ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN-PEG 8000
FEBRIANTI SETIAWARDANI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN-PEG 8000
FEBRIANTI SETIAWARDANI 051111066
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN DISPERSI PADAT QUERCETIN – PEG 8000
SKRIPSI Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2015
Oleh :
FEBRIANTI SETIAWARDANI NIM : 051111066
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 197111301997031003
Skripsi
Pembimbing Serta
Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt. NIP. 196308101989032001
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Febrianti Setiawardani
NIM
: 051111066 Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya
ilmiah
saya,
dengan
judul:
“PENINGKATAN
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – PEG 8000” untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, September 2015
Febrianti Setiawardani 051111066
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERNYATAAN Dengan
ini
saya
menyatakan,
bahwa
sesungguhnya
hasil
skripsi/tugas akhir ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, September 2015
Febrianti Setiawardani 051111066
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur selalu kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang selalu memberikan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – PEG 8000”. Tak lupa sholawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai suri teladan kita. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat dalam penulis persembahkan kepada: 1. Bapak Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah dengan sabar membimbing dan
memotivasi
penulis
dalam pengerjakan
serta
memberikan pelajaran kehidupan yang bermanfaat. 2. Ibu Dr. Retno Sari, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing serta yang telah sabar memberikan bimbingan dalam pengerjaan naskah skripsi. 3. Bapak Drs. Bambang Widjaja, M.Si., Apt. dan Bapak Helmi Yusuf, M.Sc., Ph.D. selaku dosen penguji atas segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan naskah skripsi. 4. Bapak Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak. selaku rektor Universitas Airlangga yang telah memberikan vi Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 5. Ibu Dr. Umi Athijah, MS., Apt. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program sarjana. 6. Ibu Dra. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D. selaku ketua departemen farmasetika atas segala kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan di Laboratorium Teknologi Farmasi. 7. Bapak Mahardian Rahmadi, S.Si., M.Sc., Ph.D. Apt. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi selama program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 8. Bapak Sugianto dan Ibu Endah Sulistiyowati selaku orang tua penulis serta Agung Setiawan selaku saudara penulis yang senantiasa memberikan dukungan, nasihat dan motivasi. 9. Tim skripsi dispersi padat ceria (Dayanara, Zainul, dan Fadhil) yang senantiasa membantu penulis dalam pengerjaan
skripsi.
Serta
kawan
–
kawan
yang
mengerjakan skripsi di Departemen Farmasetika yang selalu memberikan bantuan kepada penulis. 10. Sahabat – sahabat (Meira, Nadiyah, Nindya Tresiana, Fatih, Ayu, Destia, Astrid, Kak Selvi dan Achmad Fanani) dan teman seperjuangan angkatan 2011 terutama vii Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
kelas C atas bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam pengerjaan skripsi. 11. Seluruh tenaga non kependidikan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga terutama tenaga non kependidikan Laboratorium Teknologi Farmasi (Bapak Harmono, Bapak Suprijono, Ibu Nawang, dan Ibu Ari) yang telah membantu dengan penuh kesabaran. 12. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran naskah skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Skripsi ini disusun oleh manusia yang tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi mencapai hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian.
Surabaya, September 2015
Penyusun viii Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN DISPERSI PADAT QUERCETIN – PEG 8000 Febrianti Setiawardani Quercetin digolongkan dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) II yang artinya memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah sehingga bioavailabilitas dalam tubuh rendah. Salah satu metode yang dapat memperbaiki kelarutan dan laju disolusi quercetin adalah pembuatan dispersi padat. Polimer yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah PEG 8000 karena tidak toksik dan tidak mengiritasi. Selain itu PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin. Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dibuat dengan metode peleburan pada suhu 65° - 70°C dan di uji kelarutan dan uji disolusi. Uji kelarutan dilakukan dalam media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 dengan suhu 30±0,5 pada waktu jenuh quercetin yang sebelumnya telah ditentukan (menit ke 240). Sedangkan pada uji disolusi dilakukan dalam media 1% surfaktan SLS pada suhu 37±0,5°C. Uji kelarutan dan laju disolusi dilakukan pada quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dengan dengan replikasi 3 kali. Hasil uji kelarutan menunjukan kelarutan quercetin meningkat dengan dispersi padat quercetin – PEG 8000. Peningkatan terbesar tejadi pada dispersi padat dengan perbandingan quercetin – PEG 1:3 yaitu 3,25 kali dari quercetin murni. Dari hasil uji disolusi, diketahui bahwa ED30 dan laju disolusi quercetin dalam sistem dispersi padat meningkat dibanding quercetin tunggal. Peningkatan terbesar terjadi pada jumlah polimer terbesar (1:3) yaitu sebesar 1,35 kali dari quercetin murni. Peningkatan kelarutan dan laju disolusi terjadi disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel, sehingga luas permukaan kontak obat dengan media disolusi lebih besar. Selain itu peningkatan disolusi juga dapat terjadi karena terdapat peningkatan kelarutan quercetin sesuai dengan persamaan Noyes-Whitney yaitu kelarutan zat berbanding lurus dengan laju disolusi. ix Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan jumlah PEG 8000 yang ditambahkan dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin. Selanjutnya perlu dilakukan pengembangan formulasi bentuk sediaan padat quercetin menggunakan sistem dispersi padat dengan berbagai polimer.
x Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT SOLUBILITY AND DISSOLUTION RATE ENHANCEMENT OF QUERCETIN BY SOLID DISPERSION QUERCETIN – PEG 8000 Febrianti Setiawardani Quercetin is a bioflavonoid group that poorly soluble in water and classified in Biopharmaceutics Classification System (BCS) II. Solid dispersion can be used to increase the solubility of quercetin. PEG 8000 as hydrophyl polimer used in the formation of the solid dispersion of quercetin because non toxic and non irritant. Solid dispersion prepared by melt method with various ratio of PEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3 % b/b). Solubility and dissolution characteristic of the prepared solid dispersion were evaluated and compared with physical mixture and quercetin. The result of solubility and dissolution test showed that solubility and dissolution rate in solid dispersion system enhanced. Key word : Quercetin, PEG 8000, Solid Dispersion, Solubility, Dissolution Rate.
xi Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................................................ vi RINGKASAN............................................................................. ix ABSTRACT............................................................................... xi DAFTAR ISI.............................................................................. xii DAFTAR TABEL...................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR.................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. xix BAB I PENDAHULUAN...........................................................1 1.1 Latar Belakang................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................ 5 2.1 Quercetin............................................................................ 5 2.2 PEG 8000........................................................................... 6 2.3 Dispersi Padat.................................................................... 7 2.4 Kelarutan............................................................................ 11 2.5 Disolusi.............................................................................. 13 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.................................... 15 3.1 Uraian Kerangka Konseptual............................................. 15 3.2 Alur Kerangka Konsep.......................................................17 3.3 Hipotesis.............................................................................18 BAB IV METODE PENELITIAN............................................ 19 4.1 Bahan Penelitian................................................................ 19 4.2 Alat-Alat Penelitian........................................................... 19 4.3 Rancangan Penelitian......................................................... 19 xii Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4 Kerangka Operasional........................................................ 21 4.5 Metode Penelitian...............................................................22 4.5.1
Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian....................22 4.5.1.1 Quercetin................................................22 4.5.1.2 PEG 8000............................................... 22
4.5.2
Pembentukan Dispersi Padat QuercetinPEG 8000 Menggunakan Metode Peleburan...... 23
4.5.3
Pembuatan Campuran Fisik Quercetin- PEG 8000......................................................................24
4.5.4
Pembuatan Larutan Dapar pH 5........................... 24
4.5.5
Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat NaOH pH 5............... 24 4.5.5.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin................................................24 4.5.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin................................................24 4.5.5.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin............................ 26 4.5.5.4 Pemeriksaan Pengaruh PEG 8000 Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Quercetin............................ 26 4.5.5.5 Penentuan Kurva Baku Quercetin..........26 4.5.5.6 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin................................................ 27
4.5.6
Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air.................................................. 27
xiii Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.5.6.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin................................................27 4.5.6.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin dalam Media Air.................................... 27 4.5.6.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin dalam Air........... 28 4.5.6.4 Penentuan Kurva Baku Quercetin dalam Air............................................... 28 4.5.7
Uji Kelarutan........................................................ 29 4.5.7.1 Penentuan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin..................................... 29 4.5.7.2 Uji Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik Quercetin-PEG 8000.. 29
4.5.8
Uji Disolusi.......................................................... 30
4.5.9
Analisis Data........................................................ 31 4.5.9.1 Uji Kelarutan..........................................31 4.5.9.2 Uji Disolusi............................................ 31 4.5.9.3 Analisis Statistika.................................. 32
BAB V HASIL PENELITIAN................................................... 34 5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian........................... 34 5.1.1
Quercetin.............................................................. 34
5.1.2
PEG 8000............................................................. 35
5.2 Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat - NaOH........................................................... 36 5.2.1
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin........................................... 36
xiv Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2.2
Pengamatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat - NaOH.................................. 36
5.2.3
Pengamatan Pengaruh PEG 8000 Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Quercetin........ 38
5.2.4
Pemeriksaan Homogenitas Quercetin................. 40
5.3 Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air.... 40 5.3.1
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin.............................................................. 40
5.3.2
Pengamatan Kurva Baku Quercetin..................... 41
5.4 Uji Kelarutan...................................................................... 42 5.4.1
Penentuan Waktu Jenuh Quercetin...................... 42
5.4.2
Pengujian Kelarutan Quercetin, Campuran Fisik Quercetin – PEG 8000 dan Dispersi Padat Quercetin – PEG 8000......................................... 44
5.5 Penentuan Laju Disolusi.................................................... 47 BAB VI PEMBAHASAN.......................................................... 54 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...................................61 7.1. Kesimpulan ....................................................................... 61 7.2. Saran................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA................................................................. 62 LAMPIRAN............................................................................... 65
xv Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL Halaman Tabel IV.1
Komposisi dispersi padat dan camputan fisik................................................................. 20
Tabel V. 1
Pemeriksaan Kualitatif Quercetin................. 34
Tabel V. 2
Pemeriksaan Kualitatif PEG 8000................. 35
Tabel V. 3
Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis............................... 37
Tabel V.4
Serapan quercetin kadar 8 µg/mL dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL untuk penentuan match factor.................................. 39
Tabel V.5
Hasil % homogenitas quercetin dalam campuran fisik quercetin –PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000............. 40
Tabel V.6
Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media air pada panjang gelombang 373 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis............................... 42
Tabel V.7
Hasil penentuan kelarutan jenuh quercetin pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05................. 43
Tabel V.8
Hasil penentuan kelarutan pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05.......................................45
Tabel V.9
Hasil uji HSD % terlarut quercetin murni, campuran fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000................................................................ 47 xvi
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.10
Hasil uji disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5°C....................... 48
Tabel V.11
Efisiensi disolusi pada menit ke-30 quercetin, campuran fisik dan disersi padat pada media SLS 1% dalam air ............................... 50
Tabel V.12
Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air........................................................ 51
Tabel V.13
Hasil perhitungan slope quercetin, campuran fisik dan dispersi padat.................................. 52
Tabel V.14
Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air.........................................................53
xvii Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Struktur molekul quercetin........................................... 5
Gambar 2.2
Struktur PEG 8000....................................................... 6
Gambar 3.1
Bagan kerangka konseptual.......................................... 15
Gambar 4.1
Bagan kerangka operasional......................................... 19
Gambar 5.1
Spektra UV-Vis quercetin kadar 8,08 µg/mL dan 16,16 µg/mL dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05................................................................ 36
Gambar 5.2
Kurva baku quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm..................................................................... 37 Spektra pengaruh PEG 8000 terhadap spektra quercetin...................................................................... 38
Gambar 5.3 Gambar 5.4
Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media dapar sitrat pH 5..... 39
Gambar 5.5
Spektra UV-Vis quercetin kadar 8 µg/mL dan 12 µg/mL dalam air...................................................... 41
Gambar 5.6
Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media air......... 42
Gambar 5.7
Profil penentuan kelarutan jenuh quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C..................................................... 44
Gambar 5.8
Kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C..................................................... 46
Gambar 5.9
Profil disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5.......................................................................... 49 xviii
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Spektra FT – IR Quercetin............................. 65
Lampiran 2
Spektra FT – IR PEG 8000............................ 67
Lampiran 3
Termogram DTA Quercetin........................... 69
Lampiran 4
Termogram DTA PEG 8000.......................... 70
Lampiran 5
Pengamatan Serapan dan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin..................................... 71
Lampiran 6
Kurva Baku Quercetin.................................... 76
Lampiran 7
Pengamatan Pengaruh PEG 8000 terhadap Spektra Quercetin........................................... 78
Lampiran 8
Uji Homogenitas............................................ 80
Lampiran 9
Pengujian Kelarutan Jenuh Quercetin............ 83
Lampiran 10
Analisa Statistika Kelarutan Jenuh................. 85
Lampiran 11
Pengujian Kelarutan....................................... 88
Lampiran 12
Hasil Statistika Uji Kelarutan........................ 93
Lampiran 13
Hasil Uji Disolusi........................................... 96
Lampiran 14
Hasil Statistika Uji Disolusi........................... 107
Lampiran 15
Hasil Statistika Slope................................... 110
xix Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Quercetin merupakan senyawa golongan flavonol, satu dari enam subklas flavonoid. Quercetin terdapat pada tanaman seperti bawang, apel dan teh. Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan tubuh manusia. Secara klinik quercetin dapat menurunkan tekanan darah (Kelly, 2011). Quercetin juga merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai kemopreventif yang poten dan dapat menjadi penghambat kuat pada pertumbuhan sel kanker payudara, usus, paru-paru, dan ovarium (Kakran, 2011). Salah satu permasalahan dari quercetin adalah praktis tidak larut dalam air. Quercetin juga digolongkan dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) II yang artinya memiliki permeabilitas tinggi
namun
kelarutannya
rendah
sehingga
mempengaruhi
bioavailabilitas dalam tubuh (Madaan, 2014). Bioavailabilitas obat yang termasuk golongan BCS II terbatas pada laju kelarutannya (Seema et al., 2011). Quercetin memiliki bioavailabilitas rendah sehingga kadar dalam plasma saat quercetin dikonsumsi juga rendah (Harwood et al., 2007). Beberapa metode telah digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi dari obat yang sukar larut. Metode tersebut antara lain dengan memodifikasi bahan obat secara kimiawi (pembentukan prodrug dan pembentukan garam), penambahan komposisi pelarut (kosolvensi dan peningkatan pembasahan), menggunakan sistem pembawa dan modifikasi
fisik
(nanokristal,
kokristal,
dan
dispersi
padat).
1 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2
Pembentukan garam dan pengecilan ukuran partikel biasanya digunakan untuk meningkatkan laju disolusi sehingga absorbsi dan bioavailabilitas obat meningkat. Namun ada beberapa kekurangan dari metode tersebut yakni, pada pembentukan garam dari obat bersifat asam atau basa, garam potasium atau natrium dapat bereaksi dengan karbondioksida dan air. Reaksi tersebut dapat menyebabkan precipitate out parent drug. Hal ini biasanya terjadi pada lapisan luar sediaan yang dapat mengakibatkan terhambatnya laju disolusi dan absorbsi obat. Pengecilan ukuran partikel biasanya digunakan untuk meningkatkan laju disolusi, namun terdapat keterbatasan dalam metode ini yaitu seberapa besar pengecilan ukuran yang dapat dicapai dari metode pengecilan ukuran seperti kristalisasi, penggilingan dan lain-lain (Tiwari et al., 2009). Diantara berbagai cara untuk meningkatkan kelarutan, metode dispersi padat seringkali menjadi metode untuk meningkatkan laju disolusi dan bioavailabilitas obat kelarutan rendah karena sederhana, terjangkau biaya, dan menguntungkan (Shah et al., 2007). Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang berbeda. Biasanya terdiri dari matriks hidrofil dan obat yang hidrofobik. Matriks dapat berbentuk kristal maupun bentuk amorf. Obat dapat didispersikan secara molekular, dalam partikel amorf atau dalam partikel kristal. Beberapa keuntungan dispersi padat adalah pengecilan
ukuran
partikel,
peningkatan
pembasahan
partikel,
peningkatan porositas dan obat dalam bentuk amorf (Dhirendra et al., 2009). Peningkatan laju disolusi sistem dispersi padat sangat dipengaruhi oleh matriks.
Pemilihan matriks dispersi padat mempengaruhi
karakteristik disolusi bahan obat. Matriks yang larut air menghasilkan pelepasan bahan obat secara cepat, sedangkan matriks dengan kelarutan Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3
air yang rendah akan menghasilkan pelepasan bahan obat secara lebih lambat. Beberapa contoh matriks yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah polietilenglikol (PEG), polivinilpirolidin (PVP), Gelucire 44/14, Labrasol, sugar, dan urea (Das et al., 2012). Selain itu jumlah perbandingan obat dengan matriks yang digunakan juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan disolusi obat (Serajuddin, 1999). PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel. Titik leleh PEG yang relatif rendah dapat menjadi keuntungan untuk pembuatan sistem dispersi padat dengan cara peleburan (Launer et al., 2000). Selain itu PEG merupakan material yang tidak toksik dan tidak mengiritasi (Rowe, 2009). Penggunaan PEG 8000 sebagai matriks dispersi padat untuk meningkatkan kelarutan obat yang memiliki kelarutan rendah telah banyak dikembangkan antara lain Gliclazide-PEG 8000 (Biswal, 2009), Ritonavir-PEG 8000 (Poddar, 2011) dan albendazol-PEG 8000 (Anutama, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pembentukan dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin. Selain itu juga diteliti pengaruh jumlah PEG 8000 terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin. Komposisi dispersi padat yang dibuat adalah quercetin-PEG 8000 dengan perbandingan 1:1; 1:2; 1:3 (b/b).
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4
1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan quercetin.
2.
Bagaimana pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap laju disolusi quercetin.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui : 1.
Pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan quercetin.
2.
Pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap laju disolusi quercetin.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peningkatan kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan pembentukan dispersi padat quercetin-PEG 8000 yang mungkin dapat digunakan sebagai metode alternatif peningkatan kelarutan dan laju disolusi bahan obat lain yang memiliki sifat yang mirip.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quercetin Quercetin merupakan senyawa golongan flavonol, satu dari enam subklas flavonoid. Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan tubuh manusia. Secara klinik quercetin telah diteliti dapat menurunkan tekanan darah (Kelly, 2011). Quercetin juga merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai kemopreventif yang poten dan menjadi penghambat kuat pada pertumbuhan sel kanker payudara, usus, paru-paru, dan ovarium (Kakran, 2011). Dengan dosis kurang dari 150 mg per hari dapat menunjukan efek biologis terhadap tubuh (Kelly, 2011). Quercetin memiliki nama kimia 2-(3,4-Dihydroxyphenyl)3,5,7-trihydroxy-4H-1-benzopyran-4-one
dengan
rumus
molekul
C15H10O7 dan berat molekul 302.2 (Sweetman, 2009). Quercetin larut dalam asam asetat glasial (The Merck Index, 1983). Kelarutan quercetin dalam air sebesar 0,17 – 7 µg/mL (Karadag et al, 2014). Berikut adalah gambar molekul dari Quercetin ditunjukan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur molekul quercetin (Sweetman, 2009).
5 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
6
Quercetin dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) digolongkan menjadi BCS II (Madaan, 2014). Termasuk dalam BCS II artinya quercetin memiliki permeabilitas yang tinggi namun kelarutannya rendah dalam air. Bioavailabilitas dari senyawa golongan BCS II terbatas oleh laju disolusinya (Seema et al., 2011). Pada penelitian hewan dan manusia telah menunjukan bahwa setelah konsumsi quercetin oral sebanyak 60% dari dosis yang diserap (sebagai qurcetin total), metabolisme luas sebagai akibat dari efek first – pass memastikan bahwa aglikon quercetin tidak terkonjugasi beredar dalam plasma pada konsentrasi sangat rendah (Harwood et al., 2007). 2.2 PEG 8000 Polietilenglikol 8000 (PEG 8000) merupakan sebuah polimer adisi dari etilen oksida dan air. PEG 200-600 berbentuk cair, PEG 1000 hingga diatasnya berbentuk padat bergantung pada temperatur. PEG diatas 1000 berwarna putih dan rentang konsistensinya pasta sampai serpihan lilin. Pada PEG diatas 600 terdapat dalam bentuk serbuk. Ratarata berat molekul dari PEG 8000 adalah 7000-9000 dengan titik beku antara 4.5°-7.5°C. Densitas dari PEG 8000 adalah 1.15-1.21 g/cm3 dengan viskositas 470-900 cSt (Rowe, 2009).
Gambar 2.2
Struktur PEG 8000 (Rowe et al., 2009).
Nilai m pada PEG 8000 adalah 181.4. PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7
pembasahan pada permukaan partikel (Launer et al., 2000). Menurut Craig dan Newton (1992) terdapat hubungan log-linear antara berat molekul PEG dengan laju disolusi, hal ini karena sifat dari polimer yang mendominasi pada proses disolusi (Craig, 2002). PEG digunakan secara luas dalam formulasi farmasetika. PEG juga dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam air dengan membentuk dispersi padat. PEG merupakan material yang tidak toksik dan tidak mengiritasi. Acceptable daily intake (ADI) PEG adalah 10mg/kg berat badan (Rowe, 2009). Kebanyakan titik leleh dari PEG dibawah 65°C , contohnya : titik leleh PEG 1000 30-40°C , titik leleh PEG 4000 50-58°C dan titik leleh PEG 8000 adalah 60-63°C. Titik leleh yang relatif rendah ini merupakan keuntungan untuk pembuatan dispersi padat menggunakan metode pelelehan (Launer et al., 2000). Penggunaan PEG 8000 sebagai matriks dispersi padat telah banyak dikembangkan antara lain gliclazide-PEG 8000 (Biswal, 2009), ritonavir-PEG 8000 (Sushikumar, 2011) dan albendazol-PEG 8000 (Anutama, 2011). 2.3 Dispersi Padat Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang berbeda. Biasanya terdiri dari matriks hidrofil dan obat yang hidrofobik. Matriks dapat berbentuk kristal maupun bentuk amorf. Obat dapat didispersikan secara molekular, dalam partikel amorf atau dalam partikel kristal (Dhirendra et al., 2009). Beberapa contoh matriks yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah polietilenglikol (PEG), polivinilpirolidin (PVP), Gelucire 44/14, Labrasol, sugar, dan urea (Kumar et al., 2012). Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8
Berdasarkan susunan molekularnya, dispersi padat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu (Chiou et al., 1971) 1.
Campuran eutektik Pada campuran eutektik biasanya dibuat dengan
cara
pemadatan campuran cair dua komponen secara cepat. Campuran yang dibuat menunjukan campuran cair yang terlarutkan sempurna. Secara termodinamika, suatu sistem diasumsikan
sebuah
campuran
dari
komponen
kristal-
kristalnya. Ketika eutektik terbentuk dari obat (kelarutan air rendah) kontak dengan cairan saluran cerna, kemungkinan matriks dilepaskan pada cairan saluran cerna dalam bentuk fine kristal. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kedua komponen secara simultan membentuk kristal dengan ukuran partikulat yang sangat kecil. 2.
Larutan padat Larutan padat terbuat dari solut padat yang terlarut dalam pelarut padat. Biasanya bisa disebut sebagai campuran kristal karena dua komponen membentuk kristal bersamaan pada sebuah sistem satu fase yang homogen. Larutan padat secara general diklasifikasi sesuai seberapa besar melarutnya dua komponen atau struktur kristal larutan padat. Berdasarkan
pembentuknya
dapat
dibagi
menjadi
dua
kelompok yaitu larutan padat kontinyu dan larutan padat diskontinyu. 3.
Larutan gelas dan suspensi gelas Larutan gelas bersifat homogen. Pada tipe ini solut dilarutkan pada pembawa gelas. Ukuran partikel dari fase terdispersi tergantung dari laju pendinginan atau evaporasi. Pada larutan
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9
maupun suspensi gelas, energi kisi yang dihasilkan lebih rendah. 4.
Endapan amorf obat pada matriks kristalin Tipe
ini
mirip
dengan
campuran
eutektik
sederhana.
Perbedaannya dengan campuran eutektik sederhana adalah pada tipe ini obat mengalami pengendapan pada bentuk amorf. Keuntungan dari dispersi padat (Dhirendra et al., 2009) : 1.
Pengecilan ukuran partikel Dispersi molekular seperti dispersi padat merupakan tingkat akhir dari pengecilan ukuran partikel. Setelah matriks terdisolusi, obat terdispersi molekular pada media disolusi. Prinsip dispersi padat adalah membantu peningkatan pelepasan bahan obat dengan membentuk sebuah campuran antara obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air dengan matriks yang memiliki kelarutan terhadap air yang tinggi. Dengan adanya pengecilan ukuran maka akan terjadi peningkatan luas permukaan sehingga laju disolusi meningkat dan akhirnya meningkatkan bioavailabilitas dari obat yang mempunyai kelarutan rendah dalam air.
2.
Peningkatan pembasahan partikel Pada sistem dispersi padat, bahan obat dikelilingi oleh matriks larut air yang telah siap terlarut. Hal tersebut menyebabkan air kontak dengan bahan obat dan membasahi bahan obat. Sebagai konsekuensinya, suspensi homogen obat yang terbentuk mudah didapatkan dengan pengadukan minimum.
3.
Peningkatan porositas Partikel pada dispersi padat memiliki porositas yang lebih tinggi. Peningkatan porositas juga tergantung dari pembawa,
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10
misalnya dispersi pada yang mengandung polimer linier menghasilkan partikel yang porositasnya lebih tinggi dibanding dengan dispersi padat yang mengandung pembawa polimer retikular. Peningkatan porositas partikel dalam dispersi padat juga mempercepat profil pelepasan obat. 4.
Obat dalam bentuk amorf Obat dalam bentuk kristal memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sedangkan dalam bentuk amorf cenderung memiliki kelarutan yang lebih tinggi. Peningkatan pelepasan obat biasanya dapat dicapai dengan menggunakan obat dalam bentuk
amorf,
karena
tidak
dibutuhkan
energi
untuk
memisahkan kisi kristal selama proses disolusi. Dalam dispersi padat, obat berada dalam larutan jenuhnya setelah terdisolusi, jika obat mengendap, bahan obat berada dalam bentuk polimorf metastabil dengan kelarutan lebih tinggi dibanding bentuk stabil. Pembuatan sistem dispersi dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pemilihan metode bergantung pada sifat kimia fisika bahan obat dan matriks yang digunakan. Macam-macam metode pembuatan dispersi padat yaitu (Chiou et al., 1971) 1.
Metode Peleburan Pada metode ini campuran fisik obat dan pembawa yang larut air dipanaskan hingga meleleh. Campuran lelehan tersebut kemudian didinginkan dan dipadatkan secara cepat dengan diikuti pengadukan. Hasil padatan yang didapatkan selanjutnya digerus dan diayak. Keuntungan utama dari metode ini adalah simpel dan ekonomis. Selain itu, supersaturated obat dalam sistem dapat tercapai dengan cara peleburan secara cepat
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11
dengan suhu tinggi. Dengan keadaan tersebut, molekul solut terjebak dalam matriks pelarut dengan pendinginan yang cepat. Kerugiannya yaitu terdapat obat atau pembawa yang mungkin bisa terdekomposisi selama proses pelelehan dengan suhu yang tinggi. 2.
Metode Pelarutan Pada metode ini, cara pembuatanya dengan mencampurkan dua komponen padatan yang sebelumnya telah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Selanjutnya campuran tersebut diuapkan untuk menghilangkan pelarutnya. Keuntungan penggunaan metode ini adalah dekomposisi obat maupun pembawa karena suhu tinggi dapat dicegah. Sedangkan kerugiannya yaitu harga preparasi yang lebih mahal dan menghilangkan sisa cairan pelarut yang cukup sulit.
3.
Metode peleburan-pelarutan Pertama-tama obat dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Selanjutnya, larutan obat digabungkan dengan matriks yang sebelumnya telah dilebur. Terdapat beberapa obat yang telah menggunakan metode ini antara lain spironolakton-PEG 6000 dann griseolfulvin-PEG 6000.
2.4 Kelarutan Kelarutan merupakan sifat fisika kimia senyawa obat yang penting, terutama sistem kelarutan dalam air. Kelarutan tersebut berhubungan dengan efikasi terapetik obat. Untuk obat yang bertujuan untuk masuk ke sirkulasi sitemik, obat harus dalam bentuk larutan. Senyawa obat yang tidak larut kadang menunjukan absorbsi yang tak sempurna atau absorbsi yang tak menentu. Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulatory, definisi kelarutan adalah jumlah mL pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Sebagai contoh, kelarutan asam borat dalam U.S.Pharmacopeia dikatakan sebagai 1 gram asam borat larut dalam 18 mL air, dalam 18 mL alkohol, dan dalam 4 mL gliserin. Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalita, molaritas dan persentase (Martin et al., 1983). Kelarutan dapat dipangaruhi oleh ukuran partikel dan luas area yang dapat ditunjukan dalam rumus dibawah ini : ......................................(1) Dimana S adalah kelarutan dari partikel kecil; S 0 adalah kelarutan dari partikel besar; γ adalah tegangan permukaan; V adalah volum dalam molar; R adalah konstanta gas; T adalah suhu absolut; dan r adalah diameter ukuran parikel kecil (Ansel, 2005) Dari persamaan tersebut
dapat
diketahui bahwa
kelarutan
berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Sehingga ukuran partikel semakin kecil akan memperbesar kelarutan (Ansel, 2005). Sistem dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan bahan obat. Seperti penelitian yang dilakukan dengan pembuatan sistem dispersi padat gliclazide-PEG 8000. Pada penelitian ini kelarutannya meningkat, hal ini dikarenakan efek kelarutan PEG 8000 menghasilkan pengecilan agregasi partikel obat, peningkatan pembasahan dan dispersi, dan perubahan permukaan partikel obat (Biswal, 2009). Kelarutan obat biasanya ditentukan melalui metode kesetimbangan kelarutan, yaitu dengan cara sejumlah obat dimasukan kedalam pelarut dan di kocok pada suhu yang konstan sampai
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
memperoleh
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13
kesetimbangan. Analisis dilakukan pada larutan untuk menentukan kelarutannya (Ansel, 2005). 2.5 Disolusi Laju disolusi adalah kecepatan obat untuk larut dalam media. Laju disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas, dan durasi respon obat serta bioavailabilitas obat. Laju disolusi obat dapat meningkat dengan penurunan ukuran partikel. Laju disolusi dapat ditentukan dengan dua metode. Metode yang pertama adalah constant surface. Metode ini menggunakan disk yang telah dimampatkan. Hasil dari metode ini adalah laju disolusi intrinsik. Nilai dari laju disolusi intrinsik adalah miligram yang terlarut per satuan waktu (menit) per satuan luas (cm 2). Metode yang kedua adalah disolusi partikulat. Pada metode ini , sejumlah serbuk sampel ditambahkan pada medium disolusi dengan sistem agitasi yang konstan. Metode ini digunakan untuk mempelajari pengaruh ukuran partikel, luas area, dan bahan tambahan (Ansel, 2005). Dalam persamaan Noyes-Whitney dapat menjelaskan bagaimana meningkatkan laju disolusi. (
)..............................................(2)
Dimana dC/dt adalah laju disolusi; A adalah luas area disolusi; D adalah koefisien difusi; Cs adalah kelarutan senyawa dalam media; dan C adalah konsentrasi dari media pada t (waktu) (Singh et al., 2011). Dari persamaan
diatas,
untuk
meningkatkan
disolusi
bisa
dengan
meningkatkan luas area dengan cara pengecilan ukuran partikel. Peningkatan laju disolusi pada bahan obat dalam sistem dispersi obat disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel, sehingga luas
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14
permukaan kontak obat dengan media disolusi lebih besar (Alatas dkk., 2006). Pada sistem dispersi padat pada ibuprofen-PVP K90 menunjukan bahwa laju disolusi ibuprofen meningkat dalam sistem dispersi padat karena ibuprofen dapat terdispersi dengan baik dan menunjukan perubahan bentuk kristal menjadi amorf dalam matriks PVP K90 (Retnowati dkk., 2010).
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Uraian Kerangka Konseptual Quercetin digolongkan dalam BCS II yang artinya memiliki permeabilitas
tinggi
namun
kelarutannya
rendah
sehingga
bioavailabilitasnya rendah dalam tubuh (Madaan, 2014). Bioavailabilitas quercetin tergantung dari laju disolusinya (Seema et al., 2011). Beberapa metode untuk meningkatkan kelarutan bahan obat sukar larut adalah penambahan komposisi pelarut (konsolvensi dan peningkatan pembasahan), modifikasi fisik (nanokristal, kokristal, dan dispersi padat), Penggunaan sistem pembawa dan modifikasi bahan obat secara kimia (pembentukan prodrug dan garamnya) (Tiwari et al., 2009). Dalam penelitian ini metode untuk peningkatan kelarutan yang terpilih adalah dispersi padat. Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang berbeda. Biasanya sistem dispersi padat terdiri dari matriks hidrofil dan obat yang hidrofobik. Kelebihan dari metode ini adalah terjadinya pengecilan ukuran partikel sehingga luas area kontak dengan media semakin tinggi dan dapat meningkatkan laju disolusi. Selain itu adanya efek pembasahan yang dapat mencegah agregasi partikel obat serta bahan obat dalam bentuk amorf yang memiliki kelarutan lebih tinggi. Pemilihan
matriks
dispersi
padat
dapat
mempengaruhi
karakteristik disolusi bahan obat. Beberapa matriks yang biasanya digunakan untuk pembuatan dispersi padat yaitu polietilenglikol (PEG), polivinilpirolidin (PVP), Gelucire 44/14, Labrasol, sugar, dan urea (Kumar et al., 2012). Dalam penelitian ini dipilih PEG 8000 sebagai matriks dalam sistem dispersi padat quercetin karena PEG 8000 15 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16
merupakan material yang tidak toksik serta tidak mengiritasi. Selain itu PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel. Beberapa metode yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah metode peleburan, pelarutan dan peleburan – pelarutan. Pada penelitian ini metode pembuatan dispersi padat menggunakan metode peleburan karena titik lebur PEG 8000 yang relatif rendah. Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dibuat dengan berbagai perbandingan yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3. Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 diharapkan dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17
3.2 Alur Kerangka Konsep Metode Peningkatan Kelarutan
Quercetin 1.
2. 3.
Praktis tidak larut air (The Merck Index, 1983) BCS II (Madaan, 2014) Bioavailabilitas tergantung laju disolusi (Seema et al., 2011)
1. 2. 3. 4.
Penambahan komposisi pelarut (Kosolvensi dan peningkatan pembasahan) Modifikasi fisik (Nanokristal, kokristal, dan dispersi padat) Penggunaan sistem pembawa Modifikasi bahan obat secara kimia (Pembentukan prodrug dan garamnya) (Tiwari et al., 2009)
dipengaruhi Dispersi padat quercetin
Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dengan metode peleburan
Metode Pembuatan 1. Metode pelarutan 1. Metode Peleburan 2. Metode peleburanpelarutan (Chiou et al., Matriks 1971)
Polietilenglikol (PEG); Polivinilpiroidin mengakibatkan (PVP); Gelucire 44/14; Labrasol; Sugar; Urea. Pembentukan dispersi padat quercetin-PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan (Kumar et al., pengaruh jumlah polimer 2012) Gambar 3.1 Skripsi
Bagan kerangka konseptual. 3.
Peningkatan kelarutan....
Metode peleburanFebrianti Setiawardani pelarutan (Chiou et al.,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
18
3.3 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah : 1. 2.
Skripsi
Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan quercetin. Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan laju disolusi quercetin.
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Bahan Penelitian Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah quercetin
hidrat (Tokyo Chemical Industri Co., LTD, Japan Lot 83N20), PEG 8000 (Fluka, Switzerland Lot 452855), Asam sitrat (Emsure, Germani), NaOH (Emsure, Germani), Sodium Lauryl Sulphate, etanol absolut (Emsure, Germani) dan air demineralisata. 4.2
Alat-Alat Penelitian Spektrofotometer UV-Vis (Cary 50 Conc), alat uji disolusi
(Erweka DT 700), timbangan analitik (OHAUS), Digital termostat water bath (HH-4), hot plate (Thermolyne Cimarec), spuit injeksi,
filter
holder, mortir, stamper, dan alat-alat gelas. 4.3
Rancangan Penelitian Pada penelitian ini dilakukan penelitian eksperimental menguji
kelarutan dan laju disolusi quercetin tunggal, campuran fisik quercetinPEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000. Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembuatan sistem dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3) dan campuran fisik quercetinPEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kelarutan dan laju disolusi quercetin. Sedangkan variabel kontrolnya yaitu ukuran partikel, kecepatan pengadukan, suhu, volume media, pH media dan interval waktu uji disolusi.
19 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel IV.1. Bahan
QM
Quercetin
1
20
Komposisi Dispersi Padat dan Campuran Fisik Dispersi Padat b/b
Campuran Fisik b/b
DP I
DP II
DP III
CF I
CF II
CF III
1
1
1
1
1
1
2
3
PEG 8000 1 2 3 1 Keterangan : QM : Quercetin murni DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3)
Perbandingan antara quercetin merupakan perbandingan berat per berat. Pada masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji kelarutan dan uji laju disolusi. Untuk uji kelarutan sampel yang digunakan setara sengan quercetin 20 mg. Sedangkan untuk uji laju disolusi sampel yang digunakan setara 5 mg quercetin. Setiap uji kelarutan dan laju disolusi dilakukan replikasi tiga kali.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4
21
Kerangka Operasional Quercetin
PEG 8000
Pemeriksaan bahan Pembuatan : Quercetin tunggal Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) Campuran fisik quercetin-PEG 8000(1:2) Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Uji kelarutan
Uji disolusi
Analisis data Gambar 4.1 Bagan kerangka operasional.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.5 4.5.1
22
Metode Penelitian Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian
4.5.1.1 Quercetin a.
Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal Analysis) Pemeriksaan titik lebur quercetin dengan menggunakan
DTA dilakukan dengan cara menimbang quercetin 3-5 mg dalam krus aluminium. Kemudian krus auminium dimasukkan kedalam alat DTA yang diatur dengan kecepatan pemanasan 10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 30370 oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan titik lebur quercetin dengan pustaka yaitu sebesar 310 oC. b.
Penentuan Spektrum Inframerah Spektrum inframerah quercetin dibuat dengan metode
cakram KBr. Sebanyak ± 1% quercetin dalam KBr digerus sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan kedalam pengering
hampa
udara.
Selanjutnya
dicetak
dengan
menggunakan penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang transparan. Kemudian cakram dimasukkan kedalam kuvet dan dialiri sinar inframerah yang selanjutnya diamati spektrumnya. Hasil pemeriksaan nantinya akan dibandingkan dengan spektrum inframerah quercetin standar. 4.5.1.2 PEG 8000 a.
Analisis Termal dengan DTA Pemeriksaan titik lebur PEG 8000 dengan menggunakan
DTA dilakukan dengan cara menimbang PEG 8000 3-5 mg dalam krus aluminium. Kemudian krus auminium dimasukkan
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23
kedalam alat DTA yang diatur dengan kecepatan pemanasan 10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 30100 oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan titik lebur PEG 8000 dengan pustaka yaitu sekitar dibawah 65oC. b.
Penentuan Spektrum Inframerah Spektrum inframerah PEG 8000 dibuat dengan metode
cakram KBr. Sebanyak ± 1% PEG 8000 dalam KBr digerus sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan kedalam pengering
hampa
udara.
Selanjutnya
dicetak
dengan
menggunakan penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang transparan. Kemudian cakram dimasukkan kedalam kuvet dan dialiri sinar inframerah yang selanjutnya diamati spektrumnya. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spektrum inframerah PEG 8000 standar (Watson, 2005). 4.5.2
Pembuatan Dispersi Padat Quercetin-PEG 8000 Menimbang teliti 1 g quercetin. Selanjutnya menimbang PEG
8000 sesuai dengan perbandingan yang telah direncanakan. Leburkan PEG 8000 diatas hot plate yang bersuhu 65°-70°C. Setelah PEG 8000 melebur, masukan quercetin, aduk hingga quercetin terdispersi merata dalam leburan PEG 8000 selama 5 menit. Setelah itu dinginkan campuran tersebut hingga padat dan mengering. Gerus sampai didapat bentuk serbuk kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh no.50, kemudian disimpan dalam wadah kedap udara.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.5.3
24
Pembuatan Campuran Fisik Quercetin-PEG 8000 Menimbang teliti 1 g quercetin yang sebelumnya telah diayak
dengan ayakan mesh no.50. Selanjutnya, timbang teliti PEG 8000 sesuai dengan perbandingan yang telah dibuat. PEG 8000 sebelumnya sudah diayak dengan ayakan mesh no.50. Campurkan quercetin dan PEG 8000 yang telah ditimbang sampai homogen selama 4 menit. 4.5.4
Pembuatan Larutan Dapar pH 5 Menimbang asam sitrat 20,1 g dan NaOH 8,0 g. Larutkan asam
sitrat dan NaOH ke dalam air hingga 1 L. Adjust pH dapar dengan menggunakan HCl. Ukur pH dapar hingga didapat pH 5,00±0,05 menggunakan pH meter. 4.5.5
Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat – NaOh pH 5
4.5.5.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin Larutan baku induk dibuat dengan kadar 400 µg/mL. Ditimbang teliti quercetin sejumlah 20,0 mg dan dilarutkan dalam etanol absolut. Selanjutnya, masukan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50,0 mL. Tambahkan etanol absolut hingga tepat tanda. Kocok sampai homogen. 4.5.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi 0,4; 4,0; 8,0; 16,0; 20,0; 24,0 µg/mL dengan cara sebagai berikut : a.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 500,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
25
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 0,4 µg/mL. b.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 4,0 µg/mL.
c.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 8,0 µg/mL.
d.
Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 16,0 µg/mL.
e.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 20,0 µg/mL.
f.
Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 24,0 µg/mL.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26
4.5.5.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Penentuan panjang gelombang maksimum pada quercetin dilakukan dengan cara pengamatan absorban menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Larutan yang diamati absorbannya adalah larutan kurva baku dengan kadar 8 µg/mL dan 16 µg/mL. Pengamatan absorban ini dilakukan pada panjang gelombang 200-500 nm. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan absorban terbesar. 4.5.5.4 Pemeriksaan Pengaruh PEG 8000 terhadap Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Dibuat larutan PEG 8000 dengan kadar 400 µg/mL dengan cara menimbang teliti PEG 8000 sejumlah 20,0 mg dan dilarutkan dalam labu ukur 50,0 mL menggunakan larutan dapar. Ambil 0,5 mL larutan baku induk quercetin 400 µg/mL yang telah dibuat, masukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan 0,5 mL larutan PEG 8000 400 µg/mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok larutan
hingga
homogen.
Amati
absorbannya
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada 200-500 nm. Spektrum yang dihasilkan dibandingkan dengan spektrum larutan baku kerja quercetin dengan kadar 8,0 µg/mL. 4.5.5.5 Penentuan Kurva Baku Quercetin Larutan baku kerja yang telah dibuat diamati absorbannya pada panjang gelombang maksimum quercetin. Selanjutnya dibuat kurva absorban terhadap kadar larutan baku kerja. Dari data tersebut dapat diperoleh persamaan kurva baku dan regresi linear kurva tersebut.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
27
4.5.5.6 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin Timbang campuran fisik dan dispersi padat setara dengan berat 20 mg quercetin. Larutkan dengan etanol absolut. Masukkan larutan secara kuantitatif kedalam labu ukur 25,0 mL. Tambahkan etanol absolut sampai tanda batas. Kocok sampai homogen. Selanjutnya, ambil 1,0 mL larutan dan encerkan dengan menggunakan larutan dapar sampai 50 mL. Amati absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Penentuan dilakukan dengan replikasi tiga kali. 4.5.6
Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air
4.5.6.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin Larutan baku induk dibuat dengan kadar 200 µg/mL. Ditimbang teliti quercetin sejumlah 50,0 mg dan dilarutkan dalam etanol absolut. Selanjutnya, masukan secara kuantitatif kedalam labu ukur 250,0 mL. Tambahkan etanol absolut hingga tepat tanda. Kocok sampai homogen. 4.5.6.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin dalam Media Air Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi 4,0; 8,0; 10,0; 12,0; 16,0 µg/mL dengan cara sebagai berikut : a.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 4,0 µg/mL.
b.
Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
28
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 8,0 µg/mL. c.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Kemudian tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 10,0 µg/mL.
d.
Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 12,0 µg/mL.
e.
Dipipet sebanyak 2,0 mL larutan baku induk quercetin, dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 16,0 µg/mL.
4.5.6.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin dalam Air Penentuan panjang gelombang maksimum pada quercetin dilakukan
dengan
cara
pengamatan
absorban
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Larutan yang diamati absorbannya adalah larutan kurva baku dengan kadar 8 µg/mL dan 12 µg/mL. Pengamatan absorban ini dilakukan pada panjang gelombang 200-500 nm. Panjang gelombang
maksimum
merupakan
panjang
gelombang
yang
memberikan absorban terbesar. 4.5.6.4 Penentuan Kurva Baku Quercetin dalam Air Larutan baku kerja yang telah dibuat diamati absorbannya pada panjang gelombang maksimum quercetin. Selanjutnya dibuat kurva Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
29
absorban terhadap kadar larutan baku kerja. Dari data tersebut dapat diperoleh persamaan kurva baku dan regresi linear kurva tersebut. 4.5.7
Uji Kelarutan
4.5.7.1 Penentuan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin Ditimbang quercetin sejumlah 20,0 mg. Kemudian tambahkan larutan dapar sebagai media sejumlah 40 mL. Lakukan pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu dalam suhu konstan 30±0,5°C. Dilakukan pengambilan cuplikan quercetin 3 mL pada menit ke 30; 60; 90; 120; 180 dan seterusnya hingga diperoleh kadar konstan. Sebelum diambil, diamkan terlebih dahulu selama 10 menit. Kemudian saring dengan membran filter 0,45 µm. Amati absorbannya dan tentukan kadar quercetin melalui spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Lakukan penentuan waktu kelarutan jenuh quercetin dengan replikasi tiga kali. 4.5.7.2 Uji Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik Quercetin – PEG 8000 Ditimbang dengan teliti dispersi padat dan campuran fisik (setara dengan quercetin 20 mg). Masukan kedalam bejana yang berisi 40 mL larutan dapar pH 5. Lakukan pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu dalam suhu konstan (30±0,5°C). Diambil cuplikan larutan pada waktu jenuh sejumlah 5 mL. Sebelum pengambilan cuplikan, diamkan bejana tersebut selama 10 menit. Selanjutnya, saring larutan dengan filter holder yang dilengkapi dengan membran filter 0.45 µm. Tentukan kadar larutan tersebut menggunakan spektofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Hitung kadar quercetin melalui kurva baku yang Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30
telah dibuat. Penentuan kelarutan dispersi padat dilakukan replikasi tiga kali pada semua perbandingan yang telah dibuat. 4.5.8
Uji Disolusi Pengujian disolusi dilakukan pada zat tunggal quercetin,
campuran fisik quercetin-PEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi (Erweka DT 700) dengan pengaduk keranjang (basket). Kecepatan pengadukannya adalah 100 rpm dengan media air dengan penambahan surfaktan SLS 1%. Suhu konstan yang digunakan adalah 37±0,5°C. Prosedur pengujian disolusi adalah sebagai berikut: pertama-tama timbang sampel (setara dengan quercetin 5 mg). Sampel dimasukan kedalam keranjang dan dimasukan kedalam bejana yang telah berisi media yang telah diatur suhu konstannya. Selanjutnya, pengaduk diputar sesuai kecepatan yang diinginkan. Ambil cuplikan larutan sebanyak 5 mL setiap interval menit ke 5; 10; 15; 20; 25; dan 30 menggunakan spuit injeksi. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan filter holder yang dilengkapi dengan membran filter 0.45 µm. Pada setiap pengambilan cairan sampel, dilakukan penggantian media disolusi sejumlah 5 mL larutan dapar yang dimasukan. Selanjutnya, tentukan kadar larutan tersebut menggunakan spektofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Hitung kadar quercetin melalui kurva baku yang telah dibuat. Penentuan laju disolusi dilakukan replikasi tiga kali. Dari uji disolusi akan didapatkan prosentase terlarut quercetin yang nantinya dapat dihitung ED30 dan slope dari quercetin, dispersi padat dan campuran fisik.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.5.9
31
Analisis Data
4.5.9.1 Uji Kelarutan Pada uji kelarutan, dihitung kadar quercetin yang terlarut pada waktu jenuh melalui kurva baku yang telah dibuat sebelumnya. Uji kelarutan dilakukan selama waktu kelarutan jenuh quercetin tunggal. Nantinya, akan dibandingkan dengan campuran fisik quercetin-PEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000. 4.5.9.2 Uji Disolusi Pada uji disolusi akan didapatkan profil disolusi dari quercetin tunggal, campuran fisik quercetin-PEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000. Nantinya akan dibandingkan profil disolusi dari zat-zat tersebut. Pada uji disolusi dilakukan pengenceran 5 mL pada setiap pengambilan cuplikan, maka untuk menghitung kadar quercetin pada sampel digunakan faktor koreksi dalam persamaan Wuster. ∑
..................................................(3)
Profil laju disolusi merupakan kurva yang menggambarkan jumlah senyawa yang terlarut terhadap waktu. Menghitung harga slope untuk mengetahui laju disolusi quercetin antar perlakuan dengan persamaan regresi antara waktu (t) dengan % terlarut. Menghitung harga Efisiensi Diolusi 30 (ED30), parameter yang digunakan untuk membandingkan prosentase terlarut dalam 30 menit disolusi antar perlakuan .............................(4)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
32
4.5.9.3 Analisis Statistika a.
Perhitungan Kelarutan Untuk mengetahui waktu jenuh quercetin dilakukan uji
statistika T-Test berpasangan pada kadar setiap waktu pengukuran. Bila harga p>0,05 maka kadar tidak berbeda makna atau konstan. Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan yang bermakna pada kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dilakukan uji statistika ANOVA one way. Bila terdapat perbedaan kelarutan yang bermakna, dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Differnce) menurut Tukey dengan α=0.05 untuk mengetahui letak perbedaanya. Jika hasil rata-rata kelarutan antara perlakuan memiliki selisih yang lebih besar dibanding hasil perhitungan HSD, maka terdapat perbedaan kelarutan yang bermakna antar perlakuan tersebut. b.
Perhitungan Laju disolusi Perhitungan untuk membandingkan laju disolusinya dapat
dilakukan dengan menghitung nilai ED 30 dan slope. Data kemudian dianalisis secara statistik dengan ANOVA (Analysis of Variance). Untuk menunjukan adanya kebermaknaan perbedaan
antar
kelompok
perlakuan
dengan
derajat
kepercayaan 0.95 (α=0.05), dengan membandingkan harga F hitung dengan F tabel. Bila harga F hitung lebih besar daripada F tabel, maka terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna, minimal satu pasang data. Bila terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna, dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Differnce) Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33
menurut Tukey dengan α=0.05 untuk mengetahui letak perbedaanya. √
..........................................(5)
Keterangan : q : Diperoleh dari tabel F a : Derajat kepercayaan k : Jumlah perlakuan N : Jumlah pengamatan total n : Jumlah pengulangan MSE : Kuadrat rata-rata kesalahan Jika hasil rata-rata ED dan slope antara perlakuan memiliki selisih yang lebih besar dibanding hasil perhitungan HSD, maka terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna antar perlakuan tersebut.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1.
Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
5.1.1.
Quercetin Hasil pemeriksaan kualitatif quercetin dapat dilihat pada tabel
V.1. Spektra inframerah dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan termogram DTA dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel V.I
Pemeriksaan kualitatif quercetin
Identifikasi Organoleptis
Hasil Identifikasi Serbuk kuning,
Pustaka Jarum kuning (1)
Titik Lebur DTA Spektra Inframerah
325.4 oC Bilangan Gelombang (cm-1)
326 oC(2)
3411.14
3340 (2)
Gugus Fungsi : O-H
(1) (2)
C=O
1667.33 1612.19
1660 (2) 1610 (2)
Gugus aromatik
1522.20
1510 (2)
C-O-C
1319.24 1168.24
1310 (2) 1160 (2)
C-H Aromatik
1000.55
999 (2)
(The Merck Index, 1983) (Kakran et al., 2011)
34 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.1.2.
35
PEG 8000 Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel V.2. Hasil
spektra inframerah dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan termogram DTA dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel V.2.
Pemeriksaan kualitatif PEG 8000
Identifikasi
Hasil Identifikasi
Pustaka
Organoleptis
Serpihan putih,
Serpihan putih,
mudah mengalir
mudah mengalir(4)
64.3 oC
Dibawah 65 oC
Titik Lebur DTA Spektra Inframerah Gugus Fungsi :
Bilangan Gelombang (cm-1)
(3) (4)
C-H alifatis
2890.26
2899 (3)
O-H
3469.27
3500-3300 (3)
C-O eter
1281.38
1284 (3)
1242.41
1242 (3)
1150.35
1155 (3)
(Bugay& Findlay, 1999) (The Merck Index, 1983)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2.
36
Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat – NaOH
5.2.1.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Hasil pengamatan serapan larutan quercetin 8,08 dan 16,16 µg/mL dalam larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200 – 500 nm menunjukan panjang gelombang maksimum quercetin berada pada 366,95 nm. Gambar hasil penentuan panjang gelombang maksimum quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH dapat dilihat pada gambar 5.1.
1.2000
Serapan
1.0000 0.8000 0.6000
16,16 PPM
0.4000
8,08PPM
0.2000 0.0000
238
288
338
388
438
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 5.1
5.2.2.
Spektra UV-Vis quercetin kadar 8,08 µg/mL dan 16,16 µg/mL dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05.
Pengamatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar Asam Sitrat – NaOH pH 5±0,05 Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
quercetin, maka dilakukan pengamatan serapan baku kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum quercetin (366,95 nm).
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Hasil pengamatan kurva baku dapat dilihat pada tabel V. 3. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi
y = 0,05329x – 0,00212,
dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99938. Tabel V. 3
Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis Kadar (µg/mL)
Serapan
0,42
0,0282
4,04
0,2042
8,08
0,4270
16,16
0,8607
20,20
1,0754
24,24
1,2630
1.4000 1.2000 Serapan
1.0000 0.8000 0.6000 0.4000 0.2000 0.0000
Gambar 5.2
Skripsi
-
5.00
10.00 15.00 20.00 Kadar (µg/mL)
25.00
30.00
Kurva baku quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm.
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2.3.
38
Pengamatan Pengaruh PEG 8000 Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa spektra quercetin
dengan PEG 8000 berhimpitan dengan spektra quercetin tunggal. Selain itu dari perhitungan match factor yang diperoleh dari hasil regresi serapan spektra quercetin dan serapan spektra quercetin dengan PEG 8000 bernilai 999 (r=0,999) yang menandakan 2 spektra tersebut identik (Stahl, 2003). Oleh karena itu, berdasar data yang diperoleh, PEG 8000 tidak mempengaruhi spektra quercetin. 0.5000
Serapan
0.4000 0.3000 QC
0.2000
QC + PEG 8000
0.1000 0.0000
250
300
350
400
450
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 5.3
Skripsi
Spektra pengaruh PEG 8000 terhadap spektra quercetin.
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.4
39
Serapan quercetin kadar 8 µg/mL dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL untuk penentuan match factor Serapan quercetin - PEG 8000 (1:1) 8,0 µg/mL (y)
0,3322
0,3391
0,3573
0,3669
0,3839
0,3958
0,4042
0,4165
0,4192
0,4309
0,4224
0,4337
0,4151
0,4260
0,3939
0,4032
0,3623
0,3701
0,3219
0,3276
0,2804
0,2833
0,2378
0,2399
0,1996
0,1997
SerapanQC - PEG 8000
Serapan quercetin kadar 8,0 µg/mL (x)
0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.0000
Gambar 5.4
Skripsi
0.1000
0.2000 0.3000 0.4000 Serapan QC (nm)
0.5000
Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media dapar sitrat pH 5. Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2.4.
40
Pemeriksaan Homogenitas Quercetin Hasil pemeriksaan homogenitas quercetin dalam campuran
fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat dilihat dari tabel V.5. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah sampel setara yang diinginkan sehingga
dapat digunakan untuk uji
kelarutan dan laju disolusi. Tabel V.5
Hasil % homogenitas quercetin dalam campuran fisik quercetin –PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 % Homogenitas
FORMULA
SD
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Rerata
CF 1:1
110,33
110,85
111,74
110,97
0,58
CF 1:2
114,33
115,13
114,82
114,76
0,33
CF 1:3
115,74
114,01
112,77
114.17
1,22
DP 1:1
120,66
118,84
121,56
120,35
1,13
DP 1:2
120,85
120,15
120,15
120,38
0,33
DP 1:3
117
119,34
117,04
117,79
1,09
Keterangan : CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) 5.3.
Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air
5.3.1.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Hasil pengamatan serapan larutan quercetin 8 dan 12 µg/mL
dalam air menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200 – 500 nm menunjukan panjang gelombang maksimum quercetin berada Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41
pada 373 nm. Gambar hasil penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang (nm)
quercetin dapat dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.5 5.3.2.
1.2000 1.0000 0.8000 0.6000
8 ppm
0.4000
12 ppm
0.2000 0.0000
210
310 410 Serapan
Spektra UV-Vis quercetin kadar 8 µg/mL dan 12 µg/mL dalam air.
Pengamatan Kurva Baku Quercetin Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
quercetin dalam media air, maka dilakukan pengamatan serapan baku kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum quercetin (373 nm). Hasil pengamatan kurva baku dapat dilihat pada tabel V. 6. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi y = 0,05281x0,00660, dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99815.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Serapan
Tabel V. 6
Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media air pada panjang gelombang 373 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis Kadar (µg/mL)
Serapan
4,06
0,1069
8,11
0,4347
10,14
0,5132
12,17
0,6358
16,22
0,8539
1.0000 0.9000 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00
Gambar 5.6
42
5.00
10.00 15.00 Kadar (µg/mL)
20.00
Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media air.
5.4. Uji Kelarutan 5.4.1.
Penentuan Waktu Jenuh Quercetin Penentuan kelarutan quercetin, campuran fisik quercetin – PEG
800, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dilakukan dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5 pada suhu 30±0,5°C selama waktu jenuh quercetin. Profil kelarutan quercetin dapat dilihat pada gambar 5.7.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43
Dari data tersebut maka dapat dianalisis statistika menggunakan paired T-test dan diperoleh data mulai dari menit ke 240 - 420 tidak ada perbedaan bermakna dibuktikan dengan P > 0,05. Menit ke 240 dipilih menjadi waktu jenuh quercetin karena awal waktu jenuh quercetin pada menit ke 240. Tabel V.7
Hasil penentuan kelarutan jenuh quercetin pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05* Waktu (menit)
Konsentrasi (µg/mL)
0
0,00±0,00
30
1,90±0,60
60
1,36±0,03
120
1,54±0,04
180
1,42±0,09
240
1,62±0,12
300
1,55±0,13
360
1,56±0,29
420 1,63±0,45 *Data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
44
5.00 (%b/v, 10-4)
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Gambar 5.7
5.4.2.
0
100
200 300 Waktu (menit)
400
Profil penentuan kelarutan jenuh quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C.
Pengujian Kelarutan Quercetin, Campuran Fisik Quercetin – PEG 8000 dan Dispersi Padat Quercetin – PEG 8000 Penentuan kelarutan dilakukan pada waktu jenuh quercetin
yang telah ditentukan yaitu pada menit ke 240. Kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dapat dilihat pada tabel V.8. Dari data yang diperoleh maka dilakukan uji statistika one way ANOVA yang hasilnya dapat dilihat pada tabel V.8.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.8
45
Hasil penentuan kelarutan pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05* Sampel
% Terlarut (%b/v, 10-4)
QC
1,62±0,12
CF 1:1
1,15±0,25
CF 1:2
1,34±0,20
CF 1:3
0,95±0,02
DP 1:1
2,01±0,19
DP 1:2
2,43±0,11
DP 1:3 5,26±0,43 *data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
46
6.00
(%b/v, 10-4)
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
QC
CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
Gambar 5.8
Kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C. Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.9
47
Hasil uji HSD % terlarut quercetin murni, campuran fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000
QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
QC
-
-
-
-
-
-
*
CF 1:1
-
-
-
-
*
*
*
CF 1:2
-
-
-
-
-
*
*
CF 1:3
-
-
-
-
*
*
*
DP 1:1
-
*
-
*
-
-
*
DP 1:2
-
*
*
*
-
-
*
DP 1:3
*
*
-
QC CF I CF II CF III DP I DP II DP III
* * * * *terdapat perbedaan bermakna pada α=0,05
: Quercetin murni : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
5.5. Penentuan Laju Disolusi Hasil penentuan laju disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat dilihat pada tabel V.10.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V. 10
48
Hasil uji disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5°C*
Waktu (Menit)
QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
0
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00
5
57,36±8,26
61,34±2,87
58,32±2,57
63,50±3,71
31,31±916
48,85±3,23
73,08±6,83
10
62,12±7,24
68,81±2,50
66,66±1,71
71,76±2,52
32,16±8,85
61,45±1,81
82,77±3,97
15
64,04±7,51
69,74±2,26
65,73±3,84
74,81±2,45
43,94±2,66
66,28±0,96
85,55±0,50
20
64,80±7,63
74,92±4,00
67,78±4,25
75,40±3,16
45,52±2,54
68,83±1,54
90,61±0,48
25
69,73±10,57
76,70±4,84
68,92±6,13
77,33±3,93
51,19±2,82
73,55±0,73
95,97±2,29
30
66,17±5,75
75,6±4,35
69,53±4,24
74,02±6,18
54,08±3,20
75,87±0,50
92,41±0,89
*data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
49
100.00 90.00 80.00
QC
% Terlarut
70.00 60.00
CF 1:1
50.00
CF 1:2
40.00
CF 1:3
30.00
DP 1:1
20.00
DP 1:2
10.00 0.00
DP 1:3 0
10
20
30
40
Waktu (menit)
Gambar 5.9
Profil disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5. Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) Berdasar data % terlarut quercetin, campuran fisik dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 maka dapat dihitung ED30 dan slope dari masing – masing kelompok perlakuan yang dapat dilihat pada tabel V.11. dan V. 13. Selain itu dari data ED30 dan slope juga dapat dihitung statistika untuk mengetahui perbedaan ED30 quercetin, campuran fisik dan dispersi padat quercetin – PEG 8000. Hasil one way ANOVA dapat dilihat pada tabel V.12. dan V. 14. Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.11
50
Efisiensi disolusi pada menit ke-30 quercetin, campuran fisik dan disersi padat pada media SLS 1% dalam air ED30
Sampel
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Rerata
QM
62,37
48,32
64,89
58,52
7,29
CF 1:1
61,73
66,72
66,11
64,86
2,22
CF 1:2
58,23
57,68
65,18
60,36
3,41
CF 1:3
65,62
69,24
65,04
66,63
1,86
DP 1:1
34,78
37,63
43,18
38,53
3,49
DP 1:2
60,22
58,26
59,97
59,48
0,87
79,03
2,07
DP 1:3 76,10 80,61 80,38 Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
SD
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.12
51
Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
QC
-
-
-
-
*
-
*
CF 1:1
-
-
-
-
*
-
*
CF 1:2
-
-
-
-
*
-
*
CF 1:3
-
-
-
-
*
-
*
DP 1:1
*
*
*
*
-
*
*
DP 1:2
-
-
-
-
*
-
*
DP 1:3
*
*
-
* * * * *terdapat perbedaan bermakna pada α=0,05
Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) Selanjutnya dilakukan perhitungan slope dari menit ke 0 hingga 10 dan didapatkan hasil pada tabel V.13
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.13
52
Hasil perhitungan slope quercetin, campuran fisik dan dispersi padat * Sampel
Slope (% Terlarut/menit)
QC
0,395±0,016
CF 1:1
0,410±0,005
CF 1:2
0,406±0,003
CF 1:3
0,416±0,004
DP 1:1
0,316±0,032
DP 1:2
0,394±0,004
DP 1:3 0,436±0,007 *data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel V.14
53
Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
QC
-
-
-
-
*
-
-
CF 1:1
-
-
-
-
*
-
-
CF 1:2
-
-
-
-
*
-
-
CF 1:3
-
-
-
-
*
-
-
DP 1:1
*
*
*
*
-
*
*
DP 1:2
-
-
-
-
*
-
* DP 1:3 Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
-
-
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan dispersi padat quercetin – PEG 8000 untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam kelarutan dan laju disolusi quercetin. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kualitatif bahan penelitian yang digunakan. Pemeriksaan kualitatif yang digunakan adalah organoleptis bahan, DTA dan spektra infra merah. Pada pemeriksaan organoleptis quercetin menunjukan bahwa quercetin merupakan serbuk bewarna kuning. Hasil ini sesuai dengan pustaka (The Merck Index, 1983). Sedangkan untuk PEG 8000 mempunyai bentuk kepingan putih yang mudah mengalir. Hasil ini juga sesuai dengan pustaka (The Merck Index, 1983). Pemeriksaan DTA pada quercetin menunjukan quercetin memiliki titik lebur 325,4°C. Hasil ini mendekati dengan titik lebur pada pustaka yaitu sekitar 326°C (Kakran et al., 2011). Sedangkan pemeriksaan DTA pada PEG 8000 menunjukan bahwa PEG 8000 memiliki titik lebur 64,3°C. Hasil ini mendekati dengan titik lebur pada pustaka yaitu sekitar dibawah 65°C (Launer et al., 2000). Pada pemeriksaan spektra infra merah quercetin dan PEG 8000, spektra yang dihasilkan menunjukan nilai serapan yang hampir sama dengan pustaka (Bugay& Findlay, 1999; Kakran et al., 2011). Nilai serapan dapat dilihat pada tabel V.1 dan V.2. Berdasar hasil pemeriksaan kualitatif yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa bahan baku dalam penelitian ini adalah quercetin dan PEG 8000. 54 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55
Langkah selanjutnya adalah pembuatan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dengan metode peleburan. Dispersi padat dibuat sesuai dengan perbandingan quercetin – PEG 8000 1:1; 1:2; dan 1:3 (b/b). Quercetin dan PEG 8000 ditimbang sesuai dengan perbandingan lalu dileburkan pada suhu 65° - 70°C selama 5 menit sambil diaduk hingga homogen. Setelah itu lelehan didinginkan cepat dan disimpan dalam desikator selama 1 hari. Hasil dispersi padat lalu digerus dan diayak dengan ayakan mesh no. 50. Penetapan kadar quercetin pada penelitian ini menggunakan spektrofotometer UV – Vis. Media yang digunakan untuk pengujian kelarutan quercetin adalah larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05. Sedangkan media yang digunakan untuk uji laju disolusi adalah air (dengan SLS 1%). Oleh karena itu dilakukanlah pemeriksaan kurva baku quercetin dalam 2 media tersebut. Sebelum pemeriksaan kurva baku, dilakukan pencarian panjang gelombang maksimum quercetin pada media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 dan air. Dari penelitian yang dilakukan panjang gelombang quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH ph 5±0,05 ditemukan pada 366,95 nm dan dalam media air adalah 373 nm. Setelah itu dilakukan pemeriksaan serapan kurva baku quercetin dalam semua media yang digunakan dalam uji kelarutan dan laju disolusi untuk mengetahui persamaan regresi yang dibutuhkan untuk penetapan kadar. Persamaan regresi yang didapat dalam media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 adalah y = 0,05329x – 0,00212, dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99938. Sedangkan persamaan regresi quercetin dalam media air sebesar adalah y = 0,05281x-0,00660, dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99815. Harga koefisien korelasi (r) 2 persamaan
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56
diatas melebihi r tabel (n-2 = 4; α =0,05; r = 0,811) yang berarti terdapat hubungan linier antara kadar quercetin dan serapan. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh polimer terhadap spektra quercetin, maka dilakukan pengamatan pengaruh PEG 8000 terhadap panjang gelombang maksimum quercetin menggunakan spektrofotometer UV – Vis. Pemeriksaan pengaruh polimer dilakukan dengan cara membandingkan spektra quercetin tunggal dengan spektra quercetin yang ditambah PEG 8000 dengan kadar yang sama. Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan bahwa spektra quercetin dengan PEG 8000 berhimpit dengan spektra quercetin tunggal. Hal ini membuktikan PEG 8000 tidak berpengaruh terhadap spektra quercetin. Sebagai data pendukung dilakukan perhitungan match factor dua spektra tersebut. Match factor dari perhitungan bernilai 999 yang menandakan dua spektra yang dibandingkan identik (Stahl, 2003). Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan homogenitas untuk memastikan
homogen
atau
homogenitas dilakukan pada
tidaknya
sistem
yang
dibuat.
Uji
campuran fisik dan dispersi padat
quercetin. Uji homogenitas quercetin dilakukan sebanyak tiga kali pada semua sampel untuk menentukan kesetaraan yang nantinnya digunakan untuk uji kelarutan dan uji laju disolusi. Dari pemeriksaan homogenitas diperoleh bahwa prosentase homogenitas untuk campuran fisik 1:1 sebesar 112,33±0,53%, campuran fisik 1:2 sebesar 117,02±0,33% dan untuk campuran fisik 1:3 sebesar 116,42±1,24%. Sedangkan prosentase homogenitas untuk dispersi padat 1:1 sebesar 122,72±1,15%, dispersi padat 1:2 sebesar 123,26±0,72% dan dispersi padat 1:3 sebesar 120,12±1,12%. Dari hasil tersebut menunjukan sampel yang dibuat homogen, hal ini ditunjukan dengan hasil SD yang tidak melebihi 2%.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Pengujian kelarutan quercetin dilakukan dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5 pada suhu 30±0,5°C. Sebelum melakukan penentuan kelarutan, maka diperlukan penentuan waktu kelarutan jenuh quercetin. Profil kelarutan quercetin menunjukan bahwa pada menit ke 240 hingga 420 kadar terlarut quercetin
konstan. Hal ini didukung
dengan data statisika paired T-test yang menunjukan pada menit ke 240 hingga 420 tidak ada perbedaan bermakna pada kadar quercetin terlarut yang ditujukan dengan nilai p > 0,05. Menit 240 dipilih sebagai waktu jenuh quercetin karena pada menit 240 merupakan menit awal mulai konstannya kadar terlarut (jenuh). Pada profil penentuan kelarutan jenuh quercetin terdapat peningkatan kelarutan pada menit awal (menit 30) yang disusul penurunan pada menit berikutnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kristal hidrat pada quercetin yang terlarut terlebih dahulu sehingga kadar terlarut meningkat. Setelah melepasnya kristal hidrat maka kelarutan quercetin mengikuti bentuk murninya. Selanjutnya dilakukan pengujian kelarutan pada quercetin, campuran fisik dan dispersi padat pada waktu jenuhnya (menit ke 240). Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan kelarutan quercetin jenuh sebesar 1,62±0,12 (%b/v, 10-4) dalam media pH 5±0,05. Sedangkan kelarutan quercetin pada literatur sebesar 7 (%b/v, 10-4) dalam air (Karadag et al, 2014). Media dapar pH 5 digunakan sebagai media karena quercetin stabil pada pH tersebut (Momic et al, 2007). Hasil kelarutan quercetin pada campuran fisik 1:1 sebesar 1,15±0,25 (%b/v, 10-4), campuran fisik 1:2 sebesar 1,34±0,20 (%b/v, 104
) dan campuran fisik 1:3 sebesar 0,95±0,02 (%b/v, 10-4). Sedangkan
untuk dispersi padat 1:1 sebesar 2,01±0,19 (%b/v, 10-4), dispersi padat 1:2 sebesar 2,43±0,11(%b/v, 10-4) dan dispersi padat 1:3 sebesar Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
58
5,26±0,43 (%b/v, 10-4). Dari data tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan kelarutan quercetin bila dibuat dalam sistem dispersi padat dengan polimer PEG 8000. Peningkatan kelarutan quercetin bila dibandingkan dengan sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 1:3 terjadi 3,25 kalinya. Data kelarutan diatas selanjutnya dianalisis statistika menggunakan ANOVA one way. Hasil uji statistik menunjukan bahwa pada quercetin dibanding dengan dispersi padat 1:3 memiliki harga p < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara quercetin dan dispersi padat 1:3. Sedangkan pada dispersi padat dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 maupun campuran fisik semua perbandingan tidak terdapat perbedaan yang sigfnifikan. Kelarutan quercetin mengalami peningkatan dikarenakan dalam pembentukan sistem dispersi padat dapat terjadi perubahan fisik yaitu penurunan ukuran partikel (Serajuddin, 1999). Penurunan partikel dapat meningkatkan luas kontak dengan media sehingga dapat meningkatkan kelarutan (Ansel, 2005). Selain itu kelarutan sistem dispersi padat dengan jumlah rasio PEG 8000 paling besar (1:3) pada penelitian memiliki peningkatan kelarutan paling besar dibanding perbandingan lainnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah polimer yang digunakan dalam pembuatan sistem dispersi padat dapat meminimalkan kristalinitas sehingga dapat meningkatkan kelarutannya (Launer et al, 2000). Uji disolusi quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dilakukan dengan menggunakan media dapar air yang ditambahkan surfaktan SLS 1%. Media yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada uji kelarutan karena bila menggunakan media yang sama dengan uji kelarutan maka sulit tercapai kondsi sink karena kelarutan jenuh dari quercetin sangat kecil yaitu sekitar 1,62±0,12 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59
(%b/v, 10-4). Oleh karena itu untuk mencapai kondisi sink, maka ditambahkan surfaktan untuk memperbesar kelarutan dari quercetin. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan pengaduk keranjang dengan kecepatan 100 rpm dan dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Dari hasil disolusi akan didapat efisiensi disolusi menit 30 (ED30) dan slope untuk mengetahui laju disolusi pada quercetin, campuran fisik dan dispersi padat. ED30 yang dihasilkan untuk quercetin sebesar 58,52%, campuran fisik 1:1 sebesar 64,86%, campuran fisik 1:2 sebesar 60,36% dan campuran fisik 1:3 sebesar 66,63%. Sedangkan untuk dispersi padat 1:1 sebesar 38,53%, dispersi padat 1:2 sebesar 59,48%, dan dispersi padat 1:3 sebesar 79,03%. Dari hasil tersebut kemudian diuji statistik menggunakan ANOVA one-way. Dari hasil statistika menunjukan ED30 quercetin berbeda bermakna dengan dispersi padat 1:3 (Tabel V.11). Selanjutnya dilakukan perhitungan slope dari menit ke 0 – 10 dan dihasilkan laju disolusi quercetin meningkat dengan urutan dispersi padat 1:3 > campuran fisik 1:3 > campuran fisik 1:1 > campuran fisik 1:2 > dispersi padat 1:2 > quercetin > campuran fisik 1:1 (Tabel V. 13). Peningkatan disolusi quercetin terbesar terjadi pada pembuatan dispersi padat 1:3 yaitu 1,35 kalinya. Peningkatan disolusi terjadi pada pembuatan sistem dispersi obat disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel, sehingga luas permukaan kontak obat dengan media disolusi lebih besar. (Alatas dkk., 2006). Selain itu peningkatan disolusi juga dapat terjadi karena terdapat peningkatan kelarutan quercetin sesuai dengan persamaan Noyes-Whitney yaitu kelarutan zat berbanding lurus dengan laju disolusi (Singh et al., 2011).
Selain itu juga terdapat
peningkatan laju disolusi pada campuran fisik karena polimer PEG 8000
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
60
pada campuran fisik dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel (Launer et al., 2000).
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin.
2.
Kelarutan quercetin pada sistem dispersi padat (1:3) meningkat 3,25 kali dan laju disolusi meningkat 1,35 kali dibanding quercetin tunggal.
7.2. Saran Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan untuk pengembangan formulasi bentuk sediaan padat quercetin menggunakan sistem dispersi padat dengan berbagai polimer.
61 Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62
DAFTAR PUSTAKA Alatas, F., Nurono, S,. Asyarie, S. 2006. Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-PEG 4000. Majalah Farmasi Indonesia 17. p.57-62. Ansel, H. C., Allen, L. V., Popovich, N. G. 2005. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System. 9th Ed. Wolters Kluwer. p.100-108. Anupama, S., Surinder, G., Birendra, S., Goyal. 2011. Design, optimization, preparation and evaluation of solid dispersions of albendazole using factorial design. Der Pharmacia Sinica. p.3042. Bhut, V. Z., Prajapati, A. B., Patel, K. N., Patel, B. A., Patel, P. A. 2012. Solid dispersion as a strategy to enhance solubility: A review article. IJPRS, vol.1, p.490-498. Biswal, S., Sahoo, J., Murthy, P. N. 2009. Characterization of gliclazidePEG 8000 solid dispersions. Trop J Pharm Res. p. 417-424. Bugay, D. E., Findlay, W., P. 1999. Pharmaceutical Excipients : Characterization by IR, Raman, and NMR Specthroscopy. New York : M. Dekker. Craig, D. Q. M. 2002. The mechanism of drug release from solid dispersions in water-soluble polymer. International Journal of Pharmaceutics, p.131-144. Das, S. K., Roy, S., Kalimuthu, Y., Khanam, J., Nanda, A. 2012. Solid dispersions: An approach to enhance the bioavailability of poorly water-soluble drugs. IJPPT, vol.1, p.37-46. Dhirendra, K., Lewis, S., Udupa, N., Atin, K. 2009. Solid dispersions: A review. Pak. J. Pharm. Sci., vol.22, p. 234-246. Harwood, M., Danielewska-Nikiel, B., Borzelleca, J., Flamm, G. W., Williams, G. M., Lines, T. C. 2007. A critical review of the data related to the safety of quercetin and lack of evidence of in vivo toxicity, including lack of genotoxic/carcinogenic properties. Food and Chemical Toxicology, vol.45, p.2179-2205. Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63
Karadag, A., Ozcelik, B., Huang, Q. 2014. Quercetin nanosuspension produced by high – pressure homogenization. J. Agric. Food. Chem. Vol. 62. P. 1852 – 1859. Kakran, M., Sahoo, N. G., Li, L. 2011. Dissolution enhancement of quercetin through nanofabrication, complexation and solid dispersion. Colloids and Surfaces, p.121-130. Kelly, G. S. 2011. Quercetin. Alternative Medicine Review, vol.16, p.172-194. Launer, C., Dressman, J. 2000. Improving drug solubility for oral delivery using solid dispersions. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, p.47-60. Madaan, K., Lather, V., Pandita, D. 2014. Evaluation of polyamidoamine dendrimers as potential carriers for quercetin, a versatile flavonoid. Drug Delivery, Early Online, p.1-9. Momic, T., Savic, J., Cernijog, U., Trene, P., Vasic, V. 2007. Protolytic equilibria and photodegradation of quercetin in aqueous solution. Collect. Czech. Commun., Vol. 72, No. 11, pp. 1447 – 1460. Poddar, S. S., Nigade, S. U., Singh, D. K. 2011. Designing of ritonavir solid dispersion through spray drying. Der Pharmacia Lettre, p.213-223. Retnowati, D., Setyawan, D. 2010. Peningkatan disolusi ibuprofen dengan sistem dispersi padat ibuproven-PVP K90. Majalah Farmasi Airlangga, vol.8, p.24-28. Rowe, R. C., Sheskey, P. J. and Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi ke-6, London: Pharmaceutical Press, hal. 517-522. Seema, R., Ankur, R., Marwaha, Arum, N. 2011. Biopharmaceutics classification system: A strategic tool for classifying drug substances. IRJP, vol.7, p. 53-59. Serajuddin, A. T. M. 1999. Solid dispersion of poorly water – soluble drugs : Early promises, subsequent problems, and recent breakthroughs. Journal of Pharmaceutical Sciences. , Vol. 88. No. 10, p. 1058 – 1066. Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
64
Shah, T. J., Amin, A. F., Parikh, J. R., Parikh, R. H. 2007. Process optimization and characterization solid dispersions of poorly water-soluble drugs. AAPS Pharm. Sci. Tech., vol.8, p.18-24. Singh, S., Baghel, R. S., Yadav, L. 2011. A review on solid dispersion. Int. J. Of Pharm. & Life Sci., vol.2, p. 1078-1095. Stahl, M. 2003. Peak Purity Analysis In HPLC And CE Using DiodeArray technology. Germani. Agilent Technology. Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. 6th Ed. London: Pharmaceutical Press. p.2305. Tiwari, R., Tiwari, G., Srivastava, B., Rai, A. K. 2009. Solid dispersions: An overview to modify bioavailability of poorly water soluble drugs. Int. J. PharmTech Res., vol 1, p.13381349.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 1 Spektra FT – IR Quercetin a.
Hasil spektra yang telah dilakukan
QUERCETIN HYD.pk QUERCE~2.SP 3551 4000 450 14 69 4 %T 1 0 REF 4000 34 2000 61 600 3731 39 3411 14 2348 52 2326 54 1840 64 1825 65 1767 65 1729 63 1667 33 1612 19 1560 38 1522 20 1451 39 1429 46 1409 42 1383 29 1367 32 1319 24 1264 27 1243 33 1213 33 1199 29 1168 24 1141 50 1132 46 1093 46 1014 41 1000 55 933 59 884 62 864 56 842 55 824 41 806 50 795 48 785 51 721 50 703 51 691 51 679 51 657 53 638 47 603 48 576 55 552 57 497 57 472 60 457 61 END 48 PEAK(S) FOUND
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
65
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
b.
Skripsi
Hasil spektra dari pustaka
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
66
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
67
LAMPIRAN 2 Spektra FT – IR PEG 8000 a.
Spektra FT-IR yang telah dilakukan
70.0 65 60 55
528,56
50 %T
45 1969,44
40 35 30 25
1751,48 1718,47 1699,47 1651,45
3660,32 3572,29 3743,34 3885,33 3857,33 3806,33 3789,33 3469,27 3695,33
1412,47
1242,41 1360,39 1467,38 1281,38 1342,35
962,40
1060,37 1150,35
842,41
1108,28
2890,26
20.0 4000.0
3000
2000
cm-1
1500
1000
PEG 8000..pk PEG800~2.SP 3551 4000 450 26 64 4 %T 3 1 REF 4000 31 2000 45 600 3885 33 3857 33 3806 33 3695 33 3660 32 3572 29 1969 44 1751 48 1718 47 1467 38 1412 47 1360 39 1242 41 1150 35 1108 28 842 41 528 56 END 27 PEAK(S) FOUND
Skripsi
3789 3469 1699 1342 1060
33 27 47 35 37
3743 34 2890 26 1651 45 1281 38 962 40
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
450.0
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
b.
Skripsi
Spektra FT-IR pustaka
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
68
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 3 Termogram DTA Quercetin
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
69
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 4 Termogram DTA PEG 8000
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
70
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
71
LAMPIRAN 5 Pengamatan Serapan dan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
B A
Keterangan
:
A
: Quercetin 8,08 µg/mL
B
: Quercetin 16,16 µg/mL
Sample Name: 16 Collection Time
10/03/15 17:10:22
Peak Table Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Range
499.95nm to 199.94nm
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Wavelength (nm)
Abs
____________________________ 497.99
0.0116
496.02
0.0114
494.06
0.0115
491.94
0.0123
489.07
0.0121
484.07
0.0128
481.94
0.0131
479.06
0.0126
476.03
0.0132
472.99
0.0133
467.98
0.0141
464.02
0.0139
460.06
0.0145
455.95
0.0147
453.05
0.0154
450.00
0.0157
444.97
0.0168
442.98
0.0174
440.99
0.0183
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
72
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
367.02
0.9219
254.04
0.9890
235.98
0.7016
230.01
9.9999
227.97
9.9999
225.92
0.5390
222.93
0.5306
219.95
0.5923
218.06
0.4837
216.01
0.4932
213.02
0.5158
210.03
0.4964
207.04
0.5594
204.99
0.5630
202.94
0.4196
201.05
0.5760
Sample Name: 8 Collection Time
10/03/15 17:14:26
Peak Table Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
73
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Range
499.95nm to 199.94nm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________ 497.99
0.0219
494.06
0.0215
491.03
0.0221
488.01
0.0224
483.01
0.0228
479.06
0.0224
474.05
0.0230
471.93
0.0230
467.98
0.0235
466.00
0.0234
464.02
0.0233
459.00
0.0235
455.95
0.0238
451.99
0.0242
450.00
0.0243
446.95
0.0249
444.97
0.0249
442.98
0.0252
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
74
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
440.99
0.0259
437.94
0.0262
365.94
0.4952
324.04
0.2729
308.00
0.2350
254.04
0.5396
238.03
0.3562
233.00
0.3435
230.96
1.2047
227.97
0.1831
224.98
0.3070
222.93
0.3273
219.00
0.4434
215.07
0.4000
213.02
0.2671
210.03
0.4268
207.04
0.3148
204.04
0.3675
201.99
0.5436
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
75
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
76
LAMPIRAN 6 Kurva Baku Quercetin Concentration Analysis Report
Calibration Collection time Standard
10/03/15 17:26:07 Concentration F mg/L
Mean
SD
%RSD
Readings
__________________________________________________________ ____________ Std 1 0.0282 0.0281 0.42 0.0282 0.0002 0.15 0.0283 Std 2 4.04
0.2042 0.0006 0.27
0.2038 0.2048 0.2039
0.4270 0.0009
0.4280 0.4264 0.4266
Std 3 8.08
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
0.21
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Std 4
77
0.8607 0.0012 0.14
0.8596 0.8620 0.8605
20.20
1.0754 0.0030 0.27
1.0748 1.0728 1.0786
24.24
1.2630 0.0099
16.16 Std 5
Std 6 0.79
1.2687 1.2515 1.2687
Calibration eqn Abs = 0.05329*Conc -0.00212 Correlation Coefficient 0.99938 Calibration time 10/03/15 17:29:33
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
78
LAMPIRAN 7 Pengamatan Pengaruh PEG 8000 terhadap Spektra Quercetin
Sample Name: QCT-8ppm
Sample Name: QCT&PEG8000-8ppm
Peak Table
Peak Table
Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Range to 200.07nm
500.02nm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________ 498.06
Skripsi
-0.0001
Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Range to 200.07nm
500.02nm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________ 498.06
Peningkatan kelarutan....
-0.0001
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
493.98
-0.0002
495.04
-0.0004
492.01
-0.0001
492.01
-0.0000
487.93
0.0005
487.93
0.0008
483.99
0.0012
482.02
0.0008
478.99
0.0016
478.99
0.0014
477.01
0.0015
477.01
0.0013
473.98
0.0023
466.99
0.0049
374.08
0.4228
375.93
0.4343
333.94
0.2860
372.99
0.4346
330.99
0.2838
328.97
0.2848
328.04
0.2827
323.06
0.2833
321.97
0.2813
319.01
0.2784
319.01
0.2768
289.06
0.2249
289.06
0.2254
267.00
0.4478
266.07
0.4410
264.97
0.4488
264.03
0.4407
254.94
0.4624
254.94
0.4501
226.99
0.5024
240.03
0.3748
226.99
0.4999
201.96
1.0006
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
79
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
80
LAMPIRAN 8 Uji Homogenitas 1.
Campuran Fisik 1:1
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
0,5911
11,23
22,46
112,30
1
Berat Penimbangan (mg) 40
2
40,2
0,5983
11,36
22,72
113,03
3
40,2
0,5911 Rata-rata
11,23
22,46
111,74
Replikasi
112,36 0,53
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg : mg 2.
Campuran Fisik 1:2
Replikasi
Berat Penimbangan (mg)
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
1
59,7
0,4881
9,28
23,2
116,58
2
59,8
0,4933
9,37
23,4
117,39
3
59,7
0,4903
9,32
23,3
117,09
Rata-rata
117,02
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg : mg
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
0,33
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3.
81
Campuran Fisik 1:3
Replikasi
Berat Penimbangan (mg)
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
1
81
0,5026
9,55
23,9
118,02
2
81,2
0,4969
9,44
23,6
116,26
3
80,7
0,4889
9,29
23,2
114,99
Rata-rata
116,42
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
1,24
mg 4.
Dispersi Padat 1:1
Replikasi
Berat Penimbangan (mg)
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
1
40,8
0,5278
10,03
25,1
123,04
2
40,6
0,5183
9,85
24,6
121,18
3
40,5
0,5282
10,04
25,1
123,95
Rata-rata
122,72
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg : mg
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
1,15
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.
82
Dispersi Padat 1:2
Replikasi
Berat Penimbangan (mg)
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
1
59,4
0,5184
9,85
24,6
124,24
2
59,5
0,514
9,77
24,4
123,03
3
59,5
0,5116
9,72
24,3
122,52
Rata-rata
123,26
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
0,72
mg 6.
Dispersi Padat 1:3
Replikasi
Berat Penimbangan (mg)
Absorban
Kadar Terbaca (ppm)
Berat diperoleh (mg)
Perolehan Kembali (%)
1
80,8
0,5072
9,64
24,1
119,31
2
80,2
0,5129
9,75
24,4
121,70
3
80,1
0,5023
9,55
23,9
119,35
Rata-rata
120,12
SD Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg : mg
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
1,12
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
83
LAMPIRAN 9 Pengujian Kelarutan Jenuh Quercetin REPLIKASI I
WAKTU (menit)
Serapan
Kadar (ppm)
(%b/v,10˄ -4)
0
0,0000
0,00
0,00
30
0,1421
2,72
2,72
60
0,0722
1,40
1,40
120
0,0813
1,57
1,57
180
0,0759
1,47
1,47
240
0,0856
1,65
1,65
300
0,0873
1,68
1,68
360
0,0928
1,79
1,79
420
0,1083
2,08
2,08
WAKTU (menit)
Skripsi
0
Serapan 0,0000
30 60 120 180 240 300 360 420
0,0885 0,0702 0,0812 0,0779 0,0909 0,0834 0,0899 0,0931
REPLIKASI II Kadar (ppm) 0,00 1,70 1,36 1,56 1,50 1,75 1,60 1,73 1,79
Peningkatan kelarutan....
(%b/v,10˄ -4) 0,00 1,70 1,36 1,56 1,50 1,75 1,60 1,73 1,79
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
WAKTU (menit)
Skripsi
84
REPLIKASI III Serapan
Kadar (ppm)
(%b/v,10˄ -4)
0
0,0000
0,00
0,00
30
0,0668
1,29
1,29
60
0,0685
1,33
1,33
120
0,0773
1,49
1,49
180
0,0666
1,29
1,29
240
0,0759
1,47
1,47
300
0,0712
1,38
1,38
360
0,0593
1,15
1,15
420
0,0516
1,01
1,01
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
85
LAMPIRAN 10 Analisa Statistika Kelarutan Jenuh Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6 Pair 7
Skripsi
N
Std. Deviation Std. Error Mean
Wkt30
1.9033
3
.73636
.42514
Wkt60
1.3633
3
.03512
.02028
Wkt60
1.3633
3
.03512
.02028
Wkt120
1.5400
3
.04359
.02517
Wkt120
1.5400
3
.04359
.02517
Wkt180
1.4200
3
.11358
.06557
Wkt180
1.4200
3
.11358
.06557
Wkt240
1.6233
3
.14189
.08192
Wkt240
1.6233
3
.14189
.08192
Wkt300
1.5533
3
.15535
.08969
Wkt300
1.5533
3
.15535
.08969
Wkt360
1.5567
3
.35346
.20407
Wkt360
1.5567
3
.35346
.20407
Wkt420
1.6267
3
.55338
.31950
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
86
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std.
Std.
Devia Error Mean
tion Mean Lower
Pair 1 Wkt .54000 .7017 .4051 30 -
Sig. (2-
1
-
Upper 2.28315
t
df
tailed)
1.333
2
.314
-.12496 -14.700
2
.005
2.882
2
.102
-.10294 -8.714
2
.013
3 1.2031
Wkt
5
60 Pair 2 Wkt -.17667 .0208 .0120 -.22838 60 -
2
2
Wkt 120 Pair 3 Wkt .12000 .0721 .0416 -.05913 120
1
.29913
3
Wkt 180 Pair 4 Wkt -.20333 .0404 .0233 -.30373 180
1
3
Wkt 240
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Pair 5 Wkt .07000 .0916 .0529 -.15767 240
5
87
.29767
1.323
2
.317
.49926
-.029
2
.980
.46452
-.563
2
.630
2
Wkt 300 Pair 6 Wkt -.00333 .2023 .1168 -.50592 300
2
1
Wkt 360 Pair 7 Wkt -.07000 .2151 .1242 -.60452 360
7
3
Wkt 420
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
88
LAMPIRAN 11 Pengujian Kelarutan SAMPEL
%Terlarut (%b/v,10˄ -4) Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Rata-rata
SD
QC
1,65
1,75
1,47
1,62
0,12
CF 1:1
0,79
1,28
1,37
1,15
0,25
CF 1:2
1,20
1,62
1,19
1,34
0,20
CF 1:3
0,93
0,97
0,94
0,95
0,02
DP 1:1
1,75
2,08
2,21
2,01
0,19
DP 1:2
2,58
2,34
2,37
2,43
0,11
DP 1:3
5,67
5,44
4,66
5,26
0,43
1.
Quercetin 240 qc 240 rep 2 240
1.65 3.44 1.47
Skripsi
0.0856 0.0003 0.1811 0.0006 0.0759 0.0004
Peningkatan kelarutan....
0.32 0.34 0.53
0.0859 0.0856 0.0854 0.1902 0.1905 0.1893 0.0763 0.0755 0.0759
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
89
Campuran Fisik 1:1
Analysis Collection time
29/03/15 20:47:23
Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ________________________________________________________ ______________ Sample 1 0.0401 0.0400 0.79 0.0402 0.0002 0.51 0.0404 Sample 2 1.28
0.0661 0.0004
0.67
0.0666 0.0658 0.0658
0.71
0.0714 0.0704 0.0706
%RSD
Readings
Sample 3 1.37
3.
0.0708
0.0005
Campuran Fisik 1:2 Analysis Collection time Sample
24/03/15 19:17:03
Concentration F Mean mg/L
SD
________________________________________________________ ______________ CF 12-4 rep 1 0.0617 0.0623 1.20 0.0620 0.0003 0.54 0.0620 CF 12-4 rep 2
Skripsi
0.0838 0.0839
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
1.62
0.0837
0.0005
90 0.34
0.0842
1.09
0.0620 0.0610 0.0608
CF 12-4 rep 3 1.19
4.
0.0613 0.0007
Campuran Fisik 1:3 Analysis Collection time
31/03/15 19:48:20
Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ________________________________________________________ ______________ CF 13-4 rep1 0.0480 0.0474 0.93 0.0476 0.0004 0.76 0.0473 CF 13-4 rep2 0.97
0.0497
0.0004
0.71
0.0494 0.0497 0.0501
0.52
0.0481 0.0476 0.0480
CF 13-4 rep3 0.94
5.
0.0479
0.0002
Dispersi Padat 1:1 Analysis Collection time
05/04/15 1:18:56
Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ________________________________________________________ ______________ DP 11-4 rep 1 0.0915 0.0906 1.75 0.0911 0.0005 0.52 0.0913 DP 11-4 rep 2
Skripsi
0.1089
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2.09
0.1086
0.0003
91 0.30
0.1085 0.1083
0.41
0.1151 0.1155 0.1146
DP 11-4 rep 3 2.21
6.
0.1151
0.0005
Dispersi Padat 1:2 Analysis Collection time
07/04/15 2:26:40
Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ________________________________________________________ ______________ DP 12-4-1 0.1357 0.1357 2.59 0.1352 0.0007 0.55 0.1344 DP 12-4-2 2.34
0.1219
0.0004
0.36
0.1224 0.1215 0.1219
0.77
0.1248 0.1229 0.1239
DP 12-4-3 2.37
7.
0.1238
0.0009
Dispersi Padat 1:3 Analysis Collection time
15/04/15 0:04:30
Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ________________________________________________________ ______________ DP 13-4 REP 1 0.2979
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.67
0.2978
0.0009
92 0.29
0.2986 0.2969
0.17
0.2856 0.2864 0.2855
0.26
0.2448 0.2448 0.2436
DP 13-4 REP 2 5.44
0.2858
0.0005
DP 13-4 REP 3 4.66
Skripsi
0.2444
0.0006
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
93
LAMPIRAN 12 Hasil Statistika Uji Kelarutan Multiple Comparisons terlarut Tukey HSD 95% Confidence Interval
Mean (I)
(J)
Sampel Sampel QC
CF 1:1
CF 1:2
(I-J)
Std. Error Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
CF 1:1
.47667
.22505
.393
-.2918
1.2451
CF 1:2
.28667
.22505
.853
-.4818
1.0551
CF 1:3
.67667
.22505
.102
-.0918
1.4451
DP 1:1
-.39000
.22505
.607
-1.1585
.3785
DP 1:2
-.80667*
.22505
.037
-1.5751
-.0382
DP 1:3
-3.63333*
.22505
.000
-4.4018
-2.8649
QC
-.47667
.22505
.393
-1.2451
.2918
CF 1:2
-.19000
.22505
.975
-.9585
.5785
CF 1:3
.20000
.22505
.969
-.5685
.9685
DP 1:1
-.86667*
.22505
.023
-1.6351
-.0982
DP 1:2
-1.28333*
.22505
.001
-2.0518
-.5149
DP 1:3
-4.11000*
.22505
.000
-4.8785
-3.3415
-.28667
.22505
.853
-1.0551
.4818
.19000
.22505
.975
-.5785
.9585
QC CF 1:1
Skripsi
Difference
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
Skripsi
94
CF 1:3
.39000
.22505
.607
-.3785
1.1585
DP 1:1
-.67667
.22505
.102
-1.4451
.0918
DP 1:2
-1.09333*
.22505
.004
-1.8618
-.3249
DP 1:3
-3.92000*
.22505
.000
-4.6885
-3.1515
QC
-.67667
.22505
.102
-1.4451
.0918
CF 1:1
-.20000
.22505
.969
-.9685
.5685
CF 1:2
-.39000
.22505
.607
-1.1585
.3785
DP 1:1
-1.06667*
.22505
.005
-1.8351
-.2982
DP 1:2
-1.48333*
.22505
.000
-2.2518
-.7149
DP 1:3
-4.31000*
.22505
.000
-5.0785
-3.5415
.39000
.22505
.607
-.3785
1.1585
CF 1:1
.86667*
.22505
.023
.0982
1.6351
CF 1:2
.67667
.22505
.102
-.0918
1.4451
CF 1:3
1.06667*
.22505
.005
.2982
1.8351
DP 1:2
-.41667
.22505
.539
-1.1851
.3518
DP 1:3
-3.24333*
.22505
.000
-4.0118
-2.4749
.80667*
.22505
.037
.0382
1.5751
CF 1:1
1.28333*
.22505
.001
.5149
2.0518
CF 1:2
1.09333*
.22505
.004
.3249
1.8618
CF 1:3
1.48333*
.22505
.000
.7149
2.2518
DP 1:1
.41667
.22505
.539
-.3518
1.1851
DP 1:3
-2.82667*
.22505
.000
-3.5951
-2.0582
3.63333*
.22505
.000
2.8649
4.4018
QC
QC
QC
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
95
CF 1:1
4.11000*
.22505
.000
3.3415
4.8785
CF 1:2
3.92000*
.22505
.000
3.1515
4.6885
CF 1:3
4.31000*
.22505
.000
3.5415
5.0785
DP 1:1
3.24333*
.22505
.000
2.4749
4.0118
DP 1:2
2.82667*
.22505
.000
2.0582
3.5951
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
96
LAMPIRAN 13 Hasil Uji Disolusi QCT REPLIKASI 1 absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0,000
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
3,404
0,1740
3,404
3,064
62,40
155,988
10
3,572
0,1826
3,589
3,230
65,79
320,454
15
3,754
0,1919
3,789
3,410
69,45
338,091
20
3,721
0,1903
3,775
3,397
69,19
346,598
25
3,877
0,1982
3,949
3,554
72,39
353,947
30
3,726
0,1905
3,818
3,436
69,98
waktu (menit)
kadar (ppm)
0 5
% terlarut
luas area
355,917
TOTAL AREA
1870,994
%ED
62,366
QCT REPLIKASI 2 absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0,000
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
2,591
0,1325
2,591
2,332
45,72
114,309
waktu (menit)
kadar (ppm)
0 5 10
Skripsi
% terlarut
luas area
2,934
0,1500
2,947
2,652
52,01
244,322
15
2,999
0,1533
3,027
2,724
53,41
263,540
20
3,021
0,1545
3,064
2,757
54,06
268,687
25
3,097
0,1583
3,155
2,839
55,67
274,339
30
3,216
0,1644
3,289
2,960
58,04
TOTAL AREA
284,291 1449,488
%ED
48,316
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
97
QCT REPLIKASI 3 kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,696
0,1890
3,696
3,326
63,97
159,923
10
3,943
0,2016
3,961
3,565
68,56
331,333
15
3,963
0,2026
4,001
3,601
69,25
344,539
20
4,053
0,2072
4,111
3,700
71,15
351,009
25
4,610
0,2357
4,688
4,219
81,14
380,738
30
3,972
0,2031
4,073
3,666
70,50
TOTAL AREA
379,108 1946,650
%ED
64,888
waktu (menit)
% terlarut
luas area
CF 1:1 REPLIKASI 1
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0,00
0,000
0,000
0,000
0,00
0,000
3,23
0,165
3,230
2,907
58,14
145,350
3,737
0,191
3,753
3,378
67,56
314,242
3,732
3,359
67,17
336,824
waktu (menit)
kadar (ppm)
0 5 10 15
Skripsi
% terlarut
luas area
3,697
0,189
20
3,824
0,196
3,877
3,490
69,79
342,412
25
3,932
0,201
4,004
3,604
72,08
354,679
30
3,871
0,198
3,963
3,567
71,34
358,539
TOTAL AREA
1852,047
%ED
61,735
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
98
CF 1:1 REPLIKASI 2 kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,512
0,1796
3,512
3,161
60,78
151,962
10
3,829
0,1958
3,847
3,462
66,58
318,399
15
3,971
0,2030
4,008
3,607
69,36
339,848
20
4,54
0,2321
4,597
4,137
79,56
372,300
25
4,739
0,2423
4,818
4,336
83,39
407,372
30
4,596
0,2350
4,699
4,229
81,33
411,803 2.001,683
waktu (menit)
% terlarut
TOTAL AREA %ED
luas area
66,723
CF 1:1 REPLIKASI 3 waktu (menit)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
3,747
0,1916
3,747
3,372
65,10
162,756
kadar (ppm)
0 5 10
% terlarut
luas area
4,142
0,2118
4,161
3,745
72,29
343,483
15
4,143
0,2118
4,182
3,764
72,67
362,397
20
4,28
0,2188
4,340
3,906
75,41
370,190
25
4,214
0,2155
4,296
3,866
74,63
375,104
30
4,105
0,2099
4,208
3,787
73,11
TOTAL AREA
369,347 1983,276
%ED
66,109
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
99
CF 1:2 REPLIKASI 1 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,068
0,1569
3,068
2,761
56,47
141,166
10
3,589
0,1835
3,604
3,244
66,34
307,010
15
3,438
0,1758
3,471
3,124
63,89
325,566
20
3,47
0,1774
3,520
3,168
64,79
321,707
25
3,444
0,1761
3,512
3,161
64,63
323,572
30
3,527
0,1803
3,612
3,251
66,48
327,785
TOTAL AREA
1746,805
%ED
58,227
CF 1:2 REPLIKASI 2 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,072
0,1571
3,072
2,765
56,54
141,350
10
3,502
0,1791
3,517
3,166
64,74
303,191
15
3,348
0,1712
3,381
3,043
62,22
317,403
20
3,468
0,1773
3,518
3,166
64,74
317,415
3,439
0,1758
3,506
3,155
64,53
323,170
3,534
0,1807
3,618
3,256
66,59
25 30
Skripsi
327,796
TOTAL AREA
1730,325
%ED
57,677
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
100
CF 1:2 REPLIKASI 3 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,614
0,1848
3,614
3,253
61,95
154,886
10
4,001
0,2046
4,019
3,617
68,90
327,132
15
4,108
0,2100
4,146
3,731
71,08
349,935
20
4,246
0,2171
4,305
3,874
73,79
362,172
25
4,446
0,2273
4,526
4,073
77,59
378,448
30
4,304
0,2201
4,406
3,965
75,53
382,797
TOTAL AREA
1955,369
%ED
65,179
CF 1:3 REPLIKASI 1
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0,00
0
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,841
0,1964
3,841
3,457
65,22
163,061
10
4,119
0,2106
4,138
3,724
70,27
338,740
15
4,383
0,2241
4,423
3,981
75,10
363,439
20
4,26
0,2178
4,322
3,890
73,39
371,229
25
4,31
0,2204
4,393
3,954
74,60
369,965
30
4,036
0,2064
4,141
3,727
70,31
362,275
waktu (menit)
kadar (ppm)
0
Skripsi
TOTAL AREA
1968,709
%ED
65,624
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
101
CF 1:3 REPLIKASI 2 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,501
0,1790
3,501
3,151
58,35
145,875
10
4,501
0,2301
4,519
4,067
75,31
334,146
15
4,619
0,2362
4,659
4,193
77,65
382,396
20
4,728
0,2417
4,791
4,312
79,85
393,755
4,887
0,2499
4,974
4,476
82,90
406,869
4,852
0,2481
4,963
4,467
82,72
25 30
414,039
TOTAL AREA
2077,080
%ED
69,236
CF 1:3 REPLIKASI 3 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,942
0,2016
3,942
3,548
66,94
167,349
10
4,084
0,2088
4,104
3,693
69,69
341,563
15
4,180
0,2137
4,220
3,798
71,66
353,371
20
4,235
0,2165
4,296
3,866
72,95
361,535
4,305
0,2201
4,387
3,948
74,50
368,628
3,961
0,2025
4,065
3,658
69,02
25 30
Skripsi
358,809
TOTAL AREA
1951,254
%ED
65,042
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
102
DP 1:1 REPLIKASI 1 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0
0,000
0,000
0,00
0,000
5
1,029
0,0526
1,029
0,926
18,90
47,250
10
1,099
0,0562
1,104
0,994
20,28
97,951
15
2,295
0,1173
2,306
2,075
42,35
156,572
20
2,42
0,1237
2,442
2,198
44,86
218,009
2,629
53,65
246,275
2,807
57,28
277,341
25
2,887
0,1476
2,921
30
3,07
0,1570
3,119
TOTAL AREA
1043,398
%ED
34,780
DP 1:1 REPLIKASI 2 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
1,875
0,0959
1,875
1,688
34,44
86,097
10
1,878
0,0960
1,887
1,699
34,67
172,762
15
2,256
0,1153
2,275
2,047
41,78
191,119
20
2,3
0,1176
2,330
2,097
42,80
211,445
2,53
0,1294
2,572
2,314
47,23
225,073
2,652
0,1356
2,706
2,436
49,71
25 30
Skripsi
242,345
TOTAL AREA
1128,841
%ED
37,628
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
103
DP 1:1 REPLIKASI 3 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
2,26
0,1156
2,260
2,034
41,51
103,776
10
2,296
0,1174
2,307
2,077
42,38
209,723
15
2,626
0,1343
2,649
2,384
48,65
227,575
20
2,681
0,1371
2,717
2,445
49,90
246,384
2,877
0,1471
2,926
2,634
53,75
259,128
3,019
0,1544
3,070
2,763
56,38
25 30
275,321
TOTAL AREA
1321,906
%ED
44,064
DP 1:2 REPLIKASI 1
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
2,967
0,1517
2,967
2,670
53,41
133,515
10
3,466
0,1772
3,481
3,133
62,66
290,153
15
3,681
0,1882
3,713
3,342
66,84
323,730
20
3,803
0,1944
3,732
3,358
67,17
335,013
25
4,019
0,2055
4,089
3,680
73,59
351,907
30
4,092
0,2092
4,182
3,764
75,27
372,162
waktu (menit)
kadar (ppm)
0
Skripsi
TOTAL AREA
1806,480
%ED
60,216
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
104
DP 1:2 REPLIKASI 2 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
2,597
0,1328
2,597
2,337
46,75
116,865
10
3,259
0,1666
3,272
2,945
58,90
264,104
15
3,578
0,1829
3,607
3,247
64,93
309,567
20
3,755
0,1920
3,802
3,422
68,44
333,425
3,97
0,2030
4,036
3,632
72,65
352,715
4,128
0,2111
4,214
3,792
75,85
25 30
371,238
TOTAL AREA
1747,915
%ED
58,264
DP 1:2 REPLIKASI 3 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
2,747
0,1405
2,526
2,273
46,40
115,990
10
3,405
0,1741
3,419
3,077
62,79
272,973
15
3,621
0,1851
3,652
3,287
67,07
324,666
20
3,81
0,1948
3,859
3,473
70,88
344,876
3,984
0,2037
4,052
3,647
74,42
363,250
4,077
0,2085
4,165
3,748
76,50
25 30
Skripsi
377,300
TOTAL AREA
1799,053
%ED
59,968
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
105
DP 1:3 REPLIKASI 1 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
3,394
0,1735
3,394
3,055
63,64
159,094
10
4,098
0,2095
4,115
3,703
77,16
351,983
15
4,502
0,2302
4,539
4,086
85,11
405,676
20
4,803
0,2456
4,863
4,377
91,18
440,739
25
4,871
0,2491
4,955
4,459
92,91
460,217
30
4,865
0,2487
4,973
4,476
93,25
465,390
TOTAL AREA
2283,099
%ED
76,103
DP 1:3 REPLIKASI 2 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
4,686
0,2396
4,686
4,217
79,57
198,934
10
5,018
0,2566
5,041
4,537
85,61
412,957
15
5,031
0,2572
5,080
4,572
86,26
429,663
20
5,227
0,2673
5,301
4,771
90,01
440,669
5,589
0,2858
5,689
5,120
96,60
466,535
5,242
0,2680
5,370
4,833
91,18
25 30
Skripsi
469,467
TOTAL AREA
2418,225
%ED
80,607
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
106
DP 1:3 REPLIKASI 3 waktu (menit)
kadar (ppm)
absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam 900 mL (mg)
% terlarut
luas area
0
0,00
0,0000
0,000
0,000
0,00
0,000
5
4,392
0,2246
4,392
3,953
76,02
190,038
10
4,943
0,2527
4,943
4,449
85,55
403,920
15
4,881
0,2496
4,928
4,435
85,29
427,098
20
5,165
0,2641
5,236
4,712
90,62
439,778
5,589
0,2858
5,686
5,117
98,41
472,586
5,237
0,2678
5,362
4,826
92,80
25 30
Skripsi
478,028
TOTAL AREA
2411,449
%ED
80,382
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
107
LAMPIRAN 14 Hasil Statistika Uji Disolusi Multiple Comparisons ED30 Tukey HSD 95% Confidence Interval
Mean
(I) Sampel (J) Sampel QC
CF 1:1
CF 1:2
Skripsi
Difference
Std.
(I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
CF 1:1
-6.32667 3.59394
.591
-18.5985
5.9452
CF 1:2
-1.83667 3.59394
.998
-14.1085
10.4352
CF 1:3
-8.10667 3.59394
.328
-20.3785
4.1652
DP 1:1
19.99667* 3.59394
.001
7.7248
32.2685
DP 1:2
-.95667 3.59394
1.000
-13.2285
11.3152
DP 1:3
-20.50333* 3.59394
.001
-32.7752
-8.2315
QC
6.32667 3.59394
.591
-5.9452
18.5985
CF 1:2
4.49000 3.59394
.863
-7.7818
16.7618
CF 1:3
-1.78000 3.59394
.999
-14.0518
10.4918
DP 1:1
26.32333* 3.59394
.000
14.0515
38.5952
DP 1:2
5.37000 3.59394
.744
-6.9018
17.6418
DP 1:3
-14.17667* 3.59394
.019
-26.4485
-1.9048
1.83667 3.59394
.998
-10.4352
14.1085
CF 1:1
-4.49000 3.59394
.863
-16.7618
7.7818
CF 1:3
-6.27000 3.59394
.601
-18.5418
6.0018
QC
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
Skripsi
108
DP 1:1
21.83333* 3.59394
.000
9.5615
34.1052
DP 1:2
.88000 3.59394
1.000
-11.3918
13.1518
DP 1:3
-18.66667* 3.59394
.002
-30.9385
-6.3948
QC
8.10667 3.59394
.328
-4.1652
20.3785
CF 1:1
1.78000 3.59394
.999
-10.4918
14.0518
CF 1:2
6.27000 3.59394
.601
-6.0018
18.5418
DP 1:1
28.10333* 3.59394
.000
15.8315
40.3752
DP 1:2
7.15000 3.59394
.461
-5.1218
19.4218
DP 1:3
-12.39667* 3.59394
.047
-24.6685
-.1248
QC
-19.99667* 3.59394
.001
-32.2685
-7.7248
CF 1:1
-26.32333* 3.59394
.000
-38.5952
-14.0515
CF 1:2
-21.83333* 3.59394
.000
-34.1052
-9.5615
CF 1:3
-28.10333* 3.59394
.000
-40.3752
-15.8315
DP 1:2
-20.95333* 3.59394
.001
-33.2252
-8.6815
DP 1:3
-40.50000* 3.59394
.000
-52.7718
-28.2282
.95667 3.59394
1.000
-11.3152
13.2285
CF 1:1
-5.37000 3.59394
.744
-17.6418
6.9018
CF 1:2
-.88000 3.59394
1.000
-13.1518
11.3918
CF 1:3
-7.15000 3.59394
.461
-19.4218
5.1218
DP 1:1
20.95333* 3.59394
.001
8.6815
33.2252
DP 1:3
-19.54667* 3.59394
.001
-31.8185
-7.2748
QC
20.50333* 3.59394
.001
8.2315
32.7752
CF 1:1
14.17667* 3.59394
.019
1.9048
26.4485
QC
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
109
CF 1:2
18.66667* 3.59394
.002
6.3948
30.9385
CF 1:3
12.39667* 3.59394
.047
.1248
24.6685
DP 1:1
40.50000* 3.59394
.000
28.2282
52.7718
DP 1:2
19.54667* 3.59394
.001
7.2748
31.8185
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
110
LAMPIRAN 15 Hasil Statistika Slope
Multiple Comparisons slope Tukey HSD 95% Confidence Interval
Mean Difference (I(I) Sampel (J) Sampel QC
CF 1:1
CF 1:2
Std. Error
Sig.
Upper
Bound
Bound
CF 1:1
-.014333
.014087
.941
-.06243
.03377
CF 1:2
-.010333
.014087
.988
-.05843
.03777
CF 1:3
-.020333
.014087
.771
-.06843
.02777
DP 1:1
.079333*
.014087
.001
.03123
.12743
DP 1:2
.001000
.014087
1.000
-.04710
.04910
DP 1:3
-.040667
.014087
.125
-.08877
.00743
QC
.014333
.014087
.941
-.03377
.06243
CF 1:2
.004000
.014087
1.000
-.04410
.05210
CF 1:3
-.006000
.014087
.999
-.05410
.04210
DP 1:1
.093667*
.014087
.000
.04557
.14177
DP 1:2
.015333
.014087
.922
-.03277
.06343
DP 1:3
-.026333
.014087
.528
-.07443
.02177
.010333
.014087
.988
-.03777
.05843
-.004000
.014087
1.000
-.05210
.04410
QC CF 1:1
Skripsi
J)
Lower
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
Skripsi
111
CF 1:3
-.010000
.014087
.990
-.05810
.03810
DP 1:1
.089667*
.014087
.000
.04157
.13777
DP 1:2
.011333
.014087
.981
-.03677
.05943
DP 1:3
-.030333
.014087
.376
-.07843
.01777
QC
.020333
.014087
.771
-.02777
.06843
CF 1:1
.006000
.014087
.999
-.04210
.05410
CF 1:2
.010000
.014087
.990
-.03810
.05810
DP 1:1
.099667*
.014087
.000
.05157
.14777
DP 1:2
.021333
.014087
.733
-.02677
.06943
DP 1:3
-.020333
.014087
.771
-.06843
.02777
QC
-.079333*
.014087
.001
-.12743
-.03123
CF 1:1
-.093667*
.014087
.000
-.14177
-.04557
CF 1:2
-.089667*
.014087
.000
-.13777
-.04157
CF 1:3
-.099667*
.014087
.000
-.14777
-.05157
DP 1:2
-.078333*
.014087
.001
-.12643
-.03023
DP 1:3
-.120000*
.014087
.000
-.16810
-.07190
QC
-.001000
.014087
1.000
-.04910
.04710
CF 1:1
-.015333
.014087
.922
-.06343
.03277
CF 1:2
-.011333
.014087
.981
-.05943
.03677
CF 1:3
-.021333
.014087
.733
-.06943
.02677
DP 1:1
.078333*
.014087
.001
.03023
.12643
DP 1:3
-.041667
.014087
.111
-.08977
.00643
.040667
.014087
.125
-.00743
.08877
QC
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
112
CF 1:1
.026333
.014087
.528
-.02177
.07443
CF 1:2
.030333
.014087
.376
-.01777
.07843
CF 1:3
.020333
.014087
.771
-.02777
.06843
DP 1:1
.120000*
.014087
.000
.07190
.16810
DP 1:2
.041667
.014087
.111
-.00643
.08977
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Peningkatan kelarutan....
Febrianti Setiawardani