DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013
DAFTAR ISI I. KINERJA INDUSTRI AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS YANG AKAN MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO PADA TAHUN 2013 IV. UPAYA-UPAYA YANG SUDAH DAN AKAN DILAKUKAN V. HASIL YANG SUDAH DICAPAI DALAM PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI AGRO
VI. PENUTUP
I. KINERJA INDUSTRI AGRO TAHUN 2012 1. Pertumbuhan Industri Agro Tahun 2009 – 2012 ( %)
Tahun CABANG INDUSTRI 2009
2010
2011
2012
Makanan, Minuman dan Tembakau
11,22
2,78
9,19
7,74
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
-1,38
-3,47
0,35
-2,78
Kertas dan Barang Cetakan
6,34
1,67
1,50
-5,26
Sumber : BPS dan Pusdatin (diolah)
3
2. Kontribusi Industri Agro Pada PDB Sektor Industri Non Migas Pada Tahun 2011 dan Tahun 2012
• • •
Ind. Mamintem 35,2% Ind. Brg Kayu & Hasil Hutan Lainnya 5,44% Ind. Kertas & Barang Cetakan 4,47%
• • •
Ind. Mamintem 36,33% Ind. Brg Kayu & Hasil Hutan Lainnya 4,99% Ind. Kertas & Barang Cetakan 3,89%
Sumber : BPS dan Pusdatin (diolah) 4
3. Kinerja Ekspor Industri Agro
(Nilai : US$ Juta)
CABANG INDUSTRI Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Industri Minuman dan Tembakau Industri Agro
2009 27.890,54 3.365,91 496,19 31.752,64
Tahun 2010 2011 2012 (Nov) 17.654,69 22.826,66 16.516,26 8.826,94 13.122,29 21.166,24 699,13 838,58 1.442,38 27.180,76 36.787,53 39.124,88
Sumber : BPS dan Pusdatin (diolah)
5
II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO Bangun Industri Nasional
INDUSTRI ALAT ANGKUT
INDUSTRI AGRO*
PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL
INDUSTRI TELEMATIKA
INDUSTRI BARANG MODAL
INDUSTRI KOMPONEN (BASIS UKM)
SDA TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA
TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL
SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT
INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN
BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH DAYA KREATIF
6
Kebijakan Pengembangan Industri Agro ...
Perpres No. 28 Tahun 2008 “Kebijakan Industri Nasional” (Industri Agro merupakan Salah Satu Industri Andalan Masa Depan) Strategi : Hilirisasi dan Diversifikasi Fokus : Kebijakan Fiskal dan Penyediaan Infrastruktur (termasuk Listrik dan Gas Bumi) Jangka Panjang : - Peningkatan R & D dan SDM - Pengembangan Mesin Pengolahan FOKUS
TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN
INDUSTRI KAKAO INDUSTRI BUAH INDUSTRI KELAPA
12 Klaster Industri Agro
MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI AGRO
KLASTER INDUSTRI KELAPA SAWIT INDUSTRI FURNITURE INDUSTRI KARET
INDUSTRI TEMBAKAU
INDUSTRI PULP KERTAS
INDUSTRI KOPI
INDUSTRI HASIL LAUT
INDUSTRI GULA
INDUSTRI OLAHAN SUSU
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER
7
SISTEM AGROBUSINESS – AGROINDUSTRY
* Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya
8
III. ISU-ISU STRATEGIS YANG AKAN MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO 1. Masih adanya permasalahan klasik yang hingga kini belum tuntas, seperti terbatasnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik dan gas bumi) yang berdampak pada biaya logistik dan distribusi, serta akses terhadap bahan baku. 2. Terganggunya suplai dan meningkatnya harga komoditas pangan dunia akibat dampak cuaca ekstrim dunia. Sementara itu, sebagian besar bahan baku industri agro masih tergantung impor, seperti gandum, gula, kedelai, daging dan susu. Kenaikan harga bahan baku tersebut, tidak mudah untuk diteruskan kepada konsumen, mengingat daya beli konsumen belum mendukung. 3. Dampak resesi global yang masih berlanjut (masalah restrukturisasi utang dan krisis perbankan Eropa), berakibat melambatnya daya beli konsumen dan penurunan permintaan produk agroindustri di luar negeri. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan industri yang berorientasi ekspor seperti furniture, kertas dan barang cetakan, yang mengalami pertumbuhan negatif. 4. Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan halal dikonsumsi. 9
Faktor yang berpengaruh (lanjutan ...........)
5. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah. 6. Permasalahan perburuhan (UMP, demo), dan kenaikan biaya energi (listrik, gas) : Industri Agro merupakan industri padat karya yang terkena dampak kenaikan UMP 2013, terutama pada industri makanan, minuman & tembakau, dan industri furniture. Kelompok industri tersebut menyerap tenaga kerja sebesar 1,9 juta orang atau 13% dari total tenaga kerja sektor industri. Porsi rata-rata upah tenaga kerja pada struktur biaya produksi industri makanan, minuman dan tembakau serta industri furniture adalah sebesar 30%. Dengan asumsi kenaikan UMP yang cukup besar untuk sektor industri, maka terjadi kenaikan biaya produksi pada industri tersebut diperkirakan antara 10%-15%. Angka tersebut cukup signifikan mempengaruhi perkembangan industri padat karya tersebut. 10
Faktor yang berpengaruh (lanjutan ...........)
7. Adanya kampanye negatif oleh NGO asing terhadap produk turunan minyak sawit dan pulp kertas di Eropa dan Amerika Serikat. 8. Ketergantungan terhadap mesin/ peralatan dari impor, meningkatkan biaya inventory peralatan (spare part) dari impor.
sehingga
9. Adanya hambatan non tarif barrier di beberapa negara tujuan eksor antara lain sertifikasi eko label. 10. Semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan alam sebagai akibat dari tidak dilakukannya reboisasi secara optimal serta adanya konversi lahan hutan alam menjadi perkebunan dan pertambangan.
11
IV. UPAYA-UPAYA YANG SUDAH DAN AKAN DILAKUKAN 1. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir agro (hilirisasi agro), melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk investasi di bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu, serta disinsentif (seperti BK Kakao dan CPO, dan larangan ekspor bahan baku rotan). 2. Mengurangi beban biaya logistik dan distribusi, dengan berpartisipasi aktif mengusulkan perbaikan infrastruktur (seperti pelabuhan dan jalan) dan efisiensi pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi). 3. Mengurangi ketergantungan impor dan kurangnya bahan baku industri agro, dengan fasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait (sektor on farm) untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi on farm, mendorong pengintegrasian antara hulu dengan hilirnya, pembatasan ekspor produk primer, serta diversifikasi penggunaan bahan baku alternatif produk agro. 4. Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor, melalui pameran/promosi; 12
Upaya yang sudah dan akan dilakukan (lanjutan ...........) 5. Meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan pelatihan/workshop cara produksi yang baik, HACCP serta meningkatkan jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib. Di samping itu, melakukan lomba desain untuk produk furniture; 6. Meningkatkan produktivitas SDM dan R & D industri agro, baik di bidang teknologi proses, produk dan manajemen, untuk efisiensi dan peningkatan daya saing industri agro. 7. Untuk mencegah masuknya produk ilegal makanan dan minuman, diusulkan agar impor produk mamin wajib melalui jalur merah, mengefektifkan pengawasan early warning dan peningkatan pengawasan barang beredar. 8. Untuk mengantisipasi adanya hambaran non tarif barrier (sertifikasi eko label), industri pengolahan kayu perlu didorong untuk penerapan Standar Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). 13
V. HASIL YANG SUDAH DICAPAI DALAM PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI AGRO
a. Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit Utilisasi kapasitas produksi industri minyak goreng dalam negeri meningkat dari semula hanya 45% pada tahun 2010 menjadi lebih dari 70% pada tahun 2012. Terjadi pergeseran trend ekspor yang semula didominasi oleh produk hulu (minyak sawit mentah/CPO dan CPKO) menjadi produk hilir (oleofood dan oleochemical). Persentase volume ekspor produk hulu dan produk hilir dalam kurun waktu tahun 2007 – 2012 sebagai berikut: No
Uraian
2007
Persentase Volume Ekspor (%) 2008 2009 2010 2011
2012 *)
1 Produk Hulu (CPO dan CPKO)
51,54
57,80
59,54
60,35
53,28
37,93
2 Produk Turunan CPO (Oleofood dan Oleochemical)
48,46
42,20
40,46
39,65
46,72
62,07
3 Total
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Masuknya investasi lebih dari 18 Triliun Rupiah di sektor industri pengolahan minyak sawit (termasuk dalam KBLI 10432, 10490, 10412, 20115).
14
b. Pengembangan Industri Hilir Kakao Beroperasinya kembali 5 pabrik industri pengolahan kakao yang sebelumnya tidak beroperasi dengan kapasitas produksi 202 ribu ton per tahun. Adanya perluasan kapasitas produksi 8 pabrik dari 188.875 ton menjadi 281.950 ton per tahun (+ 49,3%). Adanya investasi baru yaitu PT. Asia Cocoa Indonesia dengan kapasitas 120 ribu ton per tahun.
15
c. Revitalisasi Industri Gula Hasil program revitalisasi industri gula adalah meningkatkan kapasitas giling, peningkatan produksi, peningkatan mutu gula dengan penurunan icumsa, peningkatan rendemen, dan peningkatan overall recovery. Data hasil program revitalisasi industri gula adalah sebagai berikut : No.
Uraian
2010
2011
2012
1
Kapasitas Giling (Ton)
131.000
142.000
147.000
2
Produksi (Ton)
991.000
1.140.000
1.360.000
3
Mutu Gula/Icumsa (IU)
175
165
165
4
Rendemen (%)
5,99
7,03
8,48
5
Overall Recovery
74,83
78,02
78,79
16
VI. PENUTUP 1. Pertumbuhan industri agro yang sebagian besar merupakan produk “consumer goods” diprediksikan akan tetap baik dan masih menjadi andalan sektor industri pengolahan non migas, didukung oleh kuatnya permintaan di dalam negeri yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya konsumen kelas menengah di dalam negeri. 2. Namun dengan semakin besar dan terbukanya pasar di dalam negeri juga menjadi daya tarik dan menimbulkan ancaman masuknya produk agroindustri dari negara lain, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang serius dalam meningkatkan daya saing produk agroindustri, dengan mengatasi permasalahan-permasalahan seperti infrastruktur, kompetensi dan produktivitas tenaga kerja disertai tuntutan kenaikan upah, iklim investasi dan teknologi, serta kondisi kelembagaan birokrasi.
17