ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
ACHMAD FADHIL AL MASYHUR
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
ACHMAD FADHIL AL MASYHUR 051111214
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
saya
menyutujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 25 September 2015
Achmad Fadhil Al Masyhur NIM : 051111214
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Achmad Fadhil Al Masyhur
NIM
: 051111214
Fakultas : Farmasi menyatakan bahwa sesungguhnya hasil skripsi/tugas akhir yang saya tulis dengan judul : PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 25 September 2015
Achmad Fadhil Al Masyhur NIM : 051111214
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
SKRIPSI Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2015
Oleh :
Achmad Fadhil Al Masyhur NIM : 051111214
Skripsi ini telah disetujui tanggal 25 September 2015 oleh :
Pembimbing Utama,
Pembimbing Serta,
Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. NIP.197111301997031003
Skripsi
Dr. Retno Sari, Apt., M.Sc. NIP. 196308101989032001
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala ilmu, rahmat, karunia, dan kemudahan serta kelancaran yang telah diberikan sehingga saya dapat melalui dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul "PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS
TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU
DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS" dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya saya persembahkan kepada : 1.
Bapak Dr. Dwi Setyawan, S.Si.,M.Si.,Apt. selaku pembimbing utama yang telah memberikan ilmu, nasehat, pelajaran hidup, saran, motivasi, serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2.
Ibu Dr. Retno Sari, M.Sc.,Apt. selaku pembimbing serta yang telah membimbing dan memberikan ilmu, nasehat, saran, motivasi, fasilitas, serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3.
Bapak Helmy Yusuf, M.Sc., Ph.D dan Ibu Dr. Noorma Rosita, Apt, M.Si selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
4.
Bapak Prof. Dr. M. Nasih, MT., Ak selaku Rektor Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
5.
Ibu Dr. Hj. Umi Athijah, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan banyak fasilitas selama menyelesaikan program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. v Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
6.
Ibu Dra. Esti Hendradi, Apt.,M.Si.,Ph.D. selaku Ketua Departemen Farmasetika atas segala kesempatan dan fasilistas yang telah diberikan
di
Laboratorium
Teknologi
Farmasi
sehingga
memudahkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini. 7.
Bapak Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt.,M.Si. selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan nasehat, masukan, saran, dan motivasi selama menyelesaikan program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
8.
Ibu dan Ayah (Almarhum) juga adik – adikku Fadhilah dan Farhan tersayang, terima kasih atas semua doa serta segala dukungan, dorongan, nasehat, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
9.
Tim skripsi Dispersi Padat Quercetin, Zainul, Febrianti, dan Dayanara. Serta semua teman-teman skripsi di Departemen Farmasetika, terima kasih atas semua dukungan dan kerja samanya.
10.
Teman - teman angkatan 2011 yang telah menempuh pendidikan sarjana bersama-sama, yang memberikan dukungan, nasehat, saran, motivasi, dan mau berbagi ilmu sehingga tugas akhir ini bisa terselesaikan.
11.
Sahabat – sahabat terbaik : Mila Maulidia (Almarhumah), Yoga Irwan, Hanif Rifqi, Safarini Marwah, Dimas Husada, Frenby Perdana, M Hidayatullah Choir, Winda Putri, Tiara Jeni, Putri Intan Pratiwi, Shofia Karima, Wisnu P Utomo dan Adhadi. Terima kasih banyak atas dukungan, doa dan warna yang kalian lukiskan dalam lembar perjalananku.
12.
Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya yang telah membagikan ilmunya dengan penuh sabar dan
vi Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ikhlas kepada saya selama menyelesaikan program pendidikan sarjana. 13.
Seluruh tenaga non kependidikan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
terutama
tenaga
non
kependidikan
Laboratorium
Teknologi Farmasi (Bapak Harmono, Bapak Suprijono, Mbak Nawang, dan Ibu Ari) yang telah membantu dengan ikhlas dan penuh kesabaran saat mengerjakan skripsi ini. 14.
Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada
saya. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu di bidang kefarmasian dan bagi almamater Universitas Airlangga.
Surabaya, 25 September 2015 Penulis,
Achmad Fadhil Al Masyhur
vii Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS Achmad Fadhil Al Masyhur Quercetin memiliki nama kimia 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7trihydroxy-4H-chromen-4-one merupakan senyawa yang potensial sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi dan hepatoprotektor. Quercetin termasuk senyawa polifenol yang merupakan senyawa hidrofob dan digolongkan dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) II yang artinya quercetin memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah sehingga bioavailabilitasnya dalam tubuh buruk. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pembuatan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps dan pengaruh penambahan HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps. Sistem dispersi dibuat dengan perbedaan jumlah quercetin – HPMC 3 cps 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) dengan metode pelarutan. Selanjutnya, dilakukan uji kelarutan dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dan laju disolusi dengan media SLS 1% dalam air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps memiliki pengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin, diketahui bahwa dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps (1:3) memiliki kelarutan dan laju disolusi tertinggi bila dibandingkan sistem lainnya. Hal ini disebabkan adanya pengecilan ukuran partikel pada quercetin sehingga kelarutan dan laju disolusinya meningkat, selain itu agregasi dari quercetin juga dapat dicegah. Dari hasil analisis statistik dengan metode ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji HSD, didapatkan hasil bahwa kelarutan dan laju disolusi quercetin memberikan perbedaan yang bermakna pada setiap sistem yang dibuat. Selain itu, kelarutan quercetin paling tinggi dicapai oleh sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps (1:3) dengan peningkatan kelarutan sebesar 1,07 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1) persen kelarutannya 1,35 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) persen kelarutannya 1,87 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) persen kelarutannya 1,58 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) persen viii Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
kelarutannya 1,94 kali lebih besar dan 3,50 kali lebih besar dari quercetin murni. Untuk hasil penentuan laju disolusi yang menggambarkan persen quercetin terlarut pada menit ke-30 dari masing – masing sistem, dispersi padat (1:3) memiliki kenaikan efisiensi disolusi 1,02 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1) efisiensi disolusinya 1,03 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) efisiensi disolusinya 1,41 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) efisiensi disolusinya 1,59 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) efisiensi disolusinya 1,77 kali lebih besar dan 1,72 kali lebih besar dari quercetin murni. Penelitian ini memberikan hasil bahwa sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps berpengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi dari quercetin dan peningkatan jumlah HPMC 3cps pada sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps semakin meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka perlu dilakukan karakterisasi dan pengembangan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps sebagai tinjauan lebih lanjut mengenai peningkatan laju disolusi quercetin.
ix Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT Enhancement of Solubility and Dissolution Rate of Quercetin – HPMC 3 cps by Solid Dispersion Achmad Fadhil Al Masyhur Quercetin or 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxy-4Hchromen-4-one is a compound that has been commonly utilized in medical field due its various functions. Quercetin is classified as class II BCS which has low solubility but good permeability. Solid dispersion is successfully applied to improve the solubility and consequently the bioavailability of poorly water soluble drugs. The purpose of this research was to increase the solubility and dissolution rate of quercetin by solid dispersion system of quercetin – HPMC 3 cps with different ratios of quercetin – HPMC 3 cps : 1:1, 1:2 and 1:3 (w/w). The solid dispersion system was prepared by solvent evaporation method then solubility and dissolution test were performed. The solubility medium was 40 mL of citric acid – NaOH (pH 5,0 ± 0,05), maintained at 30 ± 0,5 oC for 240 minutes. The dissolution medium was 900 mL of 1 % SLS in water, maintained at 37 ± 0,5 oC for 30 minutes and the stirring speed was 100 rpm. For comparison purpose the solubility and dissolution test was also performed on : solid dispersion of quercetin – HPMC 3 cps, physical mixture and pure quercetin. The results showed that the solubility of solid dispersion quercetin – HPMC 3 cps (1:3) increased 3,50 times higher than pure quercetin. For dissolution rate, solid dispersion quercetin – HPMC 3 cps (1:3) increased 1,42 times higher than pure quercetin. . Keyword : quercetin, HPMC 3 cps, solid dispersion, solubility, dissolution.
x Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................v RINGKASAN ....................................................................................... viii ABSTRACT ...............................................................................................x DAFTAR ISI ...........................................................................................xi DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .....................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................3 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................4 2.1 Quercetin ....................................................................................4 2.2 Dispersi Padat .............................................................................5 2.2.1 Metode Pembuatan ............................................................6 2.2.2 Klasifikasi Dispersi Padat ..................................................7 2.2.3 Karakterisasi Dispersi Padat ..............................................9 2.3 Hypromellose (HPMC) .......................................................
11
2.4 Kelarutan ..........................................................................
12
2.5 Disolusi .............................................................................
15
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL .................................................. 21 3.1 Uraian Kerangka Konseptual ................................................... 21 3.2 Kerangka Penelitian ................................................................ 22 3.3 Hipotesis Penelitian................................................................. 23
xi Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV. METODE PENELITIAN....................................................... 24 4.1 Bahan Penelitian .................................................................. 24 4.2 Alat Penelitian ..................................................................... 24 4.3 Metode Penelitian ................................................................ 24 4.3.1 Rancangan Penelitian .................................................. 24 4.3.2 Kerangka Penelitian .................................................... 27 4.3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian ............................
28
4.3.3.1 Pemeriksaan Quercetin ........................................
28
4.3.3.2 Pemeriksaan HPMC 3 cps ...................................
28
4.3.4 Pembuatan Kurva Baku Quercetin ............................
29
4.3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin ...........
29
4.3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin ...........
29
4.3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin 30 4.3.4.4 Pembuatan Kurva Regresi Quercetin ....................
31
4.3.4.5 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap Kadar Quercetin ................................................................ 31 4.3.5 Pembuatan Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3 cps .. 31 4.3.6 Pembuatan Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3 cps .... 32 4.3.7 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin .........................
32
4.3.8 Pengujian Kelarutan Quercetin ..................................
33
4.3.8.1 Pengamatan Waktu Larutan Jenuh Quercetin ........
33
4.3.8.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin .....................
33
4.3.9 Uji Disolusi Quercetin ................................................
34
4.3.10 Evaluasi Data ............................................................
36
4.3.10.1 Evaluasi Kelarutan ..............................................
36
4.3.10.2 Evaluasi Profil Disolusi .........................................
36
4.3.10.3 Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED) ..........
36
4.3.10.4 Analisis Statistika ................................................
36
xii Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V. HASIL PENELITIAN................................................................ 38 5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................. 38 5.1.1 Quercetin ........................................................................... 38 5.1.2 HPMC 3 cps ...................................................................... 39 5.2 Pembuatan Kurva Baku Quercetin .......................................
40
5.2.1
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
40
5.2.2
Hasil Pembuatan Kurva Baku Quercetin ...................
40
5.2.3
Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap Spektrum Quercetin .................................................................
42
5.3 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin ....................................
44
5.4 Pengujian Kelarutan Quercetin ..............................................
45
5.4.1
Pengamatan Waktu Larutan Jenuh Quercetin .............
45
5.4.2
Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin ..........................
46
5.5 Penentuan Laju Disolusi Quercetin .......................................
49
BAB VI. PEMBAHASAN ..................................................................... 54 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 60 7.1 Kesimpulan ............................................................................. 60 7.2 Saran ...................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 61 LAMPIRAN ........................................................................................... 65
xiii Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
Istilah kelarutan ............................................................................ 14
IV.1
Pembagian kelompok perlakuan quercetin..................................... 25
V.1
Pemeriksaan kualitatif quercetin ................................................... 38
V.2
Pemeriksaan kualitatif HPMC 3 cps .............................................. 39
V.3
Hasil absorban larutan baku kerja quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm................................................................................................ 41
V.4
Hasil absorban quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin HPMC
3cps
(1:1)
untuk
penentuan
match
factor………………………………………………………………43 V.5
Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin..................... 44
V.6
Hasil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm ... 45
V.7
Rerata persen terlarut quercetin murni, CF dan DP dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 37oC ± 0,5 oC ........ 47
V.8
Hasil uji HSD kelarutan quercetin dari tiap kelompok perlakuan pada menit ke-30 dengan α = 0,05......................................................... 48
V.9
Rerata persen terlarut QC, CF dan DP dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dalam air pada suhu 37oC ± 0,5 oC ............. 49
V.10 Efisiensi disolusi menit ke – 30 quercetin dari tiap kelompok dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) .................................... 51 V.11 Hasil uji HSD efisiensi disolusi quercetin dari tiap kelompok perlakuan pada menit ke-30 dengan α = 0,05................................. 52 V.12 Hasil penentuan harga slope laju disolusi quercetin dari masing – masing sistem ............................................................................... 53 xiv Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Struktur Quercetin ..........................................................................4
2.2
Struktur Hypromellose (HPMC) ................................................... 11
3.1
Bagan Kerangka Konseptual ......................................................... 22
4.1
Bagan Rancangan Penelitian ......................................................... 27
5.1
Spektra quercetin murni kadar 8,08 dan 16,16 µg/mL dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang antara 200 – 500 nm ............................................................................... 40
5.2
Kurva baku quercetin pada panjang gelombang 366,95 nm............ 41
5.3
Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL dan campuran quercetin – HPMC 3cps (1:1) ......................................................................... 42
5.4
Kurva perbandingan absorban antara quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1)............................................ 44
5.5
Profil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm ... 46
5.6
Profil kelarutan quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC....................................................... 47
5.7
Profil disolusi quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 37oC ± 0,5oC ....................................................... 50
xv Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran 1 Sertifikat Analisis Quercetin ................................................. 65 Lampiran 2 Spektrum FT-IR Quercetin (Bahan & Pustaka) ...................... 66 Lampiran 3 Termogram Bahan Penelitian ................................................ 70 Lampiran 4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin ........... 71 Lampiran 5 Penentuan Kurva Baku Quercetin.......................................... 74 Lampiran 6 Pengamatan Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Quercetin ........................................................... 76 Lampiran 7 Hasil Pengamatan (%) Homogenitas Quercetin ..................... 79 Lampiran 8 Hasil Pengamatan Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)................ 82 Lampiran 9 Hasil Uji Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air) .............................. 88 Lampiran 10 Hasil Pengamatan Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)................ 96 Lampiran 11 Hasil Uji Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air) ............................ 106 Lampiran 12 Hasil Statistika.................................................................. 122 Lampiran 13 Tabel Harga Koefisien Kolerasi (r) .................................... 130 Lampiran 14 Tabel Distribusi Harga F pada α = 0,05 ............................. 131
xvi Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Quercetin atau dalam IUPAC disebut 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-
3,5,7-trihydroxy-4H-chromen-4-one merupakan salah satu dari senyawa golongan polifenol yang potensial sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi dan hepatoprotektor. Quercetin merupakan senyawa hidrofob dan digolongkan dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) II yang artinya quercetin memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah. Bioavailabilitas quercetin dalam tubuh buruk, sehingga perlu dilakukan usaha peningkatan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin (Kakran, 2011; Madaan, 2014; Painter, 1998 dan Van Dijk, et. al, 2000). Berbagai macam teknik dilakukan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin, yakni dengan cara dispersi padat, mikronisasi, dan pembentukan kompleks. Dispersi padat merupakan suatu dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam pembawa atau matriks yang inert pada keadaan padat, yang dibuat dengan metode peleburan, pelarutan atau kombinasi peleburan & pelarutan. Kelebihan dari metode dispersi padat ini adalah dapat memperbaiki kelarutan obat sukar larut air, memperbaiki kestabilan bahan obat, meningkatkan kelarutan obat – polimer dalam fraksi amorphous, meningkatkan kemampuan terbasahi dan porositas dari bahan obat (Vasconcelos et al, 2007). Selain itu metode ini juga dapat meningkatkan laju disolusi dengan mekanisme meminimalkan pertumbuhan partikel kristal dari bahan obat sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat diperkecil, dan kemampuan pembawanya yang digunakan untuk mendispersikan bahan obat dalam bentuk amorf sehingga dapat meningkatkan kelarutannya (Costa, et al., 2011). Pada penelitian 1 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2
sebelumnya, dispersi padat dari quercetin menggunakan pembawa CMCAB (Carboxymethylcellulose Acetate Butyrate), HPMCAS (Hypromellose Acetate Succinate) dan CAAdP (Cellulose Acetate Adipate Propionate) dengan perbandingan rasio yang berbeda, yakni 1:9, 1:3, 1:1, 3:1 dan 9:1 (b/b) menggunakan pelarut Aseton : Etanol (1:4) menunjukkan adanya peningkatan laju disolusi dari quercetin (Kaur, 2014). HPMC (Hypromellose) dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari bahan obat diazepam, cisapride dan ibuprofen (Howlader, 2012; Zhenping, Wei et al, 2004; Saffoon et al, 2011). Kelebihan HPMC sebagai pembawa sistem dispersi padat adalah : tidak higroskopis,
sistem
penghambatan
relatif
stabil
dan
dapat
menghambat terjadinya kristalisasi sehingga membantu terbentuknya larutan padat. Hal ini akan meningkatkan kelarutan dan disolusi dari bahan obat melalui ikatan hidrogen antara obat – pembawa (Howlader, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini dilakukan uji terhadap sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan perbandingan berat 1:1, 1:2, 1:3 (b/b) dan dibuat dengan metode pelarutan.
1.2
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruh pembentukan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin ?
2.
Bagaimana pengaruh perbedaan jumlah HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps dengan perbandingan berat 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) ?
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3
3
Tujuan Penelitian 1.
Menentukan pengaruh kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps yang dibuat menggunakan metode pelarutan.
2. Menentukan pengaruh penambahan HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps yang dibuat menggunakan metode pelarutan dengan perbedaan jumlah HPMC 3 cps 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b).
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
masukan
bagi
pengembangan formulasi sediaan oral quercetin dengan menerapkan sistem dispersi padat quercetin menggunakan HPMC 3 cps guna meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin sehingga berpengaruh terhadap peningkatan bioavailabilitas quercetin di dalam tubuh.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Quercetin Quercetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, quercetin dan
glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid.
Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan tubuh manusia. Beberapa
contohnya
adalah
antioksidan,
antikanker,
antiinflamasi,
hepatoprotektor dan menurunkan tekanan darah (Kelly, 2011). Quercetin juga merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan kanker yang poten dan menjadi penghambat kuat pada pertumbuhan sel kanker payudara, usus, paru-paru, dan ovarium (Kakran, 2011).
Gambar 2.1 Struktur Quercetin (The Merck Index, 1983). Quercetin atau 3,4-dihidroksiflavonol atau dalam IUPAC disebut 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxy-4H-chromen-4-one. Dilihat dari strukturnya, quercetin termasuk senyawa polifenol yang bersifat polar, namun dari data kelarutannya quercetin bersifat praktis tidak larut dalam air 4 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5
(The Merck Index, 1983; dan Hertog, 1996), larut dalam etanol absolut (The Merck Index, 1983) dengan titik lebur diatas 300oC (The Merck Index, 1983), merupakan senyawa hidrofob (Painter, 1998; van Dijk, et. al, 2000), dengan panjang gelombang serapan maksimum 258 & 375 nm (The Merck Index, 1983) dan termasuk Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas 2 (Kakran, 2011). Pada penelitian sebelumnya, dispersi padat dari quercetin menggunakan
polimer
CMCAB,
HPMCAS
dan
CAAdP
dengan
perbandingan jumlah yang berbeda, yakni 1:9, 1:3, 1:1, 3:1 dan 9:1 (b/b) menggunakan pelarut Aseton : Etanol (1:4) menunjukkan adanya peningkatan disolusi dari quercetin (Li et al, 2012). 2.2 Dispersi Padat Dispersi padat merupakan suatu dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam pembawa atau matriks yang inert pada keadaan padat, yang dibuat dengan metode peleburan, pelarutan atau kombinasi peleburan & pelarutan. Dispersi padat pertama kali didemonstrasikan oleh Sekiguci & Obi pada tahun 1961 dengan metode campuran eutektik. Mereka meneliti adanya perubahan ukuran partikel menjadi lebih kecil, peningkatan laju disolusi dan absorpsi dari sulfathiazole yang merupakan bahan obat sukar larut dalam air, dengan menggunakan urea sebagai matriks dan pembawa yang mudah larut dan inert (Chiou & Riegelman, 1971). Generasi
ketiga
dari
dispersi
padat
dapat
memperbaiki
kestabilannya dan meningkatkan kelarutan obat – polimer, fraksi amorphous, kemampuan terbasahinya partikel dan porositas dari partikel (Vasconcelos et al, 2007). Metode ini sudah banyak digunakan untuk memperbaiki kelarutan dan laju disolusi dari beberapa bahan obat diantaranya : parasetamol, irbesartan, nifedipin, atorvastatin, domperidon Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
6
dan quercetin (Mogal et al, 2012; Chowdary et al, 2012; Lalitha & Lakshmi, 2011; Lakshmi et al, 2010; Aparna, 2011; dan Antonini et al, 2011). 2.2.1 Metode Pembuatan Ada 3 macam metode pembuatan berdasarkan sistem pembuatan dispersi padat, yakni metode peleburan, pelarutan atau kombinasi peleburan & pelarutan (Chiou & Riegelman, 1971) : a.
Metode Peleburan (Melting Method) Campuran fisik dari obat dan pembawa larut air dipanaskan secara langsung hingga meleleh. Campuran yang telah meleleh kemudian didinginkan & dipadatkan secara cepat pada penangas es sambil diaduk. Massa yang terbentuk kemudian dihancurkan,
dihaluskan
dan
diayak.
Untuk
mempercepat
pemadatan, lelehan yang homogen dituangkan diatas plat stainless steel & didinginkan dengan udara atau air yang mengalir pada sisi yang berlawanan. Selama proses pemadatan, molekul yang terlarut akan ditangkap oleh matriks dari pelarut. Keuntungan metode pelelehan langsung ini adalah sederhana & ekonomis, karena tidak memerlukan pelarut dan dapat dilakukan secara cepat. Sedangkan kerugian dari metode ini adalah beberapa bahan seperti obat atau pembawa, dapat mengalami dekomposisi atau menguap selama proses pelelehan pada suhu tinggi. b.
Metode Pelarutan (Solvent Method) Campuran fisik dari obat dan pembawa larut air dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, dilanjutkan dengan penguapan pelarut. Pelarut yang digunakan ini haruslah yang dapat melarutkan kedua bahan. Keuntungan metode ini adalah terjadinya
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7
dekomposisi dari bahan obat atau pembawa yang diakibatkan pemanasan dapat dicegah karena suhu yang digunakan untuk menguapkan pelarut yang digunakan lebih rendah dari suhu terdekomposisinya bahan obat atau pembawa. Kelemahan metode ini adalah biaya yang besar untuk pelarut yang digunakan, kesulitan dalam menghilangkan pelarutan secara sempurna, kemungkinan adanya efek samping dari pelarut yang dapat berpengaruh pada kestabilan kimia dari bahan obat dan pemilihan pelarut yang sesuai. c.
Metode Peleburan – Pelarutan (Melting – Solvent Method) Bahan obat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian dicampurkan secara langsung kedalam pembawa yang sudah dilelehkan. Metode ini terbatas untuk bahan obat yang memiliki dosis terapetik rendah, yakni dibawah 50 mg. Keuntungan dari metode ini adalah gabungan dari kedua metode sebelumnya, yaitu dekomposisi dari bahan obat atau pembawa yang diakibatkan pemanasan dapat dicegah, selain itu pelarut yang digunakan lebih sedikit sehingga lebih mudah dihilangkan dan biaya yang dibutuhkan pun lebih rendah. Sedangkan kerugiannya adalah kemungkinan adanya kesulitan dalam pencampuran larutan bahan obat dengan lelehan pembawa.
2.2.2 Klasifikasi Dispersi Padat Sistem dispersi padat diklasifikasikan berdasarkan interaksi bahan obat dan pembawa sebagai berikut (Chiou & Riegelman, 1971) : a.
Campuran Eutektik Sederhana Dibuat dengan cara pembekuan secara cepat dari komponen yang menunjukkan campuran sempurna dalam keadaan cair dan mengabaikan kelarutan padat – padat.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
b.
8
Larutan Padat (Solid Solution) : Dibuat dengan cara melarutkan solut padat dalam pelarut padat yang bisa juga disebut dengan campuran kristal, hal ini disebabkan larutan tersebut terdiri atas dua komponen yang mengkristal bersama dalam suatu sistem homogen. i.
Larutan Padat Kontinyu Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular dalam matriks dan dapat larut dalam berbagai komponen
ii.
Larutan Padat Terputus Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular dalam matriks namun terbentuk dua fase walaupun molekul obat terdispersi secara molekular.
iii.
Larutan Padat Subtitusi Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular dalam matriks. Diameter molekul obat (terlarut) < 15% diameter matriks (pelarut). Dalam hal ini, obat dan matriks merupakan subtitusi, dapat berlanjut atau terputus. Walaupun demikian, bila dua fase terputus, obat tetap terdispersi dalam bentuk molekular.
iv.
Larutan Padat Interstitial Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular dalam matriks. Diameter molekul (terlarut) < 59% diameter matriks (pelarut). Biasanya kelarutan terbatas dan terputus.
c.
Larutan Gelas & Suspensi Gelas (Glass Solution & Glass Suspension) Larutan Glassy (bersifat gelas) adalah suatu sistem homogen yang menyerupai gelas, transparan dan bahan obat terlarut dalam pembawa yang bersifat gelas. Suspensi Glassy
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9
adalah campuran yang diperoleh dari partikel yang mengendap, kemudian disuspensikan ke dalam pelarut yang bersifat gelas. d.
Endapan Amorf dalam Pembawa Kristalin Suatu campuran eutektik sederhana yang diperoleh dari bahan obat dan pembawa yang mengkristal secara simultan. Dibuat dengan metode peleburan dan pelarutan. Bahan obat dalam bentuk amorf berada dalam pembawa kristalin.
e.
Kombinasi dari Metode Diatas Pengelolaan profil obat menggunakan dispersi padat dilakukan dengan memanipulasi pembawa dan sifat dari partikel dispersi padat. Parameter seperti berat molekul dan komposisi pembawa,
kristal
bahan
obat,
porositas
dan
kemampuan
terbasahinya suatu partikel akan menghasilkan bioavailabilitas yang baik apabila berhasil dikontrol (Vasconcelos et al, 2007). Pemilihan pembawa memberikan pengaruh yang sangat besar pada karakteristik disolusi. Pembawa yang larut air menghasilkan pelepasan obat yang cepat dari matriks dan pembawa yang sukar larut atau tidak larut pelepasan obat dari matriknya lambat (Chiou & Riegelman, 1971). 2.2.3 Karakterisasi Dispersi Padat Menurut Chiou dan Riegelman (1971), ada beberapa metode karakterisasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pembentukan dispersi padat, antara lain : a.
Spektrum inframerah Digunakan untuk menganalisis gugus fungsi yang terbentuk akibat terjadinya kompleks. Pada umumnya gaya yang
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10
terbentuk disebabkan oleh terjadinya ikatan hidrogen antara gugus yang mengandung oksigen. b.
Difraksi Sinar X Metode ini merupakan metode yang sangat penting dan paling efisien dalam mempelajari pembentukan campuran fisik dan dispersi padat. Zat dalam keadaan murni biasanya memberikan puncak – puncak yang tajam pada pola difraksi sinar X .
c.
Analisis Termal Analisis
ini
menggunakan
Differential
Scanning
Calorimetry (DSC). Analisis termal merupakan cara analisis yang digunakan untuk mengetahui interaksi fisikokimia dari dua atau lebih sistem komponen. d.
Analisis Termodinamika Analisis
ini
dilakukan
dengan
metode
pelarutan.
Kompleks yang terjadi dapat diukur dengan tetapan stabilitas kompleks (k). selanjutnya setelah stabilitas kompleks diperoleh, ditentukan parameter termodinamikanya yang meliputi beda energi bebas (∆F), beda entalpi (∆H), dan beda entropi (∆S). e.
Metode Laju Disolusi Metode ini dapat digunakan untuk mengamati kecepatan disolusi yang proporsional pada daerah permukaan, membedakan kecepatan disolusi antara campuran fisik dan larutan fisik dan larutan padat serta membedakan bentuk polimorfi yang sama dari suatu obat pada campuran fisik dengan kopresipitat hasil pembentukan dispersi padat.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11
2.3 Hypromellose (HPMC) Hydroxypropyl Methylcellulose merupakan suatu polimer glukosa yang tersubstitusi dengan hidroksipropil dan metil pada gugus hidroksinya. HPMC memiliki nama lain diantaranya : Benecel MHPC, E464, hydroxypropyl methylcellulose, Hypromellose, Hypromellosum, Methocel, methylcellulose propylene glycol ether, methyl hydroxypropylcellulose, Metolose, MHPC, Pharmacoat, Tylopur, Tylose MO.
Gambar 2.2 Struktur HPMC (Howlader, 2012). Dalam Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition,
HPMC dinyatakan memiliki bentuk serbuk granul atau serat berwarna putih tak berbau dan tak berasa. Serbuk Hypromellose adalah bahan yang stabil, meskipun bersifat higroskopis setelah pengeringan. Dalam larutan, HPMC stabil pada pH 3-11. HPMC mengalami transformasi sol-gel yang reversibel pada baik saat dilakukan pemanasan maupun pendinginan. Suhu terjadinya fenomena gelasi adalah 50 – 90o C, tergantung pada kualitas dan konsentrasi bahan. Apabila digunakan dibawah dari suhu gelasi, maka viskositas dari larutan HPMC akan menurun apabila terjadi kenaikan suhu.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Sedangkan apabila di atas suhu gelasi, viskositas dari larutan HPMC akan meningkat seiring kenaikan suhu. Larutan HPMC dalam pelarut air juga dapat
disterilkan
dengan
menggunakan
autoklaf,
apabila
terjadi
penggumpalan, sediaan dikocok terlebih dahulu hingga terdispersi kembali. Serbuk HPMC harus disimpan di tempat yang terturup rapat, sejuk dan kering. Keuntungan dari HPMC sebagai pembawa adalah : menghambat terjadinya kristalisasi, sehingga membantu terbentuknya larutan padat. Hal ini akan meningkatkan kelarutan dan disolusi dari bahan obat melalui ikatan hidrogen antara obat – pembawa (Howlader, 2012). 2.4 Kelarutan Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) dalam keadaan jenuh. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005). Proses kelarutan terdiri dari beberapa tahap, yakni menyangkut pemindahan satu molekul dari fase terlarut pada temperatur tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan satu molekul dari zat terlarut sehingga dapat lewat ke wujud uap memerlukan pemecahan ikatan antara molekulmolekul yang berdekatan. Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari fase terlarut, lubang yang ditinggalkannya tertutup, dan setengah dari energi yang diterima kembali. Penerimaan energi potensial atau kerja ini dapat disebut proses netto. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar untuk menerima molekul zat terlarut. Kerja yang
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13
dibutuhkan pada tahap ini, menunjukkan energi interaksi antara molekul – molekul pelarut. Molekul zat terlarut akhirnya ditempatkan dalam lubang dalam pelarut, dan perambahan kerja atau penurunan energi potensial. Hal ini menunjukkan adanya energi interaksi zat terlarut dengan pelarut. Lubang dalam pelarut yang terbentuk sekarang tertutup, dan penurunan tambahan dalam energi, terjadi menyangkut kerja proses netto. (Martin, 2008). Kelarutan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan luas area yang dapat ditunjukan dalam rumus dibawah ini : ...............................................................(1) Dimana S adalah kelarutan dari partikel kecil; S0 adalah kelarutan dari partikel besar; γ adalah tegangan permukaan; V adalah volume dalam molar; R adalah konstanta gas; T adalah suhu absolut; dan r adalah diameter ukuran partikel kecil (Ansel, 2005). Berdasar persamaan tersebut dapat diketahui bahwa kelarutan berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Sehingga ukuran partikel semakin kecil akan memperbesar kelarutan (Ansel, 2005). Selain persamaan diatas, Ostwald – Freundlich mengemukakan persamaan lain yang menunjukkan hubungan antara ukuran partikel dengan kelarutan, yakni : * +
(
) ( )
( ) ............................(2)
Dimana σ adalah energi interfasial antara padatan dan larutan, M adalah berat molekul, R adalah konstanta gas, T adalah temperatur absolut, r1 adalah ukuran partikel besar, r2 adalah ukuran partikel kecil dan
adalah
densitas (Shchekin & Rusanov, 2008). Titik didih dari larutan dan titik lebur dari padatan juga mencerminkan kekuatan interaksi antar molekul. Semakin tinggi titik didih
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14
dan titik lebur dari suatu senyawa, maka kelarutan dalam air akan semakin rendah (Attwood & Florence, 1998). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah (Martin, 2008) : pH, temperatur, jenis pelarut bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut, adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain – lain Kelarutan obat biasanya ditentukan melalui metode kesetimbangan kelarutan, yaitu dengan cara sejumlah obat dimasukan kedalam pelarut dan dikocok pada suhu yang konstan sampai memperoleh kesetimbangan. Analisis dilakukan pada larutan untuk menentukan kelarutannya (Ansel, 2005). Pada sistem dispersi padat diazepam – HPMC menunjukkan bahwa kelarutan diazepam meningkat dalam sistem dispersi padat karena terdispersi dengan baik dan menunjukan perubahan bentuk kristal menjadi amorf dalam matriks (Howlader, 2012). Tabel II.1 Istilah Kelarutan (Farmakope V, 2014) Jumlah Bagian Pelarut yang Istilah Kelarutan
Diperlukan untuk Melarutkan 1 Bagian Zat
Skripsi
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 – 10
Larut
10 – 30
Agak sukar larut
30 – 100
Sukar larut
100 – 1000
Sangat sukar larut
1000 – 10000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10000
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
15
2.5 Disolusi Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk kedalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat padat melarut. Proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut (Syukri, 2002). Disolusi merupakan salah satu kontrol kualitas yang dapat digunakan untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat
sebagai
(bioequivalence).
pengganti
uji
Hubungan
klinik
untuk
kecepatan
menilai
disolusi
in
bioekivalen vitro
dan
bioavailabilitasnya dirumuskan dalam bentuk IVIVC (in vitro – in vivo corelation). Kinetika uji disolusi in vitro memberi informasi yang sangat penting untuk memprediksi bioavailabilitas obat dan efek terapeutiknya secara in vivo (Sulaiman, 2007). Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh proses absorpsi dan kadar obat dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obat dalam bentuk sediaan padat mengalami berbagai tahap pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut meliputi disintegrasi, deagregasi dan disolusi. Kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi dalam proses disintegrasi, disolusi dan absorpsi, ditentukan oleh tahap yang paling lambat dari rangkaian di atas yang disebut dengan rate limiting step . Efektivitas dari suatu tablet dalam melepas obatnya untuk absorpsi sistemik bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk sediaan dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting adalah laju disolusi dari obat padat tersebut. Seringkali disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah, karena tahapan ini seringkali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16
tahapan yang ada dalam pelepasan obat dari bentuk sediaannya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi sistemik (Martin, 2008). Untuk mengamati kemaknaan laju disolusi dari obat-obat yang sangat tidak larut dalam air mungkin perlu menggunakan suatu wadah yang berkapasitas sangat besar. Pertimbangan yang kedua adalah jumlah pengadukan dan sifat pengaduk. Kecepatan pengadukan harus dikendalikan dan spesifikasi yang membedakan antar produk obat. Suhu media disolusi juga harus dikedalikan dan variasi suhu harus dihindarkan. Sebagaian besar uji disolusi dilakukan pada suhu 37oC (Shargel et al., 2005). Dalam penentuan kecepatan disolusi dari bentuk sediaan padat terlibat
berbagai macam proses disolusi yang melibatkan zat murni.
Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi dan deagragasi sediaan merupakan faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat sediaan (Syukri, 2002). Persyaratan uji disolusi pertama kali dicantumkan dalam NF XIII (1970) dan USP XVIII (1970) . Persyaratan yang dimaksud disini bukan hanya persyaratan untuk jumlah obat yang terlarut dalam waktu yang ditentukan saja, tetapi juga termasuk prosedur pengujian, medium disolusi dan
peralatan
serta
persyaratan
pengujiannya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses disolusi, diantaranya kecepatan pengadukan, temperatur pengujian, viskositas, pH, komposisi medium disolusi, dan ada atau tidaknya bahan pembasah (wetting agent) (Sulaiman, 2007). Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju disolusinya seringkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu merupakan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat, sedangkan obat yang mempunyai kelarutan besar dalam air, laju disolusinya cepat (Shargel et al., 2005). Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17
Proses disolusi merupakan langkah penentu dari proses absorbsi, maka
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kecepatan
disolusi
akan
mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obatnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi tersebut adalah : a.
Sifat – Sifat Fisika Kimia Sifat-sifat fisika kimia yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
:
kelarutan,
bentuk kristal,
solvasi,
hidrasi,
kompleksasi serta ukuran partikel (Shargel et al., 2005) b.
Formulasi sediaan Berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan pengolahan (processing). Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan zat aktif yang terkandung di dalamnya (Shargel et al., 2005).
c.
Alat Uji Disolusi & Parameter Disolusi Dapat meliputi : wadah, suhu, media pelarutan dan alat disolusi yang digunakan, dan faktor-faktor lain seperti bentuk sediaan, lama penyimpanan dan kondisi penyimpanan produk (Shargel et al., 2005).
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
18
Laju disolusi memberikan informasi tentang profil proses melarut per satuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes dan Whitney sejak tahun 1897 dan diformulasikan secara matematik sebagai berikut : dC = k1 A (Cs-Ct) ...................................................................................... (3) dt Keterangan : dC = laju disolusi (perubahan konsentrasi per satuan waktu) dt Cs = kelarutan (konsentrasi jenuh bahan dalam pelarut) Ct = konsentrasi bahan dalam larutan pada waktu t k = konstanta yang mempertimbangkan koefisien difusi, volume larutan jenuh dan tebal lapisan difusi (tetapan disolusi) A = luas permukaan Dari persamaan tersebut dapat diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi laju disolusi, yaitu : a.
Luas Permukaan (A) dipengaruhi oleh ukuran partikel, dispersi serbuk padat dalam medium disolusi, penyerapan dari partikel padat.
b.
Kelarutan dalam medium disolusi (Cs) dari zat padat dipengaruhi oleh suhu, sifat dari medium disolusi, struktur kimia dari zat terlarut, bentuk kristal dari zat padat, kandungan bahan lain.
c.
Konsentrasi solut dalam larutan pada waktu t (C) dipengaruhi oleh volume medium disolusi, proses perpindahan solut dari medium disolusi.
d.
Konstanta laju disolusi (K) dipengaruhi oleh ketebalan membran yang mengelilingi zat padat pada saat disolusi,
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
19
koefisien difusi dari solut dalam medium disolusi (Aulton, 2002) Laju disolusi maksimum dapat diperkirakan apabila C = 0 (nol). Jika C < 15% dari kelarutan jenuh Cs, maka pengaruh C dapat diabaikan, kondisi ini dapat disebut kondisi sink. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan volume media disolusi yang besar atau dengan penambahan larutan setelah setiap pengambilan secara kuantitatif pada waktu – waktu yang telah ditetapkan. Dengan mempertahankan volume pelarut yang besar (paling sedikit 3 kali konsentrasi jenuh), kondisi sink kurang lebih tercapai. Dikarenakan uji disolusi untuk quercetin tidak terdapat dalam farmakope, maka prosedur uji disolusi pada penelitian ini menggunakan prosedur penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kakran et al (2012) yaitu menggunakan media disolusi air sebanyak 900 mL pada suhu 37 ± 0,5 oC, menggunakan pengaduk tipe I (keranjang) dengan kecepatan 100 rpm. Penggunaan volume media sebanyak 900mL tersebut dikarenakan pada jumlah tersebut sudah memenuhi kondisi sink. Efisiensi disolusi (ED) didefinisikan sebagai luas daerah di bawah kurva disolusi sampai batas waktu tertentu. ED dinyatakan sebagai persentase terhadap luas segiempat yang digambarkan oleh disolusi 100% pada batas waktu yang sama (Khan & Rhodes, 1975). Setelah diperoleh profil disolusi, maka efisiensi disolusi dapat dihitung dengan rumus: ED (%) = luas daerah dibawah kurva X 100% ........................................ (4) luas segiempat Pada penggunaan metode dispersi padat, hal-hal yang harus diperhatikan yakni metode preparasi, reproduksibilitas sifat fisikokimia obat dan matriks, scale up pada proses pembuatan, dan stabilitas fisika kimia obat dan matriks. Hal ini dikarenakan bisa terjadi pemisahan fase dengan
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
20
cara pertumbuhan kristal atau perubahan produk pada saat penyimpanan sehingga dapat menurunkan kelarutan dan laju disolusinya (Vibha et al., 2012). Pada sistem dispersi padat pada bahan obat diazepam, cisapride dan ibuprofen menunjukan bahwa laju disolusinya meningkat,
hal ini
dikarenakan efek kelarutan HPMC menghasilkan sistem penghambatan yang relatif stabil dan dapat menghambat terjadinya kristalisasi, sehingga membantu terbentuknya larutan padat (Howlader, 2012; Zhenping, Wei et al, 2004 dan Saffoon et al, 2011).
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1
Uraian Kerangka Konseptual Quercetin merupakan senyawa polifenol yang memiliki sifat
hidrofob dan dikategorikan dalam BCS kelas 2. Untuk itu, perlu dilakukan usaha peningkatan kelarutan dan disolusi dari quercetin (Painter, 1998; Van Dijk et al, 2000 dan Kakran, 2011). Peningkatan kelarutan dan laju disolusi dapat dilakukan dengan pembentukan sistem dispersi padat. Dengan terbentuknya sistem ini, diharapkan dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin dengan mekanisme meminimalkan pertumbuhan partikel kristal dari bahan obat sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat diperkecil, selain itu kemampuan pembawa yang digunakan untuk mendispersikan bahan obat dalam bentuk amorf dapat meningkatkan kelarutannya (Vasconcelos et al, 2007). Pemilihan pembawa memberikan pengaruh yang sangat besar pada karakteristik disolusi. Pembawa yang larut air menghasilkan pelepasan obat yang cepat dari matriks (Chiou & Riegelman, 1971). Pada penelitian ini digunakan HPMC 3 cps yang merupakan polimer mudah larut air sebagai pembawa, selain itu polimer ini juga dapat meningkatkan efek solubilisasi dan menurunkan tegangan permukaan. Dengan menggunakan HPMC 3 cps, bahan obat akan terperangkap di dalamnya sehingga meningkatkan pembasahan dari bahan obat, selain itu pembawa ini juga dapat menurunkan tegangan permukaan antara bahan obat dan media disolusi (Howlader, 2012).
21 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3.2 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1
Skripsi
Bagan kerangka konseptual.
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
22
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23
3.3 Hipotesis Penelitian 1.
Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps berpengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin.
2. Penambahan HPMC 3 cps sebagai pembawa dalam sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps dengan perbandingan jumlah 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin dibandingkan dengan quercetin murni.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Bahan Penelitian Quercetin hidrat (Tokyo Chemical Industry Co., Ltd., Japan, Lot :
83N2O), HPMC 3cps (Shin – Etsu, Japan), etanol p.a (E Merck, Germany) dan air demineralisata.
4.2
Alat-alat Penelitian Alat Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetik
stirrer (Thermolyne Cimarec® 3), spektrofotometer UV – Vis (Cary 50 Conc), spektrofotometer IR (Jasco FT/IR – 5300), Differential Thermal Analysis (Erweka), bejana kelarutan, alat uji disolusi (Erweka DT 700), timbangan analitik (Mettler Toledo AL 204), pengayak Mesh no.50 & 80 (Restch Type ASTM) dan alat gelas yang umum digunakan dalam penelitian.
4.3
Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian Pada
penelitian
ini
dilakukan
penelitian
eksperimen
laboratorium tentang uji kelarutan dan laju disolusi quercetin pada kelompok perlakuan dalam media dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05). Pembagian kelompok perlakuan ditunjukkan pada tabel IV.1. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terkontrol dan variabel tergantung. Untuk variabel terkontrolnya adalah adalah penambahan HPMC 3 cps dalam perbandingan jumlah yang berbeda pada dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps, sedangkan untuk variabel
24 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
25
tergantungnya adalah kelarutan dan laju disolusi quercetin dalam masing – masing kelompok perlakuan. Tabel IV.1 Pembagian Kelompok Perlakuan Quercetin Tanpa Perlakuan Bahan
Quercetin Murni (QC)
Quercetin HPMC 3cps
1 -
Dengan Perlakuan Campuran Fisik (CF) I II III 1 1 1 1 2 3
Dispersi Padat (DP) I II III 1 1 1 1 2 3
Keterangan : QC CF I CF II CF III DP I DP II DP III
: Quercetin Murni (1) : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 1) : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 2) : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 3) : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 1) : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 2) : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 3) Dari masing – masing kelompok perlakuan yaitu dispersi padat,
campuran fisik dan quercetin murni ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada bejana kelarutan. Kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu pada suhu 30 ± 0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada waktu yang telah ditentukan, kemudian didiamkan selama 5 menit, disaring dan diukur absorbannya dengan spektrometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Untuk uji disolusi, campuran fisik dan quercetin murni dimasukkan ke dalam bejana disolusi. Kemudian masing – masing perlakuan dilakukan uji disolusi sebanyak tiga kali dalam media disolusi dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 37 ± 0,5oC sebanyak 900 mL, menggunakan pengaduk tipe I (basket) dengan kecepatan 100 rpm.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26
Untuk membandingkan laju disolusi quercetin antar kelompok perlakuan, maka dibuat profil disolusi quercetin kemudian ditentukan harga efisiensi disolusi (ED30). Bagan mengenai rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.2
Kerangka Penelitian
Gambar 4.1 Bagan perencanaan penelitian
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
27
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.3
28
Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian
4.3.3.1 Pemeriksaan Quercetin a. Analisis Spektrofotometri Inframerah Spektrum inframerah quercetin dibuat dengan metode cakram KBr. Sebanyak 2 mg quercetin dalam KBr digerus sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan ke dalam pengering hampa udara, selanjutnya dicetak dengan penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang transparan. Cakram yang terbentuk dimasukkan dalam kuvet dan dialiri sinar inframerah, kemudian diamati spektrumnya. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spektrum inframerah quercetin standar. b.
Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal Analysis) Pemeriksaan titik lebur quercetin dengan menggunakan DTA, yaitu dengan menimbang quercetin 3 – 5 mg dalam krus aluminium. Selanjutnya krus aluminium dimasukkan ke dalam alat
DTA yang diatur
dengan
kecepatan
pemanasan
10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 200 - 350oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan titik lebur quercetin sesuai dengan pustaka yaitu sebesar 314oC. 4.3.3.2 Pemeriksaan HPMC 3 cps a. Analisis Spektrofotometri Inframerah Spektrum Inframerah HPMC 3cps dibuat dengan metode pellet KBr seperti pada prosedur 4.3.3.1
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
b.
29
Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal Analysis) Pemeriksaan titik lebur HPMC 3cps menggunakan DTA seperti pada prosedur 4.3.3.1 dilakukan pada rentang suhu 100 - 200oC untuk membandingkan titik lebur HPMC 3 cps dengan pustaka yaitu 160oC.
4.3.4
Pembuatan Kurva Baku Quercetin
4.3.4.1
Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin Larutan baku induk quercetin dibuat dengan kadar 400 µg/mL. Larutan baku tersebut dibuat dengan menimbang teliti sebanyak 20,0 mg quercetin dan dilarutkan
etanol
p.a.
Kemudian
larutan
tersebut
ditambahkan etanol p.a dalam labu ukur 50,0 mL sampai tepat tanda. 4.3.4.2
Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi 0,4; 4; 8; 16; 20 dan 24 µg/mL dengan cara berikut : a.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 500,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 0,4 µg/mL.
b.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 4 µg/mL.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
c.
30
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 8 µg/mL.
d.
Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 16 µg/mL.
e.
Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 20 µg/mL.
f.
Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL kemudian ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 24 µg/mL.
4.3.4.3
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Panjang gelombang maksimum quercetin ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja quercetin kadar 8 dan 16 µg/mL. Larutan baku tersebut diamati absorbannya dengan spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang 200 – 500 nm. Panjang gelombang maksimum yang ditentukan merupakan panjang gelombang yang memberikan absorban terbesar.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
31
Panjang gelombang maksimum teoritis dari quercetin : 258 dan 375 nm. 4.3.4.4
Pembuatan Kurva Regresi Quercetin Larutan baku quercetin yang telah dibuat diamati absorbannya
pada
panjang
gelombang
maksimum
quercetin, kemudian dibuat kurva absorban terhadap kadar larutan baku quercetin. Selanjutnya akan diperoleh suatu persamaan kurva baku dari hasil regresi linier kurva tersebut. 4.3.4.5
Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap Pemeriksaan Kadar Quercetin Dibuat larutan HPMC 3cps dalam air suling dengan kadar 200 µg/mL. Larutan HPMC dipipet 1,0 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian ditambahkan 1,0 mL larutan baku induk quercetin 200 µg/mL, kemudian campur larutan tersebut dan diencerkan dengan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai 25,0 mL sehingga didapatkan larutan campuran
quercetin
dan
HPMC
3
cps
dengan
perbandingan 1:1. Kemudian larutan tersebut diamati absorbannya menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimal. Spektrum yang dihasilkan dibandingkan dengan spektrum larutan baku kerja quercetin kadar 8 µg/mL. 4.3.5
Pembuatan Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps Campuran fisik quercetin – HPMC 3cps dibuat dengan terlebih dahulu mengayak masing – masing bahan (quercetin maupun HPMC 3cps) dengan pengayak mesh no. 50. Timbang teliti quercetin dan HPMC 3cps sesuai
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
32
dengan perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) seperti yang direncanakan pada tabel IV.1. Setelah itu, tambahkan quercetin pada HMPC 3cps dan campur hingga homogen. 4.3.6
Pembuatan Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3 cps Pembuatan dispersi padat dilakukan dengan metode pelarutan,
yaitu dengan
menimbang teliti
sejumlah bahan setara dengan perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) yang direncanakan pada tabel IV.1. HPMC 3 cps dilarutkan dengan menggunakan air suling sedangkan quercetin dilarutkan dengan etanol p.a. Kemudian ke dalam larutan HPMC 3cps tersebut ditambahkan larutan quercetin sedikit demi sedikit. Campuran quercetin – HPMC 3 cps tersebut
kemudian
diaduk dengan
menggunakan magnetik stirrer hingga terbentuk sistem dispersi padat. Setelah itu dispersi padat quercetin – HPMC 3cps diuapkan pelarutnya hingga kering. Massa digerus dalam mortir agat, kemudian diayak dengan ayakan mesh no. 50. 4.3.7
Pemeriksaan Homogenitas Quercetin Pada masing – masing kelompok campuran fisik dan dispersi padat, diambil sejumlah sampel setara 20 mg quercetin dan dilarutkan dengan etanol p.a sampai 10,0 mL. Larutan tersebut dipipet 1,0 mL dan diencerkan dengan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai 25,0 mL. Absorban sampel diamati dengan spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin dan dihitung % perolehan kembali kadar quercetin.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33
4.3.8
Pengujian Kelarutan Quercetin
4.3.8.1
Pengamatan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin Untuk menentukan waktu tercapainya larutan jenuh quercetin dalam media dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dilakukan prosedur sebagai berikut : Ditimbang sejumlah 20 mg quercetin dan ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
pada
bejana
kelarutan.
Kemudian
diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu pada suhu 30 ± 0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360 dan 420 menit, kemudian didiamkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring millipore
0,45µm
dan
diukur
absorban
dengan
spektrometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. 4.3.8.2
Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin Untuk menentukan tercapainya
kelarutan
dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps dalam air, dilakukan prosedur sebagai berikut : Ditimbang sampel setara 20 mg quercetin kemudian ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada bejana kelarutan. Kemudian diaduk menggunakan magnetik stirrer dengan kecepatan tertentu pada suhu 30 ± 0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada waktu yang sudah ditentukan sesuai dengan waktu kelarutan jenuh quercetin, didiamkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring millipore 0,45µm dan
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
34
diukur absorban dengan spektrometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. 4.3.9
Uji Disolusi Quercetin Preparasi uji disolusi dilakukan dengan cara menimbang sampel 20 mg serbuk quercetin, serta campuran fisik dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps yang setara dengan 20 mg quercetin. Masing – masing sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bejana disolusi. Uji disolusi dilakukan terhadap 20 mg serbuk quercetin murni, campuran fisik dan dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps yang setara dengan 20 mg quercetin. Alat uji disolusi yang digunakan adalah pengaduk bentuk basket (tipe I, keranjang) dengan kecepatan 100 rpm serta dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Media disolusi yang digunakan adalah dapar sitrat NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sebanyak 900 mL. Prosedur uji disolusinya adalah sebagai berikut : Bejana disolusi diisi dengan sebanyak 900 mL dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05; diuji dengan pHmeter) dan termostat diatur pada suhu 37 ± 0,5oC. Setelah suhu media disolusi mencapai 37 ± 0,5oC, sampel yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana disolusi dan pengaduk diputar dengan kecepatan 100 rpm. Cuplikan sampel diambil sebanyak 5,0 mL setiap interval waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring milipore 0,45 µm. Pada setiap pengambilan cuplikan sampel dilakukan penggantian
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
35
media disolusi air suling sejumlah 5,0 mL. Setelah itu, masing – masing cuplikan sampel diamati absorbannya pada spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Kadar quercetin yang terlarut tiap interval waktu dapat diperoleh dengan memasukkan harga absorban sampel ke persamaan kurva baku quercetin (Kakran, 2011). Untuk mendapatkan kadar yang sebenarnya dengan memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media disolusi dalam setiap pengambilan cuplikan sampel, maka digunakan faktor koreksi dalam persamaan Wurster sebagai berikut (Wurster & Taylor, 1965) : ∑
...................................................(4)
Keterangan : Cn : Kadar sebenarnya setelah koreksi (mg/L) C’n : Kadar yang terukur oleh spektrofotometer (mg/L) Cs : Kadar yang terukur spektrofotometer dari sampel yang sebelumnya (mg/L) a : Volume sampel yang diambil (mL) b : Volume media disolusi (mL)
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.10
Evaluasi Data
4.3.10.1
Evaluasi Kelarutan Perhitungan persentase
kelarutan
kelarutannya
(%
36
dihitung b/v).
berdasarkan
Sehingga
dapat
diketahui bahwa kelarutan pada masing – masing perlakuan memiliki perubahan yang bermakna atau tidak dengan uji statistik. 4.3.10.2
Evaluasi Profil Disolusi Penentuan kurva profil disolusi merupakan kurva yang menggambarkan jumlah senyawa yang terlarut terhadap waktu.
4.3.10.3
Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED) Perhitungan menggunakan rumus II.4 untuk membandingkan laju disolusi quercetin antar kelompok perlakuan pada menit tertentu. Harga efisiensi disolusi yang akan dibandingkan antar perlakuan adalah ED30.
4.3.10.4
Analisis Statistika Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna pada kelarutan jenuh quercetin pada waktu sampling, maka dilakukan uji statistik unpaired t-test, dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna pada kelarutan quercetin pada masing – masing perlakuan maka dilakukan uji statistik dengan one – way ANOVA (Analysis of Variance). Sedangkan untuk membandingkan laju disolusi quercetin antar kelompok perlakuan dapat dilakukan perhitungan ED30. Data kemudian dianalisis secara statistik dengan ANOVA (Analysis of Variance). Untuk menunjukkan adanya kebermaknaan perbedaan antar kelompok perlakuan dengan derajat kepercayaan
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37
0,95 (α = 0,05) dengan membandingkan harga F hitung dengan F tabel. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka
terdapat
perbedaan
efisiensi
disolusi
yang
bermakna, minimal satu pasang data. Bila ada perbedaan efisiensi disolusi quercetin yang
bermakna,
maka
untuk
mengetahui
letak
perbedaannya dilanjutkan uji HSD (Honestly Significant Difference) menurut Tukey dengan α = 0,05.
√
..............................................(5)
Keterangan : q α k N n MSE
: diperoleh dari tabel F : derajat kepercayaan : jumlah perlakuan : jumlah pengamatan total : jumlah pengulangan : kuadrat rata – rata kesalahan Jika selisih rata – rata efisiensi disolusi antara dua perlakuan lebih besar dari hasil perhitungan nilai HSD, maka terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang bermakna antara dua perlakuan tersebut.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
5.1.1
Quercetin Bahan baku quercetin yang digunakan dalam penelitian ini
produksi Tokyo Chemical Industry Co., Ltd., Japan, Lot : 83N2O. Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel V.1. Sedangkan Certificate of Analysis (CoA), spektra inframerah, dan termogram DTA dari quercetin dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3. Hasil identifikasi pada spektrum inframerah dan termogram DTA menunjukkan bahwa quercetin yang digunakan sesuai dengan pustaka.
Tabel V. 1 Pemeriksaan kualitatif quercetin Identifikasi 1. Organoleptis
Hasil Identifikasi Serbuk
kuning,
halus,
berbau khas, tidak berasa.
Pustaka Serbuk
kuning,
halus,
berbau
khas,
tidak
(1)
berasa. 2.Titik lebur DTA
325,4 °C
3. Spektrum FTIR
Bilangan
326 °C (2) Bilangan -1
Gugus Fungsi :
gelombang (cm ) :
gelombang (cm-1) :
- C-H aromatik
- 1014
- 999 (2)
- C-O-C
- 1319, 1168
- 1310, 1160 (2)
- Gugus aromatik
- 1522
- 1510 (2)
- C=O
- 1667, 1612
- 1660, 1610 (2)
- O-H
- 3411
- 3340 (2)
(1)
(The Merck Index, 1983)
(2)
(Kakran et al., 2011)
38 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.1.2
39
HPMC 3cps Bahan baku HPMC yang digunakan dalam penelitian ini produksi
PT. Shin-Etsu, Japan. Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel V.2. Sedangkan Certificate of Analysis (CoA), spektra inframerah, dan termogram DTA dari HPMC dapat dilihat pada lampiran 4, 5, dan 6. Hasil identifikasi pada spektrum inframerah dan termogram DTA menunjukkan bahwa HPMC yang digunakan sesuai dengan pustaka.
Tabel V. 2 Pemeriksaan kualitatif HPMC 3 cps Identifikasi 1. Organoleptis
Hasil Identifikasi
Pustaka
Serbuk putih, halus, tidak
Serbuk putih, halus,
berbau, tidak berasa.
tidak berbau, tidak berasa. (1)
2.Transition glass
126,7 °C
125,5 (3)
3. Spektrum FTIR
Bilangan
Bilangan
Gugus Fungsi :
gelombang (cm-1) :
gelombang (cm-1) :
- Gugus CH2
- 850
- 850-800 (4)
- Cincin piran
- 945
- 1000-950 (4)
- C-O-C
- 1123, 1062
- 1100-1000 (4)
- Epoksida
- 1316
- 1300-1250 (4)
- Cincin anhidrida
- 1383
- 1400-1350 (4)
- C-H
-1459
- 1500-1450 (4)
- Gugus aromatis
- 1638
- 1650-1600 (4)
- O-H
- 2342, 2326
- 2250-2500 (4)
- CH3 dan CH3OH
- 2934
- 2900 (4)
- O-H (ikatan hidrogen
- 3467
- 3500-3400 (4)
intermolekular) (3)
(Perfetti et al., 2011)
(4)
(Sahoo et al., 2012)
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2
40
Pembuatan Kurva Baku Quercetin
5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin Penentuan panjang gelombang maksimum larutan quercetin dalam media (asam sitrat – NaOH pH 5 dalam air) dilakukan dengan mengamati serapan larutan quercetin menggunakan kadar 8,08 dan 16,16 µg/mL dengan spektrofotometri UV – Vis pada panjang gelombang 200 – 500 nm. Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh panjang gelombang maksimum quercetin yaitu pada 366,95 nm. Hasil penentuan panjang gelombang dapat dilihat pada lampiran 4.
Serapan
1.50 1.00 0.50 0.00 238
288
338
388
438
Panjang Gelombang (nm) Gambar 5.1 Spektra quercetin murni kadar 8,08 dan 16,16 µg/mL dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang antara 200 – 500 nm. Keterangan : : Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL : Spektra quercetin kadar 16,16 µg/mL
5.2.2 Hasil Pembuatan Kurva Baku Quercetin Berdasarkan hasil penentuan pengaruh bahan tambahan (HPMC 3cps) terhadap serapan quercetin yang menghasilkan spektrum berhimpit antara spektrum larutan quercetin – HPMC 3cps (1:1) dan spektrum larutan
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41
quercetin 10 µg/mL. Maka dapat dilakukan pengamatan serapan larutan baku quercetin dengan kadar 0,42; 4,04; 8,08; 16.16; 20,20 dan 24,24 µg/mL pada panjang gelombang maksimum quercetin 366,95 nm dan hasilnya dapat dilihat pada tabel. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi kurva larutan baku quercetin terhadap serapan : Y = 0,05257 X + 0,00221 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979 sedangkan nilai r tabel (n-2 = 4; α = 0,05) = 0,8114. Karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka terdapat kolerasi linier antara serapan dengan kadar larutan baku quercetin.
Tabel V.3
Hasil serapan larutan baku kerja quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm
Kadar Quercetin (µg/mL)
Serapan
0,40 4,04 8,08 16,16 20,20 24,24
0,0282 0,2042 0,4270 0,8607 1,0754 1,2630
Serapan
1.50 1.00 0.50 0.00 0
5
10
15
20
25
Konsentrasi (µg/mL) Gambar 5.2 Kurva baku quercetin pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm. Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
42
5.2.3 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3cps terhadap Spektrum Quercetin Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh bahan tambahan (HPMC 3cps) terhadap serapan quercetin, dengan cara larutan quercetin dan larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1 diamati spektrumnya pada panjang gelombang antara 200 – 500 nm dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 6. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa spektra larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1
Serapan
berhimpitan dengan spektra larutan quercetin 8,08 ug / mL. 0.5 0.0 260
310
360
410
Panjang Gelombang (nm) Gambar 5.3 Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL dan campuran quercetin – HPMC 3cps (1:1). Keterangan : : Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL : Spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1) Selanjutnya dilakukan perhitungan match factor (MF) antara spektra quercetin murni dengan spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1) yang bertujuan sebagai data pendukung analisis kualitatif. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi perbandingan serapan antara quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) : Y = 1,0014 X + 0,0026 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,9996. Berdasarkan nilai koefisien kolerasi, dilakukan perhitungan match factor (lampiran 6) sehingga didapatkan hasil MF = 999,6 yang bermakna : spektra campuran quercetin – HPMC 3cps (1:1) identik dengan spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa HPMC 3cps tidak memiliki pengaruh terhadap quercetin. Tabel V.4 Hasil serapan quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) untuk penentuan match factor
Skripsi
Serapan quercetin
Serapan quercetin –
kadar 8,08 µg/mL (x)
HPMC 3cps (1:1) (y)
0,0034 0,0036 0,0041 0,0045 0,0052 0,0088 0,5502 0,5578 0,5737 0,8270 0,8389 0,8635 0,8641 0,8908 0,9681 1,7177
0,0034 0,0035 0,0038 0,0041 0,0046 0,0051 0,5566 0,5573 0,5575 0,8256 0,8466 0,8915 0,8867 0,8969 0,9951 1,6946
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
Serapan QC - HPMC 3cps (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
44
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Serapan QC (nm) Gambar 5.4 Kurva perbandingan serapan antara quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1). 5.3
Pemeriksaan Homogenitas Quercetin Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin dalam
campuran fisik quercetin – HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dapat dilihat pada tabel V.5. Data tersebut dapat digunakan untuk menghitung jumlah campuran fisik maupun dispersi padat yang setara dengan quercetin 20,0 mg yang selanjutnya digunakan untuk penentuan uji kelarutan dan laju disolusi. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 7. Tabel V.5 Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin* Formula
Kadar Quercetin ± SD (mg)
% Recovery
KV (%)
Campuran Fisik 1:1
23,67 ± 0,48
108,47
1,56
Campuran Fisik 1:2
23,30 ± 0,35
107,91
1,45
Campuran Fisik 1:3
23,65 ± 0,30
110,87
1,41
Dispersi Padat 1:1
24,31 ± 0,25
114,23
0,61
Dispersi Padat 1:2
24,22 ± 0,28
113,46
0,90
Dispersi Padat 1:3
22,84 ± 0,04
107,46
0,09
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.4
45
Pengujian Kelarutan Quercetin
5.4.1 Pengamatan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin Uji kelarutan jenuh quercetin dilakukan pada suhu 30oC ± 0,5oC dengan cara melarutkan sejumlah ± 20 mg quercetin ke dalam 40 mL media dapar asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dalam air. Kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan water bath sirkulasi. Sampel diambil sebanyak 3 mL pada menit ke 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360 dan 420 kemudian disaring dengan membran filter 0,45 µm, selanjutnya diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang 366,95 nm. Profil kelarutan jenuh quercetin dapat dilihat pada tabel V.6 dan gambar 5.5, sedangkan kadar quercetin pada saat kelarutan dapat dilihat pada tabel lampiran 9. Pada profil kelarutan tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit ke – 240 kadar quercetin mulai konstan. Tabel V.6 Hasil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm* Waktu (menit)
Persen quercetin terlarut ± SD (% b/v, 10-4)
30
1,93 ± 0,73
60
1,38 ± 0,03
120
1,56 ± 0,04
180
1,44 ± 0,11
240
1,64 ± 0,14
300
1,57 ± 0,16
360
1,57 ± 0,35
420
1,64 ± 0,55
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-4)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
46
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0
100
200
300
400
Waktu (menit) Gambar 5.5 Profil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm. Selanjutnya dilakukan uji statistik analisis unpaired t-test yang bertujuan untuk menyimpulkan mean perlakuan dengan membandingkan hasil antar perlakuan pada menit ke 240 dan 300 (lampiran 12). Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua titik tersebut, sehingga untuk uji kelarutan dilakukan pada menit ke-240. 5.4.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin Uji kelarutan quercetin dilakukan pada suhu 30oC ± 0,5oC dengan cara menimbang sejumlah sampel setara ± 20 mg quercetin ke dalam 40 mL media (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air). Kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan water bath sirkulasi. Sampel diambil sebanyak 3 mL pada menit ke 240 kemudian disaring dengan membran filter 0,45 µm, selanjutnya diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang 366,95 nm. Profil kelarutan sampel dapat dilihat pada tabel V.7 dan gambar 5.6, sedangkan kadar sampel pada saat kelarutan dapat dilihat pada tabel lampiran 9. Pada Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
47
profil kelarutan tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit ke – 240 terjadi peningkatan kelarutan quercetin dalam media. Tabel V.7 Rerata persen terlarut quercetin murni, CF dan DP dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC* Formula QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
Persen quercetin terlarut ± SD (% b/v, 10-4) 1,64 ± 0,14 2,96 ± 1,24 3,64 ± 0,66 3,69 ± 0,85 4,24 ± 0,20 5,36 ± 0,34 5,75 ± 0,01
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-4)
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
10.00 QC
8.00
CF (1:1)
6.00
CF (1:2) CF (1:3)
4.00
DP (1:1) 2.00
DP (1:2) DP (1:3)
0.00
Gambar 5.6 Profil kelarutan quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
48
Selanjutnya dilakukan uji HSD kelarutan quercetin yang dilakukan pada menit ke-240. Hasil uji HSD yang dilakukan pada menit ke-240 dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.8. Tabel V.8 Hasil uji HSD kelarutan quercetin dari tiap kelompok perlakuan pada menit ke-30 dengan α = 0,05 QC QC CF 1:1
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
-
-
-
+
+
+
-
-
-
+
+
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
CF 1:2
-
-
CF 1:3
+
-
-
DP 1:1
+
-
-
-
DP 1:2
+
+
-
+
-
DP 1:3
+
+
+
+
-
-
Keterangan : + : Ada perbedaan yang bermakna : Tidak ada perbedaan yang bermakna
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.5
49
Penentuan Laju Disolusi Quercetin Hasil penentuan disolusi quercetin murni, campuran fisik quercetin –
HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dapat dilihat pada tabel V.9 dan pada gambar 5.7. Tabel V.9 Rerata persen terlarut quercetin murni, CF dan DP dalam media SLS 1% pada suhu 37oC ± 0,5 oC* Persen quercetin terlarut (% b/b) ± SD
t (menit)
QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
5
54,19 ± 9,57 58,41 ± 8,35 59,94 ± 8,62 60,36 ± 8,72 64,72 ± 12,09 61,02 ± 6,43
40,93 ± 0,39 53,15 ± 2,14 58,79 ± 5,24 65,80 ± 0,74 67,79 ± 3,48 72,96 ± 5,84
39,45 ± 0,48 49,54 ± 2,21 58,89 ± 4,91 62,18 ± 0,14 68,57 ± 0,06 76,12 ± 0,03
43,79 ± 0,08 58,49 ± 0,48 59,92 ± 0,04 71,21 ± 0,04 70,79 ± 0,13 74,75 ± 0,12
34,62 ± 0,03 50,76 ± 0,10 64,42 ± 2,51 74,16 ± 0,39 78,33 ± 0,25 86,63 ± 0,26
39,85 ± 2,47 51,82 ± 0,99 68,38 ± 0,69 77,89 ± 0,43 85,25 ± 1,06 95,60 ± 3,34
49,33 ± 0,67 69,26 ± 0,56 87,19 ± 1,01 92,44 ± 0,87 94,06 ± 1,06 99,81 ± 1,11
10 15 20 25 30
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50
100.00
80.00
% Terlarut
QC CF 1:1
60.00
CF 1:2 CF 1:3
40.00
DP 1:1 DP 1:2
20.00
DP 1:3
0.00 0
10
20
30
40
Waktu (menit)
Gambar 5.7
Profil disolusi quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media SLS 1% 37oC ± 0,5 oC.
Pada profil disolusi di atas dapat dilihat bahwa sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps 1:3 memiliki laju disolusi yang terbesar bila dibandingkan dengan sistem lainnya. Berdasarkan data persen quercetin terlarut dari masing – masing kelompok perlakuan dihitung nilai efisiensi disolusi pada menit ke – 30. Hasil perhitungan ED30 dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.10.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
51
Tabel V.10 Efisiensi disolusi menit ke – 30 quercetin dari tiap kelompok dalam media SLS 1% Efisiensi disolusi menit ke – 30 (%) Replikasi QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
1
58,24
52,87
53,11
56,84
57,48
61,80
73,25
2
45,14
53,01
53,10
56,99
57,34
62,32
74,52
3
60,68
55,59
52,15
56,96
57,98
61,37
73,32
ED30 rerata (%)
51,69
52,94
53,10
56,91
57,41
62,06
73,89
SD
8,36
1,53
0,55
0,08
0,34
0,47
0,71
Berdasarkan hasil ED30 di atas, pada menit ke – 30 dapat dilihat bahwa sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps 1:3 memiliki profil disolusi yang lebih besar bila dibandingkan dengan quercetin murni. Untuk mengetahui adanya perbedaan profil disolusi quercetin antar kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik terhadap harga efisiensi disolusi pada menit ke-30 dengan menggunakan uji ANOVA satu arah pada α = 0,05. Dari hasil uji ANOVA satu arah (lampiran 12) dengan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan disolusi yang bermakna antar kelompok perlakuan pada derajat kepercayaan 0,95 (α = 0,05). Selanjutnya dilakukan uji HSD Efisiensi Disolusi (ED) quercetin yang dilakukan pada menit ke-30. Hasil uji HSD yang dilakukan pada menit ke-30 dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.11.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
52
Tabel V.11 Hasil uji HSD efisiensi disolusi quercetin dari tiap kelompok perlakuan pada menit ke-30 dengan α = 0,05 QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
-
-
-
+
+
+
-
-
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
-
QC CF 1:1
-
CF 1:2
-
-
CF 1:3
-
-
-
DP 1:1
+
+
+
+
DP 1:2
+
+
+
+
-
DP 1:3
+
+
+
+
-
-
Keterangan : + : Ada perbedaan yang bermakna : Tidak ada perbedaan yang bermakna Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar perlakuan quercetin murni dengan sistem dispersi padat, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem dispersi padat yang dibuat memiliki perbedaan yang bermakna. Kecepatan disolusi quercetin dapat dilihat dari harga slope. Semakin tinggi harga slope suatu formula maka semakin cepat laju disolusi tiap waktunya. Harga slope untuk disolusi dapat dicari melalui persamaan Hixson & Crowell tentang hukum akar kubus dengan cara Mo1/3 – M1/3 versus waktu (Abdou, 1990). Nilai Mo menyatakan 100% obat yang terdisolusi secara keseluruhan dqalam media tertentu, sedangkan M menyatakan bahan obat yang belum terdisolusi secara keseluruhan. Hasil perhitungan slope (lampiran 11) dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.12.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
53
Tabel V.12 Hasil penentuan harga slope laju disolusi quercetin dari masing – masing sistem Waktu (menit) 5 10 15 Slope R
QC 0,0460 0,0492 0,0502 0,0004 0,9972
CF 1:1 0,0445 0,0487 0,0547 0,0010 0,9951
CF 1:2 0,0467 0,0532 0,0595 0,0013 0,9999
Mo1/3 – M1/3 CF 1:3 DP 1:1 0,0532 0,0694 0,0594 0,0852 0,0676 0,0909 0,0014 0,0022 0,9967 0,9654
DP 1:2 0,0743 0,0814 0,0910 0,0024 0,9963
DP 1:3 0,0712 0,0819 0,0979 0,0027 0,9935
Persamaan Regresi : - QC : y = 0,0004x + 0,0372 - CF 1:1 : y = 0,0009x + 0,0328 - CF 1:2 : y = 0,0013x + 0,0340 - CF 1:3 : y = 0,0014x + 0,0390 - DP 1:1 : y = 0,0022x + 0,0532 - DP 1:2 : y = 0,0024x + 0,0586 - DP 1:3 : y = 0,0027x + 0,0503
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI PEMBAHASAN
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis kualitatif terhadap bahan – bahan yang akan digunakan, yaitu quercetin hidrat dan HPMC 3cps dengan analisis termal menggunakan DTA dan analisis spektra infra merah dengan FTIR. Berdasarkan hasil analisis, kedua bahan tersebut sesuai dengan pustaka sehingga dapat digunakan dalam penelitian (Kakran et al., 2011; Perfetti et al., 2011; Sahoo et al., 2012) hal ini bisa ditunjukkan pada tabel V.1 dan V.2. Selanjutnya untuk membuat kurva baku quercetin, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum quercetin terlebih dahulu. Penentuan panjang gelombang ini dilakukan dengan menggunakan larutan baku kerja 8,08 dan 16,16 µg/mL dan akan diamati pada rentang panjang gelombang 200 – 500 nm. Pada hasil pengamatan (gambar 5.1) menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum quercetin adalah 366,95 nm. Berdasarkan panjang gelombang maksimum yang diperoleh, maka dapat dilakukan pengamatan absorban larutan baku quercetin dengan kadar 0,42; 4,04; 8,08; 16.16; 20,20 dan 24,24 ug / mL pada panjang gelombang maksimum quercetin 366,95 nm dan hasilnya dapat dilihat pada tabel V.3 dan gambar 5.2. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi kurva larutan baku quercetin terhadap absorban : Y = 0,05257 X + 0,00221 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979 sedangkan nilai r tabel (n-2 = 4; α = 0,05) = 0,8114. Karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka terdapat kolerasi linier antara absorban dengan kadar larutan baku quercetin. Untuk mengetahui pengaruh HPMC 3cps yang digunakan pada pembuatan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps terhadap absorban 54 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55
quercetin perlu dilakukan penentuan pengaruh HPMC 3cps dengan cara membandingkan spektrum larutan quercetin dan larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa spektrum larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1 berhimpitan dengan spektrum larutan quercetin 8,08 µg/mL, hal ini bisa ditunjukkan pada gambar 5.3. Kemudian dilakukan perhitungan match factor (MF) antara spektra quercetin murni dengan spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1) yang bertujuan sebagai data pendukung analisis kualitatif. Dari hasil pengamatan (gambar 5.4) diperoleh persamaan regresi perbandingan absorban antara quercetin kadar 10,0 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) : Y = 1,0014 X + 0,0026 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,9996. Berdasarkan nilai koefisien kolerasi, dilakukan perhitungan match factor (tabel V.4) sehingga didapatkan hasil MF = 999,6 yang bermakna : spektra campuran quercetin – HPMC 3cps (1:1) identik dengan spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa HPMC 3cps tidak memiliki pengaruh terhadap quercetin. Langkah selanjutnya adalah pengujian kelarutan jenuh quercetin yang bertujuan untuk menentukan kondisi sink media dan menghilangkan pengaruh pembasahan pada polimer terhadap uji kelarutan, sehingga kenaikan kelarutan disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel (Dupas, 2013). Uji kelarutan dilakukan pada waktu tertentu hingga diperoleh absorban quercetin yang konstan. Berdasarkan hasil pengujian statistik analisis unpaired t-test yang bertujuan untuk menyimpulkan mean perlakuan dengan membandingkan hasil antar perlakuan pada menit ke-240 dan 300 (tabel V.6), tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua titik tersebut sehingga waktu yang diambil untuk uji kelarutan dilakukan pada menit ke-240. Kelarutan jenuh quercetin dalam air menurut literatur adalah 7 µg/mL (The Merck Index, 1983; dan Hertog, 1996), namun pada hasil Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56
penelitian, ditambahkan dapar asam sitrat – NaOh dengan tujuan untuk membantu stabilitas quercetin sehingga didapatkan kelarutan jenuhnya sebesar 1,64 µg/mL. Terjadi perbedaan antara literatur dan hasil pada penelitian tersebut dikarenakan kondisi penelitian yang berbeda, terutama media yang digunakan. Terjadinya peningkatan kadar pada menit ke-30 kelarutan yang disusul oleh penurunan kadar pada menit ke-60 disebabkan oleh adanya kristal hidrat yang lepas sehingga hal ini menyebabkan peningkatan kelarutan quercetin pada menit ke-30. Setelah kristal hidrat lepas, kelarutan quercetin mengikuti bentuk quercetin murni. Dikarenakan hasil uji kelarutan yang rendah, oleh karena itu ditambahkan SLS 1% pada uji disolusi agar terjadi peningkatan kelarutan dari quercetin. Selanjutnya dilakukan pembuatan campuran fisik quercetin – HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps. Setelah sistem terbentuk, dilakukan penetapan perolehan kembali quercetin pada sistem tersebut. Penetapan persen perolehan kembali bertujuan untuk memastikan bahwa sistem tersebut telah homogen sehingga variasi kadar quercetin tidak berpengaruh terhadap uji kelarutan dan penentuan laju disolusi. Dari pemeriksaan persen perolehan kembali diperoleh hasil untuk campuran fisik (1:1) sebesar (108,47 ± 1,56)%, untuk campuran fisik 1:2 sebesar (107,91 ± 1,45)%, untuk campuran fisik 1:3 sebesar (110,87 ± 1,41)%, untuk dispersi padat (1:1) sebesar (114,23 ± 0,61)%, untuk dispersi padat (1:2) sebesar (113,46 ± 0,90)%, dan untuk dispersi padat (1:3) sebesar (107,23 ± 0,09)%. Tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan uji kelarutan dan penentuan laju disolusi quercetin dalam campuran fisik dan dispersi padat serta quercetin murni sebagai pembanding. Hasil uji kelarutan yang menggambarkan persen quercetin terlarut pada menit ke-240 dari masing – masing sistem bisa dilihat pada gambar 5.6. Dispersi padat (1:3) memiliki kenaikan persen kelarutan yang paling besar bila dibandingkan dengan Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57
sistem lainnya, untuk sistem dispersi padat (1:3) memiliki persen kelarutan 1,07 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1) persen kelarutannya 1,35 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) persen kelarutannya 1,56 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) persen kelarutannya 1,58 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) persen kelarutannya 1,94 kali lebih besar dan bila dibandingkan dengan quercetin murni kelarutannya 3,50 kali lebih besar. Untuk hasil penentuan laju disolusi yang menggambarkan persen quercetin terlarut pada menit ke-30 dari masing – masing sistem bisa dilihat pada gambar 5.7. Pada profil disolusi nampak bahwa profil disolusi quercetin merupakan yang paling rendah apabila dibandingkan dengan sistem lainnya, hal ini dikarenakan sifat quercetin yang hidrofob sehingga dapat mempersulit kontak dengan media. Sedangkan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps (1:3) memiliki profil disolusi yang terbesar dikarenakan penggunaan HPMC 3cps sebagai pembawa pada dispersi padat tersebut mampu melingkupi quercetin sehingga meningkatkan pembasahan dan mencegah terjadinya agregasi dari quercetin sehingga dapat menyebabkan pengecilan ukuran partikel. Pengecilan ukuran partikel akan meningkatkan luas permukaan pada media, faktor – faktor tersebut menyebabkan peningkatan laju disolusi dari quercetin pada sistem dispersi padat (Vibha et al., 2012). Dari persen kelarutan quercetin terlarut pada uji disolusi, dapat diketahui nilai efisiensi disolusi quercetin dengan menghitung area dibawah kurva disolusi dibandingkan dengan luas kurva total. Efisiensi disolusi menggambarkan keseluruhan jumlah obat yang terlarut hingga waktu tertentu sehingga dapat menggambarkan secara keseluruhan proses disolusi (Vibha et al., 2012). Pada masing – masing sistem dilakukan perbandingan efisiensi disolusi pada menit ke-30. Rata – rata efisiensi disolusi pada menit Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
58
ke-30 ditunjukkan pada tabel V.10, pada tabel ini tampak bahwa semua sistem memiliki efisiensi disolusi yang lebih besar dibanding quercetin murni. Dispersi padat (1:3) memiliki kenaikan efisiensi disolusi yang paling besar bila dibandingkan dengan sistem lainnya, untuk sistem dispersi padat (1:3) memiliki efisiensi disolusi 1,19 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1) efisiensi disolusinya 1,28 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) efisiensi disolusinya 1,30 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) efisiensi disolusinya 1,39 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) efisiensi disolusinya 1,40 kali lebih besar dan 1,43 kali lebih besar dari quercetin murni. Apabila peningkatan tersebut diurutkan : QC < CF (1:1) < CF (1:2) < CF (1:3) < DP (1:1) < DP (1:2) < DP (1:3). Terjadinya peningkatan efisiensi disolusi tersebut disebabkan oleh penambahan jumlah HPMC 3 cps yang berpengaruh terhadap pengecilan ukuran partikel quercetin (Kakran et al., 2011). Adanya perbedaan profil disolusi quercetin antar kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik terhadap harga efisiensi disolusi pada menit ke-30 dengan menggunakan uji ANOVA satu arah pada α = 0,05. Dari hasil uji ANOVA satu arah (lampiran) dengan menggunakan SPSS diperoleh F hitung sebesar 23,935 dan F tabel sebesar 3,48. Nilai F hitung yang lebih besar dibanding F tabel menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna efisiensi disolusi pada menit ke-30 minimal satu pasang perlakuan. Selanjutnya uji HSD dillakukan untuk mengetahui perlakuan pasangan mana saja yang memiliki perbedaan bermakna pada ED30. Hasil uji HSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang ED30 bermakna antara quercetin murni dengan dispersi padat. Kecepatan disolusi quercetin dapat dilihat dari harga slope. Semakin tinggi harga slope suatu formula maka semakin cepat laju disolusinya tiap waktu. Hasil penentuan harga slope yang diambil pada Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59
menit ke 5, 10 dan 15 (tabel V.12) menunjukkan bahwa dispersi padat (1:3) memiliki slope tertinggi yakni sebesar 0,0027; sehingga dapat dikatakan bahwa sistem dispersi padat (1:3) memiliki laju disolusi yang mendekati pustaka (Abdou, 1990). .
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1.
Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps berpengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi dari quercetin.
2.
Peningkatan jumlah HPMC 3cps pada sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps semakin meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin.
3.
Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:3 (b/b) memiliki persentase terlarut tertinggi pada uji kelarutan, yakni 3,50 kali lebih besar dibandingkan dengan quercetin murni.
4.
Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:3 (b/b) memiliki efisiensi disolusi tertinggi pada uji laju disolusi, yakni 1,43 kali lebih besar dibandingkan dengan quercetin murni.
7.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka perlu dilakukan karakterisasi dan pengembangan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps sebagai tinjauan lebih lanjut mengenai peningkatan laju disolusi quercetin.
60 Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
61
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C,. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : UI Press. Halaman : 217 – 223. Aparna, 2011, Studies on Enhancement of Dissolution Rate of Domperidone by Surface Solid Dispersion Technology, International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 1(2) : 133 – 141. Arbain, D. 2004. Dua Dekade Penelitian Kimia Tumbuhan Sumatera, Bul. Soc. Nat. Prod. Chem. (Indonesia). 4 : 1-12 Astuti, Widyani Ketut, dkk. 2008. Farmasi Fisika. Denpasar : FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics : The Science of Dosage Forms Design. London : Churchill Living Stone Chiou, W.L., dan Riegelman, S., 1971, Pharmaceutical Applications of Solid Dispersion System., J. Pharm. Sci., 60(9): 1281-1302. Chowdary, K.P.R., Sankar, P.R., Ali, S.M., Babu, C.R., 2012, A Factorial Study on The Enhancement of Disolution Rate of Irbesartan by Solid Dispersion in Starch Phosphate and Gelucire, International Journal of Comprehensive Pharmacy, 3(8) : 1 – 4. Costa, et al. 2011. Quercetin-PVP K25 solid dispersions : Preparation, thermal characterization and antioxidant activity. Hungary : Journal of Thermal Analysis and Calorimetry. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 461,1022,1084 Howlader, et al. 2012. Enhancing dissolution profile of diazepam using hydrophilic polymers by solid dispersion technique. International Current Pharmaceutical Journal, 1(12): 423-430
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62
Kakran, Mitali., Li, Lin., Muller, H., 2012, Overcoming the Challenge of Poor Drug Solubility, Tampa : Pharmaceutical Engineering. Kakran, Mitali., Sahoo, Nanda., Muller, H., 2011, Comparison of Homogenization and Precipitation Techniques for Production of Quercetin Nanocrystals, Perth : Chemeca Journal. Kaur, Harkiran,. Kaur, Gurpreet,. 2014. A Critical Appraisal of Solubility Enhancement Techniques of Polyphenols. New Delhi : Hindawi Publishing Corporation. Khan & Rodes. 1975. Water-sorption properties of tablet disintegrants. USA : National Center for Biotechnology Information. Lachman, L., Lieberman H.A. dan Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal. 934-937 Lakshmi, et al., 2010, Enhanced Dissolution Rate of Atorvastatin Calcium using Solid Dispersion with PEG 6000 by Dropping Method, J. Pharm. Sci. & Res. Vol.2 (8), 484-491 Lalitha, Y & Lakshmi, P.K., 2011, Enhancement of Dissolution Rate of Nifedipin by Surface Solid Dispersion Technology, International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, Martin, Alfred dkk. 2008.Dasar - dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik . Jakarta : UI Press Merck Index, The. 1983. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals and Drug, Ninth Edition, Merck and Co., Inc, Rahway, New Tersey, USA. p: 7936. Mogal S. Gurjar P., Yamgar D. S2 and Kamod A.C., 2012, Solid Dispersion Technique for Improving Solubility of Some Poorly Soluble Drugs, Der Pharmacia Lettre, 4 (5) :1574-1586 Painter, F. M. 1998. Monograph Quercetin. Alternative Medicine Review. Volume 3, Number 2. Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63
Saffoon, et al. 2011. Dissolution Profile of Ibuprofen Solid Dispersion Prepared with Cellulosic Polymers and Sugar by Fusion Method. S. J. Pharm. Sci. 4(1): 31-37 Shargel, L. dan Yu. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 449-453. Shchekin, A.K. dan Rusanov I,. 2008. Generalization of the Gibbs–Kelvin– Köhler and Ostwald–Freundlich Equations for A Liquid Film on A Soluble Nanoparticle. Russia : The Journal Of Chemical Physics. 129, 154116 Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar - Dasar Praktis, Jakarta : Buku Kedokteran EGC, hal : 423 426. Smith, Adam et al. 2011. Cocrystals of Quercetin with Improved Solubility and Oral Bioavailability. USA : Mol. Pharmaceutics 8 (5), hal : 1867–1876. Sulaiman, T.N.S,. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia. Hal : 149153. Syamsuhidayat, S. D., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta : Depkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika, UII Press: Jogjakarta, Hal : 31 – 61 Vasconcelos, T., Sarmento, B., Costa, P., 2007, Solid Dispersion as Strategy to Improve Oral Bioavailability of Poor Water Soluble Drugs, Drug Discovery Today. 12(23/24) : 1068 – 1075. Vibha, et al.2012. Solid Dispersion as a Strategy to Enhance Solubility: A Review Article. India : International Journal for Pharmaceutical Research Scholars (IJPRS).
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
64
Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., Yogyakarta : UGM Press. Zhenping, Wei, et al. 2004. Dissolution Improvement of Cisapride by Solid Dispersion with HPMC. Journal of Chinese Pharmaceutical Sciences , 13 (4)
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN Lampiran 1 Sertifikat Analisis Quercetin
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
65
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
66
Lampiran 2 Spektrum FT – IR Quercetin & HPMC 3 cps (Bahan & Pustaka) 1.
70.0
Quercetin
65
1767,65 1840,64 1825,65 1729,63
60
884,62 933,59
55
864,56 1000,55842,55
2348,52 2326,54
50 45 %T
1429,46 1409,42
40 35
1560,38 1451,39
3731,39
30
1667,33
3411,14
1612,19 1522,20 QUERCETIN
15 10.0 4000.0
552,57 576,55 657,53497,57 785,51 1141,50 806,50679,51 1132,46 795,48 638,47 1093,46 721,50 703,51 1014,41 824,41691,51 603,48
1367,321213,33 1243,33 1383,29 1199,29 1264,27 1319,241168,24
25 20
3000
2000
1500
QUERCE~2.SP 3551 4000 450 14 cm-1 69 4 %T 1 0
HYD.pk
1000
REF 4000 34 2000 61 600 3731 39 3411 14 2348 52 2326 54 1840 64 1825 65 1767 65 1729 63 1667 33 1612 19 1560 38 1522 20 1451 39 1429 46 1409 42 1383 29 1367 32 1319 24 1264 27 1243 33 1213 33 1199 29 1168 24 1141 50 1132 46 1093 46 1014 41 1000 55 933 59 884 62 864 56 842 55 824 41 806 50 795 48 785 51 721 50 703 51 691 51 679 51 657 53 638 47 603 48 576 55 552 57 497 57 472 60 457 61 END 48 PEAK(S) FOUND Spektra FT – IR Quercetin Bahan Penelitian.
Skripsi
457,61 472,60
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
450.0
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Spektra FT – IR Quercetin Bahan Pembanding. (L. Y. Foo, et al., 2000)
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
67
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
68
HPMC 3 cps
75.0 7 850,6
65 60 2342,59 2326,59
5
672,60
50 %
1316,51 1638,51 1459,50 1383,48
45
945,51
574,55
HPMC 3 CPS.pk
2838,44
40
2934,38
35
1123,37 1062,36
3 3467,23
25 20. 4000.
300
200
150
HPMC3C~2.SP 3551 4000 450 23cm-1 70 4 %T 1 0
100
REF 4000 42 2000 62 600 3467 23 2934 38 2838 44 2342 59 2326 59 1638 51 1459 50 1383 48 1316 51 1123 37 1062 36 945 51 850 69 672 60 574 55 END 15 PEAK(S) FOUND
Spektra FT – IR HPMC 3 cps Bahan Penelitian.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
450.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Spektra FT – IR HPMC 3 cps Bahan Pembanding. (Bugay, David E., 1999)
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
69
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 3 Termogram Bahan Penelitian 1.
Quercetin
2.
HPMC 3 cps
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
70
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
71
Lampiran 4
Absorbance
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 238
288
338
388
438
Wavelength (nm)
Keterangan : : Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL : Spektra quercetin kadar 16,16 µg/mL Sample Name: QCT-8ppm Collection Time
15/12/14 23:54:14
Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Maximum Peak 0.0000 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 201.96 1.0006 Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Peaks 0.0000 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 498.06 -0.0001
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 493.98 492.01 487.93 483.99 478.99 477.01 473.98 374.08 333.94 330.99 328.04 321.97 319.01 289.06 266.07 264.03 254.94 240.03 226.99 201.96
-0.0002 -0.0001 0.0005 0.0012 0.0016 0.0015 0.0023 0.4228 0.2860 0.2838 0.2827 0.2813 0.2768 0.2254 0.4410 0.4407 0.4501 0.3748 0.4999 1.0006
Sample Name: QCT-16ppm Collection Time
15/12/14 23:56:07
Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Maximum Peak 0.0000 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 226.99 0.5024 Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Peaks 0.0000 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 498.06 -0.0001 495.04 -0.0004 492.01 -0.0000 487.93 0.0008 482.02 0.0008 478.99 0.0014 477.01 0.0013 466.99 0.0049 375.93 0.4343 372.99 0.4346 328.97 0.2848
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
72
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 323.06 319.01 289.06 267.00 264.97 254.94 226.99
Skripsi
0.2833 0.2784 0.2249 0.4478 0.4488 0.4624 0.5024
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
73
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
74
Lampiran 5 Penentuan Kurva Baku Quercetin
Absorban
1.50 1.00 0.50 0.00 0
5
10 15 Konsentrasi (µg/mL)
20
25
Standard
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L _______________________________________________________________ _______ Std 1 0.0282 0.0281 0.40
0.0282
0.0002 0.15
4.04
0.2042
0.0006 0.27
8.08
0.4270
0.0009 0.21
0.0283 Std 2 0.2038 0.2048 0.2039 Std 3 0.4280 0.4264 0.4266 Std 4 0.8596
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
75
0.8620 16.16
0.8607
0.0012 0.14
20.20
1.0754
0.0030 0.27
24.24
1.2630
0.0099 0.79
0.8605 Std 5 1.0748 1.0728 1.0786 Std 6 1.2687 1.2515 1.2687
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
76
Lampiran 6 Pengamatan Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Panjang
Absorbance
Gelombang Maksimum Quercetin
0.5
0.0 260
310
360
Wavelength (nm)
Keterangan : : Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL : Spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1)
Sample Name: qc 8ppm Collection Time
16/12/14 21:44:58
Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Maximum Peak 0.0000 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 201.96 1.7177 Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Peaks 0.0000 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 498.07 0.0036 492.93 0.0034
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
410
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 489.00 485.06 482.94 472.93 375.01 368.06 337.06 331.00 324.00 266.07 264.03 256.04 226.99 201.96
0.0041 0.0045 0.0052 0.0088 0.8389 0.8270 0.5737 0.5578 0.5502 0.8635 0.8641 0.8908 0.9681 1.7177
Sample Name: qc hpmc 8ppm Collection Time
16/12/14 21:48:22
Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Maximum Peak 0.0000 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 204.01 1.6946 Peak Table Peak Type Peak Threshold Range
Peaks 0.0000 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs ____________________________ 498.07 0.0035 493.99 0.0034 490.97 0.0038 487.03 0.0041 485.06 0.0046 482.94 0.0051 375.94 0.8466 331.00 0.5584 328.04 0.5575 324.93 0.5573 323.06 0.5566 267.01 0.8915 264.03 0.8867 256.98 0.8969 226.99 0.9951 204.01 1.6946
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
77
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
78
Absorban QC - HPMC 3cps (nm)
Perhitungan Match Factor (MF) : 2.0 1.5 1.0
0.5 0.0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Absorban QC (nm)
Absorban quercetin kadar 8,08 µg/mL (x)
Absorban quercetin – HPMC 3cps (1:1) (y)
0,0034 0,0036 0,0041 0,0045 0,0052 0,0088 0,5502 0,5578 0,5737 0,8270 0,8389 0,8635 0,8641 0,8908 0,9681 1,7177 Y = 1.0014x + 0.0026 R = 0,9996 Match Factor = R X 1000 = 0,9996 X 1000 = 999,6
Skripsi
pengaruh jumlah ....
0,0034 0,0035 0,0038 0,0041 0,0046 0,0051 0,5566 0,5573 0,5575 0,8256 0,8466 0,8915 0,8867 0,8969 0,9951 1,6946
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
79
Lampiran 7 Hasil Pengamatan (%) Homogenitas Quercetin Campuran Fisik 1:1 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 41,0 0,4873 9,26 23,15 2 41,2 0,5073 9,64 24,1 3 41,4 0,5007 9,51 23,78 Rata – Rata 23,67 SD 0,48 KV Perhitungan Jumlah Quercetin setara Untuk Uji Kelarutan 100/108,44 X 41,2 mg = 37,98 mg Campuran Fisik 1:2 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 60,8 0,4943 9,39 23,48 2 60,9 0,4821 9,16 22,90 3 61,1 0,4949 9,41 23,53 Rata – Rata 9,32 23,3 SD 0,35 KV Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan 100/107,91 X 60,9 mg = 56,44 mg
Skripsi
pengaruh jumlah ....
% Recovery 106,58 110,40 108,44 108,47 1,91 1,56
% Recovery 109,36 106,46 109,04 107,91 2,05 1,45
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Campuran Fisik 1:3 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 80,5 0,5020 9,54 23,85 2 80,8 0,4830 9,32 23,30 3 80,3 0,5001 9,50 23,80 Rata – Rata 9,40 23,65 SD 0,30 KV Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan 100/110,87 X 80,53 mg = 72,63 mg Dispersi Padat 1:1 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 40,3 0,5168 9,82 24,55 2 40,2 0,5118 9,73 24,33 3 40,0 0,5062 9,62 24,05 Rata – Rata 24,31 SD 0,25 KV Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan 100/114,23 X 40,17mg = 35,16mg Dispersi Padat 1:2 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 60,7 0,5116 9,72 24,30 2 60,4 0,5146 9,78 24,45 3 60,2 0,5029 9,56 23,90 Rata – Rata 24,22 SD 0,28 KV Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan 100/113,46 X 60,43mg = 53,26mg
Skripsi
pengaruh jumlah ....
80
% Recovery 111,86 108,88 111,89 110,87 1,73 1,41
% Recovery 114,98 114,23 113,49 114,23 0,75 0,61
% Recovery 113,34 114,63 112,42 113,46 1,11 0,90
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Dispersi Padat 1:3 Jumlah Kadar yang Kadar Replikasi Absorban Quercetin ditimbang (ppm) (mg) (mg) 1 80,2 0,4804 9,13 22,83 2 80,3 0,4816 9,15 22,88 3 80,2 0,4799 9,12 22,80 Rata – Rata 22,84 SD 0,04 KV Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan 107,46% X 80,23mg = 74,66mg
Skripsi
pengaruh jumlah ....
81
% Recovery 107,48 107,57 107,34 107,46 0,11 0,09
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
82
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air) Quercetin Murni 30 0.1417 0.1423 2.72
0.1421
0.0003 0.23
1.40
0.0722
0.0005 0.69
1.57
0.0813
0.0006 0.77
1.47
0.0759
0.0004 0.48
1.65
0.0856
0.0003 0.32
1.68
0.0873
0.0005 0.62
0.1422 60 0.0721 0.0717 0.0727 120 0.0814 0.0819 0.0807 180 0.0757 0.0758 0.0763 240 0.0859 0.0856 0.0854 300 0.0874 0.0867 0.0878 360 0.0916
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
83
0.0929 1.79
0.0928
0.0011 1.15
2.08
0.1083
0.0006 0.58
1.68
0.0873
0.0005 0.62
1.85
0.0964
0.0006 0.34
2.79
0.1468
0.0006 0.34
3.48
0.1833
0.0006 0.34
3.44
0.1811
0.0006 0.34
2.40
0.1260
0.0006 0.34
0.0937 420 0.1077 0.1090 0.1082 qc 30 rep 2 0.0874 0.0867 0.0878 qc 60 rep 2 0.0962 0.0985 0.0893 qc 120 rep 2 0.1465 0.1462 0.1451 qc 180 rep 2 0.1834 0.1836 0.1833 qc 240 rep 2 0.1902 0.1905 0.1893 qc 300 rep 2 0.1202 0.1205 0.1293
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
84
qc 360 rep 2 0.1037 0.1022 1.97
0.1031
0.0006 0.34
1.67
0.0871
0.0006 0.34
1.29
0.0668
0.0002 0.25
1.33
0.0685
0.0005 0.77
1.49
0.0773
0.0005 0.64
1.29
0.0666
0.0002 0.28
1.47
0.0759
0.0004 0.53
0.1027 qc 420 rep 2 0.0867 0.0872 0.0873 30 0.0668 0.0669 0.0666 60 0.0691 0.0680 0.0684 120 0.0776 0.0776 0.0768 180 0.0667 0.0664 0.0667 240 0.0763 0.0755 0.0759 300 0.0728
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
85
0.0696 1.38
0.0712
0.0016 2.26
1.15
0.0593
0.0007 1.14
1.01
0.0516
0.0007 1.38
2.24
0.1173
0.0006 0.34
2.16
0.1130
0.0007 0.56
4.36
0.2300
0.0009 0.61
4.39
0.2300
0.0002 0.08
0.0713 360 0.0595 0.0585 0.0598 420 0.0524 0.0513 0.0511
Campuran Fisik (1:1) cf 1:1 4 jam rep 1 0.1902 0.1905 0.1893 cf 1:1 4 jam rep 2 0.1316 0.1323 0.1331 cf 1:1 4 jam rep 3 0.1560 0.1573 0.1554
Campuran Fisik (1:2) 1:2 rep 1 (4) 0.2300 0.2301 0.2298
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
86
1:2 rep 2 (4) 0.1653 0.1644 3.15
0.1650
0.0005 0.28
3.31
0.1731
0.0003 0.20
4.62
0.2493
0.0006 0.34
3.18
0.1671
0.0007 0.56
3.12
0.1644
0.0009 0.61
4.00
0.2096
0.0008 0.39
4.41
0.2311
0.0008 0.34
0.1652 1:2 rep 3 (4) 0.1732 0.1733 0.1727
Campuran Fisik (1:3) cf 1:3 4 jam rep 1 0.2490 0.2508 0.2493 cf 1:3 4 jam rep 2 0.1686 0.1673 0.1631 cf 1:3 4 jam rep 3 0.1640 0.1653 0.1654
Dispersi Padat (1:1) kel dp 1:1 rep 1 4 0.2105 0.2093 0.2090 kel dp 1:1 rep 2 4 0.2305 0.2308 0.2320
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
87
kel dp 1:1 rep 3 4 0.2215 0.2225 4.24
0.2224
0.0008 0.34
5.10
0.2692
0.0008 0.39
5.10
0.2692
0.0008 0.34
5.68
0.3008
0.0008 0.34
5.68
0.3008
0.0008 0.39
5.67
0.3000
0.0008 0.34
5.67
0.3000
0.0008 0.34
0.2231
Dispersi Padat (1:2) kel dp 1:2 rep 1 4 0.2605 0.2693 0.2690 kel dp 1:2 rep 2 4 0.2605 0.2608 0.2620 kel dp 1:2 rep 3 4 0.3000 0.3024 0.3000
Dispersi Padat (1:3) kel dp 1:3 rep 1 4 0.2105 0.2093 0.2090 kel dp 1:3 rep 2 4 0.2305 0.2308 0.2320 kel dp 1:3 rep 3 4 0.2215 0.2225 0.2231
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
88
Lampiran 9 Hasil Uji Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)
1.
Quercetin Murni
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 20,0 mg Replikasi 2 : 20,0 mg Replikasi 3 : 20,0 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 0
Absorba n 0,0000
Kadar (ppm) 0,00
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 0
30
0,1421
2,71
2,71
60
0,0722
1,39
1,39
120
0,0813
1,57
1,57
180
0,0759
1,46
1,46
240
0,0856
1,65
1,65
300
0,0873
1,68
1,68
360
0,0928
1,78
1,78
420
0,1083
2,07
2,07
30
Absorba n 0,0000 0,0885
Kadar (ppm) 0,00 1,70
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 0,00 1,70
60
0,0702
1,36
1,36
120
0,0812
1,56
1,56
-
Replikasi 2
Waktu (menit) 0
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
89
180
0,0779
1,50
1,50
240
0,0909
1,75
1,75
300
0,0834
1,60
1,60
360
0,0899
1,73
1,73
420
0,0931
1,79
1,79
30
Absorba n 0,0000 0,0668
Kadar (ppm) 0,00 1,29
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 0,00 1,29
60
0,0685
1,33
1,33
120
0,0773
1,49
1,49
180
0,0666
1,29
1,29
240
0,0759
1,46
1,46
300
0,0712
1,38
1,38
360
0,0591
1,15
1,15
420
0,0516
1,01
1,01
-
Replikasi 3
Waktu (menit) 0
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
90
Campuran Fisik (1:1)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 38,0 mg Replikasi 2 : 38,0 mg Replikasi 3 : 38,0 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 2,24
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 2,24
Kadar (ppm) 2,16
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 2,16
Kadar (ppm) 4,36
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 4,36
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,1173
Absorba n 0,1130
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,2300
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3.
91
Campuran Fisik (1:2)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 56,4 mg Replikasi 2 : 56,4 mg Replikasi 3 : 56,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 4,36
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 4,36
Kadar (ppm) 3,14
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 3,14
Kadar (ppm) 3,29
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 3,29
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,23
Absorba n 0,165
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,1731
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.
92
Campuran Fisik (1:3)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 72,6 mg Replikasi 2 : 72,6 mg Replikasi 3 : 72,6 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 3,61
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 3,61
Kadar (ppm) 2,52
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 2,52
Kadar (ppm) 2,97
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 2,97
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,1900
Absorba n 0,1323
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,1562
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.
93
Dispersi Padat (1:1)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 35,2 mg Replikasi 2 : 35,2 mg Replikasi 3 : 35,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 3,97
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 3,97
Kadar (ppm) 4,37
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 4,37
Kadar (ppm) 4,21
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 4,21
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,2096
Absorba n 0,2311
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,2224
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
6.
94
Dispersi Padat (1:2)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 53,3 mg Replikasi 2 : 53,3 mg Replikasi 3 : 53,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 5,09
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,09
Kadar (ppm) 5,09
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,09
Kadar (ppm) 5,68
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,68
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,2692
Absorba n 0,2692
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,3008
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7.
95
Dispersi Padat (1:3)
Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 74,7 mg Replikasi 2 : 74,6 mg Replikasi 3 : 74,6 mg
-
Replikasi 1
Waktu (menit) 240 -
Kadar (ppm) 5,68
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,68
Kadar (ppm) 5,67
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,67
Kadar (ppm) 5,67
% Quercetin Terlarut (%b/v, 104 ) 5,67
Replikasi 2
Waktu (menit) 240 -
Absorba n 0,3008
Absorba n 0,3000
Replikasi 3
Waktu (menit) 240
Skripsi
Absorba n 0,3000
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
96
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (1% SLS dalam air) Quercetin Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.1730 0.1730 3.404 0.1732 0.0003 0.17 0.1735 10 rep 1 3.572
0.1820
0.0003 0.16
0.1822 0.1822 0.1817
0.0007 0.34
0.1910 0.1917 0.1923
0.0004 0.19
0.1900 0.1895 0.1902
0.0005 0.26
0.1988 0.1978 0.1979
0.0002 0.13
0.1904 0.1903 0.1899
0.0000 0.03
0.1302 0.1302 0.1303
0.0009 0.61
0.1473 0.1487 0.1490
0.0002 0.16
0.1515 0.1520 0.1519
0.0005 0.31
0.1524 0.1532 0.1532
0.0000 0.02
0.1569 0.1570 0.1569
0.0001 0.05
0.1633 0.1633 0.1631
15 rep 1 3.754
0.1917
20 rep 1 3.721
0.1899
25 rep 1 3.877
0.1982
30 rep 1 3.726
0.1902
5 rep 2 2.591
0.1302
10 rep 2 2.934
0.1483
15 rep 2 2.999
0.1518
20 rep 2 3.021
0.1529
25 rep 2 3.097
0.1569
30 rep 2 3.216
Skripsi
0.1632
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 5 rep 3 3.696
0.1886
0.0002 0.08
0.1885 0.1888 0.1885
0.0002 0.11
0.2018 0.2016 0.2014
0.0004 0.17
0.2027 0.2024 0.2031
0.0003 0.13
0.2077 0.2071 0.2076
0.0001 0.06
0.2370 0.2369 0.2367
0.0003 0.15
0.2034 0.2031 0.2028
10 rep 3 3.943
0.2016
15 rep 3 3.963
0.2027
20 rep 3 4.053
0.2075
25 rep 3 4.610
0.2369
30 rep 3 3.970
0.2031
97
Campuran Fisik (1:1) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.0958 0.0959 1.942 0.0960 0.0002 0.25 0.0962 5 rep 2 1.948
0.0963
0.0001 0.11
0.0963 0.0961 0.0963
0.0003 0.29
0.0960 0.0962 0.0966
0.0002 0.17
0.1296 0.1296 0.1292
0.0004 0.30
0.1314 0.1315 0.1321
0.0005 0.36
0.1312 0.1304 0.1312
0.0003 0.21
0.1343 0.1341 0.1337
5 rep 3 1.948
0.0963
10 rep 1 2.576
0.1295
10 rep 2 2.618
0.1317
10 rep 3 2.604
0.1309
15 rep 1 2.663
0.1340
15 rep 2
Skripsi
0.1342 0.1339
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 2.665
0.1341
0.0002 0.15
0.1343
0.0002 0.12
0.1339 0.1341 0.1338
0.0001 0.08
0.1607 0.1607 0.1605
0.0004 0.25
0.1602 0.1609 0.1602
0.0002 0.10
0.1604 0.1607 0.1606
0.0002 0.14
0.1597 0.1593 0.1594
0.0003 0.18
0.1592 0.1590 0.1595
0.0002 0.14
0.1600 0.1596 0.1599
0.0001 0.08
0.1691 0.1693 0.1690
0.0005 0.32
0.1693 0.1690 0.1682
0.0003 0.18
0.1685 0.1689 0.1683
15 rep 3 2.661
0.1339
20 rep 1 3.166
0.1606
20 rep 2 3.163
0.1604
20 rep 3 3.166
0.1606
25 rep 1 3.145
0.1595
25 rep 2 3.141
0.1593
25 rep 3 3.152
0.1598
30 rep 1 3.328
0.1692
30 rep 2 3.322
0.1688
30 rep 3 3.317
0.1686
98
Campuran Fisik (1:2) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.0980 0.0976 1.977 0.0978 0.0002 0.18 0.0978 5 rep 2 1.974
0.0977
0.0002 0.16
0.0975 0.0978 0.0977
0.0002 0.18
0.0986 0.0990 0.0989
5 rep 3 1.996
Skripsi
0.0988
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 10 rep 1 2.424
0.1214
0.0005 0.41
0.1215 0.1218 0.1208
0.0004 0.35
0.1210 0.1213 0.1218
0.0002 0.14
0.1202 0.1205 0.1204
0.0004 0.26
0.1570 0.1566 0.1574
0.0001 0.04
0.1564 0.1564 0.1565
0.0003 0.19
0.1565 0.1565 0.1560
0.0001 0.08
0.1572 0.1571 0.1574
0.0002 0.11
0.1578 0.1577 0.1580
0.0002 0.13
0.1574 0.1570 0.1570
10 rep 2 2.423
0.1214
10 rep 3 2.404
0.1204
15 rep 1 3.098
0.1570
15 rep 2 3.088
0.1565
15 rep 3 3.085
0.1563
20 rep 1 3.103
0.1573
20 rep 2 3.113
0.1578
20 rep 3 3.101
0.1571
25 rep 1 3.431
0.1746
0.0003 0.18
0.1747 0.1749 0.1743
3.432
0.1747
0.0001 0.03
0.1746 0.1747 0.1747
0.0002 0.12
0.1741 0.1744 0.1745
0.0002 0.08
0.1943 0.1945 0.1946
0.0001 0.07
0.1945 0.1944 0.1942
0.0002 0.11
0.1945 0.1942 0.1947
25 rep 2
25 rep 3 3.427
0.1744
30 rep 1 3.808
0.1945
30 rep 2 3.805
0.1944
30 rep 3 3.808
Skripsi
99
0.1945
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
100
Campuran Fisik (1:3) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.1568 0.1574 3.101 0.1572 0.0003 0.20 0.1573 5 rep 2 3.076
0.1558
0.0003 0.19
0.1562 0.1558 0.1556
0.0001 0.07
0.1542 0.1544 0.1544
0.0005 0.26
0.1957 0.1949 0.1948
0.0002 0.08
0.1942 0.1939 0.1939
0.0002 0.12
0.1948 0.1947 0.1944
0.0003 0.13
0.2103 0.2109 0.2105
0.0002 0.09
0.2093 0.2094 0.2097
0.0002 0.09
0.2104 0.2100 0.2104
0.0004 0.17
0.2136 0.2136 0.2143
0.0001 0.07
0.2134 0.2133 0.2131
0.0004 0.20
0.2134 0.2136 0.2128
0.0002 0.07
0.2395 0.2393 0.2391
0.0003 0.14
0.2389 0.2383 0.2387
5 rep 3 3.047
0.1543
10 rep 1 3.820
0.1951
10 rep 2 3.798
0.1940
10 rep 3 3.811
0.1946
15 rep 1 4.112
0.2106
15 rep 2 4.091
0.2095
15 rep 3 4.107
0.2103
20 rep 1 4.174
0.2138
20 rep 2 4.163
0.2133
20 rep 3 4.163
0.2133
25 rep 1 4.656
0.2393
25 rep 2 4.643
Skripsi
0.2386
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 25 rep 3 4.652
0.2391
0.0002 0.09
0.2393 0.2389 0.2391
0.0001 0.04
0.2228 0.2230 0.2229
0.0001 0.06
0.2227 0.2229 0.2229
0.0002 0.11
0.2225 0.2220 0.2223
30 rep 1 4.345
0.2229
30 rep 2 4.344
0.2228
30 rep 3 4.334
0.2223
101
Dispersi Padat (1:1) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.1014 0.1009 2.038 0.1010 0.0003 0.26 0.1009 5 rep 2 2.038
0.1010
0.0003 0.26
0.1009 0.1013 0.1008
0.0002 0.19
0.1010 0.1012 0.1014
0.0003 0.19
0.1516 0.1517 0.1512
0.0004 0.25
0.1513 0.1518 0.1510
0.0003 0.19
0.1512 0.1510 0.1506
0.0006 0.32
0.1886 0.1890 0.1898
0.0002 0.11
0.1894 0.1894 0.1891
0.0002 0.11
0.1888 0.1884 0.1884
5 rep 3 2.041
0.1012
10 rep 1 2.994
0.1515
10 rep 2 2.991
0.1514
10 rep 3 2.983
0.1509
15 rep 1 3.706
0.1891
15 rep 2 3.710
0.1893
15 rep 3 3.694
0.1885
20 rep 1
Skripsi
0.2264 0.2257
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 4.394
0.2254
0.0011 0.50
0.2242
0.0001 0.02
0.2234 0.2233 0.2234
0.0000 0.01
0.2233 0.2233 0.2233
0.0006 0.23
0.2385 0.2375 0.2377
0.0005 0.21
0.2372 0.2363 0.2364
0.0001 0.04
0.2365 0.2364 0.2366
0.0003 0.10
0.2625 0.2625 0.2629
0.0003 0.12
0.2640 0.2633 0.2637
0.0002 0.07
0.2620 0.2620 0.2623
20 rep 2 4.355
0.2234
20 rep 3 4.353
0.2233
25 rep 1 4.630
0.2379
25 rep 2 4.606
0.2366
25 rep 3 4.603
0.2365
30 rep 1 5.098
0.2626
30 rep 2 5.118
0.2637
30 rep 3 5.088
0.2621
102
Dispersi Padat (1:2) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.1459 0.1455 2.299 0.1455 0.0004 0.29 0.1451 5 rep 2 2.511
0.1463
0.0003 0.19
0.1464 0.1465 0.1460
0.0003 0.23
0.1460 0.1455 0.1454
0.0006 0.29
0.2075 0.2067 0.2063
0.0003 0.13
0.2056 0.2051 0.2052
5 rep 3 2.233
0.1456
10 rep 1 3.050
0.2068
10 rep 2 3.112
Skripsi
0.2053
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 10 rep 3 2.989
0.2055
0.0002 0.11
0.2057 0.2053 0.2054
0.0005 0.20
0.2634 0.2626 0.2624
0.0002 0.07
0.2630 0.2632 0.2629
0.0004 0.15
0.2632 0.2627 0.2624
0.0005 0.19
0.2803 0.2801 0.2793
0.0000 0.02
0.2785 0.2784 0.2785
0.0004 0.13
0.2788 0.2792 0.2785
0.0004 0.13
0.2843 0.2840 0.2848
0.0007 0.23
0.2845 0.2845 0.2834
15 rep 1 5.101
0.2628
15 rep 2 5.105
0.2630
15 rep 3 5.100
0.2628
20 rep 1 5.425
0.2799
20 rep 2 5.398
0.2785
20 rep 3 5.405
0.2789
25 rep 1 5.509
0.2844
25 rep 2 5.505
0.2841
103
25 rep 3 5.497
0.2837
0.0004 0.13
0.2833 0.2840 0.2839
5.849
0.3023
0.0002 0.08
0.3021 0.3026 0.3022
0.0003 0.09
0.3015 0.3019 0.3020
0.0004 0.12
0.3010 0.3017 0.3013
30 rep 1
30 rep 2 5.840
0.3018
30 rep 3 5.831
0.3013
Dispersi Padat (1:3) Sample
Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ 5 rep 1 0.1459 0.1455 2.881 0.1455 0.0004 0.29 0.1451
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5 rep 2 2.895
0.1463
0.0003 0.19
0.1464 0.1465 0.1460
0.0003 0.23
0.1460 0.1455 0.1454
0.0006 0.29
0.2075 0.2067 0.2063
0.0003 0.13
0.2056 0.2051 0.2052
0.0002 0.11
0.2057 0.2053 0.2054
0.0005 0.20
0.2634 0.2626 0.2624
0.0002 0.07
0.2630 0.2632 0.2629
0.0004 0.15
0.2632 0.2627 0.2624
0.0005 0.19
0.2803 0.2801 0.2793
5 rep 3 2.883
0.1456
10 rep 1 4.042
0.2068
10 rep 2 4.012
0.2053
10 rep 3 4.015
0.2055
15 rep 1 5.101
0.2628
15 rep 2 5.105
0.2630
15 rep 3 5.100
0.2628
20 rep 1 5.425
0.2799
20 rep 2 5.398
0.2785
0.0000 0.02
0.2785 0.2784 0.2785
5.405
0.2789
0.0004 0.13
0.2788 0.2792 0.2785
0.0004 0.13
0.2843 0.2840 0.2848
0.0007 0.23
0.2845 0.2845 0.2834
0.0004 0.13
0.2833 0.2840 0.2839
0.0002 0.08
0.3021 0.3026 0.3022
20 rep 3
25 rep 1 5.509
0.2844
25 rep 2 5.505
0.2841
25 rep 3 5.497
0.2837
30 rep 1 5.849
Skripsi
104
0.3023
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30 rep 2 5.840
0.3018
0.0003 0.09
0.3015 0.3019 0.3020
0.0004 0.12
0.3010 0.3017 0.3013
30 rep 3 5.831
Skripsi
0.3013
pengaruh jumlah ....
105
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
106
Lampiran 11 Hasil Uji Disolusi Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan Dispersi Padat (1% SLS dalam air)
Quercetin Murni Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 5,4 mg Replikasi 2 : 5,4 mg Replikasi 3 : 5,5 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
3,40
3,06
3,40
58,92
147,29
10
3,57
3,21
3,59
61,82
301,85
15
3,75
3,38
3,79
64,97
316,99
20
3,72
3,35
3,78
64,40
323,44
25
3,88
3,49
3,96
67,10
328,76
30
3,73
3,35
3,83
64,49
328,98
Skripsi
AUC0 – 30
1747,30
ED 30(%)
58,24
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
107
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,59
2,33
2,59
43,18
107,96
10
2,93
2,64
2,95
48,90
230,21
15
3,00
2,70
3,03
49,98
247,21
20
3,02
2,72
3,07
50,35
250,83
25
3,10
2,79
3,16
51,62
254,92
30
3,22
2,89
3,30
53,60
263,04
-
AUC0 – 30
1354,17
ED 30(%)
45,14
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
3,70
3,33
3,70
60,48
151,20
10
3,94
3,55
3,96
64,52
312,50
15
3,96
3,57
4,01
64,85
323,43
20
4,05
3,65
4,12
66,32
327,93
25
4,61
4,15
4,70
75,44
354,40
30
3,97
3,57
4,08
64,96
351,00
Skripsi
AUC0 – 30
1820,45
ED 30(%)
60,68
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
108
Campuran Fisik (1:1) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 10,8 mg Replikasi 2 : 10,6 mg Replikasi 3 : 10,8 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,94
1,75
1,94
40,65
101,62
10
2,58
2,32
2,59
53,92
236,41
15
2,66
2,40
2,69
55,74
274,13
20 25
3,17
2,85
3,21
66,27
305,01
3,15
2,83
3,20
65,83
330,23
30
3,33
3,00
3,40
69,66
Skripsi
338,70
AUC0 – 30
1586,09
ED 30(%)
52,87
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
109
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,95
1,75
1,95
40,77
101,93
10
2,62
2,36
2,63
54,80
238,92
15
2,67
2,40
2,69
55,78
276,44
20
3,16
2,85
3,20
66,20
304,95
25
3,14
2,83
3,20
65,74
329,86
30
3,32
2,99
3,40
69,53
338,18
-
AUC0 – 30
1590,28
ED 30(%)
53,01
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,98
1,78
1,98
41,38
103,45
10
2,42
2,18
2,43
50,73
230,28
15
3,10
2,79
3,12
64,84
288,94
20
3,10
2,79
3,14
64,95
324,47
25
3,43
3,09
3,49
71,81
341,90
30
3,81
3,43
3,89
79,70
378,78
Skripsi
AUC0 – 30
1667,83
ED 30(%)
55,59
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
110
Campuran Fisik (1:2) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 16,4 mg Replikasi 2 : 16,4 mg Replikasi 3 : 16,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,97
1,78
1,97
39,48
98,70
10
2,42
2,18
2,43
48,46
219,85
15
3,09
2,78
3,11
61,76
275,55
20 25
3,11
2,80
3,15
62,26
310,05
3,43
3,09
3,49
68,64
327,25
30
3,81
3,42
3,88
76,10
Skripsi
361,85
AUC0 – 30
1593,25
ED 30(%)
53,11
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
111
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,00
1,80
2,00
39,92
99,80
10
2,40
2,16
2,42
48,08
220,00
15
3,09
2,78
3,11
61,70
274,45
20
3,11
2,80
3,15
62,26
309,90
25
3,43
3,08
3,49
68,54
327,00
30
3,81
3,43
3,89
76,16
361,75
-
AUC0 – 30
1592,90
ED 30(%)
53,10
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,95
1,75
1,95
38,96
97,40
10
2,60
2,34
2,61
52,08
227,60
15
2,66
2,39
2,69
53,22
263,25
20
3,10
2,79
3,14
62,02
288,10
25
3,43
3,08
3,48
68,54
326,40
30
3,81
3,42
3,88
76,10
361,60
Skripsi
AUC0 – 30
1564,35
ED 30(%)
52,15
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
112
Campuran Fisik (1:3) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 21,6 mg Replikasi 2 : 21,6 mg Replikasi 3 : 21,8 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,94
1,75
1,94
43,70
109,24
10
2,58
2,32
2,59
57,96
254,14
15
2,66
2,40
2,69
59,92
294,69
20 25
3,17
2,85
3,21
71,24
327,88
3,15
2,83
3,20
70,76
354,99
30
3,33
3,00
3,40
74,88
Skripsi
364,11
AUC0 – 30
1705,05
ED 30(%)
56,84
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
113
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,95
1,75
1,95
43,83
109,58
10
2,62
2,36
2,63
58,91
256,84
15
2,67
2,40
2,69
59,96
297,17
20
3,16
2,85
3,20
71,17
327,83
25
3,14
2,83
3,20
70,67
354,60
30
3,32
2,99
3,40
74,75
363,54
-
AUC0 – 30
1709,55
ED 30(%)
56,99
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
1,95
1,75
1,95
43,83
109,58
10
2,60
2,34
2,61
58,59
256,05
15
2,66
2,39
2,69
59,87
296,16
20
3,17
2,85
3,21
71,24
327,77
25
3,15
2,84
3,21
70,92
355,39
30
3,32
2,99
3,39
74,63
363,88
Skripsi
AUC0 – 30
1708,82
ED 30(%)
56,96
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
114
Dispersi Padat (1:1) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 10,2 mg Replikasi 2 : 10,2 mg Replikasi 3 : 10,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,04
1,83
2,04
34,61
86,52
10
2,99
2,69
3,01
50,84
213,62
15
3,71
3,34
3,73
62,93
284,43
20 25
4,39
3,95
4,44
74,62
343,87
4,63
4,17
4,70
78,62
383,09
30
5,10
4,59
5,20
86,57
Skripsi
412,98
AUC0 – 30
1724,52
ED 30(%)
57,48
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
115
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,04
1,83
2,04
34,61
86,52
10
2,99
2,69
3,00
50,79
213,50
15
3,71
3,34
3,74
63,00
284,48
20
4,36
3,92
4,40
73,95
342,38
25
4,61
4,15
4,68
78,22
380,42
30
5,12
4,61
5,22
86,91
412,81
-
AUC0 – 30
1720,10
ED 30(%)
57,34
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,04
1,84
2,04
34,66
86,65
10
2,98
2,68
2,99
50,65
213,28
15
3,96
3,57
3,99
67,31
294,92
20
4,35
3,92
4,40
73,92
353,08
25
4,60
4,14
4,68
78,16
380,21
30
5,09
4,58
5,19
86,40
411,41
Skripsi
AUC0 – 30
1739,55
ED 30(%)
57,98
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
116
Dispersi Padat (1:2) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 16,3 mg Replikasi 2 : 16,3 mg Replikasi 3 : 16,3 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,30
2,07
2,30
39,06
97,64
10
3,05
2,75
3,06
51,79
227,12
15
4,02
3,62
4,05
68,26
300,14
20 25
4,56
4,10
4,61
77,43
364,25
5,00
4,50
5,08
84,91
405,85
30
5,81
5,23
5,92
98,66
Skripsi
458,92
AUC0 – 30
1853,92
ED 30(%)
61,80
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
117
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,51
2,26
2,51
42,62
106,56
10
3,11
2,80
3,12
52,81
238,58
15
3,99
3,59
4,02
67,75
301,42
20
4,61
4,15
4,66
78,28
365,09
25
5,09
4,58
5,17
86,43
411,79
30
5,42
4,88
5,53
92,04
446,18
-
AUC0 – 30
1869,62
ED 30(%)
62,32
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,23
2,01
2,23
37,87
94,67
10
2,99
2,69
3,01
50,84
221,77
15
4,07
3,66
4,10
69,11
299,89
20
4,59
4,13
4,64
77,94
367,64
25
4,97
4,47
5,05
84,40
405,85
30
5,66
5,09
5,77
96,11
451,27
Skripsi
AUC0 – 30
1841,09
ED 30(%)
61,37
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
118
Dispersi Padat (1:3) Penimbangan Sampel : Replikasi 1 : 21,7 mg Replikasi 2 : 21,6 mg Replikasi 3 : 21,6 mg
-
Replikasi 1
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5 10
2,88
2,59
2,88
48,92
122,31
4,04
3,64
4,06
68,64
293,90
15
5,10
4,59
5,14
86,60
388,10
20
5,43
4,88
5,49
92,12
446,82
25
5,51
4,96
5,61
93,55
464,18
30
5,85
5,26
5,98
99,32
482,18
Skripsi
AUC0 – 30
2197,49
ED 30(%)
73,25
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-
119
Replikasi 2
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,90
2,61
2,90
50,11
125,26
10
4,01
3,61
4,03
69,44
298,86
15
5,11
4,59
5,14
88,36
394,49
20
5,40
4,86
5,47
93,43
454,46
25
5,51 5,84
4,95 5,26
5,60 5,97
95,28 101,08
471,76 490,89
30
-
AUC0 – 30
2235,72
ED 30(%)
74,52
Replikasi 3
Waktu Sampling
Kadar (mg/L)
Berat dalam 900mL media
Kadar Terkoreksi
% Quercetin Terlarut
AUCt
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5
2,88
2,59
2,88
48,96
122,39
10
4,11
3,69
4,12
69,71
296,66
15
5,10
4,59
5,14
86,60
390,78
20
5,41
4,86
5,47
91,78
445,97
25
5,50
4,95
5,59
93,35
462,82
30
5,83
5,25
5,96
99,02
480,91
Skripsi
AUC0 – 30
2199,52
ED 30(%)
73,32
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
120
Contoh perhitungan quercetin pada menit ke – 5 : Dari data absorban didapatkan kadar melalui persamaan Y = 0,05257 X + 0,00221 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979 dengan y sebagai absorban dan x sebagai kadar : Y
= 0,05281 X - 0,0660
0,1732 = 0, 05281 X - 0,0660 X X
= 0,1732 + 0,0660 0, 05281 = 3,40
Berat yang terlarut (mg) dalam media 900,0 mL media disolusi : 900 x kadar dalam 900 mL 1000
= 900 x 3,40 1000 = 3,06
Dengan menggunakan persamaan Wurster : ∑
% quercetin terlarut
= kadar dalam media sampel x 100 % berat penimbangan = 3,40 x100 % 5,4 = 58,92%
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
121
Area dibawah kurva tiap waktu (AUCt)
= (tn-tn-1) x (Cn + Cn-1) 2 = (5 – 0) x (58,92– 0) 2 = 147,29
(AUC5) (AUC5)
Perhitungan Nilai Slope Profil Disolusi Nilai slope dihitung antara (Mo1/3 – M1/3) sebagai variabel tergantung dan waktu sebagai variabel bebas, dengan : Mo
= Jumlah quercetin mula – mula (100%)
M
= Jumlah quercetin pada waktu t yang belum terlarut (Mo – quercetin terlarut)
Waktu (menit) 5 10 15 Slope R
QC 0,0460 0,0492 0,0502 0,0004 0,9972
CF 1:1 0,0445 0,0487 0,0547 0,0010 0,9951
Mo1/3 – M1/3 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 0,0467 0,0532 0,0694 0,0532 0,0594 0,0852 0,0595 0,0676 0,0909 0,0013 0,0014 0,0022 0,9999 0,9967 0,9654
DP 1:2 0,0743 0,0814 0,0910 0,0024 0,9963
DP 1:3 0,0712 0,0819 0,0979 0,0027 0,9935
Persamaan Regresi : - QC : y = 0,0004x + 0,0372 - CF 1:1 : y = 0,0009x + 0,0328 - CF 1:2 : y = 0,0013x + 0,0340 - CF 1:3 : y = 0,0014x + 0,0390 - DP 1:1 : y = 0,0022x + 0,0532 - DP 1:2 : y = 0,0024x + 0,0586 - DP 1:3 : y = 0,0027x + 0,0503
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 12 Hasil Statistika
1.
Perhitungan unpaired t – test kelarutan jenuh
2.
Perhitungan ANOVA uji kelarutan
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
122
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
123
ANOVA Data Sum of
df
Mean
Squares Between
F
Sig.
Square
6.197
6
1.033
1.474
14
.105
7.671
20
9.807
.000
Groups Within Groups Total Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: Data Tukey HSD (I)
(J)
Mean
Std.
Sig.
Kelompok Kelompok Difference Error
Interval
(I-J)
1.00
Skripsi
Lower
Upper
Bound
Bound
2.00
-.37667 .26496
.782
-1.2814
.5281
3.00
-.68000 .26496
.208
-1.5847
.2247
4.00
-.43333 .26496
.664
-1.3381
.4714
5.00
*
-.95000 .26496
.037
-1.8547
-.0453
6.00
*
.001
-2.3447
-.5353
*
-1.61667 .26496
.000
-2.5214
-.7119
1.00
.37667 .26496
.782
-.5281
1.2814
3.00
-.30333 .26496
.903
-1.2081
.6014
4.00
-.05667 .26496 1.000
-.9614
.8481
5.00
-.57333 .26496
-1.4781
.3314
7.00
2.00
95% Confidence
-1.44000 .26496
pengaruh jumlah ....
.371
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
6.00
3.00
4.00
6.00
7.00
Skripsi
*
.017
-1.9681
-.1586
7.00
-1.24000 .26496
.005
-2.1447
-.3353
1.00
.68000 .26496
.208
-.2247
1.5847
2.00
.30333 .26496
.903
-.6014
1.2081
4.00
.24667 .26496
.961
-.6581
1.1514
5.00
-.27000 .26496
.941
-1.1747
.6347
6.00
-.76000 .26496
.128
-1.6647
.1447
7.00
*
-.93667 .26496
.040
-1.8414
-.0319
1.00
.43333 .26496
.664
-.4714
1.3381
2.00
.05667 .26496 1.000
-.8481
.9614
3.00
-.24667 .26496
.961
-1.1514
.6581
5.00
-.51667 .26496
.483
-1.4214
.3881
6.00
*
.025
-1.9114
-.1019
*
.007
-2.0881
-.2786
*
7.00
5.00
-1.06333* .26496
124
-1.00667 .26496 -1.18333 .26496
1.00
.95000 .26496
.037
.0453
1.8547
2.00
.57333 .26496
.371
-.3314
1.4781
3.00
.27000 .26496
.941
-.6347
1.1747
4.00
.51667 .26496
.483
-.3881
1.4214
6.00
-.49000 .26496
.540
-1.3947
.4147
7.00
-.66667 .26496
.225
-1.5714
.2381
1.00
*
1.44000 .26496
.001
.5353
2.3447
2.00
*
1.06333 .26496
.017
.1586
1.9681
3.00
.76000 .26496
.128
-.1447
1.6647
*
4.00
1.00667 .26496
.025
.1019
1.9114
5.00
.49000 .26496
.540
-.4147
1.3947
7.00
-.17667 .26496
.993
-1.0814
.7281
1.00
*
1.61667 .26496
.000
.7119
2.5214
2.00
*
1.24000 .26496
.005
.3353
2.1447
3.00
*
.040
.0319
1.8414
.93667 .26496
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
125
4.00
1.18333* .26496
.007
.2786
2.0881
5.00
.66667 .26496
.225
-.2381
1.5714
6.00
.17667 .26496
.993
-.7281
1.0814
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets Data a
Tukey HSD Kelompok
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
4
1.00
3
.9233
2.00
3
1.3000
1.3000
4.00
3
1.3567
1.3567
3.00
3
1.6033
1.6033
1.6033
5.00
3
1.8733
1.8733
1.8733
6.00
3
2.3633
2.3633
7.00
3
Sig.
2.5400 .208
.371
.128
.225
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3.
126
Perhitungan ANOVA ED30 quercetin
Oneway Descriptives ED 30 N Mean
Std.
Std.
Deviatio Error n
95%
Minimu
Maximu
Confidence
m
m
Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
QM
3 3.316 7
CF
3 3.276
1:1
7
CF
3 3.480
1:2
0
CF
3 3.766
1:3
7
DP
3 4.870
1:1
0
DP
3 4.796
1:2
7
DP
3 5.313
1:3
3
Tota
2 4.117
l
1
Skripsi
1
.46522 .2686 2.161 4.472 0
0 9 2 2 0 2 4 6
pengaruh jumlah ....
4.34
4.77
4.96
4.64
5.01
5.28
5.34
2.95
5.34
2
.84481 .1843 3.732 4.501 5
3.33
1
.03055 .0176 5.237 5.389 4
3.84
0
.19140 .1105 4.321 5.272 0
3.26
1
.09539 .0550 4.633 5.107 8
3.33
8
.51868 .2994 2.478 5.055 6
3.22
5
.31432 .1814 2.699 4.260 8
3.84
3
.05508 .0318 3.139 3.413 0
2.95
7
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
127
ANOVA ED 30 Sum of
df
Mean
Squares Between
F
Sig.
Square
13.006
6
2.168
1.268
14
.091
14.274
20
23.935
.000
Groups Within Groups Total Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Dependent Variable: ED 30 Tukey HSD (I)
(J)
Sistem Sistem
Mean
Std.
Difference
Error
Sig.
95% Confidence Interval
(I-J)
QM
CF 1:1
Lower
Upper
Bound
Bound
CF 1:1
.04000 .24572
1.000
-.7990
.8790
CF 1:2
-.16333 .24572
.993
-1.0024
.6757
CF 1:3
-.45000 .24572
.550
-1.2890
.3890
DP 1:1
*
-1.55333 .24572
.000
-2.3924
-.7143
DP 1:2
-1.48000* .24572
.000
-2.3190
-.6410
DP 1:3
*
-1.99667 .24572
.000
-2.8357
-1.1576
QM
-.04000 .24572
1.000
-.8790
.7990
CF 1:2
-.20333 .24572
.978
-1.0424
.6357
CF 1:3
-.49000 .24572
.458
-1.3290
.3490
.000
-2.4324
-.7543
DP 1:1 Skripsi
*
-1.59333 .24572
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:2
-1.52000* .24572
.000
-2.3590
-.6810
DP 1:3
*
-2.03667 .24572
.000
-2.8757
-1.1976
QM
.16333 .24572
.993
-.6757
1.0024
CF 1:1
.20333 .24572
.978
-.6357
1.0424
CF 1:3
-.28667 .24572
.895
-1.1257
.5524
DP 1:1
*
-1.39000 .24572
.001
-2.2290
-.5510
DP 1:2
*
-1.31667 .24572
.002
-2.1557
-.4776
DP 1:3
*
-1.83333 .24572
.000
-2.6724
-.9943
QM
.45000 .24572
.550
-.3890
1.2890
CF 1:1
.49000 .24572
.458
-.3490
1.3290
CF 1:2
.28667 .24572
.895
-.5524
1.1257
DP 1:1
*
-1.10333 .24572
.007
-1.9424
-.2643
DP 1:2
*
-1.03000 .24572
.012
-1.8690
-.1910
DP 1:3
*
-1.54667 .24572
.000
-2.3857
-.7076
*
1.55333 .24572
.000
.7143
2.3924
CF 1:1
*
1.59333 .24572
.000
.7543
2.4324
CF 1:2
*
1.39000 .24572
.001
.5510
2.2290
CF 1:3
*
1.10333 .24572
.007
.2643
1.9424
DP 1:2
.07333 .24572
1.000
-.7657
.9124
DP 1:3
-.44333 .24572
QM
DP 1:1
.566
-1.2824
.3957
*
1.48000 .24572
.000
.6410
2.3190
CF 1:1
*
1.52000 .24572
.000
.6810
2.3590
CF 1:2
*
1.31667 .24572
.002
.4776
2.1557
CF 1:3
*
1.03000 .24572
.012
.1910
1.8690
DP 1:1
-.07333 .24572
1.000
-.9124
.7657
DP 1:3
-.51667 .24572
QM
DP 1:2
128
QM DP 1:3 CF 1:1 CF 1:2
Skripsi
.401
-1.3557
.3224
*
1.99667 .24572
.000
1.1576
2.8357
*
2.03667 .24572
.000
1.1976
2.8757
*
.000
.9943
2.6724
1.83333 .24572
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
129
CF 1:3
1.54667* .24572
.000
.7076
2.3857
DP 1:1
.44333 .24572
.566
-.3957
1.2824
DP 1:2
.51667 .24572
.401
-.3224
1.3557
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
ED 30 a
Tukey HSD Sistem
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
CF 1:1
3
3.2767
QM
3
3.3167
CF 1:2
3
3.4800
CF 1:3
3
3.7667
DP 1:2
3
4.7967
DP 1:1
3
4.8700
DP 1:3
3
5.3133
Sig.
.458
.401
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
130
Lampiran 13 Tabel Harga Koefisien Kolerasi (r) df = (N – 2) 0.10 1 0.9877 2 0.9000 3 0.8054 4 0.7293 5 0.6694 6 0.6215 7 0.5822 8 0.5494 9 0.5214 10 0.4973 11 0.4762 12 0.4575 13 0.4409 14 0.4259 15 0.4124 16 0.4000 17 0.3887 18 0.3783 19 0.3687 20 0.3598 21 0.3515 22 0.3438 23 0.3365 24 0.3297 25 0.3233
Skripsi
0.05 0.9969 0.9500 0.8783 0.8114 0.7545 0.7067 0.6664 0.6319 0.6021 0.5760 0.5529 0.5324 0.5140 0.4973 0.4821 0.4683 0.4555 0.4438 0.4329 0.4227 0.4132 0.4044 0.3961 0.3882 0.3809
pengaruh jumlah ....
0.02 0.9995 0.9800 0.9343 0.8822 0.8329 0.7887 0.7498 0.7155 0.6851 0.6581 0.6339 0.6120 0.5923 0.5742 0.5577 0.5425 0.5285 0.5155 0.5034 0.4921 0.4815 0.4716 0.4622 0.4534 0.4451
0.01 0.9999 0.9900 0.9587 0.9172 0.8745 0.8343 0.7977 0.7646 0.7348 0.7079 0.6835 0.6614 0.6411 0.6226 0.6055 0.5897 0.5751 0.5614 0.5487 0.5368 0.5256 0.5151 0.5052 0.4958 0.4869
Achmad fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 14 Tabel Distribusi Harga F pada α = 0,05
Skripsi
pengaruh jumlah ....
Achmad fadhil Al Masyhur
131