HUBUNGAN TINGKAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DIBANGSAL ANGGREK RSUD KOTA SALATIGA ABSTRAK Hendri Arifin1, Wahyuningsih Safitri2 , Alfyana Nadya Rachmawati3 1 2 3 1
Hendri Arifin, Mahasiswa Stikes Kusuma Husada Surakarta Staf Dosen Stikes Kusuma Husada Surakarta Staf Dosen Akper Kusuma Husada Surakarta
[email protected]
Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena komunikasi terapeutik akan sangat membantu mengatasi masalah psikologis anak usia prasekolah yang mengalami stres dan kecemasan akibat hospitalisasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dengan anak adalah melihat umur, tumbuh kembang anak dan hal ini masih belum mendapat perhatian sehingga kerja sama antara anak dengan perawat belum mencapai hasil yang maksimal.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah penunggu pasien yaitu orang tua pasien anak di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Analisis data dengan jumlah sampling 51 orang menggunakan uji kendall’s tau. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga dengan p-Value (0,000) dan r: 0,668. Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Perilaku Kooperatif Anak, Hospitalisasi Banyaknya kasus kecemasan dan stres
1. PENDAHULUAN Menurut Mc Cherty dan Kozak di dunia, hampir 4.000.000 mengalami
anak dalam satu tahun
hospitalisasi
(Lumiu,2013).
Berdasar kan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/ tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun (Roberts, 2010). Dan diperkirakan 35 per 100 anak di Indonesia menjalani stres hospitalisasi (Purwandari, 2009).
hospitalisasi pada anak di Indonesia, menurut hasil penelitian Yuli utami (2014), hal ini di karenakan banyak faktor antara lain yaitu lingkungan rumah sakit, berpisah dengan orang
yang
sangat
berarti,
kurangnya
informasi ,hilangnya kebebasan dan kemandirian, pengalaman kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan serta perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit. Hal yang telah dilakukan untuk mengurangi stres akibat hospitalisasi adalah dengan 1
meminimalkan pengaruh perpisahan dengan rooming
in
ketika
meminimalkan
cedera
anak fisik
dan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dirawat,
mengetahui hubungan antara komunikasi
terapi
terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif
bermain,tetap memaksimalkan komunikasi
anak
yang
hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota
dilakukan
komunikasi
oleh
tera
perawat
peutik
terutama
belum
banyak
dilakukan untuk mengurangi efek stres akibat hospitalisasi . Hasil studi pendahuluan bahwa ditemukan 3 dari 10 orang perawat shif jaga di Bangsal Anggrek
RSUD
Kota
Salatiga
belum
melakukan komunikasi terapeutik yang baik kepada anak yang mengalami hospitalisasi terutama
sebelum
melakukan
prosedur
tindakan kepada anak, sebagai contoh perawat tidak berjabat tangan ketika bertemu dengan anak
maupun
keluarga
pasien,
perawat
seringkali tidak membuat kontrak sebelumnya dengan pasien maupun keluarganya dan perawat
tidak
memberikan
dengan
informasi
secara
yang
jujur
sebenarnya
tentang kondisi anak/ informasi tentang kondisi anak ada yang ditutup- tutupi. Berdasarkan
kondisi-kondisi
tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Hubungan tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak
usia
prasekolah
yang
mengalami
hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga ”
2
usia
prasekolah
yang
mengalami
Salatiga. 2. PELAKSANAAN a.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga. Waktu penelitian bulan September
2015
sampai dengan Desember 2015. b.Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak usia 35 tahun yang sedang di rawat di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga yaitu sebanyak 59 orang. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua/ pendamping dengan anak usia prasekolah yang dirawat di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga.
3. METODE PENELITIAN Desain dan Variabel Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan dan meng analisis hubungan antara variabel indepeden ( tingkat komunikasi terapeutik perawat )
dengan
variabel
kooperatif
dependen
anak
(perilaku
prasekolah).
Desain
penelitian menggunakan studi potong lintang
Rumus uji kendall’s tau: τ= ∑A-∑B
N(N-1)
(cross sectional study) yang menekankan 2
waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya sekali, pada saat pengukuran (Nursalam, 2003).
4. HASIL dan PEMBAHASAN A. Analisis Univariat
Pengumpulan Data Instrumen
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 11 item pertanyaan kuesioner tingkat komunikasi perawat dan 12 item pertanyaan kuesioner perilaku kooperatif anak.
Penyusunan
pertanyaan
penelitian
merupakan pengembangan ide dari penulis dengan cara menjabarkan variabel menjadi sub variabel. Tehnik Pengambilan Data Data yang diperoleh dikumpul kan melalui koesioner yang diberikan kepada responden yang diisi oleh responden sendiri yang ketika pengisian kuesioner didampingi oleh peneliti dengan maksud supaya responden tidak bingung
terhadap
isi
dari
pertanyaan
kuesioner.
a.Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga Tahun 2015 ( n=51) No 1. Umur < 25 tahun 25-45 tahun 45 keatas Total 2.Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Total 3.Tingkat Pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus PT Total
f ( frekwensi )
Persentas e (%)
3 47 1 51
5,9 92,1 2 100
15 36 51
29,4 70,6 100
7 17 23 4 51
13,7 33,4 45,1 7,8 100
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa
Analisis Data
mayoritas responden memiliki umur < 25
Data yang diperoleh kemudian dianalisis
tahun sebanyak 3 orang (5,9% ), umur 25- 45
dalam bentuk analisis univariat dan bivariat .
tahun sebanyak 47 orang (92,1%) dan umur
Uji statistik yang digunakan adalah uji
45 keatas sebanyak 1 orang (2%). Ber
Kendall’s Tau
dasarkan jenis kelamin responden, kelamin
3
laki- laki
sebanyak 15
orang (29,4%)
sedangkan kelamin perempuan sebanyak 36 orang (70,6%) sedangkan distribusi responden
berdasarkan
adalah
sebagian
tingkat
besar
pendidikan
responden
Tingkat Perilaku Kooperatif Baik Cukup Kurang Total
f 34 17 51
Persentase (%) 0 66,7 33,3 100
ber
pendidikan lulus SMA sebanyak 23 orang
Berdasarkan Tabel 3.diketahui bahwa
SMP
mayoritas anak memiliki perilaku cukup
sebanyak 17 orang (33,4%), responden yang
kooperatif sebanyak 34 orang (66,7% ) dan
lulus SD dan lulus PT( Perguruan Tinggi)
anak dengan tingkat kooperatif kurang 17
masing-masing 7 orang (13,7%) dan 4 orang (
orang (33,3%).
(45,1%),
res
ponden
yang
lulus
Berdasar Tabel 1. penelitian dari 51
7,8%). b. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga Tahun 2015 ( n=51) Tingkat Komunikasi Terapeutik perawat Baik Cukup Kurang Total
responden berdasarkan umur diperoleh data bahwa paling banyak pada 25-45 tahun atau 92,1%. Pendapat Santrock (2002) diketahui pada masa ini, seorang individu tidak lagi
f
Persentase (%)
1 37 13 51
2 72,5 25,5 100
disebut masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai pribadi yang benarbenar dewasa (Maturity). Penampilan fisik nya
benar-benar
matang
sehingga
siap
melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa Berdasarkan Tabel 2.diketahui bahwa
lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan
menggunakan komuni
mempunyai anak. Ia dapat bertindak secara
kasi terapeutik cukup 37 orang (72,5%),
bertanggung jawab untuk dirinya ataupun
perawat dengan komunikasi terapeutik kurang
orang lain (termasuk keluarganya). Menurut
13 orang (25,5%) sedangkan perawat dengan
pendapat Piaget (dalam Santrock, 2002),
komunikasi terapeutik baik hanya 1 orang
umur tersebut mampu memecahkan masalah
(2%).
yang kompleks dengan kapasitas berpikir
mayoritas perawat
c. Tabel 3.Distribusi Frekuensi Perilaku Kooperatif anak usia prasekolah di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga Tahun 2015 ( n=51)
abstrak, logis dan rasional. Mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam peker jaannya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak
4
baik
laki-laki
dewasa,
kebanyakan responden adalah pasien rawat
memiliki peran ganda, yakni sebagai individu
inap di kelas II dan III sehingga kebanyakan
yang bekerja di lembaga pekerjaan atau pun
orang tua pasien (respondennya) adalah
sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya.
lulusan SMA/ SMK atau sederajat. Dari hasil
Seorang laki-laki sebagai kepala rumah
diatas peneliti berasumsi bahwa tingkat
tangga,sedangkan seorang wanita sebagai ibu
pendidikan
rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas
seseorang. Didukung oleh teori Alif (2010)
karier
Namun
pendidikan dapat merubah perilaku seseorang
demikian, tak sedikit seorang wanita mau
tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
meninggalkan kariernya untuk
menekuni
tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah
pula menerima informasi dan pada akhirnya
tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus
makin
dan mendidik anak-anaknya dengan baik.
dimilikinya, sebaliknya jika seseorang tingkat
Sebagai anggota masyarakat, merekapun ter
pendidikannya rendah akan menghambat
libat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misal
perkembangan
nya dalam kegiatan pendidikan kesejahteraan
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang
keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.
baru dapat diperkenalkan.
tempat
maupun
mereka
wanita
bekerja.
banyak
mempengaruhi
pula
sikap
perilaku
pengetahuan
seseorang
yang
terhadap
Berdasarkan dari jenis kelamin responden,
Berdasarkan Tabel 2.Tingkat Komunikasi
jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang
Terapeutik Perawat. Hasil penelitian dida
(70,6%), mayoritas responden perempuan
patkan bahwa dari sebanyak 51 responden
dikarenakan kebanyakan responden yang juga
berdasarkan tingkat komunikasi perawat yang
penunggu pasien adalah ibu pasien dan
ada di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga
cenderung tidak bekerja dan hanya sebagai
didapatkan sebagian besar perawat memiliki
ibu rumah tangga.Wong (2002) menyatakan
tingkat komunikasi terapeutik cukup yaitu
bahwa ibu cenderung menjadi pengasuh
sebanyak 37 responden (72,5%).
keluarga, ia biasanya meluangkan waktu lebih banyak di rumah sakit dibandingkan ayah. Dari
51
responden
yang
Tingkat komunikasi terapeutik perawat RSUD Kota Salatiga
berdasarkan persepsi
dilakukan
responden sebagian besar dalam kategori cu-
penelitian berdasarkan pendidikan, paling
kup, artinya rata – rata perawat memiliki
banyak adalah lulusan SMA/ SMK yaitu 23
pengetahuan yang sedang tentang komu
responden (45,1%). Hal ini dikarenakan
nikasi terapeutik yang menyangkut tentang
5
pengertian komunikasi terapeutik, fase – fase
cenderungan perawat ada yang melakukan
komunikasi, bentuk – bentuk komunikasi,
tahap- tahap komunikasi terapeutik ada yang
faktor yang mempengaruhi proses komu
tidak, misalnya pada tahap prainteraksi atau
nikasi, fungsi komunikasi terapeutik, tujuan
perkenalan, ada perawat yang tersenyum dan
komunikasi terapeutik, tahap – tahap komu
mengucapkan salam tetapi ada yang tidak
nikasi terapeutik dan teknik komunikasi
yang hal ini juga terjadi pada tahap- tahap lain
terapeutik pada anak usia pra sekolah. Hasil
yang seharusnya dilakukan oleh perawat.
penelitian Ilya Putri (2011) membuktikan
Berdasarkan Tabel 3. perilaku kooperatif
bahwa kemampuan perawat menerapkan ke
anak
empat fase komunikasi terapeutik tersebut
didapatkan
bahwa
kepada pasien anak masih rendah. Pada fase
responden
memiliki
prainteraksi dan fase orientasi kemampuan
kooperatif anak prasekolah paling banyak
komunikasi
menghadapi
pada cukup kooperatif ada 34 anak (66,7%).
pasien anak berada pada tingkat rendah yaitu
Jadi bisa disimpulkan bahwa perilaku anak
53,3%, pada fase kerja 46,7% dan fase
usia prasekolah yang sedang mengalami
terminasi
50%.
hospitalisasi adalah cukup, hal ini bisa
perawat
dalam
perawat
dalam
Sedangkan
kemampuan
prasekolah.
Hasil
dari
penelitian
sebanyak
persepsi
51
perilaku
teknik
dipahami karena hospitalisasi adalah hal yang
komunikasi terapeutik terhadap pasien anak
menakutkan pada anak. Menurut WHO,
berada pada persentase 50% dan kemampuan
hospitalisasi merupakan pengalaman yang
perawat dalam melakukan komunikasi dengan
mengancam, ketika anak menjalani hos-
orang tua anak berada pada tingkat 48,3%.
pitalisasi karena stressor yang dihadapi dapat
Hal ini dikarenakan selama ini interaksi
menimbulkan perasaan tidak aman (Yuli
komunikasi antara perawat dan pasien serta
utami, 2014). Hal ini disebabkan oleh faktor
keluarga bisa dikatakan sangat minim, pada
lingkungan rumah sakit, faktor berpisah
umumnya perawat hanya masuk ke kamar
dengan orang yang sangat berarti, faktor
pasien hanya untuk mengganti infus, merawat
kurangnya informasi yang didapat anak dan
luka, memberikan suntikan, memberikan obat
orang
dan menunggu apabila ada panggilan bell (
hospitalisasi, faktor kehilangan kebebasan dan
Nurse Call) dari pasien dan keluarga pasien
kemandirian,
(Rahayu, Hermawan
6
2007). tahun
menerapkan
usia
Berdasarkan 2009,
penelitian
bahwa
ke-
tuanya
ketika
faktor
akan
menjalani
pengalaman
yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan serta
faktor perilaku atau interaksi dengan petugas
anak
rumah sakit.
hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota
B. Analisis bivariat
Salatiga. Dari hasil analisis data yang didapat
Tabel 4. Hasil uji kendall’s Tau Hubungan ( n=51) r
p- Value
Tingkat komunikasi terapeutik perawat
usia
prasekolah
yang
mengalami
dengan menggunakan Uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p-value sebesar 0.000 (<0,05) dan didapat hasil r: 0,668(>0,05) dapat ditarik kesimpulan bahwa p- value kurang dari 0,5
0,668
0,000
Perilaku kooperatif anak
maka H0 ditolak dan menerima (Ha) sehingga ada hubungan antara tingkat komunikasi tera peutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia prasekolah di Bangsal Anggrek
Tabel 4. menunjukkan bahwa dari hasil analisis dengan menggunakan Uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p-value sebesar 0.000 (<0,05), disimpulkan H0 ditolak dan me nerima (Ha). Artinya ada hubungan antara tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia pra sekolah di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga. Arah hubungan yang terjadi bersifat positif kuat (r: 0,668) yang berarti semakin baik tingkat komunikasi terapeutik perawat semakin baik pula perilaku kooperatif anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Bangsal anggrek RSUD Kota Salatiga. Berdasarkan Tabel 4. Hubungan antara tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia prasekolah. Hasil penelitian didapatkan kesimpulan ada hubungan
antara
tingkat
komunikasi
terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif
RSUD Kota Salatiga dan arah hubungan yang terjadi bersifat positif kuat (r > 0,5) yang berarti semakin baik tingkat komunikasi terapeutik perawat
semakin baik pula peri
laku kooperatif anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga. Hasil penelitian ini telah sejalan dengan penelitian
Nuraqidah
dkk
(2012)
yang
dilakukan dengan Uji Kendall’s Tau juga didapatkan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang rawat inap Bangsal
Anggrek
RSUD
Panembahan
Senopati Bantul karena nilai signifikannya 0,014 atau lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 atau (0,014 < 0,05) dan arah hubungan yang terjadi bersifat positif kuat r: 0,526 ( > 0,05) yang kesimpulannya adalah ada hubu ngan yang signifikan antara komunikasi
7
terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif
b. SARAN
anak usia prasekolah saat pelaksanaan pema
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan,
sangan infus.
maka dapat disarankan sebagai berikut:
5. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
a. KESIMPULAN
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit
Berdasarkan hasil penelitian dan pem
untuk mengadakan kegiatan yang dapat
bahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
menurunkan dampak hospitalisasi pada
1.
Karakteristik responden yang dilakukan
anak misalnya dengan terapi bermain
penelitian berdasarkan umur adalah pa
secara rutin misalnya hari kedua pera-
ling banyak berumur 25-45 tahun, ber
watan sehingga dapat meningkatkan mutu
dasarkan jenis kelamin mayoritas ber
pelayanan keperawatan yang optimal.
jenis
2.
kelamin
perempuan,berdasarkan
2. Bagi Institusi Pendidikan
pendidikan responden paling banyak
Diharapkan
lulus SMA/ SMK.
bahan acuan dalam Program Belajar
Tingkat komunikasi perawat berdasarkan
Mengajar
persepsi responden masuk pada kategori
keperawatan
cukup yaitu 72,5%.
mengalami hospitalisasi.
3. Perilaku kooperatif anak berdasarkan
dapat
(PBM) anak
digunakan
di
kelas
prasekolah
sebagai
tentang yang
3. Bagi Peneliti Lain
persepsi responden setelah dilakukan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
komunikasi
referensi
terapeutik
masuk
pada
kategori cukup kooperatif yaitu 66,7%.
untuk
penelitian-penelitian
selanjutnya tentang faktor- faktor lain
4. Ada hubungan antara tingkat komunikasi
untuk meningkatkan perilaku kooperatif
terapeutik perawat dengan perilaku koo
anak misalnya dengan permainan kreatif,
peratif anak usia prasekolah yang meng
orientasi ruangan kepada anak, rooming in
alami hospitalisasi di Bangsal Anggrek
dengan orang tua dan lain- lain.
RSUD Kota Salatiga (p = 0,000). Se-
8
4.BagiPeneliti
makin baik tingkat komunikasi tera
Hasil dari penelitian sebagai bahan untuk
peutik
pula
meningkatkan pengetahuan tentang pene
perilaku kooperatif anak usia prasekolah
litian di Bangsal anak terutama dalam
yang mengalami hospitalisasi di Bangsal
komunikasi terapeutik dengan perilaku
Anggrek RSUD Kota Salatiga (r =0,668).
kooperatif anak pra sekolah.
perawat
semakin
baik
5. Bagi Perawat Penelitian ini akan dapat menjadi salah satu
pedoman
untuk melakukan
pen
dekatan kepada anak terutama anak pra sekolah sehingga meningkatkan perilaku kooperatif anak yang mengalami hos pitalisasi di rumah sakit.
6. REFERENSI Agustin, Wahyu Rima. ( 2013 ). Pengetahuan Perawat Terhadap respon hospitalisasi Anak Usia Prasekolah. Jurnal KesMaDaSka. Volume 1.Nomor 1. Halaman 65-76 Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta Hidayat, A. Azimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Handayani, R. D.& Puspitasari N.P.D. (2008). Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada usia prasekolah (3-5 tahun) di RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta.http://www.library.upnvj.ac .i d/pdf/2s1keperawatan/08107 Hermawan, Hadi Andreas. (2009). Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien di Unit Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus. E-Journal Keperawatan(e-Kp). Volume 2. Nomor 2. Halaman 2-11 Lumiu, Stella Angel. ( 2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Di Usia Pra Sekolah Di Irina E BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. E-Journal Keperawatan (eKp). Volume 1. Nomor 1. Halaman 1-8
Muhlisin, Alif. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Muscari, M. E.(2005). Keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC Muthu, M. S. & Sivakumar, N. (2009). Pediatric dentistry: Principle & practice. New Delhi: Elsevier Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nuraqidah, Bakri & H. Maria, Rahayu, Sri.( 2012) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Saat Pemasangan Infus Di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi. Tidak diterbitkan Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam,dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika Nurhasanah, Nunung. ( 2009). Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: TIM Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktek. Jakarta: EGC Rahayu, Sri. (2007). Harapan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Diunduh pada 22 April 2008 pukul 14.08 WIB Rahma, Ni Putu Dewi Asri. (2009). Tingkat Kooperatif Anak Usia PraSekolah (3 – 5 Tahun) Melalui Terapi Bermain Selama Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta.http://www.skripsistik es.wordpress.com.Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta Redhian, Ilya Putri dkk. (2011) Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien Anak dan Orangtua. Jurnal Ilmiah
9
UNDIP. Volume 1. Nomor 2. Halaman 5-20 Santrock.( 2002). Life-Span Development ( Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2, Jakarta: Erlangga Supartini, (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta Utami, Yuli.( 2014 ). Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah WIDYA. Volume 2. Nomor 2. Halaman 2- 20 Wong, W. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC Samiasih, Amin. (2007). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. http://www.academia.edu/ 3585452 Norton-Westwood, D.(2012). “ The healthcare environment through the eyes of a child—Does it soothe or provoke anxiety?”. International Journal of Nursing Practice Pelander, T., & H. Leino-Kilpi (2010) “ Empirical Studies; Children’s best and worst experiences during hospitalization”. Finland Scand J Caring Sci Pena., A., L., N, & Juan, L., C. (2011). The experience of hospitalized children regarding their interactions with nursing professionals.Enfermagem Original Article Price, D.,L, & J.F. Gwin, (2005). Thompson’s Pediatric Nursing, an Introductory Text (ed., 9th). Elsevier Inc, St Louis Roberts, C., A. (2010). “ Unaccompanied Hospitalized Children: A Review of the Literature and Incidence Study ”. Journal of Pediatric Nursing, Volume 25, Page 470–476. Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar
10
keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.