saja. Dimana Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 22 sektor yang diagregasi menjadi 13 sektor.
2.3. Kerangka Pemikiran 2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output Semenjak diliris oleh W. leontif pada tahun 1930-an, tabel Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima. Tabel Input-Output ini, tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output Leontif ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium). Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Tabel Input-Output memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O antara lain adalah: 1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi, 2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya, 3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output, 4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian, 5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktur suatu perekonomian wilayah.
2.3.2. Struktur Tabel Input-Output Format dari tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977). Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Permintaan Antara
Permintaan
Total
Akhir
Output
1
Sektor Produksi 1 2 … n X1n X11 X12 …
F1
X1
2
X21
X22
…
X2n
F2
X2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
n
Xn1
Xn2
…
Xnn
Fn
Xn
Jumlah Input Primer
V1
V2
...
Vn
Total Input
X1
X2
...
Xn
Alokasi Output Susunan Input Sektor Input Antara produksi
Sumber : Bapeda Kota Bogor, 2004.
Tabel 2.2 di atas isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut: x11 + x12 + ... + x1n + F1 = X1 x21 + x22 + ... + x2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . . xn1 + xn2 + ... + xnn + Fn = Xn
(2.1)
dan secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan kembali menjadi: i
∑
xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dst
(2.2)
j =i
dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i. Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom (vertikal), terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi: x11 + x21 + ... + xn1 + V1 = X1 x12 + x22 + ... + xn2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . . x1n + x2n + ... + xnn + Vn = Xn
(2.3)
dan secara ringkas dapat ditulis menjadi: i
∑
xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dst
(2.4)
i =i
dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j. Berdasarkan persamaan 1 di atas, jika diketahui matrik koefisien teknologi, aij sebagai berikut, (Nazara, 1997): αij =
χ
ij
Χ
(2.5)
dan jika persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1) maka didapat persamaan (4) sebagai berikut:
a11X1 + a12X2 + ... + a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2 + …+ a2nXn + F2 = X2 . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
an1X1 + an2X2 + ... + annXn + Fn = Xn
(2.6)
Jika ditulis dalam bentuk persamaan matrik, persamaan (4) akan menjadi persamaan berikut: ⎡ a11 a12 ... a1n ⎤ ⎢a ⎥ ⎢ 21 a22 ... a2 n ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ an1 an 2 ... ann ⎦
A
⎡ Χ1 ⎤ ⎡ F1 ⎤ ⎡ Υ1 ⎤ ⎢Χ ⎥ ⎢F ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ 2 ⎥ + ⎢ 2 ⎥ = ⎢ Υ2 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣Χ n ⎦ ⎣ Fn ⎦ ⎣Υn ⎦
X
+
F
=
X
AX + F = X atau (I – A) X = F atau X = (I – A)-1 F
(2.7)
Dimana: I
= matrik identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
F
=
permintaan akhir
X
=
jumlah output
(I – A)
=
matrik Leontief
(I – A)-1 =
matrik kebalikan Leontief
Dari persamaan (5) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I – A)
-1
sebagai
koefisien antaranya. Matrik kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Secara umum, matrik dalam tabel input-output dapat dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:
1. Kuadran I (Intermediate Quadran) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. 2. Kuadran II (Final Demand Quadran) Setiap sel pada kuadran II ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukkan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary Input Quadran) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
2.3.3. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-Output Menurut Jensen dan West dalam Sahara (1998), asumsi-asumsi dalam menunjang transaksi yang ada dalam Tabel I-O, sangat penting untuk menyusun Tabel I-O. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kesebandingan (Propotionality) Propotionality artinya, prinsip atau asumsi dimana hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier dan dalam keadaan constan return to scale. 2. Keseragaman (Homogeneity) Homogenety artinya, masing-masing sektor memproduksi suatu output melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing input dan output. 3. Additivity Additivity artinya, dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan-keterbatasan: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.
2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey. 3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.
2.3.4. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matrik kebalikan Leontief.
2.3.5. Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.
2.3.6. Analisis Multiplier a. Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan/penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontif (inverse matrix) menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matrik kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah/negara. b. Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.
c. Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel I-O, karena Tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut. d. Multiplier Tipe I dan II Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut: i) Dampak awal (Initial Impact) Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu
memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja. ii) Efek Putaran Pertama ( First Round Effect ) Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masingmasing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung. Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. iii) Efek Dukungan Industri ( Industrial Support Effect ) Efek dukungan industri (Industrial Support Effect) dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan ada efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. iv) Efek Induksi Konsumsi ( Consumption Induced Effect ) Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.
v) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect) Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.4. Kerangka Pemikiran Pentahapan penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Perekonomian Kota Bogor
Sektor Pariwisata
Metode Input-Output
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
Sektor Prioritas
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual.
Analisis Multiplier
Perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri merupakan suatu
data
statistik yang didalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Kota Bogor sebagai suatu wilayah harus memiliki
strategi
untuk
meningkatkan
PDRB,
caranya
yaitu
dengan
memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Bogor. Salah satu sektor perekonomian tersebut adalah sektor pariwisata. Dimana, sektor pariwisata ini mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan serta dalam hal penyerapan tenaga kerja. Perlunya mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lain, sehingga metode Input-Output dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan I-O akan diperoleh berapa besar keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan multiplier antar sektor. Hasil analisis tersebut digunakan dalam menentukan prioritas sektor ekonomi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang dipilih berdasarkan beberapa
hal yang dapat dijadikan pertimbangan.
Pertimbangan tersebut yaitu (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kota Bogor. (2) bahwa Kota Bogor merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki fungsi sebagai penyangga Ibukota Jakarta dimana fungsinya tersebut telah menyebabkan timbulnya kawasan serta penduduk yang bersifat komuter (Bogor-Jakarta) sehingga menjadikan Kota Bogor memiliki posisi yang strategis. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu lima bulan yaitu dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2006.
3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002 klasifikasi 22 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 13 sektor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRIMP dan Microsoft Excel. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Bogor, Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor dan dinas terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. 3.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: F (d) i =
n
∑ a ij
(3.1)
j =1
F (d) i = keterkaitan langsung ke depan sektor i a
ij
= unsur matrik koefisien teknis
3.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut: B (d) j =
n
∑ a ij j =1
B (d) j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i,
(3.2)
a
ij
= unsur matrik koefisien teknis.
3.3.1.3. Ke terkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: F (d+i) i =
∑α n
ij
(3.3)
j =1
F (d+i) i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i,
α
ij
= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka.
3.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: B (d+i) j =
∑α n
ij
(3.4)
j =1
B (d+i) j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i,
α
ij
= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka.
3.3.2. Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk
pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator
tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.
3.3.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:
n
∑αij
n
j =1
Sdi =
n
n
(3.5)
∑ αij
∑
i =1 j =1
Sdi
α
ij
= kepekaan penyebaran sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief.
3.3.2.2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pdj lebih besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah sebagai berikut: n
n
∑αij j =1
Pdj = n
n
(3.6)
∑ ∑ αij
i =1 j =1
Pdj = kepekaan penyebaran sektor j,
α
ij
= unsur matrik kebalikan Leontief.
3.3.3. Analisis Multiplier Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (α
ij
)
maupun untuk model tertutup (α *ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier
output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3. Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut: Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Nilai
Multiplier Output
Pendapatan
Tenaga Kerja
Efek awal
1
hi
ei
Efek putaran pertama
∑iaij
∑ iaij hi
∑ iaij ei
Efek dukungan industri
∑iαij-1-∑iaij
∑ iαijhi-hi-∑iaij hi
∑iαij ei - ei-∑iaij ei
Efek induksi konsumsi
∑iα*ij -∑iαij
∑ iα*ij hi -∑iαij hi
∑ iα*ij ei-∑iαij ei
Efek total
∑ iα*ij
∑ iα*ij hi
∑ iα*ij ei
Efek lanjutan
∑ iα*ij - 1
∑ iα*ij hi - hi
∑ iα*ij ei - ei
Sumber: Daryanto, A. dalam Bapeda (2004).
Keterangan: aij = Koefisien Output hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga ei = Koefisien Tenaga Kerja
α ij = Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka α *ij= Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut: Tipe I = Tipe II =
Efek awal+Efek Putaran Pertama+ Efek Dukungan Industri Efek Awal Efek awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi Efek Awal
3.4. Konsep dan Definisi Konsep dan definisi ini menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output. a. Pariwisata Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dalam hal ini, perdagangan, hotel, restoran, dan jasa angkutan. b. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perorangan asing. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. c. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen
merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. d. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. -
Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.
-
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah.
-
Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah.
-
Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (i) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.
-
Ekspor dan Impor Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transasksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on
board (f.o.b). Free on board yaitu suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transasksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan penjualan impor. e. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara. -
Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.
-
Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
-
Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.
-
Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak lanngsung negara.
IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PARIWISATA KOTA BOGOR
Secara geografis Kota Bogor terletak antara 106 430 400 sampai 106 500 300 BT dan 6300 150 sampai 600 400 LS dengan jarak ± 56 km dari Ibukota Jakarta. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118.50 km2 dan mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Kondisi ini merupakan faktor pendukung sehingga Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir. Kota Bogor berada pada ketinggian 200-350 di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Bogor itu sendiri adalah sebagai berikut: 1.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
2.
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.
3.
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
4.
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kota Bogor terdiri dari enam Kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Tengah,
Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan, Kecamatan Bogor Utara terdiri dari 8 kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat
terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Timur terdiri dari 6 kelurahan dan Kecamatan Tanah Sareal terdiri dari 11 kelurahan. Kemiringan Kota Bogor sebagian besar berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah Latosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan topografis Kota Bogor di tengahtengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor, museummuseum serta objek-objek wisata yang lainnya merupakan tujuan wisata yang menarik dan mendatangkan pendapatan bagi perekonomian. Letak Bogor yang berada pada jalur Puncak atau Cianjur juga merupakan potensi lain yang bisa meningkatkan kegiatan perekonomian di Kota ini.
4.1. Sektor Pariwisata di Kota Bogor Sektor
pariwisata
merupakan
salah
satu
sektor
strategis
dalam
pengembangan perekonomian suatu daerah. Pengembangan sektor pariwisata di Kota Bogor dirasakan
semakin penting karena selain mampu meningkatkan
perkembangan ekonomi, juga mampu memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan.
Tingkat
kemiskinan
dan
tingkat
pengangguran
merupakan
dua
permasalahan besar yang ada di Kota Bogor. Oleh karena itu dibutuhkan penggalian potensi daerah yang dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kota Bogor agar kedua permasalahan tersebut dapat segera diatasi. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi dalam penerimaan pendapatan serta mampu menyerap tenaga kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya permintaan terhadap hotel, restoran dan jasa penunjang angkutan dari para wisatawan yang datang. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah dalam hal ini adalah Kota Bogor akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha atau pengelola hotel, restoran, jasa angkutan dan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan nantinya masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut. Dilihat dari data pada tabel 4.1, sektor pariwisata Kota Bogor memiliki peran yang cukup penting terhadap pembentukan PDRB. Kontribusinya cukup stabil dari tahun ke tahun. Tabel 4.1. PDRB Sektor pariwisata Kota Bogor Atas Dasar harga Konstan 1993 (Juta Rupiah) Tahun
Hotel
Restoran
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
5.376,67 5.049,40 5.155,43 8.928,61 9.453,61 9.756,10 10.091,10
67.676,40 60.913,66 62.497,41 65.198,77 68.092,25 69.861,15 71.746,13
Sumber: BPS Kota Bogor, 2004.
Jasa Angkutan 13.162,17 11.162,17 11.287,18 11.454,82 11.941,55 12.606,93 13.171,39
Total PBRB Pariwisata 86.215,24 77.125,23 78.940,02 85.582,20 89.487,41 92.224,18 95.008,62
Total PBRB Seluruh Sektor 1.098.515,66 915.583,25 945.633,75 1.145.689,01 1.209.942,71 1.279.881,96 1.357.633,57
% 7,85 8,42 8,35 7,47 7,40 7,20 7,00
4.2. Objek Wisata di Kota Bogor Kota Bogor sebagai pintu gerbang Propinsi Jawa Barat, memiliki jarak 60 km dari Ibu Kota Jakarta dan 20 km dari Bandung Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Selain itu Kota Bogor juga dijuluki sebagai kota hujan karena curah hujannya yang sangat tinggi sekitar 3000 hingga 4000 mm pertahun, mempunyai fungsi sebagai Kota Pariwisata, Kota Perdagangan Regional, dan Kota Ilmu serta Kota Peristirahatan. Beragam objek wisata yang dimiliki Kota Bogor diantaranya, Objek Wisata Ilmiah yang memiliki taraf internasional, wisata-wisata alam, olahraga dan budaya-budaya yang cukup potensial dan cukup menarik untuk dilihat serta dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan. Demikian juga dengan berbagai macam cinderamata yang dimiliki, makanan-makanan yang memiliki ciri khas dan banyak terdapatnya pusat-pusat perbelanjaan yang tersedia serta berbagai kegiatan-kegiatan pariwisata dan budaya yang dapat disaksikan oleh wisatawan di Kota Bogor. Berdasarkan data-data tentang kepariwisataan, jenis-jenis objek wisata yang ada di Kota Bogor ini berjumlah sepuluh (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004), dimana kesepuluh objek wisata tersebut antara lain adalah: 1.
Istana Bogor Istana Bogor memiliki luas areal 28 Ha yang ditumbuhi oleh sekitar 100 pohon besar dengan halaman rumput yang luas dan hidup bebas ratusan ekor kijang aksis. Istana ini didirikan pada tahun 1745 oleh Gubernur
Jendral Hindia Belanda yang bernama Gustaf Willem Baron Van Imhoff dengan tujuan sebagai tempat peristirahatan. Pengunjung Istana Bogor ini minimal berjumlah 10 orang dan diharuskan menyampaikan surat permohonan kunjungan ke Kepala rumah tangga Istana Kepresidenan Bogor. 2.
Kebun Raya Bogor Luas areal Kebun Raya Bogor sekitar 87 Ha, didirikan pada tahun 1817 oleh Prof. DR, C. G. C. Reinwardt seorang ahli botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor ini terletak di Jl. Ir. H. Juanda. Di dalamnya terdapat 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6.000 spesies.
3.
Museum Etnobotani Sekitar 2000 artefaka etnobotani dipamerkan di museum ini. Berbagai diorama pemanfaatan flora sebagai bahan sandang, pangan, papan, obatobatan, kosmetika maupun pelengkap ritual dan lain-lain dilengkapi dengan cara peragaan cara membuatnya.
4.
Museum Zoologi Museum Zoologi ini didirikan pada tahun 1894, koleksi yang terdapat pada museum ini meliputi ribuan spesies binatang mamalia, serangga, reftilia, burung, ikan dan moluska.
5.
Museum Tanah Museum Tanah ini dijadikan sebagai pusat penelitian tanah dan agroklimat. Terdapat koleksi jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia yang berupa makromonolit serta dilengkapi oleh data gambar tempat pengambilan,
gambar penampang tanah, data morpologi, data analisis tanah dan lingkungan tanah. 6.
Plaza Kapten Muslihat Merupakan tempat rekreasi dan hiburan untuk umum dilengkapi dengan fasilitas toko cinderamata, rumah makan dengan berbagai hidangan. Secara berkala menampilkan pentas musik tradisional. Dikawasan ini terdapat gedung pusat Informasi Kepariwisataan atau Tourist Information Centre (TIC).
7.
Situ Gede Wisata Situ Gede ini merupakan danau yang berada di kawasan atau lingkungan yang keadaannya masih alami dikelilingi hutan rindang, terletak di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat sangat berpotensi sebagai Objek Wisata Alam.
8.
Museum Pembela Tanah Air Museum Pembela Tanah Air ini merupakan suatu lokasi pusat pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Di dalam museum Pembela tanah Air ini terdapat berbagai diorama mengenai perjalanan perjuangan para pahlawan Pembela Tanah Air dalam memperebutkan kemerdekaan Republik Indonesia.
9.
Museum Perjuangan Di dalamnya terdapat diorama perjuangan dan koleksi berbagai macam senjata hasil rampasan dari tentara Jepang dan Inggris yang kemudian
digunakan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia. 10.
Prasasti Batutulis Prasasti Batutulis dibuat pada masa pemerintahan Surawisesa pada tahun 1521-1535 Putra Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Kesepuluh objek wisata diatas memiliki jumlah pengunjung yang berbeda-
beda. Semakin banyak jumlah pengunjung yang datang, menunjukkan objek wisata tersebut semakin banyak diminati. Objek wisata di Kota Bogor yang paling banyak didatangi oleh wisatawan adalah Kebun Raya Bogor. Sendangkan yang paling sedikit menarik pengunjung adalah Museum Pembela Tanah Air. Jumlah wisatawan yang datang baik itu wisatawan nusantara maupun mancanegara dapat dilihat dalam tabel 4.2. Tabel 4.2. Jumlah Wisatawan untuk Masing-Masing Objek Wisata di Kota Bogor Tahun 2004. No
Nama Objek Wisata
Jumlah Wisatawan Mancanegara Nusantara 32.764 381 1. Istana Bogor 263.602 4.540 2. Kebun Raya Bogor 8.788 3. Museum Etnobotani 28.296 44 4. Museum Zoologi 65 5. Museum Tanah 52.561 6. Plaza Kapten Muslihat 3.385 7. Situ Gede 10 8. Museum Pembela Tanah Air 3.310 9. Museum Perjuangan 811 6 10. Prasasti Batutulis Sumber: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004.
4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor Tabel 4.3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor No
Tahun
Objek Wisata
Akomodasi
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
1.841.624 1.506.878 1.368.331 1.254.803 1.637.438 1.441.307 1.912.522 1.412.898 1.542.029
173.374 246.940 241.493 203.358 191.223 206.577 229.154 158.567 186.528
2.014.998 1.753.818 1.609.824 1.458.161 1.828.661 1.647.884 2.141.676 1.571.465 1.728.661
Sumber: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi. Tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yang ada yaitu sebesar 2.014.998 yaitu 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 akomodasi. Namun saat krisis ekonomi jumlah wisatawan mengalami penurunan. Penurunan jumlah kunjungan tersebut terus berlangsung sampai tahun 1999. Pada tahun 2000 jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana pada tahun 2002 tersebut wisatawan yang datang mencapai jumlah kunjungan tertinggi. Untuk tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004).
4.4. Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan Pengembangan kepariwisataan di Kota Bogor sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Perkembangan sektor pariwisata ini perlu diimbangi dengan penyediaan kamar-kamar hotel, restoran maupun akomodasi yang lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara
permintaan dan penawaran untuk akomodasi tersebut. Sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6210 dari 273.020 orang yang bekerja. Selain memiliki peran terhadap penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata Kota Bogor ini memiliki kontribusi terhadap pendapatan. Sektor pariwisata ini telah mampu memberikan kontribusinya sebesar Rp 9.362.408.443 pada tahun 2003 dan kemudian kontribusinya meningkat menjadi sebesar Rp 10.209.935.285 pada tahun 2004 (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Struktur Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 5.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002 klasifikasi 22 sektor memberikan gambaran bahwa jumlah permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1,653 triliun. Untuk sektor pariwisata sendiri, sub sektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan antara adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 44,9 milyar atau 2,72%, dan di urutan yang kedua adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar Rp 29 milyar atau sebesar 1,77%. Kemudian sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap total permintaan antara adalah sektor hotel, dimana kontribusinya hanya sebesar Rp 4 milyar atau sebesar 0,24 %. Kecilnya kontribusi sektor pariwisata terhadap permintaan antara ini menunjukkan sebagian besar output sektor tersebut tidak digunakan oleh sektor lain untuk proses produksi. Permintaan akhir Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu mencapai sebesar Rp 3,282 triliun. Untuk sektor pariwisata sendiri, sub sektor yang memiliki kontribusi paling besar di dalam pembentukan permintaan akhir adalah sektor restoran. Sektor restoran ini memiliki kontribusi yaitu sebesar Rp 253 milyar atau sebesar 7,72 % terhadap total permintaan akhir. Diurutan kedua adalah sektor hotel yaitu sebesar Rp 23 milyar atau sebesar 0,70 %. Kemudian sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap total permintaan akhir adalah sektor jasa angkutan, dimana kontribusinya hanya sebesar Rp 8 milyar atau sebesar 0,25 %.
Tabel 5.1.Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Pariwisata Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor. Total Permintaan Permintaan Permintaan Akhir Antara (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % SEKTOR Pertanian 6362 0,38 143930 4,38 150293 3,04 Listrik & gas 41112 2,48 140379 4,28 181492 3,68 Air & tambang 6013 0,36 20564 0,63 26577 0,54 ind.pengolahan 155033 9,38 1265852 38,57 1420885 28,79 Bangunan 111395 6,74 277995 8,47 389390 7,89 Perdagangan 340011 20,56 575568 17,54 915579 18,55 Hotel 4022 0,24 22869 0,70 26890 0,55 Restoran 44958 2,72 253320 7,72 298278 6,04 Angkutan 257490 15,57 98154 2,99 355644 7,21 Jasa angkutan 29338 1,77 8212 0,250 37550 0,76 Komunikasi 155285 9,39 149879 4,57 305164 6,18 Keuangan 433621 26,23 93579 2,85 527199 10,68 Jasa-jasa 68707 4,16 231916 7,07 300623 6,91 TOTAL 1653347 100 3282218 100 4935565 100 Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.1.2. Impor Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, yang dimaksud dengan impor yaitu mencakup seluruh barang-barang serta jasa yang didatangkan baik itu dari daerah-daerah lain di Indonesia maupun yang didatangkan dari luar negeri. Impor dilakukan karena dalam melakukan kegiatan usahanya setiap sektor membutuhkan input antara untuk menghasilkan output yang diharapkan. Namun, tidak semua jenis barang atau jasa yang digunakan sebagai input antara diperoleh dari hasil peroduksi domestik (dihasilkan oleh perekonomian Kota Bogor). Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, dapat dilihat bahwa banyak kegiatan ekonomi yang membutuhkan barang dan jasa impor sebagai input antara. Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa nilai impor sektor
pariwisata diurutan pertama adalah sektor restoran dengan nilai sebesar Rp 50 milyar atau 56,92 % terhadap input antara. Diurutan ke dua adalah sektor hotel yaitu dengan nilai sebesar 4 milyar atau 54,29 % terhadap input antara. Kedua sektor itu memiliki ketergantungan terhadap impor lebih dari 50 persen. Tingginya nilai impor kedua sektor tersebut menunjukkan bahwa kemandiriannya masih sangat rendah. Sehingga, ketergantungan terhadap impor ini akan menyebabkan sektor-sektor tersebut sangat rentan terhadap gejolak ekonomi internasional. Sedangkan untuk sektor jasa angkutan memiliki nilai impor yang kurang dari 50 yaitu sebesar Rp 6 milyar atau sebesar 45,04 %. Rendahnya nilai impor dari sektor jasa angkutan apabila dibandingkan dengan sektor restoran dan hotel menunjukkan bahwa kemandirian sektor jasa angkutan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan sektor hotel dan restoran. Tabel 5.2. Impor di Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor. SEKTOR Pertanian Listrik & gas Air&tambang ind.pengolahan Bangunan Perdagangan Hotel Restoran Angkutan Jasa angkutan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa TOTAL
Input antara (Juta Rp) 137468 95227 13928 543581 118538 110737 8167 87628 117806 13492 222743 133620 50412 1653347
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
Impor (Juta Rp) 1082 11790 1729 206549 74333 19861 4434 49880 1487 6077 6297 40573 3394 427484
% Impor terhadap Input Antara 2,82 24,83 12,41 172,06 62,71 17,94 54,29 56,92 44,33 45,04 2,83 30,36 6,73 25,86
5.1.3. Nilai Tambah Bruto Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa surplus usaha merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto, yakni nilainya mencapai Rp 1,563 milyar atau sebesar 54,77 % dari total nilai tambah bruto. Kemudian upah dan gaji di urutan kedua dengan nilai Rp 903 milyar atau sebesar 31,63% dari total nilai tambah bruto. Penyusutan memiliki kontribusi terhadap nilai tambah bruto di posisi ketiga, yakni sebesar Rp 262 milyar atau sebesar 9,20% dari total nilai tambah bruto. Pajak tak langsung merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling kecil diantara komponenkomponen lainnya, yakni sebesar Rp 125 milyar atau sebesar 4,40% dari total nilai tambah bruto. Sektor pariwisata yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukkan surplus usaha adalah sektor restoran yang memiliki kontribusi terhadap total surplus usaha sebesar Rp 68,6 milyar, diikuti oleh sektor jasa angkutan sebesar Rp 8,5 milyar kemudian sektor hotel yakni sebesar Rp 6 milyar. Cukup tingginya kontribusi yang disumbangkan oleh sektor restoran dan sektor jasa-jasa tersebut menunjukkan cukup besarnya peranan kedua sektor tersebut dalam pembentukkan PDRB Kota Bogor dari sisi permintaan. Sektor pariwisata yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap komponen upah dan gaji adalah sektor restoran yang besarnya adalah Rp 52 milyar, diurutan kedua adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar Rp 5 milyar, dan yang terakhir adalah sektor hotel dengan nilai yaitu sebesar Rp 4,6 milyar. Sektor pariwisata yang memiliki kontribusi tinggi terhadap komponen penyusutan adalah sektor
restoran yaitu sebesar Rp 25,6 milyar, kemudian di posisi kedua adalah sektor sektor jasa angkutan dengan nilai sebesar Rp 4 milyar dan yang memiliki nilai penyusutan terkecil adalah sektor hotel yaitu sebesar Rp 2 milyar. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata terbesar dibentuk oleh sektor restoran (Rp 15 milyar), sektor hotel (Rp 1,3 milyar) dan sektor jasa angkutan (Rp 0,4 milyar). Hasil analisis rasio surplus usaha dan upah gaji, diperoleh surplus usaha lebih besar dari upah dan gaji, hal ini menunjukkan distribusi pendapatan di Kota Bogor belum merata antara pemilik modal dan pekerja atau dengan kata lain terjadinya eksploitasi tenaga kerja oleh produsen sehingga terjadi ketimpangan pendapatan. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi kesenjangan ini. Kebijakan pemerintah dapat dilakukan dengan penetapan Upah Minimum Regional (UMR) yang sesuai dengan standar kehidupan di Kota Bogor. Tabel 5.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor Tahun 2002.
Sektor
Upah&Gaji (UG) (Juta Rp)
Surplus Usaha(SU) (Juta Rp)
Rasio GU&SU
Penyusutan (Juta Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
2,190 7,840 1,150 203,470 105,244 161,889 4,610 51,865 65,940 5,017 20,177 73,974 199,711 903,077
9,141 59,248 8,688 367,815 63,763 547,876 6,095 68,570 111,767 8,503 31,702 239,794 40,628 1,563,591
0,81 0,26 0,13 2,92 1,65 0,30 0,76 0,76 1,77 0,59 0,64 0,31 4,92 0,58
236 7,281 1,068 64,198 16,056 33,249 2,281 25,658 53,737 4,088 23,096 25,313 6,261 262,521
% thd NTB
31,63 54,77 9,20 Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
Pajak Tak Langsung (Juta Rp)
Nilai Tambah Bruto Jumlah
%
0,41 11,743 175 2,61 74,475 105 0,38 10,920 16 23,5 670,757 35,273 6,88 196,519 11,456 784,981 27,50 41,966 0,50 14,290 1,305 5,63 160,770 14,677 8,27 263,352 4,907 0,63 17,982 373 2,67 76,123 1,148 353,006 12,37 13,925 8,65 246,817 217 125,544 2,854,734 100,00 4,40
100,00
5.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2002, jumlah tenaga kerja di Kota Bogor yang bekerja di sektorsektor perekonomian berjumlah 317.858 orang. Dari tabel 5.4, diketahui sektor pariwisata yang memiliki kontribusi dalam penyerapan
tenaga kerja terbesar
adalah sektor restoran yakni mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 22404 orang atau 7,05 % terhadap total tenaga kerja. Sektor hotel merupakan sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja di urutan kedua yakni menyerap tenaga kerja sebanyak 2004 orang atau 0,63 % terhadap total tenaga kerja dan yang memiliki kontribusi terkecil terhadap penyerapan tenaga kerja adalah di sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan yakni mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1345 orang atau 0,42 % terhadap total tenaga kerja. Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Bogor Tahun 2002. Sektor Tenaga Kerja (Orang) % Pertanian 11857 3,73 Listrik dan gas 2663 0,84 Air dan tambang 389 0,12 Industri pengolahan 71826 22,60 Bangunan 19594 6,16 Perdagangan 74052 23,30 Hotel 2004 0,63 Restoran 22404 7,05 Angkutan 11734 3,69 Jasa angkutan 1345 0,42 Komunikasi 4745 1,49 Keuangan 6789 2,14 Jasa-jasa 88456 27,83 Total 317858 100 Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002.
5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan output ke depan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu keterkaitan output langsung ke depan, dan yang kedua adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan. Untuk keterkaitan output langsung ke depan dapat diperoleh dari nilai koefisien teknis sedangkan untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan dapat diperoleh dari matrik kebalikan Leontief terbuka dimana rumah tangga sebagai eksogenus dari model. Tabel 5.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sektor Pariwisata
Keterkaitan ke Depan Langsung
Langsung&Tidak Langsung
1. Hotel
0,0104
1,0183
2. Restoran
0,1163
1,2046
3. Jasa Angkutan
0,0973
1,1309
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
Dari tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sub sektor restoran yang memiliki nilai sebesar 0,1163. Nilai keterkaitan tersebut menunjukkan keterkaitan langsung ke depan dari sektor tersebut terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk dengan sektor itu sendiri. Adapun arti keterkaitan output langsung ke depan dari sektor restoran adalah setiap satu satuan nilai output sektor restoran dialokasikan kepada sektor lainnya maupun sektor restoran itu sendiri sebesar 0,1163 satuan.
Apabila nilainya dibandingkan dengan keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada semua sektor perekonomian Kota Bogor memiliki nilai yang lebih dari satu. Nilai yang lebih dari satu tersebut terjadi karena disamping keterkaitan tahap pertama (keterkaitan langsung), pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ini sudah diperhitungkan keterkaitan pada tahap kedua dan seterusnya yang disebabkan oleh keterkaitan tahap pertama tadi. Sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang paling tinggi adalah sektor restoran yaitu dengan nilai sebesar 1,2046. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor restoran tersebut sebesar satu satuan, maka kenaikan output dari sektor restoran itu sendiri secara langsung dan tidak langsung akan meningkat sebesar 1,2046. Besarnya nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor restoran apabila dibandingkan dengan sektor hotel dan sektor jasa angkutan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor restoran memiliki peranan yang penting dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor yang lainnya maupun kepada sektor itu sendiri di Kota Bogor apabila dibandingkan dengan kedua sub sektor pariwisata lainnya.
5.2.2. Keterkaitan Ke Belakang Nilai keterkaitan input ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor (dari sektor lain ataupun sektor itu
sendiri) jika terjadi kenaikan permintaan akhir jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu unit moneter. Tabel 5.6. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Keterkaitan ke Belakang Sub Sektor Pariwisata
Langsung
Langsung&Tidak Langsung
1. Hotel
0,3037
1,4505
2. Restoran
0,2938
1,4315
3. Jasa angkutan
0,3593
1,4967
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
Dari tabel 5.6, terlihat bahwa keterkaitan langsung ke belakang sektor pariwisata yang terbesar adalah sektor jasa angkutan yaitu sebesar 0,3593. Kemudian di posisi kedua yaitu sektor hotel yang memiliki nilai sebesar 0,3037. Nilai keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada sektor-sektor tersebut sebesar satu satuan, maka sektor yang bersangkutan memerlukan input dari sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai keterkaitannya. Adapun pengertian dari keterkaitan sektor jasa angkutan adalah apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada sektor jasa angkutan sebesar satu satuan, maka sektor jasa angkutan tersebut akan memerlukan input dari sektor-sektor yang lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 0,3593. Sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang paling tinggi adalah sektor jasa angkutan yakni nilainya yaitu sebesar 1,4967 satuan. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor jasa angkutan tersebut sebesar satu satuan, maka sektor jasa angkutan tersebut akan membutuhkan input dari
sektor-sektor yang lainnya dan termasuk dari sektor jasa angkutan itu sendiri sebesar 1,4967. Apabila dibandingkan dengan nilai keterkaitan ke depan, maka sektor restoran memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi. Hal itu menunjukkan bahwa sektor pariwisata lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya dibutuhkan oleh sektor yang lainnya. Output sektor pariwisata ini cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain output sektor pariwisata ini dikonsumsi langsung. Semakin besarnya nilai keterkaitan ke belakang suatu sektor menunjukkan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada sektor yang dihasilkan oleh Kota Bogor sendiri. Sedangkan semakin kecil
nilai keterkaitan ke belakang suatu
sektor, maka sektor tersebut sangat bergantung pada impor. Ketergantungan terhadap impor menunjukkan kerentanan sektor tersebut terhadap perkembangan ekonomi global.
5.3. Analisis Penyebaran 5.3.1. Koefisien Penyebaran Koefisien penyebaran adalah keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang diboboti jumlah sektor lalu dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan semua sektor. Dengan kata lain, efek yang
ditimbulkan suatu sektor karena peningkatan output sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan Tabel 5.7, sektor jasa angkutan merupakan sektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 0,9433. Semua sub sektor pariwisata ini memiliki nilai yang kurang dari satu. Nilai yang kurang dari satu ini berarti bahwa sektor pariwisata ini kurang mampu untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Dengan kata lain, meskipun sektor jasa angkutan ini merupakan sub sektor pariwisata yang memiliki kontribusi yang paling besar terhadap penggunaan input dari sektor-sektor perekonomian di Kota Bogor jika dibandingkan dengan sektor hotel dan sektor restoran, namun sektor jasa angkutan ini masih kurang mampu menarik pertumbuhan sektor hulunya sebagai sektor yang menyediakan input baginya. Tabel 5.7. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sektor Pariwisata 1. Hotel
Koefisien Penyebaran 0,9141
Kepekaan Penyebaran 0,6417
2. Restoran
0,9022
0,7592
3. Jasa Angkutan
0,9433
0,7127
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
5.3.2. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran adalah keterkaitan output langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Berdasarkan tabel 5.7 Tabel Input-Output Kota Bogor klasifikasi 13 sektor, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai kepekaan
penyebaran paling besar adalah sektor restoran yang mana nilainya yaitu sebesar 0,7592. Semua sub sektor pariwisata pada tabel diatas memiliki nilai kepekaan penyebaran yang kurang atau lebih kecil dari satu. Hal ini mengandung pengertian bahwa
sektor tersebut kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor
hilirnya. Sektor pariwisata dikatakan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya karena produk dari sektor-sektor tersebut cenderung untuk dikonsumsi langsung, karena kegiatan pariwisata ini merupakan kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif. Dengan kata lain, kegiatan di sektor pariwisata merupakan serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata atau menggunakan output secara langsung dari sektor pariwisata. Apabila dibandingkan dengan koefisien penyebaran, nilai kepekaan penyebaran sektor pariwisata memiliki proporsi yang lebih kecil. Berarti kemampuan sektor pariwisata dalam menarik sektor hulunya lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya dalam mendorong sektor hilirnya. Keadaan tersebut terjadi karena sektor pariwisata cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir daripada sebagai permintaan antara. Kecilnya kontribusi sektor pariwisata terhadap permintaan antara ini menunjukkan sebagian besar output sektor tersebut tidak digunakan oleh sektor lain untuk proses produksi, melainkan dijadikan
sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain permintaan pada sektor pariwisata itu digunakan untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi.
5.4. Analisis Multiplier Analisis multiplier atau analisis pengganda digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen, seperti variabel permintaan akhir pada analisis Input-Output sisi permintaan dan variabel input primer pada analisis Input-Output sisi penawaran. Ada dua jenis tipe pengganda atau multiplier yaitu pengganda atau multiplier tipe I dan multiplier tipe II. Multiplier tipe I yang dapat diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontif terbuka dan multiplier tipe II yang dapat diperoleh dari matriks kebalikan Leontif tertutup. Nilai multiplier tipe I ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan maka variabel endogen diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai multiplier tipe II ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat, setelah adanya efek induksi dari rumah tangga.
5.4.1. Multiplier Output Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 13 sektor yang terangkum di dalam tabel 5.8 tentang Total Multiplier Output Sektor Pariwisata, sektor jasa angkutan memiliki nilai yang paling tinggi
dalam
perolehan nilai pengganda tipe I yang mana nilainya yaitu sebesar 1,4967. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor jasa angkutan, maka hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya output disemua sektor perekonomian sebesar 1,4967. Sektor hotel menempati posisi kedua dalam perolehan nilai pengganda tipe I yaitu sebesar 1,4504. Kemudian untuk nilai pengganda tipe II, sektor jasa angkutan menempati posisi pertama atau memiliki nilai yang paling tinggi, yaitu dengan nilai sebesar 2,0704 satuan. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pada pengeluaran rumah tangga yang bekerja sebesar satu satuan pada sektor jasa angkutan tersebut, maka akan menyebabkan peningkatan output disemua sektor perekonomian sebesar 2,0704. Kemudian sektor selanjutnya yang menempati urutan nilai kedua terbesar adalah sektor hotel yaitu dengan nilai sebesar 1.9686. Tabel 5.8. Total Multiplier Output Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sektor
Tipe I
Tipe II
1. Hotel
1,4504
1,9686
2. Restoran
1,4315
1,9529
3. Jasa angkutan
1,4967
2,0704
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
5.4.2. Multiplier Pendapatan Tabel 5.9 tentang total multiplier pendapatan sektor pariwisata, sektor jasa angkutan memiliki nilai Multiplier pendapatan tipe I dan Multiplier pendapatan
tipe II terbesar dimana nilainya berturut-turut yaitu sebesar 2,0700 untuk nilai Multiplier pendapatan tipe I dan sebesar 2,8557 untuk nilai Multiplier pendapatan tipe II. Untuk nilai 2,0700 dalam Multiplier pendapatan tipe I ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pendapatan pada sektor jasa angkutan sebesar satu satuan, maka peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan diseluruh sektor perekonomian lainnya sebesar 2,0700. Sedangkan nilai 2,8557 dalam Multiplier pendapatan tipe II mengandung arti, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor jasa angkutan sebesar satu satuan, maka pendapatan rumah tangga yang dibelanjakan akan meningkat sebesar 2,8557. Dilihat dari tabel 5.9 dibawah dapat disimpulkan bahwa sub sektor pariwisata yang memiliki peran paling potensial dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Bogor adalah sektor jasa angkutan. Selain itu sektor jasa angkutan ini
merupakan sub sektor pariwisata yang paling potensial dalam
meningkatkan pendapatan pada sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Bogor. Tabel 5.9.Total Multiplier Pendapatan Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sektor
Tipe I
Tipe II
1. Hotel
1,4569
2,0099
2. Restoran
1,4454
1,9940
3. Jasa angkutan
2,0700
2,8557
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
5.4.2. Multiplier Tenaga Kerja Dari tabel 5.10, dapat dilihat bahwa sektor jasa angkutan merupakan sub sektor pariwisata yang memiliki nilai pengganda untuk tenaga kerja tipe I dan pengganda tipe II paling besar dimana untuk nilai pengganda tipe I adalah sebesar 2,4270 satuan dan untuk nilai pengganda tipe II adalah sebesar 3,4586. Sedangkan ditempat yang kedua untuk nilai pengganda tipe I adalah sektor hotel dimana nilainya yaitu sebesar 1,2576 satuan, demikian pula untuk posisi kedua nilai pengganda tipe II yaitu ditempati oleh sektor hotel dimana nilainya yaitu sebesar 1,7054 satuan. Tabel 5.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sektor
Tipe I
Tipe II
1. Hotel
1,2576
1,7054
2. Restoran
1,2531
1,7001
3. Jasa angkutan
2,4270
3,4586
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor (diolah).
5.5. Analisis Penetapan Prioritas Sektor Berdasarkan hasil analisis Multiplier standar untuk sektor pariwisata yang tergolong dalam sektor kunci adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran. Dari hasil analisis yang dilakukan jika dilakukan titik pengembangan sektor pariwisata, hendaklah mengutamakan sektor-sektor kunci tersebut karena perkembangan dari sektor kunci ini akan mendorong perkembangan sektor-sektor yang lainnya.
Tabel 5.11. Indeks Multiplier Aktual Sub Sektor Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002. Sub Sector
TOM
TIM
TEM
Total
Prioritas
1. Hotel
3,419
3,467
2,963
9,849
2
2. Restoran
3,384
3,439
2,953
9,777
3
3. Jasa angkutan
3,567
4,926
5,886
14,378
1
Keterangan: TOM TIM TEM
= Total Output Multiplier, = Total Income Multiplier, = Total Employment Multiplier.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sektor pariwisata memiliki peranan yang cukup penting terhadap perekonomian Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Sektor pariwisata memiliki peranan yang cukup penting terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto, penyerapan tenaga kerja serta struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Lebih tingginya nilai permintaan akhir apabila dibandingkan dengan nilai permintaan antara sektor pariwisata menunjukkan bahwa output dari sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan digunakan sebagai input langsung oleh sektor-sektor perekonomian lain.
2.
Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar adalah sub sektor jasa-jasa, kemudian untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pariwisata yang paling besar juga diduduki oleh sektor jasa-jasa. Untuk keterkaitan ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar dalam keterkaitan langsung ke belakang adalah sub sektor jasa angkutan, kemudian untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar juga diduduki oleh sektor jasa angkutan.
3.
Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran dimana dampak penyebaran itu dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata tersebut memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai
kepekaan
penyebarannya.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
keberadaan dari sektor pariwisata ini mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor pariwisata
untuk
mendorong pertumbuhan
sektor hilirnya. 4.
Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan menempati posisi pertama dalam perolehan nilai pengganda tipe I. Sedangkan untuk perolehan nilai pengganda tipe II, sektor jasa-jasa menempati posisi pertama. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I terbesar demikian juga untuk perolehan nilai pengganda tipe II, sektor jasa angkutan menempati posisi pertama. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki perolehan nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis Multiplier standar untuk sektor pariwisata yang tergolong dalam sektor kunci adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.
6.2. Saran Melihat hasil analisis Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 tentang sektor pariwisata, maka saran penelitian yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan usaha pengembangan sektor pariwisata yang lebih terarah dan tepat dalam rangka meningkatkan kedatangan wisatawan. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan pemasaran, promosi-promosi terhadap objek wisatanya itu sendiri serta perbaikan-perbaikan di berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, 2. Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002 masih memiliki keterbatasan yang menonjol yaitu dalam jumlah sektor yang hanya 22 sektor. Untuk analisis yang lebih akurat, maka diperlukan penyusunan tabel Input-Output dengan jumlah sektor yang lebih banyak dan akurasi datanya ditingkatkan sehingga analisisnya lebih bisa dijadikan sebagai dasar penarikan kebijakan perekonomian, 3. Informasi dari hasil analisis pengganda atau multiplier pendapatan dapat dijadikan sebagai landasan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan. Apabila kebijakan Pemerintah Kota Bogor adalah meningkatkan pendapatan wilayah, maka sektor-sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan paling tinggi,
4. Sektor pariwisata yang dijadikan prioritas atau unggulan perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor prioritas tersebut akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. S. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Bogor. 2004. Analisis Tabel InputOutput Kota Bogor. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor. 2004. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1997-2003 (dalam juta rupiah). Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor. 2005. Kota Bogor dalam Angka Tahun 2004. Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor. 2005. Buku Data Pariwisata Tahun 2004. Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor. Panorama Wisata Kota Bogor. Erawan I. N. 2003. ”Dampak Tragedi Bom di Legian Kuta terhadap Peran Sektor Pariwisata dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 18:161-174. Glasson, J. 1997. Pengantar Perencanaan regional. Paul Sihotang [penerjemah]. Program Perencanaan Nasional. Fakultas Ekonomi, Universitas indonesia, Jakarta. Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hutabarat, R. V. 1992. Pengaruh Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Daerah Tapanuli Utara (Srudi pada Kawasan Wisata Pulau Samosir). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Marina, R. 1996. Analisis Prospek Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Miller, E. R and Blair, D. P. 1985. Input-Output Analysis. Oxford University Press. New York, USA. Mustikasari, D. Y. 2005. Peran Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah: Analisis Input-Output [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazara, S. 1997. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Oktavianti, D. 2005. Analisis Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi: Analisis Input-Output [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Sahara. 1998. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sihite, R. 2000. Tourism Industry (Kepariwisataan). SIC, Surabaya. Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soekanto, S. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press, Jakarta. Yani, A. 2004. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yuanita, E. 2004. Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Industri Pariwisata (Studi Kasus: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan Masyarakat Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Sektor Tabel I-O Kota Bogor 22 Sektor Tahun 2002 No 1 2 3 4 5 6 7
Sektor Tanaman Peternakan Pertanian Lain Listrik Gas Air Dan Tambang IMMT
Keterangan Tanaman dan bahan makanan lainnya Peternakan dan hasil-hasilnya Pertanian lain-lain Listrik Gas Air bersih dan hasil tambang Industri makanan, minuman dan tembakau lainnya Industri pakaian jadi 8 ITPJ Industri kayu 9 Industri Kayu Industri kimia 10 Industri Kimia Industri lainnya 11 Industri Lain Bangunan 12 Bangunan Perdagangan besar dan eceran 13 Perdagangan Hotel 14 Hotel Restoran 15 Restoran Angkutan rel 16 Ak-Rel Angkutan dalam kota 17 Ak-Dlm-Kt Angkutan antar kota 18 Ak-Antar-Kt Jasa penunjang angkutan 19 Jasa Angkutan Komunikasi 20 Komunikasi Keuangan dan perbankan 21 Keuangan Jasa-jasa lainnya 22 Jasa-jasa 180 Jumlah Permintaan Antara Jumlah Permintaan Antara Jumlah input antara 190 Total Upah dan gaji 201 Upah&gaji Impor 200 Impor Surplus usaha 202 SurplusUsaha Penyusutan 203 Penyusutan Pajak tidak jelas 204 Pajak tidak jelas Subsidi 205 Subsidi Total input 210 Total input 309 Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan 310 Jumlah Permintaan Tenaga kerja TK Tenaga kerja Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor 22 Sektor Tahun 2002.
Lampiran 2. Sektor Tabel I-O Kota Bogor 13 Sektor Tahun 2002 No 1
Sektor Pertanian
2 3 4
Listrik&gas Air Dan Tambang Industri Pengolahan
5 6 7 8 9
Bangunan Perdagangan Hotel Restoran Angkutan
10 11 12 13 180 190 201 200 202 203 204 205 210 309 310 TK
Jasa Angkutan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Jumlah Permintaan Antara Total Upah&gaji Impor SurplusUsaha Penyusutan Pajak tidak jelas Subsidi Total input Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Tenaga kerja
Keterangan Tanaman dan bahan makanan lainnya, peternakan dan hasil-hasilnya, pertanian lainlain Listrik dan gas Air bersih dan hasil tambang Industri makanan, minuman dan tembakau lainnya, industri pakaian jadi, industri kayu, industri kimia, industri lainnya. Bangunan Perdagangan besar dan eceran Hotel Restoran Angkutan rel, angkutan dalam kota, angkutan antar kota Jasa penunjang Angkutan Komunikasi Keuangan dan perbankan Jasa-jasa lainnya Jumlah Permintaan Antara Jumlah input antara Upah dan gaji Impor SurplusUsaha Penyusutan Pajak tidak jelas Subsidi Total input Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Tenaga kerja
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002, Klasifikasi 13 Sektor .
Lampiran 3. Tabel I-O Kota Bogor 2002 Klasifikasi 13 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 190 201 200 202 203 204 205 210 Employ
1 1023 3790 554 12775 13063 30264 218 2442 37317 4276 4532 24195 3019 137468 2190 1082 9141 236 175 0 150293 11857
2
3
0 664 97 5973 8120 18328 99 1103 11327 1298 962 44696 2559 95227 7840 11790 59248 7281 105 105 181492 2663
0 97 14 874 1188 2681 14 161 1657 190 141 6537 374 13928 1150 1729 8688 1068 16 0 26577 389
4 3537 31041 4541 88298 11457 196065 909 10154 86914 9958 17323 76752 6630 543581 203470 206549 367815 64198 35273 0 1420885 71826
5
6
64 470 69 24050 4726 53162 136 1519 14676 1682 2081 15308 596 118538 105244 74333 63763 16056 11456 0 389390 19594
0 583 85 874 1753 1111 939 10498 16336 1872 5790 66663 4235 110737 161889 19861 547876 33249 41966 0 915579 74052
7 141 461 67 406 305 602 7 82 2724 149 387 2767 68 8167 4610 4434 6095 2281 1305 0 26890 2004
8 1577 349 51 4544 3410 6733 82 913 30455 3489 4330 30935 760 87628 51865 49880 68570 25658 14677 0 298278 22404
9
10
11
12
2 213 32 6153 5204 13240 507 5672 19167 2195 5521 22354 37544 117806 65940 1487 111767 53737 4907 0 355644 11734
0 24 4 704 596 1517 58 646 2195 252 633 2561 4302 13492 5017 6077 8503 4088 373 0 37550 1345
0 1129 165 1952 35418 6237 195 2180 15923 1824 97855 56879 2987 222743 20177 6297 31702 23096 1148 0 305164 4745
0 1429 209 2981 23977 4005 808 9039 12457 1427 14863 58333 4091 133620 73974 40573 239794 25313 13925 0 527199 6789
13 19 863 126 5451 2178 6067 49 548 6335 726 867 25639 1544 50412 199711 3394 40628 6261 217 0 300623 88456
180 6362 41112 6013 155033 111395 340011 4022 44958 257490 29338 155285 433621 68707 1653347 903077 427484 1563591 262521 125544 0 4935565 317858
309 143930 140379 20564 1265852 277995 575568 22869 253320 98154 8212 149879 93579 231916 3282218
310 150293 181492 26577 1420885 389390 915579 26890 298278 355644 37550 305164 527199 300623 4935565
Lampiran 4. Matrik Koefisien Teknis Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
1 0.0068 0.0252 0.0037 0.0850 0.0869 0.2014 0.0015 0.0162 0.2483 0.0285 0.0302 0.1610 0.0201 0.9147
2 0.0000 0.0037 0.0005 0.0329 0.0447 0.1010 0.0005 0.0061 0.0624 0.0072 0.0053 0.2463 0.0141 0.5247
3 0.0000 0.0036 0.0005 0.0329 0.0447 0.1009 0.0005 0.0061 0.0623 0.0071 0.0053 0.2460 0.0141 0.5241
4 0.0025 0.0218 0.0032 0.0621 0.0081 0.1380 0.0006 0.0071 0.0612 0.0070 0.0122 0.0540 0.0047 0.3826
5 0.0002 0.0012 0.0002 0.0618 0.0121 0.1365 0.0003 0.0039 0.0377 0.0043 0.0053 0.0393 0.0015 0.3044
6 0.0000 0.0006 0.0001 0.0010 0.0019 0.0012 0.0010 0.0115 0.0178 0.0020 0.0063 0.0728 0.0046 0.1209
7 0.0052 0.0171 0.0025 0.0151 0.0113 0.0224 0.0003 0.0030 0.1013 0.0055 0.0144 0.1029 0.0025 0.3037
8 0.0053 0.0012 0.0002 0.0152 0.0114 0.0226 0.0003 0.0031 0.1021 0.0117 0.0145 0.1037 0.0025 0.2938
9 0.0000 0.0006 0.0001 0.0173 0.0146 0.0372 0.0014 0.0159 0.0539 0.0062 0.0155 0.0629 0.1056 0.3312
10 0.0000 0.0006 0.0001 0.0187 0.0159 0.0404 0.0015 0.0172 0.0585 0.0067 0.0169 0.0682 0.1146 0.3593
11 0.0000 0.0037 0.0005 0.0064 0.1161 0.0204 0.0006 0.0071 0.0522 0.0060 0.3207 0.1864 0.0098 0.7299
12 0.0000 0.0027 0.0004 0.0057 0.0455 0.0076 0.0015 0.0171 0.0236 0.0027 0.0282 0.1106 0.0078 0.2535
13 0.0001 0.0029 0.0004 0.0181 0.0072 0.0202 0.0002 0.0018 0.0211 0.0024 0.0029 0.0853 0.0051 0.1677
Total 0.0201 0.0850 0.0124 0.3722 0.4205 0.8498 0.0104 0.1163 0.9024 0.0973 0.4777 1.5394 0.3070 5.2104
Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
1 1.0073 0.0297 0.0043 0.1107 0.1183 0.2562 0.0028 0.0316 0.3012 0.0345 0.0704 0.2733 0.0616 2.3018
2 0.0002 1.0059 0.0009 0.0445 0.0655 0.1244 0.0014 0.0153 0.0866 0.0099 0.0260 0.3116 0.0282 1.7202
3 0.0002 0.0059 1.0009 0.0444 0.0654 0.1243 0.0014 0.0153 0.0865 0.0099 0.0260 0.3112 0.0282 1.7194
4 0.0028 0.0242 0.0035 1.0721 0.0203 0.1597 0.0012 0.0133 0.0823 0.0094 0.0280 0.1030 0.0172 1.5371
5 0.0004 0.0032 0.0005 0.0694 1.0195 0.1529 0.0008 0.0086 0.0526 0.0060 0.0153 0.0723 0.0097 1.4112
6 0.0001 0.0011 0.0002 0.0032 0.0085 1.0055 0.0012 0.0138 0.0247 0.0028 0.0143 0.0908 0.0085 1.1746
7 0.0054 0.0186 0.0027 0.0231 0.0259 0.0395 1.0008 0.0089 0.1205 0.0077 0.0319 0.1470 0.0184 1.4505
8 0.0054 0.0025 0.0004 0.0226 0.0250 0.0379 0.0008 1.0088 0.1203 0.0138 0.0319 0.1432 0.0188 1.4315
9 0.0002 0.0021 0.0003 0.0252 0.0260 0.0518 0.0018 0.0204 1.0706 0.0081 0.0311 0.1041 0.1161 1.4579
10 0.0002 0.0022 0.0003 0.0273 0.0282 0.0562 0.0020 0.0220 0.0766 1.0088 0.0338 0.1130 0.1260 1.4967
11 0.0002 0.0076 0.0011 0.0286 0.1943 0.0702 0.0018 0.0204 0.1063 0.0122 1.4925 0.3453 0.0310 2.3116
12 0.0002 0.0038 0.0006 0.0129 0.0602 0.0227 0.0019 0.0215 0.0386 0.0044 0.0502 1.1486 0.0144 1.3798
13 Total 0.0002 1.0228 0.0038 1.1108 0.0006 1.0162 0.0221 1.5061 0.0146 1.6715 0.0283 2.1296 0.0004 1.0183 0.0049 1.2046 0.0294 2.1962 0.0034 1.1309 0.0104 1.8617 0.1075 3.2710 1.0099 1.4882 1.2355 20.6279
Lampiran 6. Multiplier Output SEKTOR Pertanian Listrik & gas Air&tambang ind.pengolahan Bangunan Perdagangan Hotel Restoran Angkutan Jasa angkutan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa
INITIAL 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
FIRST 0.9147 0.5244 0.5240 0.3826 0.3044 0.1209 0.3037 0.2938 0.3312 0.3593 0.7299 0.2535 0.1676
INDUST 0.3871 0.1954 0.1953 0.1545 0.1068 0.0537 0.1468 0.1377 0.1267 0.1374 0.5817 0.1264 0.0677
CONS'M 0.5385 0.3607 0.3607 0.4880 0.7104 0.4305 0.5181 0.5214 0.6580 0.5737 0.5442 0.4319 1.4643
TOTAL 2.8403 2.0806 2.0801 2.0251 2.1216 1.6051 1.9686 1.9529 2.1159 2.0704 2.8558 1.8117 2.6996
ELAST 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TYPE I 2.3018 1.7198 1.7193 1.5371 1.4112 1.1746 1.4504 1.4315 1.4579 1.4967 2.3116 1.3798 1.2353
TYPE II 2.8403 2.0806 2.0801 2.0251 2.1216 1.6051 1.9686 1.9529 2.1159 2.0704 2.8558 1.8117 2.6996
Lampiran 7. Multiplier Pendapatan SEKTOR INITIAL Pertanian 0.0146 Listrik & gas 0.0432 Air&tambang 0.0433 ind.pengolahan 0.1432 Bangunan 0.2703 Perdagangan 0.1768 Hotel 0.1714 Restoran 0.1739 Angkutan 0.1854 Jasa angkutan 0.1336 Komunikasi 0.0661 Keuangan 0.1403 Jasa-jasa 0.6644
FIRST 0.1635 0.0927 0.0927 0.0617 0.0515 0.0204 0.0473 0.0477 0.1069 0.1159 0.1018 0.0451 0.0284
INDUST 0.0816 0.0380 0.0380 0.0303 0.0207 0.0103 0.0311 0.0298 0.0249 0.0270 0.0945 0.0228 0.0131
CONS'M 0.0985 0.0660 0.0660 0.0893 0.1300 0.0788 0.0948 0.0954 0.1204 0.1050 0.0996 0.0790 0.2679
TOTAL 0.3581 0.2399 0.2399 0.3245 0.4725 0.2863 0.3446 0.3467 0.4376 0.3815 0.3619 0.2872 0.9738
ELAST 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TYPE I 17.8145 4.0279 4.0192 1.6428 1.2671 1.1736 1.4569 1.4454 1.7107 2.0700 3.9678 1.4837 1.0625
TYPE II 24.5765 5.5568 5.5447 2.2664 1.7480 1.6191 2.0099 1.9940 2.3600 2.8557 5.4738 2.0468 1.4657
Lampiran 8. Multiplier Tenaga Kerja SEKTOR Pertanian Listrik & gas Air&tambang ind.pengolahan Bangunan Perdagangan Hotel Restoran Angkutan Jasa angkutan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa
INITIAL 0.0789 0.0147 0.0146 0.0506 0.0503 0.0809 0.0745 0.0751 0.0330 0.0358 0.0155 0.0129 0.2943
FIRST 0.0449 0.0223 0.0223 0.0204 0.0176 0.0043 0.0099 0.0100 0.0401 0.0435 0.0207 0.0097 0.0065
INDUST 0.0249 0.0105 0.0105 0.0088 0.0060 0.0028 0.0093 0.0091 0.0071 0.0077 0.0232 0.0061 0.0036
CONS'M 0.0347 0.0232 0.0232 0.0314 0.0458 0.0277 0.0334 0.0336 0.0424 0.0369 0.0350 0.0278 0.0943
TOTAL 0.1834 0.0708 0.0707 0.1111 0.1197 0.1156 0.1271 0.1277 0.1225 0.1239 0.0945 0.0564 0.3987
ELAST 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TYPE I 1.8851 3.2422 3.2449 1.5770 1.4692 1.0866 1.2576 1.2531 2.4279 2.4270 3.8226 2.2204 1.0346
TYPE II 2.3247 4.8265 4.8324 2.1988 2.3785 1.4294 1.7054 1.7001 3.7123 3.4586 6.0767 4.3802 1.3550