59
5 KONDISI AKTUAL PERIKANAN PANCING RUMPON, DAN FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT DI PPN PALABUHANRATU 5.1 Kondisi Aktual Perikanan Pancing Rumpon di PPN Palabuhanratu Sebagaimana telah dikemukakan didalam sub sub bab 2.3.1, perikanan pancing rumpon yang terdapat di PPN Palabuhanratu merupakan perikanan pancing tonda yang dioperasikan di sekitar rumpon, sehingga masyarakat PPN Palabuhanratu mengenalnya dengan sebutan pancing rumpon. Menurut hasil wawancara dengan pihak pengelola PPN Palabuhanratu perikanan pancing rumpon pertama kali diperkenalkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2005 oleh nelayan pendatang dari Sulawesi yang membawa kapal pancing rumpon dan beroperasi di sekitar teluk Palabuhanratu. 1) Armada pancing rumpon Armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu merupakan armada baru yang berkembang dengan pesat, terbukti dari pertumbuhan jumlah armada yang lebih dari 30% per tahun (Tabel 22). Pertumbuhan jumlah armada pancing rumpon diduga terjadi sebagai akibat dari adanya ketertarikan yang tinggi dari nelayan karena melihat hasil tangkapan utama armada ini, yaitu ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan hasil tangkapan untuk diekspor dari PPN Palabuhanratu. Jumlah armada pancing rumpon dan pertumbuhannya di PPN Palabuhanratu tahun 2005 sampai tahun 2009 yaitu:
Tabel 22 Jumlah armada perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Tahun Jumlah armada pancing rumpon (unit) Pertumbuhan (%) 2005 9 2006 20 122,2 2007 29 45 2008 40 37,9 2009 65 62,5 Rata-rata 32,6 53,53 Kisaran 9 - 65 37,9 - 122,2 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)
60 Jumlah armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pada awal keberadaannya tahun 2005 berjumlah 9 unit. Jumlah ini meningkat setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2009 jumlah armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu berjumlah 65 unit. Selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 jumlah armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung meningkat (Gambar 8). Peningkatan tersebut terjadi dengan pertumbuhan rata-rata 52,2% per tahun atau pada kisaran 37,9% sampai 122,2%. Peningkatan jumlah armada pancing rumpon paling tajam terjadi pada tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 122,22%.
70
Jumlah (unit)
60 50 40 30 20 10 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)
Gambar
8 Grafik perkembangan jumlah armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009
Kapal yang digunakan pada usaha perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu disebut juga sebagai kapal pancing rumpon. Kapal ini merupakan kapal motor yang terbuat dari kayu dengan ukuran kapal rata-rata 6 GT. Menurut perhitungan pada Tabel 23 diketahui ukuran tersebut berada pada kisaran 4,6 sampai 7,8 GT atau p x l x d (panjang, lebar dan tinggi/depth) berkisar 10,5 – 12,5 x 2,5 – 3,0 x 1,0 – 1,5 m³.
61 Tabel 23 Panjang, lebar dan tinggi (depth) kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 GT Kelompok ukuran Panjang (m) Lebar (m) Tinggi/depth (m) 4,6 1 10,5 2,5 1,0 7,8 2 11,0 2,7 1,5 5,2 3 11,5 2,6 1,0 5,5 4 12,0 2,6 1,0 6,6 5 12,5 3,0 1,0 5,93 Rata-rata 11,5 2,7 1,1 4,6 - 7,8 Kisaran 10,5 - 12,5 2,5 - 3,0 1,0 - 1,5 Sumber : Syahbandar PPN Palabuhanratu, 2010 (data diolah kembali)
Kapal pancing rumpon yang dominan terdapat di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 adalah kapal dengan ukuran 5,2 GT atau p x l x d (11,5 m x 2,6 m x 1,0 m). Selain memiliki ukuran kapal yang beragam di atas, perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu juga memiliki keragaman merek dan kekuatan mesin kapal yang digunakan yaitu Kubota 23PK, Kubota 25PK, Yanmar 18PK, Yanmar 30PK dan Jlandong 30PK. Jenis mesin yang paling banyak digunakan adalah mesin dengan merek Yanmar yang mempunyai kekuatan 18PK. 2) Alat tangkap pancing rumpon dan pengoperasiannya Alat tangkap yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon adalah pancing dengan beberapa macam cara pengoperasian. Terdapat tiga macam cara pengoperasian pancing dalam satu kapal pancing rumpon yaitu ditonda, menggunakan pelampung yang dihanyutkan dan ditarik menggunakan layanglayang. Ketiga macam cara pengoperasian pancing tersebut dijelaskan sebagai berikut : (1) Pancing rumpon yang ditonda Cara pengoperasian pancing rumpon yang ditonda (Gambar 9) yaitu dengan cara ditarik menggunakan kapal mengelilingi daerah penangkapan ikan di sekitar rumpon. Pengoperasian pancing rumpon yang ditonda yang berbasis di PPN Palabuhanratu terdiri dari tiga tahap yaitu setting, towing dan hauling. Pada tahapan setting dilakukan penurunan atau penguluran tali pancing di bagian buritan dan samping kapal. Setelah pancing disetting pancing tersebut diseret (towing) oleh kapal mengelilingi daerah penangkapan ikan di sekitar rumpon dengan kecepatan konstan berkisar 2 – 4 knot. Tujuan penarikan tersebut agar
62 umpan buatan yang digunakan bergerak-gerak dan berenang menyerupai mangsa ikan yang menjadi target operasi penangkapan. Hauling dilakukan pada saat umpan sudah dimakan ikan dengan cara menarik tali pancing ke atas kapal sampai ikan terangkat ke atas kapal.
Gambar 9 Pancing rumpon yang ditonda dan berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Cara pengoperasian diatas, juga sesuai dengan Sainsbury (1971) vide Sari (2011) yang menyatakan pancing tonda atau pancing rumpon dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal dengan kecepatan lebih kurang 2 knot. Selain itu juga sesuai dengan Handriana (2007) yang menyatakan bahwa pola pengoperasian pancing tonda di rumpon dilakukan dengan beberapa pola yang bentuknya mengelilingi rumpon.
(2) Pancing rumpon yang dihanyutkan Pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan dan berbasis di PPN Palabuhanratu (Gambar 10) dilakukan denga cara menghanyutkan pancing di laut dengan bantuan pelampung. Tahapan pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan yaitu setting, drifting dan hauling.
63 Setting alat tangkap ini dilakukan dengan menurunkan alat tangkap dengan urutan mata pancing yang telah dipasang umpan, tali pancing, dan yang terakhir pelampung. Setelah penurunan pancing (setting) selesai dilakukan, pancing berpelampung tersebut dibiarkan hanyut (drifting). Pada saat drifting nelayan dapat sekaligus mengoperasikan jenis pancing yang menggunakan layang-layang. Drifting dilakukan sampai pelampung bergerak-gerak timbul tenggelam yang menandakan bahwa umpan telah dimakan oleh ikan. Jika hal tersebut terjadi maka kapal akan mendekati pelampung dan dilakukan hauling dengan urutan penarikan alat tangkap ke atas kapal yaitu pelampung, tali pancing dan terakhir hasil tangkapan.
Gambar 10 Pancing rumpon yang dihanyutkan dan berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010 (3) Pancing rumpon dengan layang-layang Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di PPN Palabuhanratu (Gambar 11) dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan layang-layang. Pertama-tama dilakukan pengikatan tali pancing pada tali layang-layang.
64 Kemudian layang-layang mulai diterbangkan, dengan terbangnya layang-layang maka tali pancing akan ikut tertarik ke arah laut. Umpan tiruan cumi-cumi diposisikan agar berada di permukaan laut dan layang-layang ditarik-tarik sehingga pada saat layang-layang bergerak maka umpan tiruan cumi-cumi yang berada di permukaan laut akan ikut bergerak menyerupai pergerakan cumi-cumi asli. Pada saat nelayan yang menerbangkan layang-layang merasakan pergerakan tali karena umpan telah dimakan oleh ikan, maka nelayan tersebut menarik tali pancing, menurunkan layang-layang dan menaikkan hasil tangkapannya ke atas kapal.
Gambar 11 Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Pancing ini biasanya dioperasikan sekaligus dengan alat tangkap pancing rumpon yang dihanyutkan dengan syarat terdapat angin di daerah penangkapan ikan. Angin berfungsi untuk menerbangkan layang-layang, sehingga jika tidak ada angin di daerah penangkapan tersebut maka layang-layang tidak bisa diterbangkan dan pancing ini tidak bisa dioperasikan. Cara pengoperasian ketiga pancing rumpon di atas masing-masing memiliki cara pengoperasian yang saling melengkapi tergantung dari kondisi daerah penangkapan. Pada saat angin kencang atau arus kencang nelayan tidak dapat mengoperasikan pancing yang berpelampung, karena pancing dapat hilang atau
65 hanyut terbawa angin atau arus, disaat seperti ini maka nelayan menggunakan pancing yang di tonda atau pancing dengan layang-layang. Sebaliknya pada saat angin atau arus tidak ada atau tenang, maka nelayan tidak dapat mengoperasikan pancing dengan layang-layang, melainkan menggunakan pancing berpelampung atau pancing yang di tonda. Konstruksi ketiga pancing rumpon di atas terdiri dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali pancing, mata pancing dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut : Pelampung Pelampung yang digunakan pada perikanan pancing rumpon di wilayah Palabuhanratu berupa jerigen. Jerigen yang digunakan memiliki ukuran 35 cm x 10 cm x 25 cm. Pelampung ini digunakan untuk mengapungkan rangkaian pancing pada saat pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan. Selain itu pelampung ini juga berfungsi sebagai tempat menggulung tali pancing pada saat pancing sedang tidak dioperasikan. Tali pancing Tali pancing yang digunakan pada perikanan pancing rumpon terbuat dari bahan nylon. Tali pancing yang digunakan memiliki diameter 2 mm, dengan panjang tali pancing yang biasa digunakan 50-70 m, tergantung dari kedalaman daerah penangkapan ikan. Pengikatan tali pancing tergantung pada cara pengoperasian pancing rumpon yang dilakukan. Tali pancing pada pancing yang ditonda diikatkan pada kapal, pada pancing yang dihanyutkan tali pancing diikatkan pada pelampung, sedangkan pada pancing layang-layang tali pancing diikatkan pada layang-layang. Mata Pancing Mata pancing yang digunakan pada pancing rumpon terbuat dari stainless atau besi baja. Hasil wawancara terhadap responden nelayan didapatkan bahwa nomor mata pancing yang digunakan oleh nelayan pancing rumpon di Palabuhanratu beragam yaitu antara nomor 5–7, namun yang paling sering digunakan adalah mata pancing no 6 (sesuai dengan Nugroho 2002).
66 Umpan Umpan yang digunakan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah umpan asli dan umpan tiruan. Umpan hidup hanya digunakan pada operasi pancing rumpon yang dihanyutkan. Umpan hidup yang biasanya digunakan oleh nelayan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah ikan tembang. Umpan tiruan biasanya berbentuk cumi-cumi dari bahan plastik, ada pula yang terbuat dari tali rafia atau benang sutra (Gambar 12). Umpan ini bersifat menarik perhatian ikan, dan diusahakan menyerupai bentuk dan warna mangsanya. Umpan tiruan dari plastik berbentuk cumi-cumi digunakan pada jenis pancing rumpon dengan layang-layang, sedangkan umpan yang terbuat dari tali rafia digunakan pada pancing rumpon yang ditonda.
a. Umpan plastik berbentuk cumi-cumi
b. Umpan dari benang sutra
Gambar 12 Umpan tiruan yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Armada pancing rumpon membutuhkan alat bantu dalam operasinya, alat bantu tersebut terbagi ke dalam dua kategori yaitu alat bantu penanganan hasil tangkapan dan alat bantu rumpon. Kedua kategori tersebut dijelaskan sebagai berikut : o Alat bantu penanganan hasil tangkapan Alat bantu yang digunakan dalam penanganan hasil tangkapan pancing rumpon adalah gacok, serok dan sekop (Gambar 13). Alat bantu gacok dan serok
67 berfungsi mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal dan sekop untuk mengangkat es curah yang digunakan pada saat penanganan hasil tangkapan.
a. Gacok
b. Serok
c. Sekop
Gambar 13 Alat bantu penanganan hasil tangkapan yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 o Alat bantu rumpon Alat bantu rumpon merupakan suatu atractor yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan, termasuk ikan pelagis besar seperti ikan tuna, cakalang, marlin, lemadang dan tongkol. Ikan tuna merupakan hasil tangkapan utama perikanan pancing rumpon, sedangkan ikan lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan dari perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Adanya alat bantu rumpon ini juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar kapal pancing rumpon karena daerah penangkapan ikannya yang sudah pasti sehingga tidak perlu lagi berburu kumpulan atau schooling ikan. Rumpon yang digunakan oleh para nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memiliki konstruksi yang hampir sama dengan konstruksi rumpon yang terdapat di dalam Subani dan Barus (1989) dan Hardiana (2007). Konstruksi tersebut merupakan konstruksi dari rumpon permukaan dimana atractornya berada di daerah permukaan. Hal diatas sesuai dengan Martasuganda (2008) yang menyatakan bahwa rumpon permukaan adalah rumpon yang dipasang di permukaan perairan secara menetap atau dihanyutkan. Rumpon ini terdiri dari pelampung, atractor, pemberat
68 dan tali. Pelampung rumpon permukaan berada di atas permukaan air, sedangkan bagian lainnya berada di bawah permukaan air (sub bab 2.4.2). Rumpon yang digunakan oleh nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu menggunakan pelampung yang terbuat dari tabung dengan bahan besi, pemberat dengan bahan semen, tali tambang dan penarik perhatian ikan (atractor) yang terbuat dari daun kelapa (Gambar 14). Panjang tali utama yang digunakan pada rumpon tersebut bergantung pada kedalaman perairan lokasi rumpon dipasang.
a. Pelampung
b. Pemberat
c. Atractor
d. Tali rumpon
Gambar 14 Bagian-bagian rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Bagian-bagian rumpon di atas dibawa secara terpisah oleh nelayan menggunakan kapal ke tempat rumpon akan dipasang, kemudian setelah sampai di tempat tersebut baru rumpon dirangkai dengan konstruksi rumpon permukaan. Konstruksi rangkaian rumpon yang umumnya digunakan oleh nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terdapat pada Gambar 15 berikut ini :
69
Gambar 15 Konstruksi rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 3) Nelayan Nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terdiri dari satu orang nelayan sebagai kapten kapal atau tekong dan sisanya sebagai nelayan Anak Buah Kapal (ABK). Tidak terdapat pembagian posisi dari ABK yang terdapat di kapal tersebut, sehingga semua ABK memiliki posisi dan tugas yang sama di atas kapal. Tugas seorang kapten kapal pada kapal pancing rumpon adalah mengemudikan kapal, menentukan kemana arah tujuan kapal dan memberi perintah kepada ABKnya, selain itu kapten kapal juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam memastikan keselamatan kapal dan ABKnya, sedangkan tugas dari ABK kapal adalah mengoperasikan alat tangkap, melakukan penanganan hasil tangkapan di atas kapal, memasak dan memperbaiki mesin kapal apabila terjadi kerusakan. Pembagian kerja ABK di atas kapal pancing rumpon oleh kapten kapal bersifat
70 bebas yang artinya terserah keinginan kapten kapal seperti pengoperasian alat tangkap, memasak, membersihkan kapal dari sisa hasil tangkapan seperti sisik dan lendir ikan dilakukan bersama-sama oleh semua ABK kapal. Jumlah nelayan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 yaitu sebanyak 241 orang. Jumlah tersebut terbagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok yang berisikan 4 orang nelayan dan kelompok yang berisikan 5 orang nelayan. Pengelompokan ini didasarkan pada kepemilikan rumpon, dimana satu kelompok memiliki satu rumpon yang dibuat dan dimanfaatkan bersama. Jumlah kelompok yang berisi 5 orang nelayan berjumlah 9 kelompok, sedangkan 49 kelompok lainnya berisi 4 orang nelayan. Pemilik usaha pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tidak ikut serta dalam operasi penangkapan ikan. Pemilik usaha hanya menyediakan kapal, alat tangkap, dan biaya operasional pancing rumpon, serta memperoleh keuntungan dari penjualan hasil tangkapan. Pembagian keuntungan tersebut yaitu 50% dari keuntungan diberikan kepada pemilik usaha pancing rumpon dan 50% lagi dibagikan kepada nelayan kapal dimana kapten kapal mendapat bagian dua kali dari bagian nelayan ABK. Keuntungan yang dibagikan tersebut dihitung berdasarkan jumlah hasil penjualan hasil tangkapan yang didaratkan dikurangi biaya operasional kapal.
4) Jenis dan Produksi hasil tangkapan Jenis hasil tangkapan yang didaratkan oleh pancing rumpon di PPN Palabuhanratu yaitu : tuna (Thunnus sp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), cucut (Carcharhinus sp.), jangilus/marlin (Istiophorus gladius), layaran (Istiophorus orientalis), layang (Decapterus sp.), lemadang (Coryphaena hippurus), pari (Dasyatis sp.), pedang-pedang (Xiphias gladius), setuhuk (Makaira mazara), sunglir (Elagatis bipinnulatus) dan tongkol (Auxis sp.). Hasil tangkapan tersebut terbagi kedalam dua kategori yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama (dominan) pancing rumpon berdasarkan Tabel 24 adalah tuna dan cakalang, sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah cucut, jangilus/marlin, layang, layaran, lemadang, pari, pedang-pedang, setuhuk, sunglir dan tongkol.
71 Tabel 24 Produksi hasil tangkapan perikanan pancing rumpon berdasarkan jenis hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Produksi (kg) Jenis 2009 2005 2006 2007 2008 (kg) (%) 1.Cakalang 87.975 200.410 132.534 128.786 179.371 29,8 2.Cucut 29 100 205 0,0 3.Jangilus 92 743 1.160 33 4.Layang 935 500 0,1 5.Layaran 33 189 139 188 0,0 6.Lemadang 61 2.761 5.250 1.270 2.793 0,5 7.Pari 150 723 0,1 8.Pedang-Pedang 131 124 67 163 0,0 9.Setuhuk Loreng 4.415 23.451 3,9 10.Sunglir 65 11.Tongkol 102 400 666 566 12.Tuna Big Eye 7.399 53.188 35.488 88.175 14,7 13.Tuna Yellow Fin 74.127 97.452 89.782 121.302 305.652 50,8 Jumlah 162.386 309.329 284.007 292.167 601.221 100,0 Pertumbuhan (%) 90,5 −8,2 2,9 105,8 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)
Tabel 24 berisikan jenis dan jumlah hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009. Jenis hasil tangkapan dengan jumlah terbanyak tahun 2009 adalah ikan tuna sebanyak 393.790 kg (65,50%) dan ikan cakalang sebanyak 179.371 kg (29,84%). Hasil tangkapan dengan jumlah yang paling sedikit didaratkan tahun 2009 adalah cucut dengan jumlah 205 kg atau 0,03%. Jenis hasil tangkapan sampingan pancing rumpon yang tidak diproduksi tahun 2009 adalah jangilus, sunglir dan tongkol. Jumlah keseluruhan produksi hasil tangkapan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005 sampai tahun 2009 juga terdapat pada Tabel 24. Jumlah hasil tangkapan pancing rumpon tahun 2009 sebanyak 601.221 kg, yang merupakan jumlah hasil tangkapan pancing rumpon yang paling tinggi selama periode tahun 2005-2009. Jumlah hasil tangkapan perikanan pancing rumpon yang paling sedikit adalah tahun 2005 dengan jumlah 162.386 kg.
72 700000
Jumlah (kg)
600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)
Gambar 16 Grafik perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Berdasarkan Gambar 16 diketahui bahwa perkembangan jumlah hasil tangkapan pancing rumpon tahun 2005-2009 cenderung mengalami peningkatan yang cukup tajam dengan rata-rata pertumbuhan 38,19% pertahun dan dengan kisaran -8,2% sampai dengan 105,78% pertahun. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan hasil tangkapan perikanan pancing rumpon yang paling tinggi yaitu sebanyak 105,78%, yang diduga hal tersebut disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah armada perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu yang cukup besar yaitu sebesar 62,5% (Tabel 22). Jenis-jenis hasil tangkapan diatas pada tahun 2009 tidak selalu diproduksi (ditangkap) setiap bulan oleh armada pancing rumpon. Hasil tangkapan yang selalu diproduksi setiap bulannya oleh armada pancing rumpon pada tahun 2009 hanya tuna, cakalang dan setuhuk loreng. Sedangkan hasil tangkapan lainnya diproduksi pada bulan tertentu saja di tahun 2009. Perbedaan tersebut mempengaruhi jumlah produksi armada pancing rumpon setiap bulannya, yang menyebabkan adanya musim puncak. Musim puncak pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni. Hal itu dibuktikan dengan data hasil tangkapan pancing rumpon per bulan tahun 2009 yang dikeluarkan oleh statistik PPN Palabuhanratu tahun 2010 berikut ini (Tabel 25) :
73
Tabel 25 Jenis dan jumlah hasil tangkapan per bulan di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Jenis hasil tangkapan
Produksi per bulan (kg) Jan
Feb
Mar
Apr
Sept
7.957
8.982
8.055
21.013
12.300
2.611
10.235
22.561
21.270
25.535
29.663
9.189
179.371
-
-
-
-
-
-
140
-
-
-
-
-
140
-
-
-
65
-
-
-
-
-
-
-
-
65
4. Layang
-
-
-
500
-
-
-
-
-
-
-
-
500
5. Layaran
-
-
-
138
-
-
-
-
-
50
-
-
188
282
173
319
442
-
-
77
128
528
253
314
277
2.793
7. Pari
-
-
-
-
-
-
-
198
260
265
-
-
723
8. Pedang-pedang
-
-
-
50
-
-
-
28
-
85
-
-
163
9. Setuhuk Loreng
359
1.308
1.134
997
2.377
3.137
2.178
1.817
4.681
4.097
440
926
23.451
10. Tuna Big Eye
3.973
4.166
4.237
9.199
13.125
8.503
17.119
20.725
3.667
222
890
2.349
88.175
11. Tuna Yellow Fin
3.806
4.845
12.889
18.966
36.240
64.952
36.576
35.803
27.713
35.521
22.289
6.052
305.652
Jumlah 16.377 19.474 b Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010
26.634
51.370
64.042
79.203
66.325
81.260
58.119
66.028
53.596
18.793
601.221
6. Lemadang
Juni
Juli
Okt
Nov
Jumlah
Agus
1. Cakalang 2. Cucut Caping/ Martil 3. Cucut Tikus
Mei
Des
73
74 5.2
Kondisi Aktual Fasilitas dan Pelayanan Kepelabuhanan Terkait Perikanan Pancing Rumpon Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan diketahui
beberapa fasilitas PPN Palabuhanratu yang terkait dan berperan penting dalam kegiatan perikanan pancing rumpon yaitu dermaga, kolam pelabuhan, TPI, instalasi air bersih, instalasi BBM, pengadaan es, perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna, pasar ikan, syahbandar perikanan, kantor administratif PPN Palabuhanratu, docking, bengkel dan toko logistik. Berikut ini dijelaskan kondisi aktual dari masing-masing fasilitas tersebut : 1) Dermaga Dermaga di PPN Palabuhanratu dikelola secara langsung oleh pengelola pelabuhan. Terdapat dua unit dermaga di PPN Palabuhanratu, yaitu dermaga yang berada di kolam pelabuhan I atau kolam pelabuhan lama dan dermaga di kolam pelabuhan II atau kolam pelabuhan baru. Dermaga yang berada di kolam pelabuhan I disebut dengan dermaga I dan dermaga yang berada di kolam pelabuhan II disebut dengan dermaga II. Menurut Lampiran 2, pada dermaga I terdapat dermaga pendaratan I (Gambar 17a) dan dermaga muat I (Gambar 17b). Dermaga I memiliki panjang 500 m yang dimanfaatkan untuk dermaga pendaratan I sepanjang 81 m, dermaga muat I sepanjang 315 m dan dermaga perbaikan (docking) sepanjang 66 m. Kriteria kapal yang boleh bertambat di dermaga ini memiliki ukuran kurang dari 30 GT. Pada dermaga I terdapat dermaga yang dikhususkan untuk kapal-kapal fiber (di depan PT AGB) (Gambar 17c), namun dermaga ini tidak dimasukkan ke dalam hitungan panjang dermaga PPN Palabuhanratu. Selanjutnya Lampiran 2, memberikan informasi bahwa pada dermaga II terdapat dermaga pendaratan II (Gambar 18a), dermaga muat II (Gambar 18b dan 18c). Dermaga II memiliki panjang 400 m yang terdiri dari dermaga pendaratan II sepanjang 165 m, dermaga muat II sepanjang 235 m dengan kriteria kapal yang boleh bertambat di dermaga ini memiliki ukuran 30 GT atau lebih (PPN Palabuhanratu, 2010).
75
a. Dermaga pendaratan I
b. Dermaga muat I
c. Dermaga untuk kapal fiber Gambar 17 Jenis-jenis dermaga I di PPN Palabuhanratu tahun 2010
a. Dermaga pendaratan II
b. Dermaga muat II
c. Dermaga istirahat dan muat II Gambar 18 Jenis-jenis dermaga II di PPN Palabuhanratu tahun 2010
76 Seluruh dermaga di PPN Palabuhanratu terbuat dari beton dan di sepanjang dermaga tersebut sudah terpasang fender dan bolard (Gambar 19 dan 20). Fender adalah alat yang terbuat dari karet yang dipasang di dinding-dinding dermaga. Fender berfungsi sebagai bantalan untuk menjaga kapal agar tidak rusak saat bertambat di dermaga karena bersentuhan langsung dengan dinding dermaga yang terbuat dari beton. Bolard adalah alat yang terbuat dari besi dan dipasang di pinggir dermaga, bolard berfungsi sebagai alat untuk mengikat tali kapal di dermaga.
a. Fender
b. Bolard
Gambar 19 Fender dan bolard di dermaga I PPN Palabuhanratu tahun 2010
a. Fender
b. Bolard
Gambar 20 Fender dan bolard di dermaga II PPN Palabuhanratu tahun 2010
77 Pengamatan terhadap konstruksi fender dan bolard yang terdapat di dermaga I dan dermaga II menghasilkan kesimpulan bahwa konstruksi fender dan bolard kedua dermaga tersebut tidak sama. Perbedaan fender dan bolard antara dermaga I dan dermaga II terdapat di dalam Tabel 26 berikut ini:
Tabel 26 Perbedaan fender dan bolard antara dermaga I dan dermaga II PPN Palabuhanratu tahun 2010 Perbedaan Item Dermaga I Dermaga II Fender berbentuk tabung Fender berbentuk dengan lubang dibagian trapesium tanpa lubang atas yang berfungsi untuk di bagian tengah 1. Bentuk mengikatkan rantai dari dermaga, ada juga yang 1. Fender terbuat dari ban bekas Fender dipasang Fender dipasang menggunakan rantai besi menempel langsung ke 2. Pemasangan dinding samping dermaga Bolard lebih tinggi dan Bolard lebih pendek 1. Bentuk lebih kecil dan lebih besar 2. Bolard Tidak ada perbedaan cara pemasangan bolard pada 2. Pemasangan kedua dermaga ini Berdasarkan hasil wawancara kepada pengelola PPN Palabuhanratu diketahui bahwa dermaga pendaratan I berlokasi di depan TPI dan dermaga muat I berlokasi dari depan pos terpadu I sampai ke depan kantor syahbandar perikanan. Dermaga pendaratan II berlokasi di depan kantor pengawas perikanan dan dermaga muat II berlokasi dari depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) milik PT Mekartunas Rayasejati sampai ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) milik PT Paridi Asyudewi. Pelayanan yang diberikan oleh fasilitas dermaga I dan dermaga II adalah pelayanan tempat untuk bertambatnya kapal, mendaratan hasil tangkapan dan memuat bahan kebutuhan melaut. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa nelayan di PPN Palabuhanratu tidak seluruhnya menggunakan dermaga sesuai dengan fungsinya seperti yang sudah disebutkan di atas. Masih banyak nelayan-nelayan di PPN Palabuhanratu menambatkan kapalnya, melakukan aktifitas pendaratan dan memuat bahan kebutuhan melaut di sepanjang
78 dermaga pada kolam I tanpa membedakan lokasi dari dermaga pendaratan maupun dermaga muat. Seharusnya nelayan di PPN Palabuhanratu melakukan aktifitas pendaratan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan, kemudian nelayan tersebut melabuhkan kapalnya ke tengah kolam pelabuhan untuk menunggu waktu memuat bahan kebutuhan melaut di dermaga muat. Dermaga I dan II di PPN Palabuhanratu masih dapat berfungsi, walaupun terdapat kerusakan pada dermaga I. Kerusakan yang terjadi pada dermaga I terletak pada fender dan bolard yang sudah mulai rusak, tetapi masih dapat berfungsi dengan baik. Pada pinggir dermaga I dan II terdapat jaring-jaring gillnet yang ditumpuk begitu saja oleh nelayan sehingga dermaga terlihat kurang rapi dan menghambat kegiatan pengisian kebutuhan melaut. Pihak pengelola PPN Palabuhanratu menetapkan tarif kepada kapal-kapal yang melakukan aktifitas tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu berdasarkan PP nomor 19 tahun 2006 (Tabel 27). Tarif yang diberikan bagi kapal yang bertambat dan berlabuh di pelabuhan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan fungsinya. Bagi kapal yang berukuran lebih dari 30 GT dibagi berdasarkan fungsi kapal perikanan atau kapal non perikanan, bagi kapal yang berukuran dibawah 30 GT dibagi menjadi kapal berukuran dibawah 10 GT, kapal berukuran 11 GT sampai 20 GT dan kapal berukuran 21 GT sampai 30 GT. Selain itu terdapat juga beberapa kriteria kapal yang diberi tarif khusus seperti kapal rusak, kapal yang menunggu musim atau cuaca baik, kapal yang menunggu giliran perbaikan dan perawatan sebelum naik ke docking, kapal diatas batas maksimum 30 etmal, kapal penelitian, kapal latih, kapal patroli, kapal bea dan cukai, kapal perang dan kapal pemerintah sejenisnya. Kapal-kapal perikanan yang berukuran diatas 30 GT terkena tarif tambat sebesar Rp250,00 dan tarif labuh sebesar Rp50,00. Tarif yang diberikan bagi kapal-kapal perikanan yang berukuran >20 GT sampai 30 GT dikenakan tarif Rp2.500,00, yang berukuran >10 GT sampai 20 GT dikenakan tarif Rp1.500,00 dan yang berukuran sampai dengan 10 GT dikenakan tarif Rp500,00.
79
Tabel 27 Klasfikasi biaya tambat labuh kapal perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2010 JASA TAMBAT LABUH (PP 19 TH 2006) Uraian I.Biaya tambat dan labuh kapal berukuran > 30 GT 1. Tambat > 30 GT a. Kapal perikanan > 30 GT, kapal perikanan samudera/ZEE, kapal perikanan ekspor luar negeri, kapal pengangkutan ikan semua ukuran. b. Kapal non perikanan semua ukuran. 2. Labuh > 30 GT a. Kapal perikanan > 30 GT, kapal perikanan samudera/ZEE, kapal perikanan ekspor luar negeri, kapal pengangkutan ikan semua ukuran. b. Kapal non perikanan semua ukuran diluar kapal penelitian & kapal latih II.Biaya tambat dan labuh kapal berukuran s/d 30 GT 1. Kapal berukuran < 10 GT 2. Kapal berukuran > 10-20 GT 3. Kapal berukuran > 20-30 GT III.Tarif khusus 1. Kapal rusak/floating repire, menunggu musim/ cuaca baik, menunggu giliran perbaikan & perawatan sebelum naik dock. 2. Kapal bertambat/berlabuh diatas batas maksimum 30 etmal. 3. Kapal penelitian, kapal latih & kapal pemerintah sejenis yang tidak diusahakan. Kapal patroli, kapal bea & cukai, kapal perang & kapal pemerintah sejenis. Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu, 2010
Biaya per hari
Satuan
Per meter panjang kapal/ ¼ etmal
Rp 250,00
Per meter panjang kapal/ ¼ etmal
Rp 2.000,00
Per GT kapal/ etmal
Rp 50,00
Per GT kapal/ etmal
Rp 175,00
Per GT kapal/ etmal Per GT kapal/ etmal Per GT kapal/ etmal
Rp 500,00 Rp 1.500,00 Rp 2.500,00
Per GT kapal/ etmal
Rp 200,00
Per GT kapal/ etmal
Rp 250,00
Per GT kapal/ etmal
Rp 82,50
Per GT kapal/ etmal
0
d
79
80 2) Kolam pelabuhan Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola PPN Palabuhanratu didapatkan bahwa terdapat 2 unit kolam pelabuhan di pelabuhan tersebut. Kolam pelabuhan I atau kolam lama yang terletak di depan kantor pengelola PPN Palabuhanratu, dan kolam pelabuhan II atau kolam baru yang terletak di depan kantor Badan Pengawas Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Kolam pelabuhan berperan penting memberikan perlindungan terhadap kapal-kapal yang sedang mengisi perbekalan, berlabuh dan melakukan pendaratan hasil tangkapan. Salah satu contoh perlindungan tersebut terjadi pada saat musim ombak (Oktober dan November) dimana sebagian besar kapal tidak beroperasi dan bertambat labuh di dermaga dan di kolam pelabuhan agar tidak terkena ombak besar. Selanjutnya pengelola PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa luas kolam pelabuhan I adalah 3 ha dengan kedalaman kolam 1,5 m sampai 3,5 m. Kolam pelabuhan I merupakan kolam pelabuhan yang diperuntukkan bagi kapal dengan ukuran kurang dari 30 GT. Jenis kapal yang berada di kolam pelabuhan I adalah payang, gillnet, rumpon, kincang dan kapal fiber. Kolam pelabuhan II memiliki luas 2 ha dengan kedalaman kolam 3 m sampai 4 m. Kolam pelabuhan II diperuntukkan bagi kapal-kapal besar yang ukurannya 30 GT dan lebih dari 30 GT seperti kapal longline. Kapal penangkap ikan yang berlabuh di kolam pelabuhan I dan II tidak saja berasal dari PPN Palabuhanratu, tetapi juga berasal dari pelabuhan lainnya di Jakarta, Cilacap, Lampung dan dari PPI lainnya di Sukabumi yakni Cisolok, Cibangban, Mina Jaya, Ujung Genteng, Ciwaru dan Loji. Kolam pelabuhan I dan II di PPN Palabuhanratu memiliki beberapa masalah yaitu sendimentasi yang cukup tinggi, banyaknya sampah dan “bangkai-bangkai” kapal yang rusak yang dibiarkan karam di kolam pelabuhan. Sedimentasi yang terjadi di kolam pelabuhan I dan II diakibatkan oleh banyaknya limbah padat yang dibuang ke kolam pelabuhan yang berasal dari kapal-kapal, aktifitas docking, aktifitas di sekitar TPI dan sedimen yang terbawa arus pasang ke dalam kolam pelabuhan tersebut. Banyaknya sampah dan “bangkai-bangkai” kapal yang rusak dibiarkan karam di kolam pelabuhan terlihat pada Gambar 21.
81
a. Banyak sampah
b. Banyak “bangkai” kapal
Gambar 21 Keadaan kolam pelabuhan I PPN Palabuhanratu yang banyak sampah dan kapal karam tahun 2010 3) Tempat Pelelangan Ikan Bangunan TPI PPN Palabuhanratu berada di dermaga I PPN Palabuhanratu, tepatnya di depan dermaga pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu. Tempat pelelangan ikan ini memiliki luas 920 m² yang terdiri dari kantor KUD MMSL, kantor bank Danamon dan lantai pelelangan di lantai satu. Di bagian lantai dua terdapat ruangan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan mess nelayan. Layout dari TPI dapat dilihat pada Gambar 22 :
Gambar 22 Layout tempat pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2010
82 Tempat pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dan dikelola oleh pihak Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi. Mulai tahun 2000 sampai saat ini pengelolaan TPI dilakukan oleh KUD MMSL. Menurut Hamzah (2011) perpindahan tersebut mengacu kepada Surat Keputusan Bersama (SKB) No.132 tahun 1997, 902/Kpts/3/SKB/IX/1997 yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Industri Kecil mengenai pelelangan ikan yang tercantum dalam Bab II pasal 4 ayat 2 yang berbunyi: „Kepala daerah menunjuk KUD sebagai penyelenggara pelelangan ikan setelah memenuhi syarat’, serta didukung oleh Perda Jabar No.5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan. Dengan adanya pemindahan pengelolaan TPI dari Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi kepada pihak swasta (KUD MMSL), dapat dikatakan bahwa pelayanan pelelangan ikan yang ada pada fasilitas gedung TPI berpindah dari pihak PPN Palabuhanratu kepada KUD MMSL. Pihak pengelola PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa sebagai pemilik fasilitas (lahan dan bangunan) tidak menerima biaya sewa fasilitas TPI dari KUD MMSL, pihak pengelola pelabuhan hanya memperoleh 1% dari retribusi lelang yang diterima pengelola KUD MMSL. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak KUD MMSL diketahui bahwa retribusi lelang yang diterima KUD MMSL terbagi menjadi dua, yaitu retribusi yang dibayarkan oleh pembeli (pedagang pengumpul/pengecer) dan oleh penjual (nelayan). Bagi nelayan yang menjual hasil tangkapannya di TPI dikenakan retribusi sebesar 2% dari hasil penjualannya yang dikenal sebagai ongkos lelang, sedangkan bagi pedagang pengumpul/pengecer dikenakan biaya retribusi sebesar 3% dari harga hasil tangkapan yang dibeli. Pelayanan yang terdapat di TPI adalah kegiatan pelelangan yang dilakukan oleh kepala pelelangan yang saat ini dikelola oleh KUD MMSL kepada nelayan di PPN Palabuhanratu. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sebagai pemilik fasilitas menginginkan terciptanya kondisi TPI dengan sanitasi yang baik dan higienis. Salah satu upayanya adalah dilakukan perbaikan TPI pada tahun 2009 dengan melakukan peninggian lantai TPI yang dilapisi oleh keramik, dan pengadaan saluran air bekas pencucian ikan yang dilelang. Akan tetapi perbaikan
83 tersebut tidak berdampak terhadap kegiatan pelelangan ikan di TPI PPN Palabuharatu, karena sampai saat ini pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu masih belum berjalan. Menurut Pane (2008) keadaan pelelangan yang masih belum berjalan diduga terjadi karena adanya perpindahan pengelolaan TPI dari pihak pengelola pelabuhan kepada KUD MMSL. Pergantian pengelolaan ini menyebabkan adanya perbedaan pengelolaan pelelangan. Menurut Hamzah (2011) pada saat dikelola oleh pihak pengelola pelabuhan, Kepala TPI bertindak tegas dalam penegakan aturan yang berlaku, sedangkan pengelola KUD MMSL sebagai Kepala TPI kurang tegas dalam penegakan aturan. Ketidaktegasan Kepala TPI tersebut membuat pelaku pelelangan (petugas, penjual dan pembeli) tidak memenuhi aturan dan menyebabkan masalah-masalah didalam kegiatan pelelangan ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa salah satu masalah pelelangan ikan di TPI yang membuat nelayan memilih untuk tidak melelang hasil tangkapannya adalah keterlambatan pembayaran oleh petugas lelang, keterlambatan yang terjadi adalah lambatnya proses pembayaran pembeli atau pemenang lelang kepada nelayan melalui petugas lelang, hal ini menyebabkan belayan tidak ingin lagi menjual hasil tangkapannya melalui kegiatan pelelangan. Menurut pedagang kurang jelasnya waktu/jadwal lelang membuat mereka harus menunggu di areal TPI dalam waktu yang lama. Ketidakjelasan waktu lelang di TPI PPN Palabuhanratu dikarenakan tidak adanya peraturan yang tegas mengenai pembagian waktu pendaratan hasil tangkapan oleh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, kondisi di lapangan memperlihatkan armada di PPN Palabuhanratu dapat membongkar dan mendaratkan hasil tangkapannya kapan saja. Penyebab lainnya adalah karena pengelola KUD tidak mengerti benar Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat mengenai pelelangan, disertai dengan kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak pelabuhan kepada KUD MMSL sebagai pengelola TPI saat ini. Menurut Kepala Cabang Dinas Perikanan vide Hamzah (2011) keadaan pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu yang tidak berjalan disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya :
84 (1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelelangan ikan bahwa kegiatan pelelangan ikan dapat meningkatkan harga jual hasil tangkapan, peningkatan harga jual hasil tangkapan yang terjadi dikarenakan adanya banyak pembeli yang ingin membeli hasil tangkapan tersebut dan hasil tangkapan hanya akan dijual kepada penawar dengan harga tertinggi. (2) Adanya peran ganda pelaku usaha (pemilik kapal) yang biasanya merangkap sebagai bakul di PPN Palabuhanratu sehingga menyulitkan calon pembeli lain untuk dapat memenangkan pelelangan, karena bagi pemilik kapal berapapun penawaran tertinggi sanggup dia beli karena uang tersebut akan dibayarkan kepada dirinya kembali. (3) Adanya sistem „langgan‟ yang sulit untuk diubah antara penjual (nelayan) dengan pembeli (bakul). Kondisi „langgan‟ ini terjadi pada saat nelayan tidak memiliki modal untuk melaut sehingga mereka meminjam modal kepada pihak pembeli atau bakul dengan kesepakatan hasil tangkapan melautnya dijual kepada bakul tersebut. (4) Penegakan aturan masih belum tercapai karena kurangnya dukungan pihak terkait seperti pelaporan dari pihak nelayan kepada pihak pelabuhan. (5) Tidak adanya aturan yang tegas mengenai fungsi-fungsi dari dermaga, karena sampai saat ini dermaga pendaratan dipenuhi oleh kapal-kapal yang bertambat hanya untuk menunggu waktu keberangkatan melaut, sehingga kapal-kapal yang ingin mendaratkan hasil tangkapannya harus mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga yang lain (dermaga muat) yang posisinya cukup jauh dari TPI.
4) Instalasi air bersih Fasilitas instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu dikelola oleh CV Eko Mulyo. Sesuai dengan kontrak kerjasama tahun 2005, pihak pengelola PPN Palabuhanratu dan CV Eko Mulyo sepakat bahwa CV Eko Mulyo diperbolehkan menggunakan tangki air dengan kapasitas 200 m³ dan instalasinya yang ada di lahan PPN Palabuhanratu. Pembagian keuntungan yang disepakati oleh CV Eko Mulyo dan PPN Palabuhanratu terletak pada pembagian keuntungan dari air yang terjual. Jika CV Eko Mulyo menggunakan sumber air dari PDAM maka CV Eko
85 Mulyo diwajibkan membayar Rp 1.000,00 per ton air yang terjual, sedangkan jika CV Eko Mulyo menggunakan air tanah yang berasal dari sumur bor di wilayah PPN Palabuhanratu, maka CV Eko Mulyo wajib membayar sebesar 10% dari air yang terjual kepada PPN Palabuhanratu. Sumber air yang digunakan oleh CV Eko Mulyo di PPN Palabuhanratu berasal dari PDAM (CV Eko Mulyo, 2010), sehingga sesuai dengan ketentuan di atas, maka CV Eko Mulyo memiliki kewajiban membayar Rp 1000,00 per ton air yang terjual. Selanjutnya menurut CV Eko Mulyo air yang berasal dari air PDAM ditampung di dalam tangki air yang berkapasitas 200 m³. Selain untuk menampung air, tangki air juga berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang mungkin terdapat di dalam air. Air yang ditampung di dalam tangki air dialirkan melalui saluran bawah tanah menuju titik-titik pengisian air (Gambar 23) yang terdapat di sepanjang dermaga I dan dermaga II.
Gambar 23 Kran pengisian air bersih di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Kemampuan CV Eko Mulyo dalam melayani kebutuhan melaut air bersih bagi nelayan di PPN Palabuhanratu didukung oleh 1 unit instalasi mobil tangki air (Gambar 24) yang disediakan oleh pihak pengelola PPN Palabuhanratu. Mobil tangki ini memiliki kapasitas sebesar 5.000 liter air. Fungsi dari mobil tangki air adalah untuk membawa air bersih ke kapal perikanan yang bertambat di demaga jika instalasi pengisian air bersih di dermaga tidak dapat menjangkau kapal tersebut (CV Eko Mulyo, 2010).
86
Gambar 24 Mobil tangki air bersih di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa wadah yang digunakan pada saat pembelian air bersih oleh nelayan di PPN Palabuhanratu beragam. Wadah tersebut yaitu blong (drum plastik) dengan kapasitas 150 liter dan jerigen plastik dengan kapasitas 30 liter (Gambar 25). Pengisian air bersih pada titik-titik pengisian air bersih di sepanjang dermaga dilakukan dengan menggunakan selang plastik yang dialirkan langsung ke wadah air bersih.
a. Jerigen
b. Blong
c. Selang
Gambar 25 Alat-alat penyaluran air bersih PPN Palabuhanratu tahun 2010 5) Instalasi BBM Pengelola PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa fasilitas instalasi BBM di PNN Palabuhanratu dikelola oleh pihak swasta. Pelayanan penyediaan BBM (solar) di PPN Palabuhanratu disuplai oleh 3 perusahaan swasta yaitu KUD MMSL, PT Paridi Asyudewi dan PT Mekartunas Rayasejati.
87 1 Pensuplaian BBM oleh KUD MMSL Koperasi Unit Desa MMSL selain sebagai pengelola TPI PPN Palabuhanratu tetapi juga ikut berperan dalam kegiatan penyaluran BBM. Dalam penyaluran BBM, KUD MMSL bekerja sama dengan pihak swasta dan Koperasi Mina Nusantara yang merupakan koperasi karyawan PPN Palabuhanratu. Pembagian keuntungan diantara ketiga pihak tersebut adalah 20% KUD MMSL, 60% pemilik modal swasta dan 20% Koperasi Karyawan Mina Nusantara PPN Palabuhanratu (KUD MMSL, 2010). Selanjutnya KUD MMSL menyatakan bahwa koperasi ini berdiri sendiri dengan sistem sewa lahan dan prasarana milik PPN Palabuhanratu (Gambar 26). Lahan yang disewa oleh KUD MMSL bertempat di dermaga I PPN Palabuhanratu. Fasilitas PPN Palabuhanratu yang digunakan dan disewa oleh KUD Mandiri Mina Sinar Laut yaitu kantor, tangki dan tempat penyaluran BBM berupa Stasiun Pengisian dan Dealer Nelayan (SPDN).
a. Kantor administratif
b. Tempat penyaluran BBM
c. Tangki BBM
Gambar 26 Kantor dan instalasi BBM milik PPN Palabuhanratu yang disewa oleh KUD MMSL tahun 2010 Koperasi Unit Desa MMSL menyatakan bahwa BBM yang dijual oleh KUD MMSL berasal dari PT Pertamina dengan sistem pembelian langsung bayar. Harga beli BBM dari PT Pertamina adalah Rp 4.500,00 per liter dengan margin (potongan) dari Pertamina sebesar Rp 100,00 sampai dengan Rp 150,00 per liternya. Hal tersebut membuat harga jual BBM KUD MMSL kepada nelayan tetap sebesar Rp 4.500,00 per liter. KUD MMSL ini hanya melayani pembelian BBM dari kapal perikanan di bawah 30 GT.
88 2 Pensuplaian BBM oleh PT Paridi Asyudewi Perusahaan PT Paridi Asyudewi merupakan perusahaan perseorangan yang melakukan kegiatan penyediaan BBM di PPN Palabuhanratu dalam bentuk stasiun pengisian bahan bakar (SPBB). Berdasarkan kontrak kerjasama antara PT Paridi Asyudewi dengan pihak pengelola PPN Palabuhanratu pada tahun 2005, PT Paridi Asyudewi diperbolehkan menambatkan kapal tankernya di dermaga II dan membangun kantor di areal PPN Palabuhanratu (Gambar 27). Sesuai dengan kesepakatan pada kontrak tersebut maka PT Paridi Asyudewi diwajibkan membayar biaya tambat labuh sebesar Rp 236.520.000,00 untuk jangka waktu 15 tahun dan biaya kebersihan kolam pelabuhan sebesar Rp 2.102.400,00 per tahun. Selain biaya di atas tidak terdapat pembagian keuntungan antara PT Paridi Asyudewi dengan pengelola PPN Palabuhanratu.
a. Kapal tanker BBM
b. Kantor administratif
Gambar 27 Kantor dan instalasi BBM milik PT Paridi Asyudewi di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Berdasarkan hasil wawancara dengan PT Paridi Asyudewi diketahui informasi seperti di bawah ini : Kuota BBM yang dimiliki oleh PT Paridi Asyudewi untuk didistribusikan adalah sebesar 400 kl/bulan yang berasal dari PT Pertamina dengan sistem pembayaran dimuka. BBM yang berasal dari PT Pertamina diangkut menuju kapal tanker milik PT Paridi Asyudewi menggunakan mobil tangki milik PT Paridi Asyudewi (Gambar 28). Proses pengawasan terhadap pengiriman BBM dari PT Pertamina berupa ukuran tinggi tangki terisi, surat DO dari PT Pertamina dan surat serah terima BBM antara PT Paridi Asyudewi dengan PT Pertamina.
89
Gambar 28 Mobil tangki milik PT Paridi Asyudewi tahun 2010 Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan PT Paridi Asyudewi untuk transportasi BBM dari SPBU milik PT Pertamina ke kapal tongkang PT Paridi Asyudewi adalah Rp 30,00 per liter, maka penetapan harga BBM dari PT Paridi Asyudewi kepada konsumennya adalah sebagai berikut :
Harga Konsumen = Harga PT Pertamina + Biaya Angkut + Keuntungan
Berdasarkan hasil wawancara kepada PT Paridi Asyudewi didapatkan bahwa PT Paridi Asyudewi hanya melayani kapal perikanan di atas 30 GT. Dalam kegiatan penjualan BBM oleh PT Paridi Asyudewi, pengelola PPN Palabuhanratu tetap melakukan pengawasan terhadap kuota penjualan BBM oleh PT Paridi Asyudewi, dimana perusahaan ini hanya boleh menjual BBM kesemua kapal sesuai kuota perkapal yaitu 75 kl/bulan. Adapun mekanisme pembelian BBM oleh nelayan ke SPBB adalah sebagai berikut : (1) Nelayan mendaftar dan mengisi formulir di kantor syahbandar perikanan PPN Palabuhanratu (2) Setelah formulir disetujui oleh syahbandar perikanan, nelayan membawa surat keterangan dari syahbandar perikanan kepada PT Paridi Asyudewi. (3) Pembayaran dilakukan sebelum transaksi BBM dilakukan. (4) Pada transaksi pembelian BBM pengelola SPBB tidak mengantarkan BBM ke kapal nelayan, melainkan BBM diambil langsung oleh nelayan ke tongkang SPBB.
90 3 Pensuplaian BBM milik PT Mekartunas Rayasejati Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak PT Mekartunas Rayasejati menyatakan bahwa : Perusahaan Mekartunas Rayasejati merupakan perusahaan perseorangan yang melakukan kegiatan penyediaan kebutuhan BBM bagi kapal di bawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. PT Mekartunas Rayasejati menyewa lahan milik PPN Palabuhanratu seluas 500 m² untuk mendirikan kantor administratif dan tempat penyaluran BBM, dan juga menyewa tangki BBM dengan kapasitas 208 m³ (Gambar 29). Atas penggunaan lahan tersebut PT Mekar Tunas Rayasejati dikenakan biaya pengembangan sebesar Rp 7.500.000,00 untuk jangka waktu 15 tahun, biaya pemeliharaan prasarana sebesar Rp 350.000,00 per tahun dan biaya sewa tangki sebesar Rp 3.000,00 per ton BBM yang dimasukkan ke tangki. Selain biaya di atas tidak terdapat pembagian keuntungan antara PT Mekartunas Rayasejati dengan pengelola PPN Palabuhanratu.
a. Kantor administratif
b. Tempat penyaluran BBM
c. Tangki BBM Gambar 29 Kantor dan nstalasi BBM milik PT Mekartunas Rayasejati di PPN Palabuhanratu tahun 2010
91 Sumber BBM PT Mekartunas Rayasejati adalah PT Pertamina, dimana biaya pendistribusian BBM dari PT Pertamina ke tangki milik PT Mekartunas Rayasejati dilakukan menggunakan mobil tangki dengan biaya Rp 100.000,00 per tangkinya.
Penetapan
harga
BBM
dari
Mekartunas
Rayasejati
kepada
konsumennya adalah sama seperti penetapan harga konsumen pada PT Paridi Asyudewi. Adapun mekanisme pembelian BBM oleh nelayan kepada PT Mekartunas Rayasejati dilakukan secara langsung di stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) yang terletak di dermaga muat II. Hambatan dalam pengelolaan BBM oleh PT Mekartunas Rayasejati adalah jalan menuju tangki penyimpanan BBM yang kurang landai sehingga mempersulit distribusi BBM dari PT Pertamina. Solusinya adalah dilakukan pembuatan jalan yang lebih landai sehingga memudahkan pendistribusian BBM.
6) Pengadaan es Fasilitas pabrik es di PPN Palabuhanratu sampai saat ini masih belum tersedia, kebutuhan perbekalan es balok di PPN Palabuhanratu selama ini masih disuplai oleh perusahaan swata yang berasal dari luar PPN Palabuhanratu yaitu pabrik es Sumber Makmur Tirta Jaya dan pabrik es Sari Petojo. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Yulia (2005), selain itu Yulia juga mengemukakan bahwa kapasitas produksi masing-masing pabrik adalah 1.000 balok es per hari). Tidak terdapat kerjasama ataupun sewa lahan antara pihak swasta tersebut dengan pihak pengelola pelabuhan. Pihak pelabuhan hanya memungut biaya retribusi kendaraan pengantar es balok yang masuk ke PPN Palabuhanratu. Hal tersebut menyebabkan pabrik es bukanlah fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola
pelabuhan,
pelayanan
yang
diberikan
oleh
pengelola
PPN
Palabuhanratu terkait es adalah izin penyaluran es.
1. Pabrik es PT Sumber Makmur Tirta Jaya Pabrik es PT Sumber Makmur Tirta Jaya merupakan perusahaan swasta yang memproduksi es balok dan mendistribusikan es yang diproduksinya ke PPN Palabuhanratu. Pabrik es tersebut berada di luar PPN Palabuhanratu, tetapi masih
92 berada di dalam Kecamatan Palabuhanratu. Wawancara yang dilakukan dengan perusahaan ini menghasilkan informasi seperti di bawah ini : Sumber air yang digunakan oleh PT Sumber Makmur Tirta Jaya dalam memproduksi es balok berasal dari sungai Cimandiri dengan tahapan produksi sebagai berikut : air sungai Cimandiri dialirkan ke dalam pabrik, lalu air ditampung di dalam bak untuk disaring dan diberi obat agar air jernih (kaporit), air lalu diolah dengan dialirkan ke dalam cetakan baja untuk dibekukan menjadi es balok. Setiap 1 cetakan baja dapat membuat 20 balok es dalam sekali proses, terakhir es balok dimasukkan ke dalam coldstorage untuk disimpan menunggu pesanan. Es balok yang diproduksi dijual kepada kapal perikanan dan depot es masyarakat dengan harga pabrik Rp 15.000,00 per balok di pabrik es Sumber Makmur Tirta Jaya. Harga es yang dibayarkan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu adalah Rp 17.000,00 per balok, hal ini dikarenakan Rp 2.000,00 merupakan upah angkut, upah kuli dan keuntungan agen penyalur es. Pabrik es PT Sumber Makmur Tirta Jaya bekerjasama dengan KUD MMSL dalam mendistribusikan es baloknya ke PPN Palabuhanratu. Bentuk kerjasama yang terbentuk yaitu KUD MMSL menerima fee Rp 200,00 untuk setiap es balok yang terjual oleh PT Sumber Makmur Tirta Jaya di PPN Palabuhanratu. Kerjasama ini dimaksudkan agar nelayan lebih mudah dalam membeli es balok, yaitu memesan es balok melalui KUD MMSL kemudian KUD MMSL yang akan menghubungi dan memesannya dari pabrik es Tirta Jaya. Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan nelayan pancing rumpon memesan secara langsung ke pabrik es Tirta Jaya melalui telepon atau melalui sopir truck yang sedang mengantar pesanan es balok nelayan yang lain. Meskipun nelayan di PPN Palabuhanratu melakukan pemesanan es sendiri tanpa melalui KUD MMSL, PT Tirta Jaya tetap membayarkan fee Rp 200,00 per baloknya kepada KUD MMSL. Nelayan memesan es tersebut beberapa jam sebelum berangkat melaut. Agar menunjang kegiatan tersebut pabrik es Tirta Jaya menyediakan 3 unit mobil truck dengan kapasitas masing-masing sebesar 175 balok es yang disusun kedalam 35 deret balok es.
93 2. Pabrik es Sari Petojo Nelayan di PPN Palabuhanratu juga menyatakan bahwa mereka dapat membeli es balok kepada pihak lain yaitu Pabrik es Sari Petojo yang berada jauh di luar PPN Palabuharatu, yaitu di kota Sukabumi. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan swasta yang memproduksi es balok dan mendistribusikan hasil produksinya ke PPN Palabuhanratu. Menurut nelayan di PPN Palabuhanratu, mekanisme pemesanan es balok dari nelayan kepada pabrik es Sari Petojo dilakukan melalui telepon. Es balok yang dipesan oleh nelayan akan dikirim bersamaan dengan pesanan dari nelayan yang lain di PPN Palabuhanratu dan akan dibagikan kepada nelayan pembeli yang sudah memesan di PPN Palabuhanratu. Harga es balok yang dibayarkan oleh nelayan PPN Palabuhanratu adalah Rp 17.000,00 per balok. Harga ini sama dengan harga beli es balok kepada pabrik es Sumber Makmur Tirta Jaya. Es balok yang sudah dipesan langsung dikirim pada hari yang sama menggunakan mobil truck yang bagian atas esnya dilindungi dengan menggunakan terpal untuk melindungi dari cahaya dan panas matahari.
7) Perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna Perusahaan swasta penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna yang membeli dan menerima hasil tangkapan tuna dari nelayan di PPN Palabuhanratu terdapat beberapa unit, yaitu PT Tuna Tunas Mekar, PT Jaya Mitra dan PT Karya Maju (Pengelola PPN Palabuhanratu, 2010). Nelayan menyebut perusahaan Tuna Tunas Mekar sebagai perusahaan Toni, Perusahaan Jaya Mitra sebagai perusahaan Awi, dan perusahaan Karya Maju sebagai perusahaan Ape yang mana Toni, Awi dan Ape merupakan nama pemilik masing-masing perusahaan tersebut. Perusahaan Tuna Tunas Mekar, Jaya Mitra dan Karya Maju tidak bekerjasama dengan pihak pengelola pelabuhan, perusahaan-perusahaan tersebut hanya menyewa lahan dan bangunan milik PPN Palabuhanratu melalui Koperasi Karyawan Mina Nusantara (Gambar 30) (Pengelola PPN Palabuhanratu, 2010).
94
a. Tuna Tunas Mekar (Toni)
b. Jaya Mitra (Awi)
c. PT Karya Maju (Ape) Gambar 30 Perusahaan-perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Perusahaan Tuna Tunas Mekar, Jaya Mitra dan Karya Maju menyatakan bahwa mereka menerima hasil tangkapan tuna dari nelayan pancing rumpon dan longline. Harga yang biasa ditawarkan oleh ketiga perusahaan tersebut sama yaitu Rp 30.000,00 per kilogram untuk ikan tuna yang termasuk kedalam kriteria ekspor. Adapun kriteria untuk ikan tuna yang dinilai oleh perusahaan penanganan dan pendistribusian di PPN Palabuhanratu yaitu ukuran lebih dari 30 kg dan memiliki ciri-ciri mata cerah dan jernih, tidak berbau busuk atau lama mati dan daging padat dan elastis. Pemilihan perusahaan sebagai tempat penjualan hasil tangkapan tuna oleh nelayan lebih mengacu kepada kepercayaan dan langganan. Kepercayaan dan langganan antara nelayan kepada perusahaan pembeli tuna terbentuk dengan sendirinya dan seiring dengan waktu karena seringnya nelayan menjual hasil tangkapannya kepada perusahaan tersebut dan kepercayaan nelayan terhadap pengecekan mutu yang dilakukan oleh pihak perusahaan tersebut.
95 Proses penanganan yang dilakukan ketiga perusahaan berdasarkan hasil wawancara tidak jauh berbeda. Proses penanganan tersebut seperti tampak pada Gambar 31 di bawah ini : Setelah ikan tuna sampai di perusahaan, ikan tuna diletakkan di lantai tempat perusahaan. Lantai tersebut telah dipel sebelum penanganan dilakukan
Es dikeluarkan dari kepala dan perut ikan tuna
Dilakukan pengecekan mutu oleh ahlinya (checker). Semakin merah dan cerah warna daging, maka harga yang diterima semakin tinggi. Ikan tuna ditimbang
Ikan tuna dipisahkan berdasarkan mutu dan ukuran yang layak ekspor dan tidak layak ekspor Ikan tuna diisi lagi perut dan kepalanya dengan es curah yang baru
Ikan tuna layak ekspor dimasukkan ke dalam mobil kap tertutup (es-tuna-estuna-es) untuk dibawa ke Jakarta. Jika mobil kap tertutup belum datang, maka tuna akan dimasukan ke dalam coldstorage untuk sementara
Ikan tuna yang tidak layak ekspor akan disimpan di dalam coldstorage, menunggu jumlah yang cukup untuk didistribusikan ke pengolah dan pengecer nasional Gambar 31 Tahapan penanganan hasil tangkapan tuna di perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna PPN Palabuhanratu tahun 2010 Gambar 31 di atas memperlihatkan penanganan hasil tangkapan tuna di perusahaan penanganan dan pendistribusiannya di PPN Palabuhanratu. Pada penanganan tuna tersebut es yang telah digunakan pada ikan di atas kapal diganti dengan es yang baru karena es yang lama sudah bercampur darah dan lendir ikan. Pengecekan mutu hasil tangkapan dilakukan oleh checker yang berasal dari pihak perusahaan yang akan membeli hasil tangkapan. Untuk hasil tangkapan yang tidak
96 termasuk ke dalam kategori ekspor akan didistribusikan ke pengolah dan pengecer nasional. Ketiga perusahaan di atas menyatakan bahwa tujuan distribusinya adalah pabrik pengolahan tuna nasional, pengecer nasional dan ekspor (Jepang dan Korea). Tuna tujuan ekspor terlebih dahulu didistribusikan ke pedagang pengumpul di Muara Angke dan Muara Baru Jakarta untuk digabungkan dengan hasil tangkapan tuna dari PPS Muara Baru dan PPI Muara Angke, baru kemudian didistribusikan
ke
Jepang
dan
Korea.
Hasil
tangkapan
tuna
tersebut
didistribusikan ke Muara Angke dan Muara Baru di Jakarta menggunakan mobil box dengan sistem rantai dingin. Hasil tangkapan tuna di dalam mobil box disusun dengan urutan es-ikan-es-ikan-es sampai mobil box penuh. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu hanya menyediakan lahan dan bangunan kosong yang selanjutnya disewa oleh Koperasi Karyawan Mina Nusantara. Oleh karena itu pengelolaan fasilitas penanganan dan pendistribusian tuna yang ada di PPN Palabuhanratu dilakukan oleh Koperasi Karyawan Mina Nusantara.
8) Pasar ikan Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan informasi bahwa pasar ikan yang terdapat di PPN Palabuhanratu berjumlah 2 unit yaitu los pasar ikan yang terdapat di belakang TPI dan Pasar Ikan dan Resto; yang keduanya menjual ikan segar sekaligus sebagai tempat penjualan ikan bakar. Selain pasar ikan, juga terdapat tempat penjualan ikan tidak resmi yang terletak di samping CV Citra Karya Utama yang merupakan perusahaan pengelola docking di PPN Palabuhanratu. Kondisi aktifitas kedua pasar ikan dan tempat penjualan ikan di samping CV Citra Karya Utama dijelaskan sebagai berikut :
1. Los pasar ikan Los pasar ikan yang berlokasi di belakang TPI masih termasuk kedalam lahan dari TPI, oleh karena itu pengelolaannya dilakukan oleh KUD MMSL. Los pasar ikan ini memiliki 60 unit lapak, menurut hasil wawancara kepada penjual ikan di los pasar ikan ini setiap lapak dikenai biaya sewa sebesar Rp 2.000,00 per
97 lapak per hari yang dibayarkan kepada KUD MMSL sebagai pihak pengelola TPI. Biaya tersebut digunakan sebagai biaya kebersihan dan biaya retribusi. Namun dari hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa kondisi los pasar ikan ini “sembrawut”, kotor, becek dan bau (Gambar 32). Seharusnya dengan adanya biaya sewa lapak sebagai biaya pemeliharaan kebersihan, kondisi dari los pasar ikan ini rapi, bersih, tidak becek dan tidak bau.
Gambar 32 Los pasar ikan di belakang TPI di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Selanjutnya menurut pedagang di los pasar ikan tersebut, ikan yang dijual dapat berasal baik dari hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu maupun ikan yang berasal dari luar PPN Palabuhanratu melalui jalur darat seperti dari Jakarta dan PPI yang berada di sekitar PPN Palabuhanratu. Ikan yang dijual di pasar ini bervariasi seperti ikan marlin, cakalang, baby tuna, tenggiri, kue, tongkol, cumi-cumi dan ikan lainnya. Selain ikan segar, ikan olahan pindang juga dijual di pasar belakang TPI PPN Palabuhanratu. 2. Pasar ikan dan resto Pengelola PPN Palabuhanratu menyebutkan bahwa pasar ikan dan resto di PPN Palabuhanratu (Gambar 33) digunakan sebagai pasar ikan segar dan restoran ikan bakar. Pasar ini memiliki luas 713 m² dengan dua lantai, dan mengacu kepada sistem kebersihan dan kenyamanan sekitarnya. Pasar ikan dan resto dibangun pada tahun 2009 sampai awal tahun 2010, dan mulai dioperasikan sejak tanggal 20 januari 2010. Pasar ikan dan resto ini dibangun oleh pengelola PPN Palabuhanratu dengan dana yang berasal dari Direktorat Jenderal Pengolahan
98 Hasil Tangkapan. Pengelolaan dari pasar ikan dan resto ini diserahkan kepada Koperasi Mina Nusantara
Gambar 33 Pasar ikan dan resto di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Pada pasar ikan dan resto terdapat dua orang pedagang ikan dan dua warung makan di lantai 1 dan 4 warung makan di lantai 2. Pedagang ikan dan pedagang warung makan di pasar ikan ini menyewa kios kepada Koperasi Karyawan Mina Nusantara dengan harga Rp 400.000,00 per bulan. Menurut penjual ikan di pasar ikan dan resto, hasil tangkapan yang dijual di pasar tersebut adalah jenis ikan yang enak untuk dibakar seperti ikan kakap merah, cumi-cumi, tenggiri, kuwe dan kerapu. Hasil tangkapan tersebut dapat langsung dibersihkan dan dibakar/digoreng di tempat oleh penjual ikan, atau bisa juga dibawa dalam keadaan segar memakai sterofoam dan diberi es.
3. Tempat penjualan ikan tidak resmi di samping CV Citra Karya Utama Berdasarkan wawancara kepada pengelola PPN Palabuhanratu didapatkan hasil bahwa tempat penjualan ikan yang berlokasi di samping CV Citra Karya Utama tidak beroperasi secara resmi, disebutkan juga kalau pengelolaan dari tempat penjualan ikan ini dikelola oleh Koperasi Mina Nusantara. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tempat penjualan ikan ini difungsikan sebagai pasar penjualan hasil tangkapan dari nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing ulur. Terdapat 4 buah kios di tempat penjualan ikan ini, dimana 1 kios digunakan sebagai warung kopi, 1 kios merupakan gudang docking dan 2 kios yang digunakan sebagai tempat penjualan ikan. Tempat penjualan ikan ini (Gambar 34) terbuat dari kayu dengan keadaan
99 yang kotor tidak di cat dan atapnya bocor. Keadaan yang demikian tidak sesuai dengan biaya sewa seharga Rp 400.000,00 per bulan yang dibayarkan kepada Koperasi Mina Nusantara (Koperasi Karyawan).
Gambar 34 Tempat penjualan ikan tidak resmi di samping CV Citra Karya Utama di PPN Palabuhanratu tahun 2010 9) Syahbandar Perikanan Kesyahbandaran yang terdapat di PPN Palabuhanratu ada dua kategori yaitu syahbandar umum dan syahbandar perikanan. Kedua syahbandar ini memiliki tugas yang berbeda dan berada dibawah kementrian yang berbeda. Syahbandar umum berada dibawah Kementrian Perhubungan sementara syahbandar perikanan berada
dibawah
Kementrian
Kelautan
dan
Perikanan
(Pengelola
PPN
Palabuhanratu, 2010) Menurut pengelola PPN Palabuhanratu syahbandar umum yang berlokasi di belakang TPI bertugas mengawasi dan mengeluarkan izin kapal-kapal dagang, kapal angkut barang atau penumpang dan kapal lainnya selain kapal perikanan. Izin yang dikeluarkan oleh syahbandar umum adalah izin berlayar, izin usaha, pas tahunan kapal dan izin keluar masuk pelabuhan. Sebelum adanya syahbandar perikanan, izin kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dikeluarkan oleh Syahbandar Umum, mulai tahun 2006 sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 4365/DPT3/KP.440.D3/X/2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Syahbandar di Pelabuhan Perikanan, dibentuk Syahbandar Perikanan di PPN Palabuhanratu (Gambar 35). Mulai saat itu izin kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dikeluarkan oleh Syahbandar Perikanan yang memiliki
100 kantor dengan luas 75 m² dan bertempat di samping gedung administratif utama PPN Palabuhanratu.
Gambar 35 Kantor Syahbandar Perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dan staf syahbandar perikanan di PPN Palabuhanratu didapatkan bahwa terdapat enam tugas pokok Syahbandar Perikanan di PPN Palabuhanratu, yaitu : (1) Menerbitkan surat izin berlayar (SIB) (2) Memeriksa ulang kelengkapan dan keabsahan dokumen kapal (3) Memeriksa ulang alat penangkapan ikan yang ada di kapal (4) Memeriksa persyaratan teknis dan nautis kapal (5) Memeriksa masuk dan keluar kapal perikanan dengan mengeluarkan surat tanda bukti lapor kedatangan dan keberangkatan (STBLKK) (6) Mengatur pergerakan dan lalu lintas kapal Kepala syahbandar perikanan PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa surat izin berlayar (SIB) dibuat satu kali, yaitu pada saat kapal baru selesai dibuat dan sebelum pergi melaut. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan surat izin berlayar menurut aturan syahbandar perikanan yaitu : (1) Surat izin penangkapan ikan (SIPI) (2) Surat izin usaha perikanan (SIUP) (3) Pas kecil (untuk kapal berukuran kurang dari 10 GT) atau Pas Tahunan (untuk kapal berukuran lebih dari 10 GT) (4) Surat layak operasional (SLO) dari pengawas perikanan, khusus untuk armada longline (5) Telah menyelesaikan pembayaran biaya docking kapal
101 Surat izin penangkapan ikan (SIPI) dan surat izin usaha perikanan (SIUP) dibuat saat kapal akan melakukan operasi penangkapan ikan untuk pertama kalinya. Surat ini dibuat satu kali untuk satu kapal, surat ini masih aktif selama kapal masih melaut dan masih melakukan usaha penangkapan ikan. Mulai tahun 2010, SIPI berlaku hanya untuk satu tahun saja dan harus diperbaharui setiap tahunnya. Sedangkan SIUP mulai tahun 2008 hanya berlaku selama 12 tahun saja dan harus diperbaharui setiap 12 tahun sekali. Pembuatan pas kecil atau pas tahunan dilakukan pada saat kapal selesai dibuat. Adapun proses pembuatannya dilakukan dengan pembuatan surat akta, surat ukur dan pas kelayakan kapal terlebih dahulu. Surat akta merupakan surat yang dibuat sebagai tanda kepemilikan kapal, setelah itu kapal diukur untuk menerbitkan surat ukur kapal. Setelah dibuat surat ukur kapal, kapal diuji kelayakannya untuk dapat melaut dan diterbitkan surat kelayakan kapal. Setelah ketiga surat tersebut dibuat, maka dapat dibuat surat pas kecil atau pas tahunan. Kepala syahbandar juga menyatakan bahwa surat tanda bukti lapor kedatangan dan keberangkatan (STBLKK) diisi dua kali, yaitu pada saat kapal berlabuh di dermaga dan pada saat akan pergi melaut. Surat tanda bukti lapor kedatangan berisi nama kapal, pemilik, ukuran, isi kotor, merek mesin, tanggal berangkat, jumlah ABK, jenis kapal, daerah operasional, rencana kegiatan selama berada di PPN Palabuhanratu, kelengkapan surat dan keterangan hasil tangkapan didaratkan. Surat tanda bukti keberangkatan berisi nama kapal, pemilik, nahkoda, isi kotor, merek mesin, tanggal masuk, kegiatan selama di pelabuhan, logistik dan tujuan keberangkatan. Armada di PPN Palabuhanratu yang wajib memiliki surat-surat di atas adalah payang, pancing rumpon, gillnet dan longline. Kapal jenis kincang (jukung dengan katir) tidak wajib memiliki kelengkapan surat tersebut, karena kapal tersebut hanya diwajibkan untuk melaporkan dan mendaftarkan kapalnya ke Dinas Kelautan dan Perikanan Kecamatan Palabuhanratu. Setiap tahunnya dilakukan razia oleh syahbandar perikanan kepada armada payang, pancing rumpon, gillnet dan longline. Apabila diketahui oleh petugas kalau surat-surat tersebut tidak lengkap, maka nelayan akan didenda sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
102 Jumlah denda yang diberikan kepada nelayan lebih besar daripada biaya pembuatan surat-surat tersebut.
10) Kantor administratif PPN Palabuhanratu Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa kantor administratif PPN Palabuhanratu meliputi gedung utama kantor pengelola PPN Palabuhanratu (Gambar 36a) yang dilengkapi oleh pos terpadu dermaga I (Gambar 36b) dan pos terpadu dermaga II (Gambar 36c). Menurut pengelola PPN Palabuhanratu gedung utama pengelola PPN Palabuhanratu memiliki luas 528 m² dan digunakan sebagai pusat
administrasi.
Demi
menunjang
kelancaran
operasional
di
PPN
Palabuhanratu kantor pengelola PPN Palabuhanratu dilengkapi dengan telepon, internet dan faximile. Berdasarkan pengamatan, kondisi kantor pelabuhan ini cukup baik dan terawat serta dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya.
a. Kantor administratif
b. Pos terpadu I
c. Pos terpadu II
Gambar 36 Kantor pengelola PPN Palabuhanratu, pos terpadu I dan pos terpadu II di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Pos terpadu dermaga I dan pos terpadu dermaga II merupakan pos pelaksana teknis kegiatan di PPN Palabuhanratu dengan luas masing-masing 6 m². Pos terpadu dermaga I merupakan pos statistik yang bertugas mendata jumlah armada, jumlah alat tangkap, jumlah nelayan dan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu untuk kebutuhan pendataan statistik PPN Palabuhanratu. Pendataan jumlah armada, alat tangkap dan nelayan dilakukan dari bulan Desember sampai bulan Januari. Selama waktu tersebut perusahaan penangkapan ikan diwajibkan melaporkan jumlah armada, jenis alat tangkap dan jumlah
103 nelayannya. Sementara pendataan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan diawasi dan dicatat langsung oleh petugas pos terpadu I pada saat hasil tangkapan tersebut didaratkan di dermaga PPN Palabuhanratu. Pada saat pendataan jumlah hasil tangkapan didaratkan, petugas tidak melakukan kegiatan penimbangan hasil tangkapan yang didaratkan, jumlah hasil tangkapan didapatkan dengan cara bertanya kepada nelayan yang mendaratkan dan hanya memastikannya dengan pengamatan saja. Hal ini merupakan kekurangan bagi pendataan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan yang terjadi di PPN Palabuhanratu, karena dapat saja nelayan melaporkan jumlah yang salah. Pendataan juga tidak selalu dilakukan pada setiap kegiatan pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuahnratu, terdapat pendaratan hasil tangkapan yang tidak didata oleh petugas pos terpadu I. Pos terpadu dermaga II terbagi kedalam dua divisi yaitu divisi jasa dan divisi teknis. Tugas dari divisi jasa adalah mengatur biaya tambat labuh, biaya pas kebersihan kolam pelabuhan dan biaya penyewaan alat berat milik PPN Palabuhanratu. Biaya tambat labuh hanya dikenakan kepada armada pancing rumpon, gillnet dan longline. Biaya pas kebersihan untuk kapal dibawah 30GT adalah Rp 100,00 sekali berlabuh, sedangkan biaya pas kebersihan untuk kapal diatas 30 GT ke atas adalah Rp 1.000,00 sekali berlabuh. Divisi teknis mempunyai tugas yang sama dengan syahbandar perikanan (sub bab 5.2 butir 9), perbedaannya hanya pada area tugas dimana syahbandar perikanan bertugas di kolam pelabuhan I, sedangkan divisi teknis bertugas di kolam pelabuhan II. Divisi teknis tersebut akan melaporkan hasil pengawasan dan pencatatannya kepada syahbandar perikanan setiap bulannya. Pelayanan yang diberikan oleh kantor administratif PPN Palabuhanratu kepada nelayan di PPN Palabuhanratu adalah pelatihan, informasi cuaca dan gelombang laut, informasi daerah penangkapan ikan yang berpotensi terdapat banyak ikan, bantuan permodalan (seperti kapal, rumpon dan alat tangkap) dan lain-lain.
Pelayanan
tersebut
diberikan
oleh
kantor
administratif
Palabuhanratu kepada nelayan di PPN Palabuhanratu tanpa dikenakan biaya.
PPN
104 11) Docking Fasilitas docking di PPN Palabuhanratu hanya berjumlah 1 unit (Gambar 37) dengan panjang 66 m dan lebar 40 m. Fasilitas docking tersebut berada di samping kolam pelabuhan I dengan keadaan yang kotor, tidak terurus dan banyak terdapat sampah serta bangkai kapal (pengelola PPN Palabuhanratu, 2010). Fasilitas docking di PPN Palabuhanratu dikelola oleh dua pihak yaitu PT Citra Karya Utama (PT CKU) dan PPN Palabuhanratu. Fasilitas docking yang berada di arah dermaga I dikelola oleh pihak pengelola pelabuhan, sedangkan yang berada di arah dermaga II dikelola oleh pihak swasta yaitu PT CKU. Kedua pengelola tersebut mendapatkan panjang docking yang sama yaitu masing-masing 33 m. Fasilitas docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu umumnya digunakan oleh nelayan sebagai tempat membuat kapal, sedangkan fasilitas docking yang dikelola oleh PT CKU umumnya digunakan sebagai tempat perbaikan dan perawatan kapal.
Gambar 37 Docking kapal di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Kedua pengelola fasilitas docking (PPN Palabuhanratu dan PT CKU) menetapkan tarif biaya sewa harian lahan docking yang sama yaitu Rp 350,00 per m². Biaya sewa tersebut dikeluarkan oleh nelayan atau pengusaha perikanan untuk dapat menggunakan lahan docking pada saat pembuatan atau perbaikan kapal diluar biaya listrik, yang dihitung dengan rumus : Biaya docking = P x L x B x T Keterangan : P = panjang kapal; L = lebar kapal; B = biaya sewa lahan; T = lama waktu penggunaan lahan Sumber : hasil wawancara dengan pengelola PPN Palabuhanratu
105 Berdasarkan hasil pengamatan diketahui fasilitas docking dilengkapi dengan rel (slipway) yang berfungsi untuk mempermudah menaikkan kapal ke darat saat kondisi air laut sedang surut. Kondisi dari slipway tersebut sudah berkarat, kotor dan di sekitarnya terdapat banyak sampah. Hal ini membuat fungsi slipway menjadi terganggu, sehingga sebagian besar nelayan dan pengusaha perikanan menaikkan kapal ke darat tanpa melewati slipway, tetapi ditarik begitu saja menggunakan tali saat air sedang pasang. Mahyuddin (2007) mengemukakan bahwa kondisi slipway dalam keadaan rusak namun masih dapat digunakan. Pelayanan yang terdapat pada fasilitas docking diberikan oleh pengelola PPN Palabuhanratu, berupa penyediaan lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuatan atau perbaikan kapal yang didukung dengan fasilitas listrik. Pada PT CKU tidak dapat disebut sebagai pelayanan, tetapi lebih disebut kepada penyewaan lahan sebagai tempat docking.
12) Bengkel Pengelola PPN Palabuhanratu menjelaskan bahwa bengkel di PPN Palabuhanratu didirikan mulai tahun 1993, dengan fungsi sebagai tempat perbaikan mesin-mesin kapal perikanan yang mengalami kerusakan, pembuatan cerobong asap dan kemudi kapal. Bengkel di PPN Palabuhanratu (Gambar 38) hanya berjumlah 1 unit, memiliki luas 250 m² dan terletak di sisi dermaga 1 yang bersebelahan dengan gedung utama kantor PPN Palabuhanratu.
Gambar 38 Bengkel di PPN Palabuhanratu tahun 2010.
Berdasarkan hasil wawancara kepada pengelola bengkel di PPN Palabuhanratu diketahui bahwa semenjak berdiri hingga tahun 2009, bengkel di PPN Palabuhanratu belum dapat beroperasi dengan baik karena kekurangan
106 peralatan. Oleh karena itu pada tahun 2009 dilakukan pengadaan sarana (peralatan) yang dibutuhkan, diantaranya gurinda tangan, gurinda duduk dan kompresor yang masing-masing berjumlah 2 unit. Bor duduk, las tangan, mesin las, tabung oksigen, mesin bor, mesin bubut, blower, mesin pembengkok pipa dan mesin gergaji besi yang masing-masing berjumlah 1 unit. Selanjutnya pengelola bengkel di PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa bengkel di PPN Palabuhanratu juga menyewakan alat berat seperti crane dan forcliftt. Crane disewakan dengan harga Rp 100.000,00 per hari, sedangkan forcliftt disewakan dengan harga Rp 50.000,00 per hari. Peminjaman dan pembayaran diajukan kepada bengkel, selanjutnya uang pembayaran tersebut disetorkan oleh bengkel kepada pos terpadu divisi jasa di dermaga II. Sesuai dengan fungsi bengkel di PPN Palabuhanratu seperti yang dijelaskan diatas maka diketahui pelayanan yang diberikan oleh bengkel di PPN Palabuhanratu yaitu penyediaan tempat, sarana atau alat dan jasa untuk perbaikan mesin kapal, pembuatan cerobong asap dan pembuatan kemudi kapal.
13) Toko logistik Toko logistik di PPN Palabuhanratu terbagi menjadi dua kelompok yaitu toko bahan alat penangkapan (BAP) dan kedai pesisir. Menurut PPN Palabuhanratu (2010e) diketahui bahwa toko BAP (Gambar 39) adalah toko yang menjual bahan-bahan untuk membuat alat penangkapan ikan seperti benang, coban, kail, pelampung, pemberat, jaring dan umpan. Masih menurut PPN Palabuhanratu, (2010e) kedai pesisir (Gambar 40) merupakan kedai yang menjual bahan kebutuhan melaut, makanan dan minuman.
Gambar 39 Toko bahan alat penangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2010.
107
a. lokasi di samping Syahbandar Perikanan
b. lokasi di samping bengkel
Gambar 40 Kedai pesisir di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Toko BAP berlokasi di depan Laboratorium Bina Mutu PPN Palabuhanratu yang berjumlah 3 unit toko. Kedai pesisir berjumlah 20 unit yang terletak di tiga lokasi berbeda, yaitu di dekat pos terpadu I PPN Palabuhanratu, di sebelah bengkel PPN Palabuhanratu dan di sebelah syahbandar perikanan PPN Palabuhanratu. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu diketahui bahwa toko BAP dan kedai pesisir di PPN Palabuhanratu dikelola oleh pihak swasta yang menyewa lahan dan bangunan milik PPN Palabuhanratu melalui Koperasi Karyawan Mina Nusantara. Biaya sewa lahan dan bangunan toko BAP maupun kedai pesisir yaitu Rp 400.000,00 per bulan. Biaya sewa yang dibayarkan oleh toko logistik dan kedai pesisir akan dibagi menjadi dua, yaitu 50% menjadi milik koperasi karyawan PPN Palabuhanratu dan 50% dimasukkan ke dalam penerimaan bukan pajak PPN Palabuhanratu. Sesuai dengan pengertian toko BAP pada paragraf pertama, pelayanan yang diberikan oleh toko BAP adalah penjualan bahan-bahan untuk membuat alat penangkapan ikan seperti benang, coban, kail, pelampung, pemberat, jaring dan umpan. Sedangkan kedai pesisir memberikan pelayanan penjualan bahan kebutuhan melaut, makanan dan minuman. Pada kondisi aktual di lapangan, tokotoko tersebut tidak hanya digunakan untuk menjual bahan-bahan alat penangkapan ikan dan bahan kebutuhan melaut, tetapi juga menjual barang-barang lain yang tidak berhubungan dengan penangkapan ikan seperti pulsa, baju dan lainnya.