5
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI Pendaratan hasil tangkapan merupakan pemindahan hasil tangkapan dari atas kapal ke daratan pelabuhan, yang nantinya akan didistribusikan ke daerah pemasaran. Pendaratan dan penanganan hasil tangkapan mempengaruhi mutu hasil tangkapan yang didaratkan di suatu Pelabuhan Perikanan (PP) atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Mengingat hasil tangkapan mudah mengalami kemunduran atau mudah sekali rusak jika tidak dilakukan perlakuan khusus, maka cara pendaratan dan penanganan hasil tangkapan di suatu PP/PPI harus mampu menjaga mutu hasil tangkapan supaya tetap baik (Setiawan, 2006). Dalam mendaratkan hasil tangkapan harus memperhatikan prosedur yang benar karena terkait dengan mutu hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Prosedur tersebut harus sesuai dan mampu menjaga mutu hasil tangkapan supaya tetap segar. Nelayan dalam melakukan proses pendaratan hasil tangkapan biasanya hanya mengandalkan pengetahuan seadanya, hal ini tidak terlepas dari tingkat pendidikan nelayan yang masih rendah. Proses perubahan mutu hasil tangkapan telah terjadi sejak ikan selesai ditangkap sampai didistribusikan. Ikan ditempatkan di palka kapal, sesampainya di pelabuhan selanjutnya dikeluarkan ke dek kapal sampai dermaga pendaratan bongkar kemudian dari dermaga pendaratan tersebut diangkut menuju TPI dan seterusnya sampai pendistribusian ke konsumen (Mulyadi, 2007). Ikan mempunyai karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan komoditas lain, dengan penanganan yang semestinya diharapkan mampu membantu mempertahankan mutu ikan itu sendiri, karena mutu ikan sebenarnya tidak dapat ditingkatkan lagi tetapi hanya dapat dipertahankan (Junianto, 2003 vide, Setiawan, 2006), dengan menghentikan metabolisme bakteri yang ada di dalam tubuh ikan. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan penyimpanan yang menggunakan es. Cara ini tidak saja mencegah degradasi atau penurunan kesegaran fisik ikan, tetapi juga mencegah penurunan mutu dan penyusutan berat karena hasil tangkapan mengering. Kesegaran hasil tangkapan dapat diketahui dengan ciri-ciri morfologi hasil tangkapan tersebut, seperti kondisi
6
mata, insang, daging dan perut, dan kondisi konsistensi. Ciri-ciri hasil tangkapan yang kondisinya segar digambarkan dalam (Tabel 1). Tabel 1 Ciri-ciri hasil tangkapan yang segar Parameter Tekstur daging
Mata Insang Bau
Keadaan perut dan sayatan daging
Keadaan kulit dan lendir
Hasil tangkapan segar
Hasil tangkapan busuk
Elasitis dan jika ditekan tidak ada Daging kehilangan bekas jari serta padat atau kompak elastisitasnya atau lunak jika ditekan maka bekas tekanannya lama hilang Pupil hitam menonjol dengan kornea Pupil mata kelabu tertutup jernih, bola mata cembung dan lendir seperti putih susu, cemerlang atau cerah bola mata cekung dan keruh Insang berwarna merah atau Warna merah coklat sampai cemerlang atau merah tua tanpa keabu-abuan dan lendir adanya lender tebal Bau segar, atau sedikit berbau amis Bau meusuk seperti asam yang lembut asetat dan lama kelamaan menjadi bau busuk yang menusuk hidung Perut tidak pecah masih utuh dan Perut sobek, warna sayatan warna sayatan daging cemerlang serta daging kurang cemerlang jika ikan dibelah daging melekat kuat dan terdapat warna merah sepanjang tulang belakang pada tulang terutama rusuknya serta jika di belah maka daging akan mudah lepas Warnanya sesuai dengan aslinya dan Warnanya sudah pudar dan cemerlang, lendir di permukaan memucat, lendir tebal dan jernih dan transparan dan baunya menggumpal serta lengket, khas menurut jenisnya. warnanya berubah menjadi putih susu.
Sumber : (Junianto, 2003 vide Setiawan, 2006).
Menurut (Pane, 2008) proses pendaratan hasil tangkapan yang biasa dilakukan oleh nelayan adalah sebagai berikut : 1) Pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke atas dek kapal 2) Penurunan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga pendaratan 3) Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke gedung TPI ad 1) Pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke atas dek kapal Pembongkaran hasil tangkapan dari dalam palka kapal pada umumnya dilakukan oleh anak buah kapal (ABK) secara bergantian. Alat yang digunakan untuk mengambil hasil tangkapan dari dalam palka kapal berupa serok. Hasil tangkapan yang mempunyai ukuran yang lebih besar, biasanya langsung diambil
7
menggunakan tangan oleh salah satu ABK kemudian ditempatkan ke dalam serok, kemudian dipindahkan ke atas dek kapal atau langsung diturunkan ke dermaga pendaratan. Dalam melakukan pembongkaran hasil tangkapan tidak diperbolekan menggunakan sekop atau garpu, guna menghindari luka pada badan hasil tangkapan. Sebelum hasil tangkapan ditimbang, es yang menempel pada tubuh ikan terlebih dahulu harus dipisahkan, supaya lebih memudahkan dalam penimbangan, juga hasil penimbangannya lebih akurat. Setelah ditimbang, hasil tangkapan terlebih dahulu harus diberi es lagi. Wadah untuk hasil tangkapan harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, seperti alumunium ataupun plastik. Hasil tangkapan jangan sampai terkena matahari langsung dan es selalu ditambahkan bila diperlukan lama waktu yang lama untuk pelelangan, pengangkutan, atau sebelum pengolahan. Kalau terlalu lama menunggu, hendaknya disimpan di kamar pendingin (cool room). Hasil tangkapan yang dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam palka merupakan hasil tangkapan yang di beri es, kemudian dilanjutkan ke palka hasil tangkapan yang diberi garam. Hal ini terkait dengan, kemampuan es dalam mempertahankan mutu hasil tangkapan lebih pendek kapal dibandingkan dengan penggunaan garam (Setiawan, 2006). Biasanya hasil tangkapan yang berada ditumpukan teratas kondisinya cukup segar, akan tetapi untuk ikan yang berada di tumpukan bagian bawah kondisinya sudah rusak. Rusaknya hasil tangkapan karena hari berlayar yang cukup lama (kurang lebih 35 hari), tumpukan hasil tangkapan yang cukup tingggi dan es yang digunakan tidak mampu bertahan lama untuk menjaga kondisi hasil tangkapan agar tetap segar. Pelabuhan perikanan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Perancis dan negara maju lainnya, pembongkaran hasil tangkapannya dilakukan secara mekanik menggunakan katrol, ban berjalan dan mesin sortir (Pane, 2008). Baik buruknya cara pembongkaran hasil tangkapan, alat yang digunakan, kondisi tempat pembongkaran, serta kondisi karyawan akan sangat mempengaruhi mutu hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke atas dek kapal
8
atau ke dalam keranjang pada saat di pelabuhan harus memperhatikan hal-hal berikut (Batubara, 1989 vide Rahandiansyah, 2003) : (1) Pembongkaran hasil tangkapan dari dalam palka kapal dilaksanakan pagi hari untuk menghindari pengaruh langsung panasnya terik matahari ; (2) Mata rantai pendingin harus tetap terjaga, artinya di tempat-tempat pembongkaran harus dipersiapkan wadah-wadah yang diisi dengan air dingin; (3) Cara pengangkatan hasil tangkapan harus sedemikian rupa, sehingga badan hasil tangkapan tidak tertekuk ; (4) Tempat-tempat yang runcing dan tajam yang akan dilalui oleh hasil tangkapan harus diberi lapisan pelunak, sehingga tidak merusak kulit hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang berada di atas dek kapal tidak langsung diturunkan ke dermaga pendaratan melainkan dilakukan penyortiran terlebih dahulu. Penyortiran ini bertujuan untuk mengelompokan hasil tangkapan berdasarakan jenis, ukuran dan mutunya supaya mempermudah penentuan harga di dalam proses pelelangan nantinya. Penyortiran hasil tangkapan dilakukan di atas dek kapal, yaitu pada saat hasil tangkapan akan dimasukkan ke dalam palka kapal, maupun pada saat membongkarnya. Menurut Departemen Pertanian (1997) vide Rusmali (2002), kegiatan penyortiran hasil tangkapan sebaiknya dilakukan di atas meja yang terbuat dari bahan alumunium, stainless steel atau beton. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses pembersihan ikan di dalam penyortiran hasil tangkapan, menghilangkan darah dan kotoran dari atas meja yang pencuciannya dengan menggunakan air bersih. ad 2) Penurunan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga pendaratan Hasil tangkapan yang sudah disortir dan disusun ke dalam basket kemudian ditempatkan ke haluan kapal yang nantinya diturunkan ke dermaga pendaratan. Penurunan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga pendaratan dilakukan dengan cara dipikul dan atau di turunkan dengan menggunakan papan luncur yang disandarkan pada haluan kapal dan diletakkan miring. Penurunan basket yang berisi hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga pendaratan biasanya dilakukan oleh sebagian ABK. Jika dalam menurunkan
9
menggunakan papan luncur, maka dua orang ABK menurunkan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga pendaratan, satu orang ABK menghadang laju basket yang meluncur dan dua orang ABK lainnya mengangkat basket ke alat angkut. Proses pendaratan hasil tangkapan dari kapal tradisional biasanya dilakukan di dermaga pendaratan yang berada di depan gedung tempat pelelangan ikan (TPI) untuk mempermudah pengangkutan hasil tangkapan ke gedung TPI. Hasil tangkapan di tempatkan ke dalam keranjang (basket) menurut jenis, ukuran, dan mutunya. Selanjutnya hasil tangkapan diturunkan dari atas kapal ke dermaga pendaratan. (Wistati, 1997) ad 3) Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke gedung TPI Menurut Rahayu (2000) setelah hasil tangkapan diturunkan ke dermaga pendaratan, kemudian di angkut ke gedung TPI. Alat yang digunakan untuk mengangkut adalah lori atau kereta dorong. Pengangkutan dilakukan oleh 7 sampai 10 orang buruh angkut per kapal. Sebelum diangkut ke gedung TPI, hasil tangkapan terlebih dahulu disiram dengan air bersih untuk membersihkan kotoran, lendir dan darah dari tubuh ikan. Fasilitas pendaratan adalah fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan yang mendukung kelancaran aktivitas pendaratan hasil tangkapan. Keberadaan fasilitas ini tidak bersifat mutlak, sebagai contoh di PPP Lempasing, nelayan dalam mendaratkan hasil tangkapannya tidak di dermaga pendaratan, tetapi mereka menggunakan teluk sebagai dermaga pendaratan alami. Fasilitas yang mendukung aktivitas pendaratan ikan adalah sebagai berikut ; 1)
Dermaga pendaratan Dermaga pendaratan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat labuh
kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan menangkap ikan di laut (Lubis, 2000). Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dermaga pendaratan diantaranya adalah fender dan bollard. Fender adalah fasilitas pelabuhan yang berfungsi untuk menghindari kerusakan kapal akibat benturan badan kapal dengan dinding dermaga pendaratan pada saat bertambat. Bollard merupakan konstruksi untk mengaitkan tali kapal pada saat bertambat. Di pelabuhan perikanan, dermaga pendaratan berfungsi sebagai tempat untuk membongkar muatan (unloading), mengisi bahan bakar (out fitting) dan
10
tempat bertambat (idle berthing). Di pelabuhan tertentu, masing-masing fungsi tersebut mempunyai dermaga pendaratan tersendiri, sehingga terdapat istilah dermaga pendaratan untuk bongkar, dermaga pendaratan untuk mengisi perbekalan dan dermaga pendaratan untuk berlabuh. Namun ada kalanya ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada dermaga pendaratan yang sama. 2)
Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
yang akan bersandar di dermaga pendaratan. Kolam pelabuhan merupakan bagian perairan yang menampung kegiatan kapal perikanan untuk melakukan bongkar muat, tambat labuh, mengisi perbekalan dan memutar kapal (Anonim, 1981). Menurut Lubis (2000), kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi menjadi dua, yaitu sebagai tempat alur pelayaran yang merupakan tempat masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga pendaratan dan sebagai kolam putar, artinya daerah untuk berputarnya kapal (turning basin). Kolam putar mempunyai diameter dua kali panjang kapal bagi yang menggunakan kapal tunda dan tiga kali atau lima kali panjang kapal yang tanpa menggunakan kapal tunda. Radius turning basin untuk putaran ideal dua kali panjang kapal, sedangkan untuk radius putaran minimal satu sampai 1,2 kali panjang kapal (Anonim, 1981)
2.2 Pemasaran dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPI Kegiatan pemasaran yang dilakukan di suatu pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional maupun ekspor tergantung dari tipe pelabuhan tersebut. Pada dasarnya pemasaran produksi hasil tangkapan bertujuan untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi para nelayan maupun pedagang. Dengan demikian, maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir dengan baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. Menurut (Misran, 1985 vide Setiawan, 2006), sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan di Indonesia, yaitu : 1) TPI Æ pedagang besar Æ pedagang lokal Æ pengecer Æ konsumen 2) TPI Æ pedagang besar Æ pedagang lokal Æ pengecer
11
3) TPI Æ pengecer Æ konsumen Pada sistem rantai pemasaran pertama, hasil tangkapan dari TPI dibeli oleh pedagang besar, pedagang besar menjualnya ke pedagang lokal di daerah tersebut kemudian pedagang lokal menjualnya ke pengecer, setelah itu sampai ke konsumen (biasanya skala rumah tangga). Pada sistem rantai kedua, hampir serupa dengan sistem rantai pemasaran pertama namun hasil tangkapan dari TPI tidak sampai ke konsumen hanya sampai pada pengecer. Pada sistem rantai pemasaran ketiga, hasil tangkapan dari TPI tidak melalui pedagang besar maupun pedagang lokal namun langsung ke pengecer kemudian dijual ke konsumen. Dalam pemasaran hasil tangkapan memperhatikan kualiatas hasil tangkapan adalah penting. Kualitas pemasaran hasil tangkapan merupakan indikator penting dalam rangkaian proses pendistribusian ikan hasil tangkapan dari produsen sampai ke konsumen akhir. Baik buruknya kualitas pemasaran hasil tangkapan di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan sangat dipengaruhi oleh kelancaran proses pemasaran atau penyaluran hasil tangkapan itu sendiri. Terkait dengan distribusi hasil tangkapan di pelabuhan, Lubis (2000) mengelompokkannya ke dalam fungsi umum yaitu fungsi untuk menangani barang-barang yang terbagi kedalam dua bagian sebagai berikut : 1) Penanganan barang-barang yang pusat penggerak sirkulasinya ada di hinterland. Fungsi ini umumnya menangani arus barang-barang yang dibawa oleh kapal-kapal dari atau menuju hinterland pelabuhan. 2) Penanganan barang-barang yang pusat-pusat penggerak sirkulasinya di foreland (bersifat kemaritiman) dan di pelabuhan. Fungsi penanganan barang-barang yang pusat penggerak sirkulasinya ada di hinterland terbagi dua yaitu: 1) Fungsi transit, yaitu fungsi yang bersifat langsung jika barang-barang yang dibawa tetap berada di kapal atau tidak memerlukan penyimpanan di gudang dan bersifat tidak langsung bila barang-barang perlu disimpan di gudang. 2) Fungsi industri, yaitu memberikan pelayanan terhadap pabrik-pabrik industri yang terletak di wilayah pelabuhan. Pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan terdapat beberapa istilah yang sering digunakan yaitu :
12
1) Pasar (market) yaitu suatu tempat atau rangkaian kegiatan dari penjual dan pembeli baik berhadapan satu sama lain secara langsung atau melalui suatu alat perhubungan maupun dengan perantara agen atau pedagang perantara untuk melakukan pembelian, penjualan, tukar menukar barang dan jasa ; 2) Perdagangan besar (whole sale), cara penjualan komoditi perikanan secara besar-besaran atau dalam jumlah yang besar ; 3) Pedagang besar (whole saler), pengusaha atau badan usaha yang melakukan penjualan barang dagangan atau komoditi perikanan secara langsung kepada pedagang eceran atau orang lain untuk dijual kembali ; 4) Perdagangan eceran (retail), cara penjualan dalam jumlah yang kecil untuk konsumsi ; 5) Pedagang eceran (retailer), pedagang kecil yang langsung menjual kepada konsumen terakhir ; 6) Volume persediaan, jumlah barang atau komoditi perikanan yang siap untuk dipasarkan di pasar tertentu pada lama waktu tertentu ; 7) Volume penjualan, jumlah barang atau komoditi perikanan yang tertentu dan lama waktu tertentu, dan 8) Harga pasar, harga yang terjadi di pasar tertentu dibayar oleh pembeli untuk suatu jenis dan jumlah barang atau komoditi pada lama waktu tertentu. Biaya pendistribusian hasil tangkapan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul atau penjual hasil tangkapan untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) menuju daerah tujuan pendistribusian. Adapun biaya tersebut, meliputi ; biaya pembelian hasil tangkapan dari nelayan, biaya sewa mobil pengangkut hasil tangkapan, biaya upah pedagang dan pekerja, biaya es untuk mengawetkan hasil tangkapan, biaya bahan bakar, dan lainnya (Krisdiyanto, 2007).
2.3 Efisiensi Pendaratan dan Pendistribusian Hasil Tangkapan Efisiensi adalah ketepatan cara dan kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang lama waktu tenaga dan biaya. Sedangkan efektivitas adalah semua usaha atau tindakan yang membawa hasil. Menurut Hanafiah dan Saeffudin (1983), efisiensi teknis berarti pengendalian fisik daripada
13
produksi dan dalam term ini mencakup hal-hal : prosedur, teknis, dan besarnya skala operasi, dengan tujuan penghematan fisik seperti mengurangi kerusakan (waste), mencegah merosotnya suatu produk dan menghemat tenaga kerja. Penghematan fisik mengakibatkan pengurangan ongkos. Menurut Dwianto (1991) vide Krisdiyanto (2007), mengatakan bahwa konsep efisiensi teknis merupakan konsep hubungan ratio input-output pada suatu proses produksi dalam satuan fisik atau nilai apapun kombinasi keduanya, tanpa secara khusus memperhatikan keuntungan maksimum. Terhadap hal ini yang penting adalah memaksimumkan produk rata-rata input tertentu dan jika ini tercapai maka secara teknis produksi telah efisien. Dalam analisis ekonomi, efisiensi bertindak sebagai “alat pengukur” untuk menilai
pemilihan-pemilihan.
Efisiensi
pada
umumnya
menunjukkan
perbandingan antara nilai output terhadap nilai-nilai input. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien daripada yang lain apabila metode tersebut menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk per satuan input yang digunakan. Efisiensi teknis menggambarkan penggunaan input fisik untuk bereproduksi tanpa meminta begitu banyak biaya. Bila efisiensi teknis tersebut dinilai dengan uang, maka menjadi efisiensi ekonomis (Bishop dan Toussaint, 1997 vide Herlindah, 1994). Efisiensi pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan penting dilakukan sejak di PPI. Efisiensi pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan di PPI merupakan hasil pelaksanaan pendaratan dan pendistribusian yang dilakukan melebihi efektifitasnya yaitu yang melebihi dari semestinya, baik dari sisi proses pelaksanaan maupun dari sisi lama waktu (Pane, 2005 vide Krisdiyanto, 2007). Efektifitas pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan digambarkan sebagai pelaksanaan hasil peendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan, sehingga hasil tangkapan tiba tepat lama waktu dengan jumlah dan mutunya tetap terjaga di setiap titik pendaratan dan pendistribusian sampai ke daerah atau sampai ke tangan konsumen. Pada pengertian di atas, termasuk di dalam proses adalah cara, tahapan, pelaku, dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan. Efektivitas teknis pendaratan hasil tangkapan didefinisikan sebagai kesesuaian proses dan komponen proses pendaratan hasil tangkapan dengan yang
14
seharusnya. Proses meliputi, proses pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke keranjang, proses penurunan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan dan transportasi dari dermaga pendaratan ke TPI. Komponen proses meliputi komponen-komponen di dalam proses yaitu lama waktu, pencucian, mutu ikan, pemanfaatan fasilitas dan proses itu sendiri. Efektivitas teknis pendaratan hasil pendaratan dipengaruhi oleh: (1) Penanganan hasil tangkapan setelah dilakukan proses penangkapan ; (2) Jumlah es yang membantu mempertahankan kesegaran hasil tangkapan ; (3) Kondisi wadah atau palka penyimpanan hasil tangkapan ; (4) Proses pembongkaran hasil tangkapan saat dilakukan pendaratan ; (5) Kondisi
keranjang
sebagai
wadah
hasil
tangkapan
saat
dilakukan
pembongkaran ; (6) Lama waktu sejak ikan ditangkap, dibawa ke pelabuhan untuk dibongkar selanjutnya dijual ke TPI.
2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, mengelompokkan PPI sebagai pelabuhan perikanan tipe ke empat dengan kriteria (Anonim, 2006) : (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan ; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangya 3 GT ; (3) Panjang darmaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam minus 2m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan. Terdapat dua jenis pengelompokkan fungsi PP/PPI yaitu ditinjau dari pendek kapalatan kepentingan dan dari segi aktivitasnya, namun kedua jenis kelompok tersebut pada dasarnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Fungsi PP/PPI berdasarkan pendek kapalatan kepentingan adalah sebagai berikut : (Lubis, 2006)
15
1) Fungsi maritim, yaitu PP/PPI mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman, yaitu suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya. 2) Fungsi pemasaran, yaitu suatu tempat awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan. 3) Fungsi jasa, yaitu meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) vide Sumiati (2006), PP/PPI merupakan pusat pengembangan ekonomi yang meliputi aspek produksi, pengolahan dan pemasaran. Adapun peranan PP/PPI adalah : 1) Pusat aktivitas produksi, yaitu PP/PPI sebagai tepat para nelayan malakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya ; 2) Pusat aktivitas pengolahan, yaitu PP/PPI menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya ; 3) Pusat aktivitas pemasaran, yaitu PP/PPI merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan. Di dalam fungsi dan peranannya, PP/PPI dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PP/PPI umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan/penunjang (Lubis 2006) 1) Fasilitas pokok Fasilitas ini berfungsi untuk manjamin keamanan dan kelancaran kapal baik selama waktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun selama waktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain adalah dermaga pendaratan, kolam pelabuhan, alat bantu navigasi, breakwater, atau pemecah gelombang. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas ini berguna untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk : (1) Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya antara lain tempat pelelangan ikan (TPI) ; fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil
16
tangkapan ikan seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan ; pabrik es ; gedung es ; refrigerasi/fasilitas pendingin seperti cool room,dan cool storage ; dan gedung-gedung pemasaran. (2) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikkan armada dan alat penangkapan ikan antara lain lapangan perbaikkan alat penangkapan ikan, ruangan mesin, tempat penjemuran alat penangkapan ikan, bengkel, slipways, gudang jaring, dan vessel lift. (3) Fasilitas perbekalan seperti tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar. (4) Fasilitas komunikasi yaitu stasiun jaringan telepon dan radio SSB. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas ini secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu : (1) Fasilitas kesejahteraan antara lain MCK, poliklinik, mess, kantin/warung, dan musholla. (2) Fasilitas administrasi antara lain kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dan kantor bea cukai. Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke terletak di daerah yang cukup strategis, aksesibilitas ke tempat ini sangat baik, kondisi jalan yang beraspal, dengan sarana transportasi yang menuju ke tempat ini adalah bis dan angkutan umum. Dalam perkembangannya secara fungsional Pelabuhan Perikanan dan Pendaratan Ikan Muara Angke yang berstatus sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan Daerah telah memiliki fasilitas sebagaimana dimiliki oleh pelabuhan perikanan nusantara. Hal ini dapat ditinjau dari jumlah produksi hasil perikanan dan kelautan yang didaratkan dan dipasarkan, maupun faslitas yang dimiliki (UPT PPI Muara Angke, 2006). Di kawasan PPI Muara Angke telah tersedia atau dibangun berbagai fasilitas baik yang dibangun oleh UPT PKPP dan PPI, instansi terkait maupun pihak swasta, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Fasilitas yang tersedia atau dibangun dimaksud yaitu sebagai berikut :
17
Tabel 2 No I
II
III
Fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang di PPI Muara Angke, 2007 Jenis fasilitas Fasilitas pokok 1. Lahan 2. Dermaga pendaratan 3. Pemecah gelombang 4. Kolam pelabuhan 5. Fender 6. Bolder 7. Turap/tanggul penahan air pasang 8. Jalan kawasan 9. Saluran pembuangan air Fasilitas Fungsional 1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2. Pasar grosir 3. Pasar pengecer 4. Menara pengawasan 5. Navigasi pelayaran/lampu suar 6. Pabrik es 7. Air bersih 8. Cold storage 9. SPBU 10.Dock tradisional 11.Dock diatas 30 GT 12.Tempat perbaikan jarring 13.Waduk penampungan 14.IPAL 15.Kantor UPT/Pengelola 16.Kantor Instansi terkait 17.Fasilitas penanganan dan pengolahan ikan 18.Alat transportasi ikan dan angkut es 19.Kios ikan bakar Fasilitas Penunjang 1. Tempat pembinaan nelayan 2. Pos jaga/pos terpadu 3. MCK 4. Tempat pendaratan 5. Tempat penginapan nelayan 6. Kios penunjang 7. Fasilitas IPTEK 8. Sarana kesehatan 9. Sarana pendidikan
Volume/Luas 71,71 ha 403 m /3.402 m2 1.700 m1 63.993 m2 450 m1 122 buah 1 paket 1 paket 1 paket 1
2.212 m2 5.940 m /870 lapak 1.260 m2/150 lapak 1 unit 2 unit 2.800 m2 1 unit 11.042 m2/6 unit 2.669 m2/2 unit 2.500 m2/5 unit 4 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 10 unit 3.492 m2 Paket swasta 24 unit 2
1 unit 2 unit 6 lokasi 5.877/3 unit 30 unit 65 unit 1 unit 2.260 m2/3 unit 7.028 m2/3 unit
Keterangan : SPBU = Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum IPAL = Instalasi Pengolahan Air Limbah Sumber : (UPT PPI Muara Angke, 2008).
Masalah pemasaran dan distribusi hasil tangkapan sangat erat hubungannya dengan peran pelabuhan perikanan, karena pelabuhan perikanan merupakan tempat pertama hasil tangkapan mulai dipasarkan. Salah satu fungsi dari
18
pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan. Dengan demikian untuk menjalankan fungsi tersebut, pelabuhan perikanan membutuhkan dukungan fasilitas pemasaran dan distribusi yang memadai, sehingga jalannya distribusi dan pemasaran hasil tangkapan dapat berjalan dengan lancar dan dapat dilakukan pengembangan. Fasilitas yang terdapat di PPI Muara Angke yang berkaitan dalam hal aktivitas pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan yang ada di pelabuhan, adalah berupa dermaga pendaratan, lahan parkir, tempat pelelangan ikan (TPI) dan jenis transportasi yang digunakan.