Riwayat Pengobatan Alternatif Serta Hubungannya Dengan Faktor SosioDemografis Dan Tabungan Kesehatan: Studi Potong Lintang Di Kelurahan Bidaracina, Jakarta Timur, 2011 Faisal Muda1, Retno Asti Werdhani2
2.
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 memperkirakan sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia pernah menggunakan jasa pengobatan alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio-demografis dan tabungan kesehatan terhadap kecenderungan seseorang untuk pergi ke pengobatan alternatif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2011 menggunakan metode geographical random sampling di Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur. Dari 378 responden, sebanyak 27% pernah menggunakan jasa pengobatan alternatif. Terdapat hubungan bermakna antara usia dengan riwayat pergi ke pengobatan alternatif (p=0,024). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan asuransi kesehatan (p=0,153) dan kepemilikan tabungan kesehatan (p=0,232) dengan riwayat pergi ke pengobatan alternatif.
Alternative Medicine and Its Correlation with Socio-Demographic Factors and Health Savings: Cross Sectional Study at Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur 2011 Abstract In 2004, it is estimated that 31.7% of Indonesian citizens were alternative medicine users. The goal of this research is to know the relationship between socio-demographic factor and health savings with the use of alternative medicine. The data collection have begun in 2011 with geographical random sampling method in Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur. From 378 respondents, about 27% have used the alternative medicine. There is a significant result between age with the use of alternative medicine (p=0.024). Moreover, there are no significant relation between health insurance ownership (p=0.153) and health savings ownership (p=0.232) with the use of alternative medicine. Keywords: Alternative medicine history, Socio-demographic, Health savings, Kelurahan Bidaracina, Crosssectional study
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Pendahuluan Setiap orang yang sakit pasti akan mencari cara agar sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala. Kegiatan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mencari kesembuhan disebut sebagai perilaku mencari pengobatan.1 Dalam memahami teori mengenai perilaku mencari pengobatan, diperlukan pemahaman mengenai unsur-unsur dari perilaku mencari pengobatan itu sendiri seperti faktor-faktor yang berpengaruh yang mencakup faktor ekonomi, sosio-demografis, geografik, sosial-psikologikal, sosio-kultural dan organisasional serta terdapat pula berbagai pilihan pengobatan yang terdapat di masyarakat seperti pengobatan tradisional, pengobatan modern, obat-obatan dan pengobatan sendiri.2,3 Masyarakat di Indonesia masih banyak menggunakan bantuan tenaga alternatif seperti ahli herbal (herbalist), praktisi kesehatan tradisional (mencakup mantri sunat, bidan tradisional, tukang urut), dukun/orang pintar (spiritualist dan supernaturalist).4 Sekitar 40% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional, dengan 70%-nya tinggal di daerah pedesaan.4 Penelitian untuk mengetahui tingkat penggunaan pengobatan alternatif dan faktor-faktor terkait belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia, oleh karena itu penulis merasa diperlukan adanya penelitian seperti ini guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tendensi seseorang untuk berobat ke pengobatan alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio-demografis dan tabungan kesehatan dengan riwayat pengobatan alternatif. Penulis memilih lokasi penelitian di Jakarta Timur yang merepresentasikan daerah perkotaan dimana sudah cukup banyak pilihan pengobatan yang tersedia. Tinjauan Teoritis Perilaku mencari pengobatan (health/care-seeking behaviour) didefinisikan oleh Kasl dan Cobb (1966) sebagai aktivitas yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit atau memiliki masalah kesehatan dengan tujuan untuk mendapat pengobatan yang tepat.1 McKinlay (1972) mengidentifikasi enam orientasi/pendekatan yang merupakan faktor yang membentuk perilaku mencari pengobatan.2 1. Faktor ekonomi Faktor yang menitikberatkan pada biaya pengobatan dan adanya financial barriers. 2. Faktor sosio-demografis
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Faktor yang menitikberatkan pada signifikasi keadaan sosio-demografis seperti jenis kelamin, usia, dan edukasi. 3. Faktor geografik Faktor ini berfokus pada hubungan antara keterjangkauan dan ketersediaan fasilitas kesehatan. 4. Faktor sosial-psikologikal Faktor yang berfokus pada hubungan antara motivasi individual, persepsi dan pembelajaran serta kebiasaan utilisasi (utilization behaviour). 5. Faktor sosio-kultural Faktor ini berorientasi untuk mencari asosiasi antara nilai, norma, kepercayaan dan gaya hidup dari berbagai kelompok sosio-ekonomi di masyarakat. 6. Faktor organisasional atau delivery system Faktor ini berfokus pada efek dari berbagai aspek pada organisasi pemberi layanan kesehatan (health care organization) dan pemanfaatannya di masyarakat Kroeger (1983) mengidentifikasi dua kerangka model mengenai perilaku mencari pengobatan.2,5 Model yang pertama adalah determinants model yang lebih berdasar pada aspek biomedis dan pendekatan kuantitatif.1 Model ini berfokus pada pemahaman bagaimana seorang individu mencari pengobatan dan mengapa beberapa orang mencari pengobatan lebih cepat dibandingkan orang lain.2 Dalam studi dengan model determinan, ditemukan berbagai aspek yang terdapat diantara pasien dan layanan kesehatan yaitu aspek geografis, sosial, ekonomik, budaya/kultural dan organisasional. Aspek tersebut dapat diurai untuk menggambarkan tolak ukur empiris yang sering digunakan.2,6 Tabel 1. Kerangka model determinan dari perilaku mencari pengobatan.6 Determinan
Ukuran Empiris
Contoh
“Sphere”
Kultural
Derajat wanita
Patriarki
Nilai budaya dan
Sosial
Usia dan Jenis
kesopanan
Kelamin Sosio-
Sumber daya rumah Tingkat pendidikan
ekonomi
tangga
Pekerjaan maternal Status perkawinan
Informal
Status ekonomi Ekonomi
Biaya pengobatan
Tatalaksana
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Fisik
Perjalanan Waktu Jenis dan berat Infrastruktur
penyakit Geografis
Jarak dan aksesibilitas
Organisasional Kualitas yang dirasakan
Standar obat dan
Teknis
peralatan yang dipakai Kompetensi tenaga medis Sikap tenaga medis
Interpersonal
Proses interpersonal
Formal
Model yang kedua adalah pathway model yang menjelaskan langkah-langkah mulai dari pengenalan gejala sampai ke penggunaan fasilitas kesehatan. Metode ini mencoba mengidentifikasi dan melihat faktor sosio-kultural yang mempengaruhi di setiap langkah tersebut. Metode ini bersifat kualitatif dan memiliki pendekatan antropologis.2 Metode ini dimulai dari pengenalan gejala. Setelah itu, menuju ke interpretasi penyakit. Di langkah ini, Janzen (1978) menjelaskan bahwa terdapat “Significant others”, yaitu kerabat atau keluarga yang memiliki peran dalam dinamika pengambilan keputusan dan manajemen/penatalaksanaan penyakit. Setelah itu, barulah ditemukan pilihan pengobatan yang akan dilakukan. Good (1987) membagi pilihan pengobatan ini menjadi pengobatan tradisional, pengobatan sendiri dan pengobatan medis.5 Gambar 1. Skema kerangka model pathway dalam perilaku mencari pengobatan.5
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Pengobatan alternatif termasuk ke dalam kategori complementary and alternative medicine (CAM). Definisi dari CAM itu sendiri adalah praktik dan produk kesehatan yang bukan merupakan bagian dari pengobatan konvensional (western/allopathic medicine). Pengobatan konvensional adalah pengobatan yang dilakukan oleh seorang bergelar dokter (M.D; medical doctor atau D.O; doctor of osteopathic medicine) dan dibantu oleh pekerja kesehatan profesional seperti physical therapist, psikolog dan perawat.7 Istilah “complementary medicine” dan “alternative medicine” sering digunakan berdampingan dengan obat tradisional di beberapa negara. Obat CAM sering mengacu pada obat tradisional yang dipraktekkan di suatu negara namun bukan merupakan tradisi/budaya di negara tersebut.4 CAM terbagi menjadi lima domain, yaitu: 1. Sistem pengobatan lengkap. Yaitu sistem pengobatan tradisional yang dibuat berdasarkan teori dan dibuktikan manfaatnya secara praktik. Contohnya adalah pengobatan tradisional dari Cina dan Ayurveda. 2. Pengobatan berbasis mind-body. Yaitu teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan/kapasitas pikiran agar dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Contohnya adalah meditasi, do’a, mental healing dan terapi menggunakan musik atau seni. 3. Praktisi biologis. Yaitu praktisi CAM menggunakan bahan-bahan dari alam seperti bahan herbal, makanan dan suplemen yang belum teruji secara sains. 4. Praktisi berbasis body/manipulative. Praktisi yang berbasis pada manipulasi/gerakan bagian-bagian tubuh seperti chiropractic atau osteopathic manipulation. 5. Pengobatan menggunakan energi. Yaitu terapi menggunakan paparan energi yang belum bisa dibuktikan secara sains seperti qi gong, Reiki dan therapeutic touch atau terapi gelombang elektromagnet. Dalam buku “Pembinaan Upaya Pengobatan Tradisional” oleh Depkes RI tahun 1999, dijelaskan bahwa terdapat 16 jenis battra (pengobat tradisional) yang diakui di Indonesia.3 Battra ini mencakup: a. Dukun bayi terlatih b. Battra pijat/urut c. Dukun bayi belum terlatih d. Tukang jamu gendong e. Battra ramuan
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
f. Battra spriritual/ajaran agama g. Battra paranormal h. Battra patah tulang i. Battra sunat j. Tabib k. Tukang pangur gigi l. Battra tenaga dalam m. Battra pijat refleksi n. Shinse o. Battra tusuk jari p. Akupuntur Penyedia layanan pengobatan alternatif ini di Indonesia berjumlah 112.994 unit pada tahun 1989 dan meningkat menjadi 281.492 unit pada tahun 1995. Perkembangan pengobatan alternatif yang pesat di Indonesia mendorong pemerintah untuk menetapkan standar penggunaan pengobatan alternatif yang dipublikasi dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 pada tanggal 24 Juli 2003. Keputusan ini mencakup klasifikasi battra yang digolongkan menjadi empat golongan besar yaitu: 1. Battra ketrampilan (mencakup pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, pijat refleksi, akupresuris, akupunturis dan chiropractor) 2. Battra ramuan (jamu, gurah, shinshe, tabib, homeopath dan aromatherapist) 3. Battra pendekatan agama (meggunakan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha) 4. Battra supranatural (mencakup tenaga dalam, paranormal, reiky master, qigong dan kebatinan). Keputusan ini juga mengatur legalisasi penyedia pengobatan alternatif di Indonesia dengan memberlakukan Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) yang harus dimiliki oleh setiap pengobatan alternatif. Berbagai aspek seperti usia, budaya, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan merupakan tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi sosio-demografis seseorang yang nantinya akan berpengaruh pada proses perilaku pencarian pengobatan, sebagaimana telah diuraikan dalam kerangka model determinan.6 Faktor-faktor sosio-demografis lain seperti
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
agama, status kependudukan dan kepemilikan asuransi atau kepemilikan tabungan kesehatan diharapkan juga ikut berperan dalam proses perilaku mencari pengobatan karena agama dan status kependudukan merupakan bagian dari aspek budaya sementara kepemilikan asuransi atau tabungan kesehatan merupakan bagian dari aspek ekonomi seseorang yang dapat mencerminkan kondisi pekerjaan dan penghasilannya. Hal yang ingin dicari adalah bagaimana variabel sosio-demografis berperan dalam menghasilkan output pilihan pengobatan alternatif.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografis dan tabungan kesehatan dengan riwayat pengobatan alternatif. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas yang berjudul Care seeking behavior and primary health service contributing to the prevalence of pulmonary tuberculosis in Jakarta, Ind. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2011 di Kelurahan Bidaracina, Jakarta Timur dan data yang didapat merupakan data primer dari wawancara subjek menggunakan kuisioner yang telah divalidasi (α = 0,777). Populasi target adalah ibu rumah tangga di Kecamatan Jatinegara, sementara populasi terjangkau adalah ibu rumah tangga di Kelurahan Bidaracina yang ada pada saat pengambilan data. Target sampel penelitian berjumlah 416 responden yang diacak menggunakan metode polygonal random sampling dengan bantuan perangkat lunak Google Earth dan ArcView untuk menentukan koordinat pengambilan data. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah riwayat pengobatan alternatif dengan variabel bebas berupa usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status kependudukan, kepemilikan asuransi kesehatan, dan kepemilikan tabungan kesehatan. Analisis yang dilakukan antara lain analisis deskriptif dan analitik dibantu dengan perangkat lunak SPSS Statistics 11.5. Analisis analitik menggunakan uji hipotesis chi-square pada data kategorik dua kelompok tidak berpasangan dan uji mann-whitney pada data numerik-kategorik dua kelompok dengan distribusi tidak normal dan tidak berpasangan.
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Hasil Penelitian Survei ini dilakukan kepada 416 responden di Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur. Dari jumlah tersebut, 378 responden masuk ke dalam kriteria inklusi. Tabel 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status kependudukan, kepemilikan asuransi kesehatan, dan kepemilikan tabungan. Variabel Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu Lainnya Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Penghasilan Penghasilan responden per bulan Tidak berpenghasilan Berpenghasilan di bawah UMR Berpenghasilan di atas UMR Penghasilan keluarga per bulan Tidak berpenghasilan Berpenghasilan di bawah UMR Berpenghasilan di atas UMR Status kependudukan Warga Jakarta Warga non-Jakarta Kepemilikan asuransi kesehatan Memiliki asuransi kesehatan
Frekuensi
Persentase
344 17 14 0 2 0 1
91,0% 4,5% 3,7% 0,0% 0,5% 0,0% 0,3%
148 172 58
39,2% 45,5% 15,3%
176 202
46,6% 53,4%
207 75 96
54,8% 19,8% 25,4%
0 121 257
0,0% 32,0% 68,0%
358 20
94,7% 5,3%
133
35,2%
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Tidak memiliki asuransi kesehatan Kepemilikan tabungan kesehatan Memiliki tabungan kesehatan Tidak memiliki tabungan kesehatan
245
64,8%
50 328
13,2% 86,8%
Usia responden pada penelitian ini memiliki nilai tengah 41 tahun dengan responden termuda berusia 18 tahun dan responden paling tua dengan usia 70 tahun. Sebagian besar responden (91%) menganut agama Islam. Tingkat pendidikan responden umumnya rendah (39,2%) atau sedang (45,5%) dan sedikit responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (15,3%). Responden yang memiliki pekerjaan berjumlah 176 orang atau sekitar hampir setengah dari total responden (46,6%) dan lebih dari separuh jumlah responden tidak memiliki penghasilan (54,8%). Jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga diatas UMR adalah 257 responden (68%). Sebagian besar responden merupakan warga Jakarta (94,7%). Sebanyak 245 responden (64,8%) tidak memiliki asuransi kesehatan dan sebagian besar responden (86,8%) tidak memiliki tabungan kesehatan. Sebanyak 102 responden (27%) mengaku pernah menggunakan pengobatan alternatif. Tabel 3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan riwayat pengobatan alternatif Variabel
Frekuensi
Persentase
Pernah ke pengobatan alternatif
102
27.0%
Tidak pernah ke pengobatan alternatif
276
73.0%
Pada uji kemaknaan, didapat bahwa tidak ada perbedaan proporsi riwayat pengobatan alternatif antar kelompok agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan responden, penghasilan keluarga responden, status kependudukan, kepemilikan asuransi kesehatan dan kepemilikan tabungan kesehatan. Tabel 4. Hubungan antara agama, pendidikan, pekerjaan, status kependudukan, penghasilan responden, penghasilan keluarga responden, kepemilikan asuransi kesehatan dan kepemilikan tabungan kesehatan dengan riwayat pengobatan alternatif
Variabel
Agama Islam Lainnya
Riwayat ke pengobatan alternatif Ya Tidak n % N %
Uji kemaknaan*
p = 0,378 95 7
27,6 20,6
249 27
72,4 79,4
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Penghasilan Penghasilan responden per bulan Tidak berpenghasilan
p = 0,178 41 51 10
27,7 29,7 17,2
107 121 48
72,3 70,3 82,8 p = 0,563
45 57
25,6 28,2
131 145
74,4 71,8 p = 0,507
59
28,5
148
71,5
Berpenghasilan di bawah UMR Berpenghasilan di atas UMR Penghasilan keluarga per bulan
27 16
27,8 21,6
70 58
72,2 78,4
Berpenghasilan di bawah UMR
51
p = 0.452
Berpenghasilan di atas UMR 51 Status kependudukan Warga Jakarta 97 Warga non-Jakarta 5 Kepemilikan asuransi kesehatan Memiliki asuransi kesehatan 30 Tidak memiliki asuransi kesehatan 72 Kepemilikan tabungan kesehatan Memiliki tabungan kesehatan 10 Tidak memiliki tabungan kesehatan 92 *Uji kemaknaan menggunakan uji Chi-square
28,8
126
71,2
25,4
150
74,6 p = 0,837
27,1 25
261 15
72,9 75 p = 0,153
22,6 29,4
103 173
77,4 70,6 p = 0,232
20 28
40 236
80 72
Uji kemaknaan menggambarkan terdapat perbedaan nilai tengah usia antara responden dengan riwayat pengobatan alternatif dan yang tidak, dimana usia responden yang memiliki riwayat pengobatan alternatif lebih tua (44,5 tahun) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat pengobatan alternatif (41 tahun). Tabel 5. Hubungan antara usia dengan riwayat pengobatan alternatif Riwayat ke pengobatan alternatif Variabel Usia
Ya
Tidak
median (min-maks)
median (min-maks)
44,5 (22-70)
41 (18-70)
*Uji kemaknaan menggunakan uji Mann-whitney
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Uji kemaknaan* p = 0,024
Pembahasan Hubungan Usia dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 5 diatas, disimpulkan bahwa usia seseorang memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Ditemukan bahwa lebih banyak orang dengan kelompok usia yang lebih tua yang pergi ke pengobatan alternatif. Pada model perilaku pencarian kesehatan, faktor usia memiliki pengaruh terhadap preferensi seseorang dalam memilih jenis pengobatan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis penyakit yang diderita oleh orang usia muda dan usia tua, pengalaman yang dimiliki dan keadaan psikologis yang berbeda.6 Walaupun secara statistik perbedaan usia antara kelompok pernah ke pengobatan alternatif dan kelompok tidak pernah ke pengobatan alternatif berbeda bermakna, secara klinis perbedaan usia ini tidak cukup berbeda karena masih dalam rentang dekade yang sama. Penelitian mengenai perilaku pencarian kesehatan di Nairobi dan Beijing menggolongkan kelompok usia responden ke dalam kelompok usia dengan rentang usia per 10 tahun, sehingga perbedaan usia yang diteliti minimal berjarak 10 tahun.8,9 WHO hanya mengklasifikasikan kelompok usia tua (eldery person) pada usia diatas 60 tahun atau diatas 55 tahun pada populasi Afrika.10 Survei yang dilakukan di Amerika Serikat kepada 43 responden menunjukkan bahwa 58% responden pernah pergi ke pengobatan alternatif dalam waktu sampai 12 bulan sebelum survei dilaksanakan. Kelompok usia 40-49 tahun merupakan kelompok yang paling banyak menggunakan pengobatan alternatif untuk mengobati penyakitnya. Kelompok usia 50-59 tahun dan 20-29 tahun memiliki prevalensi pergi ke pengobatan alternatif yang imbang sementara kelompok usia diatas 60 tahun merupakan kelompok yang paling sedikit pergi ke pengobatan alternatif. Pada penelitian ini pula ditemukan bahwa pasien yang datang ke pengobatan alternatif mengeluhkan gejala nyeri punggung (16,8%) diikuti dengan nyeri leher (6,6%) dan nyeri sendi (4,9%). Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa kelompok usia 1834 tahun merupakan kelompok yang paling sering pergi ke pengobatan alternatif dengan
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
presentase 48%, diikuti dengan kelompok usia 35-64 tahun dengan presentase 45%. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa mayoritas pengguna pengobatan alternatif memiliki status kesehatan yang buruk dan datang dengan gejala-gejala kronis seperti nyeri punggung bawah, alergi dan kelelahan.11 Hubungan Agama dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa agama seseorang tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Walaupun tidak ada data yang menunjukkan hubungan antara agama tertentu dan kecenderungan untuk pergi ke pengobatan alternatif, penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa 79% responden percaya bahwa keyakinan spiritual dapat membantu pasien sembuh dari penyakitnya. Pada penelitian tersebut juga ditemukan adanya peran agama dan tingkat religi seseorang yang mendorong perkembangan popularitas pengobatan alternatif di Amerika Serikat.12 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Namun, pada penelitian yang dilakukan di Australia, responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (telah menjalani post-secondary education) memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk pergi ke pengobatan alternatif. Disimpulkan di penelitian tersebut bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatif (p<0,001).11 Hubungan Status Pekerjaan dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa status pekerjaan seseorang tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Penelitian yang sama yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Pada penelitian tersebut ditemukan presentase orang yang memiliki pekerjaan yang pergi ke pengobatan alternatif berimbang dengan presentase orang yang tidak memiliki pekerjaan (p>0,05).11 Hubungan Penghasilan dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa penghasilan seseorang tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan keluarga yang tinggi (lebih dari A$
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
40.000 per tahun) memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk pergi ke pengobatan alternatif dibandingkan dengan kelompok dengan penghasilan yang lebih rendah.11 Studi yang dilakukan di Bangladesh menyebutkan bahwa faktor sosio-ekonomi seseorang lebih berperan dalam menentukan perilaku mencari pengobatan dibandingkan dengan faktor sosio-demografik seperti usia dan jenis kelamin. Pada penelitian ini, kelompok dengan penghasilan yang tinggi cenderung lebih memilih untuk menggunakan pengobatan modern sementara pengobatan tradisional lebih dilakukan oleh kelompok berpenghasilan rendah.13 Hubungan Status Kependudukan dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa status kependudukan seseorang tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa penduduk yang lahir di Australia memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk pergi ke pengobatan alternatif dibandingkan dengan penduduk yang tidak lahir di Australia.11 Hubungan Kepemilikan Asuransi dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa kepemilikan asuransi tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa responden yang memiliki asuransi kesehatan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk pergi ke pengobatan alternatif dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki asuransi kesehatan.11 Hubungan Kepemilikan Tabungan Kesehatan dengan Riwayat Pengobatan Alternatif Pada tabel 4 diatas, disimpulkan bahwa kepemilikan tabungan kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap riwayat pengobatan alternatifnya. Tabungan kesehatan dan penghasilan dideskripsikan di dalam determinants model pada model pencarian kesehatan sebagai faktor sosioekonomi yang berpengaruh terhadap pilihan seseorang untuk mencari jenis pengobatan yang ia kehendaki. Penulis tidak menemukan penelitian yang mengukur hubungan antara kepemilikan tabungan kesehatan dengan kecenderungan untuk pergi ke pengobatan alternatif, namun variabel kepemilikan tabungan kesehatan mungkin saja dapat mempengaruhi preferensi seseorang untuk memilih jenis pengobatan karena variabel ini merupakan komponen dari faktor sosioekonomi seseorang.6
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
Kesimpulan Dari hasil penelitian, didapat bahwa mayoritas ibu rumah tangga di Bidara Cina beragama Islam (91%), tingkat pendidikan sedang. penghasilan dibawah UMR jumlah penghasilan keluarga diatas UMR. warga Jakarta dan memiliki KTP Jakarta. tidak memiliki asuransi kesehatan (64,8%) dan tidak memiliki tabungan kesehatan (86,8%). Sejumlah 27% responden mengaku pernah pergi atau menggunakan pengobatan alternatif. Terdapat perbedaan nilai tengah usia antara kelompok yang pernah menggunakan pengobatan alternatif (44,5 tahun) dengan kelompok yang tidak pernah menggunakan pengobatan alternatif (41 tahun). Perbedaan nilai tengah usia tidak terpaut jauh (3,5 tahun) sehingga tidak banyak perbedaan yang dimiliki oleh kedua kelompok usia tersebut secara klinis. Faktor sosio-demografis lain seperti agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status kependudukan, kepemilikan asuransi kesehatan dan kepemilikan tabungan kesehatan ditemukan tidak memiliki hubungan bermakna dengan riwayat pengobatan alternatif.
Saran Penelitian mengenai pengobatan tradisional akhir-akhir ini cukup sering dilakukan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Eropa, China dan Jepang. Umumnya penelitian seperti ini mendeskripsikan macam-macam jenis pengobatan alternatif yang dipilih oleh masyarakat, alasan menggunakan pengobatan alternatif, pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan alternatif dan penyakit yang dikonsultasikan oleh pengguna pengobatan alternatif. Variabel-variabel ini dapat digunakan untuk menganalisis pola penggunaan pengobatan alternatif di masyarakat sehingga dapat membantu pemerintah untuk membuat kebijakan yang tepat mengenai penggunaan pengobatan alternatif di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan mencari hubungan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi pilihan pengobatan seseorang seperti faktor ekonomi, faktor geografik, faktor sosial-psikologikal, faktor sosio-kultural dan faktor organisasional.
Daftar Referensi 1. Olenja, J. 2003. Health Seeking Behaviour in Context. East African Medical Journal, 612. 2. Ward H, Mertens TE, Thomas C. 1997. Health seeking behaviour and the control of sexually transmitted disease. Health Policy and Planning: 12 (1); 19-28.
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013
3. Noorkasiani, Heryati, Ismail R. Sosiologi Keperawatan. 2009. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: EGC. 4. Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/Alternative Medicine: A Worldwide Review. World Health Organization. 2001 [cited 2011 Dec 11]; 134-5. Available from: http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/h2943e/h2943e.pdf. 5. Hausmann-Muela, S. Ribera, JM. Nyamongo I. 2003. Health-seeking behaviour and the health system response. DCPP Working Paper: 14; 14-5. 6. Mackian, S. Bedri, N. Lovel H. 2004. Up the garden path and over the edge: where might health-seeking behaviour take us? Health Policy and Planning: 19(3); 137-46. 7. What is Complementary and Alternative Medicine? [homepage on internet]. National Center for Complementary and Alternative Medicine. 2004 [cited 2011 Dec 12]. Available from: http://nccam.nih.gov/health/whatiscam/. 8. Waweru L, Kabiru E, Mbithi J, et al. Health Status And Health Seeking Behaviour Of The Elderly Persons In Dagoretti Division, Nairobi. East African Medical Journal Vol. 80 No. 2 February 2003. P63-67 9. Peng Y, Chang W, Zhou H, et al. Factors Associated With Health-Seeking Behavior Among Migrant Workers In Beijing, China. BMC Health Services Research 2010, 10:69. 10. Definition of an older or elderly person [homepage on internet]. 2013. [cited 2013 Jun 22]. Available from: http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ 11. Zhang, A. Complementary and alternative medicine use in Australia : a national population-based study [thesis]. School of Health Sciences, RMIT University. 2006. 12. Sloan, RP. Bagiella, E. Powell T. Religion, spirituality, and medicine. The lancet. Vol 353. February 20, 1999. p. 664-7 13. Ahmed S, Tomson G, Petzold M, et al. Socioeconomic status overrides age and gender in determining health-seeking behaviour in rural Bangladesh. Bulletin of the World Health Organization 2005;83:109-117
Riwayat pengobatan…, Faisal Muda, FK UI, 2013