III.
5.1
METODOLOGI
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010.
5.2
ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Stopwatch Ember besar Gelas ukur Catatan lapang beserta alat tulis, Kalkulator. Kamera 2 mega pixel, Komputer Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Data nilai proyek pembangunan WTP Data biaya operasional WTP (bahan-bahan kimia, listrik, gaji pegawai, perbaikan dan perawatan) Data harga jual air bersih untuk pengguna dari PDAM Bogor Data pendapatan yang diterima IPB dari penggunaan air bersih Data jumlah penghuni Asrama Putra dan Putri TPB, Rusunawa, Asrama Silvasari dan Silvalestari TPB, Wisma Amarilis, Asrama Putri Dramaga, dan Perumahan Dosen IPB Air sungai Air pengolahan
5.3
METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil penelitian, yaitu wawancara terhadap pegawai Fasilitas dan Properti IPB dan pegawai WTP. Data primer yang berasal dari hasil penelitian merupakan data hasil penelitian lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari data yang telah terkumpul sebelum dilaksanakannya penelitian yang berasal dari direktorat Fasilitas dan Properti IPB, juga data yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum Bogor.
5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sistem produksi dari masing-masing WTP dan kondisi existing atau gambaran umum yang saat ini sedang berjalan di lapangan.
14
Kemudian dilakukan perbandingan dengan data sekunder yang berasal dari literatur, sehingga dapat diketahui apakah data sekunder yang didapat masih relevan menggambarkan keadaan saat ini. Data yang paling menggambarkan kondisi terkinilah yang akan digunakan untuk perhitungan dalam menganalisis aspek finansial dari operasional WTP.
5.3.2 Pengukuran dan Perhitungan Kebutuhan Air Aktual a.
Gedung Perkuliahan, Perkantoran, dan Sarana Penunjang Lainnya
Kebutuhan air aktual merupakan jumlah air yang benar-benar terpakai berdasarkan pengukuran meteran air. Pembacaan meteran air dilakukan di dua tempat yaitu di meteran air induk pada menara air Fahutan (Fakultas Kehutanan) dan menara air Fapet (Fakultas Peternakan). Pembacaan meteran air tersebut dilakukan secara bersamaan tiap jamnya selama tiga hari berturut-turut. Pembacaan dimulai dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Selain membaca meteran air, pada menara Fahutan juga dilakukan pembacaan ketinggian muka air yang ada di menara, tujuan adalah agar mengetahui jumlah debit air yang masuk ke menara tiap jamnya. Namun pada menara Fapet tidak bisa dilakukan pembacaan ketinggian muka air tiap jamnya karena untuk mencapai puncak menara tersebut sangat berbahaya dan tidak terdapat pengaman pada tangga untuk menuju ke puncak menara tersebut. Setelah dilakukan pengukuran pada meteran, maka dapat diketahui volum pemakaian air bersih di kampus IPB Dramaga (gedung fakultas dan perkantoran) selama satu hari (dari pukul 06.00-18.00). Dari pengukuran tersebut dapat dilihat pula waktu puncak (peak time) dari pemakaian air bersih, yaitu kondisi dimana pemakaian air lebih banyak dibandingkan waktu-waktu lainnya.
b.
Asrama Mahasiswa Rusunawa
Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui secara aktual pemakaian air mahasiswa di asrama rusunawa. Kegiatan ini dilakukan sebagai pembanding antara kebutuhan air teoritis mahasiswa penghuni asrama yang diperoleh dari literatur dan pemakaian nyata yang terjadi di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati meteran air yang ada. Pengukuran pada hari pertama dan dua hari berikutnya dengan mencatat meteran air yang terbaca tiap jam selama tiga jam. Tiap jam meteran dibaca selama tiga jam berturut-turut. Dengan demikian diperoleh data pemakaian air total selama satu hari dengan tiga kali ulangan dengan cara mengurangi meteran terbaca pada hari kedua dengan hari pertama.
15
5.3.3 Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi a.
WTP Tipe Gravitasi
WTP tipe gravitasi merupakan WTP yang terpasang di aliran Sungai Ciapus yang mengolah air sungai tersebut dan mendistribusikannya menuju asrama putra dan asrama putri TPB. Debit produksi diperoleh dengan menggunakan metode volumetrik, yaitu mengukur volum air yang diproduksi tiap detiknya. Setelah mengetahui terlebih dahulu luas penampang tampak atas (luas lingkaran) dari bak sedimentasi dan filtrasi. Pertambahan tinggi muka air per satuan waktu yang dikalikan dengan luas penampang maka akan dapat debit produksi atau kapasitas produksi dari WTP tersebut. Pengukuran dilakukan setelah pompa intake dinyalakan dan pertambahan tinggi muka air ditentukan bersamaan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Bila dinyatakan dengan rumus adalah: Q=
πr 2 h 𝑡
× 3600
(5)
dimana : Q = debit produksi (m3/jam) r = jari-jari bak sedimentasi atau bak filtrasi (m) h = tinggi muka air (m) t = waktu (detik)
b.
WTP Tipe Tekanan
Pengukuran ini dilakukan di WTP Cihideung, dalam pengukuran ini dilakukan beberapa perlakuan khusus agar data yang didapat lebih valid. Pertama adalah ketika pengukuran dilakukan di WTP 1 Cihideung maka WTP Cihideung yang lain dimatikan agar tidak mengganggu kerja operator dalam menampung air produksi, begitu pula ketika pengukuran dilakukan pada WTP yang lain. Kemudian back washing dilakukan sebelum pengukuran selama satu jam agar debit yang dihasilkan mencapai angka maksimum. Yang terakhir adalah operator memastikan bahwa air baku, pompa intake, dan pompa filtrasi yang dipakai berada dalam keadaan baik dan normal seperti biasanya agar proses tidak mengalami hambatan saat terjadinya pengukuran. Debit per instalasi dihitung dengan mengukur jumlah air yang keluar dari tiap pipa output yang berada di dalam GWT utama (yang berada di WTP Cihideung). Air produksi ditampung dalam ember besar selama beberapa detik lalu diukur volumenya. Pada setiap WTP pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan diambil rata-ratanya. Debit per jam didapat dengan persamaan dibawah ini.
16
Q=
V 𝑡
× 3.6
(6)
dimana : Q = debit produksi (m3/jam) V = volume air yang tertampung di dalam ember (liter) t = waktu (detik)
c.
WTP Tipe Ultra Filtration (UF) system
Pengukuran dilakukan di WTP Cihideung 5 yang menggunakan Ultra Filtration (UF) system, dengan bantuan alat ukur yang terdapat pada WTP tersebut. Alat ukur tersebut adalah flow meter, terdapat pada bagian setelah sand filter dan sebelum buffer tank. Alat ini bekerja dengan cara menunjukkan jumlah debit air yang mengalir melewatinya dan langsung mengkonversi ke dalam satuan gpm (galon per menit) dan lpm (liter per menit). Bila dinyatakan dengan rumus adalah : Q=
lpm 1000
× 60
(7)
dimana : Q = Debit produksi (m3/jam) lpm = Nilai yang ditunjukkan flow meter (liter/menit)
Gambar 4. Flow meter pada WTP Sistem Ultra Filtrasi
17
5.4
METODE ANALISIS 5.4.1 Analisis Biaya Produksi Biaya produksi diketahui dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan Direktorat Fasilitas dan Properti IPB secara langsung, meliputi biaya tetap dan biaya variabel selama satu tahun anggaran. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan IPB untuk memproduksi air bersih diklasifikasikan menurut jenis biaya masing-masing, apakah termasuk biaya tetap atau biaya variabel. Biaya keseluruhan atau biaya total produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐵𝑇 = 𝐵𝑇𝑇 + 𝐵𝑉𝑇 dimana : BT BTT BVT
(8)
= biaya total (Rp/tahun) = biaya tetap total (Rp/tahun) = biaya variabel total (Rp/tahun)
Analisis biaya variabel dilakukan terhadap keseluruhan WTP dengan landasan IPB adalah BHMN, sedangkan pada analisis biaya tetap dilakukan untuk mengetahui gambaran finansial WTP dengan memasukkan biaya bunga modal dan penyusutan. Untuk mengetahui biaya tetap dari operasional WTP, digunakan perhitungan biaya bunga modal per tahunnya dengan rumus :
𝐼= dimana : I i P N
5.4.2
𝑖 𝑥 𝑃 (𝑁 + 1) 2𝑁
(9)
= total bunga modal (Rp/tahun) = tingkat bunga modal (%/tahunn) = nilai awal (Rp) = umur ekonomis (tahun)
Analisis Biaya Pokok Produksi
Analisis biaya pokok produksi atau harga pokok produksi adalah perhitungan dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan IPB dibagi dengan jumlah produksi air yang dihasilkan dalam waktu tertentu. Biaya pokok dihitung dengan rumus :
18
𝐵𝑝 =
dimana : Bp BT BTT k x
𝐵𝑇 𝐵𝑇𝑇 + 𝑘𝑥 𝑘
(10)
= biaya pokok (Rp/unit produk) = biaya tetap (Rp/tahun) = biaya tidak tetap (Rp/jam) = kapasitas alat (unit produk/jam) = perkiraan jam kerja dalam satu tahun (jam/tahun)
5.4.3 Analisis Titik Impas Produksi (break even point) Analisis titik impas (TIP/BEP) adalah cara untuk menentukan volume produksi berapakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian. Analisis yang dilakukan berpengaruh terhadap berapa minimal jumlah air yang harus diproduksi agar IPB tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Analisis ini dapat menggunakan rumus :
𝑇𝐼𝑃 = dimana : TIP BTT HJ BVT
𝐵𝑇𝑇 𝐻𝐽 − 𝐵𝑉𝑇
(11)
= titik impas produksi (unit/tahun) = biaya tetap total (Rp/tahun) = harga jual (Rp/unit) = harga variabel total (Rp/tahun)
5.4.4 Analisis Kelayakan a.
NPV (net present value)
Harga net present value diperoleh dari pengurangan present value komponen benefit dengan present value komponen cost. Harga net present value ini merupakan harga present value keuntungan atas investasi yang telah ditanamkan (Suyanto, Sunaryo, dan Sjarief 2001). Nilai NPV dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : 𝑛
NPV =
Bt −Ct
t 𝑡=1 (1+i)
(12)
dimana : NPV = net present value (Rp) B = manfaat (Rp/tahun) C = biaya (Rp/tahun)
19
t n i
= tahun ke-t = umur produksi (tahun) = tingkat bunga (%/tahun)
Dalam perhitungan NPV ini digunakan sebuah arus kas yang didalamnya diperhitungkan pula faktor diskon (DF) dengan nilai tingkat bunga yang diasumsikan berdasarkan tingkat bunga tertentu. Discount factor (DF) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐷𝐹 = Σ
1 (1 + 𝑖)𝑡
(13)
dimana : DF = discount factor (%) i = tingkat bunga (%) t = waktu (tahun ke-)
b.
IRR (internal rate of return)
Internal rate of return merupakan nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV-nya sama dengan nol. Perkiraan nilai IRR dapat didekati dengan persamaan berikut : 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 ′ + dimana : IRR i NPV’ NPV”
𝑁𝑃𝑉 ′ (𝑖" − 𝑖′) (𝑁𝑃𝑉 ′ − 𝑁𝑃𝑉")
(14)
= internal return rate = nilai discount rate/tingkat suku bunga = nilai discount rate pada i’ = nilai discount rate pada i”
Untuk mendapatkan nilai IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) karena tidak dapat dilakukan secara langsung. Prosedur penentuan IRR adalah sebagai berikut : i) Tentukan suatu nilai i yang diduga mendekati nilai IRR yang dicari (dilambangkan dengan i’ ) ii) Dengan nilai i , hitung nilai NPV dari arus kas biaya dan manfaat setiap waktu. iii) Apabila NPV yang diperoleh bernilai positif, berarti bahwa dugaan nilai i’ terlalu rendah. Untuk tahap berikutnya dipilih nilai i yang lebih tinggi sehingga didapatkan nilai NPV yang negatif, begitupula sebaliknya. iv) Setelah itu rumus diatas dapat digunakan dengan memasukkan nilai i dan NPV yang didapat dari hasil coba-coba.
20
c.
BCR (benefit – cost ratio)
Metode rasio manfaat-biaya (B/C) adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek tersebut. Nilai perbandingan benefit dan cost dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
𝐵/𝐶 =
dimana : B/C B C t n i
𝐵𝑡 𝑡=1(1+𝑖)𝑡 𝐶𝑡 𝑡=1(1+𝑖)𝑡
(15)
= benefit – cost ratio = manfaat (Rp/tahun) = biaya (Rp/tahun) = tahun ke-t = umur produksi (tahun) = tingkat bunga (%/tahun)
Nilai yang didapat merupakan perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur produksi. Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan bila nilainya lebih dari 1 (B/C>1).
5.4.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan karena dimungkinkan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat produksi air bersih berlangsung. Beberapa parameter yang akan dilakukan analisis sensitivitas adalah pendapatan IPB dari air bersih, gaji pegawai WTP, dan harga bahan kimia. Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung ulang nilai proyek dalam arus kas dengan perubahan pada beberapa nilai, yaitu biaya variabel dan pendapatan, setelah itu analisis dilakukan kembali dengan tiga metode diatas. Analisis sensitivitas tidak mengacu terhadap perubahan iklim ekonomi negara, seperti adanya inflasi dan lain-lain.
5.5
PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI 5.5.1 Pembatasan Masalah IPB merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah Kementerian Pendidikan Nasional RI, sehingga setiap kegiatan pembangunan teranggarkan dalam anggaran pendapatan dan belanja nasional (APBN). Sehingga analisis yang dilakukan hanya sebatas menganalisis biaya dan manfaat yang didapat dari kegiatan pengolahan air WTP. Adapun analisis kelayakan tetap dilakukan dengan asumsi investasi pembangunan WTP dikenakan biaya bunga modal dan biaya penyusutan. Analisis ini dibatasi hanya pada analisis ekonomi faktor produksi tanpa
21
mempertimbangkan faktor lain (ekonomi, sosial, pemasaran, distribusi). Analisis ekonomi yang dilakukan terhadap proyek atau pengolahan air bersih ini adalah analisis biaya produksi, analisis biaya pokok, analisis titik impas, dan analisis kelayakan. Analisis kelayakan dan sensitivitas hanya dilakukan terhadap WTP Cihideung sistem UF (ultra filtration) yang dibangun pada tahun 2010. Analisis ini juga tidak termasuk pembangunan WTP baru yang sedang berlangsung.
5.5.2 Asumsi Analisis kelayakan finansial pada WTP Cihideung sistem UF digunakan beberapa asumsi : a. WTP dikenakan biaya bunga modal dan biaya penyusutan b. Umur proyek diperkirakan 20 tahun c. Jumlah produksi air (debit) WTP tetap selama 20 tahun d. Setiap civitas akademika kampus IPB (mahasiswa, dosen, dan pegawai) dikenakan biaya pemakaian air bersih berupa penghasilan non-profit bagi IPB sebesar Rp.4,500.00 sesuai dengan harga jual air bersih yang diterapkan IPB kepada unit usaha dalam kampus. e. WTP tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak Penghasilan f. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 15% (BRI Rate, 2010).
22
Gambar 5. Bagan Alir Rancangan Penelitian
23