ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA PENELITIAN PRE-EXPERIMENTAL
Oleh: MITA NOVIYANTI NIM. 131111097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA PENELITIAN PRE-EXPERIMENTAL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dalam Program Studi Ilmu Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR
Oleh: MITA NOVIYANTI NIM. 131111097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 i SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURAT PERNYATAAN Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.
Surabaya, 30 Yang
Juni 2015 Menyatakan,
Mita Noviyanti NIM.
131111097
ii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mita Noviyanti NIM : 131111097 Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase Dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia (format), mengelola dalam bentuk pangkalandata (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 30 Juni 2015 Yang Menyatakan,
Mita Noviyanti NIM. 131111097
iii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA Oleh: Mita Noviyanti NIM. 131111097 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30JUNI 2015
Oleh Pembimbing Ketua
Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes NIP: 197806062001122001
Pembimbing
Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep NIP: 198109282012122002
Mengetahui a.n Dekan Wakil Dekan I
Mira Triharini, S.Kp., M.Kep NIP: 197904242006042002
iv SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA Oleh: Mita Noviyanti NIM. 131111097
Telah diuji Pada tanggal, 6 Juli 2015 PANITIA PENGUJI Ketua
:
Kristiawati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An NIK: 139040680 Anggota : 1. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes NIP: 197806062001122001 2. Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep NIP: 198109282012122002
(.....................) (.....................) (.....................)
Mengetahui a.n Dekan Wakil Dekan I
Mira Triharini, S. Kep., M. Kep NIP: 197904242006042002
v SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MOTTO
Going the extra miles. Berjuang dengan usaha ekstra keras di atas rata-rata yang dilakukan orang lain karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
vi SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyapaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hato yang tulus kepada: 1. Ibu Purwaningsih, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ners. 2. Ibu Mira Triharini, S.Kp., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ners. 3. Ibu Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing I yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran, informasi, serta waktu yang telah diluangkan untuk saya demi kemajuan penyelesaian skripsi saya. 4. Ibu Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran, informasi, serta waktu yang telah diluangkan untuk saya demi kemajuan penyelesaian skripsi saya. 5. Ibu Kristiawati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An selaku penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan skripsi saya. 6. Segenap dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu, pengalaman, dan pengarahan. Terima kasih telah mengajarkan penulis untuk menjadi calon perawat profesional. 7. Segenap staf pendidikan, perpustakaan, dan tata usaha. Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan dari awal pembuatan proposal hingga pada akhirnya skripsi ini selesai. 8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolmas) Kota Surabaya yang telah memberikan perizinan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PG Islam Maryam Surabaya. 9. Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya yang telah memberikan perizinan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PG Islam Maryam Surabaya. 10. Bu Aini dan Bu Naning selaku kepala sekolah dan guru PG Islam Maryam Surabaya. Terima kasih telah mengizinkan dan membantu saya untuk dalam melakukan penelitan ini. 11. Seluruh responden dan orang tua respoden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
vii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12. Semua keluarga yang saya cintai, Almarhum Ayah, Mama, dan Andhika.
Terima kasih yang tak terhingga atas cinta, kesabaran, motivasi, dan doa yang senantiasa kalian panjatkan untuk saya. Terima kasih pula untuk semangat yang selalu kalian berikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan semangat baik secara langsung maupun tidak langsung demi terselesaikannya skripsi ini. 14. Teman-teman 1 dosen pembimbing, Tsuwaibatul, Anna, Rifftya, Lina, dan Fathur. Terima kasih atas motivasi dan semangatnya hingga skripsi ini bisa saya selesaikan. 15. Shinta,Yulia, Qumairy, Andri, Yunita, Tian, dan Dita yang telah membantu selama penelitian berlangsung. 16. Sahabat-sahabat tercinta Soraya, Zakiah, Ana, Pina, Maha, Yoas, Roni, dan Praditya. Terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang selalu ada di samping saya untuk memotivasi dan memberikan saya semangat dalam menjalani kuliah dan menyelesaikan skripsi ini. 17. Teman-teman KKN, Tsuwaibatul, Diva, Silvy, Anies, dan teman-teman yang lain. Terima kasih telah menemani, memotivasi, dan memberikan pencerahan selama pengerjaan skripsi ini. 18. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti selama proses penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan proposal ini.Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Surabaya, 30 Juni 2015 Penulis,
Mita Noviyanti
viii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA Penelitian Pra-Eksperimental Oleh: Mita Noviyanti Perkembangan motorik halus merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kolase dan clay adalah jenis dari terapi seni rupa yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan claydi PG Islam Maryam Surabaya. Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan one group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di PG Islam Maryam Surabaya yang berjumlah 19 siswa. Total sampel berjumlah 14 siswa berdasarkan kriteria inklusi yangterdiri dari 7 siswa kelompok terapi seni rupa kolase dan 7 siswa kelompok terapi seni rupa clay. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi seni rupa kolase dan clay. Variabel dependen adalah kemampuan motorik halus. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney U Test dengan derajat kemaknaan =0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan terapi seni rupa kolase (p=0,157), ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan terapi seni rupaclay (p=0,046), serta tidak ada perbedaan motorik halus anak setelah diberikan terapi seni rupa 2 kolase dan terapi seni rupa clay (p=1,000). Dapat disimpulkan bahwabaik terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun 3 dimensi dengan media clay keduanya dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.Penelitian lebih lanjut disarankan melibatkan jumlah responden yang lebih besar untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Kata kunci: anak usia prasekolah, clay, kolase, perkembangan motorik halus, terapi seni
ix SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT THE DIFFERENCES IN FINE MOTOR SKILLS ON PRESCHOOL CHILDREN THROUGH COLLAGE AND CLAY ART THERAPY IN PG ISLAM MARYAM SURABAYA Pre-experimental Research By: Mita Noviyanti Fine motor development is important and must be given some attentions. Collage and clay is kind ofthe art therapy that can be used to improve fine motor skills in preschool children. The purpose of this study was to analyze the differencesin fine motor skills on preschool children through 2-dimensional art therapy by using collage and 3-dimensional art therapy by using clay in PG Islam Maryam Surabaya. This studywas used pre-experimental design with one group pre-post test design. The populationswereall of the students in PG Islam Maryam Surabaya, 19 students.Total sample was14 students taken according to inclusion criteria which consist of 7 students for collage art therapy and 7 students for clay art therapy. The independent variables were collage and clay art therapy. The dependent variable was fine motor skills. Data were analyzed by using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann-Whitney U Test with significance level =0.05. The result showed that there is no difference in children’s fine motor before and after the collage art therapy given (p=0.157), there is difference in children’s fine motor before and after the clay art therapy(p=0.046), also there is no difference in children’s fine motor aftercollage and clay art therapy are given (p=1.000). It can be concluded that both of collage art therapy and clay art therapy can improving fine motor skills of preschool children. Further studies should involve larger respondents to obtain more accurate results. Keywords: art therapy, clay, collage, fine motor development, preschool children
x SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ......................................................................... i Surat Pernyataan...................................................................................................... ii Halaman Pernyataan............................................................................................... iii Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv Lembar Penetapan Panitia Penguji...........................................................................v Motto............ .......................................................................................................... vi Ucapan Terima Kasih ............................................................................................ vii Abstrak.............. ..................................................................................................... ix Abstract............... .....................................................................................................x Daftar Isi............................................................................ .....................................xi Daftar Tabel.......... ............................................................................................... xiv Daftar Gambar ........................................................................................................xv Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi Daftar Lambang, Singkatan, dan Istilah.............................................................. xvii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. xvii 1.1 Latar Belakang ......................................................................................1 1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................8 1.3 Rumusan Masalah .................................................................................8 1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................9 1.4.1 Tujuan umum ...............................................................................9 1.4.2 Tujuan khusus ..............................................................................9 1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................9 1.5.1 Teoritis .........................................................................................9 1.5.2 Praktis ........................................................................................10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................11 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ............................................................11 2.1.1 Definisi anak usia prasekolah ....................................................11 2.1.2 Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah ....................11 2.1.2.1 Perkembangan biologis................................................11 2.1.2.2 Perkembangan psikososial ...........................................12 2.1.2.3 Perkembangan kognitif ................................................13 2.1.2.4 Perkembangan moral ...................................................13 2.1.2.5 Perkembangan spiritual ...............................................14 2.1.2.6 Perkembangan citra tubuh ...........................................14 2.1.2.7 Perkembangan seksualitas ...........................................14 2.1.2.8 Perkembangan sosial ...................................................15 2.2 Konsep Perkembangan Motorik Halus ...............................................18 2.2.1 Definisi motorik halus ...............................................................18 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus .......18 2.2.3 Karakteristik perkembangan motorik halus anak prasekolah ....21 2.2.4 Prinsip-prinsip perkembangan motorik halus ............................22 2.2.5 Tujuan peningkatan motorik halus ............................................24 2.2.6 Stimulasi perkembangan motorik halus.....................................25 2.2.7 Tes skrining perkembangan Denver II.......................................26 xi SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3
2.4
2.5 2.6
2.2.7.1 Aspek perkembangan yang dinilai ..............................26 2.2.7.2 Langkah-langkah pemeriksaan ....................................27 2.2.7.3 Skoring.........................................................................27 2.2.7.4 Interpretasi penilaian individual ..................................28 2.2.7.5 Pengambilan kesimpulan Denver II ............................30 Konsep Bermain ..................................................................................31 2.3.1 Definisi bermain ........................................................................31 2.3.2 Tujuan bermain pada anak usia prasekolah ...............................32 2.3.3 Karakteristik bermain pada anak usia prasekolah......................33 2.3.4 Jenis bermain .............................................................................34 2.3.5 Minat bermain pada anak usia prasekolah .................................37 Konsep Terapi Seni (Art Therapy) menggunakan Kolase dan Clay ...38 2.4.1 Definisi terapi seni .....................................................................38 2.4.2 Macam-macam media dalam terapi seni ...................................38 2.4.3 Terapi seni 2 dimensi dan 3 dimensi .........................................41 2.4.4 Manfaat terapi seni ....................................................................41 2.4.5 Terapi seni bagi perkembangan motorik halus ..........................43 2.4.6 Kolase ........................................................................................44 2.4.6.1 Definisi kolase .............................................................44 2.4.6.2 Manfaat kolase bagi motorik halus ..............................44 2.4.6.3 Alat dan bahan pembuatan kolase ...............................45 2.4.6.4 Langkah-langkah pembuatan kolase ...........................45 2.4.7 Clay ............................................................................................46 2.4.7.1 Definisi clay .................................................................46 2.4.7.2 Manfaat clay bagi motorik halus .................................48 2.4.7.3 Alat dan bahan pembuatan clay ...................................48 2.4.7.4 Teknik dasar pembuatan clay ......................................49 Konsep Teori Imogene M. King .........................................................51 2.5.1 Konsep Theory of Goal Attainment ...........................................51 2.5.2 Aplikasi teori Imogene M. King ................................................53 Keaslian Penelitian ..............................................................................56
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .....61 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .........................................................61 3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................64 BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................................65 4.1 Desain Penelitian .................................................................................65 4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling.....................66 4.2.1 Populasi......................................................................................66 4.2.2 Sampel dan besar sampel ...........................................................66 4.2.3 Teknik sampling ........................................................................67 4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .....................................67 4.3.1 Variabel penelitian .....................................................................67 4.3.2 Definisi Operasional ..................................................................69 4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................71 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................71
xii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.5.1 Lokasi ........................................................................................71 4.5.2 Waktu .........................................................................................72 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data..................................72 4.7 Analisis Data .......................................................................................76 4.7.1 Editing........................................................................................76 4.7.2 Coding........................................................................................76 4.7.3 Entry data ...................................................................................77 4.7.4 Analisis statistik .........................................................................77 4.8 Kerangka Operasional .........................................................................78 4.9 Etika Penelitian ...................................................................................79 4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent) ....................................79 4.9.2 Prinsip kerahasiaan (confidentiality) .........................................79 4.9.3 Tanpa nama (anonimity) ............................................................79 4.9.4 Asas keadilan (justice) ...............................................................79 4.10 Keterbatasan Penelitian .......................................................................80 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................................81 5.1 Hasil Penelitian ...................................................................................81 5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ............................................81 5.1.2 Karakteristik responden .............................................................82 5.1.3 Karakteristik ibu responden .......................................................84 5.1.4 Deskripsi variabel penelitian .....................................................85 5.2 Pembahasan .........................................................................................87 5.2.1 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase .........................................................................................87 5.2.2 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay .............................................................................................91 5.2.3 Analisis perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay ..............................................96 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................99 6.1 Kesimpulan..........................................................................................99 6.2 Saran ..................................................................................................100 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................102
xiii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................................56 Tabel 4.1 Desain Penelitian Pre-Experimental dengan Rancangan One Group Pre-Post Test Design. ............................................................................65 Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Di PG Islam Maryam Surabaya. .........................................69 Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................82 Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Usia di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................83 Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Status Kelahiran di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................83 Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Lama Sekolah di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................84 Tabel 5.5 Distribusi Ibu Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .............84 Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden berdasarkan Pekerjaan di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................85 Tabel 5.7 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................85 Tabel 5.8 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................86 Tabel 5.9 Distribusi motorik halus anak sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......87
xiv SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambaran Advanced (Lebih) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. ..................................................................28 Gambar 2.2 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II bila Anak Gagal atau Menolak Uji Coba di sebelah Kanan Garis Umur. ...........................................................................29 Gambar 2.3 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II bila Anak Lulus, Gagal, atau Menolak Uji Coba pada Garis Umur antara Persentil 25 dan 75. ............................................29 Gambar 2.4 Gambaran Caution (Peringatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. ..................................................................30 Gambar 2.5 Gambaran Delayed (Keterlambatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. ..................................................................30 Gambar 2.6 Gambaran No Opportunity (Tidak Ada Kesempatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. ...............................30 Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Dynamic Interacting Systems. .......................51 Gambar 2.8 Kerangka Konsep Theory of Goal Attainment. .................................52 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya dengan Pendekatan Teori Imogene M. King. ...................................................................61 Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya..........................................78
xv SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Awal (Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga) ....................................................................108 Lampiran 2 Surat Pengambilan Data Penelitian (Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga) ....................................................................109 Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Penelitian (Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya) ..................110 Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian (Dinas Pendidikan Kota Surabaya) ........................................................................................111 Lampiran 5 Surat Pengambilan Data Penelitian (Play Group Islam Maryam Surabaya) ........................................................................................112 Lampiran 6 Sertifikat Keterangan Lolos Kaji Etik ............................................113 Lampiran 7 Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase ................................................................114 Lampiran 8 Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Clay ....................................................................118 Lampiran 9 Informed Consent Penelitian ...........................................................122 Lampiran 10 Data DemografiIbu Responden Penelitian .....................................123 Lampiran 11 Data Demografi Responden Penelitian ...........................................124 Lampiran 12 Lembar Tes Skrining Perkembangan Denver II .............................125 Lampiran 13 Satuan Acara Kegiatan Kolase Pertemuan I-IV .............................127 Lampiran 14 Kreasi Kolase Pertemuan I-IV ........................................................135 Lampiran 15 Satuan Acara Kegiatan Clay Pertemuan I-IV .................................136 Lampiran 16 Kreasi Clay Pertemuan I-IV ...........................................................147 Lampiran 17 Tabulasi Data Demografi & Hasil Pre-Post Test Responden Penelitian ........................................................................................148 Lampiran 18 Analisis Deskriptif Karakteristik Demografi Responden Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase .............................149 Lampiran 19 Analisis Deskriptif Karakteristik Demografi Responden Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Clay .................................151 Lampiran 20 Analisis Deskriptif Hasil Pre-Test&Post-Test Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase &Clay ................................................................153 Lampiran 21 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pre-Test&Post-Test Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase ..............................................154 Lampiran 22 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pre-Test &Post-Test Kelompok Terapi Seni Rupa Clay ..................................................155 Lampiran 23 Hasil Uji Mann-Whitney U Test Post-Test Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase &Clay ................................................................156 Lampiran 24 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..................................................157
xvi SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH AATA CDC cm F IDAI kg KPSP No Permenkes RI P PG PTK PVA R SAK SSP TK
: American Art Therapy Association : Centers of Disease Control and Prevention : centimeter : Failed : Ikatan Dokter Anak Indonesia : kilogram : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan :No opportunity : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia :Passed :Play Group : Penelitian Tindakan Kelas :Polyvinyl Acetate :Refusal : Satuan Acara Kegiatan : Sistem Saraf Pusat : Taman Kanak-Kanak
xvii SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Usia prasekolah merupakan usia emas (golden age), sehingga penting bagi anak untuk diberikan stimulasi dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki anak (Syaiful, Widati, & Rahmawati 2012). Anak usia prasekolah pada dasarnya memiliki potensi yang perlu untuk dikembangkan secara optimal. Salah satu kemampuan anak usia prasekolah yang berkembang adalah kemampuan motorik.
Kemampuan
motorik
ini
akan
berkembang
sejalan
dengan
perkembangan kemampuan kognitif anak. Kemampuan motorik terdiri atas motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan otot-otot besar (Piaget 1952, dalam Gustiana 2011). Sedangkan motorik halus menurut Moelichatoen (2004, dalam Aquarisnawati, dkk. 2011) adalah kegiatan yang melibatkan penggunaan otot-otot halus pada jari dan tangan. Ministry of Education Republic of Singapore (2013) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan koordinasi dan kontrol dari beberapa bagian tubuh anak seperti tangan dalam melakukan tugas tertentu. Perkembangan motorik halus merupakan hal yang penting untuk diperhatikan demi tumbuh kembang anak pada tahap perkembangan selanjutnya (Saputri 2012). Apabila perkembangan motorik halus anak baik, maka anak akan mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya, seperti membaca dengan baik, menulis dengan baik, dan memiliki konsentrasi yang baik (Aquarisnawati, dkk. 2011).
1 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap siswa PG Islam Maryam Surabaya dengan rentang usia 2 hingga 5 tahun melalui 14 buah Buku Laporan Pendidikan PG Islam Maryam Surabaya, didapatkan data bahwa sebanyak 5 siswa (35,71%) memiliki kemampuan motorik halus dalam kategori baik, 6 siswa (42,9%) kategori cukup, dan 3 siswa (21,42%) kategori perlu bimbingan. Laporan belajar 5 siswa lain tidak diketahui nilainya karena buku laporan belum dikumpulkan. Namun walaupun sudah dinilai mampu, menurut Kepala PG Islam Maryam Surabaya penilaian terhadap siswa lebih dispesifikkan dengan memberikan kategori baik, cukup, atau perlu bimbingan. Kategori baik berarti siswa mampu secara mandiri melakukan kegiatan dengan hasil yang baik, kategori cukup berarti siswa mampu melakukan kegiatan secara mandiri tapi hasilnya kurang baik, dan kategori perlu bimbingan berarti siswa belum mampu melakukan kegiatan secara mandiri. Kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan memberikan stimulasi salah satunya melalui kegiatan membuat keterampilan seperti menggambar, melukis, membuat origami, dan sebagainya. Di PG Islam Maryam Surabaya stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak sudah dilakukan dengan cukup baik. Kegiatan untuk menstimulasi perkembangan kemampuan motorik halus yang telah dilakukan antara lain, mewarnai, meronce, menempel, kolase, melukis dengan kelereng, melipat kertas sederhana, finger painting, menggunting, mencocok, melukis abstrak, melukis gelembung, dan mencampur warna. Variasi stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak seperti membuat kolase sebagai karya seni rupa 2 dimensi sebelumnya sudah pernah dilakukan sebanyak 3 kali sepanjang bulan Agustus 2014 hingga Maret
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
2015 dengan media kapas dan korek api. Selain itu, kegiatan membuat clay sebagai seni rupa 3 dimensi juga sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun hanya pernah satu kali dilakukan. Intensitas pelaksanaan kegiatan membuat kolase dan clay yang jarang tersebut menyebabkan pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa PG Islam Maryam Surabaya belum dapat dijelaskan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), selama periode tahun 1997 hingga 2008 sebanyak 13,87% anak di Amerika Serikat mengalami gangguan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum anak di Indonesia belum diketahui secara pasti. Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperkirakan 5% hingga 10% anak di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan (IDAI 2013). Beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa sekitar 12,8% hingga 28,5% anak usia prasekolah di Indonesia terdeteksi mengalami gangguan perkembangan (Sinto, dkk 2008). Menurut Kepala PG Islam Maryam penilaian terhadap kemampuan motorik halus siswa dilakukan dengan melihat mampu atau tidaknya dan bagus atau tidaknya hasil tulisan, gambar, serta aktivitas stimulasi motorik halus lainnya tanpa ada instrumen khusus sehingga untuk memperkuat data, peneliti melakukan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II pada sektor motorik halus dengan rentang usia 2 hingga 5 tahun. Tes skrining ini dilakukan pada semua siswa yang berjumlah 19 siswa. Hasil dari tes skrining tersebut adalah sebanyak 13 siswa (68,42%) berada dalam kategori suspect dan 6 siswa (31,57%) lainnya berada dalam kategori normal.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
Perkembangan motorik halus anak yang kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena stimulasi perkembangan yang kurang. Anak perlu mengoptimalkan keterampilan motorik halus yang mereka miliki sehingga mereka mampu untuk lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan sehari-sehari seperti memotong dengan gunting dan menggunakan lem untuk merekatkan kertas (Ministry of Education Republic of Singapore 2013). Bila motorik halus anak tidak berkembang dengan baik, maka anak akan mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan motorik halus seperti melipat jari, memegang, menggenggam, dan menempel sehingga anak akan merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas menulis (Jumadilah 2010). Kesulitan anak dalam melakukan aktivitas tersebut nantinya dapat menghambat anak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Melatih kemampuan motorik halus dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam stimulasi. Stimulasi dapat memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan otak anak. Stimulasi perkembangan anak akan lebih baik bila diberikan sejak dini, semakin banyak stimulasi yang diberikan maka perkembangan anak akan semakin optimal. Kemampuan motorik halus anak dapat distimulasi dengan berbagai cara lain seperti dengan memberikan terapi seni. Terapi seni adalah salah satu bentuk terapi komplementer yang berhubungan dengan tubuh dan pikiran seseorang dimana seni dilibatkan sebagai sarana untuk penyembuhan penyakit, pengembangan diri, dan peningkatan kualitas hidup (Warson 2012; Rismayanthi 2009). Terapi dengan menggunakan seni rupa dapat berupa seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni rupa dengan dimensi panjang dan lebar, yang hanya dapat dilihat dari satu arah
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
pandang saja. Media yang dapat digunakan sebagai terapi seni 2 dimensi antara lain, menggambar, melukis, kolase, dan lain sebagainya. Sedangkan seni rupa 3 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki volume dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi. Bahan yang dapat digunakan dalam membuat seni 3 dimensi antara lain batu, kayu, clay(tanah liat), kain, kaca, bahan daur ulang atau bijibijian (Kim 2014; Cosa 2012). Kolase merupakan salah satu jenis seni rupa 2 dimensi yang dapat dijadikan sebagai salah satu jenis latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak (Jumadilah 2010). Membuat kolase dilakukan dengan cara menyusun berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk direkatkan pada kertas tersebut antara lain, berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur, dan benda-benda menarik lainnya (Christianti 2009). Menurut Susanto (2002,dalam Jumadilah 2010) didalam membuat keterampilan kolase terdapat 3 aspek aktitivitas yang harus dipenuhi yaitu menjepit, mengelem, dan menempel. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam melatih koordinasi otot-otot halus pada jari tangan sehingga kemampuan motorik halus anak nantinya bisa berkembang semakin baik. Hasil penelitian Jumadilah (2010) pada anak tuna grahita sedang menyebutkan bahwa keterampilan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus sebagai persiapan menulis permulaan siswa. Clay sebenarnya memiliki arti tanah liat. Namun dalam perkembangannya, clay digunakan untuk menyebut adonan yang teksturnya menyerupai tanah liat (Wahyuningsih
2012;
Muafifah
2013).
Berdasarkan
hasil
penelitian
Wahyuningsih (2012), aktivitas membuat clay dapat dijadikan sebagai stimulasi
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Clay dapat membantu menstimulasi kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada pergelangan tangan dan jari-jari anak karena clay memiliki tekstur lembut yang dapat memudahkan anak untuk meremas, mencubit, serta membentuk berbagai bentuk sesuai apa yang mereka inginkan (Partiyem 2014). Stimulasi perkembangan motorik halus yang baik dengan berbagai metode sangat diperlukan bagi siswa agar siswa nantinya mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan di tahap selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Kim (2014), terapi seni 3 dimensi terbukti lebih efektif dalam meningkatkan locus of control pada anak berkebutuhan khusus dibandingkan menggunakan seni 2 dimensi. Penggunaan clay bagi anak-anak akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap perkembangan otot-ototnya karenaclay lebih mudah untuk dimanipulasi dan tidak menuntut penciptaan suatu bentuk tertentu (Bloom 1980, dalam Kim 2014). Media 2 dimensi maupun 3 dimensi memiliki kelebihan masing-masing yang berbeda. Media 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakan lebih tinggi dibandingkan media 3 dimensi sehingga dapat menstimulasi kemampuan seseorang dalam berkreativitas. Sedangkan media 3 dimensi memiliki manfaat dalam menampilkan benda-benda secara nyata sehingga dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada seseorang (Susanto 2006, dalam Anwar, Dwi, & Syarief 2009).Dilihat dari prosesnya, kolase merangsang anak harus menjepit, mengelem, dan menempel benda-benda dalam ukuran kecildibandingkan dengan membuat clay yang merangsang anak untuk meremas, mencubit, dan membuat suatu bentuk sesuai keinginan merekauntuk melemaskan jari-jari tangannya. Namun belum
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
diketahui mana yang lebih efektif terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah. Berdasarkan Theory of Goal Attainment yang digagas Imogene M. King pada tahun 1971, tujuan keperawatan dapat dicapai melalui interaksi antara perawat dengan klien yang dihasilkan dari pemberian aksi dan proses reaksi (Nursalam 2013). Masalah kurangnya motorik halus anak usia prasekolah pada penelitian ini dapat diatasi dengan memberikan stimulasi melalui pemberian terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan clay. Melalui pemberian intervensi tersebut sebagai aksi diharapkan akan tercipta suatu reaksi dan interaksi antara peneliti sebagai perawat dan setiap siswa sebagai klien dalam mencapai suatu tujuan yaitu peningkatan kemampuan motorik halus anak. Selain itu, King juga menyebutkan bahwa intensitas interaksi antara perawat dan klien merupakan kunci dari penetapan dan pencapaian tujuan keperawatan. Semakin sering perawat berinteraksi dengan klien, maka tujuan keperawatan akan lebih mudah untuk dicapai(Nursalam 2013). Sama halnya dengan penelitian ini yang membutuhkan interaksi yang berulang-ulang antara peneliti dengan masingmasing siswa sehingga kemampuan motorik halus siswa bisa meningkat secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian mengenai perbedaan kemampuan motorik halus anak usia prasekolahmelalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan claydi PG Islam Maryam Surabaya dengan pendekatan Theory of Goal Attainment dari Imogene M. King.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
1.2 Identifikasi Masalah Faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor genetik 2. Jenis kelamin 3. Lingkungan 4. Aktivitas anak 5. Kesehatan dan gizi pranatal 6. Gizi anak pasca lahir 7. Sosial ekonomi 8. Stimulasi 9. Perlindungan 10. Lahir prematur 11. Kesulitan saat melahirkan 12. Kelainan (psikis, mental, fisik)
Stimulasi perkembangan motorik halus kurang
Hasil studi pendahuluan di PG Islam Maryam Surabaya: a. Dari 14 siswa didapatkan data sebanyak 5 siswa (35,71%) motorik halusnya berada dalam kategori baik, 6 siswa (42,9%) kategori cukup, dan 3 siswa (21,42%) kategori perlu bimbingan. b. Dari hasil pemeriksaan DDST didapatkan data 13 siswa (68,42%) berada dalam kategori suspect dan 6 siswa (31,57%) berada dalam kategori normal. c. Stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak sudah dilakukan dengan cukup baik, namun untuk kegiatan membuat kolase dan clay jarang dilakukan.
Kemampuan motorik halus anak kurang Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase danClay di PG Islam Maryam Surabaya. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimanakah
perbedaan
kemampuan
motorik
halus
anak
usia
prasekolahmelalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan claydi PG Islam Maryam Surabaya?
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menganalisis
perbedaan
kemampuan
motorik
halus
anak
usia
prasekolahmelalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolasedan 3 dimensi menggunakanclaydi PG Islam Maryam Surabaya. 1.4.2 Tujuan khusus 1) Menganalisis perbedaan kemampuan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. 2) Menganalisis perbedaan kemampuan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi menggunakanclay. 3) Menganalisisperbedaan kemampuan motorik halus anak setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakanclay.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh dan perbedaan
kemampuan motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi seni 2 dimensi menggunakan media kolase dan 3 dimensi menggunakan media clay sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan anak terkait upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.5.2
10
Praktis
1) Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi perawat khususnya perawat anak dalam menerapkan terapi seni sebagai upaya untuk menstimulasi peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah. 2) Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi pendidik dalam memberikan stimulasi kemampuan motorik halus anak dan dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan anak usia prasekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah 2.1.1 Definisi anak usia prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak dengan rentang usia antara 3 hingga 6 tahun (Potter & Perry 2005). Pada masa ini, pertumbuhan berjalan dengan stabil. Selain itu, perkembangan anak akan meningkat seiring dengan aktivitas jasmani, keterampilan, dan proses berfikir yang meningkat (Menteri Kesehatan RI 2014). 2.1.2 Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah 2.1.2.1 Perkembangan biologis Pada masa prasekolah, pertumbuhan fisik yang sedang dialami anak akan melambat dan semakin stabil. Perkembangan fisik anak penting untuk diperhatikan baik secara langsung maupun tidak langsung karena nantinya dapat mempengaruhi perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Jika ditinjau secara langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan kemampuan dan keterampilan
anak
dalam bergerak.
Sedangkan secara tidak langsung,
perkembangan fisik akan mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain (Hurlock 1997; Potter & Perry 2005). Berat badan anak rata-rata akan meningkat sekitar 2,3 kg tiap tahunnya. Sedangkan tinggi badan anak akan mengalami pertambahan 6,75 hingga 7,5 cm per tahun (Wong, et al. 2008). Denyut jantungakan menurun mendekati 90 kali per menit. Laju pernapasan juga akan menurun menjadi 22 hingga 24 kali per
11 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
menit. Selain itu, pada masa prasekolah koordinasi antara otot besar dan otot halus akan berkembang baik (Potter & Perry 2005). Selain perkembangan fisik, pada aspek perkembangan biologis anak juga terdapat perkembangan motorik. Perkembangan motorik adalah perkembangan dalam mengendalikan gerakan-gerakan melalui koordinasi antara aktivitas sistem saraf pusat (SSP), urat saraf, dan otot-otot. Perkembangan motorik merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting untuk dilaksanakan dan dilalui oleh anak usia prasekolah dan dalam tahun-tahun pertama sekolah. Perkembangan motorik pada anak usia prasekolah meliputi penggunaan beberapa otot yang berbeda secara terkoordinasi (Hurlock 1997). Pada kemampuan motorik kasar, anak prasekolah akan mampu berlari, berjalan naik dan turun dengan baik, serta anak mulai belajar untuk melompat. Pada kemampuan motorik halus, anak akan belajar untuk mencontoh lingkaran, silang, kotak, dan segitiga (Potter & Perry 2005). 2.1.2.2 Perkembangan psikososial Pada aspek perkembangan psikososial, tugas utama anak usia prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Bila tugas ini terpenuhi anak akan mampu mengeksplorasi lingkungan, keterampilan baru, dan teman baru dengan baik (Potter & Perry 2005; Wong, et al. 2009). Pada tahap ini anak belajar mengenal banyak gagasan dan aktivitas dengan cepat dan tepat. Anak akan berfokus pada kesuksesan bukan pada kegagalan sehingga anak akan terstimulasi untuk berinisiatif mengerjakan hal apapun untuk mendapatkan kesenangan yang sederhana (Sujiono 2009).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
2.1.2.3 Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang mengacu pada kemampuan anak untuk berpikir dan memberikan alasan (Sujiono, 2009). Perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran praoperasional. Tahap ini masih dibagi lagi menjadi dua fase yaitu, fase prakonseptual dan fase pikiran intuitif. Fase prakonseptual yaitu fase dimana anak-anak mulai menilai orang, benda, dan kejadian yang ada. Sedangkan pada fase pikiran intuitif anak telah mampu memikirkan hal yang lebih kompleks seperti mengelompokkan benda-benda berdasarkan warna atau ukuran (Potter & Perry 2005; Piaget 1952, dalam Wong, et al. 2009). Pada masa ini, anak prasekolah belajar untuk mengerti dunia di sekitar mereka melalui kegiatan eksplorasi lingkungan sekitarnya (Charleroy, et al. 2012) 2.1.2.4 Perkembangan moral Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, perilaku tentang konsep benar dan salah (Gibbs 2003, dalamSantrock 2007). Berdasarkan Teori Kohlberg (1958), anak-anak yang berusia di bawah 9 tahun menggunakan tingkatan
prakonvensional
sebagai
penalaran
tentang
moral.
Penalaran
prakonvensional merupakan tingkat terendah dari penalaran moral. Anak pada tahap prasekolah mulai belajar memahami tentang perilaku yang benar dan salah berdasarkan dari hasil yang nantinya didapat berupa hukuman (punishment) atau penghargaan (reward). Bila anak dihukum, maka perilaku tersebut adalah buruk dan sebaliknya tanpa memperhatikan makna tindakan tersebut. Selain itu, anak prasekolah cenderung berperilaku sesuai dengan kebebasan (Potter & Perry 2005; Santrock 2007; Wong, et al. 2009).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
2.1.2.5 Perkembangan spiritual Pada usia prasekolah pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama diamati dan dipelajari dari orang yang bermakna dalam hidup mereka, biasanya dari orang tua dan kegiatan praktik keagamaan. Pemahaman anak terhadap hal-hal spiritualitas dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya. Anak mulai mengenal konsep Tuhan, mengerti kisah sederhana mengenai keyakinan mereka, dan menghapal doa-doa singkat walaupun mereka belum mampu untuk memaknainya (Kenny 1999, dalam Wong et al. 2009). 2.1.2.6 Perkembangan citra tubuh Perkembangan citra tubuh merupakan hal yang penting dalam aspek perkembangan anak usia prasekolah. Anak prasekolah mulai paham keinginan akan penampilan yang sesuai dengan apa yang mereka mau dan enggan berpenampilan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Ketika anak telah mencapai usia 5 tahun, anak akan mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebayanya. Walaupun citra tubuh telah berkembang dengan baik, anak prasekolah belum mampu untukmendefinisikan ruang lingkup tubuhnya (Wong, et al. 2009). 2.1.2.7 Perkembangan seksualitas Perkembangan seksualitas bagi anak prasekolah merupakan fase yang penting bagi identitas seksual individu secara menyeluruh. Anak pada usia prasekolah memiliki kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin (Wong, et al. 2009). Sigmund Freud (1910, dalam Hapsari 2013) menyatakan bahwa anak usia 3 hingga 7 tahun berada pada perkembangan psikoseksual fase phallic. Pada fase
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
ini anak belajar memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, perkembangan psikoseksual anak prasekolah berfokus pada alat kelamin yang mereka miliki dan mereka akan mulai bertanya tentang hal tersebut yang nantinya dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku seksual anak. 2.1.2.8 Perkembangan sosial Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan seseorang dalam berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Untuk bisa bersosialisasi sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan sosial seseorang perlu melewati tiga proses sosialisasi antara lain (Hurlock 1997): 1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, 2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan 3) Perkembangan sikap sosial. Sejak usia 2 hingga 6 tahun, anak mulai belajar untuk membina hubungan sosial dan bergaul dengan orang di luar lingkungan rumah. Anak prasekolah cenderung lebih menyukai bergaul dengan anak-anak lain yang umurnya sebaya. Mereka belajar beradaptasi dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Pada masa prasekolah, hubungan yang telah dijalin anak dengan anak-anak lain akan meningkat dan dapat dijadikan sebagai penentu gerak maju perkembangan mereka. Menurut Hurlock (1997), pola perilaku dalam situasi sosial yang berkembang pada masa kanak-kanak awal antara lain: 1) Kerja sama Anak akan belajar bermain dan bekerja sama dengan anak lain yang sebaya hingga mereka berusia 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
anak untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat anak belajar bekerja sama. 2) Persaingan Persaingan bila digunakan sebagai dorongan bagi anak untuk berusaha sebaik-baiknya akan menambah sosialisasi mereka. Namun jika persaingan diekspresikan dengan pertengkaran, akan menciptakan sosialisasi yang buruk. 3) Kemurahan hati Pada masa kanak-kanak awal, kesediaan anak untuk berbagi sesuatu dengan sebayanya akan meningkat dibandingkan dengan sikap mementingkan diri sendiri. Kemurahan hati pada dasarnya akan menghasilkan penerimaan sosial. 4) Hasrat akan penerimaan sosial Apabila hasrat untuk diterima kuat, anak akan terdorong untuk bisa beradaptasi dengan tuntutan sosial. Hasrat penerimaan oleh orang dewasa akan muncul terlebih dahulu dan kemudian diikuti munculnya hasrat untuk diterima teman sebaya. 5) Simpati Anak usia dini cenderung mengekspresikan rasa simpati mereka dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih. 6) Empati Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan hal ini akan dapat berkembang apabila anak dapat memahami maksud pembicaraan orang lain.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
7) Ketergantungan Ketergantungan terhadap orang lain akan mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. 8) Sikap ramah Anak pada masa kanak-kanak awal akan cenderung menunjukkan sikap ramah mereka melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anak/orang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang pada mereka. 9) Sikap tidak mementingkan diri sendiri Pada masa kanak-kanak awal, anak akan belajar untuk memikirkan orang lain sekitarnya dan tidak memusatkan perhatian pada kepentingan mereka sendiri. 10) Meniru Anak akan cenderung meniru seseorang yang telah diterima baik oleh kelompok sosial agar mereka mampu mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka. 11) Perilaku kelekatan (attachment behavior) Anak pada masa kanak-kanak awal akan mengembangkan suatu kelekatan yang hangat kepada anak/orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka. Anak pada masa prasekolah telah mampu mengatasi rasa ansietas akibat bertemu orang asing dan ketakutan akan perpisahan. Mereka sudah mampu berhubungan dengan orang lain yang tidak dikenal di sekitar mereka dan memahami perpisahan singkat dengan orang. Anak prasekolah sudah mampu menghadapi perubahan dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, mereka mampu
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
melewati banyak ketakutan, fantasi, dan ansietas melalui kegiatan yang menyenangkan seperti bermain (Wong, et al. 2009).
2.2 Konsep Perkembangan Motorik Halus 2.2.1 Definisi motorik halus Motorik halus adalah suatu gerakan dengan menggunakan fungsi otot-otot halus. Baik tidaknya kemampuan motorik halus seorang anak dipangaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih (Dewi 2011). Dalam Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak disebutkan bahwa motorik halus merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan tertentu yang melibatkan fungsi otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang tepat dan cermat. Motorik halus termasuk dalam salah satu aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan demi tumbuh kembangnya pada tahap berikutnya (Saputri 2012). 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus Beberapa faktor dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus seorang anak. Faktor-faktor ini dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal, antara lain (Hurlock 1997;Apriastuti 2013; Lindawati 2013; Al-Hassan & Lanford 2009, dalam Sutrisno 2014; Taju, Ismanto, & Babakal 2015):
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
1) Faktor internal (1) Faktor genetik Setiap individu memiliki beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang peningkatan laju perkembangan motorik halus seperti kecerdasan. (2) Jenis Kelamin Pada umumnya sebelum melewati masa pubertas, pertumbuhan dan perkembangan anak akan lebih pesat pada anak perempuan. Hal ini akan berkurang perlahan-lahan mengikuti bertambahnya usia anak hingga pada akhirnya perbedaan tersebut hilang. (3) Faktor kesehatan pada periode pranatal Periode pranatal yang baik seperti gizi makanan ibu yang selalu tercukupi dengan baik, ibu dalam kondisi sehat, ibu tidak keracunan dapat mendorong perkembangan kemampuan motorik anak lebih cepat pada masa pasca natal. (4) Faktor kesulitan dalam melahirkan Proses melahirkan yang sulit seperti melahirkan dengan bantuan alat vacuum akan menimbulkan resiko bayi mengalami kerusakan otak sehingga perkembangan motorik bayi dapat terganggu. (5) Prematur Kelahiran sebelum waktunya biasanya dapat menyebabkan perkembangan motorik anak terlambat karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir lebih buruk dibandingkan perkembangan anak yang lahir tepat pada waktunya. (6) Kelainan Seorang individu yang memiliki kelainan baik fisik maupun psikis, sosial, dan mental biasanya akan mengalami gangguan juga pada perkembangan motorik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
2) Faktor eksternal (1) Kesehatan dan gizi Pada awal kehidupan pasca bayi lahir, kesehatan dan gizi yang baik perlu diperhatikan karena dua hal tersebut dapat mempercepat perkembangan motorik. (2) Stimulasi Anak perlu diberikan rangsangan, bimbingan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuhnya sehingga perkembangan motorik anak dapat berjalan dengan cepat. (3) Perlindungan Perlindungan orang tua terhadap anak yang terlalu berlebihan dapat mengganggu kebebasan anak dalam bergerak sehingga perkembangan motorik anak pun juga bisa terhambat. (4) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi dapat ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan anak. Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi orang tua dalam mendidik anak agar dapat mecapai tujuan yang diharapkan yaitu perkembangan anak sesuai dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya. Sedangkan ibu yang bekerja akan memiliki peran ganda sebagai wanita karir dan sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat muncul suatu dampak negatif yaitu ibu tidak dapat memberikan perhatian secara peuh pada anak ketika anak dalam tahap tumbuh kembang yang pesat.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2.2.3 Karakteristik perkembangan motorik halus anak prasekolah Setiap tahapan usia memiliki karakteristik perkembangan masing-masing. Karakteristik perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah antara lain (Wong,et al. 2009; Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014): 1) Usia 3 tahun Pada usia 3 tahun, anak akan mampu membangun menara dari 9 atau 10 kubus, membangun jembatan dengan tiga kubus, mampu menggambar, menjiplak lingkaran, menirukan gambar silang, memberi nama hal yang telah digambarnya. Selain itu anak mampu membuat lingkaran dengan karakteristik wajah namun belum mampu menggambar figur yang tepat. 2) Usia 4 tahun Pada usia 4 tahun, anak mampu menggunting gambar mengikuti garis, mengikat tali sepatu tetapi belum mampu membuat simpul. Dalam hal membuat gambar, anak usia 4 tahun akan mampu menjiplak bentuk segi empat, gambar silang, wajik, dan menambah tiga bagian untuk membentuk suatu gambar. 3) Usia 5 tahun Pada usia 5 tahun, anak sudah mampu mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dan pensil dengan sangat baik, menggambar wajik dan segitiga dengan baik, serta menambah 7 sampai 9 bagian untuk membentuk suatu gambar. Selain itu, anak juga mulai mampu menulis beberapa huruf, angka, atau kata seperti nama panggilan.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
4) Usia 6 tahun Pada usia 6 tahun, anak sudah mampu mengambar segi empat, menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap, dan menangkap bola kecil dengan kedua tangan. 2.2.4 Prinsip-prinsip perkembangan motorik halus Menurut Hurlock (1997) dan Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014, terdapat beberapa prinsip dalam perkembangan motorik, antara lain: 1) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf Perkembangan kegiatan motorik berjalan menyesuaikan perkembangan daerah sistem saraf yang berbeda. Karena perkembangan tulang belakang saat lahir berkembang lebih baik daripada otak, maka gerak reflek ketika lahir merupakan gerak yang lebih berkembang. Gerakan terampil belum dapat dikuasai oleh anak bila otot-otot anak belum berkembang dengan matang. Pada prinsipnya, apabila otot dan saraf sudah matang, maka kemampuan motorik anak akan dapat berkembang dengan baik. 2) Belajar kemampuan motorik tidak terjadi sebelum anak matang Mempelajari kemampuan motorik harus disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Semua upaya stimulasi yang diajarkan pada anak akan sia-sia apabila hal tersebut diberikan sebelum sistem saraf dan otot anak berkembang dengan baik. 3) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar Kematangan merupakan suatu proses intrinsik yang secara alami terjadi dengan sendirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing individu.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Belajar merupakan perkembangan yang diperoleh dari latihan dan usaha yang dapat membuat anak memiliki kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi diri, dalam hal ini adalah kemampuan motorik yang dimiliki anak. 4) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan Perkembangan
motorik
pada
dasarnya
mengikuti
hukum
arah
perkembangan yaitu cephalocaudal (perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki) dan proximodistal (perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari bagian proksimal ke distal seperti jari-jari). Perkembangan motorik secara cephalocaudal pada awalnya ditunjukkan dengan gerakan yang lebih besar pada kepala. Seiring dengan bertambah matangnya urat saraf, maka akan terdapat gerakan yang lebih banyak dan baik di area batang tubuh dan kemudian hingga daerah kaki. Sedangkan perkembangan motorik
secara
proximodistal
ditunjukkan
dengan
bayi
pada
awalnya
menggunakan bahu dan sikunya terlebih dahulu sebelum menggunakan pergelangan dan jari-jari tangannya. Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika seorang anak melakukan suatu aktivitas perkembangan seperti berjalan, hal tersebut akan selalu konsistern dengan laju perkembangannya. Misalnya, anak yang mampu duduk lebih awal akan dapat berjalan lebih awal dibandingkan dengan anak yang terlambat dalam kemampuannya untuk duduk. 5) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik Perkembangan motorik yang mengikuti pola yang dapat diramalkan memungkinkan untuk menetapkan norma bagi bentuk kegiatan motorik
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
berikutnya. Norma perkembangan motorik tersebut dapat digunakan oleh orang tua dan orang lain sebagai acuan dalam mengetahui apa yang dapat diharapkan dan pada usia berapa hal tersebut dapat diharapkan dari anak. 6) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik Walaupun perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang serupa untuk semua orang, akan tetapi perbedaan individu akan tetap terjadi dalam rincian pola tersebut. Hal ini tampak pada perbedaan umur pada saat seorang individu mencapai suatu tahap. Sebagian kondisi tersebut dapat mempercepat laju perkembangan motorik dan sebagian lagi memperlambatnya. 2.2.5 Tujuan peningkatan motorik halus Pada dasarnya tujuan peningkatan kemampuan motorik halus untuk anak prasekolah adalah agar anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuh dan kemampuan dalam mengkoordinasikan mata dan tangan dalam melakukan suatu hal (Partiyem 2014). Tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia prasekolah yaitu (Sumantri 2005, dalam Partiyem 2014): 1) Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berkaitan dengan keterampilan dalam menggerakkan kedua tangan. 2) Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jari tangan. 3) Anak mampu untuk mengkoordinasikan antara penggunaan mata dan aktivitas tangan. 4) Anak mampu mengendalikan emosi dalam melakukan akivitas yang merangsang motorik halus.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
2.2.6 Stimulasi perkembangan motorik halus Stimulasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merangsang anak usia 0 hingga 6 tahun dalam hal kemampuan dasar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak yang kurang mendapatkan stimulasi beresiko mengalami penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang permanen (Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014). Dalam memberikan stimulasi pada anak terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu (Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014): 1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang. 2) Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang terdekatnya. 3) Memberikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. 4) Stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan, dan tidak ada hukuman. 5) Stimulasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur anak. 6) Menggunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak. 7) Memberikan kesempatan yag sama pada anak laki-laki dan perempuan. 8) Memberikan anak pujian bahkan jika perlu diberikan hadiah atas keberhasilannya. Stimulasi penting untuk diberikan pada anak agar potensi anak dapat berkembang dan anak dapat melalui tingkat perkembangan yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. Perkembangan motorik halus dapat dilakukan dengan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
memberikan stimulasi yang prinsipnya adalah melatih koordinasi mata dan tangan serta kelenturan otot-otot halus tangan anak (Sumardiyah 2012). 2.2.7 Tes skrining perkembangan Denver II Tes skrining perkembangan yang paling sering digunakan oleh para petugas kesehatan adalah Denver II dikarenakan instrumen ini memiliki rentang usia yang cukup lebar mulai dari bayi baru lahir hingga anak berusia 6 tahun. Selain itu, Denver II menilai semua aspek perkembangan dengan reabilitas cukup tinggi (interrates reability = 0,99, test-retest reability = 0,90) (Soedjatmiko 2001). 2.2.7.1 Aspek perkembangan yang dinilai Terdapat 4 aspek perkembangan yang dinilai dalam Denver II, antara lain (Soedjatmiko 2001; IDAI 2009): 1) Gross motor (motorik kasar) Sektor ini meliputi gerakan yang memerlukan fungsi otot besar seperti duduk, berjalan, melompat dan sebagainya. 2) Fine motor (motorik halus) Pada sektor ini terdapat aspek koordinasi mata dan tangan, manipulasi dan memainkan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah. 3) Language (bahasa) Sektor ini meliputi aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, serta komunikasi verbal. 4) Personal social (Sosial Personal) Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan. Pada sektor ini terdapat aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus, dan kemandirian.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
2.2.7.2 Langkah-langkah pemeriksaan Langkah-langkah
dalam
melakukan
tes
skrining
perkembangan
menggunakan Denver II pada anak meliputi (Royhanaty 2010; Rahayu 2013): 1) Cantumkan tanggal pemeriksaan pada lembar penilaian Denver II. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. 2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. 3) Tarik garis vertikal berdasarkan umur kronologis yang memotong tugas perkembangan pada formulir Denver II. 4) Siapkan beberapa peralatan seperti kubus, manik-manik, pensil, dan sebagainya yang sesuai dengan item yang diujikan ke anak. 5) Instruksikan pada anak untuk melakukan tugas perkembangan pada tiap sektor dimulai dari yang paling mudah. Tugas perkembangan yang diujikan adalah 3 item di sebelah kiri garis umur, item yang berpotongan dengan garis umur, dan item di sebelah kanan garis umur hingga anak gagal. 6) Beri skor penilaian dan tuliskan pada lembar penilaian Denver II. 7) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor jumlah P (passed) dan F(failed). 2.2.7.3 Skoring Penilaian terhadap setiap item ditulis di kotak persegi panjang pada lembar Denver II yang meliputi (IDAI 2009):
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
1) Passed/lulus (P) Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya). 2) Failed/gagal (F) Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik. 3) No opportunity/tidak ada kesempatan (No) Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. 4) Refusal/menolak (R) Anak menolak untuk melakukan uji coba. Uji coba yang dilaporkan oleh ibu/pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan. 2.2.7.4 Interpretasi penilaian individual Interpretasi penilaian individual pada setiap item dalam Denver II meliputi (IDAI 2009; Royhanaty 2010): 1) Advanced/lebih Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di sebelah kanan garis umur dan dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
Gambar 2.1 Gambaran Advanced (Lebih) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
2) Normal Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah kanan garis umur.
Gambar 2.2 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II bila Anak Gagal atau Menolak Uji Coba di sebelah Kanan Garis Umur. Demikian juga bila anak lulus, gagal, atau menolak melakukan uji coba dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorikan normal.
Gambar 2.3 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II bila Anak Lulus, Gagal, atau Menolak Uji Coba pada Garis Umur antara Persentil 25 dan 75. 3) Caution/peringatan Bila seorang anak gagal atau menolak uji coba pada garis umur yang terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Gambar 2.4 Gambaran Caution (Peringatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. 4) Delayed/keterlambatan Bila seorang anak gagal atau menolak untuk melakukan uji coba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur.
Gambar 2.5 Gambaran Delayed (Keterlambatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. 5) No opportunity/tidak ada kesempatan Tidak ada kesempatan uji coba berdasarkan hasil laporan orang tua anak.
Gambar 2.6 Gambaran No Opportunity (Tidak Ada Kesempatan) pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. 2.2.7.5 Pengambilan kesimpulan Denver II Pengambilan kesimpulan hasil tes skrining perkembangan menurut Denver II memperhatikan nilai dari keempat sektor perkembangan (IDAI 2009; Royhanaty 2010).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
1) Normal Bila tidak ditemukan adanya keterlambatan dan atau paling banyak 1 caution. 2) Suspect (1) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 peringatan atau lebih dan 1 keterlambatan atau lebih. (2) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. (3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. 3) Untestable Apabila terjadi penolakan pada 1 atau lebih item uji coba di sebelah kiri garis umur atau menolak lebih dari 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah persentil 75 hingga 90.
2.3 Konsep Bermain 2.3.1 Definisi bermain Bermain adalah serangkaian perilaku yang kompleks dan multi dimensional yang mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan dengan sukarela atau tanpa paksaan agar anak merasa senang(Landreth 2001, dalam Zellawati 2011).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
2.3.2 Tujuan bermain pada anak usia prasekolah Pada dasarnya tujuan utama bermain adalah untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Poin penting dari kegiatan bermain pada anak adalah kreativitas dari anak-anak. Setiap anak usia prasekolah memiliki potensi kreatif akan tetapi perkembangannya berbeda atara satu anak dengan anak yang lain (Catron & Allen 1999, dalam Sujiono 2009). Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang memiliki pengaruh besar bagi perkembangan seorang anak. Bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kognitif anak. Fungsi bermain pada anak usia prasekolah antara lain(Sujiono 2009): 1) Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak sehingga perkembangan kemampuan motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan anak akan semakin baik. 2) Dapat mengembangkan keterampilan emosi, rasa percaya diri, dan keberanian untuk menghasilkan ide-ide baru. 3) Dapat mengembangkan kemampuan intelektual anak karena pada saat bermain, anak akan mengeksplorasi segala sesuatu yang ia temukan di lingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya. 4) Dapat mengembangkan kemandirian dan anak menjadi dirinya sendiri karena bermain akan menstimulasi anak untuk bertanya, mengamati lingkungan, belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya. Permainan
secara
langsung
akan
mempengaruhi
seluruh
area
perkembangan anak karena bermain akan memberikan kesempatan pada anak
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, serta lingkungannya. Selain itu, permainan akan memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, menggali potensi yang ada dalam dirinya, dan untuk perkembangan kreativitasnya (Cosby & Sawyer 1995, dalam Sujiono 2009). 2.3.3 Karakteristik bermain pada anak usia prasekolah Terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak, antara lain (Jeffree, McConkey, & Hewson 1984, dalam Sujiono 2009): 1) Bermain muncul dari dalam diri anak Kegiatan bermain harus muncul dari dalam diri anak sehingga anak akan menikmati kegiatan bermain dengan cara dan pemikirannya sendiri yang menandakan bahwa dalam bermain anak tidak mendapat unsur paksaan. 2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati Bermain pada anak harus terbebas dari segala macam aturan yang mengikat karena setiap anak memiliki cara bermainnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka inginkan. 3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya Saat bermain, anak melakukan aktivitas nyata. Bermain membutuhkan pastisipasi aktif dari anak baik secara fisik maupun mental 4) Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil Dalam kegiatan bermain, anak difokuskan pada proses yang dilakukan, bukan pada hasil yang dibuat oleh anak karena dalam bermain anak belajar untuk mengenal dan memahami apa yang ia mainkan. Selain itu, anak akan mendapatkan keterampilan baru dan mendapatkan pengetahuan dari apa yang ia mainkan sehingga perkembangan anak bisa semakin optimal.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
5) Bermain harus didominasi oleh pemain Bermain harus didominasi oleh anak sebagai pemain, tidak didominasi oleh orang dewasa karena jika bermain lebih didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari apa yang dimainkan. 6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain Dalam bermain, anak harus terjun secara langsung di dalamnya. Jika anak pasif, anak tidak akan memperoleh pengalaman baru karena bermain bagi anak adalah
upaya
yang
dilakukan
untuk
mengumpulkan
pengetahuan
dan
keterampilan baru. 2.3.4 Jenis bermain Jenis-jenis bermain pada anak antara lain (Hidayat 2008; Sujiono 2009; Zellawati 2011): 1) Bermain eksploratoris Bermain eksplorasi dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui beberapa cara yaitu: (1) Eksplorasi memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan halhal baru. (2) Eksplorasi memicu rasa ingin tahu anak. (3) Eksplorasi membantu anak mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya. (4) Eksplorasi mendorong anak untuk belajar keterampilan baru.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
2) Bermain energetik Jenis bermain ini melibatkan koordinasi seluruh otot tubuh anak dan membutuhkan energi yang banyak, seperti memanjat, melompat, dan bermain bola. Manfaat yang dapat diambil dari bermain energetik antara lain: (1) Permainan energetik membantu anak untuk menjadi penjelajah yang aktif dalam lingkungannya. (2) Permainan energetik dapat membantu anak dalam mengendalikan tubuhnya. (3) Permainan energetik membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian yang berbeda pada tubunya. 3) Bermain keterampilan Bermain keterampilan dilakukan dengan memanfaatkan objek yang dapat melatih kreasi dan keterampilan anak dalam segala hal. Bermain jenis ini sifatnya aktif karena anak akan selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu. Bermain keterampilan dapat mengurangi keputusasaan, meningkatkan kemandirian anak, menambah keterampilan baru untukmeningkatkan kepercayaan diri anak, dan membantu anak dalam belajar karena bermain keterampilan menuntut anak untuk memegang suatu bahan secara langsung. 4) Bermain drama Bermain drama dilakukan anak dengan berpura-pura dalam berperilaku. Permainan ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dengan baik dan telah mengenal kehidupan sosial. 5) Bermain konstruksi Bermain konstruksi bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar menjadi konstruksi yang besar. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak akan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
selalu terpacu untuk menyelesaikan setiap tugas yang ada dalam permainan. Selain itu, permainan ini dapat meningkatkan kecerdasan pada anak. 6) Bermain sosial Penting bagi seorang anak untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain disekitarnya selain dirinya. Bermain sosial merupakan dasar dari seluruh pembelajaran sosial yang didalamnya mengandung unsur interaksi antara dua orang atau lebih. Hal penting yang bisa diperoleh anak melalui kegiatan bermain sosial antara lain: (1) Sebagai sarana bagi anak untuk belajar dari orang lain. (2) Mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi. (3) Membuat anak lebih mampu bersosialisasi dengan orang lain. (4) Membantu anak untuk mengembangkan persahabatan. 7) Bermain imajinatif Bermain dengan imajinasi merupakan jenis bermain yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dunia mereka melalui perasaan, pikiran, dan logika mereka. Bermain imajinasi dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa, memahami orang lain, mengembangkan kreativitas, serta dapat membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri. 8) Bermain soliter/mandiri Bermain mandiri merupakan bermain yang dilakukan sendiri oleh anak yang hanya berfokus pada permainannya tanpa memedulikan orang lain. Permainan ini sifatnya aktif dan bermanfaat dalam menciptakan kemandirian pada diri anak.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
9) Bermain teka-teki Bermain teka-teki memiliki manfaat yang penting bagi anak karena dengan bermain teka-teki, kemampuan berpikir anak akan lebih berkembang, rasa ingin tahu anak akan lebih besar, dan anak akan menjadi lebih mandiri. 2.3.5 Minat bermain pada anak usia prasekolah Pada saat memasuki usia 3 tahun, anak akan semakin mandiri dan mulai menjalin kedekatan dengan teman-teman seusianya. Pada tahapan ini anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan hal apa yang telah mampu dan belum mampu untuk dilakukan. Pola kegiatan bermain anak juga berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lainnya tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Pada akhir usia 4 tahun, anak berada pada tahapan bermain asosiatif. Pada tahap ini, akan terdapat interaksi dalam kelompok bermain walaupun masih sering terjadi konflik menuju ke tahapan bermain kooperatif. Anak mulai dapat mendengarkan dan merespon anak lain serta anak mulai mampu untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Kemampuan dan minat anak pada usia 4-6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti, sehingga banyak hal yang layak diberikan untuk menstimulasi anak pada usia tersebut. Pada anak normal, anak pada usia ini telah mencapai kematangan pada seluruh kemampuan. Anak pada rentang usia ini senang melakukan eksplorasi terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan yang
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
dapat dirasakannya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya yang besar (Sujiono 2009).
2.4 Konsep Terapi Seni (Art Therapy) menggunakan Kolase dan Clay 2.4.1 Definisi terapi seni Menurut American Art Therapy Association (AATA), terapi seni (art therapy) merupakan bentuk psikoterapi yang menggunakan unsur penciptaan seni bagi orang-orang yang mengalami trauma, sakit, serta bagi orang-orang yang ingin mengembangkan diri mereka. Aktivitas membuat karya seni dan berpikir mengenai proses serta media yang digunakan dalam menghasilkan sebuah karya seni dapat mengembangkan kemampuan kognitif, meningkatkan kesadaran, dan membantu mereka mengatasi keterbatasan yang diakibatkan oleh keadaan cacat atau penyakit (Edwards 2004). Terapi seni adalah suatu terapi ekspresif dengan memanfaatkan penggunaan bahan-bahan dalam pembuatan seni, seperti cat, kapur, spidol, dan lain sebagainya. Terapi seni merupakan gabungan antara teori psikoterapi tradisional dan teknik melalui pemahaman akan aspek-aspek psikologis dari unsur kreativitas (Malchiodi 2009). 2.4.2 Macam-macam media dalam terapi seni Berbagai macam media seni yang dapat digunakan dalam terapi seni antara lain (Moon 2010, dalam Kim 2014): 1) Buku Buku dapat dijadikan salah satu media dalam terapi seni yang dilakukan dengan mengubah buku yang sudah ada dengan berbagai bahan.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
2) Clay Claymerupakan media seni 3 dimensi yang menawarkan kesempatan bagi seseorang untuk memandang benda-benda dan lingkungan sekitar dengan cara yang baru. 3) Kolase Kolase merupakan media seni 2 dimensi
yang dibuat dengan
menempelkan benda-benda kecil (daun, kerikil, kertas, koran, majalah, dan sebagainya) diatas sebuat kertas biasa atau kertas karton. 4) Menggambar Menggambar merupakan media yang paling sering digunakan dalam pelaksanaan terapi seni. Menggambar melibatkan peran keterampilan motorik seseorang. 5) Fiber arts Terapi seni dengan media serat dapat dilakukan dengan menjahit, menenun, merajut, membatik, dan membordir yang melibatkan proses taktil yang kuat. 6) Barang bekas Merubah suatu barang biasa yang ditemukan menjadi barang luar biasa dapat membantu seseorang yang depresi. 7) Kaca Kaca merupakan media terapi seni yang tidak umum digunakan, namun kaca memiliki potensi simbolis sebagai hasil dari sifatnya yang transparan, tembus, dan rapuh.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
8) Topeng Membuat topeng merupakan kegiatan yang dapat membantu seseorang untuk menemukan aspek yang tersembunyi dari dalam dirinya, meningkatkan kesadaran diri, menyembunyikan rasa kesulitan, dan menciptakan simbol perlindungan. 9) Bahan alami dari lingkungan Beberapa bahan alami seperti bunga, batu, dan lain-lain dapat digunakan dalam terapi seni. 10) Seni pertunjukkan Seni pertunjukan dapat dijadikan media bagi seseorang yang ingin menggali emosi melalui karya seni. 11) Fotografi Fotografi dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran diri dan memberikan beragam perspektif tentang kehidupan seseorang. 12) Grafis Seni grafis melibatkan proses yang sederhana dan juga memungkinkan seseorang untuk menghasilkan gambar yang sama berulang kali. 13) Wayang Media seni wayang dapat digolongkan menjadi seni 2 dimensi maupun 3 dimensi yang dapat diakui sebagai bagian dari kehidupan dan lingkungan seseorang. 14) Media teknologi (Video dan film) Media teknologi membuat seseorang jarang atau sedikit menggunakan keterampilan manual dan konseptual. Akan tetapi disamping itu, media teknologi
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan. 2.4.3 Terapi seni 2 dimensi dan 3 dimensi Terapi dengan menggunakan seni rupa dapat berupa seni rupa 2 dimensi maupun 3 dimensi. Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni rupa dengan dimensi panjang dan lebar, yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Media yang dapat digunakan sebagai terapi seni 2 dimensi antara lain, menggambar, melukis, kolase, dan lain sebagainya(Kim 2014; Cosa 2012). Sedangkan terapi seni rupa 3 dimensi adalah sebuah terapi yang menggunakan karya seni rupa yang memiliki volume dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi sebagai medianya. Bahan yang dapat digunakan dalam membuat seni 3 dimensi antara lain batu, kayu, clay (tanah liat), kain, kaca, bahan daur ulang atau biji-bijian (Kim 2014; Cosa 2012). 2.4.4 Manfaat terapi seni Selama bertahun-tahun, terapi seni terbukti menjadi media terapi yang sesuai dengan tahap perkembangan bagi anak-anak dan remaja. Penggunaan seni dalam terapi menyediakan tempat yang aman bagi anak-anak untuk menuangkan pikiran, perspektif, dan ide mereka tentang dunia. Bagi anak-anak, bereksperimen dengan bebas merupakan hal yang penting dalam pemahaman terhadap ekspresi. Hal tersebut memungkinkan anak-anak untuk bisa benar-benar melepaskan dan menyampaikan apa yang mereka rasakan dengan cara yang sehat dan tepat. Seni juga meyediakan kesempatan bagi anak-anak untuk bertindak impulsif, yaitu tindakan yang dilakukan atas dorongan untuk mengekspresikan keinginan. Selain
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
itu, terapi seni bermanfaat sebagai pembelajaran bagi anak agar dapat menetapkan dan mempertegas batas-batas diri. (March 2000; Rubin 2005,dalam Rabin 2012). Seni telah banyak diketahui dapat menjadi terapi yang bermanfaat untuk berbagai macam gangguan pada anak-anak. Sejumlah studi kasus mendukung adanya efek positif dari terapi seni bagi anak dengan perilaku agresif. Anak-anak dengan gangguan perilaku biasanya menggunakan seni sebagai media mereka untuk berkomunikasi karena ketidakmampuan mereka berkomunikasi secara verbal. Seni dapat memberikan kesempatan bagi anak dengan gangguan perilaku untuk mengekspresikan kesedihan, kemarahan, frustasi, ketakutan, rasa tidak aman, dan perasaan lainnya tanpa membahayakan diri mereka (Kramer 1971; Ambridge 2001, dalam Rabin 2012). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa seni bermanfaat dalam memperkuat tekad, rasa percaya diri, kemandirian, harga diri, sikap asertif. Selain itu, terapi seni juga bermanfaat dalam memperbaiki suasana hati karena seni memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan makna dan perasaan melalui gambar yang telah dibuat (Ha 2013). Pada institusi pendidikan, terapi seni digunakan pada anak-anak dengan keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Beberapa sekolah telah memasukkan terapi seni sebagai upaya pelayanan terhadap anak-anak dengan gangguan perilaku, emosi, dan akademik (Wadeson 2010, dalam Ramirez 2013). Menurut Seefeldt & Wasik (2008) melalui seni anak usia dini dapat belajar berbagai macam hal, antara lain:
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
1) Belajar mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan cara yang baik dan aman serta anak akan mampu menangani perasaan yang negatif melalui tindakan positif. 2) Meningkatkan kendali otot halus dan menguatkan koordinasi motor tanganmata. Memegang alat-alat dalam membuat suatu karya seni seperti cat, krayon, gunting, dan lainnya dapat membuat anak memperoleh keterampilan untuk kegiatan menulis awal. Selain itu, anak juga akan memiliki perasaan bahwa mereka mampu mengendalikan diri sendiri dan dunianya dikemudian hari. 3) Mengembangkan kemampuan perseptif melalui kesadaran anak akan bentuk, warna, rupa, garis, dan tekstur. 4) Merasa diberikan kesempatan untuk memilih cara dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga anak akan melakukan banyak pilihan dan memiliki banyak keputusan. 5) Memiliki kesadaran bahwa lewat seni, kebudayaan itu diwariskan. Dengan mengenal budaya, anak akan belajar asal-usul diri mereka sendiri. 2.4.5 Terapi seni bagi perkembangan motorik halus Terapi
seni
dapat
dijadikan
sebagai
sarana
alternatif
untuk
mengekspresikan diri bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dirinya melalui kata-kata seperti pada anak-anak, lansia, seseorang dengan gangguan belajar dan perkembangan, serta pada orang dengan gangguan jiwa (Farokhi 2011, dalam Ha 2013). Dalam institusi pendidikan, terapi seni
dimanfaatkan
sebagai
stimulasi
bagi
anak-anak
yang
mengalami
keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar (Wadeson 2010, dalam
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Ramirez 2013). Selain itu, seni yang diterapkan sebagai terapi dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik pada anak dengan spektrum autisme (Tubbs 2008, dalam Rabin 2012). 2.4.6 Kolase 2.4.6.1 Definisi kolase Kolase merupakan salah satu jenis seni rupa 2 dimensi yang dapat dijadikan sebagai salah satu jenis latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak (Jumadilah 2010). Kolase merupakan suatu bentuk karya seni rupa dimana potongan-potongan benda direkatkan pada alas yang permukaannya rata untuk menyampaikan gagasan atau perasaan atau menyusun suatu pengalaman. Kolase merupakan salah satu media seni 2 dimensi yang paling diminati anak-anak usia 3 hingga 5 tahun. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun suatu kolase bermacam-macam, seperti kertas biasa, kain, barang-barang bekas, dan sebagainya dapat ditempelkan pada kertas bangunan biasa atau karton sebagai alas (Seefeldt & Wasik 2008). 2.4.6.2 Manfaat kolase bagi motorik halus Kegiatan membuat kolase pada dasarnya terdiri dari 3 aspek aktivitas yang harus dipenuhi yaitu menjepit, mengelem, dan menempel. Ketiga aktivitas tersebut memiliki manfaat positif dalam melatih koordinasi otot-otot halus pada jari-jari tangan anak. Selain itu, dengan membuat kolase anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses membuat kolase yang menuntut anak untuk menempel benda-benda dalam ukuran kecil sehingga kemampuan motorik halus anak nantinya dapat berkembang menjadi lebih baik lagi (Susanto 2002, dalam Jumadilah 2010).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Jumadilah (2010) membuat kolase juga bermanfaat dalam mempersiapkan anak untuk memasuki pelajaran menulis permulaan. 2.4.6.3 Alat dan bahan pembuatan kolase Alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat kolase antara lain (Nicholson 2005; Paat 2007): 1) Kertas karton atau kardus sebagai alas kolase. 2) Berbagai macam kertas seperti koran, majalah, kertas minyak, tisu sebagai bahan yang ditempel pada alas kolase. 3) Bahan-bahan seperti batu, daun kering, kacang-kacangan kering, kardus telur, dan bahan lain yang sudah tidak digunakan sebagai bahan yang ditempel pada alas kolase. 4) Gunting kertas. 5) Lem kertas, lem PVA. 6) Pensil. 2.4.6.4 Langkah-langkah pembuatan kolase Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat kolase antara lain (Nicholson 2005;Paat 2007): 1) Membuat sketsa gambar yang diinginkan pada kertas yang akan digunakan sebagai alas kolase. 2) Jika bahan yang akan ditempel pada alas adalah kertas, buat juga sketsa gambar yang diinginkan pada kertas tersebut. 3) Gunting berbagai sketsa tadi sesuai dengan bentuk-bentuk yang telah dibuat.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
4) Susun guntingan-guntingan kertas atau bahan lain (batu, kacang-kacangan kering, daun kering, dan sebagainya) pada kertas yang dijadikan sebagai alas kolase. 5) Berikan sedikit lem dan tempelkan bahan-bahan tersebut satu per satu. Bila menginginkan susunan gambar yang saling menunpuk, gambar yang memiliki ukuran lebih besar ditempelkan terlebih dahulu diikuti dengan gambar yang berukuran lebih kecil. 2.4.7 Clay 2.4.7.1 Definisi clay Clay sebenarnya memiliki arti tanah liat. Namun dalam perkembangannya clay digunakan untuk menyebut adonan yang teksturnya menyerupai tanah liat (Wahyuningsih 2012, dalam Muafifah 2013). Clay termasuk dalam salah satu jenis terapi seni yang menggunakan media 3 dimensi (Kim 2014). Kegiatan membuat clay merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan memuaskan bagi anak usia dini. Membuat clay dapat membuat anak merasakan suatu pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat untuk penguatan otot-otot halus anak (Koster 1999,dalam Seefeldt & Wasik 2008). Clay dapat terbuat dari berbagai macam jenis bahan sehingga clay dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan bahan yang digunakan, yaitu: 1) Paper clay Paper clay merupakan clay yang terbuat dari bahan dasar kertas dengan karakteristik bila mengering menjadi ringan, permukaannya sulit diratakan, bisa dihaluskan dengan menggunakan amplas. Bahan-bahan yang dapat digunakan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
untuk membuat clay jenis ini antara lain limbah kertas, tepung tapioka, natrium benzoat, lem PVAC, dan air (Nurhadi 2009). 2) Polymer clay Polymerclay merupakan clay yang tersedia dalam berbagai warna dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pengeringan clay jenis ini cukup sulit karena menggunakan oven untuk pemanggangan (Wahyuni 2013). 3) Lilin malam Lilin malam merupakan salah satu jenis clay dengan berbagai macam warna yang sering digunakan anak-anak. Clay jenis ini mudah didapatkan dan mudah dibentuk. Selain mudah dibentuk, bentuk akhirnya akan tetap lunak sehingga dapat diolah kembali (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013). 4) Air dry clay Clay ini sering disebut dengan clay Jepang atau clay Korea karena clay jenis ini berasal dari 2 negara tersebut. Pengeringan clay jenis ini juga cukup mudah dengan diangin-anginkan saja (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013). 5) Jumping clay Jumping clay merupakan salah satu jenis clay yang aman digunakan anakanak. Jumplingclay tersedia dalam beberapa warna yang lebih cerah dibandingkan clay jenis lain. Clay jenis ini memiliki tekstur yang lembut, jika diangin-anginkan akan kering dan tidak dipergunakan kembali (Wahyuni 2013). 6) Plastisin (Clay tepung) Clay jenis ini hampir sama dengan lilin malam tetapi teksturnya tidak selunak lilin malam. Bentuk clay lebih mantap dan lebih keras. Clay jenis ini
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
dapat dibuat sendiri berbahan dasar tepung dan dapat dikeringkan hanya dengan diangin-anginkan (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013). 2.4.7.2 Manfaat clay bagi motorik halus Menurut penelitian yang telah dilakukan Wahyuningsih (2012) kegiatan membuat clay dapat dijadikan sebagai stimulasi dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang (Muafifah 2013). Clay memiliki tekstur yang lembut yang dapat memudahkan anak untuk meremas, mencubit, serta membentuk berbagai bentuk sesuai dengan apa yang mereka inginkan sehingga kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada pergelangan dan jari-jari tangan anak terstimulasi untuk menjadi lebih berkembang (Partiyem 2014). Berdasarkan hasil penelitian Putri (2014) dengan bermain plastisin, anak akan belajar meremas, menipiskan, dan merampingkan adonan. Selain itu, anak akan dapat membangun konsep tentang benda, perubahannya, dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Dalam bermain plastisinanak melibatkan indera tubuhnya, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, serta mengenali kekekalan benda. 2.4.7.3 Alat dan bahan pembuatan clay Alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat sebuah clay antara lain (Schubert 2009): 1) Adonan clay dengan berbagai macam jenis dan warna yang diinginkan. 2) Sedotan, digunakan sebagai kaki atau leher burung, tangkai bunga, atau sebagai penekan untuk membentuk titik atau garis. 3) Tusuk gigi, digunakan sebagai penyangga bagian atau penghubung antara bentuk malam yang satu dengan bentuk yang lain.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
4) Plastik mika atau meja sebagai alas saat anak membuat clay. 5) Penggilas atau spidol, digunakan untuk menggulung adonan dan ujungnya dapat digunakan untuk membentuk bulatan. 6) Gunting kecil, digunakan untuk membelah adonan clay. Gunakan gunting kecil yang ujungnya tidak lancip supaya aman digunakan anak. 7) Pensil, bagian lancipnya digunakan untuk melubangi adonan clay. 8) Alat ukir, digunakan untuk memotong dan menekan adonan clay. 2.4.7.4 Teknik dasar pembuatan clay Membuat clay dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik dasar antara lain (Schubert 2009): 1) Memulung Memulung merupakan teknik yang dilakukan untuk membuat sebuah bulatan dengan menggunakan telapak tangan. 2) Menggilas Teknik ini bertujuan untuk membentuk adonan menjadi lembaran yang tipis dengan bantuan batang kayu bulat atau spidol. Menggilas memiliki 2 teknik yaitu menggilas dengan ketebalan yang sesuai dengan keinginan dan menggilas dengan pengukur ketebalan. 3) Menekan Menekan dilakukan untuk membuat cekungan pada adonan clay menggunakan jari tangan dan/atau telapak tangan. Menekan juga memiliki beberapa teknik yaitu menekan dengan telunjuk, menekan dengan telunjuk disertai tarikan, menekan dengan telunjuk dan telapak tangan, menekan dengan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
jempol, menekan dengan tumit telapak tangan, dan menekan dengan alat (pensil, tutup botol, kancing, sisir, dan sebagainya). 4) Meremas Teknik ini dilakukan dengan cara meremas-remas atau menekan dengan ujung jari sampai mencapai bentuk yang diinginkan. 5) Melinting Melinting dilakukan dengan menggunakan beberapa jari tangan, telapak tangan, atau alat untuk membentuk lintingan panjang. 6) Menggunting Menggunting dilakukan dengan memotong langsung adonan clay dengan gunting atau dapat juga dilakukan dengan menempelkan adonan clay pada kain kasa kemudian digunting. 7) Memotong Teknik ini dilakukan dengan memotong adonan clay dengan alat ukir atau lembaran mika sesuai dengan bentuk yang diinginkan. 8) Mengukir Teknik ini dilakukan dengan mengukir adonan clay dengan bantuan alat ukir atau pensil. 9) Menyambung Teknik ini dilakukan dengan menyambung secara langsung antara malam dengan malam atau bisa menggunakan bantuan tusuk gigi, lidi, serpihan bambu, sedotan, dan kayu.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
10) Menempel Menempel adonan clay yang sudah atau yang belum dibentuk ke tempat yang diinginkan.
2.5 Konsep Teori Imogene M. King 2.5.1 Konsep Theory of Goal Attainment Imogene M. King pada tahun 1971 mengembangkan suatu teori dengan konsep Human Interaction Model yang kemudiandikembangkan menjadiTeori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment) yang sifatnya terbuka dan dinamis. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) teori King terdiri atas tiga sistem interaksi yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems (grup), dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dan lain-lain).
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Dynamic Interacting Systems.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Berdasarkan kerangka kerja konseptual dan asumsi dasar human being, King menyatukan keduanya menjadi Teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment) dengan elemen utamanya adalah sistem interpersonal, dimana dua orang (perawat dan klien) yang tidak mengenal satu sama lain bersama dalam mempertahankan status kesehatannya sesuai fungsi dan perannya. Sistem interpersonal ini terdiri dari interaksi antar manusia. Semakin banyak jumlah individu yang berinteraksi, maka kompleksitas interaksi juga akan meningkat. Dalam proses ini, individu yang saling berinteraksi akan menetapkan tujuan dan berupaya mencapainya bersama-sama. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain akan timbul aksi yang kemudian berlanjut menjadi sebuah reaksi dari orang yang saling berinteraksi tersebut.Perkembangan reaksi ini akan menentukan apakah interaksi dapat berlanjut atau tidak. Jika interaksi berlanjut, maka transaksi akan terjadi. Intensitas interaksi antara perawat dan klien merupakan kunci dari penetapan dan pencapaian tujuan keperawatan (Alligood & Tomey 2006; Nursalam 2013;Garcia et al. 2014).
Gambar 2.8 Kerangka KonsepTheory of Goal Attainment(Imogene M. King).
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Theory of Goal Attainment mengandung sembilan konsep utama yang meliputi (Nursalam 2013): 1) Interaksi, suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungannya. 2) Persepsi, gambaran seseorang tentang realita dan berhubungan dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika, dan latar belakang pendidikan. 3) Komunikasi, suatu proses pertukaran informasi dari seseorang ke orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 4) Transaksi, merupakan interaksi yang mempunyai maksud untuk mencapai tujuan tertentu. 5) Peran, serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. 6) Stres, suatu keadaan yang terjadi akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya. 7) Tumbuh kembang, perubahan individu yang sifatnya kontinyu. 8) Waktu, urutan kejadian/peristiwa dari satu masa ke masa yang akan datang yang dianggap sebagai pengalaman unik dari setiap manusia. 9) Ruang, merupakan tempat atau area terjadinya interaksi antara perawat dengan klien. 2.5.2 Aplikasi teori Imogene M. King Theory of Goal Attainment yang digagas oleh Imogene M. King dapat diaplikasikan pada perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui:
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
1) Persepsi Persepsi berkaitan dengan gambaran seseorang tentang objek, orang, dan kejadian-kejadian. Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ditemukan beberapa masalah seperti anak belum mampu memegang pensil dengan benar, menggambar bentuk lingkaran, menyusun kubus, dan menggambar orang dengan bagian-bagiannya. Hal tersebut menyebabkan munculnya pandangan peneliti tentang adanya masalah perkembangan pada anak usia prasekolah terutama pada aspek perkembangan motorik halus. 2) Judgement Persepsi yang telah diterima oleh individu akan menimbulkan sebuah keputusan yang pada akhirnya akan menimbulkan aksi. 3) Aksi Pada tahap ini, peneliti memberikan stimulasi perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan media kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan media clay. Kolase dan clay diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 4) Reaksi Suatu respon dari individu atas adanya aksi. Melalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan media kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan media clay kendali otot-otot halus tangan anak pada sistem saraf pusat akan terstimulasi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan motorik halusnya. 5) Interaksi Suatu bentuk komunikasi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungannya. Anak yang diberikan terapi
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase akan terlatih untuk menjepit, mengelem, dan menempel. Sedangkan anak yang diberikan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan mediaclay akan terlatih untuk meremas, mencubit dan membentuk adonan. Dari interaksi tersebut, kekuatan dan kelenturan otot halus pada tangan anak akan meningkat. Selain itu, koordinasi motor antara tangan dan mata akan meningkat sehingga kemampuan motorik halus anak dapat meningkat dan optimal yang dapat membantu anak melewati
tugas
perkembangan di tahap selanjutnya. 6) Transaksi Merupakan interaksi antara perawat dan klien yang mempunyai maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya interaksi sebanyak 4 kali dalam satu bulan antara peneliti sebagai terapis dan siswa sebagai klien dalam proses terapi seni rupa menggunakan kolase dan clay diharapkan kemampuan perkembangan motorik halus anak akan meningkat. 7) Feedback Feedback atau umpan balik merupakan unsur yang penting dalam menentukan keberhasilan interaksi yang telah dilakukan. Unsur ini dapat menilai apakah interaksi yang telah berlangsung antara peneliti dan anak berhasil atau gagal. Dalam penelitian ini umpan baliknya berupa hasil tes skrining perkembangan anak khususnya sektor motorik halus menggunakan instrumen Denver II.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
2.6 Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Metode (Desain, Judul Artikel; No. Sampel, Variabel, Penulis; Tahun Instrumen, Analisis) 1. J: Pengaruh Terapi Desain: PreBermain: Origami Experimental dengan terhadap desain one group pretestPerkembangan post test Motorik Halus dan Sampel: Anak usia 4-5 Kognitif Anak Usia tahun TK Aisyiyah 24 Prasekolah (4-5 BP Wetan sebanyak 24 Tahun) anak yang dipilih dengan P: Yuanita Syaiful, cara purposive sampling. Amila Widati, Dwi Wahyuni Variabel: Rahmawati. a. Variabel bebas: Terapi bermain T: 2011 origami. b. Variabel terikat: Perkembangan motorik halus dan kognitif. Instrumen: SOP terapi bermain origami modifikasi dari Hirai, lembar observasi untuk anak usia 4 tahun, lembar observasi untuk anak usia 5 tahun. Analisis: Uji Wilcoxon Signed Rank Test. 2. J: Pengaruh Alat Desain: PraPermainan Experimental dengan Edukatif terhadap desain one group pretestAspek post test. Perkembangan Sampel: Besar sampel pada Anak Pra sebanyak 17 responden Sekolah di Wilayah dengan menggunakan Puskesmas Ondong teknik purposive Kabupaten sampling. Kepulauan Siau Variabel: Tagulandang Biaro a. Variabel bebas: Alat P: Sry Nur Hasana permainan edukatif Sain, Amatus Yudi b. Variabel terikat: Ismanto, Abram Perkembangan anak Babakal pra sekolah.
SKRIPSI
Hasil Penelitian Ada pengaruh terapi bermain dengan origami terhadap perkembangan motorik halus dan kognitif anak usia pra sekolah (4-5 tahun) (p = 0,001).
Ada pengaruh alat permainan edukatif terhadap aspek perkembangan anak pra sekolah sebelum dan sesudah pemberian stimulasi (p = 0,000 < = 0,05).
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T: 2013
SKRIPSI
3.
J: Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dengan Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok B PAUD Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang P: Partiyem T: 2014
4.
J: Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Metode Bermain Plastisin pada Siswa Kelompok B TK Masyithoh 02 Kawunganten Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 P: Siti Rochayah T: 2012
Instrumen: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Analisis: Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Desain: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sampel: Kelompok B PAUD Istiqomah sebanyak 20 siswa. Variabel: a. Variabel bebas: Kegiatan bermain plastisin. b. Variabel terikat: Peningkatan kemampuan motorik halus. Instrumen: Lembar observasi pemantauan kecerdasan motorik halus & proses pembelajaran. Analisis: -
Desain: Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sampel: Siswa kelompok B TK Masyitoh 02 sebanyak 23 siswa. Variabel: c. Variabel bebas: Metode bermain plastisin. d. Variabel terikat: Kreativitas anak. Instrumen: Lembar observasi guru kelas, kreativitas anak, dan keterlibatan anak. Analisis: Analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
57
Pada siklus I yang memperoleh nilai B pada aspek kemampuan motorik halus memegang dan memanipulasi bendabenda sebesar 37,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 72,5%. Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan pada siklus I yang memperoleh nilai B sebesar 35% dan meningkat sebesar 77,5% pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa dengan kegiatan bermain plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa bermain plastisin dari tanah liat dapat meningkatkan kreativitas pada siswa TK Masyitoh 02 kelompok B pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Hal ini dapat dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada kondisi awal dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I meningkat
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
5.
J: Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Permainan Plastisin Warna di Kelompok B Taman KanakKanak Pertiwi Curup Kabupaten Rejang Lebong P: Eri Putri T: 2014
Desain: Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sampel: Siswa Kelompok B TK Pertiwi Curup Kabupaten Rejang Lebong dengan jumlah 16 orang. Variabel: a. Variabel bebas: Permainan plastisin warna. b. Variabel terikat: Peningkatan kreativitas anak. Instrumen: Lembar observasi kreativitas anak. Analisis: Analisis deskriptif.
6.
J: Pengaruh Kegiatan Kolase dengan Media Daun Kering Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK BAP Karang Dalam Sampang P: Riskiyah Ayu Abanda Syahlana, Mas’udah
Desain: PraExperimental dengan desain one group pretestpost test. Sampel: Siswa kelompok B TK BAP Karang berjumlah 17 siswa. Variabel: a. Variabel bebas: Kolase dengan media daun kering. b. Variabel terikat:
58
jadi 14 siswa (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 21Siswa (90%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah selesai tindakan pada siklus I, baru 7 anak dari 16 anak, atau baru 43,75% anak yang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan 56,25% anak masih mengalami kesulitan dalam bermain plastisin warna. Pada Siklus II sebesar 81,25% anak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan guru, dan sebesar 75% anak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi dan keindahanpun memperoleh hasil 75%, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bermain plastisin warna dari lilin plastisin dapat meningkatkan kreativitas anak pada Kelompok B TK Pertiwi Curup Kabupaten Rejang Lebong. Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan motorik halus anak kelompok B pada saat sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan sesudah diberikan perlakuan (post-test) dengan kegiatan kolase menggunakan media daun kering diperoleh nilai pre-test 142 dan
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
T: 2014
Kemampuan motorik halus anak. Instrumen: Lembar observasi kemampuan motorik halus anak. Analisis: Uji Wilcoxon Signed Rank Test.
7.
J: Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Konkret melalui Kegiatan Kolase untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus P:Ni Wayan Misiyanti, Desak Putu Parmiti, I Nyoman Wirya T: 2014
8.
J: Peningkatan Kemampuan Motorik Halus sebagai Persiapan Menulis Permulaan melalui Keterampilan Kolase pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas 1 di SLB Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 P: Jumadilah T: 2010
Desain: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sampel: Siswa Kelompok B Semester II TK Weda Purana Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 berjumlah 10 siswa. Variabel: a. Variabel bebas: Metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase. b. Variabel terikat: Perkembangan motorik halus. Instrumen: Lembar observasi perkembangan motorik halus. Analisis: Analisis deskriptif kuantitatif. Desain: Penelitian tindakan (action research). Sampel: 5 orang siswa kelas 1 tunagrahita di SLB Negeri Sragen. Variabel: a. Variabel bebas: Keterampilan kolase. b. Variabel terikat: Peningkatan kemampuan motorik halus sebagai persiapan menulis permulaan.
59
nilai post-test 209 sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan kolase dengan media daun kering berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK BAP Karang Dalam Sampang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase pada siklus I sebesar 70,50% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,50%. Jadi terjadi peningkatan perkembangan motorik halus pada anak sebesar 12,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui keterampilan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus sebagai persiapan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I di SLB Negeri Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9.
SKRIPSI
J: The Impact of Two-Dimensional Versional ThreeDimensional Art Therapy on Locus of Control in Special Needs Children in South Korea. P: Jeeyoon Kim T: 2014
Instrumen: Lembar observasi kemampuan motorik halus. Analisis: Analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Desain: Quantitative pretest-posttest control group design. Sampel: 15 siswa berkebutuhan khusus usia 7-12 tahun. Variabel: a. Variabel bebas: Terapi seni 2 dimensi dan terapi seni 3 dimensi. b. Variabel terikat: Locus of control pada anak berkebutuhan khusus. Instrumen: lembar observasi kemampuan linguistik dan non linguistik. Analisis: Paired Sample Test, Wilcoxon Signed Rank Test, One-way ANOVA, Shapiro-Wilk Statistic, Post-Hoc Test.
60
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi seni baik menggunakan 2 dimensi maupun 3 dimensi menunjukkan ada peningkatan locus of control pada responden. Namun, peningkatan signifikan lebih ditunjukkan pada penggunaan terapi seni 3 dimensi.
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Anak belum mampu memegang pensil dengan benar, menggambar bentuk lingkaran, menyusun kubus, dan menggambar orang dengan bagian-bagiannya Kemampuan motorik halus anak kurang Faktor Internal: a. Faktor genetik b. Jenis kelamin c. Kesulitan saat melahirkan d. Kelainan (psikis, mental, fisik) e. Kelahiran prematur
a. b. c.
d.
Faktor Eksternal: Kesehatan dan gizi anak pasca lahir Stimulasi kurang optimal Perlindungan berlebihan orang tua pada anak Sosial ekonomi
Terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase
Action
Perception
Judgement Terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay
Tingkat abstraksi tinggi
Menampilkan benda secara nyata
Pengalaman belajar nyata (-)
Pengalaman belajar nyata (+)
Sulit dilakukan anak
Mudah dilakukan anak
Menstimulasi kendali otot-otot halus tangan anak di SSP
Reaction
Menstimulasi kendali otot-otot halus tangan anak di SSP
Aktivitas menjepit, mengelem, menempel
Aktivitas meremas, mencubit, dan membentuk adonan
Kekuatan otot-otot halus tangan anak
Kekuatan otot-otot halus tangan anak
Kekuatan koordinasi motor tangan-mata
Kekuatan koordinasi motor tangan-mata
Kemampuan motorik halus anak
Keterangan: Diukur
=
Tidak diukur
=
Transaction/Goal Outcome
Feedback I n t e r a c t i o n
Kemampuan motorik halus anak
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Claydi PG Islam Maryam Surabayadengan Pendekatan Teori Imogene M. King. 61 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa kemampuan motorik halus anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus anak antara lain faktor genetik, jenis kelamin, kesulitan saat melahirkan, kelainan (fisik, psikis, mental), dan kelahiran prematur. Sedangkan faktor eksternal meliputi kesehatan dan gizi anak pasca lahir, stimulasi yang kurang optimal, perlindungan orang tua terhadap anak yang berlebihan, dan status sosial ekonomi. Adanya
faktor-faktor
tersebut
dapat
menyebabkan
kurang
optimalnya
perkembangan kemampuan motorik halus anak sehingga anak akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan motorik halus seperti menggunting, menempel, menulis, dan sebagainya. Hal ini nantinya dapat menghambat anak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Berdasarkan teori model Imogene M. King, Theory of Goal Attainment adalah teori sistem interaksi antar manusia yang sifatnya terbuka dan terdiri atas tiga sistem interaksi yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems (grup), dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dan lain-lain). Elemen utama dari teori ini adalah sistem interpersonal yang terdiri dari interaksi antar manusia. Dalam proses ini, persepsi bahwa anak belum mampu memegang pensil dengan benar, menggambar bentuk lingkaran, menyusun balok, dan menggambar orang dengan bagian-bagiannya maka dinilai bahwa anak telah mengalami gangguan dalam perkembangan motorik halusnya. Berdasarkan masalah tersebut peneliti memberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay sebagai
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
aksi. Kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakkan yang tinggi dibandingkan dengan clay sebagai media 3 dimensi yang dapat menampilkan benda-benda secara nyata sehingga clay dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung pada anak (Anwar, Dwi, & Syarief 2009). Pengalaman belajar yang lebih nyata akan mempermudah anak untuk membuat clay. Sedangkan kolase yang memiliki tingkat keabstrakkan yang lebih tinggi tidak dapat memberikan pengalaman belajar langsung pada anak sehingga anak akan sedikit kesulitan dalam membuat kolase. Akan tetapi, baik kolase maupun clay bila dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan reaksi dari dalam diri anak dengan terstimulasinya kendali otot-otot halus di SSP.Kemudian akan terbentuk interaksi antara peneliti dengan anak dimana anak yang diberikan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase akan dilatih untuk menjepit, mengelem, dan menempel benda dalam ukuran kecil. Sedangkan anak yang diberikan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan media clay akan dilatih untuk meremas, mencubit dan membentuk adonan. Adanya interaksi yang tercipta antara peneliti dan responden akan membuat kekuatan dan kelenturan otot halus pada tangan anak meningkat. Selain itu, koordinasi motor antara tangan dan mata juga akan meningkat. Peningkatan yang lebih optimal terjadi pada terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay. Peningkatan kekuatan dan kelenturan otot anak serta koordinasi motor tanganmata ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak sebagai tujuan akhir interaksi transaction/goal outcome). Intervensi terapi seni rupa ini baik dengan kolase
SKRIPSI
maupun
clay
kemudian
akan
dinilai
keberhasilannya
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
sebagai
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
feedbackdalam meningkatkan motorik halus anak menggunakan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II. 3.2 Hipotesis Penelitian H1: 1) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase. 2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. 3) Ada perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental. Penelitian ini ingin mengetahui perbandingan efektivitas terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan clay terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test design. Penelitian ini melibatkan satu kelompok subjek yang dibagi menjadi dua sub kelompok yaitu anak usia prasekolah yang diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan satu sub kelompok yang lain diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay. Tabel 4.1 Desain Penelitian Pre-Experimental dengan Rancangan One Group Pre-Post Test Design. Subjek Pre-Test Perlakuan Post-Test S1 O I1 O1 S2 O I2 O1 Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3 Keterangan: S1 : Responden anak usia prasekolah yang mengikuti terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. S2 : Responden anak usia prasekolah yang mengikuti terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay. O : Observasi kemampuan motorik halus anak sebelum intervensi. I1 : Intervensi (terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase). I2 : Intervensi (terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay). O1 : Observasi kemampuan motorik halus anak setelah intervensi.
65 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagai bahan dari penelitian (Swarjana 2012). Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa di PG Islam Maryam Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 19 anak. 4.2.2 Sampel dan besar sampel Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui proses sampling. Penentuan kriteria sampel dapat membantu peneliti dalam mengurangi hasil penelitian yang bias (Nursalam 2013). Sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1) Anak usia 3-5 tahun. 2) Orang tua mengijinkan anak untuk menjadi responden. 3) Anak kooperatif. 4) Anak dalam kondisi sehat. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 1) Anak tidak hadir dalam pertemuan yang telah dijadwalkan oleh peneliti. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 16 siswa. Namun sampai dengan penelitian ini berakhir terdapat 2 responden yang dinyatakan drop out sehingga jumlah seluruh sampel hingga akhir penelitian ada 14 siswa.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
4.2.3 Teknik sampling Sampling merupakan proses untuk menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Sedangkan teknik sampling merupakan cara yang digunakan dalam melakukan pengambilan sampel dari seluruh populasi. Dari proses ini nantinya akan diperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam 2013). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan sampel yang digunakan. Teknik purposive sampling adalah peneliti menetapkan sampel dengan cara memilih sampel berdasarkan tujuan/masalah yang akan diteliti oleh peneliti (Nursalam 2013).
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.3.1 Variabel penelitian Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan variasi nilai itu tampak jika variabel tersebut didefinisikan secara operasional (Danim 2003). 1) Variabel independen (bebas) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
2) Variabel dependen (tergantung) Variabel dependen adalah variabel yang mendapat pengaruh atau nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.3.2 Definisi Operasional Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya. Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Independen: 1. Terapi seni Kegiatan ekspresif membuat 1. Frekuensi: 1 kali seminggu setiap SAK rupa 2 dimensi karya seni dengan dimensi hari Senin. menggunakan panjang dan lebar yang 2. Durasi: 60 menit kolase menggunakan potongan kecil 3. Cara (mode) terapi: kontinyu. benda-benda untuk 4. Tempat: ruang kelas PG Islam direkatkan pada suatu kertas Maryam Surabaya. atau karton sebagai alas. 5. Program latihan 1 bulan. 2. Terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay
Kegiatan ekspresif membuat 1. Frekuensi: 1 kali seminggu setiap karya seni dengan dimensi hari Selasa. panjang. lebar, dan tinggi 2. Durasi: 60 menit yang menggunakan adonan 3. Cara (mode) terapi: kontinyu. dengan bahan dasar tanah liat, 4. Tempat: ruang kelas PG Islam tepung, dan lilin malam untuk Maryam Surabaya. dibuat menjadi bentuk 5. Program latihan 1 bulan. tertentu sesuai keinginan. Suatu gerakan yang a. Usia 3-4 tahun: Dependen: Motorik halus merupakan salah satu aspek 1) Menara dari 2 kubus. anak usia perkembangan anak dengan 2) Menara dari 4 kubus. prasekolah melibatkan fungsi otot-otot 3) Menara dari 6 kubus. halus dan memerlukan 4) Meniru garis vertikal. koordinasi yang tepat dan 5) Menara dari kubus.
SAK
-
Denver II
Ordinal
-
Normal=3 Suspect=2 Untestable=1
69 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
cermat.
6) Menggoyangkan ibu jari. 7) Mencontoh lingkaran. b. Usia 4-5 tahun: 1) Menggambar orang 3 bagian. 2) Mencontoh garis berpotongan. 3) Memilih garis yang lebih panjang.
70 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data tertulis tentang pengamatan atau daftar pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (Danim 2003; Gulo 2005). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes skrining perkembangan Denver II untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan seni rupa 3 dimensi menggunakan clay. Lembar tes skrining perkembangan Denver II terdiri dari 4 sektor perkembangan, namun peneliti hanya mengukur sektor perkembangan motorik halus anak usia 3 hingga 5 tahun dengan interpretasi normal, suspect, atau untestable. Anak dikatakan normal apabila tidak ditemukan adanya keterlambatan dan atau paling banyak satucaution, suspect bila didapatkan satu atau lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih kewaspadaan, untestable bila terdapat penolakan pada 1 atau lebih item uji coba di sebelah kiri garis umur atau menolak lebih dari satu uji coba pada item yang berpotongan dengan garis umur. Pelaksanaan terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi denganclay menggunakan SAK (Satuan Acara Kegiatan) yang telah dibuat sendiri oleh peneliti.
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.5.1 Lokasi Lokasi penelitian ini adalah di PG Islam Maryam Surabaya.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
4.5.2 Waktu Penelitian ini telah dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan dimulai pada tanggal 16 Mei hingga 11 Juni 2015 dimana pertemuan untuk memberikan terapi seni rupa kolase dan clay pada responden dilakukan sebanyak 1 kali dalam seminggu pada masing-masing kelompok sehingga selama 1 bulan penelitian didapatkan total 4 kali pertemuan.
4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data 1) Perizininan Penelitian ini diawali dengan peneliti melakukan pengambilan dan pengumpulan data awal yang sebelumnya mendapatkan surat pengantar dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang ditujukan untuk Kepala PG Islam Maryam Surabaya. Setelah peneliti mendapatkan surat pengantar dari fakultas, peneliti meminta persetujuan dari Kepala PG Islam Maryam Surabaya untuk pengambilan data awal. 2) Prosedur pengambilan atau pengumpulan data Langkah awal setelah memperoleh persetujuan dari pihak sekolah, peneliti melakukan survey data awal mengenai kondisi kemampuan motorik halus siswa dengan melihat Buku Laporan Pendidikan dan Buku Penghubung siswa. Selain itu, peneliti dengan dibantu oleh kepala sekolah dan guru melakukan tes skrining perkembangan pada sektor kemampuan motorik halus dengan menggunakan lembar tes Denver II. Tes skrining perkembangan dilakukan peneliti di dalam kelas pada 19 calon responden selama 2 hari pada tanggal 12 dan 13 Maret 2015, hari pertama pengukuran ditujukan pada siswa kelas A dan hari kedua pada kelas
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
B. Kemudian peneliti melakukan sampling terhadap 19 calon responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil sampling menunjukkan terdapat 16 siswa termasuk sebagai calon responden yang dibagi peneliti menjadi 2 kelompok berdasarkan kelas, 8 siswa kelas A dan 8 siswa kelas B. Pembagian kelompok yang mendapat terapi seni rupa kolase dan clay dilakukan berdasarkan undian. Siswa kelas A mendapat perlakuan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay, sedangkan siswa kelas B mendapat perlakuan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Setelah data awal didapatkan, peneliti mengurus surat ijin pengambilan data penelitian yang ditujukan pada Koordinator Pendidikan Taman Pendidikan Islam Maryam Surabaya dan Kepala Sekolah PG Islam Maryam Surabaya. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan negosiasi dengan pihak sekolah untuk menentukan jadwal pelaksanaan penelitian. Sebelum peneliti mulai untuk memberikan intervensi, peneliti telah memberikan informed consent terlebih dahulu kepada orang tua responden pada saat pertemuan orang tua pada tanggal 16 Mei 2015. Seluruh orang tua responden bersedia anaknya dijadikan sebagai subjek penelitian. 3) Pengumpulan data (pre-test) Peneliti melakukan pre-test tanggal 16 Mei 2015 pada seluruh siswa kelas A dan B yang telah disetujui orang tuanya untuk menjadi responden.Pre-test dilakukan di dalam kelas dengan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II. Pre-test hanya dilakukan peneliti pada aspek motorik halus. Pengukuran indikator kemampuan motorik halus anak ini diukur melalui hasil tes skrining perkembangan menggunakan Denver II dengan pemberian skor
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
normal=3, suspect=2, untestable=1 untuk mengukur kemampuan motorik halus anak. 4) Intervensi Peneliti mengajarkan cara membuat kolase pada siswa kelas B setiap hari Senindan claypada kelas A setiap hari Selasa. Terapi seni rupa kolase maupun terapi seni rupa clay dilakukan pada saat jam pelajaran sekolahselama 1 bulan dengan durasi 60 menit setiap pertemuan (pukul 08.00-09.00). Kegiatan kolase yang diberikan peneliti pada kelas B berbeda-beda tema pada setiap pertemuan. Pertemuan I adalah membuat kolase bentuk manusia salju (snowman) yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2015. Topik pada pertemuan II adalah membuat kolase bentuk binatang gajah yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2015. Kegiatan pada pertemuan III adalah membuat kolase bentuk rumah yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2015.Pada pertemuan IV peneliti mengajak siswa untuk membuat kolase bentuk pohon pada tanggal 8 Juni 2015. Temakegiatan membuat clay pada kelas A, yaitupertemuan I adalah membuat clay bentuk bebas sesuai keinginan siswa yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015. Topik pertemuan II adalah membuat clay bentuk sayuran (tomat, terong, dan wortel) yang dilakukan pada tanggal 26 Mei 2015. Kegiatan pada pertemuan 3 adalah siswa membuat clay bentuk buah-buahan (anggur dan potongan semangka) yang seharusnya dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 Juni 2015. Namun, karena hari tersebut merupakan hari libur nasional peneliti memberikan intervensi pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2015. Pada pertemuan IV peneliti mengajak siswa untuk membuat clay bentuk kupu-kupuyang dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2015.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Selama pemberian intervensi, peneliti dibantu oleh kepala sekolah, guru, dan rekan peneliti untuk berperan sebagai fasilitator yang tugasnya adalah mendampingi dan memastikan bahwa siswa telah membuat kolase dan clay sesuai dengan SAK yang telah dibuat oleh peneliti. Selain itu peneliti telah berkoordinasi dengan pihak sekolah bahwa siswa tidak akan mendapatkan stimulasi motorik halus yang lain selain yang diberikan oleh peneliti. Sampai dengan penelitian berakhir, 1 siswa kelompok terapi seni rupa kolase dan 1 siswa kelompok terapi seni rupa clay dinyatakan drop out sebagai responden karena siswa tersebut tidak menghadiri beberapa pertemuan yang telah dijadwalkan oleh peneliti. Jumlah seluruh responden hingga penelitian berakhir adalah 14 siswa. Siswa yang tidak termasuk menjadi responden tetap diberikan perlakuan sesuai dengan kelas anak tersebut, namun hasil kemampuan motorik halus siswa tersebut tidak akan dimasukkan datanya dalam uji statistik. 5) Pengumpulan data (post-test) Setelah diberikan intervensi, peneliti melakukan post-test dengan melakukan tes skrining perkembangan ulang menggunakan Denver II untuk melihat perubahan kemampuan motorik halus responden. Post-test pada semua responden pada tanggal 10 Juni 2015. Pengukuran indikator kemampuan motorik halus anak ini diukur melalui hasil tes skrining perkembangan menggunakan Denver II dengan pemberian skor normal=3, suspect=2, untestable=1 untuk mengukur kemampuan motorik halus anak.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
6) Asas keadilan dalam perlakuan Setelah dilakukan post-test, peneliti menerapkan asas keadilan pada semua responden dengan memberikan perlakuan sebaliknya. Siswa kelas A yang awalnya mendapatkan intervensi terapi seni rupa clay diajarkan membuat kolase oleh peneliti sedangkan siswa kelas B yang awalnya mendapatkan intervensi terapi seni rupa kolase diajarkan mebuat clay oleh peneliti. Perlakuan ini dilakukan bersamaan pada tanggal 11 Juni 2015.
4.7
Analisis Data Perolehan data yang diperoleh peneliti dari hasil pre-test dan post-test
semua responden menggunakan lembar tes skrining perkembangan Denver II adalah sebagai berikut: 4.7.1 Editing Editing merupakan cara untuk memeriksa kembali data hasil survey yang telah dikumpulkan, meliputi: 1) Mengecek kembali nama dan kelengkapan identitas responden untuk menghindari kesalahan atau kekurangan data. 2) Mengecek kembali kelengkapan data dan memeriksa isi instrumen pengumpulan data. 4.7.2 Coding Setelah dilakukan pengumpulan data, lembar tes skrining perkembangan Denver II masing-masing anak diberi kode oleh peneliti. Kode K = anak dalam kelompok intervensi terapi seni 2 dimensi menggunakan kolase dan C = anak dalam kelompok terapi seni 3 dimensi menggunakan clay.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
4.7.3 Entry data Setelah data penelitian terkumpul, peneliti menyajikan data dalam bentuk tabel dan memasukkan data yang telah terkumpul ke softwareWindows SPSS 21. 4.7.4 Analisis statistik Peneliti menganalisis data yang sudah terkumpul antara sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan uji “Wilcoxon Signed Rank Test” untuk mengetahui pengaruh variabel independen dengan derajat kemaknaan =0,05. Selain itu, peneliti juga menggunakan uji “Mann-Whitney U Test” untuk mengetahui perbedaan nilai dari 2 sampel data bebas/tidak berpasangan dengan derajat kemaknaan =0,05. Jika ditetapkan =0,05 dan diperoleh p<0,05, maka H1 diterima yaitu: 1) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase. 2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. 3) Ada perbedaan motorik halus anak setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.8
78
Kerangka Operasional Populasi Target: Semua siswa PG Islam Maryam Surabaya yang berjumlah 19 siswa.
Purposive sampling Sampel: Pemilihan sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 14 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok untuk diberikan intervensi kolase dan clay.
Pre Intervensi: Pengukuran kemampuan motorik halus anak melalui pre-test dengan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II. Intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase selama 1 kali seminggu dalam 1 bulan pada siswa kelas B.
Intervensi terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay selama 1 kali seminggu dalam 1 bulan pada siswa kelas A.
Post intervensi: Pengukuran kemampuan motorik halus anak melalui pre-test dengan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II. Analisa data denganWilcoxon Signed Rank Testdan MannWhitney U Test Penyajian data dan hasil.
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.9
79
Etika Penelitian Penelitian ini telah mendapat izin dari Koordinator Pendidikan Taman
Pendidikan Islam Maryam Surabaya dan Kepala PG Islam Maryam Surabaya. Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak boleh bertentangan dengan etika meliputi: 4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent) Informasi mengenai tujuan penelitian yang dilakukan telah diberikan secara lengkap oleh peneliti kepada orang tua responden, subyek mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. 4.9.2 Prinsip kerahasiaan (confidentiality) Informasi yang diberikan kepada subyek dirahasiakan oleh peneliti. Peneliti hanya menyajikan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data responden yang berhubungan dengan penelitian, yaitu usia, jenis kelamin, status kelahiran, dan lama bersekolah di PG. Sedangkan data ibu responden, yaitu pendidikan terakhir dan pekerjaan. 4.9.3 Tanpa nama (anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar tes skrining perkembangan Denver II. Pada lembar tersebut hanya tertulis kode tertentu yang diketahui oleh peneliti saja. 4.9.4 Asas keadilan (justice) Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, peneliti memberikan terapi seni rupa kolase pada kelompok clay begitu juga sebaliknya, peneliti memberikan terapi seni rupa clay pada kelompok kolase sehingga masing-masing kelompok bisa mendapatkan manfaat yang sama dari penelitian.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
4.10 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah semua hambatan dan kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu: 1) Sampel yang digunakan sangat terbatas dan termasuk dalam jumlah minimal. 2) Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini tidak spesifik hanya pada anak dengan kategori motorik halus suspect yang menyebabkan perubahan nilai tidak signifikan. 3) Kelompok dalam penelitian ini hanya terdapat 2 kelompok perlakuan tanpa adanya kelompok kontrol sehingga hasilnya kurang dapat dibandingkan antara kelompok yang mendapatkan intervensi dengan yang tidak diberikan intervensi. 4) Peneliti tidak dapat mengetahui secara pasti apabila responden mendapatkan stimulasi motorik halus dari orang tua mereka di rumah selama penelitian ini berlangsung meskipun pada awal penelitian peneliti sudah memastikan bahwa responden tidak mendapatkan stimulasi motorik halus dari pihak sekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang efektivitas terapi seni rupa kolase dan clayterhadap kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Mei sampai dengan 11 Juni 2015. Jumlah responden yang terlibat dalam pengumpulan data sebanyak 14 anak yang terdiri dari 7 anak pada kelompok terapi seni rupa kolase dan 7 anak pada kelompok terapi seni rupa clay. Seluruh responden tersebut memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, karakteristik orang tua responden, serta variabel yang diukur berkaitan dengan efektivitas terapi seni rupa kolase dan clay terhadap kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di PG Islam Maryam Surabaya yang berada di jalan Manyar Sambongan 119 Kelurahan Kertajaya Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Selain PG, terdapat juga TK, SD, SMP dan SMA yang terletak di lokasi yang sama. Total siswa PG Islam Maryam Surabaya tahun ajaran 2014/2015 adalah 19 anak dengan rincian 9 anak di kelas A dan 10 anak di kelas B. Tenaga pengajar yang tersedia hanya 1 orang kepala sekolah dan 1 orang guru. Waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pukul 07.30-09.30 berlaku untuk hari
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
Senin dan Rabu untuk kelas B, hari Selasa dan Kamis untuk kelas A, serta hari Sabtu untuk kelas gabungan. KBM dalam program pengembangan kemampuan dasar pada siswa di PG Islam Maryam Surabaya berfokus pada 4 aspek, yaitu kemampuan berbahasa, kognitif/pengetahuan dan kemampuan, fisik dan motorik, serta kemampuan mengolah emosi dan perasaan. Pada aspek pengembangan kemampuan fisik dan motorik khususnya motorik halus,stimulasi yang diberikan pihak sekolah sudah cukup baik. Namun variasi stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak seperti membuat kolase sebagai karya seni rupa 2 dimensi dan membuat clay sebagai seni rupa 3 dimensi jarang sekali dilakukan. Dampak dari usaha sekolah dalam menstimulasi motorik halus selama ini tidak menunjukkan kemampuan motorik halus dalam kategori normal. Sebanyak 13 siswa berada dalam kategori suspect pada saat pengambilan data awal penelitian.
5.1.2 Karakteristik responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik dari 14 responden di PG Islam Maryam Surabaya berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status kelahiran. 1) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di PG Islam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Seni Rupa Clay Jenis Kelamin Seni Rupa Kolase Total n % n % Laki-laki 2 28,57 2 28,57 4 Perempuan 5 71,43 5 71,43 10 Total 7 100 7 100 14
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Maryam % 28,57 71,43 100
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupun clay responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu masing-masing 71,43%. 2) Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Usia di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Usia Total % n % n % 3 tahun 0 0 1 14,29 1 7,14 4 tahun 7 100 6 85,71 13 92,86 Total 7 100 7 100 14 100 Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupun clay sebagian besar responden berusia 4 tahun, yaitu berturutturut 100% dan 85,71%. 3) Karakteristik responden berdasarkan status kelahiran Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Status Kelahiran di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Status Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total % Kelahiran n % n % Cukup Bulan 7 100 7 100 14 100 Total 7 100 7 100 14 100 Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupun clay semua responden lahir cukup bulan, yaitu masingmasing 100%.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
4) Karakteristik responden berdasarkan lama sekolah di PG Tabel 5.4Distribusi Responden berdasarkan Lama Sekolah di PG Islam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Seni Rupa Clay Lama Sekolah Seni Rupa Kolase Total n % n % 1 tahun 5 71,43 0 0 5 >1 tahun 2 28,57 7 100 9 Total 7 100 7 100 14
Maryam % 35,71 64,29 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupun clay sebagian besar responden bersekolah di PG Islam Maryam Surabaya selama 1 tahun, yaitu berturut-turut71,43% dan 100%. 5.1.3 Karakteristik ibu responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik dari 14 ibu responden di PG Islam Maryam Surabaya berdasarkan pendidikan terakhir orang tua dan pekerjaan orang tua. 1) Karakteristik orang tua responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 5.5DistribusiIbu Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Pendidikan Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total % Terakhir n % n % Tidak Sekolah 0 0 1 14,29 1 7,14 Lulus SMA 0 0 1 14,29 1 7,14 Lulus PT 7 100 5 71,42 12 85,71 Total 7 100 7 100 14 100 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pada kelompok terapi seni rupa kolase semua ibu responden (100%) memiliki pendidikan terakhir pada jenjang perguruan tinggi (PT). Pada kelompok terapi seni rupaclay jumlah iburesponden dengan pendidikan terakhir pada jenjang PT lebih banyak dibandingkan kategori lain, yaitu71,42%.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
2) Karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan. Tabel 5.6DistribusiIbu Responden berdasarkan Pekerjaan di PG Islam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Kelompok Terapi Kelompok Terapi Pekerjaan Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total n % n % Tidak Bekerja 2 28,57 2 28,57 4 Swasta 3 42,86 2 28,57 5 Wiraswasta 0 0 2 28,57 2 PNS 2 28,57 1 14,29 3 Total 7 100 7 100 14
Maryam % 28,57 35,71 14,29 21,43 100
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada kelompok terapi seni rupa kolase ibu responden lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta (42,86%), sedangkan pada kelompok terapi seni rupaclay rerata iburesponden tidak bekerja, bekerja sebagai pegawai swasta, dan wiraswasta, masing-masing yaitu 28,57%. 5.1.4 Deskripsi variabel penelitian Data khusus pada penelitian ini terdiri dari motorik halus anak sebelum dan sesudah pemberian terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase, sebelum dan sesudah pemberian terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay, dan setelah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun 3 dimensi dengan media clay. 1) Motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase. Tabel 5.7Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudahdiberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Pre Post Kondisi Motorik Total % Halus n % n % Suspect 2 28,57 0 0 2 14,29 Normal 5 71,43 7 100 12 85,71 Total 7 100 7 100 14 100 Wilcoxon Signed Rank Test p=0,157
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
Berdasarkan tabel 5.7 didapat kondisi motorik halus siswa kelompok terapi seni rupa kolase saat pre-test yaitu kategori normal sebanyak 5 responden (71,43%), sedangkan saat post-test semua responden yang berjumlah 7 siswa (100%) kondisi motorik halusnya normal. Setelah dilakukan uji statistik denganWilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p=0,157 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan motorik halus anak yang signifikan saat pre-test dan post-test. 2) Motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. Tabel 5.8 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Pre Post Kondisi Motorik Total % Halus n % n % Suspect 4 57,14 0 0 4 28,57 Normal 3 42,86 7 100 10 71,43 Total 7 100 7 100 14 100 Wilcoxon Signed Rank Test
p=0,046
Berdasarkan tabel 5.8 didapat kondisi motorik halus siswa kelompok terapi seni rupa clay saat pre-test yaitu kategorisuspect sebanyak 4 responden (57,14%), sedangkan saat post-test semua responden yang berjumlah 7 siswa (100%) kondisi motorik halusnya normal. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p=0,046 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan motorik halus anak yang signifikan saat pre-test dan post-test.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
3) Motorik halus anak setelah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay. Tabel 5.9 Distribusi motorik halus anak sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. Post Kolase PostClay Kondisi Motorik Total % Halus n % n % Normal 7 100 7 100 14 100 Total 7 100 7 100 14 100 Mann-Whitney U Test
p=1,000
Berdasarkan tabel 5.9 didapat kondisi motorik halus siswa baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupunclay saat post-test yaitu normal padaseluruh responden sebanyak 7 siswa (100%) pada masing-masing kelompok. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney U Test didapatkan nilai p=1,000 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan motorik halus anak yang signifikan antara kelompok terapi seni rupa kolase dan clay saat post-test.
5.2 Pembahasan Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian efektivitas terapi seni rupa kolase dan clay terhadap kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. 5.2.1 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase Berdasarkan tabel 5.7 perbedaan motorik halus kelompok terapi seni rupa kolase pre-test dan post-test melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil bahwa H1 ditolak. Hubungan ini menunjukkan tidak ada perbedaan motorik
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase. Perkembangan anak usia prasekolah menurut (Maxim 1993 & Pangrazi 1981, dalam Rohman 2010) akan sangat terlihat pada aspek kemampuan fisik dan kognitif. Aspek kemampuan fisik erat kaitannya dengan proses tumbuh kembang motorik anak, sedangkan proses perkembangan kognitif erat kaitannya dengan proses kematangan cara berpikir anak. Apabila perkembangan kognitif anak baik, maka kemampuan anak untuk melakukan keterampilan motorik juga baik. Hal ini mendukung dari hasil penelitian bahwa pada saat dilakukan pre-test ditemukan bahwa kemampuan motorik halus sebagian besar responden kelompok terapi seni rupa kolase (5 siswa)berada dalam kategori normal. Selain itu berdasarkan data demografi, faktor yang dapat menyebabkan sebagian besar responden memiliki hasil pre-test dalam kategori normal adalah karena jenis kelamin responden lebih dari setengahnya adalah perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak (Hurlock 2005). Kemampuan anak perempuan dalam mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan anak perempuan dalam melakukan suatu aktivitas memiliki sifat yang tekun jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Aspek kemampuan motorik halus anak perempuan secara umum melebihi anak laki-laki, namun perbedaan ini akan berkurang perlahan sejalan dengan bertambahnya usia anak hingga akhirnya perbedaan ini hilang (Harianti, 2003 dalam Ofianti 2011). Pada hal seperti ini, intervensi terapi seni rupa kolase yang diberikan peneliti berperan sebagai aktivitas atau stimulasi tambahan yang dapat dilakukan oleh responden.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
Stimulasi ini berperan dalam mengoptimalkan kemampuan motorik halus responden sehingga kemampuan motorik halus kelima responden yang pada saat pre-test berada dalam kategori normal tetap normal dan terdapat penurunan jumlah kegagalan pada saat post-test. Kemampuan motorik halus 2 responden lainnya berada pada kategori suspect dan tidak ada responden yang berada pada kategori untestable. Kemampuan motorik halus dalam kategori suspect pada responden kelompok terapi seni rupa kolase saat pre-test dikarenakan responden dengan kode K03 dan K06 mengalami kegagalan (failed/F) saat melakukan item disebelah kiri garis umur yaitu mencontoh bentuk lingkaran yang dapat diinterpretasikan menjadi delay dan item yang berpotongan dengan garis umur pada persentil 75 dan 90 yaitu menggambar orang 3 bagian yang dapat diinterpretasikan menjadi caution.Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat mempengaruhi adanya 2 responden yang memiliki hasil pre-test dalam kategori suspect adalah karena ibu responden merupakan wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga. Salah satu dampak negatif dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat memberikan perhatian yang penuh pada anaknya ketika anak dalam tahap tumbuh kembang yang pesat (Lindawati 2013). Perhatian ibu terhadap anak yang kurang dapat menyebabkan anak kurang mendapatkan stimulasi yang optimal bagi perkembangan motorik halus anak sehingga hal ini dapat menyebabkan kemampuan motorik halus anak tidak berkembang dengan baik. Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase, semua responden menunjukkan hasil post-test pada kriteria normal. Peningkatan motorik halus dari hasil pre-test dan post-test dapat dilihat melalui
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
peningkatan kategori yang terjadi pada 2 responden yang awalnya berada pada kriteria suspect. Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase, responden dengan kode K03 dan K06 berada pada kriteria normal. Responden tanpa perubahan kategori dari perbandingan hasil pre-test maupun post-test diklasifikasikan menjadi kategori motorik halus tetap normal sebanyak 5 responden yaitu responden dengan kode K01, K02, K04, K05, dan K07. Namun walaupun tidak mengalami perubahan kategori, 5 responden tersebut mengalami penurunan jumlah kegagalan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase. Responden dengan kode K01, K02, dan K05 yang awalnya mengalami kegagalan pada 2 item saat pre-test mengalami penurunan jumlah kegagalan menjadi 1 item yang diinterpretasikan normal, sedangkan pada responden K05 pada saat post-test tidak ditemukan adanya kegagalan yang diinterpretasikan advanced. Responden dengan kode K04 dan K07 pada awalnya mengalami kegagalan pada 1 item saat pre-test, namun pada saat post-test tidak ditemukan adanya kegagalan yang dapat diinterpretasikan menjadi advanced. Hal ini tetap menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus responden yang dapat disimpulkan bahwa motorik halus responden menjadi lebih optimal daripada sebelum diberikan intervensi. Berdasarkan teori King (1971), Theory of Goal Attainment memiliki sistem interpersonal sebagai elemen utamanya dimana 2 orang yang dalam hal ini adalah peneliti sebagai perawat dan responden sebagai klien yang tidak saling mengenal satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu peningkatan kemampuan motorik halus.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
Berdasarkan teori tersebut faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan motorik halus hingga berada dalam kategori normal pada responden dengan kode K03 dan K06 adalah terbentuknya intensitas interaksi yang tinggi antara peneliti dengan responden. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada saat intervensi, responden aktif berinteraksi dengan peneliti dan mengikuti instruksi yang diberikan peneliti. Selain itu, adanya guru dan beberapa rekan peneliti sangat membantu dalam penelitian ini dalam mengkondisikan responden untuk tetap fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti instruksi dan berinteraksi dengan peneliti. Responden lainnya dengan kode K01, K02, K04, K05, dan K07 juga aktif berinteraksi dengan peneliti sehingga setelah diberikan intervensi terapi seni rupa kolase, responden tersebut juga mengalami peningkatan kemampuan motorik halus yang ditinjau dari berkurangnya jumlah kegagalan saat post-test. Intensitas interaksi antara peneliti dan responden berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi yang diberikan. Semakin sering terjalin interaksi antara peneliti dan responden, maka tujuan adanya interaksi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dicapai dengan mudah. 5.2.2 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay Berdasarkan tabel 5.8 perbedaan motorik halus kelompok terapi seni rupa kolase pre-test dan post-test melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil bahwa H1 diterima. Hubungan ini menunjukkan ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
Motorik halus responden pada kelompok terapi seni rupa clay pada saat pre-test didapatkan data bahwa motorik halus pada sebagian besar jumlah responden berada pada kategori suspect (4 responden). Kemampuan motorik halus dalam kategori suspect pada responden kelompok terapi seni rupa clay saat pretest dikarenakan 3 responden dengan kode C01 dan C05, dan C07 mengalami kegagalan saat melakukan item disebelah kiri garis umur, yaitu berturut-turut mencontoh bentuk lingkaran, menggambar orang 3 bagian, dan meniru garis vertikal yang dapat diinterpretasikan menjadi delay. Sedangkan responden dengan kode C06 mengalami kegagalan dalam melakukan item disebelah kiri garis umur dan item yang berpotongan dengan garis umur pada persentil 75 dan 90, yaitu berturut-turut meniru garis vertikal dan mencontoh bentuk lingkaran yang dapat diinterpretasikan menjadi caution. Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat mempengaruhi adanya responden yang memiliki hasil pre-test dalam kategori suspect adalah karena ibu responden dengan kode C01 dan C05 memiliki tingkat pendidikan masing-masing SMA dan tidak bersekolah dimana lebih rendah jika dibandingkan dengan ibu responden lain yang berpendidikan terakhir PT. Pendidikan keluarga yang kurang dapat berpengaruh pada berkurangnya pengetahuan orang tua dalam mengasuh dan memilih cara dalam mendidik anaknya. Pada keluarga seperti ini sering kali yang terjadi adalah keluarga tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Faktor yang dapat mempengaruhi adanya kategori suspect pada motorik halus responden dengan kode C06adalah karena ibu responden merupakan wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
tangga. Ibu sebagai orang tua memiliki peran penting dalam memberikan stimulasi sebagai pengalaman belajar bagi anak agar perkembangan kemampuan motorik halus anak dapat optimal (Werdiningsih, 2012). Ibu yang berstatus menjadi wanita karir tidak dapat setiap saat memberikan stimulasi bagi anaknya dikarenakan fokus ibu juga terbagi pada pekerjaannya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkankemampuan motorik halus anaknya kurang. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus responden dengan kode C07 berada dalam kategori suspect adalah karena responden berusia 3 tahun. Usia responden ini lebih muda apabila dibandingkan dengan responden lain. Kematangan usia anak akan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan motorik halus anak. Semakin muda usia anak, maka pengalaman belajar pada anak kurang banyak dibandingkan dengan anak yang lebih tua sehingga kemampuan motorik halus anak pun juga tidak bisa sebaik anak yang lebih tua. Kemampuan motorik halus 3 responden lainnya berada pada kategori normal
dan
tidak
ada
responden
yang
berada
pada
kategori
untestable.Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat menyebabkan ketiga responden tersebut memiliki hasil pre-test dalam kategori normal adalah karena ibu responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Ibu responden dengan kode C02, C03, dan C04 memiliki pendidikan terakhir lulus PT (Perguruan Tinggi).
Pendidikan
memiliki
peranan
yang
sangat
menentukan
bagi
perkembangan anak. Pendidikan orang tua dapat mempengaruhi orang tua dalam mendidik anak agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perkembangan anak dapat sesuai dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya secara
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
optimal (Apriastuti 2013). Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka tujuan orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan anak akan semakin mudah untuk dicapai. Selain itu apabila dipandang dari teori perkembangan, responden bisa memiliki kemampuan motorik halus pada kategori normal karena responden yang berada pada rentang usia prasekolah memang akan terlihat menonjol pada aspek kemampuan fisik dan kognitif (Maxim 1993 & Pangrazi 1981, dalam Rohman 2010). Aspek kemampuan fisik erat kaitannya dengan proses tumbuh kembang motorik anak, sedangkan proses perkembangan kognitif erat kaitannya dengan proses kematangan cara berpikir anak. Apabila perkembangan kognitif anak baik, maka kemampuan anak untuk melakukan keterampilan motorik juga baik. Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay, semua responden berada pada kriteria normal. Responden lain (4 responden) yang awalnya berada pada kriteria suspect setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay menunjukkan hasil post-test pada kriteria normal. Responden tanpa perubahan kategori dari perbandingan hasil pre-test maupun post-test diklasifikasikan menjadi kategori motorik halus tetap normal sebanyak 3 responden yaitu responden dengan kode C02, C03, dan C04. Namun walaupun tidak mengalami perubahan kategori responden dengan kode C02 yang pada saat pre-test mengalami kegagalan pada 2 itemsetelah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media claymengalami penurunan jumlah kegagalan (F) menjadi 1 item yang diinterpretasikan menjadi normal. Hal ini tetap menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus responden yang dapat disimpulkan bahwa motorik halus responden menjadi lebih optimal
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
daripada sebelum diberikan intervensi. Sedangkan responden dengan kode C03 dan C04 memiliki jumlah kegagalan yang sama antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi, yaitu berturut-turut 1 item dan 2 item yang diinterpretasikan menjadi normal. Berdasarkan teori King (1971), Theory of Goal Attainment memiliki sistem interpersonal sebagai elemen utamanya dimana 2 orang yang dalam hal ini adalah peneliti sebagai perawat dan responden sebagai klien yang tidak saling mengenal satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu peningkatan kemampuan motorik halus. Semakin sering perawat dan klien berinteraksi maka tujuan keperawatan akan semakin mudah dicapai. Berdasarkan teori tersebut faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan motorik halus pada responden dengan kode C01, C02, C05, C06, C07 adalah terbentuknya intensitas interaksi yang tinggi antara peneliti dengan responden. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada saat intervensi, responden tersebut aktif berinteraksi dengan peneliti dan mengikuti instruksi yang diberikan peneliti. Selain itu, adanya guru dan beberapa rekan peneliti sangat membantu dalam penelitian ini dalam mengkondisikan responden untuk tetap fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti instruksi dan berinteraksi dengan peneliti. Sedangkan responden dengan kode C03 dan C04 walaupun aktif berinteraksi dengan peneliti, namun pada saat dilakukan intervensi responden tersebut sering berjalan-jalan di dalam kelas meninggalkan materi yang diberikan sehingga clay yang dibuat oleh responden hasilnya kurang maksimal. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat reaksi responden atas aksi atau
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
terapi seni rupa clay yang diberikan oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari interaksi yaitu peningkatan kemampuan motorik halus anak. 5.2.3 Analisis perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay Berdasarkan tabel 5.9 perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay melalui uji Mann-Whitney U Test didapatkan hasil bahwa p=1,000 (p>0,05) yang berarti H1 ditolak yaitu tidak ada perbedaan motorik halus anaksesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan siswa yang diberi terapi seni rupa 3 dimensi dengan mediaclay. Hasil ini dapat terjadi karena hasil post-test baik pada kelompok terapi seni rupa kolase maupun clay menunjukkan semua responden memiliki kemampuan motorik halus dalam kategori normal. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa baik terapi seni rupa kolase maupun clay keduanya dapat meningkatkan kemampuan motorik halus responden menjadi kategori normal. Namun, bila dilihat dari hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Testdidapatkan hasil bahwa terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay yang berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik halus responden (lampiran 22) dibandingkan dengan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Hal ini dapat disebabkan karena kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakkan yang tinggi dibandingkan dengan clay sebagai media 3 dimensi yang dapat menampilkan benda-benda secara nyata sehingga clay dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung pada anak (Anwar, Dwi, & Syarief
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
2009).Pengalaman belajar yang lebih nyata inilah yang lebih disukai anak-anak dan dengan begitu anak semakin terpacu untuk membuat clay dengan baik. Anak yang semakin terpacu untuk membuat clay lebih baik lagi merupakan salah satu faktor yang mempermudah clay dalam mempengaruhi motorik halus anak. Hal ini diperkuat dengan adanya fakta yang ditemukan selama intervensi, sebagian responden kelompok terapi seni rupa clay terlihat selalu bersemangat untuk membuat kreasi clay sesuai tema disetiap pertemuan, bahkan beberapa responden terpacu untuk meminta peneliti mengajarkan kreasi clay bentuk lain di luar tema yang telah ditentukan. Fakta yang ditemukan pada kelompok terapi seni rupa kolase menunjukkan hasil sebaliknya, sebagian besar responden terlihat dan mengeluh bosan dipertengahan waktu intervensi. Hal ini dapat disebabkan karena kolase memiliki tingkat keabstrakkan yang cenderung tinggi dan tidak memberikan pengalaman belajar yang nyata. Walaupun kolase sebagai media terapi seni rupa 2 dimensi memiliki keabstrakkan yang tinggi, namun menurut Susanto (2002, dalam Jumadilah 2010) pada prinsipnya kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak karena kolase merangsang anak harus melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata yaitu menjepit, mengelem, dan menempel benda dalam ukuran kecil. Selain itu, tingkat keabstrakkan yang tinggi ini juga memiliki manfaat dalam meningkatkan kreativitas anak. Kolase dan clay sebagai intervensi yang diberikan peneliti kepada responden dapat dihubungkan dengan tugas perkembangan motorik halus yang harus dilalui anak prasekolah dalam rentang usia 3-5 tahun sesuai dengan instrumen Denver II. Kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi terdiri dari 3
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
aktivitas utama yang harus dilakukan yaitu aktivitas menjepit, mengelem, dan menempel. Aktivitas menempel ini dapat membantu anak melewati tugas perkembangan motorik halus yaitu menyusun menara dari kubus. Pada saat membuat kolase responden harus menempelkan kertas kecil-kecil yang telah dirobek pada gambar dasar yang telah dibuat oleh peneliti dengan tepat dan rapi. Menara dari kubus juga pada prinsipnya sama dengan menempel potongan kertas kecil untuk kolase pada gambar dasar yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi agar hasil susunan kubusnya menjadi baik dan rapi. Sedangkan clay sebagai terapi seni rupa 3 dimensi terdiri aktivitas meremas, mencubit, dan membentuk adonan sesuai keinginan. Dalam hal ini clay dapat mempermudah anak dalam melewati tugas perkembangan motorik halus yaitu meniru garis vertikal, mencontoh bentuk lingkaran, menggambar orang 3 dan 6 bagian, mencontoh garis berpotongan, serta mencontoh bentuk persegi karena aktivitas meremas, mencubit, dan membentuk adonan dapat membuat otot-otot halus pada anak menjadi lebih lentur. Apabila otot-otot halus tangan anak lentur, maka anak akan dengan mudah dapat menggambarkan bentuk-bentuk tersebut sehingga tugas perkembangan motorik halus dapat dilalui anak dengan mudah. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa baik terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun 3 dimensi dengan media clay keduanya dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Tidak ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Hal ini bisa disebabkan karena jumlah responden dengan kategori motorik halus normal pada saat pre-test lebih banyak (5 responden) dibandingkan responden dalam kategori suspect (2 responden). Namun, terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan media kolase tetap dapat mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah karena didalam membuat kolase terdapat 3 aktivitas yang harus dipenuhi oleh anak yaitu menjepit, mengelem, dan menempel benda dalam ukuran kecil. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam melatih koordinasi otot-otot halus pada jari tangan anak sehingga kemampuan motorik halus anak dapat meningkat. 2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. Terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay dapat mengoptimalkan perkembangan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah karena clay memiliki tekstur yang lembut dan dapat mengajarkan anak untuk meremas, mencubit, serta membentuk adonan. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam melatih kelenturan otot-otot
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
halus pada jari tangan anak sehingga kemampuan motorik halus anak dapat meningkat. 3) Tidak ada perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan siswa yang diberi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. Namun, jika dilihat dari hasil pre-test dan post-test baik terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak.
6.2 Saran Saran yang dapat dipertimbangkan dan bermanfaat dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah sebagai berikut 1) Bagi guru Guru-guru PG dapat menjadikan kolase danclay sebagai materi pembelajaran yang sering diajarkan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa dalam rentang usia prasekolah. Bentuk kreasi kolase dan clay yang dapat diajarkan dimulai dari pola yang sederhana kemudian bertahap menjadi pola yang rumit disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak. 2) Bagi tenaga keperawatan Tenaga keperawatan khususnya perawat anak dapat menjadikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay sebagai salah satu alternatif terapi dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
3) Bagi peneliti selanjutnya Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan clay sebagai upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih banyakdan hanya melibatkan responden dengan motorik halus dalam kategori suspect saja agar hasil menjadi lebih akurat.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102
DAFTAR PUSTAKA Alligood, MR & Ann, MT 2006, ‘Nursing Theorists and Their Work’, 7th Edition, Elsevier Mosby, St. Louis. Anwar K, Dwi AS, Syarief S 2009, ‘Pengaruh Media Pembelajaran Dua Dimensi, Tiga Dimensi, dan Bakat Mekanik Terhadap Hasil Belajar Sistem Pengapian Motor Bensin di SMK Kota Mojokerto’. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 32, No. 2, Hal. 141-150, diakses 18 April 2015,
. Apriastuti, DA 2013, ‘Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan”, Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4, No. 1, Hal. 1-14, diakses 14 Juni 2015, . Aquarisnawati, P, Mustami’ah, D, & Riskasari, W 2011,‘Motorik Halus pada Anak Usia Prasekolah Ditinjau dari Bender Gestalt’,INSAN, Vol. 13, No. 03, Hal. 149–156, diakses 26 Februari 2015,. Charleroy, A, et al.2012,‘Child Development and Arts Education: A Review of Current Research and Best Practices’, New York, The College Board. Christianti, M2009,‘Menempel untuk Anak Usia Dini’, Skripsi,Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. CDC nd,‘Developmental Disabilities’. Centers for Disease Control and Prevention, diakses 28 Februari 2015,. Danim2003,‘Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi’, EGC, Jakarta. Cosa,
YD2012,‘Galeri Seni Rupa Kontemporer Yogyakarta’,Skripsi,Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
di
Dewi, NF2011,‘Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Kartika IV-8 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember’, Skripsi,Universitas Jember, Jember. Edwards, D2004,‘Art Therapy: Creative Therapies in Practice’, SAGE Publications Ltd, London.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103
Garcia, MCC, et al. 2014,‘Nurse-Patient Interaction in Adhesion to Tuberculosis Treatment: Reflection in The Light of Imogene King’,Journal of Nursing, Vol. 8, Hal.2513–2521, diakses 2 April 2015, . Gulo, W2005,‘Metodologi Penelitian’,Gramedia, Jakarta. Gustiana, AD2011, ‘Pengaruh Permainan Modifikasi terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini (Studi Kuasi Eksperimen pada Kelompok B TK Kartika dan TK Lab. UPI)’,Jurnal Penelitian Pendidikan Edisi Khusus,No.2, Hal. 191-200, diakses 26 Februari 2015, . Ha, A2013,‘Grant Proposal for An Art Therapy Program for Adults with Developmental Disabilities’,Tesis, California State University, Long Beach. Hidayat, AA 2008,‘Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan’, Salemba Medika, Jakarta. Hurlock, EB1997,‘Perkembangan Anak’, Edisi 6, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Hertanto, M, dkk.2009. ‘Penilaian Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan menggunakan Metode Capute Scales’,Sari Pediatri, Vol.11, No. 2, Hal.130–135, diakses 8 Maret 2015. IDAI2009,‘Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia’,Ikatan Dokter Anak Indonesia, diakses 22 Maret 2015, . IDAI 2013, ‘Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak’, Ikatan Dokter Anak Indonesia, diakses 21 Maret 2015, . Jumadilah 2010. ’Peningkatan Kemampuan Motorik Halus sebagai Persiapan Menulis Permulaan melalui Keterampilan Kolase pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas 1 di SLB Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010’,Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kim, J 2014,’The Impact of Two-Dimensional Versus Three-Dimensional Art Therapy on Locus of Control in Special Needs Children in South Korea’, Disertasi,Florida State University, Florida.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
Lindawati 2013, ’Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah’, Jurnal Kesehatan, Hal. 22-27, diakses 20 Maret 2015, . Malchiodi, C 2009,’What is Art Therapy?’, International Art Therapy Organization, Hal. 1-2, diakses 9 Maret 2015, <www.internationalarttherapy.org>. Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2014, ‘Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak’, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 66, diakses 1 Maret 2015, . Ministry of Education Republic of Singapore 2013,’Motor Skills Development: A Curriculum for Kindergartens in Singapore’,Ministry of Education Republic of Singapore, Singapore diakses 29 Maret 2015, . Muafifah, K 2013, ’Pengaruh Clay Therapy terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah di RSUD Banyumas’,Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Nicholson, S2005,’Membuat Kolase: Membuat Karya Kolase yang Menarik menggunakan Tali, Benda Bekas, dan Perhiasan’, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo. Nurhadi 2009,’Berkreasi dengan Clay: Membuat Kerajinan dengan Teknik Pembentukan Keramik’, MAN 3 Kediri, Kediri. Nursalam2008,’Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan’, Salemba Medika, Jakarta. Nursalam2013,’Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan’, Salemba Medika, Jakarta. Ofianti, PE 2011, 'Pengaruh Permainan Maze Pre-Writing terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) di Playgroup Intan Surabaya', Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya. Paat, RD 2007,’Boneka Kolase: Kreasi Boneka dari Kertas Bekas’, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105
Partiyem 2014, ’Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dengan Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok B PAUD Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang’,Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu. Potter, PA & Perry, AG2005,‘Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik’,Edisi 4, Volume 1, EGC, Jakarta. Rabin, AS2012,‘The Experiences of Children Who Participate in Therapy Incorporating Art as a Therapeutic Medium’,Disertasi, Alliant International University, San Diego. Rahayu, M 2013,‘Pengaruh Pendampingan Stimulasi Perkembangan pada Keluarga terhadap Perkembangan Batita di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas’, Skripsi,Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Ramirez, K 2013, ‘Art Therapy for Enhancing Academic Experience of Male High School Freshmen’, Disertasi,Lesley University, Cambridge. Rismayanthi, C 2009, ‘Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar sebagai Stimulasi Motorik bagi Anak Taman Kanak-Kanak melalui Aktivitas Jasmani’, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Rohman U, 2010, ‘Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Kanak-Kanak’, diakses 30 Juni 2015, . Royhanaty, I 2010,‘DDST (Denver Development Screening Test)’, diakses 22 Maret 2015, . Santrock, JW2007,‘Perkembangan Anak’, Edisi 1, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Saputri, L 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Permainan Bentuk menggunakan Bubur Koran Bekas di Taman Kanakkanak Al Qur’an Amal Saleh Padang’,Pesona PAUD, Vol. I, No. 1, Hal.1– 10, diakses 8 Maret 2015, . Schubert, WF2009,‘Kreasi Unik dari Clay untuk Pemula’, Kriya Pustaka, Depok. Seefeldt, C & Wasik, BA2008,‘Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah’, Edisi 2, PT Indeks, Jakarta. Sinto, R, dkk., ‘Penapisan Perkembangan Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan Uji Tapis Perkembangan Denver II’, Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Hal. 348-
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106
353, diakses 8 Maret 2015, . Soedjatmiko 2001, ‘Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita’, Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Hal. 175-188, di akses 1 April 2015, . Sujiono, YN2009,‘Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini’ Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta. Sumardiyah, S 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang melalui Origami di SLB Negeri 1 Sleman’, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Sutrisno, MY 2014, ‘Hubungan Status Gizi dengan Status Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) pada Anak Usia 6 sampai 24 Bulan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014’, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Swarjana, IK 2012, ‘Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis Pembuatan Proposal Penelitian’,ANDI, Yogyakarta. Syaiful, Y, Widati, A, & Rahmawati, DW 2012,‘Pengaruh Terapi Bermain: Origami terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun)’,Journals of Ners Community, Vol. 3, No. 6, Hal. 16-29, diakses 19 Februari 2015, . Taju, CM, Amatus, YI, & Abram, B 2015, ‘Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah di PAUD GMIM Bukit Hermon dan TK Idhata Kecamatan Malalayang Kota Manado’, eJournal Keperawatan (e-Kp), Vol. 3, No. 2, Hal. 1-8, diakses 16 Juni 2015, . Wahyuni, NT2013,‘Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar melalui Penggunaan Media Clay Materi Berkarya Relief pada Siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangsentul Purbalingga’, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Warson, E 2012,‘Healing Pathways : Art Therapy for American Indian Cancer Survivors’,Journal of Cancer Education, Vol. 27, Hal. 47–57, diakses 18 Februari 2015, .
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107
Werdiningsih, ATA 2012, ‘Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah,’ Jurnal STIKES, Vol. 5, No.1, Hal. 82-98, diakses 12 Juli 2015, . Wong, DL,et al. 2009,‘Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong’,Edisi 6, Volume 1, EGC, Jakarta. Zellawati, A 2011,‘Terapi Bermain untuk Mengatasi Permasalahan pada Anak’,Majalah Ilmiah INFORMATIKA, Vol. 2, No. 3, Hal. 164–175, diakses 31 Maret 2015, <www.unaki.ac.id/ejournal/index.php/jurnalinformatika/article/download/76/75>.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108
Lampiran 1
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109
Lampiran 2
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110
Lampiran 3
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111
Lampiran 4
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
Lampiran 5
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113
Lampiran 6
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
Lampiran 7 PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN (ORANG TUA ANAK) KELOMPOK KEGIATAN MEMBUAT KOLASE (MENEMPEL) Judul Penelitian: Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Tujuan Penelitian Menjelaskan perbedaan antara terapi seni rupa dengan kegiatan membuat kolase
(menempel)
dan
membentuk
clay
(adonan
tepung)
dalam
mempengaruhikemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Perlakuan yang diterapkan pada subjek Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimenyaitu penelitian yang melibatkan pemberian perlakuan namun di awal penelitian akan dilakukan: 1. Pada awal bulan Mei 2015 sebelum peneliti bertemu orang tua murid, peneliti melakukan seleksi terhadap semua siswa PG Islam Maryam Surabaya berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. 2. Semua anak yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut akan dibagi menjadi dua kelompok lagi yaitu kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase (menempel) dan kelompok melakukan kegiatan membentuk clay (adonan tepung). Pembagian kelompok ini didasarkan pada kelas. Dikarenakan anak Ibu merupakan siswa di kelas B, maka anak Ibu termasuk kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase (menempel). 3. Sehari sebelum pertemuan pertama kegiatan membuat kolase (menempel), peneliti memberikan penjelasan secara lengkap hal-hal mengenai penelitian ini dan meminta persetujuan pada Ibu. 4. Peneliti memberikan surat pernyataan ketersediaan Ibu untuk melibatkan anak Ibu dalam penelitian ini. Kemudian Ibu melakukan penandatanganan surat
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
pernyataan tersebut dengan disaksikan oleh peneliti dan saksi yaitu Guru/Kepala PG Islam Maryam Surabaya. 5. Apabila Ibu setuju, Ibu mendapat lembar yang harus diisi oleh Ibu terkait identitas Ibu dan anak Ibu. 6. Penelitimelakukan penilaiankemampuan motorik halus anak Ibu menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk melihat kondisi awal motorik halus anak Ibu. 7. Sehari setelah Ibu menandatangani surat pernyataan tersebut, peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membuat kolase (menempel) yang dilakukan setiap 1 minggu sekali pada hari Seninselama 1 bulan sehingga secara keseluruhan terdapat 4 kali pertemuan. Kegiatanini dilaksanakan dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan. 8. Pada akhir penelitian yaitu awal bulan Juni 2015, sehari setelah pertemuan keempat peneliti akan kembali melakukan penilaian perkembangan motorik halus anak menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk mengetahui apakah kondisi motorik halus anak Ibu mengalami perubahan atau tidak. 9. Setelah dilakukan penilaian perkembangan motorik halus, anak Ibu akan diberikan kegiatan sebaliknya yaitu diajarkan juga untuk membentuk clay (adonan tepung) selama 1 kali pertemuan. Manfaat Penelitian bagi Subjek Penelitian 1. Bagi Ibu 1) Ibu dapat mengetahui hasil penilaian kemampuan motorik halus anaknya. 2) Ibu dapat mengetahui kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk menstimulasi motorik halus anak. 2. Bagi anak 1) Anak akan mendapatkan stimulasi perkembangan melalui kegiatan membuat kolase (menempel)agar kemampuan motorik halusnya semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
Bahaya potensial Bahan lem yang digunakan dalam kegiatan membuat kolase (menempel) termasuk bahan yang tidak aman sehingga peneliti bersama dengan rekan peneliti, guru, dan Kepala PG Islam Maryam Surabaya melakukan pengawasan penuh pada anak Ibu selama kegiatan ini berlangsung. Hak untuk undur diri Keikutsertaan anak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan responden dan apabila dalam penelitian ini Ibu tidak bersedia anak Ibu dijadikan responden maka peneliti akan mencari responden lainnya untuk dijadikan subyek penelitian. Jaminan kerahasiaan data Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas anak Ibu akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti yaitu dengan tidak mencantumkan identitas anak Ibu secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian dibuat kode misalnya A01. Adanya insentif untuk subyek penelitian Subyek penelitian kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase (menempel) memperoleh souvenir berupa bahan-bahan clay (adonan tepung) yang dapat dimanfaatkan untuk stimulasikemampuan motorik halus anak.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117
Prosedur penelitian Seleksi semua siswa PG Islam Maryam Surabaya sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti Pembagian siswa yang memenuhi kriteria menjadi 2 kelompok: 1. Kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung) 2. Kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel) Siswa kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel) Peneliti memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian pada Ibu Ibu menandatangani surat pernyataan ketersediaan untuk melibatkan anak Ibu dalam penelitian Bila Ibu setuju, Ibu mengisi lembar terkait identitas Ibu dan anak Ibu Anak Ibu akan dinilai kemampuan motorik halusnya oleh peneliti menggunakan lembar tes Denver II Peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membuat kolase (menempel). Dilakukan 1 minggu sekali pada hari Senin selama 1 bulan dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan Anak Ibu akan dinilai kembali kemampuan motorik halusnya oleh peneliti menggunakan lembar tes Denver II Informasi tambahan Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini dengan menghubungi peneliti: Mita Noviyanti Telp: 085730103114 Email: [email protected]
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
Lampiran 8 PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN (ORANG TUA ANAK) KELOMPOK KEGIATAN MEMBENTUK CLAY (ADONAN TEPUNG) Judul Penelitian: Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Di PG Islam Maryam Surabaya. Tujuan Penelitian Menjelaskan perbedaan antara terapi seni rupa dengan kegiatan membuat kolase (menempel) dan membentuk clay (adonan tepung) dalam mempengaruhi kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Perlakuan yang diterapkan pada subjek Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen yaitu penelitian yang melibatkan pemberian perlakuan namun di awal penelitian akan dilakukan: 1. Pada awal bulan Mei 2015 sebelum peneliti bertemu orang tua murid, peneliti melakukan seleksi terhadap semua siswa PG Islam Maryam Surabaya berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. 2. Semua anak yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut akan dibagi menjadi dua kelompok lagi yaitu kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase (menempel) dan kelompok melakukan kegiatan membentuk clay (adonan tepung). Pembagian kelompok ini didasarkan pada kelas. Dikarenakan anak Ibu merupakan siswa di kelas A, maka anak Ibu termasuk kelompok yang melakukan kegiatan membentuk clay (adonan tepung). 3. Sehari sebelum pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan tepung), peneliti memberikan penjelasan secara lengkap hal-hal mengenai penelitian ini dan meminta persetujuan pada Ibu. 4. Peneliti memberikan surat pernyataan ketersediaan Ibu untuk melibatkan anak Ibu dalam penelitian ini. Kemudian Ibu melakukan penandatanganan surat
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119
pernyataan tersebut dengan disaksikan oleh peneliti dan saksi yaitu Guru/Kepala PG Islam Maryam Surabaya. 5. Apabila Ibu setuju, Ibu mendapat lembar yang harus diisi oleh Ibu terkait identitas Ibu dan anak Ibu. 6. Peneliti
melakukan
penilaian
kemampuan
motorik
halus
anak
Ibu
menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk melihat kondisi awal motorik halus anak Ibu. 7. Sehari setelah Ibu menandatangani surat pernyataan tersebut, peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan tepung)yang dilakukan setiap 1 minggu sekali pada hari Selasa selama 1 bulan sehingga secara keseluruhan terdapat 4 kali pertemuan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan 8. Pada akhir penelitian yaitu awal bulan Juni 2015, sehari setelah pertemuan keempat peneliti akan kembali melakukan penilaian perkembangan motorik halus anak menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk mengetahui apakah kondisi motorik halus anak Ibu mengalami perubahan atau tidak. 9. Setelah dilakukan penilaian perkembangan motorik halus, anak Ibu akan diberikan kegiatan sebaliknya yaitu diajarkan juga untuk membuat kolase selama 1 kali pertemuan. Manfaat Penelitian bagi Subjek Penelitian 1. Bagi Ibu 1) Ibu dapat mengetahui hasil penilaian kemampuan motorik halus anaknya. 2) Ibu dapat mengetahui kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk menstimulasi motorik halus anak. 2. Bagi anak 1) Anak akan mendapatkan stimulasi perkembangan melalui kegiatan membentuk clay (adonan tepung) agar kemampuan motorik halusnya semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120
Bahaya potensial Bahan clay yang digunakan dalam penelitian ini termasuk bahan yang aman karena terbuat dari tepung terigu, minyak sayur, air, dan pewarna makanan. Namun peneliti bersama dengan rekan peneliti, guru, dan Kepala PG Islam Maryam Surabaya akan tetap melakukan pengawasan penuh pada anak Ibu selama kegiatan ini berlangsung. Hak untuk undur diri Keikutsertaan anak Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan responden dan apabila dalam penelitian ini Ibu tidak bersedia anak Ibu dijadikan responden maka peneliti akan mencari responden lainnya untuk dijadikan subyek penelitian.
Jaminan kerahasiaan data Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas anak Ibu akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti yaitu dengan tidak mencantumkan identitas anak Ibu secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian dibuat kode misalnya A01. Adanya insentif untuk subyek penelitian Subyek penelitian kelompok yang melakukan kegiatan membentuk clay (adonan tepung)memperoleh souvenir berupa buku bergambar dan bahan tempelan
untuk
membuat
kolase
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
stimulasikemampuan motorik halus anak.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121
Prosedur penelitian Seleksi semua siswa PG Islam Maryam Surabaya sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti Pembagian siswa yang memenuhi kriteria menjadi 2 kelompok: 1. Kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung) 2. Kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel) Siswa kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung) Peneliti memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian pada Ibu Ibu menandatangani surat pernyataan ketersediaan untuk melibatkan anak Ibu dalam penelitian Bila Ibu setuju, Ibu mengisi lembar terkait identitas Ibu dan anak Ibu Anak Ibu akan dinilai kemampuan motorik halusnya oleh peneliti menggunakan lembar tes Denver II Peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan tepung). Dilakukan 1 minggu sekali pada hari Selasa selama 1 bulan dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan Anak Ibu akan dinilai kembali kemampuan motorik halusnya oleh peneliti menggunakan lembar tes Denver II
Informasi tambahan Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini dengan menghubungi peneliti: Mita Noviyanti Telp: 085730103114 Email: [email protected]
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122
Lampiran 9 INFORMED CONSENT (PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN) Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai: 1. Penelitian yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya”. 2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek. 3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian. 4. Bahaya yang akan timbul. 5. Prosedur penelitiandan mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) mengijinkan anak saya secara sukarela, Nama : Kelas : Untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Surabaya, Mei 2015 Responden,
Peneliti,
(Mita Noviyanti)
Saksi,
(……...............………)
(…………...................…) *) Coret yang tidak perlu
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123
Lampiran 10 DATA DEMOGRAFI IBU RESPONDEN PENELITIAN “PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA”
SKRIPSI
1.
Nama Lengkap
:
2.
Tempat/Tanggal Lahir
:
3.
Usia
:
4.
Pendidikan
:
5.
Pekerjaan
:
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124
Lampiran 11 DATA DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN “PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA” Kode Responden *)
:
Petunjuk
: Berilah tanda () pada pilihan jawaban yang Anda anggap sesuai.
I.
Data Demografi Anak 1. Nama Lengkap Anak
:
2. Tempat/Tanggal Lahir : 3. Usia
:
4. Jenis Kelamin
:
5. Alamat
:
6. Anak ke
:
7. Anak lahir
:
Cukup bulan
Prematur
8. Lama sekolah di PG
:
1 tahun
> 1 tahun
dari
bersaudara
*) Diisi oleh peneliti
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125
Lampiran 12 LEMBAR TES SKRINING PERKEMBANGAN DENVER II
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
126
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127
Lampiran 13 SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT KOLASE PERTEMUAN I Sasaran Tempat Kegiatan Materi
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase. : Membuat kolase bentukmanusia salju (snowman) dengan media koran bekas dan kertas lipat. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).
Waktu
I.
Tujuan Umum Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Merobek koran menjadi potongan-potongan kecil untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Menempel potongan-potongan koran dengan rapi di atas gambar snowman untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Kertas gambar ukuran A4. 2. Koran bekas. 3. Kertas lipat. 4. Lem. 5. Gunting kertas. IV. Kegiatan
SKRIPSI
Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
Waktu
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam pembuka dan menyapa siswa dengan ramah. b. Memperkenalkan diri. c. Menyampaikan tujuan kegiatan dan kontrak waktu.
1. Pembukaan a. Menjawab salam. b. Menyetujui kontrak waktu kegiatan dengan peneliti. c. Bertanya jika ada yang belum dimengerti.
5 menit
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara membuat kolase bentuk snowman (manusia salju) bersama siswa: - Mendemonstrasikan cara merobek-robek koran bekas dan kertas lipat menjadi potongan kecilkecil. - Mendemonstrasikan cara menempel potongan kertas sampai memenuhi gambar snowman (manusia salju). b. Memberikan arahan pada siswa bila siswa belum mengerti. 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. b. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya. c. Mengucapkan salam penutup.
2. Kegiatan Inti a. Membuat kolase bentuk snowman (manusia salju):
128
50 menit
- Merobek-robek koran bekas dan kertas lipat menjadi potongan kecil-kecil. - Menempel potongan kertas sampai memenuhi gambar snowman (manusia salju). b. Bertanya pada peneliti jika masih belum mengerti cara membuat kolase. 3. Penutup a. Menyetujui kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya. b. Menjawab salam penutup.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT KOLASE PERTEMUAN II Sasaran Tempat Kegiatan Materi
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase. : Membuat kolase bentuk rumah dengan media kardus bekas dan kertas lipat. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Seninselama 1 bulan (60 menit).
Waktu
I.
Tujuan Umum Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Merobek kardus bekas dan kertas lipat 2 warna berbeda menjadi potongan kecil-kecil untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Menempel kardus bekas &kertas lipat yang telah dirobek di atas gambar rumah dengan rapi, warnayang ditempel sesuai dengan contoh yang diberikan untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Kertas gambar ukuran A4. 2. Kardus bekas dan kertas lipat 3. Lem. 4. Gunting kertas. IV. Kegiatan
SKRIPSI
Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
Waktu
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam pembuka dan menyapa siswa dengan ramah. b. Memperkenalkan diri. c. Menyampaikan tujuan kegiatan dan kontrak waktu. 2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan
1. Pembukaan a. Menjawab salam. b. Menyetujui kontrak waktu kegiatan dengan peneliti. c. Bertanya jika ada yang belum dimengerti. 2. Kegiatan Inti a. Membuat kolase bentuk
5 menit
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
50
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mendemonstrasikan cara membuat kolase bentuk rumah bersama siswa: - Mendemonstrasikan cara merobek-robek kertas lipat dan menggunting kardus menjadi potongan kecil-kecil. - Mendemonstrasikan cara menempel potongan kertas lipat dan kardus sampai memenuhi gambar rumah. b. Memberikan arahan pada siswa bila siswa belum mengerti. 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. b. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya. c. Mengucapkan salam penutup.
rumah:
130
menit
- Merobek-robek kertas lipat dan menggunting kardus menjadi potongan kecil-kecil. - Menempel potongan kertas lipat dan kardus sampai memenuhi gambar rumah. b. Bertanya pada peneliti jika masih belum mengerti cara membuat kolase. 3. Penutup a. Menyetujui kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya. b. Menjawab salam penutup.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT KOLASE PERTEMUAN III Sasaran Tempat Kegiatan Materi
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase. : Membuat kolase bentuk binatang gajah dengan media majalah bekas. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).
Waktu
I.
Tujuan Umum Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Merobek majalah menjadi potongan-potongan kecil untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Menempel potongan-potangan majalah dengan rapi diatas gambar gajah untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Kertas gambar ukuran A4. 2. Majalah bekas. 3. Lem. 4. Gunting kertas. IV. Kegiatan Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
1. Pembukaan 1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. b. Menyetujui kontrak pembuka dan menyapa siswa waktu kegiatan dengan dengan ramah. peneliti. b. Memperkenalkan diri. c. Bertanya jika ada yang c. Menyampaikan tujuan belum dimengerti. kegiatan dan kontrak waktu. 2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk mendemonstrasikan cara binatang gajah:
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Waktu 5 menit
50 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
membuat kolase bentuk binatang gajah bersama siswa: - Mendemonstrasikan cara merobek-robek majalah bekas menjadi potongan kecil-kecil. - Mendemonstrasikan cara menempel potongan majalah bekas sampai memenuhi gambar binatang gajah. b. Memberikan arahan pada siswa bila siswa belum mengerti.
132
- Merobek-robek majalah bekas menjadi potongan kecil-kecil. - Menempel potongan kertas sampai memenuhi gambar binatang gajah.
b. Bertanya pada peneliti jika masih belum mengerti cara membuat kolase. 3. Penutup 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan pertemuan selanjutnya. selanjutnya. c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam penutup. penutup.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT KOLASE PERTEMUAN IV Sasaran Tempat Kegiatan Materi Waktu
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase. : Membuat kolase bentuk pohon dengan media kertas lipat. : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).
I.
Tujuan Umum Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Menggunting kertas lipat menjadi bentuk rumput untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. 2. Meremas kertas lipat menjadi bentuk tidak beraturan untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 3. Menempel kertas lipat bentuk rumput dan tak beraturan di atas gambar pohon untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.
III. Alat dan Bahan 1. Kertas gambar ukuran A4. 2. Kertas lipat. 3. Pensil. 4. Lem. 5. Gunting kertas. IV. Kegiatan Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
1. Pembukaan 1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak dengan ramah. waktu kegiatan dengan b. Memperkenalkan diri. peneliti. c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Waktu 5 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50menit a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk mendemonstrasikan cara pohon: membuat kolase bentuk pohon bersama siswa: - Merobek-robek kertas - Mendemonstrasikan cara lipat menjadi merobek-robek kertas potongan kecil-kecil. lipat menjadi potongan kecil-kecil. - Meremas-remas - Mendemonstrasikan cara potongan kertas lipat. meremas-remas potongan kertas lipat. - Menempel potongan - Mendemonstrasikan cara kertas lipat sampai menempel potongan memenuhi gambar kertas lipat sampai pohon. memenuhi gambar pohon. b. Bertanya pada peneliti b. Memberikan arahan pada jika masih belum siswa bila siswa belum mengerti cara membuat mengerti. kolase. 3. Penutup 3. Penutup 5 menit d. Mengucapkan terima kasih. a. Menjawab salam e. Mengucapkan salam penutup. penutup. V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135
Lampiran 14
Pertemuan I Kolase bentuk manusia salju (snowman)
Pertemuan II Kolase bentuk rumah
Pertemuan III Kolase bentuk gajah
Pertemuan IV Kolase bentuk pohon
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136
Lampiran 15 SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT CLAY PERTEMUAN I Sasaran Tempat Kegiatan Materi Waktu
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay. : Membuat clay bentuk bebas sesuai keinginan siswa. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).
I.
Tujuan Umum Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Meremas adonan clay sesuai dengan bentuk yang diinginkan untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Membentuk adonan claysesuai dengan keinginan untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Adonan claydengan berbagai macam warna. 2. Pensil. 3. Spidol hitam. 4. Penggaris kecil. 5. Plastik mika. IV. Kegiatan Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
1. Pembukaan 1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak dengan ramah. waktu kegiatan dengan b. Memperkenalkan diri. peneliti. c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Waktu 5 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50 menit a. Menjelaskan cara membuat a. Membuat clay. clay. b. Bertanya pada peneliti b. Menginstruksikan pada jika masih belum siswa untuk membuat mengerti cara membuat claydengan bentuk bebas clay. sesuai keinginan siswa. c. Memberikan arahan pada siswa bila siswa kesulitan dalam membentuk adonan. 3. Penutup 3. Penutup 5 menit a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan pertemuan selanjutnya. selanjutnya. c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam penutup. penutup. V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT CLAY PERTEMUAN II Sasaran Tempat Kegiatan Materi Waktu
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay. : Membuat clay bentuk sayur-sayuran (tomat, terong, dan wortel). : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).
I.
Tujuan Umum Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Membentuk adonan clay yang telah diremas menjadi bentuk tomat, terong, dan wortel untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Adonan clayberwarna merah, hijau, oranye, dan ungu. 2. Plastik mika. IV. Kegiatan Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
1. Pembukaan 1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak dengan ramah. waktu kegiatan dengan peneliti. b. Memperkenalkan diri. c. Bertanya jika ada yang c. Menyampaikan tujuan belum dimengerti. kegiatan dan kontrak waktu. 2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan a. Membuat claybentuk mendemonstrasikan cara tomat: membuat clay bentuk tomat: - Mendemonstrasikan cara - Membuat bentuk bulat membuat bentuk bulat dengan adonan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Waktu 5 menit
50 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan adonan clay berwarna merah. - Mendemonstrasikan cara melinting adonan clay berwarna hijau kemudian dipotong menjadi 3 bagian kecil dengan menggunakan penggaris. b. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara membuat clay bentuk terong: - Mendemonstrasikan cara membuat bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna ungu. - Mendemonstrasikan cara melinting dan menekan adonan tersebut hingga bentuknya menyerupai terong. - Mendemonstrasikan cara melinting dan menekan adonan clay warna hijau hingga bentuknya menyerupai tangkai terong. - Menyatukan adonan clay bentuk terong dengan tangkainya. c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara membuat clay bentuk wortel bersama siswa. - Mendemonstrasikan cara membuat bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna oranye. - Mendemonstrasikan cara melinting dan menekan adonan tersebut hingga bentuknya menyerupai wortel.
SKRIPSI
139
clayberwarna merah. - Melinting adonan clay berwarna hijau kemudian dipotong menjadi 3 bagian kecil dengan menggunakan penggaris. b. Membuat claybentuk terong: - Membuat bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna ungu. - Melinting dan menekan adonan tersebut hingga bentuknya menyerupai terong. - Melinting dan menekan adonan clay warna hijau hingga bentuknya menyerupai tangkai terong. - Menyatukan adonan clay bentuk terong dengan tangkainya. c. Membuat claybentuk wortel:
- Membuat bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna oranye. - Melinting dan menekan adonan tersebut hingga bentuknya menyerupai wortel.
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
- Melinting adonan clay warna hijau kemudian dipotong menjadi 3 bagian sama panjang dan disatukan pada salah satu ujung untuk digunakan sebagai tangkai wortel. - Menyatukan adonan clay bentuk wortel dengan tangkainya. d. Bertanya pada peneliti jika masih belum mengerti cara membuat clay. 3. Penutup 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan selanjutnya. pertemuan selanjutnya. b. Menjawab salam c. Mengucapkan salam penutup. penutup.
140
- Mendemonstrasikan cara melinting adonan clay warna hijau kemudian dipotong menjadi 3 bagian sama panjang dan disatukan pada salah satu ujung untuk digunakan sebagai tangkai wortel. - Menyatukan adonan clay bentuk wortel dengan tangkainya. d. Memberikan arahan pada siswa bila siswa belum mengerti.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
141
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT CLAY PERTEMUAN III Sasaran Tempat Kegiatan Materi
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay. : Membuat clay bentuk buah-buahan (anggur dan potongan semangka). : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).
Waktu
I.
Tujuan Umum Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Membentuk adonan clay menjadi bentuk buah anggur dan potongan buah semangka untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. III. Alat dan Bahan 1. Adonan clay berwarna hijau, ungu, merah, putih, dan hitam. 2. Spidol hitam. 3. Penggaris kecil. 4. Plastik mika. IV. Kegiatan
SKRIPSI
Kegiatan Peneliti
Kegiatan Siswa
Waktu
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam pembuka dan menyapa siswa dengan ramah. b. Memperkenalkan diri. c. Menyampaikan tujuan kegiatan dan kontrak waktu. 2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
1. Pembukaan a. Menjawab salam. b. Menyetujui kontrak waktu kegiatan dengan peneliti. c. Bertanya jika ada yang belum dimengerti. 2. Kegiatan Inti a. Membuat clay bentuk anggur:
5 menit
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
50 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
membuat claybentuk anggur bersama siswa: - Mendemonstrasikan cara membuat beberapa bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna ungu. - Mendemonstrasikan cara melinting adonan clay berwarna hitam sebagai tangkainya. - Mendemonstrasikan merekatkan tangkai dan bulatan-bulatan anggur yang telah dibuat . b. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara membuat clay bentuk potongan semangka bersama siswa: - Mendemonstrasikan cara menggilas adonan clay berwarna merah kemudian dipotong bentuk segitiga. - Mendemonstrasikan cara menekan-nekan tepi adonan segitiga tadi hingga bentuknya menyerupai potongan semangka. - Mendemonstrasikan cara melinting adonan clay berwarna hijau lalu ditekan hingga adonan tipis, digunakan sebagai kulit semangka. - Mendemonstrasikan cara melinting adonan clay berwarna putih hingga memanjang kemudian potong setiap ujungnya
SKRIPSI
142
- Membuat beberapa bulatan berukuran sedang dari adonan clay warna ungu. - Melinting adonan clay berwarna hitam sebagai tangkainya. - Merekatkan tangkai dan bulatan-bulatan anggur yang telah dibuat . b. Membuat clay bentuk potongan semangka:
- Menggilas adonan clay berwarna merah kemudian dipotong bentuk segitiga. - Menekan-nekan tepi adonan segitiga tadi hingga bentuknya menyerupai potongan semangka. - Melinting adonan clay berwarna hijau lalu ditekan hingga adonan tipis, digunakan sebagai kulit semangka. - Melinting adonan clay berwarna putih hingga memanjang kemudian potong setiap ujungnya sepanjang
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sepanjang ukuran potongan semangka yang dibuat. - Mendemonstrasikan cara membuat bulatan-bulatan sangat kecil dari adonan clay berwarna hitam sebagai biji semangka. - Menyusun adonan yang telah dibuat tadi mulai dari adonan clay warna merah, hijau sebagai kulit semangka, dan adonan clay hitam direkatkan diatas adonan clay warna merah sebagai biji semangka. c. Memberikan arahan pada siswa bila siswa belum mengerti. 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. b. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya. c. Mengucapkan salam penutup.
143
ukuran potongan semangka yang dibuat. - Membuat bulatanbulatan sangat kecil dari adonan clay berwarna hitam sebagai biji semangka. - Menyusun adonan yang telah dibuat tadi mulai dari adonan clay warna merah, hijau sebagai kulit semangka, dan adonan clay hitam direkatkan diatas adonan clay warna merah sebagai biji semangka. c. Bertanya pada peneliti jika masih belum mengerti cara membuat clay. 3. Penutup a. Menyetujui kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya. b. Menjawab salam penutup.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
144
SATUAN ACARA KEGIATAN MEMBUAT CLAY PERTEMUAN IV Sasaran Tempat Kegiatan Materi Waktu
: Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun. : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay. : Membuat clay bentuk binatang kupu-kupu. : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).
I.
Tujuan Umum Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam Maryam Surabaya mengalami peningkatan. II. Tujuan Khusus Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat: 1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan. 2. Membentuk adonan clay menjadi bentuk kupu-kupu untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.
III. Alat dan Bahan 1. Adonan clayberwarna biru, putih, hitam, dan ungu.. 2. Plastik mika. IV. Kegiatan Kegiatan Peneliti
Waktu
Kegiatan Siswa
1. Pembukaan 1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak waktu dengan ramah. kegiatan dengan peneliti. b. Memperkenalkan diri. c. Bertanya jika ada yang c. Menyampaikan tujuan belum dimengerti. kegiatan dan kontrak waktu. 2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan dan a. Membuat clay bentuk mendemonstrasikan cara binatang kupu-kupu: membuat claybentuk binatang kupu-kupu: - Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
5 menit
50 menit
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
-
-
-
-
melinting adonan clay berwarna biru dan ditekan-tekan hingga bentuknya menyerupai badan kupu-kupu. Mendemonstrasikan cara membuat bulatan dari adonan clay warna biru sebagai kepala kupukupu. Mendemonstrasikan cara membuat sayap kupukupu dengan adonan clay berwarna ungu. Mendemonstrasikan cara membuat bulatan-bulatan kecil dengan adonan clay berwarna putih dan hitam sebagai mata kupu-kupu. Mendemonstrasikan cara menyatukan beberapa bentuk adonan tadi hingga membentuk kupu-kupu.
145
clayberwarna biru dan ditekan-tekan hingga bentuknya menyerupai badan kupu-kupu. - Membuat bulatan dari adonan clay warna biru sebagai kepala kupukupu. - Membuat sayap kupukupu dengan adonan clay berwarna ungu. - Membuat bulatanbulatan kecil dengan adonan clay berwarna putih dan hitam sebagai mata kupu-kupu. - Menyatukan beberapa bentuk adonan tadi hingga membentuk kupu-kupu.
b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti jika siswa bila siswa belum masih belum mengerti cara mengerti. membuat clay. 3. Penutup 3. Penutup a. Mengucapkan terima kasih. a. Menjawab salam penutup. b. Mengucapkan salam penutup.
5 menit
V. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. 2. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan meliputi: a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay. b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay. c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
146
3. Evaluasi hasil a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik. b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
baik.
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
147
Lampiran 16
Pertemuan I Clay bentuk bebas sesuai dengan keinginan dan kreasi anak.
Pertemuan II Clay bentuk sayuran (tomat, terong, wortel)
Pertemuan III Clay bentuk buah (anggur dan potongan semangka)
SKRIPSI
Pertemuan IV Clay bentuk kupu-kupu
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 17 TABULASI DATA DEMOGRAFI & HASIL PRE-POST TEST RESPONDENPENELITIAN Kode
Kelompok
Usia
Jenis Kelamin
Status Kelahiran
K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 C01 C02 C03 C04 C05 C06 C07
Kolase Kolase Kolase Kolase Kolase Kolase Kolase Clay Clay Clay Clay Clay Clay Clay
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan: Usia : 1 = 3 tahun 2 = 4 tahun 3 = 5 tahun
Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki 2 = Perempuan Usia Saat Lahir : 1 = Prematur 2 = Cukup bulan
Lama Sekolah di PG 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Data Orang Tua Pendidikan Pekerja Terakhir an 5 1 5 2 5 5 5 2 5 1 5 5 5 2 4 1 5 3 5 2 5 2 1 1 5 5 5 3
Pendidikan Terakhir : 1 = Tidak sekolah 2 = Lulus SD 3 = Lulus SMP 4 = Lulus SMA 5 = Lulus PT
F (Failed) PrePostTest Test 2F 1F 2F 1F 5F 2F 1F 0F 2F 0F 3F 0F 1F 2F 5F 2F 2F 1F 1F 1F 2F 2F 3F 1F 5F 2F 4F 2F
Pekerjaan : 1 = Tidak bekerja 2 = Swasta 3 = Wiraswasta 4 = BUMN 5 = PNS
PreTest
PostTest
3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Pre-Post Test : 1 = Untestable 2 = Suspect 3 = Normal
148 SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
149
Lampiran 18 ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE Frequencies
Statistics
Usia N
N
Valid Missing
LamaSe JenisKelam UsiaSaa PendidikanTerak kolahdi in tLahir hir PG 7 7 7 7 7 0 0 0 0 0
Statistics Pekerjaan Valid 7 Missing 0
Frequency Table Usia Frequency Valid 4 tahun
Percent 7
100,0
JenisKelamin Frequency Laki-laki Valid Perempuan Total
2 5 7
Percent 28,57 71,43 100,0
UsiaSaatLahir Frequency Valid Cukup bulan
SKRIPSI
7
Percent 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 100,0
Valid Percent 28,57 71,43 100,0
Cumulative Percent 28,57 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 100,0
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LamaSekolahdiPG Frequency 1 tahun Valid > 1 tahun Total
Valid Lulus PT
5 2 7
Percent 71,43 28,57 100,0
PendidikanTerakhir Ibu Valid Frequency Percent Percent 7 100,0 100,0 Pekerjaan Ibu 2
28,57
Valid Percent 28,57
3 2 7
42,86 28,57 100,0
42,86 28,57 100,0
Frequency Tidak bekerja Valid Swasta PNS Total
SKRIPSI
Valid Percent 71,43 28,57 100,0
Percent
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
150
Cumulative Percent 71,43 100,0
Cumulative Percent 100,0 Cumulative Percent 28,57 71,43 100,0
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
151
Lampiran 19 ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN KELOMPOK TERAPI SENI RUPA CLAY Frequencies
N
N
Valid Missing
Statistics JenisKela UsiaSaat LamaSek PendidikanTera Usia min Lahir olahdiPG khir 7 7 7 7 7 0 0 0 0 0
Statistics Pekerjaan Valid 7 Missing 0
Frequency Table Usia Frequency 3 tahun Valid 4 tahun Total
Valid Percent 14,29 85,71 100,0
Percent 1 6 7
14,29 85,71 100,0
JenisKelamin Frequency Laki-laki Valid Perempuan Total
Percent
2 5 7
Valid Percent
28,57 71,43 100,0
28,57 71,43 100,0
UsiaSaatLahir Frequency Valid
SKRIPSI
Cukup bulan
Percent 7
100,0
Valid Percent 100,0
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Cumulative Percent 14,29 100,0
Cumulative Percent 28,57 100,0
Cumulative Percent 100,0
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LamaSekolahdiPG Frequency Valid 1 tahun
Percent 7
Valid Percent
100,0
100,0
PendidikanTerakhir Ibu Frequency Tidak sekolah Valid Lulus SMA Lulus PT Total
Percent
Valid Percent
1
14,29
14,29
1 5 7
14,29 71,42 100,0
14,29 71,42 100,0
Pekerjaan Ibu Frequency Tidak bekerja Swasta Valid Wiraswasta PNS Total
SKRIPSI
Percent
Valid Percent
2
28,57
28,57
2 2 1 7
28,57 28,57 14,29 100,0
28,57 28,57 14,29 100,0
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
152
Cumulative Percent 100,0 Cumulative Percent 14,29 28,58 100,0
Cumulative Percent 28,57 57,14 85,71 100,0
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
153
Lampiran 20 ANALISIS DESKRIPTIF HASIL PRE-TEST&POST-TEST KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE &CLAY Frequencies
N
PreTestKelompok TerapiSeniRu paKolase Valid 7 Missing 0
Statistics PostPrePostTestKelompok TestKelompok TestKelompo TerapiSeniRu TerapiSeniRu kTerapiSeniR paKolase paClay upaClay 7 7 7 0 0 0
Frequency Table Pre-TestKelompokTerapiSeniRupaKolase Frequency Suspect Valid Normal Total
Percent 2 5 7
28,57 71,43 100,0
Valid Percent 28,57 71,43 100,0
Cumulative Percent 28,57 100,0
Post-TestKelompokTerapiSeniRupaKolase Frequency Valid Normal
Percent 7
100,0
Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 100,0
Pre-TestKelompokTerapiSeniRupa Clay Frequency Suspect Valid Normal Total
Percent 4 3 7
57,14 42,86 100,0
Valid Percent 57,14 42,86 100,0
Cumulative Percent 57,14 100,0
Post-TestKelompokTerapiSeniRupaClay Frequency Valid Normal
SKRIPSI
Percent 7
100,0
Valid Percent 100,0
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
Cumulative Percent 100,0
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
154
Lampiran 21 HASIL UJI WILCOXON SIGNED RANK TEST PRE-TEST&POST-TEST KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
PostTest PreTest
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 2b 5c 7
Mean Rank ,00 1,50
Sum of Ranks ,00 3,00
a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest
Test Statisticsa PostTest PreTest Z -1,414b Asymp. Sig. (2,157 tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
155
Lampiran 22 HASIL UJI WILCOXON SIGNED RANK TEST PRE-TEST&POST-TEST KELOMPOK TERAPI SENI RUPA CLAY NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
PostTest PreTest
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 4b 3c 7
Mean Rank ,00 2,50
Sum of Ranks ,00 10,00
a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest
Test Statisticsa PostTest PreTest Z -2,000b Asymp. Sig. (2,046 tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
156
Lampiran 23 HASIL UJI MANN-WHITNEY U TEST POST-TEST KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks N
Kode Kelompok Kolase PostTest Clay Total
7 7 14
Mean Rank 7,50 7,50
Sum of Ranks 52,50 52,50
Test Statisticsa PostTest Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
24,500 52,500 ,000 1,000 1,000b
a. Grouping Variable: Kode Kelompok b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
157
Lampiran 24
Gambar 1 Kegiatan membuat clay bentuk sayuran
Gambar 3 Kegiatan membuat kolase bentuk rumah
SKRIPSI
Gambar 2 Kegiatan membuat clay bentuk kupu-kupu
Gambar 4 Kegiatan membuat kolase bentuk snowman
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
158
Gambar 5 Hasil kreasi clay bentuk sayuran
Gambar 6 Hasil kreasi kolase bentuk pohon
Gambar 7 Hasil kreasi clay bentuk buah semangka
Gambar 8 Hasil kreasi kolase bentuk gajah
SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK...
MITA NOVIYANTI