ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA
MA’RIFATUS SHOLECHA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA SURABAYA 2012
i SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
saya
menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : “MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA” untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 12 Oktober 2012
Ma’rifatus Sholecha NIM: 050810199
ii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Ma’rifatus Sholecha
NIM
: 050810199
Fakultas
: Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/tugas akhir ini dengan judul: MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 12 Oktober 2012
Ma’rifatus Sholecha NIM: 050810199
iii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lembar Pengesahan
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA SKRIPSI Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya 2012 Oleh : MA’RIFATUS SHOLECHA 050810199 Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Pembimbing Serta,
Prof. Dr. Mangestuti Agil, Apt. M.S. NIP. 195004221980022001
Dr. Wiwied Ekasari, Apt. M.Si. NIP. 196901221994032001
iv SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridloNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MORFOLOGI, ANATOMI,
DAN
SKRINING
FITOKIMIA
DAUN
SEMANGGI
(Marsilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA”, untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kesempatan, bimbingan, arahan, doa, dukungan, kerjasama, bantuan, dan ilmu yang dibagikan kepada: 1.
Prof. Dr. Mangestuti Agil, Apt., M.S selaku pembimbing utama
2.
Dr. Wiwied Ekasari, Apt., M.Si selaku pembimbing serta
3.
Tri Widiandani, SSi., Apt., Sp. FRS., selaku dosen wali
4.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
5.
Ketua Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
6.
Seluruh staf laboratorium di Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7.
Staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
8.
Bapak Imam Prayitno, Ibu Sumarmi, adikku Hadi, dan keluarga besar.
9.
Seluruh mahasiswa angkatan 2008
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
v SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian.
Surabaya, 12 Oktober 2012
Penulis
vi SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN SEMANGGI (Maresilea crenata Presl.) HASIL BUDIDAYA DI DAERAH RUNGKUT SURABAYA Ma’rifatus Sholecha Marsilea crenata Presl. atau yang umum dikenal dengan nama semanggi adalah salah satu tumbuhan dari suku Marsileaceae yang hidup secara liar di lingkungan perairan seperti kolam, sawah, danau, dan rawarawa. Daun dari semanggi sering dimanfaatkan oleh masyarakat Surabaya sebagai bahan makanan yang dikenal sebagai pecel semanggi, khas dari Surabaya Dari penelitian yang dilakukan oleh Laswati (2007) diketahui bahwa ekstrak etanol daun semanggi terbukti dapat mencegah osteoporosis dengan mekanisme penghambatan ketidakseimbangan remodeling tulang pada hewan coba betina dan perempuan pasca menopause. Hal ini menunjukkan bahwa semanggi mempunyai khasiat sebagai pencegah osteoporosis. Sebagai makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat, kualitas dari semanggi harus diperhatikan agar kandungan yang terdapat didalamnya tetap dapat memberikan manfaat. Semanggi merupakan tanaman liar yang belum dibudidayakan. Bahan baku semanggi yang selama ini digunakan oleh masyarakat sebagai makanan dan digunakan sebagai bahan penelitian merupakan bahan baku yang didapatkan dari tumbuhan liar sehingga keseragaman mutu kandungan semanggi tersebut tidak dapat dijamin. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha budidaya semanggi untuk mendapatkan kualitas semanggi yang baik yang dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan makanan maupun bahan baku obat tradisional. Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi yang dapat dikembangkan dari manfaat semanggi, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data ciri anatomi, morfologi, dan kandungan golongan senyawa untuk menjamin keaslian sampel tanaman dan mengidentifikasi kebenaran dari serbuk simplisia agar terhindar dari pemalsuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian berupa studi mikroskopis, studi makroskopis, dan skrining fitokimia semanggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya sehingga terjamin kualitas dan keasliannya, mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya
vii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dengan metode skrining fitokimia, dan mengetahui perbedaan antara M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya dengan M. crenata Presl. (semanggi) liar dengan metode analisis KLT-densitometri. Pemeriksaan makroskopis yang meliputi habitus, jenis daun, filotaksis daun, bentuk daun, pangkal dan ujung daun, permukaan daun, ukuran daun, tepi daun, susunan tulang daun, bentuk batang, warna batang, kulit batang, arah tumbuh batang, dan bentuk akar diamati secara visual dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital Olympus VG-110 dengan perbesaran 2x. Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis yang meliputi pengamatan melintang dan membujur daun, tangkai daun, stolon, dan akar serta pengamatan fragmen-fragmen pengenal yang spesifik dalam serbuk simplisia menggunakan mikroskop trinokuler Olympus BXA41TF dengan perbesaran 100x dan 400x. Untuk pemeriksaan golongan senyawa yang terkandung dalam semanggi dapat diketahui melalui skrining fitokimia yang terdiri dari reaksi warna dan kromatografi lapis tipis. Ciri morfologi yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa herba yang tumbuh di lingkungan air tawar seperti persawahan, daun merupakan daun majemuk dengan empat helai anak daun yang saling berhadapan berbentuk segitiga terbalik, tepi daun rata atau bergelombang, susunan tulang daun berbentuk seperti kipas, terdapat bulu halus pada permukaannya. Daun yang masih muda menggulung seperti ganggang biola yang merupakan ciri dari tumbuhan paku, serta daun akan menutup pada saat matahari tenggelam dan membuka kembali pada pagi hari. Batang berupa stolon berwarna coklat, berbentuk bulat, tidak berkayu, berbulu halus, dan pada setiap nodusnya keluar akar serabut berwarna coklat dan tangkai daun yang berwarna hijau dan berbulu halus. Dari pengamatan secara mikroskopis didapatkan ciri anatomi yang khas dari semanggi yaitu stomata tipe anisositik pada epidermis atas dan bawah daun dengan bentuk sel tetangga bergelombang, trikoma multiseluler berbintik-bintik pada permukaan daun dan tangkai daun, stomata tipe parasitik pada tangkai daun. Pada pengamatan sayatan melintang daun tampak adanya penonjolan epidermis yang disebut papila. Terdapat rongga udara pada sayatan melintang tangkai daun dan stolon, berkas pengangkutan dengan tipe amfikribal, penebalan xylem bentuk spiral, dan minyak atsiri pada daun, tangkai daun, maupun stolon. Berdasarkan hasil skrining fitokimia diketahui bahwa semanggi mengandung golongan senyawa polifenol, steroid bebas, saponin, dan minyak atsiri. Dari hasil analisis semi-kuantitatif KLT-densitometri diketahui bahwa terdapat perbedaan luas area yang menunjukkan perbedaan konsentrasi antara semanggi budidaya dan semanggi liar.
viii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRACT MORPHOLOGICAL, ANATOMICAL, AND PHYTOCHEMICAL SCREENING OF SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.) LEAF CULTIVATED IN AREA RUNGKUT SURABAYA Ma’rifatus Sholecha Marsilea crenata Presl. is one of the plants in Indonesia that commonly used as food. M. crenata Presl. is potential to prevent osteoporosis. Before further investigation of the potential benefits that can be developed from M. crenata Presl., research needs to be done to get data of the anatomy, morphology, and contents of the chemical compounds. This examination is needed to avoid possible mistakes in taking the plant and to avoid possible false crude drug. The result showed that M. crenata Presl. is a herb that grows in freshwater environments such as ricefield, has compound leaves that consists of four leaves, green, smooth feathers on the surface. The leaves will close in the evening and open again in the morning. M. crenata Presl. has brown stolon and brown hairy roots. Result from microscopical anatomy found anisocytic stomata with three or more neighbouring cells in different size on the upper and lower epidermis, multicelluler trichomes, volatile oil drops, xylem with spiral-form thickening. The stem and stolon have paracytic stomata, volatile oil drops, and multicelluler thrichomes on the epidermis cell, xylem with spiral-form thickening, and amphicribal vascular bundle. Phytochemical screening showed that M. crenata Presl. contains polyphenol, free steroids, saponins, and volatile oils compounds. Keyword (s) : Marsilea phytochemical screening
crenata
Presl.,
anatomy,
morphology,
ix SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………..... ii LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv KATA PENGANTAR…………………………………………………. v RINGKASAN…………………………………………………………. vii ABSTRACT…………………………………………………………… ix DAFTAR ISI .......................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... xix BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5 2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Suku Marsileaceae ………………..
5
2.2 Tinjauan Tentang Taksonomi Marsilea crenata Presl. ………….
5
2.2.1 Klasifikasi ………………………………………………............. 5 2.2.2 Habitus-Morfologi………………………………………............. 5 2.2.3 Kandungan……………………………………………………… 6 2.2.4 Kegunaan………………………………………………………..
6
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia ……………………………………...
6
2.4 Tinjauan Tentang Pengamatan Makroskopik……………………
7
x SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.5 Tinjauan Tentang Pengamatan Mikroskopik…………………….
7
2.6 Tinjauan Tentang Ekstrak………………………………………...
8
2.6.1 Definisi Ekstrak…………………………………………………
8
2.6.2 Proses Pembuatan Ekstrak……………………………………..
8
2.6.3 Cara Pembuatan Ekstrak………………………………………
9
2.7 Tinjauan Tentang Skrining Fitokimia…………………………….
12
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL……………………………..
13
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN…………………………….
16
4.1 Bahan………………………………………………………..........
16
4.1.1 Bahan Penelitian………………………………………………..
16
4.1.2 Bahan Kimia dan Pereaksi ……………………………….. …..
16
4.2 Alat-alat yang digunakan ………………………………...............
17
4.3 Pengamatan Morfologi……………………..………….................
18
4.4 Pengamatan Anatomi……………………………………………
18
4.5 Skrining fitokimia dalam ekstrak ……………………………….
19
4.5.1 Pemeriksaan Alkaloid ……………………………….………..
20
4.5.2 Pemeriksaan Glikosida Saponin……………………………….
21
4.5.3 Pemeriksaan Glikosida Jantung………………………………..
23
4.5.4 Pemeriksaan Flavonoid………………………………………...
23
4.5.5 Pemeriksaan Tanin dan Senyawa Fenol………………………
24
4.5.6 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon…………………………..
26
4.5.7 Pemeriksaan Glikosida Sianohidrin……………………………
27
4.5.8 Pemeriksaan Minyak Atsiri…………………………………….
27
4.5.9 Pemeriksaan Kumarin………………………………………….
28
4.5.10 Pemeriksaan Iridoid…………………………………………..
28
4.6 Analisis Semi-Kuantitatif KLT-Densitometri Ekstrak Metanol Semanggi Budidaya dan Semanggi Liar……………..
28
xi SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4.7 Rancangan Penelitian…………………………………………….
29
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pengamatan Morfologi …………………….………………
31
5.1.1 Habitus………………………………………………………….. 31 5.1.2 Daun…………………………………………………………….
32
5.1.3 Tangkai Daun…………………………………………………… 35 5.1.4 Batang…………………………………………………………… 35 5.1.5 Akar……………………………………………………………..
36
5.2 Hasil Pengamatan Anatomi ……………………………………...
39
5.2.1 Sayatan Melintang Daun……………………………………….
39
5.2.2 Sayatan Melintang Tangkai Daun……………………………...
41
5.2.3 Sayatan Melintang Stolon………………………………………
42
5.2.4 Sayatan Epidermis Atas Daun …………………………………
42
5.2.5 Sayatan Epidermis Bawah Daun…………………… …………
46
5.2.6 Sayatan Membujur Tangensial dan Radial Tangkai Daun…..
48
5.2.7 Sayatan Membujur Tangensial dan Radial Stolon……………
50
5.2.8 Sayatan Membujur Akar……………………………………….
52
5.2.9 Sayatan Melintang Akar……………………………………….
52
5.2.10 Serbuk Daun…………………………………………………..
56
5.3 Hasil Skrining Fitokimia………………………………………….
58
5.3.1 Pemeriksaan Alkaloid…………………………………………..
59
5.3.2 Pemeriksaan Glikosida Saponin………………………………..
59
5.3.3 Pemeriksaan Glikosida Jantung………………………………… 60 5.3.4 Pemeriksaan Flavonoid…………………………………………
60
5.3.5 Pemeriksaan Tanin dan Polifenol………………………………
61
5.3.6 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon……………………………
61
5.3.7 Pemeriksaan Sianohidrin………………………………………... 61
xii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.3.8 Pemeriksaan Minyak Atsiri……………………………………..
62
5.3.9 Pemeriksaan Kumarin…………………………………………..
62
5.3.10 Pemeriksaan Iridoid……………………………………………
63
5.3.11 Analisis Semi-Kuantitatif KLT-Densitometri Ekstrak Metanol Semanggi Budidaya dan Semanggi Liar……………………..
64
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………….
71
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….
78
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 80 LAMPIRAN…………………………………………………………... 82
xiii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL halaman
Tabel 4.1 Reaksi Warna Untuk Tannin dan Senyawa Polifenol……….
25
5.1 Hasil pengamatan morfologi secara makroskopik dari M. crenata Presl…………………………………………
37
5.2 Hasil pengamatan anatomi secara mikroskopik berupa sayatan melintang dan membujur daun, tangkai daun, stolon, dan akar M. crenata Presl…………………………………………….
54
5.3 Hasil pengamatan organoleptik dan mikroskopik serbuk daun M. crenata Presl………………………………………
58
5.4 Hasil Skrining fitokimia ekstrak etanol 80% daun M. crenata Presl……………………………………………
63
5.5 Hasil perbandingan area profil kromatogram semanggi budidaya dengan semanggi liar……………………………
66
5.6 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 (B1)………………………………….
67
5.7 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 (B2)………………………………….
68
5.8 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 (L1)………………………………………..
69
5.9 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2 (L2)………………………………………..
70
xiv SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Gambar
halaman
2.1 Marsilea crenata Presl…………………………………………….. 5 3.1 Skema Kerangka Konseptual……………………………………..... 15 4.1 Skema Skrining fitokimia ekstrak……..…………………………… 20 4.2 Skema Rancangan Penelitian……………………………………..... 30 5.1 M. crenata Presl. budidaya dalam pot……………………………… 32 5.2 Daun M. crenata Presl. tampak atas……………………………….. 33 5.3 Daun M. crenata Presl. tampak bawah…………………………….. 33 5.4 Daun M. crenata Presl. yang masih muda menggulung……….…… 34 5.5 Susunan tulang daun M. crenata Presl. yang menyerupai kipas…… 34 5.6 Daun M. crenata Presl. menutup saat matahari tenggelam………… 35 5.7 Tangkai daun dan stolon M. crenata Presl…………………………. 36 5.8 Akar M. crenata Presl. yang berupa akar serabut berwarna coklat… 37 5.9 Penampang melintang daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x……………………………………………………. 40 5.10 Penampang melintang daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x…………………………………………………… 40 5.11 Penampang melintang tangkai M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x…………………………………………………… 41 5.12 Penampang melintang stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x…………………………………………………… 43
xv SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.13 Sel epidermis atas daun M. crenata Presl. dengan stomata tipe anisositik dan diasitik dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x………………. 44 5.14 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang terdapat di dalam tulang daun pada jaringan parenkim daun M. crenata Presl. disertai dengan tetes minyak atsiri dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x……… 45 5.15 Trikoma multiseluler berbintik-bintik pada permukaan daun bagian atas M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x……………….. 45 5.16 Sel epidermis bawah daun M. crenata Presl. dengan stomata tipe anisositik dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x……………… 46 5.17 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang terdapat di dalam tulang daun pada jaringan parenkim daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x…………………………………………… 47 5.18 Trikoma multiseluler berbinti-bintik pada permukaan daun bagian bawah M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x………. 47 5.19 Sayatan membujur tangensial tangkai daun M. crenata Presl. dalam media klorlhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x…………………………………………… 48 5.20 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral sayatan membujur radial tangkai daun M. crenata Presl. dalam media klorlhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran400x……… 49 5.21 Trikoma multiseluler berbintik-bintik pada sayatan membujur
xvi SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA tangkai daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x………. 49 5.22 Sayatan membujur tangensial stolon M. crenata Presl. dalam media klorlhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x………………………………………………… 50 5.23 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada sayatan membujur radial stolon M. crenata Presl. dalam media klorlhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x….51 5.24 Trikoma multiseluler pada sayatan membujur stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x……………… 51 5.25 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada sayatan membujur akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x…………………………………………………. 52 5.26 Sayatan melintang akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x………………………………………………….. 53 5.27 Sayatan melintang akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x…………………………………………………… 54 5.28 Sel epidermis dengan stomata tipe anisositik yang diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x……………… 56 5.29 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x………………. 57 5.30 Trikoma berbintik-bintik yang diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x………………………………
57
xvii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.31 Kromatogram golongan senyawa steroid atau triterpenoid bebas ekstrak etanol 80% menggunakan fase gerak n-heksana: etil asetat (4:1) dan penampak noda anisaldehid asam sulfat……………….. 60 5.32 Kromatogram minyak atsiri dengan eluen toluen : etil asetat (97:3) dan penampak noda anisaldehid asam sulfat…………….
62
5.33 Kromatogram ekstrak metanol dengan eluen n-heksana : etil asetat (4:1) dan penampak noda anisaldehid asam sulfat……………..
65
5.34 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 (B1)……………………………
67
5.35 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 (B2)……………………………
68
5.36 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 (L1)………………………………….
69
5.37 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2 (L2)………………………………….
70
xviii SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
Hasil Perhitungan Statistik…………………………………… 82
xix SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah lama menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu alternatif pengobatan. Penggunaan tanaman berkhasiat obat untuk kesehatan oleh masyarakat Indonesia digunakan berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun-menurun. Secara luas obat herbal telah lama diterima di seluruh negara dunia.
WHO merekomendasikan
penggunaan
obat
tradisional
termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif, dan kanker. WHO juga mendukung upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat herbal (WHO, 2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada obat modern karena efek samping yang relatif lebih sedikit. Marsilea crenata Presl. atau yang umum dikenal dengan nama semanggi adalah salah satu tumbuhan dari suku Marsileaceae yang hidup secara liar di lingkungan perairan seperti kolam, sawah, danau, dan rawa-rawa. Daun dari semanggi sering dimanfaatkan oleh masyarakat Surabaya sebagai bahan makanan yang dikenal sebagai pecel semanggi, khas dari Surabaya. M. crenata Presl. mempunyai khasiat tertentu yang belum banyak diteliti. Secara empiris semanggi belum dikenal sebagai tanaman obat. Namun dalam sebuah buku dikatakan bahwa daun dan batang semanggi mempunyai khasiat sebagai peluruh air seni (Hutapea,1994).
1 SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
Dari penelitian yang dilakukan oleh Laswati (2007) melalui teknik radio immuno assay (RIA) diketahui bahwa ekstrak etanol daun semanggi terdeteksi mengandung senyawa serupa estradiol. Senyawa estradiol merupakan senyawa sintetis yang digunakan dalam terapi sulih hormon pada perempuan yang kadar estrogen dalam tubuhnya menurun karena menopause dan digunakan pula dalam pil kontrasepsi hormonal. Dari penelitian tersebut ternyata terbukti bahwa kombinasi latihan fisik pembebanan aksial dan pemberian ekstrak etanol daun semanggi dapat mencegah terjadinya osteoporosis dengan mekanisme penghambatan ketidakseimbangan remodeling tulang pada hewan coba betina dan perempuan pasca menopause (Laswati, 2007). Hal ini menunjukkan semanggi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Dalam pengembangan obat tradisional / obat dari bahan alam menjadi obat herbal atau fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang ketat. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah kualitas dari bahan baku. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kualitas bahan baku semanggi diperlukan data ciri morfologi dan anatomi yang khas untuk menjamin keaslian sampel tanaman dan untuk mengidentifikasi kebenaran dari serbuk
simplisia
sehingga
terhindar
dari
pemalsuan.
Untuk
mendapatakn data morfologi dan anatomi dilakukan penelitian berupa studi mikroskopik dan makroskopik. Selain itu juga perlu dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam semanggi. Semanggi merupakan tanaman liar yang tumbuh di lingkungan perairan seperti sawah. Kondisi lingkungan tempat tumbuh semanggi mempunyai pengaruh terhadap kandungan tanaman tersebut. Bila tanaman tersebut tumbuh di daerah persawahan yang berada dekat SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
dengan kawasan industri seperti daerah Benowo-Surabaya dimana banyak semanggi yang tumbuh secara liar, mutu kandungan dari semanggi tersebut tidak dapat dijamin. Bahan baku semanggi yang selama ini digunakan oleh masyarakat sebagai makanan dan digunakan sebagai bahan penelitian merupakan bahan baku yang didapatkan dari tumbuhan liar sehingga keseragaman mutu kandungan semanggi tersebut tidak dapat dijamin. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan usaha budidaya semanggi untuk mendapatkan kualitas semanggi yang baik yang dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan makanan maupun bahan baku obat tradisional. 1.2 Rumusan Masalah 1.
Bagaimana morfologi dan anatomi dari M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya?
2.
Golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya?
3.
Apakah ada perbedaan antara M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya dengan M. crenata Presl. (semanggi) liar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya.
2.
Untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya dengan metode skrining fitokimia.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
4
Untuk mengetahui perbedaan antara M. crenata Presl. (semanggi) hasil budidaya dan M. crenata Presl. (semanggi) liar dengan metode analisis semi-kuantitatif KLT-densitometri.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
mengenai ciri morfologi, anatomi, dan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman semanggi sebagai langkah awal penelitian dalam pemanfaatannya di bidang farmasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk melengkapi data yang belum ada dalam buku Materia Medika Indonesia.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang tanaman suku Marsileaceae Merupakan paku air atau paku rawa. Akar rimpang merayap. Daun menjari berbilang empat, daun yang masih muda menggulung. Sporocarpia (buah spora) terletak pada tangkai daun, terdiri dari beberapa sori dan sebuah sorus dengan beberapa mega dan mikosporongia. Megasporongia terdiri dari satu spora betina yang besar (megaspora), sedangkan mikrosporongia terdiri dari beberapa spora jantan yang kecil (mikrospora). (Steenis, 1975) 2.2 Tinjauan tentang taksonomi M. crenata Presl. 2.2.1 Klasifikasi Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicianae
Bangsa
: Salviniales
Suku
: Marsileaceae
Marga
: Marsilea
Jenis
: Marsilea crenata Presl.
Nama daerah Jawa
: Semanggi
(Steenis, 1975)
Gambar 2.1 Marsilea crenata Presl. (www.akvarijum.org/)
2.2.2 Habitus – Morfologi Herba, yang tumbuh di tempat berair seperti sawah dan pematang sawah. Pada air yang dangkal terlihat daun beserta tangkainya sedangkan pada air yang dalam hanya terlihat daunnya
SKRIPSI
5 MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
saja (Steenis, 1975). Susunan daunnya terdiri dari empat anak daun yang saling berhadapan, berbentuk segitiga terbalik, susunan tulang daun menyerupai seperti bentuk kipas, dan pada permukaannya terdapat bulu yang halus. Batang berupa stolon, pada setiap nodus keluar akar serabut dan tangkai daun. (Tiyaningsih, 2007) 2.2.3 Kandungan Daun dan batang M. crenata Presl mengandung minyak atsiri, saponin, triterpenoid bebas, steroid, dan polifenol. (Tiyaningsih, 2007) 2.2.4 Kegunaan Daun dan batang semanggi mempunyai khasiat sebagai peluruh air seni (Hutapea, 1994) namun oleh masyarakat daun semanggi dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. 2.3 Tinjauan Tentang Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral). (Depkes RI, 2000) Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. (Depkes RI, 2000)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada: 1. Bagian tanaman yang digunakan 2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen 3. Waktu panen 4. Lingkungan tempat tumbuh Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif dalam tanaman. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu. Sering kali mutu simplisia yang dihasilkan tidak sama karena umur tanaman saat dipanen tidak sama. Selain itu, kadar kandungan senyawa aktif juga dipengaruhi lingkungan tempat tumbuh. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah, dan cuaca. (Depkes RI, 1985) 2.4 Tinjauan tentang pengamatan makroskopik Pemeriksaan makroskopik adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau mikroskop binokuler. Cara ini digunakan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang akan diperiksa. (Depkes RI, 1987) 2.5 Tinjauan tentang pengamatan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya diatur sesuai keperluan dan dilengkapi dengan kamera. Simplisia yang diperiksa berupa sayatan melintang, maupun membujur atau berupa serbuk. Pada pemeriksaan mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi yang khas. Dari pemeriksaan ini akan diketahui jenis simplisia
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. (Depkes RI, 1987) 2.6 Tinjauan Tentang Ekstrak 2.6.1 Definisi Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat. (Depkes RI, 2000) 2.6.2 Proses pembuatan ekstrak Tahapan pembuatan ekstrak adalah : 1.Pembuatan serbuk simplisia Proses awal pembuatan ekstrak adalah pembentukan serbuk simplisia kering dengan alat penggiling sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak, karena semakin halus serbuk simplisia proses ekstraksi akan semakin efektif dan efisien. (Depkes RI, 2000) 2.Cairan pelarut Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang sesuai untuk senyawa kandungan berkhasiat, dengan
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan senyawa kandungan lainnya serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah: selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan. (Depkes RI, 2000) 3.Separasi dan pemurnian Tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa mempengaruhi senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Dalam hal ini termasuk juga pemisahan dari sisa pelarut yang tidak dikehendaki. (Depkes RI, 2000) 4.Pemekatan atau penguapan Pemekatan berarti peningkatan jumlah atau konsentrasi senyawa terlarut dengan cara menguapkan pelarut sampai menjadi kandungan kering sehingga ekstrak menjadi kental atau pekat. (Depkes RI, 2000) 5.Pengeringan ekstrak Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk. Massa kering dan rapuh tergantung proses dan peralatan yang digunakan. (Depkes RI, 2000) 2.6.3 Cara pembuatan ekstrak 1.Ekstraksi dengan menggunakan pelarut 1.1 Cara dingin - Maserasi
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
Maserasi adalah suatu proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
kontinu
(terus-menerus).
Remaserasi
berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000). - Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. (Depkes RI, 2000) 1.2 Cara panas - Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. (Depkes RI, 2000) - Dengan menggunakan ekstraktor soxhlet Ekstraksi yang dilakukan dengan alat khusus seperti ekstraktor soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik. (Depkes RI, 2000)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
- Digesti Digesti
adalah
maserasi
kinetik
(dengan
pengadukan kontinyu) pada temperature yang lebih tinggi daripada temperatur ruangan yaitu pada 40-50º C. (Depkes RI, 2000) - Infus Proses
penyarian
dengan
pelarut
air
pada
temperatur penangas air (90º C) selama waktu 15-20 menit, menghasilkan ekstrak yang disebut infus. (Depkes RI, 2000) - Dekok Proses penyarian dengan pelarut air pada waktu yang lebih lama dari 20 menit dan temperatur sampai titik didih air (100º C) menghasilkan ekstrak yang disebut dekok. (Depkes RI, 2000) 2.Destilasi uap Destilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa yang mudah menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat yang memisah sempurna atau memisah sebagian. (Depkes RI, 2000) 3.Cara ekstraksi lain 3.1 Ekstraksi berkesinambungan Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda atau resirkulasi cairan
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
pelarut dan prosesnya tersusun berurutan beberapa kali. (Depkes RI, 2000) 3.2 Superkritikal karbondioksida Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk
simplisia
dan
umumnya
digunakan
gas
karbondioksida. (Depkes RI, 2000) 3.3 Ekstraksi ultrasonik Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz) memberikan efek pada proses ekstraksi dengan prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan
(cavitation)
sebagai
stress
dinamik
serta
menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat, dan lama proses ultrasonik. (Depkes RI, 2000) 3.4 Ekstraksi energi listrik Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta electric-discharges yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil dengan prinsip
menimbulkan
gelembung
spontan
dan
menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik. (Depkes RI, 2000) 2.7 Tinjauan tentang skrining fitokimia Skrining fitokimia merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, yang biasanya punya aktivitas biologis, secara tepat dan teliti. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL Semanggi adalah salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia pada umumnya sebagai makanan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak etanol daun semanggi terbukti dapat mencegah
osteoporosis
dengan
mekanisme
penghambatan
ketidakseimbangan remodeling tulang pada hewan coba betina dan perempuan pasca menopause (Laswati, 2007). Berdasarkan hal
tersebut
dapat diketahui
bahwa
semanggi
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Untuk dapat mengembangkan semanggi menjadi obat herbal terstandar atau fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang ketat. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah kualitas dari bahan baku. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kualitas bahan baku semanggi diperlukan data ciri morfologi dan anatomi yang khas untuk menjamin keaslian sampel tanaman dan untuk mengidentifikasi kebenaran dari serbuk simplisia sehingga terhindar dari pemalsuan. Selain itu juga perlu dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam semanggi. Semanggi merupakan tanaman liar yang biasanya tumbuh di sawah. Bahan baku semanggi yang selama ini digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan dan digunakan sebagai bahan penelitian merupakan bahan baku yang didapatkan dari tumbuhan liar sehingga keseragaman mutu kandungan semanggi tersebut tidak dapat dijamin. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan usaha budidaya semanggi untuk mendapatkan kualitas semanggi yang baik yang dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan makanan maupun bahan baku obat tradisional.
SKRIPSI
13 MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan data anatomi, morfologi, dan golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman semanggi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan standarisasi simplisia dan ekstrak semanggi.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
M. crenata Presl. (Semanggi) terbukti dapat mencegah osteoporosis (Laswati, 2007) Secara umum digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan
Dapat dikembangkan menjadi obat tradisional
Diperlukan bahan baku yang berkualitas dan terstandar Selama ini bahan baku diambil dari semanggi yang tumbuh liar Budidaya untuk mendapatkan kualitas yang baik
Morfologi
Anatomi
Didapatkan ciri semanggi secara mikroskopis dan makroskopis
Skrining fitokimia Didapatkan golongan senyawa yang terkandung dari reaksi warna dan kromatografi lapis tipis
Digunakan sebagai acuan standarisasi simplisia dan ekstrak semanggi Gambar 3.1 Skema kerangka konseptual
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Bahan 4.1.1 Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah seluruh bagian tanaman M. crenata Presl. (semanggi) segar yang meliputi daun, batang, dan akar yang diperoleh dari hasil budidaya di daerah Rungkut Surabaya dengan menggunakan media air minum PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan semanggi dari daerah Kelurahan Kendung Benowo Surabaya. Semanggi ini telah dideterminasi di kebun raya Purwodadi pada bulan Juli 2012. Bagian tanaman yang masih segar digunakan untuk pemeriksaan morfologi secara makroskopik dan anatomi secara mikroskopik
berupa
pengamatan
penampang melintang dan
membujur. Sedangkan serbuk kering digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik yaitu berupa pengamatan fragmen pengenal yang spesifik dan digunakan pula pada skrining fitokimia. 4.1.2 Bahan Kimia dan Pereaksi Bahan kimia yang diperlukan adalah : - n-heksan teknis - Metanol teknis - Etanol 96% - Etil asetat - Kloroform Pereaksi yang diperlukan adalah sebagai berikut :
16 SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
- Ammonia - Anisaldehid H2SO4 - Asam asetat anhidrat - Asam asetat glasial - Dragendorf - Eter - Ferriklorida - Gelatin - H2SO4 pekat - HCl 2N - HCl pekat - Kloralhidrat - Pereaksi Meyer - NaCl 10% - NaOH - n-butanol - Serbuk Mg - Sitrat borat - Pereaksi Wagner - Florogusin - HCl pekat 4.2 Alat-alat yang digunakan Dalam pemeriksaan morfologi, anatomi, dan skrining fitokimia digunakan alat-alat: - Kamera digital Olympus VG-110 - Mikroskop trinokuler BXA41TF Olympus - Ultrasonic bath Branson 3510 - Mikrotom Ogawa Seiki SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
- Corong Buchner - Buchi rotavapor R-114 - Labu alas bulat dan pendingin balik - Oven kapasitas suhu 40-50º C - Scanner - Alat-alat gelas - Lempeng silica GF254 - Bejana kromatografi Cammag - Lampu UV Cammag 4.3 Pengamatan morfologi Diambil semanggi segar yang diperoleh untuk dilakukan pemeriksaan secara makroskopik yang meliputi habitus, daun (jenis daun, filotaksis daun, bentuk daun, pangkal dan ujung daun, permukaan daun, ukuran daun, tepi daun, susunan tulang daun), batang (bentuk batang, warna batang, kulit batang, arah tumbuh batang), dan bentuk akar. 4.4 Pengamatan anatomi Pemeriksaan anatomi dilakukan secara mikroskopik meliputi pengamatan melintang dan membujur tanaman segar serta pengamatan fragmen spesifik pada serbuk simplisia dalam media air dan kloralhidrat. Sedangkan untuk pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, dan rasa dari serbuk simplisia semanggi. Pengamatan terhadap fragmen tertentu dapat dilakukan penambahan pereaksi warna, antara lain : 1. Florogusin-HCl
pekat
untuk pengamatan dinding sel
yang
mengandung lignin seperti sel-sel batu, serabut sklerenkim dan xylem SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
2. Pereaksi Sudan III untuk pengamatan minyak atsiri dn minyak lemak 3. Metilen biru dan Anilin biru untuk pengamatan jaringan dasar 4. Pereaksi Millon untuk pengamatan butir-butir aleuron 5. Safranin untuk pengamatan xylem 4.5 Skrining fitokimia dalam ekstrak Untuk mengetahui zat yang terkandung dalam semanggi dilakukan skrining fitokimia. Daun semanggi segar yang telah dikeringkan diperkecil ukurannya untuk memperoleh serbuk yang halus. Sebagian dari serbuk tersebut digunakan untuk pemeriksaan kandungan senyawa golongan glikosida sianohidrin, minyak atsiri, dan iridoid, dan sebagian lagi dibuat dalam bentuk ekstrak. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia dengan reaksi warna, reaksi pengendapan, dan kromatografi lapis tipis (KLT). Golongan senyawa yang akan diperiksa adalah : alkaloid, glikosida saponin, senyawa flavonoid, tanin dan polifenol, glikosida antrakuinon, dan kumarin. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Dalam pembuatan simplisia dilakukan dengan cara disiapkan daun semanggi segar yang telah dicuci bersih, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat terbuka sehingga diperoleh simplisia kering. Setelah itu, simplisia kering diserbuk dengan alat penggiling. Serbuk simplisia yang telah halus selanjutnya diekstraksi. (Depkes RI, 1985) Ditimbang bahan yang berupa serbuk kering daun semanggi sebanyak 50 gram kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol 80% dengan metode ultrasonik. Serbuk semanggi diekstraksi dalam alat ultrasonic bath selama 10 menit sambil diaduk. Ekstrak etanol yang
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
didapat dikumpulkan dan diuapkan dengan penurunan tekanan menggunakan rotavapor sampai didapatkan ekstrak yang kering. Semua penjelasan diatas dapat disederhanakan dalam gambar 4.1 :
Simplisia semanggi
Serbuk simplisia semanggi Ekstraksi menggunakan Pelarut etanol 80% dengan metode ultrasonik
Pemeriksaan glikosida sianohidrin, minyak atsiri, dan iridoid
Ampas
Ekstrak semanggi dalam etanol Dikumpulkan dan diuapkan dengan rotavapor Ekstrak kering
Dengan reaksi warna dan kromatografi lapis tipis dilakukan pemeriksaan alkaloid, glikosida saponin, senyawa flavonoid, tanin dan polifenol, glikosida antrakuinon, dan kumarin
Gambar 4.1 Skema Skrining fitokimia ekstrak 4.5.1 Pemeriksaan Alkaloid 1. Reaksi Pengendapan Ekstrak yang setara dengan 20 gram bahan dipanaskan di atas penangas air sampai seperti sirup. Setelah dingin ditambahkan 10 ml HCl 2N kemudian dipanaskan di atas SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
penangas air selama 2-3 menit. Setelah dingin ditambahkan NaCl untuk mengendapkan protein yang dapat memberikan reaksi positif palsu, lalu filtrat disaring, kemudian ditambahkan HCl 2N sampai 10 ml. Filtrat digunakan untuk petunjuk adanya alkaloid dengan penambahan pereaksi pengandapan. Pereaksi yang digunakan antara lain Wagner, Meyer, dan Bouchardat. Ekstrak mengandung alkaloid bila timbul endapan setelah ditambah dengan pereaksi tersebut. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 2. Kromatografi Lapis Tipis Filtrat ditambah NH4OH 28% sampai alkalis, diekstraksi dengan 10 ml CHCl3. Fase CHCl3 ditambah dengan NaSO4 eksikatus, disaring, kemudian diuapkan sampai kering. Ekstrak CHCl3 dilarutkan dalam metanol untuk uji KLT. Fase gerak
: aseton : air : ammonia (40: 7: 3)
Penampak noda
: pereaksi dragendorf
Positif jika terjadi noda merah jingga. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.2 Pemeriksaan Glikosida Saponin 1. Uji Buih Tes buih saponin Ekstrak setara 2 gram bahan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok kuat-kuat dengan air suling 10 ml. Buih yang timbul diukur. Percobaan positif dengan daging buah Sapindus rarak yang dikocok dengan 10 ml air suling. Positif bila terjadi buih setinggi 3 cm di atas permukaan cairan, stabil selama 30 menit. Sebagai pembanding digunakan SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
daging buah Sapindus rarak. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 2. Reaksi Warna Ekstrak yang setara 10 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml n-heksan atau petroleum eter. Kemudian didekantir dan filtrat dibuang. Diulang sampai n-heksan atau petroleum eter tidak berwarna. Residu ditambah 10 ml CHCl3, kemudian digojok selama 5 menit, didekantir dalam tabung reaksi yang berisi 100 mg NaSO4 anhidrat, saring. Filtrat dibagi 3 (A, B, C). (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Tes Liebermann-Burchard A sebagai blanko, B ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat, kemudian dikocok pelan. Hasil positif bila terjadi perubahan warna hijau-biru untuk saponin steroid, merah-violet untuk saponin triterpenoid dan kuning muda untuk saponin jenuh. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Tes Salkowski A sebagai blanko, C ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Hasil positif mengandung sterol tak jenuh bila terdapat cincin merah pada fase asam. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 3. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak yang mengandung 10 gram bahan ditambah dengan pelarut yang sesuai, ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak. Langkah ini untuk identifikasi adanya steroid atau triterpenoid bebas. Positif bila terjadi noda
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
warna merah-ungu setelah plat KLT dipanaskan di atas hot plate. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.3 Pemeriksaan Glikosida Jantung Reaksi Warna Tes Keller-Killiani Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Diekstraksi berulang-ulang dengan nheksan sampai n-heksan tidak berwarna. Residu diuapkan untuk menghilangkan n-heksan, ditambah 3 ml FeCl3, diaduk-aduk, dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya cincin ungu menunjukkan adanya gula 2-deoxy. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Tes Liebermann-Burchard seperti pada saponin Positif untuk steroid jika terbentuk warna hijau- biru. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.4 Pemeriksaan Flavonoid 1. Reaksi Warna Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, dipanaskan di atas penangas air sampai kering. Diekstraksi berulang-ulang dengan petroleum eter atau n-heksan sampai cairan tidak berwarna. Residu ditambah 2 ml etanol 80%, disaring, filtrat dibagi 4 (A, B, C, D). Tes Bate-Smith & Metcalf A sebagai blanko, B ditambah 0,5 ml HCl pekat, kemudian dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air. SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Positif
bila
terjadi
warna
merah
terang
atau
24 ungu
(leukoantosianin). (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Tes Wilstater A sebagai blanko, C ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4 potong magnesium. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air suling, kemudian ditambah 1 ml butanol. Diamati warna yang terjadi pada setiap lapisan. Perubahan warna merah jingga menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavonon. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 2. Kromatografi Lapis Tipis Bahan
: 0,1-0,2 ml ekstrak
Fase diam
: silica gel GF 254 tebal 0,25 mm
Fase gerak
: butanol : asam asetat glasial : aquades (4: 1: 5)
Penampak noda : sitrat borat atau CeSO4 atau uap ammonia Ekstrak dieluasi kemudian dikeringkan dengan hair dryer. Noda yang terjadi diamati dengan pereaksi sitrat borat dan dengan sinar UV pada λ 254 nm kemudian dibandingkan dengan warna noda dari rutin. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan adanya noda kuning terang, coklat lemah, kuning hijau, merah jingga. Bila disemprot dengan CeSO4 akan timbul warna oranye sampai coklat atau bila dialiri uap ammonia akan timbul warna kuning tidak permanen. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.5 Pemeriksaan Tanin dan Senyawa Polifenol Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin, ditambah 20 ml air SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
suling panas, dikocok sampai homogen kemudian ditambah 5 tetes NaCl 10% untuk mengendapkan zat-zat lain, kemudian disaring. Filtrat dibagi menjadi 4 bagian (A, B, C, D). Tes Gelatin Filtrat A sebagai blanko, B ditambah larutan gelatin 1% lalu diamati terjadinya endapan. Tes Gelatin- NaCl Filtrat A sebagai blanko, filtrat C ditambah larutan 1% gelatin, lalu ditambah NaCl 10%. Diamati terjadinya endapan. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Tes Ferri klorida Filtrat D ditambah pereksi ferri klorida. Diamati terjadinya warna. Bila tidak timbul warna menunjukkan tannin dan polifenol negatif. Bila timbul warna biru-hitam, hijau-biru, hijau-hitam menunjukkan adanya polifenol. Penafsiran hasil berdasarkan reaksi warna menggunakan tes ferri klorida dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Reaksi warna untuk Tanin dan Senyawa Polifenol No 1
2
3
Reagen
Pengamatan
Keterangan
Gelatin
Tidak timbul endapan
Tannin negatif
Gelatin- NaCl
Tidak timbul endapan
Polifenol negatif
FeCl3
Tidak timbul warna
Gelatin
Timbul endapan
Tannin
Gelatin- NaCl
Timbul endapan
Tipe katekol
FeCl3
Hijau- biru, hijau- hitam
Gelatin
Timbul endapan
Tannin
Gelatin- NaCl
Timbul endapan
Tipe pirogallol
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
FeCl3
Biru- hitam
Gelatin- NaCl
Endapan negatif, tetapi
Tannin negatif
timbul warna hijau-biru-
Polifenol positif
26
hitam setelah ditambah FeCl3 4.5.6 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon 1. Reaksi Warna Tes Borntrager Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, diuapkan sampai kering. Setelah dingin, ditambahkan 10 ml air suling, kemudian disaring, filtrat diekstraksi dengan toluena 5 ml dalam corong pisah 2 kali. Fase toluena diambil kemudian dibagi dua (A, B). A sebagai blanko, B ditambah 5 ml amonia, kemudian dikocok. Positif bila terjadi warna merah pada lapisan alkali. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) Modifikasi Borntrager Test Ekstrak yang setara dengan 1 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin ditambah 10 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2 encer, dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit keumdian disaring. Filtrat ditambah asam asetat glacial sampai reaksi asam. Diekstraksi dengan toluen 2 kali masing-masing 5 ml. fase toluen diambil, dibagi dua (A, B). A sebagai blanko, B ditambah 2-5 ml larutan amonia. Positif jika terjadi warna merah pada lapisan alkali. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
2. Kromatografi Lapis Tipis Bahan
: 0,1-0,2 ml ekstrak
Fase diam
: silika gel GF 254 tebal 0,25 mm yang telah diimpregnasi dengan NaOH 0,01M
Fase gerak
: kloroform : etil asetat : asam asetat (75: 24: 1)
Penampak noda : larutan KOH 10% metanol Positif jika noda kuning, kuning- coklat, merah, violet, hijau (Harborne, 1987) 4.5.7 Pemeriksaan Glikosida Sianohidrin Reaksi Warna Tes Grignard 2-5 gram serbuk ditambah air secukupnya, kemudian ditambahkan 1 ml CHCl3, kemudian ditutupi gabus dengan diselipi kertas pikrat. Kertas pikrat tidak boleh menyentuh cairan kemudian dipanaskan pada suhu 35-40º C atau didiamkan selama 3 jam kemudian diamati perubahan warna pada kertas pikrat. Positif bila terjadi bayangan merah pada kertas pikrat. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.8 Pemeriksaan Minyak Atsiri Kromatografi Lapis Tipis Bahan
: serbuk semanggi 50 mg dimikrodestilasi pada suhu 240º
C selama 90 detik menggunakan tanur TAS Fase diam : silika gel GF 254 Fase gerak : toluena : etil asetat (97: 3) Penampak noda
: Anisaldehid- asam sulfat atau fosfomolibdat
kemudian dipanaskan pada suhu 105-110º C selama 5 menit
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Positif bila terjadi noda warna merah- ungu, ungu atau biruungu dengan anisaldehid asam sulfat dan noda biru dengan fosfomolibdat. (Wagner, 1984; Zaini dan Indrayanto, 1978) 4.5.9 Pemeriksaan Kumarin Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak ditotolkan pada lempeng silika gel GF 254 Fase gerak : eter : toluen (1 : 1) Noda diamati pada sinar uv, positif jika terjadi noda violet, biru, coklat, hijau, atau kuning dan warna akan lebih intensif jika disemprot dengan larutan 10% KOH metanol, 20% antimon klorida dalam CHCl3 atau CHCl3 murni. (Wagner, 1984) 4.5.10 Pemeriksaan Iridoid Sebanyak 5 gram serbuk direndam dalam 5 ml HCl 1% selama 6 jam, disaring, kemudian ekstrak HCl tersebut ditambah 1 ml pereaksi Trim Hill. Tabung dipanaskan di atas api bebas selama 1-2 menit kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya iridoid ditunjukkan dengan warna merah ungu, biru, atau hijau biru. (Harborne, 1987) 4.6 Analisis Semi-Kuantitatif KLT-Densitomeri Ekstrak Metanol Daun Semanggi Budidaya dengan Semanggi Liar Masing-masing menggunakan pelarut
sebanyak
1
gram
serbuk
diekstraksi
metanol 30 ml dengan metode sonikasi.
Sonikasi dilakukan 3x10 menit. Hasil ekstraksi kemudian disaring dan ekstrak cair yang didapatkan ditotolkan pada plat KLT dan dieluasi. Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4: 1) SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Noda dideteksi dengan menggunakan densitometer pada λ 254 nm. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for The Social Science). Setelah didapatkan data profil kromatogram, plat disemprot dengan anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan. Intensitas warna noda yang terjadi diamati dan dibandingkan. 4.7 Rancangan Penelitian Semanggi segar dicuci dengan air mengalir. Sebagian dari semanggi yang telah dicuci digunakan untuk pengamatan ciri morfologi dan anatomi secara makroskopik dan mikroskopik. Sebagian lagi dikeringkan kemudian disortasi dan diperkecil ukurannya hingga didapatkan serbuk simplisia. Serbuk simplisia tersebut digunakan untuk pemeriksaan fragmen serbuk semanggi secara mikroskopik dan untuk skrining fitokimia golongan senyawa yang terkandung.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Semanggi segar Pencucian Pengeringan, sortasi, pengecilan ukuran partikel
Pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik
Serbuk simplisia
Ciri morfologi dan anatomi semanggi
Skrining fitokimia
Pemeriksaan mikroskopik Fragmen serbuk semanggi
Golongan senyawa yang terkandung
Gambar 4.2 Skema Rancangan Penelitian
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pengamatan Morfologi Pengamatan morfologi secara makroskopik yang dilakukan meliputi habitus, daun, batang, dan akar. 5.1.1 Habitus M. crenata Presl merupakan herba yang tumbuh di lingkungan air tawar seperti persawahan. Tanaman semanggi air dapat dibudidayakan dalam pot. Lingkungan tempat budidaya semanggi dapat disesuaikan dengan habitat aslinya di daerah persawahan, seperti pengisian air dalam pot hingga tanah tergenang. Untuk mengurangi pencemaran logam berat akibat penggunaan air tanah, dapat digunakan air PAM. Pemberian pupuk juga dapat dilakukan untuk tambahan nutrisi bagi pertumbuhan semanggi air. Alat perkembangbiakan dari M. crenata Presl. berupa spora yang keluar dari kotak spora dan tertiup angin kemudian akan jatuh pada tanah. Bila spora jatuh pada tanah yang cocok maka akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.1
31 SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
Gambar 5.1 M. crenata Presl. budidaya dalam pot (Dokumentasi pribadi) 5.1.2 Daun Daun M. crenata merupakan daun majemuk yang tersusun dari empat helai anak daun yang saling berhadapan, mengumpul pada ujung tangkai daun. Daun yang masih muda menggulung. Pada saat matahari tenggelam daun akan menutup dan membuka kembali saat matahari terbit. Pada pangkal daun bagian bawah terdapat spora. Helai daun berbentuk segitiga terbalik (cuneatus), pangkal daun runcing (acutus) berwarna kuning, ujung daun tumpul (obtusus), permukaan daun berbulu (pilosus) halus dan jarang, tepi daun rata (integer)
tetapi
sedikit
bergelombang,
tulang
daun
tersusun
menyerupai bentuk kipas, panjang dan lebar daun bervariasi, yaitu berturut-turut 1.5–2.4 cm dan 1.1–2.1 cm, warna daun hijau muda sampai hijau tua dengan warna daun bagian atas cerah sedangkan warna daun bagian bawah pucat. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.2, 5.3, 5.4, 5.5, 5.6, dan tabel 5.1 SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 5.2 Daun M. crenata Presl. tampak atas
Gambar 5.3 Daun M. crenata Presl. tampak bawah
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
33
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Gambar 5.4 Daun M. crenata Presl. yang masih muda menggulung
Gambar 5.5 Susunan tulang daun M. crenata Presl. yang menyerupai kipas
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Gambar 5.6 Daun M. crenata Presl. menutup saat matahari tenggelam 5.1.3 Tangkai Daun Tangkai daun M. crenata Presl. tumbuh tegak ke atas, muncul pada setiap nodus batang yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah. Tangkai daun berbentuk bulat, tidak berkayu, permukaannya berbulu halus, dan berwarna hijau. Tinggi tangkai daun berkisar antara 1-19 cm. Pada ujung tangkai daun terdapat spora. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.7 dan tabel 5.1 5.1.4 Batang Batang M. crenata Presl. tumbuh mendatar di atas permukaan tanah dan memiliki nodus dimana pada setiap nodus keluar akar dan tangkai daun sehingga disebut stolon. Stolon adalah batang yang tumbuh horizontal di atas atau di bawah permukaan tanah dimana pada setiap nodus dari stolon muncul akar atau tunas yang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru (Tjitrosoepomo, 2003). Stolon M.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
crenata Presl. berbentuk bulat, tidak berkayu, berbulu halus, dan berwarna coklat. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.7 dan tabel 5.1
Tangkai daun
Stolon
Gambar 5.7 Tangkai daun dan stolon M. crenata Presl. 5.1.5 Akar Akar M. crenata Presl. merupakan akar serabut berwarna coklat yang muncul pada setiap nodus dari stolon. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.8 dan tabel 5.1
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Gambar 5.8 Akar M. crenata Presl. yang berupa akar serabut berwarna coklat
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Tabel 5.1 Hasil pengamatan morfologi secara makroskopik dari M. crenata Presl. No.
Pengamatan
1.
Habitus
2.
Daun a. jenis
3.
4.
5.
Herba, menjalar, tumbuh di persawahan, dapat dibudidayakan dalam pot.
b. bentuk helaian daun c. susunan tulang daun d. pangkal daun e. ujung daun f. tepi daun g. permukaan daun h. ukuran Panjang Lebar i. warna Tangkai daun a. Bentuk b. Ukuran c. Permukaan d. Warna Stolon a. Bentuk b. Permukaan c. Warna d. Arah tumbuh Akar a. Jenis b. Warna
SKRIPSI
Keterangan
Majemuk, tersusun dari empat helai anak daun yang saling berhadapan, daun yang masih muda menggulung, saat matahari akan tenggelam daun menutup Segitiga terbalik (cuneatus) Menyerupai kipas Runcing (acutus) Tumpul (obtusus) Rata (integer), kadang sedikit bergelombang Berbulu halus tetapi jarang 1.5-2.4 cm 1.1-2.1 cm Hijau muda sampai hijau tua Bulat 1-19 cm Berbulu halus Hijau muda Bulat Berbulu halus Coklat Mendatar Serabut, muncul pada setiap nodus Coklat
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
5.2 Hasil Pengamatan Anatomi Pengamatan anatomi secara mikroskopik meliputi pengamatan melintang dan membujur tanaman segar serta pengamatan fragmen spesifik pada serbuk simplisia dalam media air dan kloralhidrat. Sayatan melintang dilakukan terhadap daun, tangkai, dan stolon. Sedangkan sayatan membujur dilakukan terhadap epidermis atas dan bawah daun, tangkai daun, stolon, dan akar. 5.2.1 Sayatan melintang daun Dari hasil pengamatan sayatan melintang daun M. crenata Presl. tampak jaringan epidermis atas dan bawah, jaringan palisade, jaringan bunga karang, jaringan pengangkut dan stomata. Jaringan epidermis terdiri dari satu lapis dimana terdapat penonjolan dari epidermis yang disebut dengan papila. Jaringan palisade terletak di bawah jaringan epidermis atas saja yang berbentuk memanjang dari atas ke bawah. Pada jaringan pengangkut tampak adanya floem dan xylem yang tersusun secara konsentris dengan tipe amfikribal. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.9, 5.10 dan tabel 5.2
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c
40
d
a b
Gambar 5.9 Penampang melintang daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x; a= epidermis atas, b= parenkim palisade, c= sel bunga karang, d= epidermis bawah
b a
c
Gambar 5.10 Penampang melintang daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x; a= stomata, b= xilem, c= floem
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
5.2.2 Sayatan melintang tangkai daun Tangkai semanggi tersusun atas jaringan-jaringan epidermis, parenkim korteks, rongga udara, dan jaringan pengangkut. Sel epidermis berbentuk bulat dengan dinding sel yang tipis. Terdapat aerenkim yang merupakan jaringan parenkim dengan rongga udara yang didapati pada tumbuhan yang hidup di tanah jenuh air, dan yang berhabitat akuatik, penting untuk aerasi tumbuhan (Fahn, 1995). Sel parenkim korteks berbentuk bulat. Pada berkas pengangkutan tampak adanya floem dan xylem yang tersusun secara konsentris dengan tipe amfikribal. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.11 dan tabel 5.2
a b
f
c
d
e
Gambar 5.11 Penampang melintang tangkai M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x; a= sel epidermis, b= floem, c= sel parenkim korteks, d= rongga udara, e= parenkim dari jaringan aerenkim, f= xylem
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
5.2.3 Sayatan melintang stolon Batang semanggi berupa stolon yang menjalar di atas tanah. Pada sayatan melintang stolon terdapat jaringan-jaringan epidermis, parenkim korteks, rongga udara, empulur, dan jaringan pengangkut. Sel epidermis berupa selapis sel berbentuk bulat dengan dinding sel yang tipis. Bentuk sel parenkim korteks bulat. Berkas pengangkutan terdiri dari xylem dan floem yang tersusun secara konsentris dimana floem mengelilingi xylem. Tipe berkas pengangkutan yang demikian disebut dengan tipe amfikribal. Terdapat empulur yang berwarna coklat. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.12 dan tabel 5.2
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
a b c d f g
Gambar 5.12 Penampang melintang stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x; a= sel epidermis, b= parenkim dari jaringan aerenkim, c= rongga udara, d= sel parenkim korteks, e= floem, f = xylem, g = empulur 5.2.4 Sayatan epidermis atas daun Pada sayatan membujur epidermis atas daun didapatkan data sebagai berikut: Sel epidermis atas daun berbentuk poligonal, berdinding tipis dan bergelombang. Terdapat dua tipe stomata yaitu stomata tipe anisositik dan diasitik. Stomata tipe anisositik yaitu stomata yang dikelilingi tiga sampai empat buah sel tetangga dengan ukuran yang tidak sama besar. Stomata tipe diasitik yaitu setiap stomata dikelilingi oleh dua sel tetangga (Fahn, 1995). Selain itu juga terdapat tetes
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
e
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
minyak atsiri, trikoma multiseluler berbintik-bintik, dan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.13, 5.14, 5.15 dan tabel 5.2
a
b
c
Gambar 5.13 Sel epidermis atas daun M. crenata Presl. dengan stomata tipe anisositik dan diasitik dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x; a= Stomata tipe anisositik, b= Stomata tipe diasitik, c= Dinding sel epidermis bergelombang
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Gambar 5.14 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang terdapat di dalam tulang daun pada jaringan parenkim daun M. crenata Presl. disertai dengan tetes minyak atsiri dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan 400x
Gambar 5.15 Trikoma multiseluler berbintik-bintik pada permukaan atas daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
5.2.5 Sayatan epidermis bawah daun Pada sayatan membujur epidermis bawah daun didapatkan data sebagai berikut: Sel epidermis daun bagian atas berbentuk poligonal, berdinding tipis dan bergelombang. Terdapat stomata tipe anisositik. Selain itu juga terdapat
trikoma
multiseluler
berbintik-bintik
dan
berkas
pengangkutan dengan penebalan spiral. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.16, 5.17, 5.18, dan tabel 5.2
Gambar 5.16 Sel epidermis bawah daun M. crenata Presl. dengan stomata tipe anisositik dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Gambar 5.17 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang terdapat di dalam tulang daun pada jaringan parenkim daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x.
Gambar 5.18 Trikoma multiseluler berbintik-bintik pada permukaan daun bagian bawah M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
5.2.6 Sayatan membujur tangensial dan radial tangkai daun Pada pengamatan sediaan sayatan membujur tangensial tangkai daun didapatkan bentuk sel epidermis berupa persegi panjang dengan ujung lancip. Terdapat tetes minyak atsiri dan stomata tipe parasitik. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.19 dan tabel 5.2
a
c
b Gambar 5.19 Sayatan membujur tangensial tangkai daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x; a= stomata tipe parasitik, b= tetes minyak atsiri, c= sel epidermis Sedangkan pada pengamatan sediaan sayatan membujur radial tangkai daun didapatkan bentuk berkas pengangkutan dengan tipe penebalan spiral dan trikoma multiseluler berbintik-bintik. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.20, 5.21 dan tabel 5.2
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Gambar 5.20 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada sayatan membujur radial tangkai daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
Gambar 5.21 Trikoma multiseluler berbintik-bintik pada sayatan membujur tangkai daun M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
5.2.7 Sayatan membujur tangensial dan radial stolon Pada pengamatan sediaan sayatan membujur tangensial stolon didapatkan bentuk sel epidermis berupa persegi panjang dengan ujung lancip dan terdapat tetes minyak atsiri. Sedangkan pada pengamatan sediaan sayatan membujur radial stolon didapatkan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.22, 5.23, dan tabel 5.2
a
b
Gambar 5.22 Sayatan membujur tangensial stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x; a= minyak atsiri, b= sel epidermis
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Gambar 5.23 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada sayatan membujur radial stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
Gambar 5.24 Trikoma multiseluler pada sayatan membujur stolon M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
5.2.8 Sayatan membujur akar Pada pengamatan sayatan membujur akar didapatkan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.25 dan tabel 5.2
Gambar 5.25 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada sayatan membujur akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 1000x 5.2.9 Sayatan melintang akar Pada sayatan melintang akar terdapat eksodermis, korteks, dan berkas pengangkutan. Berkas pengangkutan terdiri dari xylem dan floem tersusun secara konsentris dengan tipe amfikribal. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.26, 5.27, dan tabel 5.2
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
a
b
Gambar 5.26 Sayatan melintang akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x; a= rongga udara, b= eksodermis
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
53
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
c
d e
Gambar 5.27 Sayatan melintang akar M. crenata Presl. dalam media kloralhidrat yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x; c= korteks, d= xylem, e= floem Tabel 5.2 Hasil pengamatan anatomi secara mikroskopik berupa sayatan melintang dan membujur daun, tangkai daun, stolon, dan akar M. crenata Presl. No. 1.
2.
Nama preparat yang diamati Sayatan melintang daun a. Bentuk sel epidermis b. Parenkim palisade c. Parenkim bunga karang d. Stomata e. Tipe berkas pengangkutan Sayatan melintang tangkai a. Bentuk sel epidermis b. Dinding sel
SKRIPSI
Keterangan Selapis sel berbentuk bulat dan menonjol yang disebut papila Ada, bentuk memanjang Ada, bentuk bulat Ada Amfikribal Selapis sel berbentuk bulat Tipis
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
4.
5.
c. Rongga interseluler d. Bentuk sel parenkim e. Aerenkim f. Tipe berkas pengangkutan Sayatan melintang stolon a. Bentuk sel epidermis b. Dinding sel c. Rongga interseluler d. Bentuk sel parenkim e. Aerenkim f. Tipe berkas pengangkutan Sayatan membujur epidermis atas dan bawah daun a. Bentuk sel epidermis b. Stomata c. Berkas pengangkutan d. Trikoma f. Minyak atsiri Sayatan membujur tangkai daun a. Bentuk sel epidermis b. Stomata c. Berkas pengangkutan d. Trikoma e. Minyak atsiri
6.
Sayatan membujur stolon a. Bentuk sel epidermis b. Stomata c. Berkas pengangkutan d. Trikoma e. Minyak atsiri
7.
Sayatan membujur akar
8.
Sayatan melintang akar
SKRIPSI
55
Ada Bulat Ada Amfikribal Selapis sel berbentuk bulat Tipis Ada Bulat Ada Amfikribal Poligonal, berdinding sel tipis dan bergelombang Ada Dengan penebalan spiral Multiseluler berbinti-bintik Ada Persegi panjang dengan ujung lancip Ada Dengan penebalan spiral Multiseluler berbintik-bintik Ada Persegi panjang dengan ujung lancip Tidak ada Dengan penebalan spiral Multiseluler Ada Terdapat berkas pengangkutan dengan penebalan spiral Terdapat rongga udara, eksodermis, korteks, dan berkas pengangkutan tipe amfikribal
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
5.2.10 Serbuk daun Dari hasil pengamatan serbuk daun M. crenata Presl. didapatkan data sebagai berikut: Secara organoleptik serbuk daun M. crenata Presl. berwarna hijau, berbau aromatik, dan tidak berasa. Dalam pengamatan secara mikroskopik ditemukan fragmen sel epidermis berbentuk poligonal dengan dinding sel tipis dan bergelombang, stomata tipe anisositik, fragmen berkas pengangkutan dengan penebalan spiral, jaringan parenkim dengan tetes minyak atsiri, dan trikoma multiseluler berbintik-bintik. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.28, 5.29, 5.30, dan tabel 5.3
Gambar 5.28 Sel epidermis dengan stomata tipe anisositik yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Gambar 5.29 Berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
Gambar 5.30 Trikoma berbintik-bintik yang diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Tabel 5.3 Hasil pengamatan organoleptik dan mikroskopik serbuk daun M. crenata Presl. Organoleptik
Fragmen
Warna : hijau
Epidermis
: bergelombang
Bau
: aromatik
Dinding sel
: tipis
Rasa
: tidak berasa
Tipe stomata
: anisositik
Berkas pengangkutan : dengan penebalan spiral Trikoma
: multiseluler berbintik-bintik
Minyak atsiri
: ada
5.3 Hasil Skrining Fitokimia Pada skrining fitokimia dalam M. crenata Presl., diperlukan bahan dalam bentuk serbuk simplisia dan ekstrak. Daun M. crenata Presl. yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil budidaya di daerah Rungkut Surabaya. Daun semanggi segar yang telah dipanen,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat
terbuka. Setelah kering, simplisia diserbuk dengan alat penggiling. Serbuk daun yang dihasilkan sebesar 122 g. Ditimbang serbuk daun sebanyak 50 gram kemudian diekstraksi dengan metode ultrasonik menggunakan pelarut etanol 80% sebanyak 500 ml. Serbuk diekstraksi dalam alat ultrasonic bath selama 10 menit sambil diaduk. Ekstrak daun yang diperoleh sebanyak 3,7110 gram. Setelah didapatkan serbuk dan ekstrak daun, dilakukan skrining fitokimia. Dari hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 80% daun M. crenata Presl. diperoleh hasil sebagai berikut:
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
5.3.1 Pemeriksaan Alkaloid a. Reaksi Pengendapan Pada reaksi pengendapan didapatkan hasil negatif. Tidak terjadi endapan setelah penambahan pereaksi Meyer, Wagner, dan Bouchardat. b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dari KLT didapatkan hasil negatif. Setelah plat KLT disemprot dengan pereaksi Dragendorf tidak tampak noda merah jingga 5.3.2 Pemeriksaan Glikosida Saponin a. Uji buih Pada uji buih didapatkan hasil positif. Buih terjadi setinggi 1,6 cm dan stabil selama 30 menit. b. Reaksi warna Pada tes Liebermann-Burchard didapatkan hasil positif. Setelah penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat terjadi warna hijau yang menunjukkan adanya saponin steroid. Sedangkan pada tes Salkowski didapatkan hasil negatif karena tidak terjadi cincin merah pada lapisan asam. c. Kromatografi Lapis Tipis Identifikasi steroid atau triterpenoid bebas dengan KLT didapatkan hasil positif. Setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat terjadi warna noda merah ungu. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.31.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Rf = 0.89 Rf = 0.76
Rf = 0.41 Rf = 0.29
Gambar 5.31 Kromatogram golongan senyawa steroid atau triterpenoid ekstrak etanol 80% Fase gerak : n-heksana: etil asetat (4:1) Penampak noda : anisaldehid asam sulfat 5.3.3 Pemeriksaan Glikosida Jantung Hasil tes Killer-Killiani menunjukkan hasil negatif dengan tidak terjadi cincin ungu. Sedangkan untuk tes Liebermann-Burchard didapatkan hasil positif mengandung inti steroid pada ekstrak dengan timbulnya warna hijau. 5.3.4 Pemeriksaan Flavonoid a. Reaksi warna
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Hasil tes Bate Smith & Metcalf menunjukkan hasil negatif. Dengan tes Wilstater tidak terjadi warna merah pucat sampai merah tua melainkan terjadi warna kuning jernih. b. Kromatografi Lapis Tipis Setelah plat KLT dieluasi terjadi noda berwarna kuning namun setelah diberi uap ammonia tidak terjadi perubahan dan bila disempot dengan CeSO4 tidak terjadi warna coklat atau oranye. 5.3.5 Pemeriksaan Tanin dan Polifenol Hasil positif polifenol karena pada penambahan FeCl3 terjadi warna hijau kehitaman, namun pada penambahan gelatin dan gelatin-NaCl tidak terjadi endapan. 5.3.6 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon a. Reaksi warna Hasil
uji
Borntrager
dan
Modifikasi
Borntrager
menunjukkan hasil negatif, tidak terjadi warna merah pada lapisan alkali. b. Kromatografi Lapis Tipis setelah plat disemprot dengan KOH 10% metanol tidak terjadi noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu, atau hijau ungu. 5.3.7 Pemeriksaan Glikosida Sianohidrin Dengan tes Grignard tidak terjadi bayangan warna merah pada kertas pikrat yang menunjukkan hasil negatif.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
5.3.8 Pemeriksaan Minyak Atsiri Pada pemeriksaan minyak atsiri, serbuk sebanyak 49.2 mg didestilasi dengan Tanur TAS. Destilat hasil destilasi ditotolkan pada plat KLT, kemudian dieluasi. Plat disemprot dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat kemudian plat dipanaskan dan terjadi warna noda merah ungu. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 5.32
Rf = 0,75 Rf = 0,60
Rf = 0,25 Rf = 0,19
Gambar 5.32 Kromatogram minyak atsiri dengan fase gerak toluen : etil asetat (97:3) dan penampak noda anisaldehid asam sulfat 5.3.9 Pemeriksaan Kumarin Dari KLT didapatkan hasil negatif. Setelah plat dieluasi dan diamati di bawah sinar UV λ 254 nm dan 366 nm tidak terjadi noda berwarna violet, biru, coklat, hijau, atau kuning.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
5.3.10 Pemeriksaan Iridoid Dari reaksi warna didapatkan hasil negatif. Tidak terjadi perubahan warna ungu, biru, atau hijau biru setelah dipanaskan. Tabel 5.4 Hasil Skrining fitokimia ekstrak etanol 80% daun M. crenata Presl. Golongan
Metode
senyawa
pengujian
Alkaloid
Saponin
Hasil
Keterangan
Bouchardat
Tidak terjadi endapan
(-) alkaloid
Meyer
Tidak terjadi endapan
(-) alkaloid
Wagner
Tidak terjadi endapan
(-) alkaloid
Uji Buih
Terjadi buih setinggi 1.6
(+) saponin
cm yang stabil selama 30 menit Liebermann-
Terjadi warna hijau
Burchard Salkowski
(+) saponin steroid atau triterpenoid
Tidak
terjadi
cincin
(-) sterol tak jenuh
terjadi
warna
(-) leukoantosianin
merah Flavonoid
Bate-Smith &
Tidak
Metcalf
merah terang
Wilstater
Tidak
terjadi
warna
(-)
merah
pucat,
merah
flavonol, flavanon
flavon,
jingga, atau merah tua Glikosida
Keller-Killiani
Tidak
jantung
Liebermann-
ungu
Burchard
Terjadi warna hijau
SKRIPSI
terjadi
cincin
(-) gula-2-deoxy (+) inti steroid
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Tannin dan
Gelatin
Tidak terjadi endapan
(-) tannin
Polifenol
Gelatin-NaCl
Tidak terjadi endapan
(-) tannin
FeCl3
Terjadi
(+) polifenol
warna
hijau
kehitaman Glikosida
Borntrager
Antrakinon
Tidak
terjadi
warna
merah
muda
pada
Modifikasi
lapisan alkali
Borntrager
Tidak
terjadi
warna
merah
muda
pada
lapisan alkali
(-)
antrakinon
bebas (-)
antrakinon
bebas
dan
glikosida antrakinon
Glikosida
Grignard
Sianohidrin
Tidak terjadi bayangan
(-)
glikosida
warna merah pada kertas
sianohidrin
pikrat Iridoid
Trim-Hill
Tidak
terjadi
warna
(-) iridoid
merah ungu, biru, atau biru
hijau
setelah
dipanaskan 5.3.11 Analisis Semi-Kuantitatif KLT-Densitometri Ekstrak Metanol Daun Semanggi Budidaya dan Semanggi Liar Dari hasil pengamatan profil kromatogram menggunakan KLT-densitometri didapatkan hasil yaitu terdapat 10 peak pada masing-masing sampel. Plat KLT yang telah didensitometri kemudian disemprot dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat untuk melihat kromatogram senawa golongan terpenoid yang terkandung dalam daun semanggi. Pada plat KLT yang telah di semprot dengan anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan tampak SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
adanya 4 noda berwarna merah ungu pada masing-masing sampel dengan intensitas warna yang berbeda. Intensitas warna noda sampel semanggi liar lebih pekat dari semanggi budidaya. Jumlah noda yang tampak pada plat KLT sama pada masing-masing sampel. Hasil dapat dilihat pada gambar 5.33.
B1 B2 L1 L2
Gambar 5.33 Kromatogram ekstrak metanol dengan eluen n-heksana : etil asetat (4:1) dan penamapak noda anisaldehid asam sulfat Keterangan : B1 = ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 B2 = ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 L1 = ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 L2 = ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2 Luas area dari masing-masing peak yang terdeteksi dihitung dengan cara membandingkan luas area tiap peak dengan luas area peak yang SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
mempunyai harga Rf sama. Hasil perbandingan luas area dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil perbandingan area profil kromatogram semanggi budidaya dengan semanggi liar Column1
B1
B2
L1
L2
1
0.2534
0.2310
0.3373
0.3068
2
0.1628
0.1469
0.3542
0.3910
3
0.0276
0.0203
0.0180
0.0211
4
0.2597
0.2413
0.0743
0.0759
5
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
6
0.0709
0.0858
0.0639
0.0986
7
0.1155
0.0936
0.1626
0.2658
8
0.2038
0.2007
0.3011
0.2907
9
0.2434
0.2334
0.4191
0.4000
10
0.1196
0.0295
0.0384
0.0621
Keterangan :
B1 = ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 B2 = ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 L1 = ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 L2 = ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2
Dari hasil pengamatan profil kromatogram hasil deteksi densitomter serta Rf dan area ekstrak metanol semanggi budidaya dengan semanggi liar dapat dilihat bahwa terdapat 10 peak yang terdeteksi pada masing-masing sampel dengan harga Rf yang sama dan luas area yang berbeda. Harga Rf yang sama menunjukkan bahwa senyawa yang terdeteksi adalah senyawa yang sama pada masing-masing sampel. Sedangkan luas area yang berbeda menunjukkan konsentrasi senyawa pada masing-masing peak berbeda. Hasil kromatogram dapat dilihat pada gambar 5.34, 5.35, 5.36, 5.37 serta Rf dan area kromatogram pada tabel 5.6, 5.7, 5.8, 5.9.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Gambar 5.34 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 (B1) Tabel 5.6 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 1 (B1)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Gambar 5.35 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 (B2) Tabel 5.7 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi budidaya replikasi 2 (B2)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
Gambar 5.36 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 (L1) Tabel 5.8 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi liar replikasi 1 (L1)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
Gambar 5.37 Profil kromatogram hasil deteksi densitometer ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2 (L2) Tabel 5.9 Rf dan area kromatogram ekstrak metanol semanggi liar replikasi 2 (L2)
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VI PEMBAHASAN Marsilea crenata Presl. atau yang biasa disebut semanggi merupakan salah satu tanaman dari divisi Pteridophyta (tumbuhan paku). Semanggi termasuk ke dalam divisi Pteridophyta karena mempunyai ciriciri terdapat kormus, yang artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokok,
yaitu akar,
batang,
dan daun.
Alat
perkembangbiakan utama dari tumbuhan paku adalah spora. Namun pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Spora pada semanggi terletak pada tangkai daun. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ciri morfologi semanggi yang spesifik, yaitu berupa herba yang tumbuh di lingkungan air tawar, daun yang masih muda menggulung yang merupakan ciri dari tumbuhan paku, daun merupakan daun majemuk dengan empat helai anak daun yang saling berhadapan. Daun majemuk adalah daun dimana pada satu tangkai terdapat beberapa helai anak daun. Daun majemuk semanggi terdiri atas bagian ibu tangkai daun (petiolus comunis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun. Daun semanggi akan menutup pada saat matahari tenggelam dan membuka kembali pada pagi hari. Fenomena menutupnya daun tersebut berkaitan dengan sifat iritabilitas tanaman, yaitu kemampuan untuk menerima dan menanggapi rangsangan. Rangsangan yang mempengaruhi terjadinya suatu gerak tumbuhan antara lain cahaya, air, sentuhan, suhu, gravitasi, dan zat kimia (Depdiknas, 2008). Peristiwa menutupnya daun semanggi saat matahari tenggelam berkaitan dengan gerak niktinasi, yaitu gerak tanaman yang disebabkan oleh keadaan gelap. (Depdiknas, 2008) Setelah dilakukan pengamatan morfologi, selanjutnya daun semanggi segar diambil, kemudian dikeringkan dengan cara diangin71 SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
anginkan, dan diserbuk. Simplisia yang telah diserbuk digunakan untuk identifikasi ciri anatomi yang khas serta organoleptik dari serbuk simplisia. Dari hasil pengamatan secara mikroskopik didapatkan ciri anatomi yang khas dari serbuk simplisia semanggi, yaitu adanya stomata tipe anisositik, trikoma berbintik-bintik, dan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral. Secara organoleptik, serbuk simplisia berwarna hijau, berbau aromatik, dan tidak berasa. Selain pengamatan mikroskopik dari serbuk simplisia semanggi, dilakukan pengamatan mikroskopik terhadap sayatan melintang dan membujur daun, tangkai daun, stolon, dan akar untuk mendapatkan data ciri anatomi. Pada sayatan melintang daun tampak jaringan epidermis atas dan bawah, jaringan palisade, jaringan bunga karang, jaringan pengangkut, dan stomata. Jaringan epidermis terdiri dari selapis sel dimana terdapat penonjolan dari epidermis yang disebut dengan papila. Papila ini merupakan alat tambahan (organa accesoria) yang menyebabkan tumbuhan tersebut terasa halus seperti beludru bila diraba (Tjitrosoepomo, 1995). Dari hasil pengamatan membujur epidermis atas daun didapatkan ciri anatomi, yaitu stomata tipe anisositik dan diasitik, trikoma multiseluler berbintik-bintik, dan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada tulang daun. Sedangkan pada pengamatan membujur epidermis bawah daun didapatkan ciri anatomi yang spesifik yaitu, stomata tipe anisositik, trikoma multiseluler berbintik-bintik, dan berkas pengangkutan dengan penebalan spiral pada tulang daun. Pengamatan terhadap trikoma multiseluler berbintik-bintik yang terdapat pada epidermis daun dan tangkai daun dilakukan dengan cara menggoreskan cover glass pada permukaan daun maupun tangkai daun, kemudian diletakkan pada objek glass yang telah ditetesi air dan ditambah
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
kloralhidrat lalu dipanaskan di atas api bebas. Hal ini dilakukan karena trikoma pada semanggi sangat halus dan mudah terlepas saat disentuh. Dari hasil pengamatan sayatan melintang akar tampak adanya eksodermis, korteks, rongga udara, dan berkas pengangkutan. Berkas pengangkutan yang terdapat pada akar merupakan berkas pengangkutan dengan tipe amfikribal. Pada pengamatan melintang tangkai daun dan stolon terdapat rongga udara yang penting untuk aerasi yang dapat meningkatkan kandungan oksigen. Rongga udara ini sering didapati pada tumbuhan yang berhabitat akuatik (Fahn, 1995). Selain itu, juga didapatkan ciri spesifik dari penampang melintang tangkai stolon, dan akar yaitu adanya berkas pengangkutan dengan tipe amfikribal dimana floem mengelilingi xylem. Berkas pengangkutan dengan tipe amfikribal ini umum terdapat pada Pteridophyta. (Fahn, 1995) Dari data pengamatan penampang melintang dan membujur daun, tangkai daun, stolon, dan akar sudah cukup mewakili ciri anatomi tanaman semanggi sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam standarisasi simplisia. Ciri anatomi yang spesifik dari semanggi yaitu tipe stomata anisositik dan trikoma multiseluler berbintik-bintik pada epidermis atas dan bawah daun serta berkas pengangkutan dengan penebalan spiral yang tampak pada penampang membujur tangkai daun, stolon, dan akar. Untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam semanggi dilakukan skrining fitokimia. Untuk ekstraksi awal digunakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar, semi polar, maupun non polar. Dalam penelitian ini digunakan pelarut etanol 80% untuk proses ekstraksi. Hal ini dikarenakan sifat dari etanol 80% yang bersifat polar sehingga dapat melarutkan senyawa baik yang bersifat polar, semi polar, dan non polar.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Pada proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode sonikasi. Sonikasi merupakan metode yang biasanya digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa berbobot molekul rendah dan bersifat atsiri. Metode ini juga digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat volatil dan semi volatil (USEPA, 1984). Sonikasi mengandalkan energi gelombang yang menyebabkan proses kavitasi, yaitu suatu proses pembentukan gelembung-gelembung kecil akibat adanya transmisi gelombang ultrasonik, untuk membantu difusi pelarut ke dalam dinding sel tanaman. Dinding sel tanaman akan pecah dan senyawasenyawa yang terkandung dalam sel tanaman akan keluar. Metode ini dipilih, selain karena jumlah serbuk yang diekstraksi tidak banyak tetapi juga karena semanggi mengandung minyak atsiri dan golongan senyawa terpenoid. Metode ini memiliki keuntungan yaitu efisiensi waktu dan jumlah pelarut yang digunakan. Berdasarkan skrining fitokimia didapatkan hasil bahwa dalam daun semanggi terdapat golongan senyawa polifenol, steroid bebas, saponin, dan minyak atsiri. Pada uji buih untuk skrining saponin didapatkan hasil positif, yaitu timbul buih yang stabil selama lebih dari 30 menit. Dengan reaksi warna didapatkan hasil positif saponin steroid pada uji LiebermannBurchard dimana terjadi warna hijau setelah penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Pada uji salkowski didapatkan hasil negatif sterol tak jenuh. Untuk skrining terpenoid/ steroid bebas dengan metode KLT menunjukkan hasil positif, yaitu muncul noda berwarna merah ungu setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat. Dalam pemeriksaan minyak atsiri terjadi sedikit kendala dimana Tanur TAS yang digunakan tidak dapat mencapai suhu yang diinginkan, yaitu 240º C. Hal ini dikarenakan alat yang sudah dalam kondisi kurang baik. Suhu yang digunakan untuk destilasi minyak atsiri dengan alat Tanur
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
TAS ini hanya bisa mencapai suhu 180º. Namun dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil positif mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan golongan senyawa terpenoid yang secara kimia dapat berupa monoterpen dan seskuiterpen yang mempunyai titik didih berbeda (titik didih monoterpen 140º - 180ºC, titik didih seskuiterpen >200ºC) (Harborne, 1996). Hasil positif pada pemeriksaan minyak astiri ini didapat karena titik didih dari monoterpen yang berkisar 140º - 180ºC sehingga dapat terdeteksi dengan penggunaan Tanur TAS pada suhu 180ºC. Sampel semanggi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman hasil budidaya. Budidaya dilakukan karena selama ini semanggi yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan diperoleh dari habitat aslinya di alam yang tumbuh secara liar. Dengan dilakukannya budidaya
diharapkan
dapat
meningkatkan
kualitas
tanaman
dan
mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh pada kandungan senyawa kimia yang dihasilkan tanaman serta mengurangi pencemaran-pencemaran yang dapat terjadi. Secara anatomi dan morfologi dari hasil perbandingan dengan penelitian yang dilakukan Tiyaningsih (2007) tidak ada perbedaan antara semanggi liar dan budidaya. Untuk mengetahui perbedaan semanggi liar dan budidaya dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan KLT. Ekstrak metanol dari serbuk semanggi liar dan budidaya yang dihasilkan kemudian ditotolkan pada plat KLT dengan jumlah totolan yang sama (16µL) dan dieluasi. Setelah itu, plat didensitometri untuk melihat profil kromatogram. Dari hasil profil kromatogram tersebut, dibandingkan luas area senyawasenyawa yang terdeteksi dengan luas area senyawa yang mempunyai Rf sama (peak 5 dalam tabel Rf dan area kromatogram) pada setiap sampel. Hasil perhitungan kemudian dianalisis dengan SPSS (Statistical Package for The Social Science) dan dilihat harga “Sig. (2 tailed)”. Dikatakan
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
terdapat perbedaan yang signifikan pada dua sampel bila harga “Sig.” < 0,05. Dari hasil analisis 10 peak yang dibandingkan tidak semua peak dari sampel L (semanggi liar) lebih tinggi dari sampel B (semanggi budidaya). Hanya beberapa peak saja yang menunjukkan hasil adanya perbedaan yang signifikan dari kedua sampel. Pada lampiran hasil perhitungan statistik diketahui harga “Sig. (2 tailed)” pada area 2, 4, 8, dan 9 yaitu 0,08; 0,003; 0,03; dan 0,04 saja yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel L dengan sampel B. Perbedaan yang signifikan tersebut menjukkan adanya perbedaan konsentrasi yang terdeteksi dari masing-masing senyawa dalam sampel. Selain dari rasio area dilihat juga intensitas warna noda yang terjadi setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan. Kepekatan intensitas warna menunjukkan banyaknya jumlah senyawa yang terjerap dalam plat silika setelah dieluasi. Dari intensitas warnanya terlihat bahwa intensitas warna pada semanggi liar lebih pekat daripada semanggi budidaya. Produksi, mutu, dan kandungan zat aktif tanaman ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya, dan lingkungan tempat tumbuhnya. Perbedaan antara semanggi budidaya dan semanggi liar dapat disebabkan karena lingkungan tempat tumbuhnya yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan pada mutu dan kandungan metabolit sekundernya. Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan antara semanggi budidaya dan semanggi liar namun tidak dapat disimpulkan bahwa semanggi liar lebih baik daripada semanggi budidaya. Kualitas mutu dari semanggi tetap menjadi pertimbangan dan persyaratan yang harus dipenuhi karena pemanfaatannya oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Untuk mendapatkan semanggi dengan kualitas mutu yang dapat dijamin perlu
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
dilakukan cara budidaya yang tepat dan kontrol lingkungan tempat tumbuh semanggi. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara kuantitatif untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap mutu dan kandungan metabolit sekunder dari semanggi budidaya dan semanggi liar.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta, hal. 1-22 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1987. Tradisional. Jilid I, Jakarta, hal. 2
Analisis Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama, Jakarta, hal. 3-12 Fahn, A., 1992. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30-92 Fong, H. H. S., Tin-Wa, Maung and Fransworth, N. R., 1990. Phytochemical Screening. Chicago: Department of Pharmacognosy of Illions Ascriptove Medical Center, page 32-69 Harborne, B. J., 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kosasi dan Soediro, I., Bandung: ITB, hal. 113-114, 123-137, 147-156 Hutapea, J. R., 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 141-142 Laswati, H., 2007. Kombinasi Latihan Fisik dan Pemberian Daun Semanggi Menghambat Peningkatan Ketidakseimbangan Proses Remodeling Tulang Perempuan Pascamenopause Melalui Peran Reseptor Estrogen dan Sel Osteoblas. Disertasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Tiyaningsih, D. W., 2007. Studi Makroskopis, Mikroskopis, dan Skrining Fitokimia Marsilea crenata Presl. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 80
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajahmada University Press, hal. 11-118 USEPA, 2007. Methods for Volatile and Semivolatile Compounds. Las Vegas: Enviromental Monitoring System Laboratory, Office of Research and Development Van Steenis C. G. G. J., 2006. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta Pusat: PT Pradnya Pramita, hal. 70-71 Wagner, H. S., Bladt, and Zgainski, E. M., 1984. Plant Drug Analysis (A thin Layer Chromatography Atlas). Springer-Verlag. Berlin: Heidelberg, page 3-8, 52-58, 126, 162-168 WHO, 2003. Traditional Medicine. Diakses dari www.who.int/mediacenter/factsheets/fls34/en, pada tanggal 25 Januari 2012 Zaini, N. C. dan Indrayanto, G., 1978. Cara-cara Skrining Fitokimia. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, hal 1-14 http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_243/zip/MP_ 243.html, diakses pada tanggal 1 Agustus 2012 http://www.akvarijum.org/baza_biljaka/big/Marsilea_crenata.jpg, pada tanggal 11 September 2012
SKRIPSI
diakses
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ... MA’RIFATUS SHOLECHA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran HASIL PERHITUNGAN STATISTIK T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area1
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.242200
.0158392
.0112000
Sampel L
2
.322050
.0215668
.0152500
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
82
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
Area1 Equal variances
1.724E15
.000 -4.220
2
.052 -.0798500
.0189210 -.1612603
.0015603
-4.220 1.836
.060 -.0798500
.0189210 -.1686602
.0089602
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
83
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area2
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.154850
.0112430
.0079500
Sampel L
2
.372600
.0260215
.0184000
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
84
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
Area2 Equal variances
4.842E15
.000 -10.864
2
.008 -.2177500
.0200440 -.3039924 -.1315076
-10.864 1.361
.027 -.2177500
.0200440 -.3572376 -.0782624
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
85
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area3
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.023950
.0051619
.0036500
Sampel L
2
.019550
.0021920
.0015500
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
86
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
of the Difference Lower
Upper
Area3 Equal variances
6.946E16
.000 1.110
2
.383
.0044000
.0039655 -.0126621
.0214621
1.110 1.349
.427
.0044000
.0039655 -.0235726
.0323726
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
87
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area4
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.250500
.0130108
.0092000
Sampel L
2
.075100
.0011314
.0008000
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
SKRIPSI
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
Difference Lower
Upper
MA’RIFATUS SHOLECHA
88
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Area4 Equal variances
1.245E16
.000 18.994
2
.003
.1754000
.0092347 .1356662 .2151338
18.994 1.015
.032
.1754000
.0092347 .0621129 .2886871
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
89
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area5
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
1.000000
.0000000a
.0000000
Sampel L
2
1.000000
.0000000a
.0000000
a. t cannot be computed because the standard deviations of both groups are 0.
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
90
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area6
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.078350
.0105359
.0074500
Sampel L
2
.081250
.0245366
.0173500
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
91
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
of the Difference Lower
Upper
Area6 Equal variances
9.874E15
.000 -.154
2
.892 -.0029000
.0188819
-.0841421
.0783421
-.154 1.357
.898 -.0029000
.0188819
-.1349419
.1291419
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
92
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area7
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.104550
.0154856
.0109500
Sampel L
2
.214200
.0729734
.0516000
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
93
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
of the Difference Lower
Upper
Area7 Equal variances
.
. -2.079
2
.173 -.1096500
.0527491 -.3366109
.1173109
-2.079 1.090
.269 -.1096500
.0527491 -.6623977
.4430977
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
94
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area8
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.202250
.0021920
.0015500
Sampel L
2
.295900
.0073539
.0052000
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
95
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
Difference Lower
Upper
Area8 Equal variances
.
. -17.259
2
.003 -.0936500
.0054261 -.1169966 -.0703034
-17.259
1.176
.023 -.0936500
.0054261 -.1423892 -.0449108
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
96
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1] Group Statistics Kelompok Area9
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.238400
.0070711
.0050000
Sampel L
2
.409550
.0135057
.0095500
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F
SKRIPSI
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
of the Difference Lower
Upper
MA’RIFATUS SHOLECHA
97
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Area9 Equal variances
2.923E15
.000 -15.877
2
.004 -.1711500
.0107797 -.2175314
-.1247686
-15.877 1.510
.012 -.1711500
.0107797 -.2354148
-.1068852
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
98
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test [DataSet1]
Group Statistics Kelompok Area10
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sampel B
2
.074550
.0637103
.0450500
Sampel L
2
.050250
.0167584
.0118500
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
99
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of Means
Variances 95% Confidence Interval of the Sig. (2F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
Area10 Equal variances
1.525E16
.000
.522
2
.654
.0243000
.0465825 -.1761281
.2247281
.522 1.138
.685
.0243000
.0465825 -.4224456
.4710456
assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
MORFOLOGI, ANATOMI, DAN ...
MA’RIFATUS SHOLECHA
100