ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU
DINNARI EKA HALLYZEPTA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012 Dinnari Eka Hallyzepta C44050539
ABSTRAK DINNARI EKA HALLYZEPTA, C44050539. Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu. Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI dan MUSTARUDDIN. Bahan bakar solar sangat penting dalam kegiatan perikanan tangkap, khususnya untuk mendukung kebutuhan operasional kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu, penyalur dan jumlah solar yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian lapangan dilakukan selama tiga bulan dengan studi kasus. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara terhadap 25 orang responden nelayan pancing tonda dan tiga penyalur solar di PPN Palabuhanratu. Data sekunder diperoleh dari PPN Palabuhanratu dan tiga penyalur solar di pelabuhan tersebut. Pada tahun 2011 terdapat dua penyalur resmi bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu yang diperuntukan unit pancing tonda, yaitu KUD Mina Sinar Laut melalui Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) yang menyalurkan solar sebanyak 1.683.577 liter dan PT Mekar Tunas Raya Sejati melalui Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) sebanyak 6.905.985 liter. Kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda pada tahun 2011 adalah sebesar 1.147.050 liter atau 13,09% dari jumlah pasokan kedua penyalur tersebut. Kata kunci: kebutuhan solar, unit pancing tonda, PPN Palabuhanratu
ABSTRACT DINNARI EKA HALLYZEPTA, C44050539. The Requirement Analysis of Diesel Fuel to Support The Troll Fishing Vessel Operational in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. Supervised by TRI WIJI NURANI and MUSTARUDDIN. Diesel fuel is vital importance in fishing activities, specially to support requirement of troll fishing operational in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. The objectives of this research to count the diesel fuel requirement to troll fishing vessel in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port, amount of diesel fuel and dealer fulfill that requirement. The research conducted by during three months with case study. Primary data collected to through observation and interview to 25 fishermen responder of troll fishing and three diesel fuel dealers in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. Secondary data obtained from Palabuhanratu Nusantara Fishing Port and three diesel fuel dealers in the port. In the year 2011 there are two formal diesel fuel dealers in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port which are allotment of troll fishing unit, that is KUD Mina Sinar Laut is managed by Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) to supply 1,683,577 liters diesel fuel and PT Mekar Tunas Raya Sejati is managed by Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) to supply 6,905,985 liters. Diesel fuel requirement for troll fishing vessel in 2011 is equal to 1,147,050 liters or 13.09% from amount of both of the dealer. Key words: diesel fuel requirement, troll fishing unit, Palabuhanratu Nusantara Fishing Port
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU
DINNARI EKA HALLYZEPTA C44050539
Skripsi Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Penelitian
:
Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu
Nama
:
Dinnari Eka Hallyzepta
NRP
:
C44050539
Program Studi
:
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui Komisi Pembimbing Ketua,
Anggota,
Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. NIP. 19650624 198903 2 002
Dr. Mustaruddin, S.TP. NIP. 19750205 2007011 002
Diketahui Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 198703 1 001
Tanggal ujian : 11 September 2012
Tanggal lulus :
PRAKATA
Kebutuhan bahan bakar solar adalah utama bagi nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu untuk mengoperasikan kapalnya. Ketersediaan solar sangatlah penting diperhatikan. Skripsi ini mengungkapkan kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda yang mendaratkan ikannya di PPN Palabuharatu, jumlah pasokan dan penyalurannya. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terimakasih atas semua arahan, bimbingan, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan untuk pengembangan strategi pelayanan kebutuhan bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu.
Bogor, September 2012 Dinnari Eka Hallyzepta
UCAPAN TERIMAKASIH
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik juga atas bantuan banyak semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan manfaat kepada kita. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mengucapkan terimakasih : 1)
Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. dan Dr. Mustaruddin, S.TP. selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya;
2)
Dr.Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil. sebagai Dosen Penguji Tamu dalam siding ujian skripsi dan Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan dan sarannya untuk perbaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh civitas Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB atas semua ilmu yang telah diberikan;
3)
Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta Staf, Bapak Arik Permana dan nelayan pancing tonda yang telah membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian;
4)
Kedua orangtua tersayang dan sanak saudara atas doa, pengertian dan semangat yang telah diberikan;
5)
Teman, sahabat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan selama penelitian dan dalam penyelesaian skripsi ini, serta atas doa dan semangatnya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 September 1987. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Moch. Prihatna Sobari dan Ibu Diniah. Penulis lulus dari SMA Bina Bangsa Sejahtera pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Pada semester III tahun akademik 2006/2007, untuk kelanjutan studi penulis memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis aktif membantu dosen dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah sebagai asisten. Penulis menjadi asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Perikanan Tangkap pada tahun akademik 2007/2008 dan 2009/2010 dan asisten Mata Kuliah Alat penangkapan Ikan pada tahun akademik 2007/2008 sampai dengan 2011/2012. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu”, dibimbing oleh Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. dan Dr. Mustaruddin, S.TP. Penulis dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 11 September 2012.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1 PENDAHULUAN …………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...
1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………...
1
1.3 Tujuan …………………………………………………………
2
1.4 Manfaat ………………………………………………………..
2
2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….
3
2.1 Pelabuhan Perikanan ………………………………………….
3
2.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda …………………………….
5
2.3 Penyediaan Bahan Bakar ……………………………………...
8
2.4 Pengertian Sediaan ……………………………………………
9
2.5 Fungsi Pengendalian Sediaan …………………………………
10
2.6 Komponen Biaya Sediaan …………………………………….
11
3 METODE PENELITIAN ……………………………………………
12
3.1 Waktu dan Tempat …………………………………………….
12
3.2 Metode Penelitian ……………………………………………..
12
3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………...
12
3.4 Metode Analisis Data …………………………………………
13
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………..
15
4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu ………………………….
15
4.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda …………………………….
18
4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4
Konstruksi alat penangkapan pancing tonda ………… Kapal pancing tonda ………………………………….. Nelayan ………………………………………………... Metode pengoperasian pancing tonda ………………..
19 21 21 22 ix
4.2.5 Daerah dan musim pengoperasian pancing tonda …… 4.2.6 Hasil tangkapan pancing tonda ………………………
24 25
4.3 Kebutuhan Bahan Bakar Solar ………………………………...
27
4.4 Sediaan Bahan Bakar Solar …………………………………
30
4.5 Pembahasan ……………………………………………………
36
5 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………..
40
5.1 Kesimpulan …………………………………………………….
40
5.2 Saran …………………………………………………………...
40
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...
41
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………..
44
x
DAFTAR TABEL Halaman 1
Karakteristik setiap tipe Pelabuhan Perikanan ......................................
5
2
Perkembangan jumlah kapal dan perahu di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011 ……………………………………………………
16
3
Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011 …………….
17
4
Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 19932011 ………………………………………………………………….
17
5
Perkembangan jumlah pancing tonda bulanan tahun 2009-2011 …..
19
6
Volume produksi tuna (kg) dari unit penangkapan pancing tonda tahun 2009-2011 ……………………………………………………..
26
7
Nilai produksi tuna (Rp) dari unit penangkapan pancing tonda tahun 2009-2011 …………………………………………………………….
26
8
Rincian kebutuhan solar satu kapal pancing tonda pada tahun 2011 ..
28
9
Rincian perhitungan kebutuhan solar bulanan seluruh unit penangkapan pancing tonda pada tahun 2011 ………………………
29
10
Jumlah kebutuhan solar bulanan kapal pancing tonda tahun 20092011 berdasarkan data primer ………………………………………..
30
11
Jumlah kebutuhan solar bulanan unit penangkapan pancing tonda tahun 2009-2011 berdasarkan catatan PPN Palabuhanratu ………….
31
12
Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 ……………………
32
13
Jumlah pasokan solar bulanan dari SPDN tahun 2009-2011 ………..
33
14
Pasokan jumlah solar melalui SPBN tahun 2009-2011 ……………..
35
15
Pasokan solar melalui SPBB tahun 2009-2011 …………………….
36
16
Jumlah pasokan solar bulanan untuk kapal-kapal <30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009-2011 ……………………………………
37
17
Jumlah solar yang dibutuhkan dan pasokan tahun 2011 ……………
38
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Pancing tonda …………………………………………………………
7
2
Fluktuasi jumlah kapal pancing tonda bulanan pada periode tahun 2009-2011 …………………………………………………………….
18
3
Alat penangkapan pancing tonda ……………………………………..
20
4
Kapal pancing tonda ………………………………………………….
21
5
Daerah pengoperasian pancing tonda ………………………………...
24
6
Hasil tangkapan pancing tonda ……………………………………….
25
7
Perkembangan volume dan nilai produksi tahun 2009-2011 ……….
27
8
Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 ……………………
32
9
SPDN yang dikelola KUD Mina Sinar Laut …………………………
33
10 Bangunan kantor dan tangki penyaluran dari SPBN yang dikelola PT Mekar Tunas Raya Sejati ……………………………………………..
34
11 SPBB di PPN Palabuhanratu …………………………………………
35
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Keragaan teknis unit penangkapan pancing tonda menurut responden
44
2
Musim penangkapan ikan dan lama dalam satu trip menurut musim berdasarkan informasi responden …………………………………....
45
3
Informasi responden tentang jarak fishing ground dari fishing base dan waktu tempuh ke fishing ground ………………………………..
46
4
Kebutuhan bahan bakar solar setiap responden ..…………………….
47
xiii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solar merupakan satu jenis bahan bakar minyak yang sangat diperlukan masyarakat nelayan dalam kegiatan melautnya.
Sejak meluncurnya kebijakan
pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minyak, pemerintah membangun lembaga pemasok solar ke lokasi-lokasi strategis penggunanya, yaitu di lingkungan pelabuhan perikanan, diantaranya adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. Bahan bakar solar sangat penting dalam kegiatan perikanan tangkap, khususnya untuk mendukung pengoperasian kapal penangkap ikan. Salah satu sentra kegiatan perikanan tangkap terbesar di selatan Jawa Barat adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. Di lokasi ini banyak berlabuh kapal-kapal pancing tonda.
Jumlah rata-rata bulanan unit pancing tonda yang beroperasi di perairan
Palabuhanratu meningkat tajam dari tahun 2009 ke tahun 2011, yaitu rata-rata 50 unit per bulan pada tahun 2009 menjadi 94 unit per bulan pada tahun 2011, artinya terjadi peningkatan sebesar 188%. Peningkatan jumlah armada penangkapan pancing tonda ini tentunya akan mempengaruhi kebutuhan dan sediaan bahan bakar solar untuk keperluan kegiatan melaut. Sediaan solar seharusnya juga meningkat. Penyediaan bahan bakar solar sangatlah penting dalam kegiatan penangkapan ikan. Selain dari SPBU, nelayan mendapatkan solar dari sejumlah penyalur, baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi. Sejumlah penyalur solar yang resmi terdaftar di PPN Palabuhanratu diantaranya dalam katagori Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN), Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) dan Stasiun Pengisian Bahan bakar Bunker (SPBB). Adakah perbedaan diantara ketiga penyalur tersebut, berapa jumlah solar yang disalurkannya, dan berapakah jumlah kebutuhan solar nelayan, khususnya untuk armada penangkapan pancing tonda, belum diketahui dan belum pernah ada yang menghitungnya. Oleh karena itu, penulis berminat melakukan penelitian tentang halhal tersebut. 1.2 Permasalahan Peningkatan jumlah rata-rata bulanan unit pancing tonda yang beroperasi di perairan Palabuhanratu mencapai 188% pada tahun 2011 dari tahun 2009. Kondisi ini
2 akan meningkatkan kebutuhan bahan bakar solarnya. Bahan bakar solar merupakan salah satu kebutuhan utama bagi nelayan untuk mengoperasikan kapal pancing tonda, namun nelayan seringkali sulit memperoleh jenis bahan bakar ini, terutama saat musim tertentu. Idealnya, nelayan seharusnya tidaklah sulit mendapatkan bahan bakar minyak termasuk solar di suatu pelabuhan perikanan.
Kesulitan itu terjadi di PPN
Palabuhanratu, walaupun sudah ada sejumlah penyalur resmi. Melalui penelitian ini akan diungkap beberapa hal berikut : 1) Berapa jumlah solar yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu, 2) Berapa jumlah kebutuhan solar bagi nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu. 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menentukan jumlah solar yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu, 2) Menentukan persediaan kebutuhan solar yang ideal bagi nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut : 1) Menambah wawasan penulis tentang persediaan kebutuhan solar bagi nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu dan sistem penyalurannya, 2) Sebagai masukan bagi pengelola PPN Palabuhanratu dalam hal pengadaan salah satu jenis bahan bakar minyak yang dibutuhkan dalam kegiatan perikanan tangkap di wilayah Palabuhanratu, 3) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola PPN Palabuhanratu untuk menentukan sistem pengadaan dan kesediaan jumlah solar dengan harga yang memadai bagi nelayan di sekitar PPN Palabuhanratu, khususnya bagi nelayan pancing tonda.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 1, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang bersifat umum dan khusus (Murdiyanto 2004).
Fungsi umum merupakan fungsi yang terdapat pula pada
pelabuhan lain selain pelabuhan perikanan, misal pelabuhan umum atau pelabuhan niaga. Fasilitas-fasilitas yang perlu dibangun untuk memenuhi fungsi umum pelabuhan perikanan antara lain : 1)
Jalan masuk yang aman bagi kapal yang datang menuju pintu gerbang masuk pelabuhan dengan kedalaman air yang cukup;
2)
Pintu atau gerbang pelabuhan dan saluran navigasi yang aman dan dalam;
3)
Kolam air yang cukup luas, dalam dan terlindung dari gelombang dan arus yang kuat untuk keperluan kegiatan kapal di dalam pelabuhan;
4)
Bantuan peralatan navigasi untuk memandu kapal agar dapat melakukan manuver di dalam areal pelabuhan dengan lebih mudah dan aman;
5)
Mendirikan bangunan penahan gelombang (breakwater) jika dianggap perlu;
6)
Dermaga yang cukup panjang dan luas untuk melayani kapal yang berlabuh;
7)
Fasilitas yang menyediakan bahan kebutuhan pelayaran, seperti bahan bakar minyak, pelumas, air minum, listrik, saluran pembuangan sisa kotoran dari kapal, penanggulangan sampah dan sistem pemadam kebakaran;
8)
Bangunan
rumah
dan
perkantoran
yang
perlu
untuk
kelancaran
pendayagunaan operasional pelabuhan; 9)
Areal di bagian laut dan darat untuk perluasan atau pengembangan pelabuhan;
dan
4 10) Jalan raya atau jalan kereta api atau lori yang cukup panjang untuk sistem transportasi dalam areal pelabuhan dan untuk hubungan dengan daerah lain di luar pelabuhan; 11) Tempat parkir yang cukup luas untuk kendaraan industri atau perorangan di dalam pelabuhan, sehingga arus lalu-lintas di kompleks pelabuhan dapat berjalan lancar; 12) Fasilitas perbaikan, reparasi dan pemeliharaan kapal, seperti dok dan perbengkelan umum untuk melayani permintaan sesewaktu. Fungsi khusus (Murdiyanto 2004) adalah fungsi-fungsi yang berkaitan dengan dengan masalah perikanan yang memerlukan pelayanan khusus yang belum terlayani oleh adanya berbagai fasilitas fungsi umum.
Fungsi khusus merupakan tugas
pelayanan di pelabuhan perikanan yang membedakannya dari pelabuhan lain yang bukan pelabuhan perikanan. Fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi fungsi khusus pelabuhan perikanan antara lain : 1) Fasilitas pelelangan ikan yang cukup luas dan dekat dengan tempat pendaratan; 2) Fasilitas penanganan dan pengolahan ikan; 3) Pabrik es; 4) Fasilitas penyediaan sarana produksi penangkapan ikan. Ciri khusus lain dari pelabuhan perikanan adalah ukuran kapal yang relatif kecil dan berjumlah banyak. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri dalam membangun suatu pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan (Murdiyanto 2004) pada hakekatnya merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut.
Pelabuhan perikanan berperan sebagai
terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan mengemukakan bahwa berdasarkan kapasitas dan kemampuan menangani kapal yang datang dan pergi, serta letak dan posisinya, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi empat kategori utama yaitu : 1) PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) 2) PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
5 3) PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) 4) PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Masing-masing tipe pelabuhan perikanan ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Karaktertistik setiap tipe pelabuhan perikanan secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik setiap tipe pelabuhan perikanan No 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
Kriteria Pelabuhan Perikanan Daerah operasional kapal ikan yang dilayani
Fasilitas tambat/labuh kapal Panjang dermaga dan Kedalaman kolam Kapasitas menampung Kapal
Volume ikan yang didaratkan Ekspor ikan Luas lahan Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan Tata ruang (zonasi) pengolahan/ pengembangan industri perikanan
PPS
PPN
Wilayah laut teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEEI) dan perairan internasional >60 GT
Perairan ZEEI dan laut teritorial
PPP
PPI Perairan pedalaman dan perairan kepulauan
30-60 GT
Perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI 10-30 GT
>300 m dan >3 m >6000 GT (ekivalen dengan 100 buah kapal berukuran 60 GT)
150-300 m dan >3 m >2250 GT (ekivalen dengan 75 buah kapal berukuran 30 GT)
100-150 m dan >2 m >300 GT (ekivalen dengan 30 buah kapal berukuran 10 GT)
rata-rata 60 ton/hari Ya >30 ha Ada
rata-rata 30 ton/hari Ya 15-30 ha Ada/Tidak
-
50-100 m dan >2 m >60 GT (ekivalen dengan 20 buah kapal berukuran 3 GT) -
Tidak 5-15 ha Tidak
Tidak 2-5 ha Tidak
Ada
Ada
Ada
Tidak
3-10 GT
Sumber : http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan_index.html 01 Oktober 2006 diacu dalam Diniah (2008)
2.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan ikan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan, terdiri atas kapal atau perahu beserta mesin penggeraknya, alat tangkap dan nelayan.
Unit penangkapan pancing rumpon yang mendaratkan hasil
tangkapannya di PPN Palabuhanratu secara formal tercatat di dalam buku statistik perikanan PPN Palabuhanratu sebagai pancing tonda, karena alat penangkapan ikan ini dioperasikan di sekitar rumpon. Oleh karena itu, untuk selanjutnya unit penangkapan ikan ini disebut sebagai pancing tonda. Unit penangkapan pancing tonda terdiri atas kapal, empat jenis alat tangkap pancing dan nelayan yang mengoperasikannya. Unit
6 penangkapan pancing tonda yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar dan bernilai ekonomis penting, seperti cakalang dan tuna (PPN Palabuhanratu 2011; Sari 2011). Menurut klasifikasi von Brandt (2005), pancing tonda termasuk dalam kelompok perikanan pancing (lines), sementara dalam Statistik Perikanan Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tergolong kelompok pancing (hook and line). Sari (2011) mengemukakan bahwa pancing tonda terdiri atas pancing layang-layang, pancing jerigen, pancing tonda dan pancing kotrek.
Secara umum keempat jenis
pancing dalam unit penangkapan pancing tonda terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, swivel, pelampung dan pemberat. Cara pengoperasian dari keempat jenis pancing yang digunakan agak berbeda, namun keempatnya dioperasikan bersama pada trip yang sama. Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu, Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan, Madura), pancing pengenser (Bawean), lor bebe (Penarukan, Jatim), pancing pengambes (Puger, Jatim), pancing pemalesan (Bali) dan kakahu atau sela (Ambon, Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989). Menurut Gunarso (1989), pancing tonda adalah alat penangkapan ikan berupa tali yang diberi umpan tiruan atau imitation bait di sekitar mata pancingnya. Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan kapal secara horizontal. Kadangkadang nelayan menggunakan umpan utuh atau true bait dalam pengoperasian pancing tonda. Sasaran tangkap unit penangkapan pancing tonda adalah jenis-jenis ikan pelagis besar yang biasa hidup di lapisan permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi, seperti tuna, cakalang dan tongkol. Pancing tonda (Gambar 1) terdiri atas bagian-bagian (Subani dan Barus 1989) : 1)
Tali utama, dari bahan nilon monofilamen dengan panjang bervariasi, namun umumnya berkisar antara 50-100 meter
2)
Kili-kili (swivel)
3)
Tali kawat (wire rope)
4)
Mata pancing (hook)
5)
Umpan tiruan, berbentuk cumi-cumi, ikan, dan lain-lain. Kapal pancing tonda yang umum digunakan memiliki panjang berkisar antara 5-
20 m (Sainsbury 1971). Umumnya kapal memiliki 1-2 outriggers sebagai tempat tali
7 pancing diikatkan. Nelayan pancing tonda biasa disebut dengan pemancing. Jumlah nelayan yang terlibat dalam pengoperasian pancing tonda terdiri atas 4-7 orang (Adwino 1998). 3
2
4
5
6
Keterangan : 1. Joran 2. Tali Pancing 3. Swivel 4. Tali pancing utama 5. Papan penyelam – submarine board 6. Mata pancing dan umpan 7. Tali penarik tali pancing utama 8. Tempat menarik hasil tangkapan
7 1
8
Sumber : www.kp3k.kkp.go.id
Gambar 1 Pancing tonda
Menurut Subani dan Barus (1989), pengoperasian pancing tonda menggunakan umpan, baik umpan segar maupun umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah umpan yang dibentuk dari bulu ayam (chicken feader), bulu domba (sheep wools), potongan kain yang berwarna menarik, maupun bahan dari plastik berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan diantaranya dapat menyerupai cumi-cumi atau ikan. Pengoperasian pancing tonda dilakukan pada siang hari. Pancing tonda ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Umpan buatan yang dipasang pada mata pancing dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Kecepatan tarik kapal bergantung pada ikan target tangkapan, untuk ikan perenang cepat seperti tuna dan cakalang biasanya dengan kecepatan 6-8 knot (Sainsbury 1971). Hasil tangkapan utama dari unit penangkapan pancing tonda adalah ikan tuna madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan setuhuk (Makaira sp.). Hasil tangkapan sampingan antara lain tongkol (Euthynnus spp.) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) (Sainsbury 1971; Subani dan Barus 1989; Handriana 2007). Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindahpindah tempat.
Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari
perpindahan daerah penangkapan ikan.
Tuna hidup di perairan tempat pertemuan
8 antara dua arus atau front, tempat terjadinya upwelling, konvergensi dan divergensi. Daerah ini merupakan daerah berkumpulnya plankton, yaitu perairan dengan salinitas sekitar 34 ppt serta temperatur optimum berkisar antara 150C-300C (Hetharuca 1983 vide Handriana 2007). Pengoperasian alat tangkap pancing tonda hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia. Alat ini banyak digunakan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Bali, Ambon dan Sumatera (Subani dan Barus 1989). 2.3 Penyediaan Bahan Bakar Bahan bakar minyak (BBM) masih diusahakan oleh pemerintah dengan harga yang masih disubsidi. Perusahaan yang mengelola penyaluran BBM di dalam negeri adalah Pertamina. Penyaluran BBM dari Pertamina kepada masyarakat dilakukan guna memutar roda perekonomian nasional (Razak 2004). Razak (2004) mengemukakan bahwa penyaluran BBM kepada nelayan di PP dan PPI melibatkan beberapa instansi, yaitu : 1)
Pertamina,
2)
Departemen Kelautan dan Perikanan,
3)
Tim Pelaksana Penanggulangan Penyalahgunaan BBM (TP3BBM),
4)
Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPP HNSI),
5)
Departemen Koperasi.
Tujuan dari kerjasama ini untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : 1)
Mendekatkan lokasi penyaluran BBM ke sentra-sentra nelayan,
2)
Menyediakan pasokan BBM bagi nelayan dalam jumlah yang cukup,
3)
Menjamin harga BBM yang dibeli nelayan dengan harga seperti di SPBU. Menurut petunjuk pelaksanaan Pertamina (Razak 2004), jatah BBM yang
diberikan Pertamina kepada PP atau PPI ditentukan berdasarkan besarnya konsumsi BBM di PP atau PPI dengan melihat jumlah, jenis dan tonase kapal. Jatah BBM juga ditetapkan berdasarkan rekomendasi dari TP3BBM dan juga harus disesuaikan dengan kapasitas mobil tanki, sebanyak delapan kilo liter. Lembaga-lembaga penyalur BBM Pertamina hingga tahun 2004 sudah turut melayani kebutuhan nelayan, namun dengan jumlah dan lokasi terbatas atau tidak menyebar.
9 2.4 Pengertian Sediaan Persediaan atau inventory suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumberdaya bisa internal maupun eksternal, terdiri atas bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahanbahan pembantu atau pelengkap dan komponen lainnya yang menjadi keluaran produk perusahaan (Handoko 1985). Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dana dalam persediaan, akan menyebabkan biaya penyimpanan berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost untuk dapat ditanamkan dalam investasi lain yang lebih menguntungkan. Demikian pula bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan baku (Handoko 1985). Model pengendalian sediaan dibedakan atas dua jenis, yaitu model pengendalian sediaan deterministik dan model pengendalian sediaan stokastik. Pada model pengendalian, sediaan deterministik permintaan pasar telah tertentu dan diketahui dengan pasti.
Sementara pada model pengendalian sediaan stokastik,
permintaan pasar tidak tertentu dengan pasti tetapi menyebar menurut fungsi peluang (Taha 1982 vide Siahaan 1990). Sistem persediaan merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal (Handoko 1985). Ada beberapa jenis persediaan, setiap jenis mempunyai karakteristik khusus dan cara pengolahan yang berbeda. Handoko (1985) membedakan persediaan menurut jenisnya sebagai berikut : (1) Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.
10 (2) Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts atau components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri atas komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. (3) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. (4) Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. (5) Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan. 2.5 Fungsi Pengendalian Sediaan Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi.
Handoko mengemukakan bahwa fungsi pengendalian
sediaan dapat didefinisikan sebagai berikut : (1)
Fungsi decoupling Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal kebebasan (independence).
Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi per mintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. (2)
Fungsi economic lot sizing Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya), karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul akibat besarnya persediaan, seperti biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya.
11 (3)
Fungsi antisipasi Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pada pengalaman atau data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman atau seasonal inventaries.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas ekstra yang sering disebut persediaan pengaman atau safety inventories. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu. 2.6 Komponen Biaya Sediaan Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan masalah tingkat pengendalian persediaan, diantaranya faktor biaya (Yusnita 2003 vide Mailany 2005). Menurut Supranto (1998) vide Mailany (2005), komponen-komponen biaya pengendalian secara garis besar dibedakan atas tiga bagian, yaitu : (1)
Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menanggung biaya pemesanan, meliputi antara lain gaji pegawai, biaya telepon, biaya pengepakan dan penimbangan.
(2)
Biaya penyimpanan (holding cost) Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan, seperti biaya menyimpan, biaya kerusakan, biaya asuransi, pajak dan sebagainya.
(3)
Biaya kekurangan (shortage costs) Biaya kekurangan adalah biaya yang disebabkan keterlambatan di dalam memenuhi permintaan atau ketidakmampuan untuk memenuhinya sama sekali, karena kehabisan stok misalnya.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya
kekurangan antara lain biaya pemesanan khusus, terganggunya operasi dan tambahan kegiatan manajerial.
3 METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di sekitar PPN Palabuhanratu, khususnya bagi
nelayan pancing tonda. Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Desember 2009, bulan April 2011 dan bulan Februari 2012. 3.2
Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Sebagai kasusnya adalah
penyediaan kebutuhan solar untuk kapal pancing tonda yang mendaratkan hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. 3.3
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengamatan langsung terhadap nelayan pancing tonda dan penyalur solar di PPN Palabuhanratu.
Wawancara
dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan dan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan penyaluran solar di sekitar PPN Palabuhanratu. Data primer yang dikumpulkan antara lain karakteristik kapal pancing tonda, mengidentifikasi kebutuhan solar setiap responden nelayan pancing tonda dan masalah penyediaan solar di PPN Palabuhanratu. Jumlah contoh yang diwawancara adalah 25 responden nelayan pancing tonda dan semua penyalur solar yang resmi di PPN Palabuhanratu. Responden ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan responden dengan cara sengaja dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang menjadi dasar pemilihan responden adalah nelayan yang bisa berkomunikasi dengan baik pada saat diwawancara, sehingga diperoleh data yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Responden
penyalur solar berjumlah tiga instansi, yaitu yang resmi terdaftar sebagai penyalur solar di PPN Palabuhanratu. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat, kantor PPN Palabuhanratu, perusahaan penyalur solar, dan lainlain. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:
13 1)
Jumlah pemesanan dan biaya penyimpanan solar,
2)
Harga beli dan harga jual solar (Rp per liter),
3)
Frekuensi dan volume pemesanan solar dalam satu tahun,
4)
Frekuensi dan volume penjualan solar dalam satu tahun, dll.
3.4
Metode Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan perhitungan matematika sederhana. Data
yang diperoleh ditabulasikan dan dibuat grafik dalam penampilannya.
Langkah-
langkah yang dilakukan dalam analisis data diuraikan sebagai berikut. 1)
Mentabulasikan data penggunaan solar hasil wawancara dan laporan atau data statistik PPN Palabuhanratu, yaitu data keperluan solar setiap trip operasi penangkapan ikan dan jumlah trip dalam setiap bulannya. Jumlah solar dan trip dibedakan berdasarkan musim penangkapan ikan yang berlangsung. Tercatat ada tiga musim penangkapan ikan, yaitu musim puncak penangkapan ikan, musim sedang dan musim paceklik.
2)
Menghitung rata-rata kebutuhan solar tahunan unit pancing tonda berdasarkan hasil wawancara (data primer) menggunakan rumus : 25
STh
3
S m 1 n 1
t
t
m
Keterangan : STh St t m n 3)
= = = = =
Rata-rata kebutuhan solar tahunan unit pancing tonda (liter/unit) Jumlah kebutuhan solar unit pancing tonda ke-m pada musim ke-n Jumlah trip pancing tonda ke-m pada musim ke-n Unit pancing tonda ke 1, 2, ……., 25 Musim penangkapan ikan ke-1 (musim puncak), ke-2 (musim sedang) dan ke-3 (musim paceklik)
Menghitung jumlah kebutuhan solar berdasarkan data statistik per unit pancing tonda di bulan ke-z, yaitu dengan mengalikan antara jumlah kebutuhan solar per trip di bulan ke-z dengan jumlah trip di bulan ke-z. Perhitungan ini dilakukan menggunakan rumus : SB z ST z T z
14 Keterangan : SBz = Jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z (liter/unit) STz = Jumlah kebutuhan solar per trip per unit pancing tonda di bulan ke-z (liter/trip) Tz = Jumlah trip per bulan z = 1, 2, ………, 12 4)
Menghitung jumlah kebutuhan solar bulanan untuk seluruh unit pancing tonda. Tahapan pertama adalah mengalikan jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z dengan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di bulan ke-z dan selanjutnya ditotalkan untuk setiap bulan.
Jumlah armada
penangkapan ikan yang beroperasi setiap bulan diambil dari data Statistik Perikanan Tangkap. Tahapan kedua adalah membagi hasil total kebutuhan solar tersebut dengan jumlah bulan operasi. Perhitungan ini dilakukan menggunakan rumus : 12
SB
SB z 1
z
UPz
z
Keterangan : SB = Jumlah kebutuhan solar bulanan seluruh unit pancing tonda (liter) SBz = Jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z (liter/unit) UPz = Jumlah unit pancing tonda di bulan ke-z z = 1, 2, ……., 12 (bulan operasi pancing tonda) 5)
Menghitung jumlah kebutuhan solar untuk armada penangkapan ikan per tahun dengan cara menjumlahkan besaran kebutuhan solar setiap bulan, mulai Januari hingga Desember.
6)
Membandingkan jumlah kebutuhan solar bulanan dan tahunan yang telah dihitung dengan data pemakaian solar yang tercatat dalam Statistik Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu dan jumlah solar yang dipasok yang tercatat di setiap penyalur.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu merupakan salah satu pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu
mampu menampung perahu atau armada perikanan dengan kapasitas di atas 30 GT, sedangkan di tempat pendaratan ikan lainnya yang ada di Kabupaten Sukabumi hanya dapat menampung kapal-kapal yang berbobot tidak lebih dari 15 GT. Hal inilah yang menyebabkan jumlah ikan yang didaratkan dan dilelang di PPN Palabuhanratu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan yang didaratkan dan dilelang di kecamatan lain (PPN Palabuhanratu 2011). Secara umum kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT). Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard engine) dan digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap rawai, tuna longline, gillnet, pancing ulur, purse seine, pancing tonda. Kapal motor juga biasanya digunakan oleh nelayan sebagai angkutan ke bagan. Perahu motor tempel adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard engine) dan umumnya digunakan oleh nelayan trammel net, payang, rampus dan pancing ulur. Perkembangan
jumlah
armada
perikanan
yang
menggunakan
PPN
Palabuhanratu sebagai fishing base selama 19 tahun terakhir berfluktuasi. Jenis kapal perikanan yang mendominasi setiap tahun pada periode 1993-2011 bervariasi, pada tiga tahun terakhir armada perikanan didominasi oleh perahu motor tempel. Pada tahun 2011 armada perikanan berjumlah 1.090 unit atau meningkat sebesar 30,23% dari tahun 2010.
Perkembangan jumlah kapal atau perahu yang tercatat berlabuh di PPN
Palabuhanratu periode 1993-2011 menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 2. Alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu sangat bervariasi dengan jumlah yang berfluktuasi selama sembilan tahun terakhir.
Alat
penangkapan ikan yang paling banyak mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu dalam dua tahun terakhir ini adalah pancing tonda, berjumlah 1.124 unit.
16 Secara lengkap jenis dan jumlah alat penangkapan ikan dalam periode tahun 2003-2011 dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal dan perahu yang berlabuh di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011 Jenis Kapal/Perahu Perikanan (unit) KM PMT 1993 342 78 1994 344 101 1995 352 109 1996 365 123 1997 290 116 1998 275 146 1999 278 181 2000 235 181 2001 167 323 2002 135 317 2003 128 253 2004 138 266 2005 229 428 2006 511 287 2007 531 321 2008 416 230 2009 364 394 2010 346 491 2011 461 629 Sumber : PPN Palabuhanratu (2011) Tahun
Jumlah total (unit) 420 445 461 488 406 421 459 416 490 452 381 404 657 798 852 646 758 837 1.090
Nelayan di Palabuhanratu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh.
Nelayan pemilik atau juragan adalah nelayan yang
memiliki fasilitas produksi dan membiayai operasi penangkapan ikan. Nelayan ini juga berperan dalam proses pendaratan sampai pemasaran hasil tangkapan. Nelayan buruh adalah nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan dan umumnya tidak memiliki alat tangkap. Jumlah nelayan di Palabuhanratu pada periode 1993-2011 berfluktuasi. Pada tiga tahun terakhir, tahun 2009-2011, terjadi peningkatan jumlah nelayan. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah nelayan sebesar 2,12% dari tahun 2010. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1993 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.
17 Tabel 3 Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011 Alat Penangkapan Ikan
Pancing Payang Bagan Jaring Klitik Rampus Gill Net Tuna Longline Pancing Layur Rawai Purse Seine Trammel Net Pancing Tonda Pancing Ulur Bagan Apung Ang. Bagan Rawai Cucut
Jumlah alat penangkapan ikan (unit) per tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
2003
2020 1002 1289 127 1813 205 72 33 -
1902 1027 1009 1812 1097 2913 2333 264 47 552 160 476 1700 264 581 238 399 204 92 238 44 128 73 61 96 17 6 324 71 185 92 150 - 1198 2613 -
Sumber : PPN Palabuhanratu (2011)
159 101 109 1 4 5 33 29 414 267 -
2011
45 971 533 375 35 553 301 91 40 369 118 54 - 275 437 2 18 12 30 93 235 90 40 605 1065 1124 254 1677 1052 729 - 164 453 200 79 2 1
Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011 Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah nelayan (orang) 3.028 2.608 2.718 2.418 2.589 2.694 2.565 2.354 2.377 2.519 3.340 3.439 3.498 4.363 5.994 3.900 4.453 4.474 4.569
Sumber : PPN Palabuhanratu (2011)
Perubahan (%) -13,87 4,22 -11,04 7,07 3,90 -4,79 -8,22 0,97 5,64 24,58 2,88 1,69 24,73 37,38 -34,93 14,18 0,47 2,12
18 4.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan ikan merupakan kesatuan tiga unsur yang terdiri atas alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikannya. Satu unit penangkapan ikan pancing tonda terdiri atas satu kapal pancing tonda dengan empat jenis alat penangkapan ikan pancing dan dioperasikan oleh 5-8 orang nelayan. Alat penangkapan pancing tonda berkembang pesat di PPN Palabuhanratu dari 605 unit pada tahun 2009 menjadi sebanyak 1.124 kapal pada tahun 2011, atau meningkat sebanyak 185,79%. Satu unit alat penangkapan pancing tonda terdiri atas empat macam pancing dan sekaligus dioperasikan oleh satu kapal, sehingga jumlah alat penangkapan pancing tonda ini dapat dianalogkan dengan jumlah kapal yang beroperasi. Pada tahun 2009 jumlah pancing tonda yang dioperasikan dalam setiap bulannya berkisar antara 32 – 65 unit. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 66 – 112 unit per bulan dan pada tahun 2011 menjadi 55 – 115 unit per bulan. Jumlah pancing tonda yang beroperasi setiap bulan dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Jumlah terbanyak terjadi pada saat musim puncak, yaitu antara Bulan April sampai Bulan Juli. Jumlah pancing tonda yang dioperasikan dalam setiap bulannya secara rinci selama periode Tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 5. Penjelasan lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda di PPN Palabuhanratu diuraikan lebih lanjut.
Gambar Gambar 1 1Fluktuasi Fluktuasi jumlah jumlah unit unit pancing pancing tonda tonda bulanan bulanan pada pada periode periode tahun Tahun 2009-2011. 2009-2011.
19 Tabel 5 Perkembangan jumlah unit pancing tonda bulanan tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 2011 Januari 38 69 78 Februari 51 80 115 Maret 42 89 111 April 49 90 156 Mei 49 98 108 Juni 65 97 93 Juli 54 112 106 Agustus 64 102 85 September 60 66 73 Oktober 54 95 84 November 47 87 60 Desember 32 80 55 Rata-rata 50 89 94 Sumber : PPN Palabuhanratu 2011 4.2.1 Konstruksi alat penangkapan pancing tonda Secara umum konstruksi alat tangkap pancing tonda berupa pancing, terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, swivel, pelampung dan pemberat.
Pada saat
dioperasikan, terdapat empat macam pancing yang dioperasikan dengan cara yang berbeda. Keempat macam pancing tersebut adalah pancing jerigen, pancing layanglayang, pancing tonda dan pancing kotrek (Gambar 3). Pancing jerigen dibentuk dari tali nilon monofilament. Tali pancing di bagian atas bernomor 1.000 sepanjang 180-225 m, sedangkan tali bagian bawah lebih kuat bernomor 1.200 sepanjang 10-15 m.
Tali pancing bagian atas dan bagian bawah
dihubungkan menggunakan swivel, agar tali pancing tidak mudah putus. Mata pancing yang digunakan terbuat dari baja berukuran nomor 1 atau 2. Pelampung terbuat dari drum atau jerigen bekas berukuran 30 liter, sedangkan pemberat terbuat dari timah dengan bobot 250 g. Pancing jerigen menggunakan umpan hidup. Konstruksi pancing layang-layang terdiri atas tali pancing, mata pancing dan layang-layang. Layang-layang terbuat dari plastik bewarna hitam dengan rangka dari bilah bambu.
Tali pancing dari bahan nilon monofilamen.
Tali pancing yang
digunakan untuk mengendalikan layang-layang dari nomor 800 dengan panjang sekitar 50 m. Tali pancing bagian bawah tempat mata pancing diikatkan terbuat dari nomor 500 dengan panjang sekitar 10-15 m.
Pancing layang-layang dioperasikan
20 menggunakan umpan buatan. Dalam satu trip, nelayan membawa 10-15 buah layanglayang. h
b
Pancing jerigen
Pancing layang-layang
e
a
a a
g
f
c Keterangan : a = tali pancing b =kili-kili ( swivel) c = mata pancing d = pemberat e = jerigen f = penggulung (roller) g =umpan buatan h = layang-layang I = bulu ayam J = kapal
b a d c
a
f a
b
j
b i
Pancing tonda
d
a c
d
c
Pancing kotrek
Gambar 3 Alat penangkapan pancing tonda Pancing kotrek merupakan pancing ulur yang dioperasikan dengan cara dihentak-hentak atau istilah nelayan adalah dikotrek. Pancing kotrek dioperasikan pertama dan berfungsi untuk menangkap ikan umpan. Tali pancing dari bahan nilon monofilamen bernomor 150 atau 200 dan memiliki panjang 150-200 m. Mata pancing terbuat dari baja bernomor 7 atau 8. Pemberat terbuat dari bahan timah seberat 250 g. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan. Jumlah pancing kotrek yang dibawa dalam satu trip umumnya sesuai dengan jumlah nelayan yang ikut operasi penangkapan ikan, bahkan bisa lebih banyak. Pancing tonda adalah pancing yang yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal. Tali pancing tonda terbuat dari bahan nilon monofilamen nomor 500-800. Saat dioperasikan, panjang tali pancing yang diulur mencapai 15-18 meter. Pancing tonda
21 dioperasikan menggunakan umpan buatan berbentuk ikan, cumi atau bulu-bulu. Mata pancing terbuat dari baja bernomor 2. Pemberat terbuat dari timah dengan bobot sekitar 250 g. 4.2.2 Kapal pancing tonda Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing tonda umumnya terbuat dari kayu, ada juga yang terbuat dari bahan fiberglass. Panjang (LOA) kapal berkisar antara 11 - 15 m, lebar 2,8 - 3,5 m dan tinggi 1,2 – 1,8 m. Tenaga penggerak di kapal adalah mesin inboard berbahan bakar solar, berjumlah dua buah, terdiri atas mesin utama dan mesin tambahan. Mesin utama berkekuatan 120 300 PK, sedangkan mesin tambahan berkekuatan 22 - 30 PK. Kapasitas tangki bahan bakar berkisar antara 300 – 700 liter.
Gambaran kapal yang digunakan untuk
mengoperasikan alar penangkapan pancing tonda seperti tampak dalam Gambar 4 dan Lampiran 1.
Gambar 4 Kapal pancing tonda. 4.2.3 Nelayan Nelayan yang mengoperasikan pancing tonda dalam satu kapal umumnya berjumlah 5 - 8 orang (Lampiran 1). Responden nelayan umumnya berumur produktif, yaitu berkisar antara 23 – 50 tahun. Pendidikan responden nelayan umumnya mencapai tingkat Sekolah Dasar, beberapa diantaranya mencapai tingkat SMP. Umumnya telah berpengalaman melaut selama 5 – 30 tahun. Secara umum pembagian tugas nelayan sebagai: 1) Juru mudi, bertugas mengemudikan kapal; 2) Juru masak, bertugas untuk memasak;
22 3) Juru mesin, bertugas untuk mengecek dan memastikan mesin dalam keadaan optimal; dan 4) Pemancing; bertugas memancing ikan. 4.2.4 Metode pengoperasian pancing tonda Kegiatan pengoperasian unit penangkapan pancing tonda dalam satu kali trip berlangsung selama 3 sampai 12 hari, bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 3-7 hari dengan rata-rata 5 hari per trip. Pada saat musim sedang, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 7-10 hari dengan rata-rata 8 hari per trip. Pada saat musim paceklik, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 7-12 hari dengan rata-rata 10 hari per trip. Dalam satu bulan berlangsung 2-5 trip, jumlah trip ini juga bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, satu bulan berlangsung 3-5 trip dengan rata-rata 4 trip per bulan. Pada saat musim sedang dan musim paceklik, satu bulan berlangsung 2-3 trip dengan rata-rata 3 trip per bulan saat musim sedang dan 2 trip per bulan saat musim paceklik. Dalam satu tahun, kegiatan operasi penangkapan ikan berlangsung selama 912 bulan. Waktu tempuh menuju daerah penangkapan ikan berkisar antara 2-19 jam, bergantung pada posisi daerah penangkapan ikan yang dituju dan musim penangkapan ikan yang sedang berlangsung. Umumnya kapal menyesuaikan waktu keberangkatan dengan posisi daerah penangkapan ikan yang dituju, dan berusaha sampai di lokasi pemancingan pada pagi hari. Kegiatan memancing dilakukan di sekitar rumpon. Oleh karena ada empat macam pancing, maka pengoperasiannya pun sesuai dengan jenis alat pancingnya. Metode pengoperasian keempat jenis pancing tersebut adalah 1) Pancing jerigen.
Tali pancing dirangkaikan dengan swivel, mata pancing dan
pelampung. Pada mata pancing dipasang umpan berupa umpan hidup. Pancing jerigen dioperasikan dengan cara diapungkan di sekitar rumpon.
Satu kali
operasional dipasang 6-10 rangkaian. Pancing jerigen dibiarkan mengapung sekitar 30-60 menit, kapal dalam keadaan mesin mati. Apabila ada pelampung jerigen yang bergerak timbul dan tenggelam di permukaan laut, itu adalah tanda ada ikan yang memakan umpan pada mata pancing. Rangkaian pancing segera ditarik dan
23 diangkat ke atas kapal. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan menggunakan ganco sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pancing jerigen dioperasikan setelah nelayan mendapatkan umpan hidup dari hasil tangkapan pancing kotrek. 2) Pancing layang-layang.
Pancing layang-layang dioperasikan
dengan
cara
menerbangkan layang-layang yang telah digantungkan tali pancing dan umpan buatan.
Pancing layang-layang dioperasikan pada keadaan cukup angin. Saat
dioperasikan, tali pancing layang-layang terhentak-hentak dan menyebabkan umpan buatan bergerak menyerupai gerakan ikan. Kondisi kapal dalam keadaan berhenti. Pada saat umpan dimakan ikan sasaran, maka layang-layang digulung dengan cepat dan ikan tangkapan dinaikkan ke kapal dengan bantuan ganco. Pancing layanglayang dioperasikan bersamaan dengan pengoperasian pancing jerigen. Alat penangkapan ikan yang dipasang terlebih dahulu adalah pancing jerigen, setelah pancing jerigen diapungkan sambil menunggu umpan dimakan ikan sasaran, maka nelayan mengoperasikan pancing layang-layang. 3) Pancing kotrek. Pancing kotrek merupakan rangkaian mata pancing yang diikatkan pada tali pancing dan diberi pemberat. Pengoperasian pancing kotrek diulurkan menggunakan tangan sampai di kedalaman tertentu. Pancing dioperasikan dengan cara dikotrek atau digerak-gerakkan seperti menghentak. Gerakan umpan buatan yang turut terhentak ini menarik perhatian ikan sasaran. Pada saat umpan dimakan, tali pancing langsung ditarik dan ikan hasil tangkapan diangkat ke kapal. Pancing kotrek dioperasikan pertama kali saat sampai di daerah penangkapan ikan dengan maksud untuk memancing ikan umpan. Hasil tangkapan pancing kotrek biasanya berupa ikan tuna kecil, kembung dan layur. Selanjutnya hasil tangkapan digunakan dalam pengoperasian pancing jerigen sebagai umpan hidup. 4) Pancing tonda. Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditonda atau ditarik oleh kapal mengelilingi rumpon dengan kecepatan 4-8 knot.
Penarikan umumnya
dilakukan sekitar 15-30 menit atau bergantung saat tertangkapnya ikan sasaran. Ikan hasil tangkapan diangkat dari laut ke atas kapal menggunakan alat bantu penangkapan ikan ganco.
Saat operasi penangkapan ikan, kapal menarik 2-4
rangkaian pancing tonda. Kegiatan memancing biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari. Satu trip penangkapan ikan akan berakhir lebih cepat apabila terjadi cuaca buruk di daerah
24 penangkapan ikan atau palka ikan sudah penuh dan tidak dapat menampung hasil tangkapan lagi. 4.2.5 Daerah dan musim pengoperasian pancing tonda Daerah pengoperasian pancing tonda adalah di Samudera Hindia di posisi 06059’LS- 08029’LS dan 104000’ BT - 106036’ BT (Gambar 5). Di lokasi ini telah dipasang sejumlah rumpon. Rumpon tersebut merupakan milik sendiri nelayan, ada juga yang dipasang oleh pihak PPN Palabuhanratu. Jarak lokasi penangkapan ikan dari fishing base di PPN Palabuhanratu berkisar antara 12-120 mil, bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, nelayan menuju lokasi penangkapan ikan yang berjarak 12-87 mil, pada musim sedang jarak lokasi berkisar antara 12-90 mil, sedangkan pada musim paceklik berlangsung jarak fishing ground terjauh dapat mencapai 120 mil (Lampiran 3).
0°LS
5°LS
10°LS
●
● Palabuhanratu
= daerah penangkapan ikan = daerah penangkapan ikan 100°BT
105°BT
Gambar 5 Daerah pengoperasian pancing tonda Pengoperasian unit penangkapan pancing tonda dapat dilakukan sepanjang tahun. Nelayan pancing tonda menyatakan ada tiga musim penangkapan ikan dalam setahun, yaitu musim puncak, sedang dan paceklik.
Musim puncak biasanya
berlangsung pada bulan April – Juli, musim sedang pada bulan Agustus – November, sedangkan musim paceklik berlangsung pada bulan Desember – Maret (Lampiran 2).
25 4.2.6 Hasil tangkapan pancing tonda Hasil tangkapan pancing tonda (Gambar 6 dan Lampiran 1) umumnya adalah jenis tuna. Hasil tangkapan terbanyak adalah jenis madidihang atau yellowfin tuna (Thunnus albacares). Selain itu tertangkap pula jenis tuna mata besar atau bigeye tuna (Thunnus obesus), setuhuk loreng (Tetrapturus audax), lemadang (Coryphaena hippurus), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan kadang-kadang tertangkap albakora (Thunnus alalunga).
Sumber: http://www.canned-tuna-fish.com : http://www.canned-tuna-fish.com Sumber
Madidihang Madidihang
Sumber : http://www.fooduniversity.com/.../ StripedMarlinN.htm
Setuhuk loreng
Sumber Sumber: http://cleotis-piplup.blogspot.com/ : http://cleotis-piplup.blogspot.com/ 2011/05/ikan-lemadang.htm 2011/05/ikan-lemadang.htm
Lemadang Lemadang
Sumber : http://www.fooduniversity.com/.../ Tuna/tunabigeye.htm
Bigeye tuna
Sumber : http://www.marlinnut.com/.../bigeye.jpg Sumber : http://perikananpuger.co.cc/2012/ Sumber : http://www.marlinnut.com/.../bigeye.jpg
Cakalang
Albakora Albakora
Gambar 6 Hasil tangkapan pancing tonda Produksi tuna yang didaratkan oleh unit penangkapan pancing tonda di PPN Palabuhanratu meningkat dari tahun 2009 hingga 2011, baik dari volume maupun nilai produksi. Volume produksi tuna yang didaratkan unit penangkapan pancing tonda pada tahun 2009 berjumlah 601.221 kg dan meningkat menjadi 1.023.659 kg pada tahun 2011 (Tabel 6). Nilai produksi tuna dari pendaratan unit penangkapan pancing tonda meningkat 78% dari tahun 2009 ke 2010, namun menurun 8% dari 2010 ke 2011. Nilai
26 produksi tuna dari unit penangkapan pancing tonda pada tahun 2011 mencapai Rp15.691.786.700,- (Tabel 7). Tabel 6 Volume produksi tuna (kg) dari unit penangkapan pancing tonda tahun 20092011 Bulan 2009 2010 2011 Januari 16.377 50.440 34.954 Februari 19.474 78.556 57.696 Maret 26.634 130.043 48.933 April 51.370 91.524 81.062 Mei 64.042 140.061 74.581 Juni 79.203 118.820 73.943 Juli 66.325 118.851 98.087 Agustus 81.260 28.553 105.452 September 58.119 17.323 151.690 Oktober 66.028 46.999 155.608 November 53.596 25.273 79.854 Desember 18.793 41.960 61.799 Jumlah 601.221 888.403 1.023.659 Sumber : PPN Palabuhanratu Tahun 2009-2011 Tabel 7 Nilai produksi tuna (Rp) dari unit penangkapan pancing tonda tahun 20092011 Bulan 2009 2010 2011 Januari 255.340.500 816.033.000 493.728.000 Februari 294.880.000 1.478.840.500 838.719.500 Maret 485.434.500 1.416.805.000 733.963.500 April 751.130.000 1.386.273.000 1.455.893.500 Mei 1.262.031.000 2.065.292.500 1.331.801.500 Juni 1.811.055.000 3.498.068.500 1.176.233.000 Juli 1.210.770.500 3.373.352.500 1.808.441.250 Agustus 1.251.098.000 663.643.500 1.572.215.100 September 821.484.000 363.124.500 1.983.991.850 Oktober 738.976.100 1.062.617.000 2.278.970.750 November 476.601.500 380.075.000 1.152.055.200 Desember 222.508.500 598.024.000 865.773.550 Jumlah 9.581.309.600 17.102.149.000 15.691.786.700 Sumber : PPN Palabuhanratu Tahun 2009-2011 Volume dan nilai produksi tuna bulanan dari unit penangkapan pancing tonda di PPN Palabuhanratu berfluktuasi. Volume produksi berkisar antara 16.377 – 155.608 kg, sedangkan nilai produksi berkisar antara Rp222.508.500,- - Rp3.498.068.500,-.
27 Agak sulit menentukan saat musim penangkapan tuna, karena pola yang terjadi setiap tahun pada 2009 - 2011 berbeda (Gambar 7). Pada tahun 2009 dan 2010, volume dan nilai produksi tinggi diperoleh pada bulan Mei sampai dengan Agustus. Pada tahun 2011, volume dan nilai produksi tinggi diperoleh pada bulan September dan Oktober. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, September dan Oktober merupakan musim sedang, musim puncak penangkapan ikan terjadi pada bulan April sampai dengan Juli.
Gambar 7 Perkembangan volume dan nilai produksi Tahun 2009-2011 4.3 Kebutuhan Bahan Bakar Solar Berdasarkan data primer yang diperoleh dan dipadukan dengan data sekunder yang tersedia, kebutuhan bahan bakar solar bagi nelayan pancing tonda dapat dihitung per bulan menurut musim penangkapan ikan. Perhitungan tersebut adalah dengan cara mengalikan antara jumlah kebutuhan solar per kapal per trip dengan jumlah trip per bulan dan jumlah kapal yang beroperasi pada bulan tersebut. Pada saat musim puncak berlangsung 4 trip penangkapan ikan per bulan, setiap kapal memerlukan rata-rata 280 liter solar per trip dengan jumlah unit penangkapan ikan per bulan berkisar antara 49156 unit. Pada saat musim sedang berlangsung 3 trip penangkapan ikan per bulan, setiap kapal memerlukan rata-rata 345 liter solar per trip dengan jumlah unit penangkapan ikan per bulan berkisar antara 47-102 unit. Pada saat musim paceklik rata-rata berlangsung 2 trip penangkapan ikan per bulan, setiap kapal memerlukan 421 liter solar per trip dengan jumlah unit penangkapan ikan per bulan berkisar antara 32115 unit (Lampiran 4). Jumlah kebutuhan bahan bakar solar nelayan dalam mengoperasikan kapal tonda untuk sebulan berkisar antara 600 – 2.700 liter bergantung musim penangkapan ikan yang berlangsung. Pada saat musim puncak penangkapan ikan dibutuhkan antara
28 600 – 1.800 liter solar per bulan dengan rata-rata 1.020 liter per kapal per bulan. Pada musim sedang dibutuhkan sekitar 500 – 2.100 liter per kapal per bulan dengan rata-rata 966 liter. Pada musim paceklik kebutuhan solar semakin meningkat, karena jarak tempuh kapal semakin panjang, yaitu berkisar antara 600 – 2.700 liter per kapal per bulan dengan rata-rata sebesar 932 liter. Secara akumulasi, dalam satu tahun kapal pancing tonda memerlukan solar sekitar 6.800 – 26.400 liter dengan rata-rata sebesar 11.670 liter. Secara terinci mengenai kebutuhan solar bagi setiap kapal pancing tonda dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Rincian kebutuhan solar satu kapal pancing tonda pada tahun 2011 Kebutuhan solar per Kebutuhan solar per Kebutuhan Jumlah trip per bulan trip (liter) bulan solar A B C A B C A B C 1 tahun 1 300 350 350 4 3 2 1.200 1.050 700 11.800 2 200 250 300 4 3 2 800 750 600 8.600 3 400 450 500 4 3 2 1.600 1.350 1.000 15.800 4 250 300 350 4 3 2 1.000 900 700 10.400 5 600 700 900 3 3 3 1.800 2.100 2.700 26.400 6 300 350 400 4 3 3 1.200 1.050 1.200 13.800 7 250 300 400 4 3 2 1.000 900 800 10.800 8 250 300 400 4 3 2 1.000 900 800 10.800 9 200 250 350 4 3 2 800 750 700 9000 10 400 450 500 4 3 2 1.600 1.350 1.000 15.800 11 400 500 650 3 3 2 1.200 1.500 1.300 16.000 12 150 230 300 5 3 2 750 690 600 8.160 13 300 350 400 5 3 2 1.500 1.050 800 13.400 14 200 250 300 3 2 2 600 500 600 6.800 15 200 300 400 3 2 2 600 600 800 8.000 16 250 300 450 5 3 2 1.250 900 900 12.200 17 300 400 500 3 2 2 900 800 1.000 10.800 18 200 250 350 4 3 2 800 750 700 9.000 19 300 400 600 3 2 2 900 800 1.200 11.600 20 200 250 350 4 3 2 800 750 700 9.000 21 150 200 300 4 3 2 600 600 600 7.200 22 200 250 300 3 3 2 600 750 600 7.800 23 300 350 600 3 3 2 900 1.050 1.200 12.600 24 300 400 450 3 2 2 900 800 900 10.400 25 400 500 600 3 3 2 1.200 1.500 1.200 15.600 Rata-rata 280 345 440 4 3 2 1.020 966 932 11.670 Sumber : Diolah dari data primer Keterangan : A = musim puncak (Bulan April – Juli); B = musim sedang (Agustus – November); C = musim paceklik (Desember – Maret) Responden
Kebutuhan bahan bakar solar bulanan untuk seluruh unit penangkapan pancing tonda dihitung dengan cara mengalikan jumlah kebutuhan solar per trip dengan jumlah
29 trip per bulan dan jumlah unit penangkapan ikan yang beroperasi per bulan. Pada tahun 2011, jumlah kapal pancing tonda yang beroperasi berkisar antara 55 – 156 unit dengan kebutuhan solar berkisar antara 280 – 440 liter per trip dan 2 – 4 trip per bulan, maka kebutuhan solar bulanan setiap kapal berkisar antara 46.310 – 174.720 liter (Tabel 9). Tabel 9 Rincian perhitungan kebutuhan solar bulanan seluruh unit pancing tonda pada tahun 2011 Bulan Kebutuhan Jumlah trip per Kebutuhan Jumlah kapal solar per trip bulan solar per bulan Januari 78 440 2 68.640 Februari 115 440 2 101.200 Maret 111 440 2 97.680 April 156 280 4 174.720 Mei 108 280 4 120.960 Juni 93 280 4 104.160 Juli 106 280 4 118.720 Agustus 85 345 3 87.975 September 73 345 3 75.555 Oktober 84 345 3 86.940 November 60 345 3 62.100 Desember 55 440 2 48.400 Jumlah : 1,124 4.260 36 1.147.050 Rata-rata : 94 355 3 95.588 Sumber : diolah dari data primer dan data PPN palabuhanratu (2011) Kebutuhan bahan bakar solar bulanan kapal pancing tonda berfluktuasi selama periode tahun 2009-2011, berkisar antara 26.944 – 174.720 liter bergantung musim penangkapan ikan yang berlangsung.
Kebutuhan solar pada saat musim puncak
berkisar antara 54.880 – 174.720 liter, pada musim sedang berkisar antara 48.645 – 105.570 liter, sedangkan pada musim paceklik berkisar antara 26.944 – 96.830 liter. Secara umum kebutuhan solar tertinggi pada setiap tahunnya terjadi pada periode musim puncak penangkapan ikan, yaitu pada bulan April sampai Juli. Secara rinci kebutuhan solar bulanan untuk unit penangkapan pancing tonda dapat dilihat dalam Tabel 10. Jumlah pemakaian solar yang tercatat di PPN Palabuhanratu untuk kapal pancing tonda agak berbeda dengan perhitungan data primer. Jumlah yang tercatat lebih kecil. Pemakaian solar bulanan pada kapal pancing tonda yang tercatat di PPN Palabuhanratu selama tahun 2009-2011 berkisar antara 13.200 – 107.330 liter. Fluktuasi ini bergantung pada musim penangkapan ikan yang berlangsung. Kebutuhan
30 solar pada saat musim puncak berkisar antara 25.500 – 107.330 liter, pada musim sedang berkisar antara 22.500 – 86.610 liter, sedangkan pada musim paceklik berkisar antara 13.200 – 91.170 liter. Walaupun kebutuhan tertinggi akan solar tercatat pada saat musim penangkapan ikan, namun tidak seluruh bulan dalam musim itu tertinggi angka kebutuhannya.
Artinya perbedaan jumlah kebutuhan solar bulanan kapal
pancing tonda tidak terlalu mencolok. Secara rinci kebutuhan solar bulanan untuk kapal pancing tonda yang tercatat di PPN Palabuhanratu dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 10 Jumlah kebutuhan solar bulanan kapal pancing tonda tahun 2009-2011 berdasarkan data primer Musim Bulan 2009 2010 2011 Januari 31.996 58.098 65.676 Paceklik Februari 42.942 67.360 96.830 93.462 Maret 35.364 74.938 April 54.880 100.800 174.720 Mei 54.880 109.760 120.960 Puncak Juni 72.800 108.640 104.160 Juli 60.480 125.440 118.720 Agustus 66.240 105.570 87.975 September 62.100 68.310 75.555 Sedang Oktober 55.890 98.325 86.940 November 48.645 90.045 62.100 Paceklik Desember 26.944 67.360 46.310 Jumlah : 613.161 1.074.646 1.133.408
4.4 Sediaan Bahan Bakar Solar Bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu disediakan melalui tiga penyalur resmi, yaitu : 1) Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) – KUD Mina Sinar laut 2) Stasiun pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) – PT Mekar Tunas Raya Sejati – Nomor Registrasi 38.43104 3) Stasiun Pengisian bahan bakar Banker (SPBB) – PT Paridi Asyudewi – Nomor Registrasi 37.0110.
31 Tabel 11 Jumlah kebutuhan solar bulanan unit penangkapan pancing tonda tahun 2009-2011 berdasarkan catatan PPN Palabuhanratu Musim Bulan 2009 2010 2011 Januari 21.300 76,850 23,400 Paceklik Februari 24.600 91,170 34,500 Maret 27.600 67,620 38,850 April 25.500 76,860 54,600 Mei 28.200 91,680 60,550 Puncak Juni 38.100 99,260 99,300 Juli 33.000 107,330 52,500 Agustus 34.800 86,610 59,500 September 29.400 38,360 73,500 Sedang Oktober 27.000 66,070 57,500 November 22.500 54,310 34,200 Paceklik Desember 13.200 52,500 30,600 Jumlah : 613.161 325.200 908,620 Jumlah solar yang dipasok dari ketiga penyalur ini semakin meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2011, yaitu dari 7.508.000 liter hingga mencapai 15.658.524 liter. Penyediaan solar pada tahun 2011 mencapai lebih dari 200% dari tahun 2009. Jumlah pasokan solar berfluktuasi pada setiap bulannya. Pada tahun 2009, pasokan tertinggi terjadi pada bulan Mei – Juli, pada tahun 2010 terjadi pada bulan Oktober – Desember, sedangkan pada tahun 2011 terjadi pada bulan Juli-Septermber. Keadaan jumlah sediaan solar setiap tahun selama periode tahun 2009 – 2011 tidak tegas memperlihatkan perbedaan musim penangkapan ikan. Jumlah pasokan solar selama periode tahun 2009 – 2011 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 8. Oleh karena SPBB tidak diperuntukan memenuhi kebutuhan unit pancing tonda, maka untuk pasokan solar dari SPBB tidak dibahas lebih lanjut. 1) Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) Solar Packet Dealer Nelayan atau disingkat dengan SPDN merupakan penyalur bahan bakar minyak yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa atau KUD Mina Sinar Laut Palabuhanratu. SPDN ini menyalurkan solar dan bensin untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal di bawah 30 GT. Bangunan SPDN sederhana (Gambar 9), yaitu semacam tangki penampungan BBM di atas daratan.
Bangunan tangki SPDN terletak di
Darmaga I PPN Palabuhanratu. Bahan bakar minyak dipasok oleh PERTAMINA tanpa biaya angkut dan dengan marjin atau selisih harga dari PERTAMINA sebesar 3%. KUD Mina Sinar Laut menjualnya kepada nelayan dengan harga Rp4.500,-.
32 Tabel 12 Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 Januari 527.000 907.670 Februari 589.000 1.211.644 Maret 467.000 838.211 April 328.000 864.692 Mei 778.000 789.893 Juni 770.000 1.141.976 Juli 744.000 1.287.591 Agustus 721.000 1.167.864 September 600.000 821.929 Oktober 448.000 1.410.682 November 736.000 1.235.524 Desember 800.000 1.311.564 Jumlah 7.508.000 12.989.240 Sumber : diolah dari data sekunder.
2011 1.087.493 1.085.335 1.328.668 1.332.289 1.258.363 1.272.826 1.444.399 1.451.009 1.434.938 1.180.997 1.321.212 1.460.996 15.658.524
Gambar 8 Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 Jumlah solar yang dipasok dari SPDN mengalami peningkatan sebesar 70% dari tahun 2009 ke 2010, dan meningkat lagi sebesar 8,61% dari tahun 2010 ke 2011. Jumlah pasokan solar bulanan dari SPDN ini bervariasi, berkisar antara 75.322 – 175.923 liter. Secara rinci pasokan jumlah solar bulanan melalui SPDN dapat dilihat dalam Tabel 13.
33
Gambar 9 SPDN yang dikelola KUD Mina Sinar Laut Tabel 13 Jumlah pasokan solar bulanan dari SPDN tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 2011 Januari 0 127.998 96.000 Februari 0 111.764 144.000 Maret 0 86.138 134.118 April 0 138.398 209.599 Mei 123.000 155.223 154.423 Juni 127.000 130.281 164.436 Juli 120.000 214.088 164.399 Agustus 123.000 128.461 160.009 September 127.000 75.322 142.188 Oktober 128.000 207.072 172.812 November 128.000 168.620 138.482 Desember 128.000 165.850 175.923 Jumlah : 1.004.000 1.709.215 1.856.389 Sumber : Laporan KUD Mina Sinar Laut Tahun 2009-2011. 2) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Penyalur bahan bakar minyak di PPN Palabuhanratu lainnya adalah Statiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan atau disingkat SPBN. Penyaluran bahan bakar minyak melalui SPBN dikelola oleh PT Mekar Tunas Raya Sejati dengan Nomor Registrasi 38.43104.
Bangunan SPBN (Gambar 10) harus menyerupai SPBU atau Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum.
Bangunan SPBN terletak di darmaga II PPN
Palabuhanratu dan dikhususkan untuk melayani kapal-kapal yang berukuran di bawah 30 GT. Selain solar, perusahaan ini juga diperbolehkan menyalurkan bensin untuk keperluan nelayan di PPN Palabuhanratu.
Biaya angkut dari PERTAMINA ke
34 bangunan SPBN di Darmaga II ditanggung oleh PERTAMINA dan diberikan marjin sebesar 4%. SPBN menjual solar kepada nelayan seharga Rp4.500,-. Jumlah pasokan solar melalui SPBN ini mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke 2011, yaitu dari 3.220.000 liter menjadi 6.905.986 liter. Peningkatan yang tajam terjadi dari tahun 2009 ke 2010, yaitu mencapai 188%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 hanya bertambah 14%.
Pasokan jumlah solar bulanan bervariasi,
berkisar antara 112.000 – 790.737 liter. Jumlah pasokan solar dari SPBN dalam setiap tahunnya tidak terpola sama atau fluktuasi bulanannya berbeda dan polanya sulit dikaitkan dengan pola musim penangkapan ikan. Secara rinci pasokan jumlah solar bulanan melalui SPBN dapat dilihat dalam Tabel 14.
Bangunan kantor
Bangunan tangki penyaluran solar di Darmaga II (dari arah daratan) Bangunan tangki penyaluran solar di Darmaga II (dari arah daratan) Gambar 10 Bangunan kantor dan tangki penyaluran dari SPBN yang dikelola PT Mekar Tunas Raya Sejati Bangunan tangki di Darmaga II
3) Stasiun Pengisian Bahan bakar Bunker (SPBB) Stasiun Pengisian Bahan bakar Bunker, disingkat SPBB, merupakan satu penyalur solar di PPN Palabuhanratu yang berbentuk bunker. Bangunan SPBB (Gambar 11) adalah khusus, yaitu berada di atas air. SPBB dikelola oleh PT Paridi Asyudewi dengan Nomor Registrasi 37.0110. SPBB di PPN Palabuhanratu hanya
35 menyalurkan solar kepada nelayan. Penyaluran solar dilakukan kepada semua kapal, juga kapal-kapal yang berukuran di atas 30 GT. PERTAMINA hanya menyalurkan solar kepada SPBB dengan marjin 4%, namun biaya angkut solar dari PERTAMINA ke SPBB ditanggung oleh SPBB, sehingga harga jual solar dari SPBB berbeda dengan penyalur lainnya. Tabel 14 Pasokan jumlah solar melalui SPBN tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 Januari 128.000 378.557 Februari 223.000 633.810 Maret 192.000 348.260 April 245.000 347.857 Mei 112.000 373.300 Juni 240.000 549.859 Juli 224.000 640.401 Agustus 224.000 589.770 September 224.000 294.107 Oktober 224.000 705.860 November 592.000 570.104 Desember 592.000 626.351 Jumlah : 3.220.000 6.058.236 Sumber : PT Mekar Tunas Raya Sejati tahun 2009-2011
2011 551.920 391.268 790.737 612.060 592.000 592.000 592.000 592.000 592.000 416.000 592.000 592.000 6.905.985
Bangunan kantor Bangunan bunker di kolam II PPN Palabuhanratu
Gambar 11 SPBB di PPN Palabuhanratu
36 Jumlah pasokan solar melalui SPBB mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun 2009 ke 2011, yaitu dari 3.529.000 liter menjadi 6.203.078 liter. Pasokan jumlah solar bulanan bervariasi, berkisar antara 16.000 – 700.750 liter. Umumnya pemakaian lebih tinggi terjadi pada bulan Juli sampai September. Secara rinci pasokan jumlah solar bulanan melalui SPBB dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15 Pasokan solar melalui SPBB tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 Januari 399.000 401.115 Februari 366.000 466.070 Maret 275.000 403.813 April 328.000 378.437 Mei 543.000 261.370 Juni 403.000 461.836 Juli 400.000 433.102 Agustus 374.000 449.633 September 249.000 452.500 Oktober 96.000 497.750 November 16.000 496.800 Desember 80.000 519.363 Jumlah : 3.529.000 5.221.789 Sumber : PT Paridi Asyudewi (2011)
2011 439.573 550.067 403.813 510.630 511.940 516.,390 688.000 699.000 700.750 592.185 590.730 693.073 6.896.151
Berdasarkan peranan ketiga penyalur di atas, maka penyalur yang memasok solar untuk unit penangkapan pancing tonda hanyalah dari SPDN dan SPBN. Jumlah pasokan solar dari kedua penyalur ini pada tahun 2009 berjumlah 4.224.000 liter, meningkat sebesar 83,89% pada tahun 2010 menjadi 7.767.451 liter. Pada tahun 2011 meningkat sebesar 12,81% menjadi 8.762.374 liter. Pasokan solar setiap bulannya berkisar antara 128.000 – 924.855 liter. Secara rinci pasokan solar yang diperuntukkan diantaranya unit penangkapan pancing tonda dapat dilihat dalam Tabel 16.
4.5 Pembahasan Jumlah pemakaian solar menurut perhitungan data primer dan data sekunder dengan jumlah pemakaian solar yang tercatat di PPN Palabuhanratu terdapat perbedaan. Hasil perhitungan adalah hasil perkalian antara jumlah solar per kapal per trip per bulan menurut musim, jumlah trip per bulan menurut musim dan jumlah unit kapal pancing tonda bulanan yang tercatat di PPN Palabuhanratu. Jumlah dari hasil
37 perhitungan lebih besar dibandingkan yang tercatat, namun seiring sesuai dengan musim penangkapan ikan yang terjadi. Diduga ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu : 1) Angka kebutuhan jumlah solar pada data primer yang dipakai adalah angka ratarata dari 25 sample atau responden yang didapat, sedangkan jumlah kapal pancing tonda yang beroperasi adalah yang tercatat di PPN Palabuhanratu; 2) Lebih kecilnya jumlah pemakaian solar untuk kapal pancing tonda yang tercatat di PPN Palabuhanratu, diduga masih ada pemakaian solar yang tidak dilaporkan kepada pihak PPN Palabuhanratu. Tabel 16 Jumlah pasokan solar bulanan untuk kapal-kapal <30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009-2011 Bulan 2009 2010 2011 Januari 128.000 506.555 647.920 Februari 223.000 745.574 535.268 Maret 192.000 434.398 924.855 April 245.000 486.255 821.659 Mei 235.000 528.523 746.423 Juni 367.000 680.140 756.436 Juli 344.000 854.489 756.399 Agustus 347.000 718.231 752.009 September 351.000 369.429 734.188 Oktober 352.000 912.932 588.812 November 720.000 738.724 730.482 Desember 720.000 792.201 767.923 Jumlah : 4.224.000 7.767.451 8.762.374 Sumber : KUD Mina Sinar Laut 2009-2011 dan PT Tunas Mekar Raya Sejati 2009-2011
Kapal pancing tonda umumnya memenuhi kebutuhan solarnya dari dua penyalur di PPN Palabuhanratu, yaitu dari SPDN dan SPBN. Kebutuhan solar unit penangkapan pancing tonda pada tahun 2011 berjumlah 1.147.050 liter, sedangkan kedua penyalur tersebut menyediakan 8.762.374 liter.
Kapal pancing tonda
membutuhkan 13,09% dari jumlah pasokan solarnya pada tahun 2011.
Angka
kebutuhan solar bulanan bagi kapal pancing tonda pada tahun 2011 setiap bulannya lebih besar dari jumlah yang tercatat di PPN Palabuhanratu, namun masih lebih sedikit dibandingkan besarnya pasokan dari penyalur pada tahun yang sama (Tabel 17). Jumlah pasokan solar yang disediakan oleh kedua penyalur di PPN Palabuhanratu secara tercatat seharusnya dapat memenuhi kebutuhan kapal pancing
38 tonda tersebut. Akan tetapi kedua penyalur solar yang ada juga bertugas memenuhi kebutuhan solar dari kapal untuk semua kapal dari berbagai jenis unit penangkapan ikan.
Pada kenyataannya, data statistik PPN Palabuhanratu menunjukkan bahwa
pancing tonda merupakan jenis unit penangkapan ikan yang terbanyak, artinya kebutuhan solar pada kapal ikan jenis yang lain tidak sebanyak kebutuhan kapal pancing tonda. Jenis kapal ikan yang tercatat pada tahun 2011 mengoperasikan alat penangkapan ikan payang, jaring rampus, gillnet, trammel net, pancing ulur dan rawai cucut.
Pada saat-saat tertentu nelayan pancing tonda mengalami kesulitan dalam
memperoleh solar di sekitar PPN Palabuhanratu, sehingga pernah membeli solar ke SPBU yang terletak jauh atau sekitar 5 km dari lokasi PPN Palabuhanratu. Tabel 17 Jumlah solar yang dibutuhkan dan pasokan tahun 2011 Jumlah solar yang dibutuhkan/dipasok (liter) Bulan Data primer Catatan PPNP Pasokan 2 penyalur Januari 68.640 23.400 647.920 Februari 101.200 34.500 535.268 Maret 97.680 38.850 924.855 April 174.720 54.600 821.659 Mei 120.960 60.550 746.423 Juni 104.160 99.300 756.436 Juli 118.720 52.500 756.399 Agustus 87.975 59.500 752.009 September 75.555 73.500 734.188 Oktober 86.940 57.500 588.812 November 62.100 34.200 730.482 Desember 48.400 30.600 767.923 Jumlah 1.147.050 619.000 8.762.374 Kebutuhan solar per individu kapal pancing tonda pada saat musim puncak lebih kecil dibandingkan dengan musim paceklik, karena lama trip operasi penangkapan ikan lebih pendek dan jarak tempuh ke fishing ground juga umumnya lebih pendek. Sementara itu, kebutuhan solar per kapal pada saat musim paceklik lebih besar, karena lama trip operasi penangkapan ikan lebih panjang (Tabel 9). Kebutuhan solar total untuk unit pancing tonda yang ada di PPN palabuhanratu pada saat musim puncak lebih tinggi. Hal ini disebabkan, walaupun kebutuhan solar per kapal lebih rendah, namun jumlah kapal yang beroperasi cukup banyak (Tabel 5 dan Tabel 10). Pada saat penelitian berlangsung, di lapangan terlihat ada kapal tuna longline yang berlabuh. Sementara di data statistik PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 tidak
39 tercatat adanya unit penangkapan longline. Apakah mungkin, kekurangan solar terjadi akibat dari pemanfaatan solar oleh kapal tuna longline yang berlabuh di PPN Palabuhanratu tersebut. Kebijakan pembangunan tempat penyaluran solar di pelabuhan perikanan diantaranya bertujuan untuk memberikan subsidi kepada nelayan skala kecil. Apabila kondisi seperti demikian di atas terjadi, maka bisa dikatakan bahwa tujuan dari kebijakan pemerintah tersebut tidak tercapai. Pemilik unit penangkapan tuna longline bukanlah nelayan skala kecil.
5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan: 1)
Di PPN Palabuhanratu terdapat tiga penyalur solar resmi, yaitu Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) yang dikelola oleh KUD Mina Sinar Laut, Stasiun pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) yang dikelola oleh PT Mekar Tunas Raya Sejati dan Stasiun Pengisian Bahan bakar Banker (SPBB) yang dikelola oleh PT Paridi Asyudewi.
2)
Kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda berjumlah 1.147.050 liter berdasarkan perhitungan data primer atau sebesar 13,09% dari jumlah yang dipasok, sedangkan yang tercatat di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 sebanyak 619.000 liter solar. Kebutuhan solar untuk unit pancing tonda dipasok oleh SPDN dan SPBN.
3)
Jumlah pasokan solar untuk unit pancing tonda di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 sebesar 8.762.374 liter, dipasok oleh SPDN sebanyak 1.856.389 liter dan sebanyak 6.905.985 liter dari SPBN.
5.2 Saran Saran yang dapat disampaikan melalui kesempatan ini adalah sebagai berikut: 1)
Petugas PPN Palabuhanratu dapat meningkatkan akurasi pencatatan data pemakaian solar, agar perhitungan kebutuhan solar bisa dilakukan lebih baik.
2)
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama tetapi dengan kasus semua kapal penangkapan ikan yang memanfaatkan fasilitas penyediaan bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu, sehingga dapat diketahui dengan pasti jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan dan pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA Adwino R. 1998. Keragaman Perikanan Tonda di Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus, Kota madya Padang, Sumatera Barat [Skripsi]. Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 53 hal. Brandt AV. 2005. Fish Catching Methods of the World, 4th Edition. Edited by O Gabriel, K Lange, E Dahm and T Wendt. Oxport : Blackwell Publishing Ltd. 523 pp. Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Perikanan. 1999. Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Pertanian Perikanan. 164 hal. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2011. Pancing Tonda. www.kp3k.kkp.go.id [02 Maret 2011]. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor : IPB Press. Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan. 149 hal. Handoko TH. 1985. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Handriana J. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 56 hal. http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan_index.html 01 Oktober 2006 diacu dalam Diniah (2008). Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor : Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor.
Mailany H. 2005. Model sediaan Stokastik Solar Packed Dealer Nelayan di PPP Eretan Wetan Indramayu [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto B. 2004. Pelabuhan Perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional, Antrian Kapal. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 143 hal.
42
Nazir. 2005. Metode Penelitian (cetakan keenam). Bogor : Ghalia Indonesia. 542 hal. [PPN] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2011. Statistik Perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan Razak M. 2004. Analisis Sistem Distribusi Solar dalam Menunjang Aktivitas Nelayan di PPI Muara Angke Jakarta [Skripsi]. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sadhori N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung: Penerbit ANGKASA Anggota IKAPI. 182 hal. Sainsbury JC. 1971. Commercial Fishing Methods – an introduction to vessels and gears. England: Fishing New (Books) Ltd. 359 p. Sari
WM. 2011. Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 100 hal.
Siahaan M. 1990. Studi Tentang Model Antrian dan Pengendalian Sediaan di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. 245 hal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
LAMPIRAN
44
Lampiran 1 Keragaan teknis unit penangkapan pancing tonda menurut responden Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Bahan kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu fibre glass kayu kayu kayu kayu kayu kayu kayu
Kapal Dimensi (p x l x t) m 13 x 3 x 1,5 12 x 3,2 x 1,5 14 x 3 x 1,5 14 x 3 x 1,5 14 x 3,2 x 1,5 14 x 3 x 1,5 12 x 3,2 x 1,6 12 x 2,8 x 1,2 14 x 3 x 1,5 14 x 3,1 x 1,5 15 x 3,5 x 1,7 13 x 3 x 1,5 15 x 3 x 1,5 14 x 3,2 x 1,5 13 x 3 x 1,5 14 x 3,2 x 1,8 12 x 3 x 1,2 13 x 3 x 1,5 14 x 3 x 1,5 12 x 3 x 1,5 13 x 3 x 1,5 13 x 3 x 1,2 15 x 3,2 x 1,5 14 x 3,3 x 1,5 14 x 3,1 x 1,5
Draft (m) 1.0 1.0 1.0 1.0 0,9 1.0 1.0 0,8 0,9 1.0 1,1 0,9 1.0 1.0 1.0 1,1 0,8 0,9 0.9 0,8 1.0 0,8 1.0 1,2 1.0
Tahun Beli 2005 2003 2009 2007 2009 2005 2009 2007 2007 2008 2009 2006 2009 2005 2005 2009 2008 2006 2005 2009 2007 2008 2008 2005 2007
Jumlah Nelayan (orang) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil Tangkapan Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna
Jenis
Jumlah
inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard inboard
Mesin Kekuatan (hp) Utama Tambahan 30 27 30 22 120 28 30 30 100 30 33 30 33 33 33 33 30 30 100 30 120 30 30 28 33 30 30 28 30 30 120 30 100 100 270 28 33 30 28 24 300 28 28 24 120 28 30 27 33 30
Umur Teknis (tahun) 10 10 10 10 15 10 10 10 5 10 10 5 10
10 8 5 10 5 5 5 10 6 10
Bbm solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar solar
Kapasitas Tangki (liter) 400 300 600 400 900 500 500 500 400 700 600 500 500 300 400 600 600 400 700 300 400 300 600 500 700
45
Lampiran 2 Musim penangkapan ikan dan lama dalam satu trip menurut musim berdasarkan informasi responden Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Puncak April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Juli April-Agustus April-Juli Mei - Agustus Mei - Agustus April - Juli Mei - Agustus April - Juli April - Juli April - Juli April - Juli April - Juli April - Juli April - Juli
Musim (bulan) Sedang Agustus-November Agustus-Desember Agustus-September Agustus-November Agustus-September Agustus-September Agustus-Desember Agustus-September Agustus-November September-November Agustus-November Februari - April Februari - April Agustus - November Februari - April Agustus - November Agustus - November Agustus - November Agustus - November Agustus - November Agustus - November Agustus - November
Paceklik Desember-Maret Januari-Maret Desember-Maret Desember-Maret Desember-Maret Desember-Maret Januari-Maret Desember-Maret Desember-Maret Desember-Januari Desember-Januari September - Januari September - Januari Desember - Maret September - Januari Desember - Maret Desember - Maret Desember - Maret Desember - Maret Desember - Maret Desember - Maret Desember - Maret
Lama 1 trip (hari) Puncak Sedang Paceklik 5 7 10 4 7 7 5 7 12 5 7 12 7 10 12 5 7 10 5 7 10 5 7 10 7 10 12 5 7 12 7 10 12 3 7 10 4 7 10 7 10 12 3 7 10 7 10 12 5 8 10 7 10 12 3 7 10 5 10 12 7 6 7 12
46
Lampiran 3 Informasi responden tentang jarak fishing ground dari fishing base dan waktu tempuh ke fishing ground Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Jarak dari fishing base (mil) Puncak Sedang Paceklik 87 87 87 47 47 47 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 80 115 115 85 85 85 80 120 120 47 71 103 63 63 63 45 63 100 87 87 87 80 90 120 47 71 105 47 47 47 80 90 120 47 87 87 47 47 47 47 71 71 12 12 12 85 85 85
Waktu tempuh (jam) Puncak Sedang Paceklik 10 10 10 9 9 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 11 11 10 19 19 10 10 10 10 12 12 7 10 14 10 10 10 7 10 14 12 12 12 9 12 15 7 10 16 10 10 10 10 12 16 8 12 12 10 10 10 7 11 11 2 2 2 12 12 12
47
Lampiran 4 Kebutuhan bahan bakar solar setiap responden Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Jenis Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar Solar
Jumlah pakai 1 trip (liter) 300 300 500 300 700 400 400 400 350 600 700 300 400 300 300 500 500 400 600 350 300 300 700 400 600
Tempat beli SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU SPBU
Harga 1 liter (Rp) 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500
Puncak 300 200 400 250 600 300 250 250 200 400 400 150 300 200 200 250 300 200 300 200 150 200 300 300 400
Kebutuhan (liter) Sedang Paceklik 350 350 250 300 450 500 300 350 700 900 350 400 300 400 300 400 250 350 450 500 500 650 230 300 350 400 250 300 300 400 300 450 400 500 250 350 400 600 250 350 200 300 250 300 350 600 400 450 500 600