48
5 KONDISI AKTUAL PPI DI PANGANDARAN
5.1
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran di Lokasi Lama
5.1.1 Latar belakang pemindahan PPI Pangandaran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 1973. Pangkalan Pendaratan Ikan ini berlokasi di Pantai Timur Pangandaran yang juga merupakan lokasi wisata bahari dan bersebelahan dengan Cagar Alam Pananjung. Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan yang telah ada di PPI tersebut adalah gedung tempat pelelangan ikan (TPI), kantor pengelola PPI, kantor KUD, dan alat bantu navigasi. Fasilitasfasilitas tersebut berada dalam kondisi baik dan masih dapat difungsikan. Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan yang terdapat PPI Pangandaran sangat terbatas yaitu tidak ada dermaga untuk tambat labuh perahu, kolam pelabuhan dan breakwater. Hal ini menyebabkan nelayan Pangandaran memanfaatkan Pantai Timur, Pantai Barat dan Perairan Cagar Alam Pananjung sebagai tempat untuk menambatkan perahu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8, dimana nelayan menambatkan perahunya di Pantai Timur. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, tindakan nelayan tersebut dapat mengganggu aktivitas wisata bahari dan konservasi di Cagar Alam Pananjung karena perairan dipenuhi oleh perahu. Hal ini menyebabkan pengembangan wisata bahari dan konservasi sulit dilakukan.
Gambar 8 Perahu nelayan yang ditambatkan di perairan Pantai Timur tahun 2011 Penggunaan perairan yang sama untuk kepentingan yang berbeda menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara pariwisata, perikanan
49
tangkap dan konservasi. Kegiatan pariwisata membutuhkan lahan dan perairan yang tidak tercemar untuk dapat dikembangkan sebagai wisata bahari Pangandaran. Kegiatan perikanan tangkap membutuhkan satu pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan sebagai tempat untuk menambatkan perahu, dan mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan nelayan. Keberadaan perahu nelayan di perairan Cagar Alam Pananjung dapat mengganggu kegiatan konservasi terumbu karang. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis mengambil tindakan untuk memindahkan PPI Pangandaran ke lokasi baru ke muara Sungai Cikidang Desa Babakan yang berjarak 3 km dari lokasi PPI sebelumnya. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan, dengan berpindahnya semua aktivitas perikanan tangkap ke Desa Babakan, diharapkan penataan Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran sebagai kawasan wisata bahari Pangandaran, dan kegiatan konservasi di Cagar Alam Pananjung dapat berkembang dengan baik begitupun sebaliknya dengan kegiatan perikanan tangkap. Wacana pemindahan lokasi PPI Pangandaran telah ada sejak tahun 1997. Hal ini diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (1997). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penempatan perahu nelayan di kawasan wisata dianggap dapat menghambat pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata di Pangandaran. Dalam penelitian tersebut juga dikemukakan penolakan nelayan untuk dipindahkan ke lokasi baru. Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi baru PPI Pangandaran disebabkan oleh wilayah pesisir di Pangandaran seperti Pantai Pangandaran dan Perairan Pananjung tidak memungkinkan untuk dibangun sebagai PPI karena telah diperuntukan sebagai kawasan wisata dan konservasi. Menurut pemerintah daerah, kegiatan wisata bahari dapat berjalan beriringan dengan kegiatan konservasi terumbu karang sehingga lokasinya tetap dipertahankan di lokasi semula, sedangkan kegiatan perikanan tangkap dipindahkan ke lokasi lain. Sinergi antara wisata bahari dan konservasi terumbu karang dapat dijadikan daya tarik wisata sehingga diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran.
50
Hasil wawancara dengan nelayan dan pedagang ikan diketahui pemindahan PPI Pangandaran ke lokasi baru dari awal pembangunan hingga saat ini masih mendapat penolakan dari nelayan dan pedagang ikan. Menurut nelayan, lokasi lama lebih aman karena terlindungi oleh teluk, sedangkan lokasi baru sangat berisiko terkena hempasan gelombang karena tidak ada pelindung dan langsung menghadap laut. Lokasi fishing base nelayan di lokasi lama berada di Pantai Barat, Pantai Timur dan Perairan Cagar Alam Pananjung (lihat Gambar 8). Saat terjadi musim barat, nelayan yang mempunyai fishing base di Pantai Barat memindahkan perahunya ke Pantai Timur untuk berlindung dari gelombang besar. Saat musim barat berakhir, nelayan tersebut kembali lagi ke Pantai barat. Jauh dan tidak strategisnya lokasi baru PPI juga menjadi kendala karena nelayan akan mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil tangkapan, waktu yang lebih lama menuju daerah penangkapan ikan, dan peningkatan biaya operasional. Sama halnya seperti nelayan, pedagang ikan juga akan mengalami kesulitan untuk memasarkan ikan kepada konsumen. Walaupun mendapat penolakan dari nelayan dan pedagang ikan, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis tetap melakukan pemindahan PPI Pangandaran. Proses pemindahan PPI Pangandaran dilakukan secara bertahap karena pembangunan berbagai fasilitas belum selesai dilakukan. Fasilitas yang lebih dahulu dibangun adalah gedung tempat pelelangan ikan (TPI) dan kantor pengelola PPI. Aktivitas yang berhubungan dengan administrasi di pelabuhan dapat dilakukan di PPI baru. Saat ini gedung TPI di PPI lama telah ditutup, sedangkan gedung TPI di PPI baru belum dapat difungsikan karena belum selesainya pembangunan fasilitas seperti kolam pelabuhan, breakwater, dermaga dan alat bantu navigasi. 5.1.2 Pemindahan lokasi PPI Pangandaran Menurut Triatmodjo (2007), pemilihan lokasi pelabuhan tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi dan daerah industri lainya.
51
Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi baru PPI Pangandaran berda-sarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 9 tahun 2002 tentang “ Peru-bahan atas Peraturan Daerah Tingkat II Ciamis Nomor 6 tahun 1998 tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Pangandaran sampai dengan tahun 2008”. Perubahan RUTR ini bertujuan untuk mengembangkan kawasan kegiatan perikanan di Kecamatan Pangandaran. Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi PPI yang baru sesuai hasil studi dan detail design yang dilakukan oleh PT Bernala Nirwana RDC (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009). Hasil studi dan detail design oleh PT Bernala Nirwana diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan yang meliputi topografi, batimetri, hidrooseanografi, dan mekanika tanah. Topografi lahan daratan di Desa Babakan adalah mendatar, baik sebagai lokasi daratan pelabuhan. Kon-disi batimetri perairan di depan lahan daratan adalah cukup curam sampai ke-dalaman 6 meter (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Kondisi kedalam-an ini akan membatasi ukuran armada yang akan mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan; terkecuali dilakukan pendalaman dasar perairan. Selanjutnya Departemen Kelautan dan Perikanan tersebut di atas menyatakan bahwa parameter hidrooseanografi yang diukur di lokasi baru PPI Pangandaran adalah pasang surut, gelombang, sedimen dan arus. Pengukuran pasang surut dilakukan selama lebih kurang 15 hari. Rata-rata tinggi gelombang mencapai 2 meter saat pasang, dan 1 meter saat surut. Sedimen di Sungai Cikidang adalah pasir laut, dijumpai dari muara Sungai Cikidang sampai sejauh 800 meter ke arah hulu sungai Cikidang. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pengaruh arus laut terhadap sungai pada musim kemarau adalah sangat besar Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, pelaksanaan pembangunan PPI Pangandaran di Desa Babakan dimulai pada tahun 2002 Tujuan pembangunan PPI ini adalah sebagai berikut : 1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya laut untuk meningkatkan produksi dan produktivitas hasil perikanan tangkap guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan dan konsumsi ikan masyarakat serta peningkatan ekspor komoditas perikanan. 2) Memperluas dan meningkatkan lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
52
3) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan devisa bagi negara. 4) Meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi
nelayan dan memberikan
kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. 5) Memfasilitasi kegiatan penangkapan ikan serta menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi penunjang dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan dan masyarakat pesisir. Pembangunan PPI ini keseluruhannya membutuhkan dana yang besar yaitu mencapai Rp.176.180.304.000,- dengan rincian Rp.25.679.617.000,- untuk pembiayaan pembangunan fasilitas di darat dan Rp.150.500.687.000 untuk pembiayaan pembangunan fasilitas di laut. Pembangunan PPI Pangandaran baru menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Ciamis, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis. Jumlah dana yang telah terserap sampai tahun 2009 untuk pembangunan fasilitas-fasiltas PPI Pangandaran (subbab 5.2) adalah Rp.60.157.587.000,- (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009). Besarnya
dana
yang
dibutuhkan
untuk
pembangunan
PPI
baru
menyebabkan pembangunan dilakukan secara bertahap. Pembangunan PPI sempat terhenti pada tahun 2010 karena terkendala masalah pendanaan. Menurut Kepala UPTD PPI Pangandaran Atang Kuncara, pembangunan ini direncanakan akan dilanjutkan lagi pada tahun 2011, namun masih menunggu kucuran dana dari APBD provinsi. 5.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran di Lokasi Baru Menurut Kepala UPTD PPI Pangandaran, pembangunan fasilitas kepelabuhanan perikanan PPI Pangandaran di lokasi baru akan dilanjutkan dan pengerjaannya diperkirakan akan selesai pada tahun 2014. Hasil pengamatan penulis di lapangan diketahui bahwa perkembangan pembangunan PPI Pangandaran baru sebatas bangunan di darat yaitu kantor pengelola PPI gedung TPI, mushola, WC umum dan gudang. Kegiatan pembangunan fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan di lokasi baru PPI Pangandaran mulai dilakukan pada tahun 2002. Fasilitas-fasilitas yang lebih dahulu dibangun adalah fasilitas yang berada di darat seperti gedung TPI,
53
kantor pengelola dan pembangunan turap dermaga. Beberapa
fasilitas
kepelabuhanan perikanan di PPI baru dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Fasilitas yang telah dibangun dan direncanakan akan dibangun di PPI Pangandaran tahun 2011 Nama Fasilitas 1. Fasilitas yang telah dibangun Gedung TPI Gudang TPI WC umum Mushola Kantor Pengelola Telepon dan Listrik
Luas 425 m2 40,5 m2 24 m2 1 unit 260 m2 1 paket
2. Fasilitas yang masih dalam proses pembangunan Breakwater Timur 50 m2 Breakwater Barat 120 m2 Turap dermaga 78 m2 Sistem PAB 128,7 m2 Revetment sisi dalam 215 m2 Revetment sisi luar 335 m2 Kolam pelabuhan 300.000 m3 Balai penyuluhan nelayan 445 m2 3. Fasilitas yang belum dibangun Groin Dermaga Alat navigasi nelayan Landscaping/fasilitas jalan Rumah dinas Lahan pengeringan Pom bensin/SPBN Bengkel Docking Pabrik es dan ruang pengepakan Pos jaga Gardu listrik Pasar ikan Pertokoan/kantin
Tahun pembangunan 2003 2003 2007 2007 2007 2009
2005 2005 2005 2007 2008 2008 2011 2010
95 m2 1.050 m2 2 unit 17.638 m2 246 m2 1.440 m2 9 m2 140 m2 845 m2
2010 2010 2011 2012 2011 2012 2012 2012 2011
350 m2 95 m2 30 m2 742 m2 415 m2
2012 2012 2012 2012 2012
Sumber : Dinas kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat 2009
54
Pembangunan fasilitas pokok di PPI baru seperti breakwater, revetment, kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi belum selesai dikerjakan (Tabel 19; Gambar 9). Fasilitas-fasilitas tersebut seharusnya menjadi prioritas utama untuk dibangun karena merupakan mempunyai peran yang sangat besar bagi keselamatan dan keberlangsungan aktivitas di lokasi baru. Pembangunan fasilitas ini diperkirakan akan dilakukan pada tahun 2011, namun pada saat penelitian ini dilakukan, belum ada tanda-tanda pembangunan fasilitas tersebut akan dilanjutkan. Belum selesainya pembangunan ini berdampak kepada kurang berminatnya pelaku-pelaku yang akan beraktivitas di PPI. 1) Fasilitas Pokok Pembangunan fasilitas pokok PPI Pangandaran di lokasi baru seperti dermaga, breakwater, kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi belum tersedia. Belum tersedianya berbagai fasilitas pokok tersebut menyebabkan PPI Pangandaran baru belum dapat dioperasikan karena dapat membahayakan bagi perahu nelayan. Pembangunan fasilitas-fasilitas tesebut di atas seharusnya menjadi prioritas utama karena mempunyai peran yang sangat besar bagi keselamatan dan keberlangsungan aktivitas di lokasi baru. Pembangunan fasilitas ini direncanakan pada tahun 2011, namun pada saat penelitian ini dilakukan, belum ada pembangunan fasilitas tersebut. Pembangunan fasilitas yang tertunda berdampak kepada berkurangnya minat pelaku-pelaku yang akan beraktivitas di lokasi baru.
Gambar 9 Kolam pelabuhan PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011 Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas, dan kedalaman yang cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bongkar muat barang (Triatmodjo, 2007). Kolam pelabuhan PPI Pangandaran di
55
lokasi baru tidak dapat digunakan untuk aktivitas tambat labuh perahu karena sangat dangkal. Kedalaman kolam ini kurang dari 1 meter, hal ini tidak memenuhi kriteria teknis PPI yang mensyaratkan kedalaman kolam pelabuhan lebih dari 2 meter (PER.16/MEN/2006). Kondisi ini akan mengharuskan pihak pengelola PPI melakukan pengerukan terhadap dasar kolam pelabuhan.
Pengerukan akan
memperdalam kolam pelabuhan sehingga kapal berukuran yang diharapkan dapat masuk ke kolam pelabuhan. Selain itu, menurut Kramadibrata (2002), pengerukan dilakukan untuk memelihara kedalaman suatu kolam atau alur pelayaran atau alur sungai (maintenance dredging), dikarenakan adanya proses pergerakan dan pengendapan lumpur. 2) Fasilitas Fungsional Fasilitas fungsional yang tersedia di lokasi baru PPI Pangandaran adalah gedung tempat pelelangan ikan(TPI; Gambar 9), instalasi listrik dan instalasi air. Luas gedung TPI 425 m2 dibangun pada tahun 2003. Pembangunan gedung TPI menghabiskan dana sebesar Rp.467.999.000 yang berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat. Gedung TPI kondisinya tidak terawat. Hal ini dapat terlihat dari dinding-dindingnya yang mengalami pengelupasan dan penuh dengan coretan. Demikian juga kondisi fasilitas instalasi listrik dan air tidak dapat digunakan dengan baik.
Gambar 10 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011 Gedung TPI yang baik harus memiliki persedian air bersih, wadah, dan alat angkut hasil tangkapan, serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya prose pelelangan. TPI juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun kotoran yang
56
dihasilkan dari proses pelelangan (Lubis 2006 vide Aulia 2011). Gedung TPI di lokasi baru PPI Pangandaran belum bisa difungsikan karena tidak adanya aktivitas pendaratan ikan. Tidak adanya aktivitas juga menyebabkan gedung menjadi tidak terawat dan menjadi korban pencoretan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Gambar 11 Instalasi listrik dan air bersih PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011 Instalasi listrik dan air bersih (Gambar 11) yang terdapat di lokasi baru PPI Pangandaran, belum dimanfaatkan baik oleh nelayan maupun oleh pelaku perikanan lainnya, sebagai akibat belum adanya aktivitas pendaratan hasil tangkapan di lokasi baru PPI ini. Instalasi listrik yang terdapat di lokasi baru PPI Pangandaran telah menghabiskan dana sebesar Rp.79.000.000-. yang berasal dari APBD Kabupaten Ciamis tahun 2009. Sebagian dari fasilitas instalasi listrik di lokasi baru telah dapat digunakan, tetapi karena tidak adanya aktivitas pendaratan ikan fasilitas tersebut hanya digunakan untuk aktivitas perkantoran pengelola. Pembangunan fasilitas instalasi air bersih di lokasi baru PPI Pangandaran telah dimulai sejak tahun 2007. Fasilitas ini belum dapat digunakan karena pembangunannya belum selesai dilaksanakan. Pihak pengelola PPI menyatakan bahwa belum selesainya pembangunan instalasi tersebut karena terkendala pendanaan. Menurut Aulia (2011), fasilitas dan pelayanan air bersih yang terdapat di pelabuhan perikanan harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan air bersih demi tetap lancarnya kegiatan operasional yang terdapat di pelabuhan perikanan.
57
3) Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang terdiri atas : (1) Fasilitas administrasi yaitu kantor syahbandar, kantor pengelola, kantor bea cukai, kantor operator (2) Fasilitas kesejahteraan yaitu MCK, Poliklinik, Mushola, kantin dan mess. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Pangandaran adalah kantor pengelola, mushola, dan MCK/WC umum (Gambar 12 dan 13). Fasilitas-fasilitas tersebut dalam kondisi baik.
Gambar 12 Kantor pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru tampak depan tahun 2011
Gambar 13 Kondisi dinding bagian samping kantor pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011 Kantor pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru berada di atas lahan dengan luas 260 m2. Pembangunan kantor pengelola ini menghabiskan dana sebesar Rp. 396.683.000 yang berasal dari APBD Kabupaten Ciamis tahun 2007 (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009). Kantor pengola PPI merupakan salah satu fasilitas yang dimanfaatkan di lokasi baru. Kantor pengelola tersebut telah dimanfaatkan untuk kegiatan
58
pendataan. Pendataan meliputi pendataan jumlah nelayan, armada, alat tangkap dan perizinan dari nelayan yang masih beraktivitas di lokasi lama PPI. Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa kondisi kantor pengelola PPI tidak terawat. Berdasarkan Gambar 13 dapat diketahui bahwa sebagian cat dinding bangunan telah terkelupas, dinding dipenuhi coretan dan selokannya dipenuhi sampah. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan mengingat jumlah dana yang dikeluarkan untuk pembangunan gedung ini sangat besar.
Gambar 14 Mushola PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011
Gambar 15 Fasilitas MCK/WC umum PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011 Fasilitas mushola (Gambar 14) dan MCK/WC umum (Gambar 15) berada di atas lahan seluas 124 m2 dan 24 m2. Pembangunan fasilitas mushola dan WC umum menghabiskan dana sebesar Rp. 421.848.000 dan Rp. 83.300.000 berasal dari APBD Kabupaten Ciamis tahun 2007. Dana pembangunan kedua fasilitas tersebut diatas sangat besar, tetapi kondisi bangunannya sangat sederhana. Bangunan tidak besar dan hanya dilengkapi seperti sumber air yang berasal dari sumur. Kondisi kedua fasilitas tersebut tidak terawat, pintu MCK sudah terlepas dan kotor.
59
5.3
Aktivitas Nelayan Pangandaran Nelayan Pangandaran masih melaksanakan aktivitas kepelabuhanan
perikanan di lokasi lama. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas penangkapan ikan, pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan dan perbaikan alat tangkap. 1) Aktivitas penangkapan ikan dan pendaratan hasil tangkapan Nelayan Pangandaran adalah nelayan skala kecil yang melakukan aktivitas penangkapan ikan one day fishing yaitu penangkapan ikan hanya dalam satu hari. Ikan-ikan yang didaratkan dalam kondisi segar dan ditempatkan di wadah plastik. Gambar 16 memperlihatkan ikan bawal hasil tangkapan nelayan dalam kondisi segar. Nelayan tidak membawa es pada saat melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Gambar 16 Ikan bawal dan kakap merah hasil tangkapan nelayan yang diletakkan pada wadah plastik tanpa diberi es di Pangandaran tahun 2011 Aktivitas menangkap ikan biasanya mulai dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 WIB dengan daerah penangkapan ikan berada di sekitar perairan Pangandaran, Parigi, Karapyak, perairan Nusakambangan dan Cilacap. Untuk mencapai derah penangkapan ikan memerlukan waktu sekitar 40-60 menit dari fishing base/ lokasi lama PPI Pangandaran. Jumlah nelayan yang terlibat dalam satu trip penangkapan, berkisar 2-3 orang kecuali alat tangkap Jaring arad 6-18 nelayan. Lama trip penangkapan untuk masing-masing alat tangkap relatif sama yaitu berkisar antara 4-6 jam. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB sampai menjelang siang pukul 11.00 WIB di pinggir Pantai Barat atau Pantai
60
Timur. Ikan-ikan hasil tangkapan disortir/diseleksi berdasarkan ukuran relatif dan jenis ikan. Proses seleksi ukuran secara relatif tersebut, bukan berdasarkan ukuran sebenarnya. Menurut Pane (2008a), setelah hasil tangkapan diseleksi, hendaknya dimasukkan kedalam basket hasil tangkapan dan diberi es. Penggunaan basket hasil tangkapan dan es lebih menjamin keterjagaan mutu ikan dibandingkan hanya menggunakan wadah baskom atau ember. Ikan yang telah diseleksi tersebut di atas kemudian dimasukkan ke dalam wadah-wadah plastik dan tidak diberi es. Ikan-ikan tersebut umumnya tidak dicuci dan selanjutnya dijual kepada bakul-bakul tanpa melalui proses lelang. Proses penjualan ikan dilaksanakan oleh nelayan di atas perahu. Perahu yang digunakan nelayan Pangandaran masih sederhana, terbuat dari fibreglass dengan mesin outboard (perahu motor tempel) dan alat tangkap yang digunakan adalah Gillnet, Pancing rawai, Dogol, Jaring arad, trammel net dan Bagan. Alat tangkap Bagan sudah jarang digunakan oleh nelayan. Operasi penangkapan ikan, nelayan tidak menggunakan alat bantu seperti Global Positioning System (GPS) atau fish finder. 2) Pemasaran hasil tangkapan Pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan dikategorikan menjadi dua yaitu penjualan ikan kepada bakul atau tengkulak. Nelayan yang menjual ikannya kepada bakul adalah nelayan pemilik yang tidak mempunyai keterikatan dengan tengkulak dalam urusan permodalan. Harga ikan ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara nelayan dan bakul. Setelah ada kesepakatan harga, lalu ikan ditimbang. Bakul kemudian membayarkan uang kepada nelayan sesuai dengan harga ikan yang telah disepakati. Penjualan ikan kepada tengkulak tidak berdasarkan kesepakatan atau tawar-menawar harga antara nelayan dan tengkulak. Proses ini lebih tepat disebut sebagai penyerahan hasil tangkapan daripada penjualan hasil tangkapan. Tengkulak memiliki modal untuk biaya operasional melaut nelayan, sehingga mempunyai hak untuk menetapkan harga ikan tanpa adanya kesepakatan dengan nelayan. Harga ikan yang ditetapkan lebih murah dibandingkan harga di pasaran. Penetapan harga ikan ada yang dilakukan per satu kilogram ataupun per 60 kilogram ikan, tergantung pada keinginan tengkulak. Setelah ditetapkan harganya, lalu ikan ditimbang.
Setelah ikan ditimbang.
61
Nelayan tidak langsung menerima uang hasil penjualan ikannya, tetapi tergantung keinginan tengkulak. Pembayaran hasil tangkapan nelayan biasanya dilakukan tengkulak setelah semua ikan habis terjual. Nelayan sangat tergantung kepada tengkulak karena memiliki hutang. Nelayan yang tidak mempunyai modal melaut, meminjam uang kepada tengkulak dengan proses yang mudah. Tidak hanya modal perbekalan melaut, tengkulak juga memberikan pinjaman untuk keperluan sehari-hari dengan bunga yang besar. Adanya ikatan hutang dengan tengkulak menyebabkan nelayan mau menjual hasil tangkapannya walaupun dengan harga yang murah. Sebenarnya terdapat hubungan yang saling membutuhkan antara nelayan dan tengkulak. Tengkulak membutuhkan nelayan sebagai pemasok ikan. Nelayan membutuhkan jasa tangkulak untuk memperoleh permodalan sehingga ikan yang telah ditangkap harus dijual ke tengkulak. Keharusan ini terjadi karena jika nelayan yang tidak mau menjual ikannya kepada tengkulak, harus mengembalikan pinjaman yang telah diterima beserta bunganya yang sudah menggunung. Nelayan yang tidak mampu mengembalikannya, menjadi terikat kepada tengkulak. Selain karena keharusan untuk mengembalikan semua pinjaman beserta seluruh bunganya, terdapat kekhawatiran bagi nelayan jika mereka tidak mempunyai modal untuk melaut ataupun untuk kebutuhan sehari-hari, prosesnya akan dipersulit oleh tengkulak. Menurut Lubis et al (2011), kelembagaan tengkulak menjadi “problematika” tak berkesudahan bagi nelayan. Disatu sisi, tengkulak menyediakan segala kemudahan bagi nelayan untuk memperoleh pinjaman tanpa kolateral (agunan) kepada para nelayan kapanpun mereka butuhkan. Tentu, dengan harapan agar mereka tetap terikat dan tidak lari kepada tengkulak lain. Tapi disisi lain, tanpa nelayan sadari, mereka sulit terlepas dari keterikatan mengenai pemsaran ikan, karena setiap kali mendapatkan pinjaman maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada tengkulak dengan harga yang telah ditetapkan tengkulak. Ikan yang dipasarkan di PPI Pangandaran adalah ikan segar dan ikan olahan. Ikan segar umumnya dipasarkan ke daerah di sekitar Ciamis dan keluar kota yaitu Tasikmalaya dan Bandung. Ada juga ikan-ikan segar dengan kualitas baik diekspor ke Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Perusahaan PT Asi
62
Pujiastuti adalah salah satu eksportir hasil perikanan laut di Kabupaten Ciamis. Kegiatan ekspor produk perikanan ini terhenti tahun 2008, karena kesulitan mendapatkan bahan baku. Pemasaran ikan olahan hanya ada dilakukan di sekitar Pangandaran. Hanya sebagian kecil yang dipasarkan keluar wilayah Pangandaran. Skema rantai pemasaran hasil perikanan di Pangandaran disajikan
pada
Gambar 17. Nelayan
. Pengolah
Bakul Pantai
Pengecer
Agen (pedagang besar)
Eksportir
Konsumen Gambar 17 Skema rantai pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Rantai pemasaran hasil tangkapan di Pangandaran dimulai dari nelayan selanjutnya diteruskan ke bakul pantai, pengolah dan pedagang besar (Gambar 17). Pelaku pemasaran yang paling utama adalah bakul pantai karena dapat terhubung langsung dengan nelayan, pengolah dan pedagang besar. 3) Perbaikan alat tangkap Aktivitas lain nelayan Pangandaran adalah perbaikan alat tangkap. Tidak ada waktu khusus nelayan memperbaiki alat tangkapnya. Perbaikan alat tangkap dilakukan jika kondisi alat tangkap sudah sangat buruk seperti jaring yang telah rusak, tali pengikat pelampung dan pemberat yang telah longgar dan dilakukan pada saat tidak melakukan operasi penangkapan ikan atau pada musim paceklik. Gambar 18 memperlihatkan nelayan yang sedang memperbaiki alat tangkap. Perbaikan alat tangkap ini dilakukan diatas perahu. Hal ini terjadi karena tidak adanya tempat khusus yang disediakan sebagai tempat perbaikan alat tangkap yang rusak.
63
Gambar 18 Nelayan yang sedang memperbaiki alat tangkap di Pantai Pangandaran tahun 2011 Pemindahan PPI Pangandaran ke lokasi baru ditanggapi secara berbeda oleh nelayan, namun mayoritas nelayan menyatakan penolakan. Ada nelayan yang bersedia dipindahkan dan ada yang tidak bersedia dipindahkan. Delapan dari sepuluh responden nelayan yang diwanwancarai menyatakan tidak bersedia untuk dipindahkan. Hanya dua responden nelayan yang bersedia dipindahkan dengan syarat pemerintah daerah memberikan jaminan keselamatan bagi nelayan dan perahu jika beraktivitas di lokasi baru PPI. 5.4
Aktivitas Pedagang dan Pengolah Ikan Menurut UPTD PPI Pangandaran, jumlah pedagang ikan atau bakul di
Pangandaran adalah 126 orang pada tahun 2010. Keberadaan pedagang ikan dirasakan sangat penting karena merupakan pelaku pemasaran hasil tangkapan. Pedagang ikan atau bakul di Pangandaran digolongkan terdiri atas: 1) Pedagang besar (bakul besar) adalah pedagang yang membeli ikan kepada nelayan atau bakul pantai dalam jumlah besar. Bakul besar terdaftar di TPI jumlahnya 126 orang. 2) Pedagang pengumpul (bakul pantai) adalah pedagang yang membeli ikan langsung kepada nelayan dan biasanya dalam jumlah sedikit. Ikan yang telah dibeli dari beberapa nelayan selanjutnya dijual kepada bakul besar. Bakul pantai tidak terdaftar di TPI, tidak ada data yang mencatat berapa jumlahnya di Pangandaran. 3) Pengecer (congkel) adalah pedagang ikan yang membeli ikan kepada nelayan untuk selanjutnya dijual eceran atau diolah sendiri. Congkel tidak terdaftar di
64
TPI dan tidak termasuk anggota KUD. Seperti halnya bakul pantai, tidak terdapat data yang menyatakan jumlah pengecer di Pangandaran. Produksi ikan di PPI Pangandaran sangat bervariasi tergantung musim ikan atau musim penangkapan dan atau musim pendaratan hasil tangkapan. Menurut Pane (2008b), musim ikan merupakan banyaknya jumlah ikan yang tertangkap di suatu perairan tertentu, pada waktu tertentu yang lebih banyak dibandingkan waktu-waktu lainnya. Musim pendaratan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan merupakan banyaknya jumlah hasil tangkapan didaratkan di suatu pelabuhan perikanan di waktu tertentu yang lebih banyak dibandingkan waktuwaktu pendaratan lainnya. Waktu musim pendaratan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan dikatakan sama dengan waktu musim ikan di pelabuhan perikanan tersebut bila hasil tangkapan yang didaratkan berasal dari fishing groung atau daerah penangkapan ikan yang sama. Saat musim ikan jumlah ikan yang dapat dibeli oleh pedagang ikan mencapai 18,4 kg sampai 243,7 kg per nelayan, tetapi pada musim paceklik jumlah ikan yang dibeli sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Harga ikan yang dibeli sangat bervariasi tergantung jenis ikan. Penelitian ini dilakukan pada saat musim ikan layur. Harga ikan Layur adalah Rp.10.000/kg. Ikan-ikan yang telah dibeli dari nelayan selanjutnya dijual kepada pedagang pengolah ikan (jongko) yang berada di sekitar Pantai Timur Pangandaran.
Gambar 19 Pedagang ikan sedang melakukan transaksi jual beli ikan dengan pedagang pengolah di Pantai Timur Pangandaran tahun 2011 Bentuk transaksi jual beli antara pedagang ikan dengan pedagang pengolah (jongko) diperlihatkan pada Gambar 19. Transaksi ini biasanya dilakukan pada pagi hari. Pedagang ikan membeli ikan dari nelayan, untuk selanjutnya dijual lagi
65
pedagang pengolah yang berada di sekitar Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran. Menurut UPTD PPI Pangandaran (2011), pada tahun 2010 terdapat 53 orang pengolah ikan atau jongko di Pangandaran. Pengolahan ikan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Bentuk ikan olahannya adalah ikan asin seperti jambal roti, pindang dan digoreng kering. Ikan-ikan olahan tersebut mempunyai kualitas yang baik dan dikemas dalam kantong-kantong plastik transparan. Salah satu kendala yang dihadapi pedagang pengolah bentuk kemasan yang kurang menarik sehingga pemasaran produk olahan ikan baru bisa dilakukan di sekitar wilayah Pangandaran. Pemindahan lokasi PPI Pangandaran menimbulkankan kekhawatiran bagi para pedagang ikan (bakul) dan para pengolah ikan (jongko). Lokasi baru PPI yang cukup jauh dari lokasi wisata dikhawatirkan dapat menyulitkan baik aktivitas pemasaran ikan hasil tangkapan maupun produk olahan perikanan kepada konsumen. Penjualan produk olahan perikanan oleh jongko-jongko sangat bergantung pada kondisi wisata bahari Pangandaran karena mayoritas konsumennya merupakan para wisatawan. 5.5
Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Pangandaran Produksi hasil tangkapan adalah sejumlah ikan hasil tangkapan nelayan
yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Hasil tangkapan tersebut dapat berasal langsung dari nelayan yang berfishing base di suatu pelabuhan perikanan atau juga berasal dari dari pelabuhan perikanan lain yang selanjutnya dibawa ke pelabuhan tersebut melalui transportasi darat (Lubis, 2012). Ikan yang dominan tertangkap di Perairan Pangandaran adalah jenis udang, ikan layang (Trichiurus sp), layur (Decapterus sp), pepetek (Leiognatus sp), manyung (Arius sp), ekor kuning (Caesio sp), selar (Caranx leptolepis), kuwe (Caranx sp), tetengkek (Megalaspis sp), kembung (Rastrelliger sp), cucut (Squalus sp) dan pari (Dasyatis sp). Perkembangan produksi hasil tangkapan PPI Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 20.
66
Tabel 20 Perkembangan produksi dan nilai produksi PPI Pangandaran tahun 2001-2010 Tahun
Produksi (ton)
2001 1.209 2002 1.125 2003 1.608 2004 577 2005 577 2006 420 2007 511 2008 628 2009 216 2010 43 Rata-rata pertumbuhan (%) Kisaran pertumbuhan (%)
Pertumbuhan produksi (%) -6,9 42,9 -64,1 0,0 -27,1 21,5 23,0 -65,7 -80,2 -15,6 -80,2 - 42,9
Nilai produksi (Rpx106) 9.533 9.248 11.324 5.175 5.175 5.325 7.488 9.745 4.831 934 -
Pertumbuhan nilai produksi (%) -3,0 22,4 -54,3 0,0 2,9 40,6 30,1 -50,4 -1,3 -1.3 -50,4 - 40,6
Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011
Produksi ikan di PPI Pangandaran mengalami penurunan sebesar -15,66% per tahun selama periode 2001-2010 dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu antara -80,22% sampai 42,95%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tidak stabil. Hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003 yang mencapai 42,95% dan terendah terjadi pada tahun 2010 yang mencapai -80,22%.. Rata-rata pertumbuhan nilai produksi PPI Pangandaran mengalami penurunan sebesar -1,3% per tahun dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu antara -50,4% sampai 22,4% selama periode tahun 2001-2010. Nilai pro-duksi tertinggi terjadi pada tahun 2003 produksi terendah terjadi pada tahun 2010. Seperti hal nya kisaran pertumbuhan produksi, kisaran niali produksi juga mempunyai nilai yang besar. Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai produksi di PPI Pangandaran juga tidak stabil. Perkembangan produksi dan nilai produksi PPI Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Gambar 20 dan 21.
67
1.800 1.600 Jumlah (ton)
1.400 1.200 1.000 800 600 400 y = 2,6738x2 - 10859x + 1E+07 R² = 0,7145
200 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 20 Kurva perkembangan produksi hasil tangkapan PPI Pangandaran tahun 2001-2010 Produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran mengalami penurunan yang tajam tahun 2001-2010. Perkembangan produksi hasil tangkapan di Pangandaran terbalik dengan berbanding perkembangan nelayan, alat tangkap dan armada penangkapan ikan yang cenderung mengalami peningkatan. Jika ketiga unit penangkapan tersebut dioptimalkan dalam operasi penangkapan ikan, maka diduga akan terjadi peningkatan produksi hasil tangkapan. Kenyataan yang terjadi di Pangandaran adalah terjadi penurunan produksi hasil tangkapan, walaupun perkembangan nelayan, alat tangkap dan armada penangkapan rata-rata mengalami peningkatan. Penurunan produksi ini diindikasikan tidak berhubungan dengan perkembangan nelayan, alat tangkap dan armada penangkapan ikan, namun diduga lebih kepada terjadinya ketidakakuratan data produksi hasil tangkapan. Hal ini dapat diketahui pada subbab 5.3 aktivitas nelayan di Pangandaran. Di dalam subbab tersebut menjelaskan bahwa hasil tangkapan nelayan dijual di atas perahu dan tidak mengalami proses lelang. Penjualan hasil tangkapan di atas perahu tersebut tidak terdata oleh petugas TPI. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap data produksi hasil tangkapan yang menjadi tidak akurat. Menurunnya produksi hasil tangkapan menurut Lubis (2012) berakibat fasilitas yang baik akan menjadi rusak. Kalaupun fasilitas tersebut dioperasikan,
68
secara ekonomis tidak menguntungkan karena biaya operasional dengan pendapatannya tidak seimbang. Selanjutnya Lubis tersebut di atas menyatakan bahwa produksi perikanan yang didaratkan di suatu pelabuhan menurun, antara lain disebabkan oleh potensi sumberdaya ikan di perairan fishing ground-nya sudah menurun; harga ikan di pelabuhan perikanan (PP) atau PPI tersebut tidak layak atau lebih rendah dibandingkan harga ikan di PP atau PPI lainya; serta lokasi PP atau PPI berjauhan dengan lokasi perumahan nelayan yang mengoperasikan perikanan skala kecil. Menurunnya produksi di PP atau PPI juga disebabkan oleh jauhnya daerah konsumen dan prasarana jalan tidak mendukung sehingga para pedagang enggan untuk membeli ikan di pelabuhan. Faktor-faktor lain yang juga menyebabkan menurunnya produksi ikan di pelabuhan adalah tidak terdapatnya suatu fasilitas yang memang diperlukan oleh pengguna atau beberapa fasilitas yang ada sudah rusak. Selain itu juga tidak terdapatnya pengorganisasian aktivitas yang baik di PP/PPI Tidak akuratnya data yang terkumpul di TPI sebagaimana telah dijelaskan sebelumyna di atas, berpengaruh terhadap pelaporan produksi hasil tangkapan. Penurunan produksi selanjutnya berdampak pada penurunan jumlah nilai produksi PPI Pangandaran. Gambar 21 menunjukan perkembangan nilai PPI Pangandaran tahun 2001-2010.
Nilai Produksi (Rp 1.000.000)
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 y = -38,25x2 + 152759x - 2E+08 R² = 0,4152
2.000 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 21 Kurva perkembangan nilai produksi PPI Pangandaran tahun 2001-2010
2011
69
Perkembangan nilai produksi di PPI Pangandaran mengalami penurunan selama periode tahun 2001-2010. Penurunan nilai produksi yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2010. Hal ini merupakan dampak dari penurunan produksi pada tahun tersebut. 5.6 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan yang beroperasi di Pangandaran bersifat sederhana. Nelayan belum memanfaatkan teknologi GPS atau fish finder yang dapat membantu dalam operasi penangkapan ikan. Alat tangkap dan armada penangkapan yang digunakan sangat sederhana. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan nelayan Pangandaran relatif sama dengan penduduk di Kabupaten Ciamis yaitu tamat SD/sederajat, sehingga kemampuan dalam penguasaan teknologi relatif terbatas. 1) Nelayan Jumlah nelayan di Pangandaran mencapai 1.935 orang tahun 2010, tersebar di tiga desa yaitu Babakan, Pangandaran dan Pananjung. Jumlah nelayan di Babakan adalah 383 orang (20%), Pangandaran 518 orang (27%) dan Pananjung 1.034 orang (53%). Jumlah dan perkembangan nelayan Pangandaran disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan perkembangan nelayan Pangandaran tahun 2001-2010 Tahun Jumlah Nelayan 2001 1.167 2002 1.038 2003 1.937 2004 2.016 2005 2.298 2006 2.538 2007 2.518 2008 2.380 2009 2.380 2010 1.935 Rata-rata pertumbuhan (%) Kisaran pertumbuhan (%) Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011
Pertumbuhan (%) -11,05 86,61 4,08 13,99 10,44 -0,79 -5,48 0 -18,70 7,91 -18,70 - 86,61
70
Nelayan di Pangandaran tidak hanya berasal dari penduduk asli setempat, tetapi ada juga yang berasal dari beberapa derah seperti Banjar, Tasikmalaya, Pameungpeuk, Cilacap (UPTD PPI Pangandaran, 2011). Tidak ada data yang menunjukkan berapa jumlah nelayan asli Pangandaran ataupun yang berasal dari daerah lain. Pertumbuhan nelayan Pangandaran mengalami peningkatan 7,91% selama periode tahun 2001-2010. Kisaran pertumbuhan antara -18,70% tahun 2010 dan 86,61% tahun 2003. Perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran disajikan pada Gambar 22. 3000 2500 2000 y = -44,754x2 + 179630x - 2E+08 R² = 0,8997
1500 1000 500 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 22 Kurva perkembangan jumlah nelayan Pangandaran tahun 2001-2010 Perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran cenderung mengalami peningkatan selama periode 2001-2010. Peningkatan jumlah nelayan terjadi karena tidaka da persyaratan khusus menjadi nelayan. Peningkatan jumlah nelayan terjadi tahun 2001-2006, tetapi kemudian mengalami penurunan pada periode 2007-2010.
2) Alat tangkap Jumlah alat tangkap di Pangandaran adalah 1.797 unit atau 75% dari jumlah alat tangkap di Kabupaten Ciamis. Alat tangkap ini terdiri atas enam jenis yaitu Jaring arad 15 unit (0,8%), Gillnet 1.221 unit (68%), Pancing rawai 201 unit (11,2%), Dogol 193 unit(10,7%), Bagan 20 unit (1,1%) dan Trammel net 147 unit (8,2%) (UPTD PPI Pangandaran, 2011). Perkembangan alat tangkap di Pangandaran selama tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 22.
71
Tabel 22 Jumlah dan perkembangan alat tangkap di Pangandaran tahun 2001- 2010 Tahun Jaring arad
Gillnet
Jenis Alat Tangkap Pancing Dogol Rawai
Bagan
Jumlah (unit)
Tramell net
Pertumbuhan (%)
2001
18
747
213
187
0
433
1.598
-
2002
18
747
213
187
13
433
1.611
0,8
2003
37
843
84
141
36
83
1.224
-24,0
2004
12
737
85
158
36
94
1.122
-8,3
2005
12
737
85
158
0
94
1.086
-3,2
2006
12
475
50
97
16
52
702
-35,3
2007
14
1.648
85
97
20
52
1.916
172,9
2008
15
1.221
201
193
20
147
1.797
-6,2
2009
15
1.221
201
193
20
147
1.797
0,0
2010
15
1.221
201
193
20
147
1.797
0,0
Rata –rata pertumbuhan (%)
9,7
Kisaran pertumbuhan (%)
-35,3- 172,9
Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011
Pertumbuhan alat tangkap di Kecamatan Pangandaran mengalami peningkatan sebesar 9,7% per tahun selama periode tahun 2001-2010. Kisaran pertumbuhan antara -35,3% sampai 172,9%. Besarnya nilai kisaran meperlihatkan bahwa pertumbuhan alt tangkap selama periode tersebut tidak stabil, waupun secara rata-rata mengalami peningkatan. Perkembangan alat tangkap di Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Gambar 23.
Jumlah Alat tangkap (unit)
2.500 y = 29,92x2 - 119963x + 1E+08 R² = 0,4506
2.000 1.500 1.000 500 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 23 Kurva perkembangan alat tangkap di Pangandaran tahun 2001-2010 Perkembangan alat tangkap di Kecamatan Pangandaran cenderung mengalami peningkatan selama periode 2001-2010. Peningkatan jumlah alat
72
tangkap yang signifikan terjadi tahun 2007. Peningkatan ini disebabkan pemberian bantuan alat tangkap Gillnet oleh pemerintah daerah kepada nelayan sebagai pengganti alat tangkap nelayan yang hilang dan rusak akibat tsunami di Pangandaran (Subbab 4.2.1). Menurut Fauzy (2009) pemberian bantuan alat tangkap Gillnet oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk menjaga stabilitas perikanan tangkap di Pangandaran akibat bencana tsunami. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD PPI Pangandaran diketahui bahwa jumlah alat tangkap bantuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah alat tangkap sebelum terjadinya tsunami.
3) Armada penangkapan Jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Pangandaran pada tahun 2010 adalah 1.089 unit. Armada ini terdiri atas kapal motor, perahu motor tempel dan perahu tanpa motor. Kapal motor berjumlah satu unit (0,09%), perahu motor tempel 1.066 unit (97,8%) dan perahu tanpa motor 22 unit (2,1%) (UPTD PPI Pangandaran, 2011). Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan di Pangandaran disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan di Pangandaran tahun 2001-2010
Tahun
Kapal Motor
2001 4 2002 4 2003 4 2004 4 2005 4 2006 4 2007 4 2008 4 2009 4 2010 1 Rata-rata pertumbuhan (%) Kisaran pertumbuhan (%)
Jenis Armada Perahu Perahu motor tanpa tempel motor 589 23 639 23 948 0 946 0 946 0 531 0 1.260 0 1.066 22 1.066 22 1.066 22
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2010
Jumlah (unit) 616 666 952 950 950 535 1.264 1.092 1.092 1.089
Pertumbuhan (%) 8,1 42,9 -0,2 0,0 -43,6 136,2 -13,6 0,0 -0,2 12,9 -43,6 - 136,2
73
Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang paling banyak digunakan oleh nelayan Pangandaran. Perahu ini terbuat dari bahan fibreglass dengan ukuran panjang (LOA) 7,0-11,5 meter, lebar (B) 0,8-1,2 meter dan dalam (D) 0,75-1,5 meter dengan kapasitas daya motor rata-rata 7 PK (Pärk de Krächt). Pertumbuhan armada penangkapan ikan di Kecamatan Pangandaran mengalami peningkatan sebesar 12,9% selama periode 2001-2010.
Kisaran
pertumbuhan antara -43,6% sampai 136,2%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan armada penangkpan ikan selama periode tersebut tidak stabil, walaupun secara rata-rata mengalami peningkatan. Pertumbuhan armada tertinggi terjadi tahun 2007, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi tahun 2006. Pertumbuhan armada penangkapan ikan yang tinggi di tahun 2007 terjadi karena adanya pemberian bantuan armada penangkapan ikan kepada nelayan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis. Perkembangan armada penangkapan ikan di Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Gambar 24. 1.400
Jumlah Armada (unit)
1.200 1.000 800 600 y = -3,3333x2 + 13421x - 1E+07 R² = 0,4339
400 200 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 24 Kurva perkembangan armada penangkapan ikan di Pangandaran tahun 2001-2010 Perkembangan armada penangkapan ikan di Kecamatan Pangandaran cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah armada terjadi tahun 2001-2003, kemudian terjadi penurunan yang sangat signifikan tahun 2006. Penurunan jumlah armada ini terjadi akibat bencana tsunami yang melanda
74
wilayah Pangandaran. Peningkatan jumlah armada kembali terjadi tahun 2007 kemudian mengalami stagnan hingga tahun 2010.
Gambar 25 Perahu yang digunakan nelayan Pangandaran tahun 2011
5.7
Pengelolaan PPI Pangandaran di lokasi Baru
5.7.1 Aktivitas pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru Aktivitas pengelola di PPI Pangandaran di lokasi baru adalah aktivitas di kantor pengelola yaitu pengurusan perizinan, dan pendataan unit penangkapan ikan di Pangandaran. Hal ini terjadi karena tidak adanya aktivitas pendaratan ikan di tempat tersebut. Tidak adanya aktivitas pendaratan dan pemasaran disebabkan nelayan tidak mau mendaratkan hasil tangkapannya di lokasi baru. Pihak pengelola PPI Pangandaran dan pemerintah daerah belum berhasil memindahkan nelayan dan pedagang ikan agar mau beraktivitas di PPI Pangandaran. Menurut penulis, diduga terjadi kesalahan dalam perencanaan pembangunan PPI Pangandaran di lokasi baru. Aspirasi nelayan dan pedagang ikan tidak menjadi pertimbangan dalam pemindahan lokasi baru PPI. Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran sebaiknya tetapi di lokasi lama karena lebih terlindung. Pangkalan Pendaratan Ikan di lokasi lama tetap dapat difungsikan kembali untuk menghindari kerugian jika terjadi bencana. Lokasi lama PPI relatif ideal karena terlindung oleh Teluk Pananjung, dekat dengan pemukiman nelayan dan dekat dengan daerah pemasaran, tetapi belum ada penataan kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari. Kegiatan perikanan tangkap dapat mendukung kegiatan wisata bahari.
75
5.7.2 Pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru Tugas pengelolaan PPI Pangandaran di lokasi baru sesuai dengan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 294 tahun 2004 yaitu; melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan dan tugas lainnya. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Organisasi UPTD PPI Pangandaran yaitu (SK Bupati Ciamis vide Hermawan, 2009): 1) Mengelola Pangkalan Pendaratan Ikan, yang terdiri atas: (1) Administrasi umum, kepegawaiann, keuangan dan retribusi, (2) Tempat Pelelangan Ikan, (3) Sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan, (4) Perbengkelan. 2) Program pembinaan, pada : (1) Nelayan yang tersebar di beberapa wilayah Rukun nelayan, (2) Pengolah ikan yang tersebar di sentra pengolahan ikan, (3) Bakul ikan yang terdapat di setiap Pangkalan Pendaratan Ikan, (4) Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan kelompok binaan. 3) Program Pengawasan, yaitu : (1) Produksi ikan hasil laut yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) di setiap wilayah Pangakalan Pendaratan Ikan Hasil pengamatan penulis memperlihatkan bahwa Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) belum terdapat di Kecamatan Pangandaran. (2) Perizinan, yang terdiri atas : Surat Izin Penangkapan Ikan, Surat Izin Pengolahan Ikan, Surat Izin Budidaya Ikan, dan Izin bakul (3) Pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya oleh Pokmaswas, Instansi terkait serta semua pemangku kepentingan. Pengoperasian pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan harus memperhatikan pengorganisasian dan pengelolaan dengan baik agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Keberhasilan pengelolaan pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan bergantung kepada kualitas sumberdaya manusia (SDM) yaitu pengelola pelabuhan, nelayan, pedagang ikan, pedagang dan pengolah ikan yang melaksanakan aktivitas di tempat tersebut. Pengelola PPI Pangandaran baru hanya ada tiga orang yaitu Kepala UPTD (Kepala PPI), dan
76
dibantu oleh dua orang pelaksana. Struktur organisasi pengelola PPI Pangandaran disajikan pada Gambar 26. Kepala (UPTD) PPI Pangandaran Atang Kuncara NIP 196050607 198603 1 007
Pelaksana
Pelaksana
Subur
Nono Pitrono
NIP 19650402 199703 1 0003
NIP 19580615 198503 1 007
Sumber : UPTD PPI Pangandaran
Gambar 26 Struktur Organisasi UPTD PPI Pangandaran Struktur organisasi pengelola PPI Pangandaran kurang mendukung tugas UPTD sesuai dengan Keputusan Bupati Ciamis No 294 tahun 2004. Sumber daya manusia pengelola PPI Pangandaran belum cukup memadai karena hanya lulusan SMA dengan pengalaman yang terbatas. Terbatasnya SDM dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi pelaksanaan tugas UPTD PPI Pangandaran.