FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL UNTUK MELAKUKAN SCREENING HIV/AIDS MELALUI PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION (PMTCT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA Tyan Ferdiana Hikmah1), Dwi Novitasari2), Umi Aniroh3) 1
) Program D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo 2,3) PSIK STIKES Ngudi Waluyo Email :
[email protected] [email protected] ABSTRAK
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang terus mengalami peningkatan terutama pada perempuan dalam masa kehamilan. Risiko penularan HIV/AIDS pada ibu yang tidak mendapatkan penanganan saat hamil diperkirakan terjadi sekitar 15-45%. Pemerintah telah melakukan upaya untuk mencegah transmisi vertikal dengan melakukan Program PMTCT dimana salah satu komponennya adalah melakukan screening HIV/AIDS pada ibu hamil. Namun pelayanan PMTCT di wilayah Kretek masih terhitung 54 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional . Besar sampel adalah 50 orang. Analisa data secara univariat, bivariat dengan Chi-Square dan multivariate dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden 27 orang (54%) sudah melakukan screening HIV/AIDS. Faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS adalah pekerjaan nilai p = 0,003 (OR= 9,278;95%CI=2,098-41,041), keterjangkauan tempat nilai p = 0,042 (OR=5,061;95%CI=1,063-24,103) dan dukungan suami nilai p = 0,155 (OR =2,788;95%CI=0,67811,462). Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS adalah pekerjaan dengan nilai sig. 0,003 dan Exp (B) sebesar 9,278. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai risiko penularan HIV/AIDS dari ibu hamil ke bayinya dengan melibatkan suami sehingga ibu dan suami akan menyadari pentingnya screening serta dapat membuat alternatif untuk memudahkan ibu hamil dalam mengaksesnya yaitu dengan PMTCT mobile. Kata Kunci : Perilaku Ibu Hamil, Screening HIV/AIDS, Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta
PENDAHULUAN Perawatan antenatal dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan kesejahteraan ibu serta keluarga mereka. Mengingat cepatnya persebaran infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di dunia, semua wanita hamil dapat dianggap berpotensi terinfeksi HIV (Depkes RI, 2008). Infeksi HIV pada wanita periode kehamilan mendapat tantangan besar dan lingkungan dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Menentukan status HIV wanita merupakan langkah pertama dalam menyediakan pengobatan, perawatan dan penyediaan layanan dukungan yang tepat.
126
Ketersediaan layanan screening HIV/AIDS memungkinkan para wanita untuk menjalani uji dan menerima hasil uji HIV mereka pada kunjungan antenatal care pertama (Depkes RI, 2008). Berdasarkan data yang tercatat di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bantul, tercatat 167 orang terdeteksi HIV dan 145 orang menderita AIDS. Kabupaten Bantul terdapat 17 Kecamatan, dimana urutan kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di lima kecamatan, yaitu Kretek, Sanden, Srandakan, Banguntapan, dan Kasihan (dinkes.bantulkab.go.id).
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 126-135
Masyarakat beranggapan bahwa sebagian besar anak yang dilahirkan oleh ibu yang HIV positif akan terinfeksi. Sekitar 60–75% anak tersebut tidak terinfeksi, walaupun tidak ada intervensi apa pun. Rata-rata 30% terinfeksi, dengan 5-10% dalam kandungan, 10-20% sewaktu persalinan dan 10% dari pemberian ASI. Berdasarkan angka tersebut, program Prevention of Mother-to-Child Transmission (PMTCT) merupakan salah satu program yang penting diketahui oleh masyarakat umum bahwa dalam keadaan terburuk yaitu 40% bayi terinfeksi HIV/AIDS (Noviana, 2013). Program pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak meliputi pelayanan pra, persalinan dan pasca persalinan serta layanan kesehatan anak. Layanan upaya screening HIV merupakan upaya membuka akses bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat melakukan upaya untuk mencegah penularan HIV ke bayinya, memperoleh pengobatan Antiretro Virus (ARV) sedini mungkin, dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (Depkes, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012) faktorfaktor yang dapat meyebabkan perilaku, yaitu internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal tersebut merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan pelaku yaitu, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar (lingkungan) yang mempengaruhi misalnya , jarak tempat pelayanan ataupun dukungan keluarga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015 didapatkan 10 responden, kemudian peneliti mengklasifikasikan berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan dan dukungan didapatkan hasil sebagai berikut : Ibu berumur 20-35 tahun berjumlah 7 orang, 2 orang berumur <20 tahun dan 1 orang >35 tahun. Ibu dengan latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) berjumlah 6 orang, tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 2 orang, Sarjana 1 orang dan Diploma 1 orang. Jenis pekerjaan ibu yang
bekerja berjumlah 6 orang dan yang tidak berkerja 4 orang. Ibu yang sebelumnya belum mengetahui tentang screening HIV/AIDS sebanyak 6 orang dan yang sudah mengetahui screening HIV/AIDS sebanyak 4 orang. Ibu yang merasa jarak rumah dekat dengan Puskesmas sehingga berjumlah 3 orang dan merasa jarak rumah jauh dengan Puskesmas 7 orang. Ibu yang sebelumnya mendapatkan dukungan baik dari suami berjumlah 4 orang dan 6 orang tidak mendapatkan dukungan dari untuk melakukan pemeriksaan screening HIV/AIDS. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS melalui program PMTCT di wilayah kerja Puskesmas Kretek. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 dengan sampel sejumlah 50 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan teknik Proporsional Random Sampling dengan pendekatan Cross Sectional. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki suami, tidak mengalami kelainan mental. Kriteria ekslusinya adalah ibu hamil yang menolak untuk menjadi responden. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Umur Ibu Hamil Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Hamil Umur (Thn) Berisiko (< 20 / > 35) Tidak Berisiko (20-35) Jumlah
Frekuensi 4
Persentase (%) 8,0
46
92,0
50
100,0
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melalui Program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta Tyan Ferdiana Hikmah, Dwi Novitasari, Umi Aniroh
127
Berdasarkan tabel.1, dapat diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian memiliki umur dalam kategori tidak berisiko (20-35 tahun), yaitu sejumlah 46 orang (92,0%). Ibu hamil yang berusia normal atau tidak berisiko yaitu 20-35 tahun cenderung untuk melakukan screening HIV/AIDS, karena mereka sudah paham akan manfaat dan dampak apabila tidak melakukan screening HIV/AIDS, sehingga pada usia tersebut biasanya ibu hamil akan mengalami kesiapan dalam kehamilannya sehingga melakukan screening HIV/AIDS (Manuaba, 2007). 2. Pendidikan Ibu Hamil Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil Pendidikan
Frekuensi
Persentase(%)
Dasar (SD/SMP) Tinggi (SMA/PT)
12
24,0
38
76,0
Jumlah
50
100,0
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian besar ibu memiliki pendidikan tinggi (SMA/Perguruan Tinggi), yaitu sejumlah 38 orang (76,0%) dan pendidikan berpendidikan dasar (SD dan SMP) sejumlah 12 orang (24%). Ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah kadang tidak mendapatkan cukup informasi mengenai screening HIV/AIDS yang dapat diakses melalui media informasi. Masyarakat yang umumnya berpendidikan tinggi akan lebih sejahtera, sebab mereka lebih tahu bagaimana cara mencari jalan keluar dari masalah-masalah seputar kehidupan dengan lebih baik daripada orang orang yang berpendidikan dasar serta dapat mengembangkan sesuatu yang lebih optimal hasilnya (Laily, 2009).
128
3. Pekerjaan Ibu Hamil Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil Pekerjaan
Frekuensi
Bekerja Tidak Bekerja
22
Persentase (%) 44,0
28
56,0
Jumlah
50
100,0
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian besar merupakan ibu yang tidak bekerja, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%). Hal ini dikarenakan ibu hamil dengan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga memiliki aktivitas yang lebih bersifat fleksibel, dan cenderung akan mengikuti segala sesuatu yang menunjang untuk kesehatan ibu sendiri maupun janinnya, selain itu, ibu hamil tidak hanya mencari sumber penghasilan semata untuk dapat melakukan segala kebutuhannya dalam pemenuhan dimasa kehamilan ini, tetapi juga dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih sehingga akan terbentuk perilaku ibu untuk melakukan screening HIV/AIDS. 4. Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Screening HIV/AIDS Pengetahuan Kurang Baik Jumlah
Frekuensi 10 40 50
Persentase (%) 20,0 80,0 100,0
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang screening HIV/AIDS, sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah 40 orang (80,0). Responden dengan kategori tingkat pengetahuan kurang yaitu 10 orang (20%). Hal ini karena dengan adanya faktor tingkat pendidikan responden yang sebagian masih tergolong dasar, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tersebut mengenai screening HIV/AIDS.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 126-135
Selain itu, daya tangkap responden yang berbeda-beda ketika diberikan pendidikan kesehatan maupun mendapatkan informasi baik dari petugas kesehatan atau pun dari berbagai media yang menunjang mengenai screening HIV/AIDS. 5. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Kesehatan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keterjangkauan Tempat Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Keterjangkauan Jauh Dekat Jumlah
Frekuensi 30 20 50
Persentase (%) 60,0 40,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil merasa tempat melakukan screening HIV/AIDS jauh dari rumahnya, yaitu sejumlah 30 orang (60,0). Kemampuan ibu dalam menjangkau fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan jauh dan dekatnya jarak ketempat fasilitas kesehatan akan memberikan kemudahan menjangkau ke sarana pelayanan kesehatan sehingga menghemat waktu ibu untuk menjangkaunya yaitu dengan menggunakan berbagai alat transportasi darat seperti angkutan umum dan sepeda motor, sebagian ibu menganggap biaya akan memberatkan untuk menempuh jarak ke sampai ketempat fasilitas kesehatan. Namun, ada yang merasa mudah untuk menjangkau tempat fasilitas kesehatan yaitu kemudahan untuk mendapatkan transportasi, jalan yang mudah dilalui dan merasa biaya yang terjangkau untuk menjangkau ketempat fasilitas kesehatan. 6. Dukungan Suami Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami Dukungan Suami Kurang Baik Jumlah
Frekuensi 21 29 50
Persentase (%) 42,0 58,0 100,0
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dukungan suami untuk melakukan screening HIV/AIDS pada ibu hamil sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah 29 orang (58,0%). Dukungan suami yang baik akan menyebabkan kenyamanan ANC pada ibu hamil dengan demikian ibu akan merasakan tenang, aman, nyaman dan kehamilan pun akan berlangsung sehat, sehingga harapan bahwa ibu dan bayi sehat akan tercapai. Ibu hamil yang melakukan screening HIV/AIDS dengan cakupan atau kesadaran yang tinggi terjadi di negara maju seperti Amerika. Penelitian yang dilakukan di Florida, Connecticut, dan New York City oleh Louis (2010), menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah melakukan screening HIV/AIDS, menyebutkan bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan terhadap hasil screening yang positif mempengaruhi ibu untuk melakukan screening HIV/AIDS. 7. Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Ibu Hamil Perilaku Melakukan Screening HIV/AIDS Belum Pernah Pernah Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
23 27 50
46,0 54,0 100,0
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa ibu hamil lebih banyak yang sudah melakukan screening HIV/AIDS, yaitu sejumlah 27 orang (54,0%). Responden yang belum melakukan screening HIV/AIDS, yaitu sejumlah 23 orang (46,0%). Hal ini karena ibu hamil perilaku ibu hamil belum melakukan screening HIV/AIDS disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya faktor dukungan suami, keterjangkauan tempat dan pekerjaan. Sehingga dengan adanya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melalui Program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta Tyan Ferdiana Hikmah, Dwi Novitasari, Umi Aniroh
129
Analisis Bivariat Analisis bivariate untuk mencari hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, engetahuan, keterjangkauan tempat, dan suami dengan Analisisdukungan Bivariat perilaku ibuAnalisis hamil bivariate untuk untuk melakukan mencari hubungan antara umur, screening HIV/AIDS menggunakanpendidikan, uji Chi pekerjaan, engetahuan, keterjangkauan Square, dimana hasilnya disajikan berikut tempat, dan dukungan suami dengan ini. perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS menggunakan uji Chi
Square, dimanaUmur hasilnya Ibu disajikan berikut 1. Hubungan antara dengan Perilaku ini.Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS 1. Hubungan antara Umur Ibu dengan Ibu Hamil untuk Melakukan Tabel 8. Perilaku Hubungan antara Umur Ibu Screening HIV/AIDS dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Tabel 8. Hubungan antara Umur Ibu Melakukan Screening HIV/AIDS dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Umur (Thn)
Berisiko (< 20 th / 35 th) Tidak Berisiko (20-35 th) Jumlah
Melakukan Screening HIV/AIDS
Perilaku Melakukan Total p- value O Screening HIV/AIDS Umur Perilaku Melakukan Total p- value RO (Thn) Screening R Belum PernahHIV/AIDS Belum Pernah Pernah Pernah f % %f f f f % % f% % 50,0 4 100 1,000 1,000 11 2Berisiko50,0 2 2 50,0 50,02 4 100 (< 20 th / ,, 35 th) 1 19 Tidak 21 45,7 25 54,3 46 100 21Berisiko45,7 25 54,3 46 100 90 (20-35 th) 0 Jumlah
23
23
46,0
46,0
27
27
54,0
54,0
50
50
100
100
1,000
1,000
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa ibu yang sudah pernah melakukan Berdasarkan 8, dapat diketahui screening tabel HIV/AIDS lebih sedikit pada bahwa ibukategori yang umur sudah pernah berisiko (< 20melakukan tahun atau 35 yaitu 2 orang yaitupada lebih screening tahun) HIV/AIDS lebih (50%) sedikit sedikit dibandingkan ibu yang tidak kategori umur berisiko (< 20 tahun atau 35 berisiko (20-35 tahun) 25 orang (54,3%). tahun) yaitu Berdasarkan 2 orang (50%) uji Fisheryaitu Exact lebih didapat p-value sebesar 1,000. karena p-value sedikit dibandingkan ibuOlehyang tidak = 1,000tahun) > α (0,05), berisiko (20-35 25 maka orangdisimpulkan (54,3%).tidak ada hubungan yang signifikan antara umur Berdasarkan uji perilaku Fisher Exact didapat ibu dengan ibu hamil untuk p-value sebesar 1,000. Oleh karena p-value melakukan screening HIV/AIDS. Hal inimaka dikarenakan adanya tidak faktor = 1,000 > α (0,05), disimpulkan pendukung seperti antara pengetahuan ibu ada hubungan yanglainnya signifikan umur yang belum mengerti akan pentingnya ibu dengan perilaku ibu hamil untuk screening HIV/AIDS, selain itu ibu melakukanmemiliki screening HIV/AIDS. aktivitas dan kegiatan seperti rumah tangga dan faktor mencari Hal mengurus ini dikarenakan adanya untuk menghidupi pendukungtambah lainnyanafkah seperti pengetahuan ibu keluarganya, ibu hamil yang melakukan yang belum mengerti akan pentingnya screening HIV/AIDS dengan umur berisiko screening (< HIV/AIDS, selain ibu 20 tahun serta >35 tahun) itu disebabkan pengalaman yang dimiliki ibu saat hamil memiliki aktivitas dan kegiatan seperti bermaksud untuk mengurus sebelumnya rumah sehingga tangga ibudan mencari teratur untuk mengikuti pemeriksaan pada
tambah nafkah untuk menghidupi keluarganya, ibu hamil yang melakukan screening HIV/AIDS dengan umur berisiko (< 20 tahun serta >35 tahun) disebabkan pengalaman yang dimiliki ibu saat hamil sebelumnya sehingga ibu bermaksud untuk teratur untuk mengikuti pemeriksaan pada
130
kehamilannya, termasuk screening HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2012) salah satu cara memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh kehamilannya, termasuk screening sebab itu pengalaman pribadi pun dapat HIV/AIDS. Hal ini sebagai sesuai dengan digunakan upaya teori memperoleh Notoadmodjo (2012) salah satu cara pengetahuan. Pengetahuan tersebut memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh diperoleh dari pengalaman langsung sebab itu pengalaman pribadi pun dapat maupun pengalaman lain. digunakan sebagai upayaorang memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut Responden yang memiliki umur tidak diperoleh dari pengalaman langsung berisiko dan belum melakukan screening maupun pengalaman orang lain. sebanyak 21yang orang (45,7%), karena faktor Responden memiliki umur tidak berisiko dan belum ibu melakukan screening screening pengetahuan mengenai sebanyak 21 orang (45,7%), karena faktor diketahui HIV/AIDS belum sepenuhnya pengetahuan ibu mengenai screening serta adanya pekerjaan yang dimiliki HIV/AIDS belumfaktor sepenuhnya diketahui oleh ibu hamil sehingga ibu tidak dapat serta adanya faktor pekerjaan yang dimiliki oleh ibu hamilscreening sehingga ibu tidak dapat mengikuti HIV/AIDS karena jam mengikuti screening HIV/AIDS karena sama jam dengan kerja yang dimiliki ibu hamil kerja yang dimiliki ibu hamil sama dengan Puskesmas. Puskesmas. Responden umur Responden yang yang memilikimemiliki umur berisiko dandan sudahsudah melakukan screening screening berisiko melakukan sebanyak 2 orang (50%).(50%). Hasil penelitian sebanyak 2 orang Hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu hamil yang ini diketahui bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya karena hamil ia memeriksakan kehamilannya karena ia belum sadar akan pentingnya screening HIV/AIDS. belum sadar akan pentingnya screening Menurut Ruswana (2006), usia HIV/AIDS. seseorang untuk hamil sebaliknya tidak Ruswana usia terlalu Menurut muda dan tidak terlalu tua. (2006), Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari seseorang untuk hamil sebaliknya tidak 35 tahunmuda harusdan siaptidak bagiterlalu seorangtua. Umur terlalu perempuan untuk hamil baik fisik, emosi, yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari psikologis, social serta ekonomi. 35 tahun Responden yang harus memilikisiap umur bagi tidak seorang berisiko dan sudah melakukan screening perempuan untuk hamil baik fisik, emosi, sebanyak 25 orangsocial (54,3%), karena psikologis, serta ibu ekonomi. hamil yang berada pada umur reproduksi Responden yang memiliki umur tidak sehat, dimana umur tersebut mempengaruhi berisiko dan sudah melakukan pola berfikir ibu sehingga ibu mengetahui screening akan pentingnya pemeriksaan sebanyak 25 melakukan orang (54,3%), karena ibu kehamilan termasuk screening HIV/AIDS. hamil yang berada pada umur reproduksi Sesuai dengan teori Efendi (2009) sehat, dimana tersebut mempengaruhi menyatakan bahwaumur dengan bertambahnya pola seseorang berfikir maka ibu sehingga mengetahui umur kematanganibu dalam berfikir semakin baikmelakukan sehingga pemeriksaan ibu akan pentingnya memiliki perilaku yang baik dengan kehamilan termasuk screening HIV/AIDS. melakukan pemeriksaan kehamilan Sesuai dengan teori Efendi (2009) termasuk screening HIV/AIDS guna menyatakan dengan bertambahnya mengetahui statusbahwa HIV/AIDS nya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga ibu memiliki perilaku yang baik dengan melakukan pemeriksaan kehamilan termasuk screening HIV/AIDS guna mengetahui status HIV/AIDS nya
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 126-135
2. Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan 2. Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Screening HIV/AIDS Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Tabel Screening 9. Hubungan antara Pendidikan HIV/AIDS Tabel 9.Perilaku Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Ibu Hamil untuk Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melakukan Screening HIV/AIDS
PerilakuPerilaku Melakukan Melakukan 2. HIV/AIDS Hubungan antara Pendidikan dengan Screening Total Screening HIV/AIDS Total p-p-Ibu OR PendidikanPendidikan OR Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Belum Belum PernahPernah value value Screening % F HIV/AIDS %f f % % f %f F % Tabel 79. Hubungan antara0,989 Pendidikan Dasar5 41,75 41,7 12 0.794 Dasar 7 dengan 58,3 58,3 12 100100 0,989 0.794 Ibu Perilaku Ibu Hamil untuk (SD/SMP) (SD/SMP)Tinggi Melakukan Screening HIV/AIDS 18 47,4 20 52,6 38 100 Tinggi (SMA/PT) 18 47,4 20 52,6 38 100 Perilaku Melakukan (SMA/PT)Jumlah 27 46,0 23 54,0 50 100 0,989 Screening HIV/AIDS Total pJumlah 27 Pendidikan 46,0 23 Belum 54,0 Pernah 50 100 0,989value OR Berdasarkan f % F tabel % 9, fdapat % diketahui bahwa ibu dengan pendidikan dasar Dasar 5 41,7 7 58,3 12 100 0,989 0.794 Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui (SD/SMP) (SD/SMP) lebih sedikit yang belum pernah bahwa ibu 18 dengan pendidikan dasar Tinggi 47,4screening 20 52,6 38 100 melakukan HIV/AIDS yaitu (SMA/PT) lebih sedikit yang belum pernah (SD/SMP) sejumlah 5 orang (41,7%), dibanding Jumlah 27 46,0 23 54,0 50 100 0,989
denganscreening ibu yang HIV/AIDS memiliki pendidikan melakukan yaitu tinggi5 (SMA/PT) yang belum pernah sejumlah orang (41,7%), dibanding Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui yaitu ibu memiliki denganHIV/AIDS pendidikan dasar dengan melakukan ibubahwa yangscreening pendidikan sejumlah 18 orang (47,7%). Berdasarkan uji (SD/SMP) lebih sedikit yang belum pernah tinggi Chi (SMA/PT) yang belum pernah Square Continuity Correction didapat melakukan screening HIV/AIDS yaitu melakukan screening HIV/AIDS yaitu p-value sebesar 50,989. Oleh karena p-value sejumlah orang (41,7%), dibanding sejumlah 18dengan orang (47,7%). Berdasarkan uji ibu maka yang disimpulkan memiliki pendidikan 0,989> α (0,05), bahwa (SMA/PT) belum pernah tidak tinggi ada hubungan yangyang signifikan antara Chi Square Continuity Correction didapat melakukan screening HIV/AIDS yaitu ibu dengan perilaku ibu hamil p-valuependidikan sebesar 0,989. Oleh karena p-value 18 orang (47,7%). Berdasarkan uji untuksejumlah melakukan screening HIV/AIDS. 0,989> α (0,05), maka disimpulkan bahwa Chi Square Continuity Correction didapat Tingkat pendidikan untuk melakukan p-valueHIV/AIDS sebesar Oleh karena p-value tidak ada hubungan yang0,989. signifikan screening pada Ibuantara yang 0,989> α (0,05), maka disimpulkan bahwa pendidikan ibu pendidikan dengan perilaku ibuibuhamil memiliki dasar karena tidak tidak ada hubungan yang signifikan antara mengetahui alasan pentingnya untuk untuk melakukan screening HIV/AIDS. pendidikan ibu dengan perilaku ibu hamil melakukan screeningscreening HIV/AIDS (Laily, Tingkat pendidikan untuk melakukan untuk melakukan HIV/AIDS. 2009). Disamping itu mereka Tingkat pendidikan untuk melakukan screening HIV/AIDS pada Ibu memiliki yang tingkatscreening pemahaman yang pada berbeda-beda HIV/AIDS Ibu yang memiliki pendidikan dasar karena ibu tidak ketikamemiliki memperoleh informasi, sehingga pendidikan dasar karena ibu tidak mengetahui pentingnya untuk para mengetahui ibualasan hamil alasan tersebut akan muncul pentingnya untuk melakukan HIV/AIDS (Laily, kesadaran yangscreening berbeda-beda pula melakukan screening HIV/AIDS (Laily, 2009). Disamping itu mereka memiliki pentingnya HIV/AIDS. 2009). mengenai Disamping itu screening mereka memiliki tingkat pemahaman yang pendidikan berbeda-beda Responden yang memiliki tingkat dasar pemahaman yang berbeda-beda ketika memperoleh informasi, sehingga dan sudah melakukan screening para 7 ibu hamil tersebut akan muncul ketika sebanyak memperoleh informasi, sehingga orang (58,3%), karena merasa kesadarantersebut yang berbeda-beda pula para ibu hamil akan muncul puas terhadap pelayanan yang diberikan mengenai pentingnya screening HIV/AIDS. oleh Puskesmas yang telah didapatkan, kesadaran yang berbeda-beda pula Responden yang memiliki pendidikan setiap kali ibu melakukan pemeriksaan ibu mengenai pentingnya HIV/AIDS. dasar dan screening sudah melakukan screening diberikan konseling termasuk karena konseling sebanyak 7 orang (58,3%), merasa Responden yang memiliki pendidikan pentingnya melakukan screening terhadap pelayanan yang diberikan dasar HIV/AIDS. dan puas sudah melakukan screening Konseling oleh oleh Puskesmas yangdilakukan telah didapatkan, sebanyak 7 setiap orang (58,3%), karena merasaibu petugas kesehatan ibupemeriksaan mengetahui kali ibu hingga melakukan diberikan konselingyang termasuk konseling puas terhadap pelayanan diberikan pentingnya screening oleh Puskesmas yang melakukan telah didapatkan, HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh setiap kali ibu melakukan ibu petugas kesehatan pemeriksaan hingga ibu mengetahui diberikan konseling termasuk konseling pentingnya melakukan screening HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh petugas kesehatan hingga ibu mengetahui
tentang pentingnya screening HIV/AIDS. Sehingga, akan muncul kesadaran yang tentang pentingnya screening HIV/AIDS. mengenaiakan begitu dalam yang mengenai Sehingga, muncul kesadaran pentingnya melakukan screening mengenai begitu dalam mengenai pentingnya melakukan HIV/AIDS pada kehamilan.screening HIV/AIDS Ibu pada yangkehamilan. memiliki pendidikan tinggi Ibu yang memiliki pendidikan tinggisebanyak dan belum melakukan screening dan belum melakukan screening sebanyak orang (47,4%), karena kesibukan 1818orang (47,4%), karena faktor faktor kesibukan tentang dimiliki pentingnya screening yang ibuHIV/AIDS. hamil yang dimiliki oleh oleh ibu hamil dengan dengan Sehingga, akan muncul kesadaran yang pendidikan yang tinggi, ibu hamil pendidikan yang tinggi, karenakarena ibu hamil mengenai begitu dalam mengenai dengan berpendidikan tinggi cenderung dengan berpendidikan tinggi cenderung pentingnya melakukan screening akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan, HIV/AIDS pada kehamilan. akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan ibu hamil yang bekerja biasanya Ibu yangibu memiliki pendidikan tinggi biasanya sedangkan hamil yang bekerja akan merasakan kurang pedulisebanyak dengan dan belum melakukan screening akan peduli kehamilannya, karena iakurang terhambat dengan dengan 18 orangmerasakan (47,4%), karena faktor kesibukan kehamilannya, karena ia terhambat yang kerja dimiliki ibu hamil dengan waktu yangoleh dimiliki oleh para ibu dengan pendidikan yang yang tinggi, karena ibu hamil para ibu hamil untuk melakukan screening waktu kerja dimiliki oleh dengan berpendidikan tinggi cenderung HIV/AIDS. hamil untuk mendapatkan melakukan screening akan mudah untuk pekerjaan, Menurut Wawan dan Dewi (2012), HIV/AIDS. sedangkantingkat ibu hamilpendidikan yang bekerjaibu biasanya tingginya hamil akan Menurut merasakan kurang dan Dewi menyebabkan ibuWawan hamilpeduli akan dengan patuh (2012), kehamilannya, karena ia terhambat dengan tingginyapemeriksaan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap yang ada pada waktu kerja yang dimiliki oleh para ibu kehamilan termasuk screening HIV/AIDS. menyebabkan ibu hamil akan patuh hamil untuk melakukan screening Demikian dengan yang ibu yang terhadap pemeriksaan ada pada HIV/AIDS. halnya berpendidikan tinggidan Dewi maka (2012), akan Menurut termasuk Wawan kehamilan screening HIV/AIDS. memeriksakan kehamilannya tertib tingginya tingkat pendidikan secara ibu hamil Demikian halnya dengan ibu yang untuk tetap menjaga keadaan menyebabkan ibu hamil akankesehatan patuh berpendidikan tinggi maka akan dirinya dan janin yang dikandungnya. terhadap pemeriksaan yang ada pada kehamilan termasuk screening HIV/AIDS. memeriksakan kehamilannya secara tertib Demikian halnya dengan ibu yang untuk tetap kesehatan 3. Hubungan antaramenjaga Pekerjaankeadaan Ibu dengan berpendidikan tinggi maka akan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan dirinya dan janin yang dikandungnya. memeriksakan kehamilannya secara tertib Screening HIV/AIDS untuk tetap menjaga keadaan kesehatan Tabel antara Pekerjaan dirinya10. danHubungan janin yang dikandungnya. 3.IbuHubungan antara Ibu Pekerjaan Ibu dengan dengan Perilaku Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan 3. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan
Screening Perilaku IbuHIV/AIDS Hamil untuk Melakukan Perilaku Melakukan Screening Total pOR Screening10. HIV/AIDS Tabel Hubungan antara Pekerjaan HIV/AIDS value Tabel Belum 10. Hubungan antara Pekerjaan Pernah Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk pernah Perilaku Ibu Hamil untuk Ibu dengan Melakukan Screening HIV/AIDS Melakukan Screening HIV/AIDS f % f % F %
Pekerjaan
Bekerja 16 72,7 6 27,3 22 100 0,002 8,000 Pekerjaan 7 Perilaku Screening pOR Tidak 25,0Melakukan 21 75,0 Screening 38 Total 100 Pekerjaan Perilaku Melakukan Total pHIV/AIDS value Bekerja HIV/AIDS value Jumlah 23 Belum 46,0 27 Pernah 54,0 50 100 8,000 pernah Belum
OR
Pernah
pernah f % f F % Berdasarkan tabel 10, %dapat diketahui Bekerja 16 72,7 6 27,3 22 100 0,002 8,000 f 38sedikit % F % bahwa ibu bekerja Tidak 7 f yang 25,0 % 21 75,0lebih 100 yang Bekerja Bekerja 16 72,7 melakukan 6 27,3 screening 22 100 0,002 sudah pernah Jumlah 23 46,0 27 54,0 50 100 8,000
Tidak 7 yaitu 25,0 21 6 75,0 38 100 HIV/AIDS sejumlah orang (27,3%), Bekerja dibanding dengan ibu yang tidak bekerja 10, dapat 54,0 diketahui Jumlah Berdasarkan 23 46,0tabel27 50 100
8,000 8,000
dan sudah pernah melakukan screening bahwa ibu yang bekerja lebih sedikit yang HIV/AIDS sejumlahmelakukan 21 orang (75%). sudah pernah screening
Berdasarkan tabel 10, (27,3%), dapat diketahui HIV/AIDS yaitu sejumlah 6 orang dibanding dengan ibu yang tidak bekerja bahwa ibu yang bekerja lebih sedikit yang dan sudah pernah melakukan screening sudah pernah melakukan screening HIV/AIDS sejumlah 21 orang (75%).
HIV/AIDS yaitu sejumlah 6 orang (27,3%), dibanding dengan ibu yang tidak bekerja dan sudah pernah melakukan screening HIV/AIDS sejumlah 21 orang (75%).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melalui Program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta Tyan Ferdiana Hikmah, Dwi Novitasari, Umi Aniroh
131
Berdasarkan uji Chi Square Continuity Correction didapat p-value sebesar 0,002. Oleh karena p-value = 0,002 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan Berdasarkan uji Chi Square Continuity yang signifikan antara pekerjaansebesar ibu dengan Correction didapatujip-value 0,002. Berdasarkan Chi Square Continuity perilaku Correction ibu hamil untuk Oleh karenadidapat p-valuep-value = 0,002melakukan < α (0,05), sebesar 0,002. maka disimpulkan bahwa ada
melakukan screening HIV/AIDS 8,000 kali lebih besar belum pernah dibandingkan ibu yang tidak bekerja. melakukan screening Ibu HIV/AIDS 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan 4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan
Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS 4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Screening HIV/AIDS Tabel 11. Hubungan antarauntuk Pengetahuan Perilaku Ibu Hamil Melakukan Tabel 11. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Screening HIV/AIDS Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Tabel 11. Hubungan Pengetahuan Melakukan Screening antara HIV/AIDS
Ibu dengan Perilaku Ibu Hamil untuk
Pengeta huan Kurang Baik Jumlah
pengetahuan tentang pentingnya screening HIV/AIDS karena menganggap kehamilan adalah suatu hal yang biasa Semakin baik pengetahuan yang pengetahuan tentang pentingnya screening dimiliki ibumenganggap hamil kehamilan maka akan HIV/AIDS karena pengetahuan tentang pentingnya screening mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan adalah suatu hal yang biasa HIV/AIDS karena menganggap kehamilan Semakin baik yang screening yang adalah suatu HIV/AIDS. hal yangpengetahuan biasa Pengetahuan dimiliki ibu hamil makaHIV/AIDS akanyang akan baik Semakin mengenai screening baik pengetahuan mempengaruhi ibu hamil untuk maka melakukan dimiliki ibu hamil akan untuk mempengaruhi perilaku ibu hamil screening HIV/AIDS. Pengetahuan yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan melakukan screening HIV/AIDS demi baik mengenai screening HIV/AIDS akan screening HIV/AIDS. Pengetahuan yang kesehatan ibu ibu danhamil janin yang mempengaruhi perilaku untuk baik mengenai screening HIV/AIDS akan melakukan screening HIV/AIDS demi dikandungnya. mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk kesehatan ibu dan janin yang memiliki Responden yang melakukan screening HIV/AIDS demi dikandungnya. kesehatan ibu dan janin melakukan yang pengetahuan dan belum Responden baikyang memiliki dikandungnya. dikarenakan ibu sibuk dengan pengetahuan baik dan belum melakukan kegiatan Responden memiliki dikarenakan ibu sibuk yang dengan kegiatan ataupun aktivitas lainnya diantaranya pengetahuan baik lainnya dan belum melakukan ataupun aktivitas diantaranya melakukan kegiatan untuk membantu dikarenakankegiatan ibu sibuk kegiatan melakukan untukdengan membantu ekonomi keluarga serta mengurus rumah ataupunkeluarga aktivitas ekonomi serta lainnya mengurusdiantaranya rumah tangga sehingga tidak menyempatkan melakukan kegiatan untuk membantu tangga sehingga tidak menyempatkan ekonomiuntuk keluarga serta mengurus rumah waktu untukmelakukan melakukan screening waktu screening tangga selama sehingga tidak menyempatkan HIV/AIDS kehamilannya. HIV/AIDS selama kehamilannya.
Screening HIV/AIDS Perilaku Melakukan Perilaku Melakukan Melakukan Screening HIV/AIDS waktu untuk melakukan screening Screening HIV/AIDS Total pPengeta p-value Belum MelakukanTotal OR Perilaku HIV/AIDSantara selama kehamilannya.Tempat 5. Hubungan Keterjangkauan huan Pernah Belum OR 5. dengan Hubungan antara pernah Screening HIV/AIDS valuepPernah Perilaku IbuKeterjangkauan Hamil untuk Tempat Pengeta pernah fBelum% f % f Total % dengan Perilaku Ibu Hamil OR Melakukan Screening HIV/AIDS 5. Hubungan antara Keterjangkauan Tempat untuk value2,029 Kurang 40,0 fhuan % 6pernah f60,0 %4Pernah f 10% 100 0,480 Tabel Hubungan antara Melakukan Screening dengan 12. Perilaku Ibu HIV/AIDS Hamil untuk Baik 23f 57,5 f % 40,0 % 40 f 100 % 6 60,017 442,5 10 100 0,480 2,029 Keterjangkauan Tempat dengan antara Melakukan Screening HIV/AIDS Tabel 12. Hubungan Jumlah 27,0 27 Kurang 6 23 60,0 57,5 4 54,0 40,0 10 100 100 0,480 0,480 2,029 17 42,523 40 50 100 Perilaku Hamil Hubungan untuk Melakukan Tabel Ibu12. Keterjangkauan Tempat antara dengan Baik 17 42,5 23 57,5 40 100 Screening HIV/AIDS Tempat 23 27,0 27 54,0 50 100 0,480 Keterjangkauan dengan Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui Jumlah
23
27,0
27
54,0
50 100 0,480
bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang lebih sedikit sudah pernah Berdasarkan tabel 11, yang dapat diketahui Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui melakukan screening HIV/AIDS yaitu bahwa bahwa ibu yang memiliki pengetahuan ibu yang memiliki pengetahuan sejumlah 4lebih orangsedikit (40%),yang dibanding dengan kurang sudah pernah kurang ibu lebih sedikit yang sudah baik pernah yang memiliki pengetahuan dan melakukan screening HIV/AIDSyaitu yaitu melakukan screening HIV/AIDS sudah pernah melakukan screening sejumlah 4 orang (40%), dibanding dengan sejumlahHIV/AIDS 4 orang sejumlah (40%), 23 dibanding dengan orang (57,5%). ibu yang memiliki pengetahuan baik dan Berdasarkan uji Chi Squarebaik Continuity ibu yangsudah memiliki pengetahuan dan pernah melakukan screening Correction didapat p-value sebesar 0,480. sudah HIV/AIDS pernah sejumlah melakukan screening (57,5%). Oleh karena p-value23= orang 0,480> α (0,05), HIV/AIDS sejumlah 23 orang (57,5%). Berdasarkan uji Chi Square Continuity maka disimpulkan bahwa tidak ada Correction didapat p-value sebesar 0,480. Berdasarkan Chi Square Continuity hubungan uji yang signifikan antara Oleh karenaibu p-value 0,480> 0,480. αdengan (0,05), pengetahuan tentang=HIV/AIDS Correction didapat p-value sebesar maka disimpulkan bahwa tidak ada perilaku ibu hamil untuk melakukan Oleh karena p-value = 0,480> α (0,05), hubungan yang . signifikan antara screening HIV/AIDS maka disimpulkan bahwa tidak bahwa ada pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS dengan Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku ibu untukpengetahuan melakukan responden yanghamil memiliki screening HIV/AIDS . pengetahuan tentang dengan kurangibudan belum HIV/AIDS melakukan screening Hasilhamil penelitian menunjukkan bahwa ibu belum mengerti mengenai perilaku dikarenakan ibu untuk melakukan responden yang memiliki pengetahuan pentingnya screening HIV/AIDS selama screening HIV/AIDS . kehamilannya sehingga ibu screening belum kurang dan belum melakukan Hasil penelitian menunjukkan melaksanakan screening dengan dikarenakan ibu belum HIV/AIDS mengerti bahwa mengenai responden memiliki pengetahuan tanpayang mencari ataupun menambah pentingnya screening HIV/AIDS selama kurang kehamilannya dan belum melakukan screening sehingga ibu belum melaksanakan screening HIV/AIDS dengan dikarenakan ibu belum mengerti mengenai tanpascreening mencari HIV/AIDS ataupun menambah pentingnya selama
kehamilannya sehingga ibu belum melaksanakan screening HIV/AIDS dengan tanpa mencari ataupun menambah
132
Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Perilaku Melakukan Screening HIV/AIDS
Screening HIV/AIDS Total pBelum OR value Pernah Perilaku Melakukan Perilaku Melakukan pernah Screening HIV/AIDS f Screening % f HIV/AIDS % f Total % Total ppBelum 18 Belum 60,0 12 Pernah 40,0 30 100 0,032 4,500OR value value Pernah pernah 5 27,5 15 72,5 20 100 pernah Tempat Jumlah 23 f f54,0%% 27 f 46,0% 50 f100 % 4,500 f0,032 % Jauh 18 60,0 12 f 40,0 %30 100 0,032 4,500 Jauh 60,0tabel 40,0 30 100 0,032 Dekat Berdasarkan 518 27,5 15 1272,5 20 100 4.12, dapat Jumlah 235 54,0 50 100 Dekat 27,527 1546,072,5 20 0,032 100 4,500 Keterjang kauan Tempat Keterjang Keterjang kauan kauan Jauh Tempat Dekat
diketahui bahwa ibu yang merasa dekat dari
OR 4,500
Jumlah 23 54,0 27 46,0 50 100 0,032 4,500 tempat screening lebih sedikit yang belum tabel 4.12, dapat pernah Berdasarkan melakukan screening HIV/AIDS diketahui bahwa ibu yang merasa dekat dari yaitu sejumlah 5 orang (27,5%), dibanding Berdasarkan tabel 4.12, dapat tempatibu screening lebihmerasa sedikit jauh yangdari belum dengan yang yang diketahui bahwa ibu yang merasa dekat dari pernah screening melakukandanscreening tempat belum HIV/AIDS pernah tempat screening lebih sedikit yang belum yaitu sejumlah 5 orang (27,5%), dibanding melakukan screening HIV/AIDS sejumlah dengan yang Berdasarkan yang screening merasaujijauh dari melakukan HIV/AIDS 18pernah orang ibu (60%). Chi tempat screening dan belum pernah Square Continuity Correction didapat pyaitu sejumlah 5 orang (27,5%), dibanding melakukan screening HIV/AIDS sejumlah value sebesar Olehyang karenamerasa p-value =jauh dari dengan ibu0,027. yang 0,027 α (0,05), maka Berdasarkan disimpulkan bahwa 18
0,027 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keterjangkauan tempat dengan perilaku ibu
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 126-135
hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS. Hasil penelitian diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,500, ini artinya bahwa ibu yang merasa jarak keterjangkauannya jauh berisiko 4,500 kali lebih besar belum pernah melakukan screening HIV/AIDS dibandingkan ibu yang merasa jarak keterjangkauannya dekat. Hal ini sesuai dengan penelitian Kassyou (2008) dan Tighe (2010), yang menyatakan transportasi yang sulit atau waktu tempuh yang lama akan mengakibatkan munculnya perasaan malas atau enggan untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan dan melakukan screening HIV/AIDS,hal ini juga diperkuat oleh Oktavinola (2009) yang mengatakan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan yang jauh dan tidak strategis akan sulit dicapai oleh para ibu hamil sehingga menyebabkan kurangnya akses ibu hamil terhadap pemeriksaan screening HIV/AIDS. 6. Hubungan antara Dukungan Suami dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Tabel. 13 Hubungan antara Dukungan Suami dengan Perilaku Ibu Hamil untuk Melakukan Screening HIV/AIDS
yang signifikan antara dukungan suami dengan perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS. Hasil penelitian juga diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,444, ini artinya bahwa ibu dengan dukungan suami kurang berisiko 4,444 kali lebih besar belum pernah melakukan screening HIV/AIDS dibandingkan ibu dengan dukungan suami yang baik. Dukungan suami atau keluarga sesuai dengan teori Green di dalam Priyoto (2014), merupakan salah satu faktor penguat terjadinya perubahan perilaku. Kuncoro (2007) juga menyatakan bahwa dukungan suami bersifat spontan, memiliki kesesuaian dengan normal yang berlaku tentang sesuatu kapan harus diberikan, berasal dari hubungan yang telah berakar lama, memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial dan terbebas dari beban label psikologis. Dukungan suami yang baik akan mempengaruhi ibu hamil untuk rajin melakukan pemeriksaan kehamilannya, termasuk pentingnya untuk melakukan screening HIV/AIDS. Penelitian ini sejalan dengan Suryaningsih (2007), mengatakan bahwa keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami akan mempengaruhi keeratan hubungan antara ayah-anak dan suami istri.
Perilaku Melakukan Dukun Screening HIV/AIDS Analisa Multivariat Total pBelum OR gan Penelitian ini terdapat enam variabel value Pernah pernah Suami yang diduga berpengaruh terhadap perilaku f % f % f % ibu hamil untuk melakukan screening Kurang 14 66,7 7 33,3 21 100 0,027 4,444 HIV/AIDS. Pengeluaran variabel dilakukan Baik 9 31,0 20 69,4 29 100 bertahap yaitu pada variabel yang tidak Jumlah 23 54,0 27 46,0 50 100 0,027 4,444
Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa ibu dengan dukungan suami yang kurang lebih sedikit yang sudah pernah melakukan screening HIV/AIDS yaitu sejumlah 7 orang (33,3%), dibanding dengan ibu dengan dukungan suami baik yang sudah pernah melakukan screening HIV/AIDS yaitu sejumlah 20 orang (69,4%) . Berdasarkan uji Chi Square Continuity Correction didapat p-value sebesar 0,027. Oleh karena p-value = 0,027 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan
memiliki hubungan atau p-value > 0,05 yaitu pada variabel umur, pendidikan dan pengetahuan. Hasil penelitian terlihat bahwa variabel umur, pendidikan dan pengetahuan mempunyai p-value (0,572) sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikutsertakan variabel umur, pendidikan dan pengetahuan. Hasil model tanpa variabel umur, pendidikan dan pengetahuan terlihat pada tabel 14.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melalui Program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta Tyan Ferdiana Hikmah, Dwi Novitasari, Umi Aniroh
133
Tabel 14. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Pekerjaan dan Keterjangkauan Tempat, Dukungan Suami untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Variabel Pekerjaan Keterjangkauan tempat Dukungan suami
p value
OR
0,003
9,278
0,042
5,061
0,155
2,788
95% C,I 2,09841,041 1,06324,103 0,67811,462
Variabel pekerjaan mempunyai pvalue paling kecil dibandingkan variabel keterjangkauan tempat, untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk melakukan screening dilihat dari OR Exp(B) yang terbesar yaitu 9,278 untuk variabel pekerjaan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS, serta ibu yang tidak bekerja memiliki kemungkinan 9,278 kali lebih mungkin untuk melakukan screening HIV/AIDS daripada ibu yang bekerja KESIMPULAN Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan antara pekerjaan, keterjangkauan tempat pelayanan dan dukungan suami dengan perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS dan faktor yang paling signifikan mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk melakukan screening HIV/AIDS adalah faktor pekerjaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kolaborasi antara peran Bidan, Perawat, Dokter serta tenaga kesehatan lainnya untuk ikut memberikan informasi dan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan serta mensukseskan pelaksanaan program Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) dengan cara melibatkan suami, sehingga harapannya upaya ini dapat dijangkau oleh lebih banyak ibu hamil termasuk ibu hamil yang bekerja dengan PMTCT mobile
134
sehingga ibu yang bekerja tetap dapat melakukannya. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Buku Pedoman untuk Petugas Kesehatan dan Petugas Lainnya . Jakarta : Ditjen PPM dan PL Depkes. Dinkes Derah Istimewa Yogyakarta. 2014. Profil Kesehatan : DIY. Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta.Djamarah. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gamelia, dkk. 2013. Determinan Perilaku Perawatan Kehamilan. Universitas Jendral Soedirman. Kassyou, H. 2008. Factors Affecting Antenatal Care Attedance in Maichew Town, Southern Tigray. Thesis. School of Graduate Studies of Addis Ababa University. 12 July 2015. Kuncoro, K. 2006. Dukungan Sosial Keluarga Bagi Ibu Hamil. Bandung: Rajawali Press. Laily. 2009. Pengetahuan dan Sikap dengan Angka Kejadian Infeksi HIV/AIDS. Bandung, FK IKUPB. Skripsi Lamarque, K.J. 2013. “HIV Testing of Pregnant Women in the Fort Dauphin Region of Madagascar” (Tesis). Madagascar : Stellenbosch University. Murphy, K. R. & Davidshofer, C.O. 2008. Psychological testing: Principles and Application. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Murniati. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara, 2007 (Tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 126-135
Noviana, Nana. 2013. Kesehatan Reproduksi HIV-AIDS. Jakarta : Trans Info Media. Oktavinola, Febrina.2009. Kematian ibu dan bayi. Jakarta : Sinar Harapan. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV. 2011. Acquired Immune Deficieny Syndrome (AIDS). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Repubilik Indonesia. Priyoto. 2014. Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Ruswana. 2006.Ibu hamil resiko tinggi. [online] Available at http:medicastoro.com [01 Juni 2015]. Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha Medika :Jakarta. Siagian, Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta: Bumi Aksara. Sinaga, T.R. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan dalam sari-mutiara.ac.id. Diakses tanggal 1 Juni 2015. Suryaningsih. 2007. Antenatal Care. www.usu.ac.id Diakses tanggal 29 Juni 2015.
Thior, I.,Lesago, G., Grimes, J., Shaporo, R., Lockman, S., Kim, S., Kabaabetswe, P., Garmey, E., Montono, M., Peter, T., Chang, S.Y., Marlink, R., Essex, M. 2006. Tjokonegoro, Arjatmo & Hendra. 2005. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. UNAIDS. 2010. Getting to Zero 2011-2015 Strategy Available at :http://www.unaids.org. UNAIDS. 2012. Guidance on Providerinitiated HIV Testing and Counselling in Facilities. Available at : http://www.unaids.org Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. WHO. 2010. PMTCT Strategic Vission 2010-2015. Prevention of Mother to Child Transmission of HIV to Reach The UNGASS and Millenium Development Goals. Winkjosastro. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Worku, G. 2005. “Factors Determining Acceptance of Vouluntary HIV Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force Hospitals in Addis Ababa” (Thesis). Addis Ababa.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Untuk Melakukan Screening HIV/AIDS Melalui Program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta Tyan Ferdiana Hikmah, Dwi Novitasari, Umi Aniroh
135