19
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga Januari 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian disampaikan pada Gambar 3.
N 5°30'
W
E
5°45'
S
6°00'
Keterangan:
6°15'
Daratan Lautan
6°30'
#
PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu
Lokasi penelitian
6°45'
INSERT PETA: 3°45'
7°00'
#
Samudera Hindia
4°40' 5°35'
7°15'
6°30' 7°25'
7°30'
8°20' 9°15'
7°45'
10°10' 11°5'
8°00'104°55' 8°15'
107°40'
110°25'
113°10'
skala 1 : 1.835.181
104°00' 104°15' 104°30' 104°45' 105°00' 105°15' 105°30' 105°45' 106°00' 106°15' 106°30' 106°45' 107°00'
Gambar 3 Peta lokasi penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang ditujukan kepada penyalur solar, penyalur air bersih, penyalur es balok, pihak pelabuhan dan nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah data hasil kuesioner
(data
primer)
yang
telah
diisi
melalui
wawancara
kepada
penyedia/penyalur solar, penyedia/penyalur air bersih, penyedia/penyalur es balok, pihak pelabuhan dan nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu.
20
Selain itu, bahan lainnya yaitu data sekunder terkait bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu.
3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study). Kasus dalam penelitian ini adalah terjadinya kekurangan bahan kebutuhan melaut nelayan, khususnya perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Hal ini diduga berpengaruh terhadap kegiatan operasional nelayan pancing rumpon, yang terus berkembang sejak diadakannya program rumponisasi pada tahun 2004. Aspek yang diteliti adalah aspek bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dan aspek internal dan eksternal pengembangannya. Aspek tersebut mengenai : 1) Pihak-pihak penyalur bahan kebutuhan melaut 2) Kapasitas dan kondisi fasilitas penyaluran bahan kebutuhan melaut 3) Aktivitas penyaluran bahan kebutuhan melaut oleh penyalur 4) Kapasitas dan kondisi fasilitas PPN Palabuhanratu terkait persiapan bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon sebelum melaut 5) Besaran jenis dan biaya bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon 6) Pemetaan lokasi pembelian/penyaluran bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon 7) Faktor-faktor dalam penentuan strategi pengembangan penyediaan/ penyaluran bahan kebutuhan melaut Pada penelitian akan dilakukan pengamatan dan wawancara langsung tentang aspek yang diteliti: 1) Pengamatan Dilakukan pengamatan langsung terhadap ketersediaan, kapasitas, dan kondisi fasilitas terkait bahan kebutuhan melaut yang dimanfaatkan oleh penyedia/penyalur
bahan
kebutuhan
melaut
dan
aktivitas
penyediaan/
penyalurannya di PPN Palabuhanratu; pengamatan terhadap fasilitas-fasilitas di PPN Palabuhanratu terkait bahan kebutuhan melaut yang disediakan oleh pihak PPN Palabuhanratu sebagai fasilitator; dan pengamatan terhadap aktivitas
21
persiapan bahan kebutuhan melaut
nelayan pancing rumpon di PPN
Palabuhanratu. Pengamatan ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi penyedia/penyalur bahan kebutuhan melaut, pihak PPN Palabuhanratu, dan nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Informasi dan permasalahan tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis yang akan dicari solusinya dengan menggunakan analisis SWOT yang diperdalam (analisis SWOT Plus (Pane 2006 vide Rakhmania 2008)). 2) Wawancara Wawancara dan pengisian kuesioner terhadap responden, penentuan responden dilakukan secara purposive; yaitu dengan mengambil responden yang dianggap mampu mewakili kepentingan penelitian. Responden yang diwawancarai meliputi kelompok penyedia/penyalur bahan kebutuhan melaut, pihak pelabuhan, dan nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Responden pada setiap kelompok tersebut diupayakan sehomogen mungkin. (1) Wawancara terhadap penyalur bahan kebutuhan melaut (6 orang) Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi: a) Mekanisme/prosedur pemanfaatan fasilitas PPN Palabuhanratu terkait penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut. b) Kapasitas dan kondisi fasilitas yang dimanfaatkan. c) Produsen atau sumber bahan kebutuhan melaut. d) Pasokan/kuota yang diperoleh. e) Harga bahan kebutuhan melaut. f) Mekanisme penyaluran bahan kebutuhan melaut. g) Permasalahan yang dihadapi dalam penyaluran. (2) Wawancara terhadap pihak pelabuhan (5 orang) Adapun wawancara dilakukan bertujuan memperoleh data dan informasi: a) Kondisi kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. b) Mekanisme/prosedur pemanfaatan fasilitas terkait penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut oleh pihak swasta/investor. c) Kapasitas dan kondisi fasilitas PPN Palabuhanratu terkait bahan kebutuhan melaut.
22
d) Peran pihak PPN Palabuhanratu dalam penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut. e) Permasalahan yang dihadapi terkait bahan kebutuhan melaut (3) Wawancara terhadap nakhoda pancing rumpon yang keseluruhannya menggunakan kapal motor (KM) berukuran 6 GT (5 orang) Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi: a) Ukuran kapal, jumlah ABK, lama operasi penangkapan ikan per trip, fishing ground, jenis hasil tangkapan. b) Besaran jenis dan biaya bahan kebutuhan melaut per trip, per bulan, per tahun. c) Lokasi pembelian bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon. d) Kondisi pelayanan penyaluran bahan kebutuhan melaut. e) Fasilitas PPN Palabuhanratu yang dimanfaatkan terkait penyediaan bahan kebutuhan melaut sebelum melaut. f) Permasalahan/kendala dalam memperoleh bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data utama dan data tambahan, yaitu: 1) Data Utama (1) Data utama primer : a) Kondisi perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu b) Besaran jenis dan biaya bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon per trip c) Penyalur-penyalur bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu d) Pasokan/kuota bahan kebutuhan melaut e) Kapasitas dan kondisi fasilitas terkait penyaluran bahan kebutuhan melaut f) Kondisi aktual persiapan bahan kebutuhan melaut, khususnya nelayan pancing rumpon sebelum melaut g) Kondisi dan pemanfaatan fasilitas terkait bahan kebutuhan melaut h) Permasalahan terkait bahan kebutuhan melaut (2) Data utama sekunder : a) Ukuran kapal dan jumlah ABK
23
b) Lama operasi penangkapan ikan per trip c) Jenis hasil tangkapan d) Perkembangan jumlah armada dan alat tangkap pancing rumpon 2) Data tambahan (1) Data tambahan primer : a) Gambar/foto-foto terkait penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut dan perikanan pancing rumpon b) Pengamatan mengenai kondisi fasilitas terkait bahan kebutuhan melaut c) Pengamatan mekanisme penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut (2) Data tambahan sekunder : a) Kondisi umum perikanan tangkap PPN Palabuhanratu b) Kondisi umum fasilitas PPN Palabuhanratu c) Peta lokasi PPN Palabuhanratu d) Keadaan umum Kabupaten Sukabumi: letak geografis, jumlah penduduk, dan pendidikan. e) Kondisi umum sarana dan prasarana umum di Kabupaten Sukabumi: listrik, air bersih, perhubungan, transportasi, dan telekomunikasi.
3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif (rata-rata, simpangan, dan analisis grafik). Analisis ini dilakukan untuk : (1) Mengetahui
kondisi
aktual perikanan pancing
rumpon di
PPN
Palabuhanratu (2) Mengetahui besaran jenis dan biaya bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon secara kualitatif (3) Mengetahui kondisi penyalur
bahan kebutuhan melaut
di PPN
Palabuhanratu (4) Mengetahui permasalahan/kendala dalam penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu
24
(5) Mengetahui lokasi pembelian/penyaluran bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon; sehingga dapat dilakukan pemetaan penyaluran bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon (6) Mengetahui besaran penyaluran bahan kebutuhan melaut nelayan pancing rumpon. 2) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) Analisis SWOT yang diperdalam dilakukan untuk mendapatkan strategi pengembangan penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Analisis ini ditujukan kepada pihak penyedia/penyalur dan yang memfasilitasi penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon yaitu pihak swasta dan pihak pengelola PPN Palabuhanratu. Adapun tahapan-tahapan analisis yang dilakukan sebagai berikut : (1) Mengetahui faktor-faktor SWOT a. Faktor Internal : Kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) Analisis faktor internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi (Rangkuti 2006). Faktor internal dapat menjadi keunggulan suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai suatu kekuatan atau kemampuan perusahaan dalam membaca kelemahan yang dimiliki, sehingga dapat menyiasati kemungkinan yang akan terjadi (Syafitri 2007). Kekuatan dan kelemahan yang diidentifikasi dan dianalisis meliputi faktor-faktor internal PPN Palabuhanratu yang berhubungan dengan strategi pengembangan penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu yang memberikan nilai positif atau negatif bagi kelancaran usaha pengembangan tersebut untuk masa yang akan datang. Faktor-faktor internal terkait penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu diantaranya adalah adanya penyedia/penyalur solar untuk kapal < 30 GT, izin penyaluran solar dari PT. Pertamina, instalasi solar, jarak lokasi penyaluran solar SPDN ke konsentrasi kapal pancing rumpon, “sistem berlangganan” dalam pembelian solar, instalasi air bersih, dan lain-lain.
25
Berikut kriteria skor penilaian faktor internal penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria skor penilaian faktor internal penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kriteria Penilaian Apakah ada penyedia/penyalur solar untuk kapal < 30 GT? a. Tidak ada b. Ada Apakah ada izin penyaluran solar dari PT. Pertamina? a. Tidak ada b. Ada Apakah ada instalasi solar? a. Tidak ada b. Ada Bagaimana jarak lokasi penyaluran solar SPDN dari konsentrasi kapal pancing rumpon? a. Jauh b. Dekat Apakah ada sistem langganan dalam pembelian solar? a. Tidak ada b. Ada Apakah ada instalasi air bersih? a. Tidak ada b. Ada Bagaimana jarak lokasi penyaluran air bersih dari konsentrasi kapal pancing rumpon? a. Jauh b. Dekat Apakah ada pembatasan pasokan/kuota solar dari PT. Pertamina? a. Tidak ada b. Ada Penyaluran solar oleh SPBN? a. Kapal penangkapan ikan > 30 GT b. 30 ≥ kapal penangkapan ikan ≥ 20 GT c. Kapal penangkapan ikan < 20 GT Bagaimana jarak lokasi penyaluran solar SPBN ke konsentrasi kapal pancing rumpon? a. Jauh b. Dekat Bagaimana sistem pembayaran pembelian solar? a. Hutang b. Lunas Apakah ada pabrik es di PPN Palabuhanratu? a. Tidak ada b. Ada Apakah ada pembagian wilayah dermaga untuk dermaga muat bahan kebutuhan melaut? a. Tidak ada b. Ada, tidak diterapkan c. Ada, telah diterapkan Bagaimana kondisi kolam I pelabuhan? a. Kolam I pelabuhan sudah overcapacity b. Kolam I pelabuhan belum overcapacity
Skor 1 2 1 2 1 2
1 2 1 2 1 2
1 2 1 2 1 2 3
1 2 1 2 1 2
1 2 3 1 2
26
Selanjutnya kriteria skor penilaian faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan digambarkan dalam bentuk kuantitatif yaitu dengan menggunakan matrik perhitungan nilai skor minimum-maksimum faktor-faktor internal yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Penghitungan nilai minimum-maksimum faktor-faktor internal Kode
Faktor-faktor Internal
Kekuatan (Strength) Penyedia/penyalur solar untuk kapal S1 < 30 GT Izin penyaluran solar dari PT. S2 Pertamina S3 Instalasi solar di PPN Palabuhanratu Jarak lokasi penyaluran solar SPDN S4 ke konsentrasi kapal nelayan pancing rumpon "Sistem berlangganan" dalam S5 pembelian solar Instalasi air bersih di PPN S6 Palabuhanratu Jarak lokasi penyaluran air bersih ke S7 konsentrasi kapal nelayan pancing rumpon Kelemahan (Weakness) Pembatasan pasokan/kuota solar dari W1 PT. Pertamina W2 Penyalur solar SPBN W3 Lokasi SPBN Sistem pembelian solar oleh nelayan W4 pancing rumpon W5 Pabrik es di PPN Palabuhanratu W6 Dermaga muat W7 Kolam I pelabuhan Jumlah
Skor Min Max
Bobot
Nilai Min Max
1
2
15
15
30
1
2
15
15
30
1
2
15
15
30
1
2
15
15
30
1
2
15
15
30
1
2
15
15
30
1
2
10
10
20
Sub Jumlah
100
100
200
1
2
15
15
30
1 1
3 2
15 10
15 10
45 20
1
2
15
15
30
15 15 15 100 200
15 15 15 100 200
30 45 30 230 430
1 2 1 3 1 2 Sub Jumlah
b. Faktor eksternal : peluang (opportunity) dan ancaman (threats) Analisis faktor eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi berpengaruh pada kinerja organisasi (Rangkuti 2006). Pengaruh faktor eksternal sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan harus pandai membaca situasi lingkungan baik berupa peluang
27
maupun ancaman (Syafitri 2007). Peluang dan ancaman yang diidentifikasi dan dianalisis meliputi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan pengembangan penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah jumlah kapal pancing rumpon, armada penangkapan ikan pendatang, rencana peningkatan status PPN menjadi PPS untuk PPN Palabuhanratu, penyaluran solar dari PT. Pertamina, penyaluran es balok ke pelabuhan, dan rencana kenaikan harga BBM. Berikut kriteria skor penilaian faktor eksternal penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon pada Tabel 4. Tabel 4 Kriteria skor penilaian faktor eksternal penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kriteria Penilaian Jumlah armada kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu? a. Menurun b. Tetap c. Meningkat Apakah ada armada penangkapan ikan pendatang yang mengisi bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu? a. Tidak ada b. Ada, tidak mengisi bahan kebutuhan melaut c. Ada dan mengisi bahan kebutuhan melaut Apakah ada rencana peningkatan status PPN menjadi PPS untuk PPN Palabuhanratu? a. Tidak ada b. Ada Bagaimana penyaluran solar dari terminal BBM PT. Pertamina ke penyalur solar pelabuhan? a. Terjadi keterlambatan pengiriman b. Pengiriman tepat waktu c. Pengiriman tiba lebih cepat Bagaimana pengiriman es balok ke nelayan pancing rumpon di pelabuhan? a. Terjadi keterlambatan pengiriman b. Pengiriman tepat waktu c. Pengiriman tiba lebih cepat Apakah ada pengaruh/dampak rencana kenaikan harga BBM? a. Tidak ada b. Ada
Skor 1 2 3
1 2 3
1 2
1 2 3
1 2 3 1 2
Selanjutnya kriteria skor penilaian faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman digambarkan dalam bentuk kuantitatif yaitu dengan menggunakan
28
matrik perhitungan nilai skor minimum-maksimum faktor-faktor eksternal yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Penghitungan nilai minimum-maksimum faktor-faktor eksternal Kode
Faktor-faktor Internal
Peluang (Opportunity) O1 Jumlah kapal pancing rumpon O2 Armada penangkapan ikan pendatang Rencana peningkatan status PPN O3 menjadi PPS untuk PPN Palabuhanratu Ancaman (Threats) T1 Penyaluran solar dari PT. Pertamina T2 Penyaluran es balok ke pelabuhan T3 Rencana kenaikan harga BBM
Skor Min Max
Bobot
Nilai Min Max
1 1
3 3
30 25
30 25
90 75
1
2
45
45
90
Sub Jumlah
100
100
255
1 3 1 3 1 2 Sub Jumlah
25 25 50 100 200
25 25 50 100 200
75 75 100 250 505
Jumlah
(2) Membuat matrik IFAS dan EFAS Berdasarkan data dan informasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, kemudian disusun matrik analisis IFAS dan EFAS untuk menganalisis penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dan selanjutnya strategi pengembangannya. Berdasarkan nilai (skor x bobot) untuk faktor internal, diperoleh nilai total faktor internal maksimum sebesar 430 (Tabel 3), maka ditetapkan kriteria penilaian faktor internal sebagai berikut : Baik
= ≥ 80% dari nilai maksimum (≥ 344); faktor kekuatan yang dimiliki PPN Palabuhanratu adalah dominan.
Sedang
= 60-79% dari nilai maksimum (258-339,7); kondisi internal PPN Palabuhanratu dalam keadaan seimbang antara kekuatan dan kelemahan.
Buruk
= < 60% dari nilai maksimum (< 258); faktor kelemahan PPN Palabuhanratu sangat dominan.
29
Berdasarkan nilai (skor x bobot) untuk faktor eksternal, diperoleh nilai total faktor eksternal maksimum sebesar 505 (Tabel 5), ditetapkan kriteria penilaian faktor eksternal sebagai berikut : = ≥ 80% dari nilai maksimum (≥ 404); faktor peluang yang dimiliki
Baik
PPN Palabuhanratu adalah dominan Sedang
= 60-79% dari nilai maksimum (303-398,95); kondisi eksternal PPN Palabuhanratu dalam keadaan seimbang antara peluang dan ancaman
Buruk
= < 60% dari nilai maksimum (< 303); faktor ancaman PPN Palabuhanratu sangat dominan
(3) Matrik internal-eksternal : fase dan strategi pengembangan Faktor-faktor yang digunakan dalam matrik internal-eksternal adalah faktorfaktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang diwakili dengan total nilai faktor-faktor tersebut yang diperoleh dari matrik IFAS dan EFAS. Menurut Rangkuti (2006), tujuan penggunaan matrik internal-eksternal adalah untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 6). Tabel 6 Matrik internal-eksternal Kuat 505 Tinggi
430
Rata-rata 344
Lemah 258
200
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan Stabilitas
VI Penciutan
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuidasi
404 Menengah 303 Rendah 200 Keterangan : I
: strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal
II
: strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal
III
: strategi turnaround
30
IV
: strategi stabilitas
V
: strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba)
VI
: startegi divestasi
VII
: strategi diversifikasi konsentrik
VIII
: strategi diversifikasi konglomerat
IX
: strategi likuidasi atau bangkrut. Selanjutnya menurut Rangkuti (2006), matrik internal-eksternal dapat
mengidentifikasi sembilan sel strategi, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1) Growth strategy merupakan pertumbuhan perusahaan atau dalam penelitian ini pihak penyedia/penyalur bahan kebutuhan melaut dan pihak pelabuhan sebagai fasilitator (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversivikasi (sel 7 dan 8). 2) Stability strategy merupakan strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. 3) Retrenchment strategy (sel 3, 6, dan 9) merupakan usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (dalam penelitian ini pihak penyedia/penyalur bahan kebutuhan melaut dan pihak pelabuhan sebagai fasilitator).