MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN
Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pangan KADIN Jakarta, 26 Juli 2011
DAFTAR ISI A
KINERJA SEKTOR INDUSTRI
3
B
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
8
C
FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
14
2
A. KINERJA SEKTOR INDUSTRI
3
1. Pertumbuhan Ekonomi (tahun dasar 2000, persen) LAPANGAN USAHA
1.
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
2.
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3.
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 TW 1*
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
3.98
2.86
3.42
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.71
4.44
3.48
4.55
INDUSTRI PENGOLAHAN
6.38
4.60
4.59
4.67
3.66
2.16
4.48
4.99
a. Industri Migas
-1.95
-5.67
-1.66
-0.06
-0.34
-2.19
-2.31
(3.79)
7.51
5.86
5.27
5.15
2.56
5.09
b. Industri Non Migas
4.05
5.75
4.
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5.30
6.30
5.76
10.33
10.93
14.29
5.31
4.23
5.
BANGUNAN
7.49
7.54
8.34
8.53
7.55
7.07
6.98
5.31
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
5.70
8.30
6.42
8.93
6.87
1.30
8.69
7.85
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.50
13.45
13.83
8.
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
5.65
7.29
9.
JASA - JASA
5.38
5.16
6.16
6.44
6.42
6.01
7.01
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5.03
5.69
5.50
6.35
4.58
6.10
6.46
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
5.97
6.57
6.11
6.95
4.96
6.56
6.92
6.24 6.01 6.47
Sumber : BPS diolah Kemenperin; * ) Angka Sementara
4
2. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Pertumbuhan industri manufaktur non-migas selama triwulan I tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,75%. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan selama tahun 2010 sebesar 5,09%. Tabel Pertumbuhan Industri Manufaktur Non Migas s.d. Triwulan I Tahun 2011
LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
2,75
7,21
5,05
2,34
11,22
2,73
2011 TW1 4,01
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
1,31
1,23
-3,68
-3,64
0,60
1,74
10,39
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-0,92
-0,66
-1,74
3,45
-1,38
-3,50
-0,40
4). Kertas dan Barang cetakan
2,39
2,09
5,79
-1,48
6,34
1,64
4,24
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
8,77
4,48
5,69
4,46
1,64
4,67
-0,07
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,81
0,53
3,40
-1,49
-0,51
2,16
4,26
7). Logam Dasar Besi & Baja
-3,70
4,73
1,69
-2,05
-4,26
2,56
18,22
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
12,38
7,55
9,73
9,79
-2,87
10,35
8,84
9). Barang lainnya
2,61
3,62
-2,82
-0,96
3,19
2,98
1,14
5,86
5,27
5,15
4,05
2,56
5,09
5,75
Industri Non Migas Sumber : BPS diolah Kemenperin;
5
3. Perkembangan Ekspor Non Migas Nilai US$ Januari-April No
URAIAN
2005
2006
2007
2008
2009
2010 2010
2011
Juta
Perubahan (%)
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
3,247.53
4,840.3
5,419.2
6,407.3 10,476.8 17,253.8
3,884.6
6,175,2
58.97
2 3
7,033.94
7,626.2
8,584.9
9,422.8
9,790.1 11,205.5
3,428.8
4,414.7
28.75
3,759.99
4,581.8
5,949.7
7,712.7
9,606.9 10,840.0
3,449.4
4,420.0
28.14
4
Tekstil Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif Pengolahan Karet
2,089.70
2,954.1
3,545.8
5,465.2
6,179.9
9,522.6
2,797.2
5,122.7
83.14
5
Elektronika
6,109.50
7,142.5
7,853.0
7,200.2
6,359.7
9,254.6
2,840.3
2,919.3
2.78
6
Pengolahan Tembaga, Timah dll.
1,187.13
2,165.1
3,133.5
4,134.0
6,156.0
6,506.0
2,043.3
2,839.1
38.94
7
Pulp dan Kertas
2,798.55
2,817.6
3,257.5
3,983.3
4,440.5
5,708.2
1,748.4
1,901.0
8,73
8
Kimia Dasar
2,049.72
2,640.1
2,750.2
3,521.4
4,492.5
4,577.7
1,508.7
2,081.4
37.96
9
Pengolahan Kayu
4,381.41
4,461.6
4,476.3
4,757.6
4,485.1
4,280.3
1,525.5
1,392.2
-8.74
1,138.83
1,440.1
1,647.9
1,866.0
2,374.8
3,219.6
904.8
1,313.0
45.11
1,399.22
1,553.0
1,683.7
1,913.2
2,006.6
2,665.6
754.8
1,059.3
40.33
927.63
1,232.7
1,456.0
1,770.9
2,148.9
2,657.9
799.0
906.2
13.43
Total 12 Besar Industri
49,757.7
58,154.4
68,517.9 79,066.1 65,376.6 87,691.8
25,684.8 34,544.0
34.49
Total Industri
55,567.0
64,990.3
76,429.6 88,351.7 73,435.8 98,015.1
28,664.7 38,680.8
34.94
Non migas
66,428.4
79,589.1
92,012.3 107,894.2 97,491.7 129,739.5
38,678,6 50,027,6
29,34
Migas
19,231.6
21,209.5
22,088.6 29,126.3 19,018.3 28,039.6
8,893,3 11,881.3
33,60
10 Makanan dan Minuman 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
12 Alat-alat Listrik
Sumber : BPS, diolah Kemenperin
6
4. Peran Tiap Cabang Industri Pengolahan Non Migas LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008*
2009
2010
2011 Trw I
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
28,58%
28,46%
29,80%
30,40%
33.16%
33.60%
33.69%
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
12,40%
12,06%
10,56%
9,21%
9.19%
8.97%
9.45%
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
5,67%
5,97%
6,19%
6,43%
6.33%
5.82%
5.68%
4). Kertas dan Barang cetakan
5,45%
5,30%
5,12%
4,56%
4.82%
4.75%
4.72%
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
12,25%
12,59%
12,50%
13,53%
12.85%
12.73%
12.17%
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,95%
3,88%
3,70%
3,53%
3.43%
3.29%
3.26%
7). Logam Dasar Besi & Baja
2,96%
2,77%
2,58%
2,57%
2.11%
1.94%
2.10%
27,81%
28,02%
28,69%
28,97%
27.33%
28.14%
28.19%
0,93%
0,95%
0,85%
0,80%
0.77%
0.76%
0.74%
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya Sumber : BPS diolah Kemenperin;
7
B. KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
8
1. Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28/2008) • Kebijakan Industri Nasional (KIN) diamanatkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 merupakan suatu arahan dan kebijakan jangka menengah maupun jangka panjang, dalam rangka mempercepat proses industrialisasi untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia dan perkembangan di masa yang akan datang. • Visi Industri 2025: membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi “Sebuah Negara Industri Tangguh di Dunia”. • Visi antara : membawa Indonesia pada tahun 2020 menjadi “Negara Industri Maju Baru”.
9
2. Bangun Industri Nasional 2025
Industri saat ini
Peta Panduan
INDUSTRI TELEMATIKA
INDUSTRI ALAT ANGKUT
INDUSTRI AGRO
INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN
INDUSTRI BARANG MODAL
STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI
PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL
INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M)
TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL
KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH
1.Tujuan, Sasaran dan Maksud KIN 2.Strategi Operasional
i.
Lingk Bisnis yang Kondusif
ii.
35 Klaster industri Prioritas
iii.
Kompetensi Inti Industri di
daerah
BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
SDA TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA
SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT
DAYA KREATIF
Visi Industri 2025 (Visi antara 2020) FASILITAS PEMERINTAH 1.Insentif Fiskal 2.Insentif Nonfiskal 3.Kemudahan-kemudahan
10
3. Sasaran Pembangunan Industri Nasional Jangka Menengah (strategis)
Jangka Panjang
Meningkatnya nilai tambah industri Meningkatnya perluasan pasar domestik dan internasional Meningkatnya kemampuan SDM industri, Research & Development dan kewirausahaan Meningkatnya penguasaan teknologi industri Lengkap dan kuatnya struktur industri
Kuatnya jaringan kerjasama (networking) antara IKM dan industri besar serta industri di dunia.
Kuatnya industri manufaktur sehingga menjadi world class industry
Seimbangnya sumbangan IKM terhadap PDB dibandingkan sumbangan industri besar
Tersebarnya industri keluar pulau Jawa
Meningkatnya peran IKM terhadap PDB 11
Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : • TOP DOWN Pengembangan 35 Klaster Industri Prioritas yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional
• BOTTOM UP Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah menuju Kompetensi Inti Industri Daerah (pemberdayaan produk industri unggulan daerah)
12
Pengelompokan Klaster Industri Prioritas Elektronika & Telematika 1. Elektronika 2. Telekomunikasi 3. Komputer dan Peralatannya
Industri Penunjang Industri Kreatif 1. Perangkat Lunak & Konten Multimedia 2. Fashion 3. Kerajinan & Barang Seni
35 industri prioritas dari 365 industri, dengan : total output 78% total ekspor 83%
IKM Tertentu 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan
Basis Industri Manufaktur
Alat Angkut 1.Kendaraan Bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian
Agro
1. Industri Material Dasar (baja, semen, petrokimia, keramik) 2. Industri Permesinan (mesin listrik & peralatan listrik, mesin peralatan umum) 3. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki)
1.Pengolahan Kelapa sawit 2.Karet dan Barang Karet 3.Kakao 4.Pengolahan Kelapa 5.Pengolahan Kopi 6.Gula
7. Hasil Tembakau 8. Pengolahan Buah 9. Furniture 10.Pengolahan Ikan 11.Kertas 12.Pengolahan Susu
Catatan:
10 klaster dalam RPJMN 2005 - 2009:
(4) industri alas kaki;
(7) industri karet dan barang karet;
(1) industri makanan dan minuman;
(5) industri kelapa sawit;
(8) industri pulp dan kertas;
(2) industri pengolah hasil laut;
(6) industri barang kayu (termasuk
(9) industri mesin listrik dan peralatan listrik;
(3) industri tekstil dan produk tekstil;
rotan dan bambu);
(10) industri petrokimia.
13
C. FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
14
Fokus Pengembangan Industri Prioritas
• • • • •
Industri Fesyen Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik Industri Minyak Atsiri
• Industri Tekstil • Industri Alas Kaki • Industri Furniture
• Industri Gula • Industri Pupuk • Industri Petrokimia
Industri Padat Karya Industri Prioritas Khusus
Industri Kecil dan Menengah • Industri Permesinan • Industri Perkapalan
• Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika Industri Pertumbuhan Tinggi
Industri Barang Modal Industri Berbasis Sumber Daya Alam
• • • •
Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet Industri Hilir Kakao Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu • Industri Rumput Laut 15
PROGRAM UTAMA MP3EI A. Industri 1. Pengembangan Industri Baja 2. Pengembangan Industri Makanan - Minuman 3. Pengembangan Industri Tekstil 4. Pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Transportasi 5. Pengembangan Industri Perkapalan 6. Pengembangan Industri Alutsista
B. Pertambangan 7. Pengembangan Nikel 8. Pengembangan Tembaga 9. Pengembangan Industri Bauksit /Aluminium
E.
Pertanian
13. Pengembangan Kelapa Sawit 14. Pengembangan Karet 15. Pengembangan Pertanian Pangan 16. Pengembangan Industri Kakao 17. Perkayuan 18. Peternakan
D. Energi 11.Pengembangan Batubara 12.Pengembangan Minyak dan Gas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
F. Kelautan 19.Pengembangan Perikanan
G. Pariwisata 20.Pengembangan Pariwisata
C. Telematika 10.Pengembangan Industri Telematika
15 Aktivitas Ekonomi diantaranya merupakan Bidang Usaha Industri, yaitu:
H. Kawasan Strategis 21.Kawasan Selat Sunda 22.Kawasan Jabodetabek
8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15.
Pengembangan Kelapa Sawit Pengembangan Karet Pengembangan Batubara Pengembangan Nikel Pengembangan Tembaga Pengembangan Minyak dan Gas Pengembangan Industri Makanan – Minuman (rumput laut, gula) Pengembangan Industri Tekstil Pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Transportasi Pengembangan Industri Perkapalan Pengembangan Industri Baja Pengembangan Industri Aluminium Pengembangan Industri Telematika Pengembangan Industri Kakao Pengembangan Industri Alutsista 16
INDUSTRI AGRO • Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam yang cukup potensial. • Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro akan mempunyai efek berganda yang luas, seperti : 1). penguatan struktur industri, 2). Peningkatan nilai tambah, 3). pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya, 4). pengembangan wilayah industri, 5). perluasan lapangan kerja, 6). perolehan devisa. • Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro belum maksimal, dan sebagian besar bahan baku diekspor dalam bentuk primer (bahan mentah).
17
KINERJA EKSPOR DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI AGRO
• Kinerja Ekspor Industri Agro
• Penyerapan Tenaga Kerja Industri Agro
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
18
Terkait dengan hilirisasi industri pertanian, industri yang akan dikembangkan antara lain:
1. Industri Hilir Kelapa Sawit 2.Industri Hilir Kakao 3.Industri Hilir Karet 4.Industri Rumput Laut 5.Industri Gula
19
1) Industri Hilir Kelapa Sawit LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN UTAMA
•Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO & CPKO) terbesar di dunia •Produksi CPO pada tahun 2010 lebih dari 22 juta ton •Ekspor CPO tahun 2010 sebesar 13,3 Juta Ton atau 59,23% dari total produksi, sisanya sebesar 9,1Juta Ton diolah di dalam negeri.
•Belum memadainya infrastruktur secara umum seperti pelabuhan, jalan dan transportasi, termasuk energi (gas bumi dan listrik) •SDM di bidang pengembangan industri hilir CPO masih kurang •Masih belum memadainya Litbang untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit •Masih rendahnya minat investor di bidang industri hilir kelapa sawit
TARGET
RENCANA AKSI
•Terfasilitasinya pembangunan infrastruktur kawasan industri di Sei Mangkei (Sumut), Dumai-Kuala enok (Riau) dan Maloy (Kaltim) •Meningkatnya daya saing industri hilir CPO •Meningkatnya investasi industri hilir sawit •Meningkatnya kemampuan SDM industri hilir kelapa sawit •Meningkatnya nilai tambah CPO dan diversifikasi produk turunan sawit
•Pengembangan klaster industri di lokasi pengembangan koridor ekonomi; •Pengembangan infrastruktur di lokasi pengembangan klaster; •Meningkatkan kualitas SDM melalui penyusunan dan penerapan SKKNI industri kimia berbasis kelapa sawit; •Pendirian Lembaga Riset dan Inovasi Kelapa Sawit; •Diversifikasi produk oleochemical yang bernilai tambah tinggi melalui peningkatan R & D; •Pengembangan teknologi proses yang efisien dan berwawasan lingkungan; •Meningkatkan jaminan pasokan CPO untuk industri dalam negeri 20
2) Industri Hilir Kakao LATAR BELAKANG •Indonesia merupakan produsen No.3 di Dunia dengan total produksi pada tahun 2010 mencapai 600.000 ton dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah produksi industri kakao diprediksi akan mencapai 2 juta ton. •Ekspor kakao pada tahun 2010 mencapai 432.426 ton atau 72,1% dari total produksi nasional, sisanya sebesar 167.574 ton diolah di dalam negeri. •Sentra produksi biji kakao berkembang di Indonesia seperti Sulawesi dengan luas areal tanaman 857.757 Ha (60,18%), Sumatera 286.121 Ha (20,08%), Kalimantan 47.826 Ha (3,36%), Jawa 82.623 Ha (5,08%), NTT+NTB+BALI 62.507 Ha (4,39%), MALUKU+PAPUA 86.266 Ha (6,05%). •Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan di masa mendatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan olahan dan minuman cokelat
TARGET •Meningkatnya investasi industri hilir kakao •Meningkatnya diversifikasi industri hilir kakao •Meningkatnya pangsa pasar industri hilir kakao di dalam dan luar negeri
PERMASALAHAN UTAMA
•Utilisasi kapasitas produksi industri olahan kakao masih rendah (40%) •Belum berkembangnya industri hilir yang mengolah biji kakao khususnya non pangan •Terbatasnya R&D untuk diversifikasi produk olahan kakao dan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas R & D, •Rendahnya konsumsi coklat di dalam negeri 60 gram/kapita/tahun sedangkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura sudah mencapai diatas 500 gram/kapita/tahun. •Kurangnya pembangunan infrastruktur di sentra-sentra produksi biji kakao (akses jalan dan pelabuhan) seperti : Mamuju, Pantoloan, Kolaka dan Palopo. •Produktivitas on farm masih rendah (rata-rata 600 kg/Ha) •Sistem perdagangan biji kakao di tingkat petani dikuasai eksportir asing •Mutu biji kakao masih rendah (kadar kotoran, jamur, serangga) dan tidak difermentasi RENCANA AKSI •Mendorong pengembangan industri pengolahan kakao terutama di lokasi sumber bahan baku; •Usulan insentif tax allowance untuk investasi dibidang industri pengolahan kakao; •Meningkatkan kompetensi SDM; •Pengembangan infrastruktur (seperti : jalan, pelabuhan) di lokasi pengembangan; •Mempertahankan BK ekspor biji kakao.
21
3) Industri Hilir Karet LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN UTAMA
•Saat ini Indonesia adalah produsen terbesar kedua dunia setelah Thailand, dan diproyeksikan menjadi produsen terbesar setelah tahun 2015. Industri karet adalah industri yang memiliki nilai tambah besar dari hulu sampai hilir. •Produksi karet Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,6 juta ton dan diproyeksikan mampu mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2020. •Ekspor karet pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta ton atau 85,55% dari total produksi dan sisanya 0,37 juta ton dimanfaatkan di dalam negeri •Produk-produk karet potensial yang diproduksi, antara lain : ban, sarung tangan, alas kaki, komponen otomotif, komponen elektronika, maupun untuk keperluan rumah tangga.
•Belum tersedianya insentif fiskal yang kompetitif dibandingkan negara lain. •Produk crumb rubber lebih dominan diekspor (85%) dan hanya sebagian kecil yang diserap dalam negeri, yaitu 422 ribu ton atau 15%. •Masih tingginya impor sebagian barang-barang karet dan Bahan penolong industri karet yang merupakan peluang pengembangan. •Masih rendahnya daya saing Industri karet hilir di pasar Asia
TARGET •Meningkatnya investasi industri hilir karet •Berkembangnya industri karet sintetis dan industri kimia karet •Menguatnya struktur industri karet •Terlaksananya perbaikan infrastruktur pasokan tenaga listrik dan gas •Meningkatnya pangsa pasar industri hilir karet dalam dan luar negeri
RENCANA AKSI • Pengembangan klaster industri hilir karet di dekat lokasi pengembangan koridor ekonomi dan sumber bahan baku; • Pengembangan infrastruktur (seperti : jalan, pelabuhan) di lokasi pengembangan; • Peningkatan kemampuan SDM; • Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan SNI BOKAR
22
4) Industri Rumput Laut LATAR BELAKANG •Potensi lahan yang tersedia di Indonesia cukup besar yaitu lebih dari 1,38 Juta hektar dan baru termanfaatkan sekitar 222.000 hektar •Rumput laut memiliki aplikasi untuk >500 jenis “end products”, Serta relatif lebih ekonomis dibandingkan zat additive sejenis lainnya antara lain gelatin dan gums. •Produk rumput laut yang mempunyai nilai tambah tinggi dan potensial untuk dikembangkan antara lain seperti Alkali trated Carragenan, Semi Refined Carragenan agar-agar dan alginat. TARGET •Terfasilitasinya pembangunan infrastruktur kawasan industri rumput laut di Kawasan Timur Indonesia •Meningkatnya pangsa pasar industri rumput laut di dalam negeri (30%) dan luar negeri (70%) •Meningkatnya nilai tambah rumput laut dan diversifikasi produk turunan rumput laut
PERMASALAHAN UTAMA •Tidak adanya kepastian jaminan pasokan bahan baku. •Terbatasnya kekuatan penetrasi pasar dalam negeri maupun ekspor. •Belum berkembangnya teknologi pengolahan rumput laut dan pemanfaatan produk hidrokoloid. •Terbatasnya jaringan infrastruktur pendukung seperti transportasi, energi, dan pelabuhan di sentrasentra potensi rumput laut. •Belum berkembangnya industri penyedia bahan pendukung dan penghasil alat pengolahan. •Terbatasnya kualitas SDM dan belum berkembangnya R & D di sektor rumput laut.
RENCANA AKSI •Pengembangan Kawasan Industri •Pengembangan pasar •Peningkatan kegiatan penelitian pengembangan industri rumput laut
dan
23
5) Industri Gula LATAR BELAKANG •Gula merupakan salah satu komoditi penting dalam perekonomian nasional •Jenis Gula: 1) Gula Konsumsi Langsung (GKP) 2) Gula untuk Industri (GKR) •Industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1929 sebesar 3 juta ton yang dihasilkan oleh 179 Pabrik Gula (PG) yang didukung dengan areal 200 ribu ha atau tingkat produktivitas gula 15 ton/ha dan menempatkan Indonesia menjadi negara pengekspor ke 2 di dunia setelah Kuba. •Namun sejak 1930 dengan adanya resesi dunia (Malaise) dan disusul dengan perang dunia II dan perang kemerdekaan, sebagian besar pabrik gula mengalami kehancuran yang kemudian pada saat kemerdekaan tersisa pabrik gula sebanyak 55 unit yang beroperasi dan kemudian di nasionalisasi 1957. •Saat ini terdapat 61 PG, 48 PG berada di Jawa dan 13 PG di luar Jawa yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Dari jumlah PG tersebut di atas, 51 (lima puluh satu) PG milik pemerintah dan 10 (sepuluh) PG milik swasta.
TARGET •Pemantapan kapasitas produksi melalui modernisasi permesinan PG existing •Peningkatan kapasitas terpasang •Terlaksananya audit teknologi Pabrik Gula •Terpenuhinya kebutuhan gula rafinasi untuk IKM dan industri rumah tangga serta pengendalian pendistribusian-nya
PERMASALAHAN UTAMA 1.Produktivitas lahan yang rendah dan efisiensi pabrik yang tidak optimal sehingga rendemen yang dihasilkan rendah. 2.Kurangnya kemampuan investasi PG BUMN. 3.Masih banyak PG yang kapasitasnya kecil, jauh dibawah kapasitas keekonomiannya.
RENCANA AKSI 1.Melakukan investasi dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, efisiensi dan mutu gula. . 2.Penguatan industri permesinan nasional untuk mendukung program revitalisasi industri gula. 3.Bantuan langsung mesin/peralatan kepada PG existing. 4.Melakukan Audit Teknologi terhadap PG 5.Tersusunnya Business Plan Pembangunan PG Baru di Empat Wilayah (Kab. Merauke-Papua, Kab. PurbalinggaJateng, Kab. Konawe Selatan-Sultra, Kab. Sambas-Kalbar). 6.Fasilitasi perolehan lahan untuk pembangunan PG baru.
24
Industrialisasi Menuju Kehidupan Yang Lebih Baik