KONTRIBUSI KAPAL PERIKANAN YANG BERBASIS DI PPN PALABUHANRATU TERHADAP POLUSI LAUT
FITRI IRAWAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Kapal Perikanan yang Berbasis di PPN Palabuhanratu Terhadap Polusi Laut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Fitri Irawan NIM C44110054
ABSTRAK FITRI IRAWAN. Kontribusi Kapal Perikanan yang Berbasis di PPN Palabuhanratu terhadap Polusi Laut. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan DENI ACHMAD SOEBOER. Pencemaran merupakan salah satu faktor penyebab rusaknya suatu lingkungan termasuk lingkungan laut. Pencemaran yang terjadi di laut dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem di dalam laut, bahkan jika terjadi dalam tingkat pencemaran yang tinggi, dapat mengakibatkan kematian pada biota laut yang hidup didalamnya. Salah satu aktivitas yang berpotensi menyebabkan pencemaran di laut adalah aktivitas penangkapan ikan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan untuk mengidentifikasi komposisi jenis limbah yang dihasilkan kapal perikanan dan mengidentifikasi pola perilaku dan cara pandang nelayan terhadap penanganan limbah dan pencemaran laut. Kajian dilakukan terhadap kapal-kapal perikanan yang berbasis di PPN Palabuhanratu sebagai contoh kasus. Pendataan komposisi limbah dilakukan secara survey pada keseluruhan jenis alat tangkap yang dibagi kedalam kelas dimensi. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa komposisi limbah yang dihasilkan oleh unit kapal perikanan di PPN Palabuhanratu didominasi oleh limbah jenis organik. Pola tingkah laku nelayan didominasi oleh kebiasaan untuk membuang limbah tidak pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan nelayan akan pentingnya pengendalian lingkungan dan pencegahan pencemaran laut. Kata kunci : kapal perikanan, polusi laut, PPN Palabuhanratu
ABSTRACT FITRI IRAWAN. Contribution of Fishing Vessel based in PPN Palabuhanratu to Marine Pollution. Supervised by YOPI NOVITA and DENI ACHMAD SOEBOER. Pollution is one of the factors cause environmental damage including marine environment. Ocean pollution could result in damage to marine ecosystems, it can cause the death of marine life if occurs in high levels. One activity that has the potential to cause pollution of the sea is fishing activity. Therefore, the research was conducted to identify the waste type compotition generated by fishing vessels and identify fishermens’s behavior patterns on the waste handling and marine pollution. Studies conducted on fishing vessels based in PPN Palabuhanratu. Data collection on waste composition survey for overall fishing gear types divided into classes of dimensions. Based on the results, the waste compotition generated by fishing vessels in PPN Palabuhanratu was dominated by organic waste type. Fishermen behavior pattern dominated by waste disposal habits which not in right place. It caused by fishermen’s ignorance on importance of environmental control and marine pollution prevention. Keywords: fishing boats, marine pollution, PPN Palabuhanratu
KONTRIBUSI KAPAL PERIKANAN YANG BERBASIS DI PPN PALABUHANRATU TERHADAP POLUSI LAUT
FITRI IRAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah Polusi Laut, dengan judul Kontribusi Kapal Perikanan yang Berbasis di PPN Palabuhanratu terhadap Polusi Laut. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu dan memberikan masukan terutama kepada : 1) Ayah ibu akbar atas segala doa dukungan dan kasih sayangnya; 2) Ibu Yopi Novita dan Bapak Deni Achmad Soeboer. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran ; 4) Bapak Sulaeman Martasuganda selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan; 5) Yaman dan Mulyati atas bantuan kasih sayang dan dukunganya selama proses penelitian hingga terselesaikanya tulisan ini; 6) Kak Gun, Kak Cahra, Kak Eka, Jeje, Graita, Taufik, Fetry, Evi, Hesti, Ebon, Mbak Beta, Ismi, Baim, Gilang dagu, Yuanna, Cyntia, Cica, Mbak Bin, serta seluruh keluarga PSP 48 yang telah memberikan masukan dan dukungan. Tiada satu pun yang sempurna di dunia ini. Atas segala kekurangan yang ada, penulis menerima segala masukan dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2015 Fitri Irawan
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Penelitian Terdahulu
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
3
Alat
3
Jenis dan Metode Pengambilan Data
3
Pengolahan Data
5
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Keragaan Kapal Perikanan
6
Jenis dan Jumlah Limbah Kapal Perikanan
10
Pola Tingkah Laku Nelayan
16
KESIMPULAN DAN SARAN
20
Kesimpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Jenis dan metode pengambilan data Jenis dan metode pengambilan data Jenis limbah organik dan limbah anorganik yang diidentifikasi menjadi hasil aktivitas penangkapan di PPN Palabuhanratu Komposisi limbah organik dan anorganik pada tiap jenis kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu Komposisi jumlah rata-rata perbulan limbah organik dan anorganik unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu
3 4 11 13 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Skema konversi jenis dan jumlah limbah dalam satuan berat (kilogram). Skema pengolahan data Diagram presentase komposisi kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2014 4 Rata-rata L, B, dan D kapal perikanan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu 5 Grafik rata-rata GT (Gross Tonnage) kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu berdasarkan jenis kapal 6 Grafik jumlah rata-rata ABK ( anak buah kapal) tiap trip yang bekerja di kapal perikanan di PPN Palabuhanratu 7 Dokumentasi komposisi limbah organik dan limbah anorganik yang mencemari perairan. 8 Diagram presentase hasil rata-rata produksi limbah organik dan limbah anorganik di PPN Palabuhanratu 9 Komposisi lokasi pembuangan limbah organik dan anorganik oleh nelayan di PPN Palabuhanratu. 10 Jenis ukuran tempat sampah yang disediakan di PPN Palabuhanratu A (besar), B (sedang), C (kecil) 11 Diagram komposisi presentase tingkat pendidikan nelayan di PPN Palabuhanratu 12 Presentase penyuluhan yang didapatkan nelayan di PPN Palabuhanratu
4 5 7 8 8 9 11 16 17 18 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Tabel Pengambilan Sample Spanduk himbauan untuk menjaga kebersihan (PPN Palabuhanratu 2015) Limbah organik dan limbah anorganik yang nampak di kolam pelabuhan PPN Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu 2015)
24 25 26
PENDAHULUAN Polusi dan pencemaran merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat terjadi di darat, udara maupun perairan. Apabila pencemaran terjadi dalam tingkatan pencemaran yang tinggi, maka dapat saja mengakibatkan kematian makhluk hidup yang ada di dalamnya. Aktivitas penangkapan ikan di laut menjadi salah satu aktivitas yang menyebabkan terjadinya pencemaran di laut. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam di laut maka munculah peraturan pemerintah No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut mendefinisikan pencemaran laut sebagai kejadian masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Dunia internasional mengatur permasalahan pencemaran laut melalui “Deklarasi Stockholm 1972” dalam asas nomor 7 yang menyebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk mengambil tindakantindakan guna mencegah pencemaran laut yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia, sumber kekayaan hayati laut terhadap penggunaan laut. Indonesia mengatur pengendalian pencemaran laut dengan PP No.19 Th 1999 pasal 10 yang mengatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan pencemaran laut dan wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran laut . Saat ini, jumlah armada kapal perikanan berbendera Indonesia mencapai 639.708 ribu unit kapal (BPS 2013) dengan jumlah kapal perikanan yang semakin meningkat setiap tahunya maka aktivitas penangkapan akan semakin tinggi. Aktivitas penangkapan ikan di perairan laut erat kaitanya dengan jumlah unit penangkapan ikan, metode dan teknologi penangkapan yang digunakan. Unit penangkapan ikan yang dimaksud adalah kapal penangkap ikan berikut alat tangkap dan nelayan. Diduga, aktivitas penangkapan ikan menjadi salah satu kontributor terhadap pencemaran air laut. Berdasarkan pengamatan di lapang, umumnya manusia cenderung untuk membuang sampah sembarangan, demikian pula halnya dengan nelayan. Aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh sebuah kapal penangkap ikan dapat mencemari suatu perairan dengan banyak cara. Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring, residu bahan bakar maupun sisa-sisa perbekalan nelayan. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh. Untuk itu, perlu dilakukan kajian awal untuk mengetahui jenis dan jumlah limbah yang berasal dari aktivitas kapal perikanan dalam menghasilkan limbah di sebuah pelabuhan. Kajian ini akan dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal perikanan yang berbasis di PPN Palabuhanratu sebagai contoh kasus. Kapal-kapal yang berbasis di PPN Palabuhanratu memiliki total jumlah sebanyak 966 unit sekian yang merupakan 0,15% dari total keseluruhan armada kapal perikanan yang ada di indonesia.
2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi komposisi jenis limbah yang dihasilkan kapal perikanan di PPN Palabuhanratu 2) Membandingkan komposisi limbah yang dihasilkan oleh unit penangkapan yang sama akan tetapi memiliki panjang kapal yang berbeda. 3) Membandingkan komposisi limbah yang dihasilkan oleh unit penangkapan yang berbeda akan tetapi dengan panjang kapal yang relatif sama. 4) Mengidentifikasi pola perilaku dan cara pandang nelayan terhadap penanganan limbah dan pencemaran laut. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1) Memberikan informasi ilmiah tentang jenis dan volume yang dihasilkan oleh kapal perikanan. 2) Menjadi bahan kebijakan bagi pihak pelabuhan atau pihak yang terkait sebagai penanggulangan masalah limbah. 3) Menjadi bahan kajian untuk penelitian yang lebih lanjut. Penelitian Terdahulu Pencemaran laut sudah menjadi bahan kajian yang dilakukan oleh beberapa pihak, kita dapat dengan mudah menemukan penelitian mengenai pencemaran laut oleh minyak. Salah satu contoh penelitian pencemaran laut yang pernah dilakukan adalah mengenai pengaruh pencemaran laut terhadap ekosistem laut (Kuncowati 2010) dan penelitian yang dilakukan oleh Sjafei (2002) tentang pencemaran laut oleh limbah pengolahan perikanan mengenai karakteristik dan proses pengolahan limbah cair hasil industri perikanan. Namun belum ditemukan studi mengenai pencemaran laut oleh kapal perikanan.
METODE Penelitian yang bertujuan mengetahui jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan oleh kapal perikanan serta mengidentifikasi pola perilaku nelayan dalam menangani limbah akan dilakukan dengan menggunakan metode survey. Alsa (2004) mengemukakan rancangan survey merupakan prosedur dimana peneliti melaksanakan survey atau memberikan angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini perilaku, atau karakteristik responden. Dari hasil survey ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada dalam populasi. Objek penelitian adalah semua jenis kapal yang berbasis di PPN Palabuhanratu sebagai contoh kasus. Keragaan kapal diperoleh dari pihak syahbandar PPN Palabuhanratu. Pengambilan data kapal perikanan di PPN Palabuhanratu selama 5 tahun terakhir bertujuan untuk menentukan jumlah sample yang akan diambil serta mendeskripsikan kondisi keberagaman keragaan kapal penangkap ikan di PPN Palabuhanratu. Penentuan jumlah sample dilakukan
3 dengan mengambil masing-masing 3 unit dari tiap dimensi kelas yang tersedia. Tabel perhitungan pengambilan sample terdapat pada Lampiran 1. Adapun untuk keragaan kapal dipergunakan data tahun 2014 untuk mengidentifikasi keragaman dimensi keragaan teknis kapal perikanan yang ada di PPN Palabuhanratu. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Agustus 2014Februari 2015. Lokasi penelitian bertempat di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan PPN Palabuhanratu sebagai lokasi studi adalah dikarenakan kondisi kolam pelabuhan yang mengandung banyak limbah. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat ukur, timbangan dan kamera. Alat ukur digunakan untuk mengidentifikasi dimensi limbah yang ditemukan di lapangan. Timbangan digunakan untuk mengetahui secara pasti berat limbah dalam hitungan kilogram (kg). Adapun kamera digunakan untuk dokumentasi keseluruhan kepentingan penelitian. Jenis dan Metode Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden (Supramono 1993). Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, dengan pemilihan sampel yang didasarkan untuk memenuhi tujuan penelitian. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil sample orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto dan Subagyo 1998). Sampel kapal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 9 unit kapal perikanan yang terdiri dari 8 unit kapal penangkap ikan dan 1 unit kapal pengangkut yang berbasis di PPN Palabuhanratu. Secara detail, sampel kapal yang diambil disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 No
Jenis Kapal
Jenis dan metode pengambilan data Jumlah Populasi
Jumlah Sample
1 2
Angkut bagan Payang
28 109
6 6
3
Jaring rampus
70
10
4 5 6 7 8 9
Dogol Pancing ulur Pancing tonda Longline Purse seine Transit
37 366 174 195 4 1
4 10 10 11 2 1
4 Jenis data yang digunakan adalah data primer. Jenis data yang dikumpulkan maupun metode pengambilan datanya disajikan pada Tabel 2 Tabel 2 Jenis dan metode pengambilan data No
Jenis Data
Metode Pengambilan Data
Tujuan 1 : Mengetahui jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan oleh kapal perikanan 1 Jenis limbah kapal perikanan Kuisioner/wawancara dan observasi 2
Jumlah limbah kapal perikanan
Kuisioner/wawancara
Tujuan 2 : Mengidentifikasi pola perilaku nelayan dalam menangani limbah. 1 2 3 4
Kebiasaan membuang sampah Lokasi buang limbah Penyuluhan Pengetahuan tentang bahaya pencemaran
Kuisioner/wawancara Kuisioner/wawancara Kuisioner/wawancara Kuisioner/wawancara
Khusus untuk data limbah dalam satuan berat, dilakukan konversi dari tiap limbah yang diidentifikasi ke dalam satuan berat, yaitu kilogram (kg). Tahapan konversi sebagaimana disajikan pada Gambar 1
Gambar 1 Skema konversi jenis dan jumlah limbah dalam satuan berat (kilogram).
5 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam grafik dan tabel. Alur pengolahan data disajikan dengan skema pengolahan data pada Gambar 2.
Gambar 2 Skema pengolahan data Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif serta disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Analisis dilakukan terhadap: 1. Komposisi jenis limbah yang dihasilkan kapal perikanan di PPN Palabuhanratu. Dimana analisis dilakukan untuk mengetahui jenis limbah yang diperoleh, apakah limbah organik atau anorganik, dan berat dari tiap jenis limbah, 2. Jumlah dan jenis limbah berdasarkan dimensi kapal Membandingkan jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan sesuai dengan dimensi kapal yang beroperasi kemudian disajikan dengan analisis deskriptif.
6 3.
4.
Jumlah dan jenis limbah berdasarkan alat penangkapan ikan Membandingkan jenis dan jumlah limbah sesuai dengan alat tangkap yang beroperasi kemudian disajikan dengan analisis deskriptif. Pola tingkah laku nelayan Keseluruhan data tingkah laku nelayan disajikan dalam bentuk diagram menggunakan analisis deskriptif, kemudian dibandingkan pola tingkah laku nelayan di lapangan dengan peraturan yang ada baik nasional maupun internasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Kapal Perikanan Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanin, energi lainya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawan permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah pindah (UU No 17 Th 2008). Adapun kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU No 31 Th 2004). Jumlah kapal perikanan yang beroperasi di perairan laut Indonesia saat ini mencapai 639.708 ribu unit kapal (BPS 2013). Salah satu pelabuhan perikanan yang aktif beroperasi di Pulau Jawa khususnya Jawa Barat adalah PPN Palabuhanratu. Jumlah kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu sebanyak 966 unit dengan sembilan jenis alat tangkap yang beroperasi, yaitu kapal angkut bagan, payang, jaring rampus, dogol, gillnett, pancing ulur, pancing tonda, longline, purse seine dengan berbagai jenis dimensi baik dalam satu jenis kapal maupun antar jenis kapal (PPN Palabuhanratu 2014). Aktivitas penangkapan yang banyak beroperasi di PPN Palabuhanratu didominasi oleh kapal pancing ulur sebanyak 37,20% (366 unit kapal) diikuti dengan kapal longline sebanyak 19,82% (195 unit). Adapun kapal yang paling sedikit beroperasi adalah kapal transit sebanyak 0,10% dengan kapal yang diketahui beroperasi sebanyak satu unit dan kapal purse seine sebanyak 0,41% (4 unit). Khusus untuk kapal gillnett berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa kapal tersebut sudah tidak beroperasi sejak tahun 2007 karena faktor kelangkaan ikan. Oleh karena itu alat tangkap gillnett dianggap tidak efektif lagi untuk dioperasikan di perairan sekitar PPN Palabuhanratu. Pada Gambar 2 menunjukan diagram presentase komposisi jumlah kapal dari tiap jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu.
7
Longline 19,82%
Km.Angkut Bagan 2.85%
Payang 11.08% Jaring Rampus 7.11%
Purse seine 0,41%
Dogol 3.76%
Gillnet 0.00% Pancing Tonda 17.68%
Transit 0.10% Pancing Ulur 37.20%
Gambar 3 Diagram presentase komposisi kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2014 Berdasarkan diagram diatas alat tangkap pancing ulur merupakan alat tangkap yang paling banyak beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini dikarenakan alat tangkap pancing ulur merupakan alat tangkap tradisional skala kecil, dimana nelayan tradisional merupakan nelayan yang menggunakan kapal penangkap dengan ukuran dibawah 5 GT dan motor tempel. (Hardhani 2007). Ikan layur merupakan hasil tangkapan utama alat pancing ulur, daerah penyebaranya terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia salah satunya yaitu perairan Palabuhanratu (Ditjen Perikanan 1979). Kapal perikanan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu memiliki ukuran yang berbeda-beda tidak hanya pada jenis alat tangkap yang berbeda namun juga pada jenis alat tangkap yang sama. Kapal dengan rata-rata panjang terbesar adalah kapal longline dengan panjang (L) rata-rata sebesar 19,25 meter. Adapun kapal dengan panjang terkecil adalah kapal dogol dan kapal pancing ulur dengan panjang rata-rata 7,75 meter. Lebar (B) rata-rata kapal terbesar adalah kapal longline dengan rata-rata lebar sebesar 5,44 meter. Adapun lebar kapal terkecil adalah kapal pancing ulur dengan rata-rata lebar sebesar 0,85 meter. Dalam (D) kapal terbesar adalah kapal longline dengan rata-rata sebesar 1,9 meter. Adapun kapal terkecil adalah kapal pancing ulur dengan rata-rata dalam sebesar 0,6 meter. Keragaman dimensi kapal tersebut disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.
8 L,B,D(meter)
25 20 15 10 5 0
Km.An Jaring Panci Panci Payan Longli Pursei Transi gkut Ramp Dogol Gillnet ng ng g ne ne t Bagan us Ulur Tonda
rata-rata L
11.3
10.63 11.81
7.75
14.26
7.75
12.55 19.25
13
19
rata-rata B
2.43
1.95
2.45
2.2
3.65
0.85
2.67
5.44
3
3.2
rata-rata D
1
1
1.08
0.9
1.35
0.6
1.19
1.9
1.25
1.9
Gambar 4
Rata-rata L, B, dan D kapal perikanan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu
GT
Berdasarkan panjang kapal rata-rata diketahui bahwa terdapat beberapa kapal yang memiliki kesamaan panjang kapal rata-rata yaitu kapal pancing tonda dan kapal purse seine, kapal dogol dengan kapal pancing ulur, diikuti dengan kapal longline dan transit serta kapal angkut bagan dengan kapal payang yang memiliki ukuran panjang kapal rata-rata yang relatif sama pula. Beragamnya dimensi kapal mempengaruhi keragaman volume kapal atau yang biasa disebut gross tonage (GT) selanjutnya disingkat GT. Kapal transit memiliki GT rata-rata terbesar yaitu sebesar 35 GT dan kapal pancing ulur memiliki GT rata-rata terkecil yaitu sebesar 2 GT. Pada Gambar 5 disajikan grafik GT rata-rata untuk tiap jenis kapal di PPN Palabuhanratu. 40 35 30 25 20 15 10 5 0
30
30
35
18.75 10.4 4
4.33
4
2
6
Jenis Kapal
Gambar 5 Grafik rata-rata GT (Gross Tonnage) kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu berdasarkan jenis kapal Seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas bahwa kapal transit, kapal purse seine dan kapal longline merupakan tiga jenis kapal yang memiliki ukuran GT terbesar. Kapal transit menjadi kapal dengan nilai GT paling besar yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini diduga karena fungsi kapal transit sebagai pengangkut ikan dari kapal yang berada di tengah laut, serta membawa perbekalan baik untuk kebutuhan nelayan maupun kebutuhan kapal seperti oli dan solar sehingga membutuhkan volume ruang penyimpanan yang cukup luas. Lain
9
Jumlah ABK (orang)
hal nya dengan kapal pancing ulur yang memiliki GT terkecil yaitu hanya ukuran rata-rata 2 GT. Hal ini dikarenakan jangkauan trip kapal pancing ulur yang tergolong dekat dengan pelabuhan, beroperasi dari pagi hingga sore hari atau disebut one day fishing .kapal yang biasa digunakan dalam pegoperasian alat tangkap adalah perahu atau kapal tradisional, bisa juga dengan kapal motor tempel (Inizianti 2010). Begitupun dengan kapal dogol dan kapal angkut bagan. Selanjutnya akan dibahas mengenai keberadaan anak buah kapal atau yang selanjutnya disebut ABK yang menjadi salah satu kajian penting. Hal ini dikarenakan kegiatannya diduga berpotensi menimbulkan aktivitas pembuangan yang menyebabkan pencemaran laut. Pada Gambar 6 disajikan grafik jumlah ratarata ABK pada tiap jenis kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. 25
20
20 15
10
10
10
10 5
2
4
4
3
5
6
0
Jenis Kapal
Gambar 6 Grafik jumlah rata-rata ABK ( anak buah kapal) tiap trip yang bekerja di kapal perikanan di PPN Palabuhanratu Unit kapal perikanan dengan jumlah rata-rata ABK terbanyak adalah kapal purse seine dengan jumlah ABK sebanyak 20 orang, sedangkan jumlah rata-rata ABK terkecil dimiliki oleh kapal dogol yaitu sebanyak 2 orang. Berdasarkan ratarata jumlah ABK tiap tripnya pada kapal angkut bagan, kapal payang dan kapal longline terdapat kesamaan yaitu dioperasikan oleh 10 orang ABK. Meskipun ketiga kapal tersebut memiliki rata-rata panjang kapal yang berbeda. Metode penangkapan yang berbeda dari ketiga kapal tersebut diduga menjadi fakor yang mempengaruhi jumlah ABK. Kapal angkut bagan dioperasikan sebagai alat transportasi para nelayan bagan menuju dan kembali ke fishing ground-nya. Kapal payang meskipun memiliki jumlah rata-rata panjang kapal yang lebih kecil dibandingkan dengan kapal longline, namun kapal payang memiliki metode penangkapan yang membutuhkan lebih banyak ABK karena pengoperasian alat tangkap secara manual dengan tangan. Adapun kapal longline yang memilki panjang kapal lebih besar dibandingkan dengan kapal payang, namun metode pengoperasianya lebih modern menggunakan alat bantu untuk memudahkan pengoperasian longline yaitu dengan menggunakan line hauler (DPP-ATLI 2009). Berdasarkan keragaan kapal perikanan yang ada di PPN Palabuhanratu terlihat bahwa beberapa kapal dengan alat tangkap yang berbeda memiliki ratarata dimensi atau panjang yang sama seperti kapal pancing tonda dan kapal purse
10 seine, kapal dogol dengan kapal pancing ulur, diikuti dengan kapal longline dan transit serta kapal angkut bagan dengan kapal payang. Terlihat bahwa jumlah ABK tidak berdasarkan kepada persamaan dimensi atau panjang kapal, melainkan lebih disebebkan oleh metode pengoperasian tiap-tiap jenis alat tangkap. Jenis dan Jumlah Limbah Kapal Perikanan Pencemaran laut berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19/1999, diartikan dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Hukum Laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) memberikan pengertian bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merugikan terhadap sumber daya laut hayati, bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan menurunkan mutu kegunaan dan manfaatnya (Siahaan 1989a). Pencemaran laut didefinisikan sebagai dampak negatif terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosoistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan bahanbahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia (GESAMP 1986). Menurut Alamsyah (1999), pencemaran lingkungan pesisir dan laut dapat diakibatkan oleh limbah buangan kegiatan atau aktivitas di daratan (land-based pollution) maupun kegiatan atau aktivitas di lautan (seabased pollution). Kontaminasi lingkungan laut akibat pencemaran dapat dibagi atas kontaminasi secara fisik dan kimiawi. Penangkapan menjadi salah satu aktivitas di laut yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut baik secara fisik ataupun kimiawi. Limbah penyebab pencemaran laut merupakan sisa hasil produksi atau usaha aktivitas manusia yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai ekonomi serta mencemari lingkungan/menimbulkan dampak negatif. Limbah merupakan sisa usaha dan atau kegiatan (UU No 32 TH 2009). Berdasarkan senyawanya limbah terbagi lagi menjadi dua yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan, biasanya berasal dari makhluk hidup. Adapun limbah anorganik adalah limbah yang sulit atau bahkan tidak dapat diuraikan karena biasanya bukan berasal dari makhluk hidup. Contoh limbah yang mencemari perairan, disajikan pada Gambar 7.
11
Limbah di kolam pelabuhan Limbah di laut lepas Gambar 7 Dokumentasi komposisi limbah organik dan limbah anorganik yang mencemari perairan. Pada kajian ini sampah yang diamati adalah sampah yang berasal dari aktivitas kegiatan nelayan. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa aktivitas nelayan yang memiliki kecenderungan yang berakibat pada pembuangan limbah di kolam pelabuhan adalah aktivitas persiapan keberangkatan, yaitu proses persiapan umpan dengan membuang beberapa bagian ikan yang tidak terpakai seperti insang dan isi perut seperti yang dilakukan oleh nelayan pancing ulur dan proses pemeliharaan kapal seperti kegiatan pergantian oli seperti yang dilakukan oleh hampir semua jenis kapal. Berdasarkan hasil penelitian, jenis limbah yang teridentifikasi dihasilkan dari aktivitas penangkapan ikan, mulai dari proses persiapan, operasi hingga pembongkaran hasil tangkapan. Jenis limbah organik dan limbah anorganik yang teridentifikasi dari hasil aktivitas penangkapan di PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3
Jenis limbah organik dan limbah anorganik yang diidentifikasi menjadi hasil aktivitas penangkapan di PPN Palabuhanratu
No
Limbah organik
No
Limbah anorganik
1
bungkus nasi
1
oli
2
sisa lauk dan sayur
2
plastik bungkus kopi
3
puntung rokok
3
plastik bungkus roti
4
bungkus rokok
4
plastik bungkus mi instan
5
teh celup
5
plastik jajanan
6
karton kemasan teh
6
plastik bungkus gula
7
umpan
7
plastik teh
8
limbah hasil tangkapan
8
karung beras plastik
9
cangkang telur
9
botol plastik
10
kardus mi instant
10
bungkus royco
11
karton wadah telur
11
plastik bungkus garam
12
obat-obatan
12
plastik bungkus biskuit
12 No
Limbah organik
No
Limbah anorganik
13
karton bungkus rokok slof
13
plastik minyak goreng
14
kardus aqua botol
14
plastik detergent
15
karton wadah umpan
15
plastik bungkus rokok
16
Air limbah kotor
16
dirijen minyak
17
plastik kecap
18
plastik bumbu lain
19
plastik kemasan teh
20
kemasan obat-obatan
Tabel diatas menyajikan jenis-jenis limbah berdasarkan senyawa pembentuknya, yaitu organik dan anorganik. Berdasarkan jenis limbah yang disajikan pada Tabel 3, terlihat bahwa limbah yang termasuk organik adalah berupa kertas, sisa bahan makanan, limbah hasil tangkapan dan limbah umpan. Adapun limbah yang termasuk anorganik adalah berupa plastik, kaca dan oli. Komposisi presentase limbah organik dan anorganik yang terindentifikasi sebesar 44,44% untuk limbah organik dan 55,56% untuk limbah anorganik . Limbah berdasarkan wujud benda, dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. Limbah padat termasuk limbah yang tidak larut atau tidak tercampur dengan air. Akan tetapi limbah tersebut akan menjadi sampah yang mengotori badan air. Limbah padat yang teridentifikasi diantaranya adalah botol plastik, karung beras, bungkus royco, bungkus garam, kemasan plastik biskuit, plastik bungkus minyak goreng, kemasan detergent, plastik bungkus rokok, kemasan kecap, plastik aneka bumbu dapur, plastik kemasan teh, kemasan sisa obat obatan, kardus mi instan, karton wadah telur, kardus botol mineral, karton wadah umpan, bungkus nasi, limbah hasil tangkapan, sisa lauk dan sayur, limbah umpan, bungkus rokok, kemasan roti, kemasan mi instan, kemasan kopi, plastik bungkus gula, plastik kemasan teh, dan puntung rokok. Adapun limbah cair merupakan sisa hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP No 18 Tahun 2001) berupa air dan buangan yang tercampur maupun terlarut dalam air. Limbah cair yang teridentifikasi adalah oli dan limbah air palka. Komposisi presentase jenis limbah padat sebesar 94,5%, adapun limbah cair sebesar 5,55% dari total jenis limbah yang ada. Beberapa limbah dapat digolongkan menjadi material pencemar yang berbahaya. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Wahyono (2004) menyatakan bahwa limbah padat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Selanjutnya Trilaksani (2006) menyatakan bahwa sampah organik dapat diolah menjadi bahan bakar bio-diesel. Mengacu pada kedua pernyataan tersebut, maka limbah organik yang dihasilkan dari aktivitas perikanan sebesar 44,44 % per trip memiliki potensi untuk diolah sebagai bahan bakar alternatif. Apabila upaya ini dilakukan, maka keberadaan limbah organik dapat dimanfaatkan bagi kehidupan. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia terkadang bisa membahayakan lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya. Limbah bahan berbahaya dan beracun atau selanjutnya disebut sebagai limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan kelangsungan hidup
13 manusia serta makhluk hidup lainya. Karakteristik limbah B3 diantaranya adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif ( PP no 85 tahun 1999). Limbah berupa oli yang menjadi sisa aktivitas kegiatan nelayan termasuk ke dalam limbah B3 karena sifatnya yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan infeksi pada kulit manusia bahkan kematian pada hewan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan serta penanganan secara khusus bagi limbah B3 yang ditemukan pada sisa kegiatan perikanan sehingga tidak merusak lingkungan maupun makhluk yang tinggal didalamnya. Pembahasan jenis limbah kemudian disajikan berdasarkan senyawa pembentuknya, yaitu organik dan anorganik. Hal ini dikarenakan tujuan akhir dari pengelolaan limbah adalah untuk mengetahui pemanfaatan dan pengelolaan limbah baik limbah organik maupun limbah anorganik. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa unit penangkapan ikan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu ada 9 jenis yaitu kapal angkut bagan, kapal payang, kapal jaring rampus, kapal dogol kapal pancing ulur, kapal pancing tonda, kapal longline, kapal purse seine, dan kapal transit. Pada Tabel 4 tersajikan komposisi limbah organik dan anorganik pada tiap jenis kapal dengan panjang kapal (LoA) yang berbeda untuk melihat kecenderungan komposisi jenis limbah yang dihasilkan. Tabel 4
Komposisi limbah organik dan anorganik pada tiap jenis kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu
No
API
1
kapal angkut bagan
2
payang
3
jaring rampus
4
dogol
5
pancing ulur
6
pancing tonda
7
longline
8 9
purse seine transit
Panjang 10 meter 11 meter 10 meter 11 meter
Organik (kg) 25,8 110,3 26,6 200,4
Anorganik (kg) 2,2 5,5 7 10,3
7 meter 9 meter 11 meter 6,5 meter 7 meter 9 meter 9 meter 11 meter 12 meter 25 meter 14 meter 19 meter 25 meter 13 meter 19 meter
0,9 4,3 8 5,3 8 10,7 5,3 8 1379,9 3019,4 5010,8 12526,4 17571 60,9 18,9903
0,5 0,9 0,5 1,1 3,3 4,9 1,7 2,4 11 61,7 16 25,4 39,1 76,4 75,2649
14 Pada Tabel 4 terlihat bahwa sampah jenis organik terlihat lebih mendominasi jenis sampah yang dihasilkan oleh kapal perikanan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Perbedaannya mencapai 24,5% pada setiap produksi limbah. Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa perbedaan jumlah limbah ditentukan oleh panjang kapal dan jenis kapal itu sendiri. Semakin panjang kapal, maka terlihat bahwa jumlah limbah yang dihasilkan semakin bertambah banyak. Hal ini terlihat pada ke-7 jenis kapal dimana pada tiap jenis kapal yang sama, akan tetapi memiliki panjang kapal yang berbeda, maka limbah yang dihasilkanpun berbeda. Kuat dugaan hal ini disebabkan karena jumlah ABK yang terdapat di dalam kapal pada tiap tripnya. Berdasarkan jenis kapalnya, maka kapal longline, kapal tonda dan kapal purse seine merupakan tiga jenis kapal penghasil limbah terbesar terutama limbah organik. Penyebab kapal longline dan kapal tonda menjadi penghasil terbesar limbah organik diduga disebabkan oleh adanya aktivitas penanganan hasil tangkapan oleh nelayan di atas kapal. Aktivitas nelayan tersebut yaitu pembuangan limbah hasil tangkapan seperti insang dan isi perut sebelum dimasukan kedalam palka. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas ikan (DJPT KKP 2015). Keragaman jenis limbah baik organik maupun anorganik yang ditemukan merupakan hasil pembuangan dari aktivitas penangkapan dan kegiatan ABK kapal perikanan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Setiap kapal dengan unit alat tangkap yang berbeda menghasilkan jenis dan jumlah limbah yang berbeda pula. Pada kapal dogol, payang, dan bagan menghasilkan limbah yang terbilang banyak untuk kapal dengan GT kecil. Hal ini dikarenakan intensitas trip kapal yang dikalikan dengan jumlah ABK. Adapun untuk kapal pancing ulur dan jaring rampus menghasilkan limbah yang lebih sedikit dikarenakan rata-rata ABK yang lebih sedikit dibandingkan tiga kapal sebelumnya. Kapal dengan penghasil limbah organik terbanyak disebabkan oleh aktivitas pengolahan hasil tangkapan diatas kapal seperti pembuangan insang dan isi perut untuk proses pengawetan ikan, seperti pada kapal tonda, longline dan purse seine. Pada Tabel 4 disajikan komposisi jumlah limbah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh tiap jenis kapal penangkapan. Pada Tabel 4 juga menunjukan komposisi limbah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh kapal dengan panjang yang sama namun oleh jenis kapal yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat lima kelompok kapal berdasarkan panjang kapal yang relatif sama, yaitu kelompok kapal dengan panjang kapal (LoA) 7 meter, 9 meter, 10 meter, 11 meter, dan 25 meter. Pengelompokan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat kecenderungan komposisi limbah pada kapal yang berukuran panjang sama akan tetapi jenis alat tangkap yang berbeda. Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa kapal dengan panjang kapal yang sama tidak memproduksi jumlah limbah organik dan organik yang sama. Total produksi limbah yang dihasilkan pada setiap jenis kapal masih didominasi oleh limbah jenis organik. Kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dengan panjang kapal rata-rata sebesar 11 meter, yaitu kapal bagan, kapal jaring rampus, kapal pancing ulur dan kapal payang. Meskipun dengan panjang kapal yang relatif sama namun jika di lihat dari jumlah limbah yang di produksi kapal payang dan kapal bagan memproduksi jumlah limbah yang lebih banyak dibandingkan dengan
15 kapal jaring rampus dan kapal pancing ulur. Hal ini diindikasikan karena jumlah ABK yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan trip di kapal payang dan kapal angkut bagan lebih banyak dibandingkan dengan kapal jaring rampus dan kapal pancing ulur. Banyaknya jumlah ABK yang berpartisipasi dalam kegiatan trip akan berpengaruh pada jumlah limbah yang dihasilkan dikarenakan semakin banyaknya perbekalan yang dibawa dalam setiap trip kapal perikanan. Kapal jaring rampus, kapal pancing ulur, kapal dogol , kapal pancing tinda dan kapal longline dengan jumlah ABK secara berurutan sebanyak dua, tiga, empat, lima, dan sepuluh orang ABK menunjukan bahwa kapal dengan jumlah ABK yang semakin banyak maka jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin besar pula. Kapal payang dengan kapal angkut bagan, kapal dengan ukuran panjang kapal yang sama menghasilkan limbah yang tidak jauh berbeda disetiap tripnya hal ini dikarenakan jumlah ABK yang terlibat dalam setiap trip juga dalam jumlah yang sama yaitu 10 orang ABK. Tabel 5
Komposisi jumlah rata-rata perbulan limbah organik dan anorganik unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu
Jenis alat tangkap
Anorganik (kg)
Jumlah kapal
Organik (kg)
28
408,3
23,1
431,4
Payang Jaring Rampus Dogol Pancing Ulur Pancing Tonda
109 70 37 366 174
681,0
51,8
732,7
17,5
2,8
20,3
32,0
12,6
44,5
39,9
12,1
52,0
11558,3
167,6
11725,9
Longline Purse seine Transit
195 4 1
47634,7
105,9
47740,5
60,9
76, 4
137,3
18,9
75,2
94,1
Km.Angkut Bagan
Total (kg)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukan komposisi jumlah limbah organik dan anorganik yang dihasilkan dari setiap jenis unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kapal longline dan kapal pancing tonda merupakan kelompok unit penangkapan yang menghasilkan jumlah limbah paling banyak. Kapal longline menjadi jenis kapal yang paling banyak memproduksi limbah dibandingkan dengan jenis kapal perikanan yang lainya. Presentase total hasil limbah oleh kapal longline sebesar 20,6% dengan jumlah total limbah sebesar 47.740,5 kilogram limbah. Sementara untukpenghasil limbah organik terbesar adalah kapal longline dengan jumlah limbah total sebesar 47.634,7 kilogram adapun kapal tonda adalah kapal perikanan dengan produksi limbah anorganik paling banyak diantara keseluruhan kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dengan jumlah limbah anorganik sebesar 167,6 kilogram. Secara keseluruhan rata-rata produksi limbah organik dan anorganik oleh aktifitas penangkapan di PPN Palabuhanratu adalah masing-masing sebesar 63.783.321,2 gram/bulan dan 527.453,434 gram/bulan. Diagram presentase jenis
16 limbah yang dihasilkan oleh unit kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada Gambar 8. 1%
organik anorganik
99%
Gambar 8 Diagram presentase hasil rata-rata produksi limbah organik dan limbah anorganik di PPN Palabuhanratu Produksi limbah organik dan anorganik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung program zero waste. Zero waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya proses produksi dapat dihindari terjadinya produksi sampah atau diminimalisir terjadinya sampah (Surbakti 2010). Pemanfaatan limbah baik organik maupun limbah anorganik dapat membantu perekonomian keluarga nelayan. Limbah organik seperti kepala, insang dan isi perut bisa dijadikan pakan ternak (Sutanto 1997) dan pupuk organik. Adapun limbah anorganik dapat didaur ulang sehingga bisa dijadikan benda-benda baru serta produk bernilai keatifitas untuk meningkatkan nilai manfaat. Adanya perbedaan produksi limbah organik dan limbah anorganik oleh aktifitas penangkapan di PPN Palabuhanratu tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan mekanis dan teknis kapal perikanan namun juga sangat dipengaruhi oleh pola tingkah laku nelayan. Pola Tingkah Laku Nelayan Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa nelayan di PPN Palabuhanratu membuang limbah ke laut lepas saat operasi penangkapan ikan berlangsung, ke kolam pelabuhan saat sebelum dan setelah operasi penangkapan ikan berlangsung serta ke tempat sampah yang tersedia di sekitar PPN Palabuhanratu saat setelah dilakukanya operasi penangkapan ikan. Pada Gambar 9 disajikan diagram komposisi presentase lokasi pembuangan limbah yang dilakukan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu.
17 12% 5%
kolam pelabuhan Tempat sampah pelabuhan laut lepas
83%
Gambar 9 Komposisi lokasi pembuangan limbah organik dan anorganik oleh nelayan di PPN Palabuhanratu. Gambar diatas menunjukan bahwa lokasi yang paling sering dijadikan tempat pembuangan sampah oleh nelayan adalah laut lepas yaitu sebesar 83% sedangkan fasilitas tempat sampah pelabuhan menjadi lokasi yang paling sedikit dijadikan tempat pembuangan limbah oleh nelayan yaitu hanya 5%, selebihnya nelayan membuang limbahnya di kolam pelabuhan dengan presentase sebesar 12% meskipun telah ada larangan untuk membuang sampah tidak pada tempat yang telah disediakan (UU No 18 Th 2008 pasal 29). Berdasarkan hasil wawancara perilaku nelayan untuk membuang sampah di laut lepas dan kolam pelabuhan disebabkan oleh kebiasaan nelayan di PPN Palabuhanratu. Kebiasaan untuk membuang sampah tidak pada fasilitas kebersihan yang disediakan ini disebabkan oleh kesadaran nelayan akan pentingnya pengelolaan sampah masih sangat minim. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang terlihat bahwa kondisi tempat sampah di PPN Palabuhanratu kosong, namun demikian sampah masih terlihat berserakan di sekitar wilayah pelabuhan termasuk kolam perlabuhan. Hal ini menunjukan bahwa fasilitas tempat sampah yang disediakan oleh pihak pelabuhan tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh pengunjung pelabuhan. Meskipun pola tingkah laku nelayan di PPN Palabuhanratu mengindikasikan ketidakpahaman terhadap pengendalian pencemaran laut dan pengelolaan sampah, nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki tingkat kepedulian yang cukup tinggi terhadap kebersihan laut. Dari hasil wawancara didapatkan sebesar 5% nelayan di PPN Palabuhanratu mengaku sangat peduli terhadap kebersihan laut, sebesar 73% nelayan mengaku peduli terhadap kebersihan laut, dan sebesar 22 % nelayan mengaku tidak peduli terhadap kebersihan laut. Hal ini menunjukan mayoritas nelayan di PPN Palabuhanratu peduli terhadap kebersihan laut, namun pola tingkah laku nelayan dalam menangani limbah sangat berbanding terbalik. Tingkat kepedulian nelayan yang tinggi terhadap pencemaran laut tidak mengubah pola perilaku nelayan yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. PPN Palabuhanratu memiliki 4 tempat sampah utama, 5 buah tempat sampah ukuran sedang, serta 15 buah tempat sampah berukuran kecil yang letaknya tersebar diseluruh lokasi PPN Palabuhanratu. Tempat sampah utama yang letaknya berdekatan dengan kolam pelabuhan a dan kolam pelabuhan b
18 masing-masing dua buah di tiap kolam pelabuhan. Fasilitas kebersihan tempat sampah di PPN Palabuhanratu disajikan pada Gambar 10.
A. Tempat sampah ukuran besar
C. Tempat sampah ukuran kecil B. Tempat sampah ukuran sedang Gambar 10 Jenis ukuran tempat sampah yang disediakan di PPN Palabuhanratu A (besar), B (sedang), C (kecil) Pembuangan yang dimaksud adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau memasukan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu (UU No 32 Th 2009). Pihak PPN Palabuhanratu sudah mencanangkan gerakan disiplin membuang sampah, hal ini dibuktikan dengan adanya spanduk berisikan slogan atau himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya yang tersebar di beberapa titik wilayah pelabuhan seperti yang ditampilkan pada Lampiran 2. Jumlah tempat sampah yang tersedia di PPN Palabuhanratu sudah dikondisikan untuk memudahkan para nelayan maupun pengunjung PPN untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun baik fasilitas maupun himbauan dalam bentuk spanduk yang disediakan oleh pihak pelabuhan tidak berpengaruh terhadap kebiasaan nelayan untuk membuang sampah sembarangan. Hal ini ditunjukan dari kondisi tempat sampah pelabuhan yang selalu kosong namun
19 sampah berserakan diluar tempat sampah yang sudah disediakan dan banyaknya sampah yang tampak mengapung di kolam pelabuhan. Nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki tingkat pendidikan yang berbeda, diduga tingkat pendidikan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pola tingkah laku nelayan khususnya dalam menangani limbah selama menjalankan aktifitas penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara diduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang nelayan maka semakin baik pola tingkah laku nya dalam menangani limbah. Nelayan di PPN Palabuhanratu yang mayoritasnya merupakan nelayan dengan tingkat pendidikan tidak sampai tamat SD lebih tidak peduli terhadap penanganan dan pengelolaan limbah, hal yang menjadi fokus para nelayan dengan tingkat pendidikan ini hanya kepada kuantitas hasil tangkapan dan tidak meperdulikan dan tidak menyadari akibat ampak negatif dari kebiasaan mereka membuang sampah di laut maupun di kolam pelabuhan. Dibandingkan nelayan dengan tingkat pendidikan SMP (sekolah menangah pertama) nelayan lebih sadar akan bahaya dan konsekuensi membuang sampah di laut meskipun mereka tetap membuang limbah di laut maupun di kolam pelabuhan. Hal ini dikarenakan para nelayan tidak mengatahui solusi terbaik untuk menangani limbah yang mereka hasilkan dari aktivitas penangkapanya. Pada Gambar 11 disajikan diagram komposisi presentase tingkat pendidikan nelayan di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan Gambar 11 didapatkan bahwa tingkat pendidikan nelayan di PPN Palabuhanratu didominasi oleh nelayan dengan tingkat pendidikan tamat sekolah dasar dengan presentase sebesar 48% sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah menengah pertama sebesar 5%. Selaras dengan dugaan awal yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi terhadap pola tingkahlaku nelayan dalam menangani sampah. Oleh karena itu tidak mengherankan para nelayan di PPN Palabuhanratu masih memiliki kebiasaan yang buruk dalam menangani limbah. 10% 5% 37%
Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMP Tamat SMP
48%
Gambar 11 Diagram komposisi presentase tingkat pendidikan nelayan di PPN Palabuhanratu Permasalahan minimnya pendidikan nelayan di PPN Palabuhanratu sesungguhnya bisa diatasi dengan pendidikan khusus, informasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan sudah seharusnya didapatkan oleh setiap orang (UU No 18 Th 2008 pasal 11) untuk memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
20 Berdasarkan hasil wawancara di lapan didapatkan bahwa hanya 2% dari total responden nelayan yang mendapatkan penyuluhan dari pihak pelabuhan, sedangkan 98% responden yang lain mengaku tidak pernah mendapatkan penyuluhan oleh organisasi atau instansi manapun. Pada Gambar 11 disajikan komposisi presentase penyuluhan yang didapatkan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu 2%
mendapat penyuluhan tidak mendapat penyuluhan
98%
Gambar 12
Presentase penyuluhan Palabuhanratu
yang
didapatkan
nelayan
di
PPN
Nelayan yang menjadi bagian dari unit penangkapan ikan memiliki pengaruh yang penting dalam penanganan dan pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas penangkapan. Sebagai pelaksana kegiatan penangkapan di laut, pola tingkah laku nelayan dapat menentukan seberapa besar kontribusi perikanan tangkap terhadap polusi yang terjadi di laut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
2. 3.
4.
Teridentifikasi komposisi limbah yang dihasilkan oleh unit kapal perikanan di PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat didominasi oleh limbah jenis organik dengan total 79422,7 kilogram rata-rata perbulan. Komposisi jumlah limbah terbanyak dihasilkan oleh kapal dengan ukuran terpanjang pada kapal dengan unit alat tangkap yang sama. Kapal longline menjadi penghasil terbesar limbah baik organik maupun anorganik dengan jumlah limbah organik sebesar 47634,7 kilogram rata-rata perbulan dan limbah anorganik sebesar 105,9 kilogram rata-rata perbulan Teridentifikasi bahwa pola tingkah laku nelayan di PPN Palabuhanratu didominasi oleh kebiasaan untuk membuang limbah tidak pada tempatnya.
21 Saran Perlunya dilakukan penyuluhan yang kontinyu terhadap nelayan dan pelaku perikanan di PPN Palabuhanratu untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan pencemaran laut dan pengelolaan limbah. Untuk kepentingan kajian selanjutnya tentang limbah dari aktivitas kapal perikanan, perlu dilakukan kajian lanjutan yang lebih detail pada perikanan yang menghasilkan limbah terbanyak. Selain itu, perlu juga dilakukan kajian terhadap potensi limbah yang dapat dimanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA Alsa, A. (2004). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Tuna Longline Indonesia ( DPP-ATLI). 2009. Tuna Long Line. [Internet]. [diunduh 2015 Juli 2]; Tersedia pada http://atlibali.com/?Tuna_Longline. Djarwanto dan Subagyo, P. 1998.Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. GESAMP (IMO/FAO/UNESCO-IOC/WMO/WHO/IAEA/UN/UNEP Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental Protection). 1986. Environmental Capacity: an Approach to Marine Pollution Prevention. Rome, Italy. Rep. Stud. GESAMP No. 30. 49 pp. Inizianti, R. L. Analisis Spasial Daerah Penangkapan Ikan Kapal PSP 01 Di Perairan Selatan Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kuncowati. 2010. Pengaruh pencemaran minyak di laut terhadap ekosistem laut. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhan. 1(1) Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2008 pasal 11 Tentang : “Pengelolaan Sampah” Peraturan Pemerintah No 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut Peraturan Pemerintah No 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2008 pasal 29 Tentang : “Pengelolaan Sampah” Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintan No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran PPN Palabuhanratu. 2014. Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2013. Sukabumi: PPN Palabuhanratu Pramudianto, Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan ITB.
22 Sampah Laut. 2010. [Internet]. [diunduh 15 September 2015]; Tersedia pada http://blog.act.id/wp-content/ Sjafei A. Studi Mengenai Karakteristik dan Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil Perikanan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Sudrajat, 2006. Mengelola Sampah Kota.Jakarta: Penebar Swadaya. Supramono dan Sugiarto. 1993. Statistika. Yogyakarta: Andi Offset. Surbakri, Sriliani. 2010. Potensi pengelolaan sampah menuju zero waste yang berbasis masyarakat di kecamatan Kedungkandang kota Malang. [Tesis]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November Susanto, Rachman. 2002. Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan pengembangannya. Yogyakarta: Kansius Trilaksani W, Ella S, Muhammad N. 2006. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna (Thunnus sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode hidrolisis protein. Buletin Teknologi Hasil Perairan Volume 9 Nomor 2. UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Wahyono S. 2004. Penerapan teknologi untuk pengelolaan limbah padat di Singapura. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT.5(1):63-68
LAMPIRAN
24 Lampiran 1 Tabel Pengambilan Sample No 1
Jenis alat tangkap Km Angkut Bagan
2
Jr. Rampus
3
Pc.Ulur
4
Payang
5
dogol
6
Gillnett
7
Pc. Tonda
8
Purse seine
9
Longline
Panjang 10,00 11,5 12,5 total 5 9 11 15,4 18,65 total 4 7 9 11 total 10 11 total 6,5 9 total 10,5 16 17,2 total 9,00-10,75 10,76-12,50 12,51-14,25 14,26-16,01 total 13 total 12,80-16,02 16,03-19,24 19,25-22,46 22,47-25,69 total TOTAL
Jumlah
Sample 6 19 3 28 27 34 6 2 1 70 2 7 279 81 369 50 56 106 28 3 31 2 2 3 7 3 98 57 8 166 4 4 67 89 23 6 185 966
2 3 1 6 3 3 2 1 1 10 1 3 3 3 10 3 3 6 3 1 4 1 1 1 3 1 3 3 3 10 2 2 3 3 3 2 11 62
25 Lampiran 2 Spanduk himbauan untuk menjaga kebersihan (PPN Palabuhanratu 2015)
26 Lampiran 3 Limbah organik dan limbah anorganik yang nampak di kolam pelabuhan PPN Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu 2015)
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 September 1993 dari pasangan Bapak H. Irwan Simatupang dan Hj. Endah Farida Kosim. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SD Plus Putradarma. Lalu pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah pertamanya di SMP Plus Putradarma sebelumnya. Tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Tambun Selatan. Selanjutnya di tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SMNPTN Undangan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode 2012-2013 sebagai staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Profesi dan periode 2013-2014 sebagai sekretaris Departemen Penelitian dan Pengembangan Profesi. Selama masa perkuliahan Penulis menjadi assisten di beberapa mata kuliah antara lain mata kuliah Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan pada tahun 2013 dan, assisten mata kuliah Kapal Perikanan pada tahun 2014.