HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS AGRO
Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 Jakarta, 16-17 Februari 2016
OUTLINE I. PENDAHULUAN II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI II.C. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO II.D. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT II.E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1.
Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2014 sebagai berikut :
CPO & CPKO (31 juta ton)
Lada
Pulp
Kertas
(88 ribu ton)
(6,2 juta ton)
(10,9 juta ton)
No.1 di Dunia
No.3 Di Dunia
No.9 di Dunia
No. 6 di Dunia
Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia
Rotan (143 ribu Ton) No.1 Di Dunia
Kakao (450 ribu ton)
Rumput Laut (Kering)
Kelapa
Kopi
Ikan dan Udang
Teh
Ubi Kayu
(237 Ribu ton)
(3,3 Juta Ton)
(738 Ribu Ton)
(10,5 Juta Ton)
(147,7 ribu Ton)
No.3 di Dunia
No.1 di Dunia
No. 1 Di Dunia
No. 4 di Dunia
No. 2 di Dunia
No.7 di Dunia
(24 Juta Ton)
2.
Di samping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:
Jagung (16,72 Juta Ton) Impor (3,2 Juta Ton)
Kedelai (2,67 juta Ton) Impor (2,16 Juta Ton)
Kertas Bekas (6,5 Juta Ton) Impor (3,5 Juta Ton)
Daging (594 ribu Ton) Impor (69 ribu Ton)
Gula (5,88 Juta Ton) Impor (2,86 Juta Ton)
Beras (30,13 juta Ton) Impor (537 ribu Ton) 4 4
B. LINGKUP BINAAN DJIA Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan atau Bambu Panel Kayu lainnya Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu Moulding dan Komponen Bahan Bangunan Peti Kemas dari Kayu Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu Bubur Kertas (Pulp) , Kertas Budaya , Kertas Berharga Kertas Khusus , Kertas Industri, Kertas Tissue Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi lainnya
Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Majalah
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Biskuit Daging dalam kaleng Tepung kelapa (desiccated coconut) Pengolahan ikan dan udang beku Ikan dalam kaleng Kecap dan saos lainnya, kerupuk udang Margarine, mete olahan Mie instan Minyak goreng kelapa/minyak kelapa Minyak goreng lain dari minyak nabati Minyak goreng sawit Monosodium glutamat (MSG) Olahan rumput laut (agar-agar) Pakan ternak/ikan Pengolahan dan Pengawetan Biota Air lainnya
Percetakan, Jasa Penunjang Percetakan
Pengolahan rumput laut
Pengasapan Karet, Remiling Karet
Makanan ringan (snack food) Minyak Makan dan Lemak Nabati & Hewani lainnya Gelatin, Tepung Beras dan Tepung Jagung Pati Beras dan Jagung Tepung ikan, tepung tapioka Tepung terigu, makaroni dan sejenisnya Gula pasir, gula pasir (gula kristal rafinasi) Kembang gula, gula lainnya
Karet Remah (Crumb Rubber) Biodiesel, Bio Ethanol Bahan Kimia Organik Lainnya dari Hasil Pertanian
Hilir Kelapa Sawit
Industri Minuman,Tembakau dan Bahan Penyegar Pengolahan Buah-buahan dan Sayuran Pengolahan Produk dari Susu Pengolahan Es Krim dan sejenisnya Pengolahan Kopi, Pengolahan Teh Pengolahan Herbal, Sirop Air Minuman dan Air mineral Minuman keras, Minuman Anggur (wine) Minuman ringan Pengolahan Tembakau, Rokok Kretek Rokok Putih Bumbu Rokok dan kelengkapan Rokok lainnya Saccharin dan Natrium Siklamat Kakao dan coklat olahan
5
C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO 2011
2012
2013
2014*)
2015**)
Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2010
7,42
7,20
3,27
8,29
5,82
Kontribusi Terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas (%)
44,99
44,77
43,72
44,77
45,42
Nilai Ekspor (US$ Miliar)
39,85
40,34
38,87
42,60
39,15
Nilai Impor (US$ Miliar)
10,50
13,50
13,5
13,94
11,95
Nilai Investasi PMDN (IDR Triliun) PMA (US$ Miliar)
17,75 1,41
18,78 3,17
22,32 3,33
24,2 3,91
32,25 2,27
Indikator
“Peran sektor industri agro terhadap industri non-migas sebesar 45,42 % pada tahun 2015 disumbangkan oleh industri makanan dan minuman sebesar 30,84%, industri pengolahan tembakau 5,19 %, industri hasil hutan dan perkebunan***) 9,39 %.” Sumber : BPS dan BKPM diolah Ditjen Ind. Agro Cat. : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri dari Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; dan industri furnitur.
6 6
D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO a. Industri Pengolahan Ikan dan Hasil Laut
b. Industri Bahan Penyegar. c. Industri Pengolahan Minyak Nabati. d. Industri Pengolahan BuahBuahan dan Sayuran. e. Industri Tepung. f. Industri gula berbasis tebu.
Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu
a. b. c. d. e.
Industri Oleofood. Industri Oleokimia. Industri Kemurgi. Industri Pakan. Industri Barang dari Kayu. f. Industri Pulp dan Kertas.
“Industri Prioritas berbasis Agro diarahkan pada hilirisasi Industri Hulu Agro, Industri Pangan dan Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu.”
7 7
E. SASARAN STRATEGIS DAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
SASARAN STRATEGIS 1. Meningkatnya Populasi Industri berbasis Agro; 2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktifitas Industri Agro.
STRATEGI
HILIRISASI INDUSTRI Fokus Pembangunan Hilirisasi: KELAPA SAWIT RUMPUT LAUT KAKAO
Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong pengembangan industri hilir yang menggunakan bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI
TUJUAN
2. MENUMBUHKAN POPULASI INDUSTRI
3. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA 4. MENCIPTAKAN PELUANG USAHA
8
II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO A. B. C. D. E.
Industri Berbasis Minyak Sawit Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Rumput Laut Pengawasan dan Pengendalian Industri Minuman Beralkohol 9 9
II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT Struktur Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Yield CPO
BUMN PTPN ( 800.000 Juta Ha)
Luas Area Perkebunan Indonesia 189 Juta ha
Yield CPO 2-3 Ton/ ha/ Tahun
3-4 Ton/ ha/Year
8%
Petani Mandiri
3.1 Juta
Luas Area Kelapa Sawit ~ 10.55 Juta ha ~ 5.8%
Ha
Petani Rakyat
(4.6 Juta ha)
43 % Swasta Nasional ( 5,1 Juta ha)
Petani Plasma 1.5 Juta Ha
Yield CPO 5-6 Ton/ ha/tahun
49 % Perolehan CPO 5 – 6 Ton/ha/tahun
Sumber Data : GIMNI 2015, menyadur Data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian 10 10
Pohon Industri Minyak Sawit MINYAK KELAPA SAWIT Minyak Inti Sawit (PKO)
Minyak Sawit Kasar (CPO)
Olein
Minyak Goreng
Margarine
Asam Amino
Shortening
PFAD
Metil Ester
Toco pherol
Beta Karoten
Fat Powder
Cocoa Butter Substitute (CBS)
Fatty Acid/ Asam Lemak
Margarin
Minyak Salad Surfaktan Methyl Ester Sulfonat
Biodiesel
Fatty Alcohol
Stearin
Gliserol
Shortening
Confectionaries dan Eskrim
Sabun Batangan
Vegetable Ghee Cocoa Butter Substitute (CBS)
Cocoa Butter Substitute (CBS)
Soap Chip
Glycerol Mono Oleat Bahan Dasar Kosmetika
Lipase Protein Sel Tunggal
Detergen Metalic Salt : Ester Asam Lemak :
Oleat/Ba
Palmitat/Propand Stearat Sulfonat
Palmitat Stearat/ Ca, Zn
Oleat/Glycol Propylene Glycol
Stearat/ Al, Li
Stearat/Ca, Mg
Oleat/ Zn, Pb
Keterangan Warna
Polyethoxylated Derivates : Palmitat/Ethylene Propylene Oxide Stearat/Ethylene Propylene Oxide Oleic Acid Dimer Ethylene Propylene Oxide
Fatty Amines : Secondary C16 & C18 / Ethoxylated
Oxygenated Fatty Acid/Ester:
Processed Fatty Alkohol
Epoxy Stearic/ Octanol Ester
C16&C18 Alcohol/ Sulphated
Epthio Stearin Mono & Polyhydric Alcohol Ester
C16&C18 Alcohol/ Esterified C16&C19 Alcohol/ Ethoxylation Monogliserida Ethoxylation
Betain C16 & C18 / Ethoxylated
Sudah diproduksi di Indonesia
Target Diverisifkasi Produk Jangka Menengah (hingga 2014)
Belum diproduksi di Indonesia
Target Diverisifkasi Produk Jangka Panjang (2014 - 2025)
Fatty Acids Amides
Food Emulsifier
Stearamide Alkanolamides Sulphated Alcanolamide of Palmitat, Stearic & Oleic Acids Oleamide
11
Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Fatty Acid Dan Fatty Alcohol
“Semakin hilir, nilai tambah semakin besar, peluang mendapatkan profit gain sangat tinggi.”
12
12 12
Tahapan Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
Short Term (2011 – 2015) Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi Fokus produk: minyak goreng, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta Biodiesel
Medium Term (2016 – 2020) Fokus pada produk hilir Long Term (2020 – 2050) dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi Fokus pada produk canggih kecukupan nutrisi masyarakat turunan minyak sawit sebagai Indonesia. substitusi produk sejenis yang Fokus produk : Betacarotene tidak terbarukan (non renewable, green product) Tocopherol, Tocotrienol, Protein sel tunggal, Personal Contoh produk: Bio asphalt, care Bio surfactant, Biopolymer, Bio jet fuel, Bio lube.
13
13 13
Prasyarat (pre-requisite) Keberhasilan Program Hilirisasi Industri Sawit
Infrastruktur Industri/ Kawasan Industri yang memadai (port, energy, land, natural gas, etc) Iklim Usaha Industri yang Kondusif (legal, lisence, security, soft-facility)
Insentif Fiskal Insentif Fiskal dan Disinsentif Fiskal Penyediaan Teknologi, SDM Unggul , Permesinan Industri dalam Kualitas dan Kuantitas yang Memadai
1. Tax Holiday 2. Tax Allowance
3. Free Import Duty for Machineries
Disinsentif Fiskal Export tax for Palm Oil Upstream and Intermediate Product
14
14 14
Mapping of Location Potential for POGEZ Development
15
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Simalungun Sumatera Utara b. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Pelintung-Dumai Provinsi Riau c. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Bontang
16
II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI Sektor On-Farm Lampung :
EKSPOR Biji Kopi Nasional
Ekspor Biji Kopi Lampung 222.441 Ton
• Jumlah : 378 Ribu Ton • Nilai (US$ Ribu): >1.002.367
EKSPOR Kopi Olahan Nasional • Jumlah : 99.556 Ton • Nilai (US$ Ribu): 332.241
PRODUKSI
Produksi Biji Kopi (Ribu Ton) Sumatera Selatan : 144 Lampung : 131 Sumatera Utara : 59 Bengkulu : 56 Aceh : 54 dll
Sektor Industri
PRODUKSI Biji Kopi Nasional • Jumlah : 685 Ribu Ton • Luas Lahan : 1,2 Juta Ha • 96% Perkebunan Rakyat
Kopi Olahan Nasional •Jumlah Unit Usaha : 90 perusahaan besar dan sedang •Produksi : 222.905 Ton •Nilai (Rp Juta): 9.408.560 •Tenaga Kerja : 21.556 orang •Konsumsi perkapita/tahun : 1,1 Kg
IMPOR
IMPOR
Biji Kopi Nasional
Produk Kopi Olahan Nasional
• Jumlah : 21,3 Ribu Ton • Nilai (US$ Ribu) : 46.701
Konsumsi Kopi Nasional (Ribu ton) Produk industri : 138 Produk IKM dan retail : ±125
Lampung : PT Nestle Indonesia, Panjang Factory di Lampung, Kapasitas Produksi 21.000 Ton/Tahun, Realisasi Produksi 9.155 Ton/Tahun
Lebih dari 130 Perusahaan kecilmenengah
• Jumlah : 15.307 Ton • Nilai (US$ Ribu) : 102.712 17 17
Peta Indikasi Geografis “Sudah terdaftar 11 indikasi geografis untuk kopi.”
18 18
Pohon Industri Pengolahan Kopi
19
19 19
II.c. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro
20
POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Bahan Mentah
Produk Setengah Jadi (Intermediate Goods)
Produk Hilir Berbasis Kakao
Essence (Flavour) Cake
Biji
Powder
Malt Extract Minuman Cokelat
Liqour
Cokelat Kembang Gula Butter/ Fat
kakao
Oleo Chemical Es Krim Fatty Acid
Pupuk
Kosmetika
Single Cell Protein Tannin Shell , Pulp , Pod
Pektin Bahan Bakar Alkohol Plastik Filler Jelly
21 21
POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO POTENSI PNGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA
IKM COKLAT PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO ADA SOLUSI
SUDAH ADA 10 CALON TECKNOPARK COKLAT
JIKA SETIAP TECKNOPARK MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK CONFECTIONERY COKLAT
INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS) COKLAT ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT INI ADA SOLUSI
SUDAH ADA 20 IBS PENGHASIL BAHAN SETENGAH JADI COKLAT JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM USAHA KONDUSIV AKAN MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR KAKAO MISALNYA 20 PRODUK CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN BAKU KOSMETIK DAN FARMASI 22
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Sumbar Sulteng
Sulbar Sultra Jabar Banten
Sulsel
23
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan konsep pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao yang telah ada akan diarahkan untuk menjadi “Techno Park Hilirisasi Pembangunan Industri Pengolahan Kakao”. Adapun hasil inventarisasi terdapat 10 Techno Park yaitu : 1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul,
2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh, 3.Techno Park Rumah Cokelat – Palu, 4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat – Univ. Haluoleo Kendari, 5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS 6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim 7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang 8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali 9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta 10. Techno Park BT Chocolate Academy (makanan dan minuman cokelat), Tangerang
24 24
II.d. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT Rumput Laut Gracilaria sp Agarophyte
Alkali Treated Gracilaria (Chip)
Agar
Gelidium sp Agarophyte Eucheuma sp Carrageenophyte
Alkali Treated Eucheuma (SC,SRC,RC)
Karaginan
Sargassum sp Alginophyte Turbinaria sp Alginophyte
Alginat
Farmasi, kosmetik, makanan, Pet food, kultur jaringan, cetakan gigi
Dairy, minuman, dressing, saus, makanan diet, pet food, farmasi Dairy, roti, saus, tekstil, kosmetik, minuman, farmasi
25
KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT No.
URAIAN
1.
Jumlah Investasi
2.
Jumlah Perusahaan :
3.
4.
5. 6.
2013
2014
120
130
130
unit
22
22
23
25
25
a. Karaginan
unit
14
14
15
16
16
b. Agar
unit
8
8
8
9
9
Kapasitas Terpasang
ton
19.938
20.883
21.874
22.912
24.000
a. Karaginan
ton
14.809
15.549
16.327
17.143
18.000
b. Agar
ton
5.129
5.334
5.547
5.769
6.000
Produksi :
ton
12.436
13.033
13.658
14.314
15.000
a. Karaginan
ton
9.872
10.366
10.884
11.429
12.000
b. Agar
ton
2.564
2.667
2.774
2.885
3.000
Konsumsi Ekspor
ton
11.786,32
12.174,30
8.793,36
9.217,16
10.826,84
10.693,16
12.627,49
12.861,06
13.084,36
11.910,74
Berat (Ton)
1.720,69
1.872,76
1.291,60
1.055,93
774,40
Nilai (Ribu USD)
8.743,82
12.127,10
30.905,21
33.988,56
31.797,70
936,65
1.210,62
4.439,85
4.757,21
3.884,38
3.305,46
3.742,55
964,24
1.009,41
707,07
750,16
903,86
714,04
381,89
133,25
7.928,38
8.926,59
3.235,51
4.931,25
4.513,09
Nilai (Ribu USD)
Berat (Ton)
Impor
Agar Karagenan
8.
2011 114
Karagenan
juta USD
2010
Tahun 2012
114
Agar
7.
SATUAN
Nilai (Ribu USD) Berat (Ton) Nilai (Ribu USD)
Berat (Ton) 1.257,50 Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
1.320,82 2.860
242,77 2.960
334,41 3.100
352,37 3.100 26
SEBARAN RUMPUT LAUT INDONESIA
27
PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN
Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui : 1. Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG) Lokasi
: Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel
Kapasitas
: 6.000 Ton per tahun
Jenis Produk
: Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan)
Tenaga Kerja
: Pabrik Pendukung
Nilai Investasi
:
50 orang
: 2.100 orang (on farm)
: Rp. 30 Milyar
2. Pengelola
: KOSPERMINDO Sulawesi Selatan
3. Offtaker
: PT. AGARINDO BOGATAMA
28 28
PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)
MANFAAT 1. Dampak Ekonomi Wilayah • Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha. • Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang. • Membangkitkan ekonomi daerah. • Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik dan produk makanan lainnya.
• Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta per tahun. • Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.
29 29
PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)
MANFAAT 2. Aspek Sosial • Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan rumput laut. • Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke formal (pertanian ke industri) • Peningkatan infrastruktur di daerah 3. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional • Meningkatkan daya saing industri agar-agar
• Meningkatkan ekspor produk agar-agar
30 30
II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL
Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian : • Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi. • Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri • Terdapat 30 perusahaan yang berproduksi melebihi kapasitas Izin Usaha Industri
31
32