FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2013
Disampaikan oleh: Direktur Jenderal IUBTT Budi Darmadi Rapat Kerja Kementerian Perindustrian
PENDAHULUAN
Industri Prioritas • • • • •
• Industri Tekstil • Industri Alas Kaki • Industri Furniture
Industri Fesyen Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik Industri Minyak Atsiri
Industri Padat Karya
• Industri Gula • Industri Pupuk • Industri Petrokimia
Industri Prioritas Khusus
Industri Kecil dan Menengah
• Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika
Industri Pertumbuhan Tinggi
Industri Padat Modal • Industri Penghasil barang Modal • Industri Perkapalan
Industri Berbasis Sumber Daya Alam
• • • • • •
Industri Makanan dan Minuman Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet Industri Hilir Kakao Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu Industri Rumput Laut
Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Industri Alat Transportasi Darat
Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Industri Elektronika dan Telematika
Pertumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Persen)
2007
2008
2009
2010
2011
2012 TW III
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
5,05
2,34
11,22
2,73
9,19
8,22
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
-3,68
-3,64
0,60
1,74
7,25
3,64
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-1,74
3,45
-1,38
-3,50
0,35
-4,21
4). Kertas dan Barang cetakan
5,79
-1,48
6,34
1,64
1,50
-4,50
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,69
4,46
1,64
4,67
3,95
8,91
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,40
-1,49
-0,51
2,16
7,19
8,75
7). Logam Dasar Besi & Baja
1,69
-2,05
-4,26
2,56
13,06
5,70
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,73
9,79
-2,87
10,35
7,00
7,52
9). Barang lainnya
-2,82
-0,96
3,19
2,98
1,82
-2,11
5,15
4,05
2,56
5,09
6,83
6,50
SEKTOR
Industri Non Migas
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan Sektor Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Persen)
SEKTOR IUBTT 1). Industri Alat Transportasi Darat 2). Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan 3). Industri Elektronika dan Telematika 4). Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Industri Non Migas
2007
2008
2009
2010
2011
2012 TW III
16,62
19,90
-5,14
14,65
10,21
12,26
33,94
38,74
-6,99
16,87
11,71
14,08
-7,65
-11,70
-1,30
5,76
-10,68
14,08
6,83
-2,62
0,58
3,26
1,69
1,60
5,15
4,05
2,56
5,09
6,83
6,50
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Perkembangan Nilai Ekspor Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi US$ Miliar SEKTOR IUBTT 1). Industri Alat Transportasi Darat 2). Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan 3). Industri Elektronika dan Telematika 4). Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
2007
2008
2009
2010
2011
2012*
2,94
3,74
2,59
3,81
4,35
5,87
0,92
1,03
1,42
1,33
1,55
0,98
7,8
8,58
8,72
10,52
10,92
11,59
3,43
3,93
3,47
3,82
5,06
5,29
15,10
17,28
16,21
19,49
21,88
23,74
Keterangan : * Prognosa Sumber : BPS diolah Kemenperin
Fokus IUBTT Tahun 2013 Industri Alat Transportasi Darat Low Cost and Green Car dan Low Carbon Emission Car Pengembangan Kendaraan Bermotor Merek Nasional Dukungan Terhadap Penggunaan Bahan Bakar Gas bagi KBM Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Pengembangan Industri Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Peningkatan Kemampuan Industri Perkapalan
Low Cost and Green Car dan Low Carbon Emission Car
Low Cost and Green Car dan Low Carbon Emission Car Latar Belakang 1. Pertumbuhan GDP per kapita tahun 2010 : USD 3.000 tahun 2015 : > USD 5.000 2. Motorisasi diawali pada saat GDP > USD 3.000 3. Kecenderungan dunia memproduksi mobil murah yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasar 4. Indonesia perlu ikut memenuhi kebutuhan pasar untuk melayani kebutuhan pasar dalam negeri yang besar dan memenuhi kebutuhan pasar ekspor khususnya untuk mengimbangi persaingan dengan Thailand dan Malaysia.
Tujuan
1. Mengembangkan industri KBM R-4 yang hemat energi dan harga terjangkau; 2. Mengembangkan KBM R-4 yang ramah lingkungan (mobil listrik, hybrid dan sejenisnya); 3. Mempercepat pencapaian target produksi kendaraan bermotor nasional sebesar satu juta unit per tahun; 4. Mendorong Indonesia menjadi basis produksi KBM R-4 dan komponen di tingkat regional dan global
Kebijakan Pemerintah Low Cost and Green Car
Low Carbon Emission
1. Pengurangan PPnBM (Pajak Penjulan-Barang Mewah) untuk segmen kendaraan dengan mesin 900 s.d. 1200 cc. Jenis MPV dari 10% diusulkan menjadi 0% 2. Bea masuk 0% (pada IKD) untuk bahan baku dan komponen yang belum diproduksi di dalam negeri; 3. Pembebasan Bea Masuk atas impor mesin& peralatan serta bahan baku komponen dalam rangka produksi. (Permenkeu No, 76/2012);
1. Pembebasan bea masuk atas impor mesin peralatan produksi dan bahan baku serta komponen yang belum dibuat di dalam negeri (PMK 76/2012); 2. Pengurangan PPnBM apabila : a. Konsumsi BBM 20 s/d 28 km/L, dikurangi PPnBM 25% b. Konsumsi BBM 28 km/L, dikurangi PPnBM 50% c. Pembebasan bea masuk atas impor bahan baku serta komponen yang belum dibuat di dalam negeri (IKD/CKD)
Implementasi Low Cost and Green Car Kriteria No Parameter
Ukuran
1
Kapasitas Engine
• •
2
Konsumsi Bahan Bakar Minyak
Minimal 20 km/liter
3
Emisi Gas Buang
Euro II (mengikuti peraturan emisi yang berlaku)
4
Spesifikasi Bahan Bakar
• •
5
Kandungan komponen Lokal
Diproduksi di dalam negeri body lengkap dan sistem penggerak (power train) 1. Pada tahun pertama, 40% termasuk komponen dari engine parts, transmisi dan axle 2. Pada tahun kelima, 80% termasuk semua komponen dari engine, transmisi dan axle
Ket : RON : Research Octane Number CN : Cetane Number
s/d 1200 cc dengan motor bakar cetus api 1500 cc dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel)
Min RON 92 untuk motor bakar cetus api Min CN 51 untuk diesel/semi diesel (Spec BBM Non Subsidi)
Implementasi Low Cost and Green Car Investasi
Investasi yang ditanamkan oleh industri otomotif dan industri komponen senilai USD 4,5 miliar Tenaga Kerja
1. Tingkat Perakit : 10.000 Orang 2. Tingkat Industri Komponen : 22.000 Orang 3. Tingkat Distributor dan After Sales Service : 24.000 Orang (Belum termasuk di sektor keuangan dan non formal)
Struktur Industri Kendaraan Bermotor Roda 4
Pengembangan Mobil Listrik
Pengembangan Mobil Listrik Pengembangan Mobil Listrik Nasional
1. Pengembangan teknologi mobil listrik saat ini baru dimulai di Indonesia 2. Agen Pemegang Merek (APM) di Indonesia belum mengembangkan mobil listrik, peluang bagi industri dalam negeri untuk mengembangkan mobil listrik masih besar 3. Pemerintah memberikan dukungan kepada industri mobil listrik melalui paket insentif untuk menghasilkan harga yang terjangkau oleh masyarakat
Kondisi Pengembangan Mobil Listrik
1. Prototipe telah dihasilkan dan sedang dalam tahap uji coba 2. Kolaborasi industri dan perguruan tinggi diperlukan untuk menghasilkan produk baterai yang mampu memenuhi kebutuhan energi 3. Diperlukan roadmap pengembangan mobil listrik yang disesuaikan dengan rencana pembangunan infrastruktur 4. Saat ini telah ada investor yang melakukan investasi di industri mobil listrik di Surabaya yaitu PT. Great Asia Link (merek GRAIN)
Pengembangan Kendaraan Bermotor Merek Nasional
Pengembangan Kendaraan Bermotor Merek Nasional 1. Industri Kendaraan Bermotor Merek Nasional tergabung dalam Asosiasi Industri Automotive Nusantara (ASIANUSA). 2. Beberapa prototipe siap diuji coba produksi pada tahun 2013 3. Beberapa jenis direncanakan berpartisipasi dalam pengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah (Program Klaster IV) 4. Mobil merek nasional yang dikembangkan, memiliki kapasitas silinder di bawah 900 cc 5. Dalam rangka penciptaan pasar, direncanakan pembelian awal oleh Pemerintah Pusat dan Daerah secara kontinyu agar produksi bergulir dan jaringan after sales service tumbuh 6. Saat ini BPPT bekerjasama dengan Kemenperin sedang mengembangkan Flatform untuk Kendaraan Bemotor Merek Nasional
Dukungan Terhadap Kebijakan Penggunaan Bahan Bakar Gas
Program Konversi BBM ke Gas 1. Pada tahun 2013, Kementerian Perindustrian mendapatkan tugas melakukan pengadaan sekitar 10.000 unit konverter kit. 2. Peraturan Menteri Perindustrian untuk pelaksanaanya akan segera diterbitkan. 3. Kemenperin bermaksud melibatkan perusahaan BUMN untuk dapat mengembangkan konverter kit di dalam negeri untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan Kementerian BUMN. 4. Pemasangan konverter kit direncanakan untuk kendaraan umum baru atau kendaraan umum yang sudah beroperasi. 5. Kementerian Perindustrian berkoordinasi dengan Kementerian ESDM terkait penyediaan SPBG dan gas. 6. Dalam rangka pemasangan konverter kit, diperlukan verifikasi terhadap setiap kendaraan yang akan dipasang konverter kit khususnya kendaraan angkutan umum yang sudah beroperasi
Pengembangan Industri Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan melalui Pembangunan Pusat Desain
Latar Belakang •
•
•
•
Peningkatan sinergi antara para pelaku industri,Pusat Penelitian dan Pengembangan (Research & Developmen, R & D) dan Pemerintah yang terkait dengan profile kebutuhan pasar, penetrasi dan penguasaan pasar. Perlunya Dukungan Kebijakan Pemerintah dalam mendorong industri untuk melakukan inovasi dan dukungan permodalan. Perlu dibentuk sebuah lembaga yang berfungsi meningkatkan penguasaan dan pengembangan teknologi serta memberikan layanan kepada industri yang memproduksi mesin perkakas dan alat kesehatan. Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan ITB membentuk lembaga yang disebut (1) Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Mesin Perkakas (PPTI-MP) dan (2) Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Alat Kesehatan (PPTI-AK).
Nilai Ekspor – Impor Mesin Perkakas
800000 Nilai Ekspor (HS 8456 - HS 8466)
Nilai ( x 1000 US$)
700000 600000 500000
Nilai Impor (HS 8456 - HS 8466)
400000 300000 200000 100000 0 2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Sumber : BPS, diolah
Nilai Ekspor – Impor Alat Kesehatan 500000000 Nilai Ekspor
Nilai ( x 1000 US$)
450000000 400000000
Nilai Impor
350000000 300000000 250000000 200000000 150000000 100000000 50000000 0 2007
Sumber : BPS, diolah
2008
2009 Tahun
2010
2011
Proses Pengembangan Pusat Desain Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan Tahun 2012 : 1. 2. 3. 4.
Bantuan Mesin Peralatan untuk penelitian dan pengembangan. Project Pengembangan spindel kecepatan tinggi. Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Mesin Perkakas Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Alat Kesehatan
Tahun 2013 : 1. Pembangunan Gedung Pusat Desain 4 Lantai berlokasi di ITB 2. Bantuan Mesin Peralatan untuk penelitian dan pengembangan
Peningkatan Kemampuan Industri Perkapalan melalui Pengembangan Kawasan Khusus Perkapalan di Lamongan
Kemampuan Industri Galangan Kapal Nasional Kondisi Geografis Negara Kepulauan : ± 17.500 pulau dengan panjang garis pantai 80.000 km. Kapal berperan penting sebagai infrastruktur transportasi dalam konektifitas antar pulau.
Galangan Kapal Jumlah Industri Galangan Kapal ± 250 Perusahaan Kapasitas Produksi Bangunan Baru : ± 900,000 DWT Reparasi : ± 12,000,000 DWT Kemampuan Fasilitas Bangunan Baru : s/d 50,000 DWT Reparasi : s/d 150,000 DWT (Graving Dock)
Kemampuan dan Kondisi Industri Dapat membangun s/d kapasitas 1,500 DWT (± 80% dari total jumlah galangan) Dapat membangun di atas kapasitas 10,000 DWT, 6 perusahaan galangan Potensi industri perkapalan nasional cukup besar, namun daya saingnya masih perlu ditingkatkan. Dukungan Industri komponen dalam negeri masih lemah
Lokasi Galangan Kapal Tersebar diseluruh wilayah Indonesia, dan terkonsentrasi Kalimantan, dan Batam
di Pulau Jawa, Sumatera,
Target Pengembangan Industri Galangan Kapal Dalam Negeri Jangka Menengah (2012 – 2015) Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional dalam pembangunan kapal sampai dengan ukuran kapasitas 85.000 DWT. Bertambahnya jumlah fasilitas dock perbaikan kapal sampai dengan ukuran 150.000 DWT. Meningkatnya daya saing industri perkapalan/galangan kapal nasional (delivery time maupun docking days semakin pendek, kualitas meningkat dan harga bersaing). Tumbuhnya industri bahan baku dan komponen kapal tertentu untuk mensuplai kebutuhan komponen kapal dalam negeri. Jangka Panjang (2015 – 2025) Meningkatnya kemampuan industri galangan kapal nasional dalam pembangunan kapal dan perbaikan kapal sampai dengan kapasitas 300.000 DWT (World class industry) Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional dalam membangun kapal untuk berbagai jenis dan spesifikasi khusus seperti Korvet, Frigate, Cruise Ship, LPG Carrier,LNG Carrier dan kapal khusus lainnya Berkembangnya industri bahan baku dan komponen kapal tertentu untuk mensuplai kebutuhan komponen kapal dalam negeri dan ekspor. Kemampuan penguasaan desain dan rekayasa kapal nasional semakin meningkat untuk memperkuat struktur Industri perkapalan nasional.
Program Prioritas Pengembangan Industri Perkapalan Nasional Peningkatan Kemampuan SDM Industri Perkapalan Nasional
Target : 1.000 SDM terlatih dan tersertifikasi. Strategi : Pelaksanaan diklat dan sertifikasi SDM pengelasan kapal, serta koordinasi dengan instansi terkait (asosiasi, industri galangan kapal nasional, anggota klaster industri perkapalan, balai diklat pengelasan, lembaga sertifikasi, dan Pusdiklat). (Pengembangan Industri Komponen Kapal)
Target : terbentuknya SNI untuk produk komponen kapal Strategi : pembentukan Lab Uji produk komponen kapal, optimalisasi NASDEC sebagai lembaga uji produk komponen kapal, pengembangan lab uji dalam rangka penerapan SNI Wajib
Fasilitasi Program Restrukturisasi Industri Galangan Kapal
Target : restruksturisasi peralatan dan perlengkapan industri galangan kapal nasional Strategi : kemudahan iklim usaha bagi pengembangan industri galangan kapal, koordinasi dengan lembaga pembiayaan/perbankan terkait finansial.
Pengembangan Kawasan Lamongan Sebagai Kawasan Khusus Industri Perkapalan Berdasarkan SK Bupati Lamongan No. 188/46.1/Kep/413.013/2009 tanggal 30 Januari 2009 tentang “Penetapan Kawasan Industri Maritim di Pantai Utara Kabupaten Lamongan” menyatakan bahwa kawasan sebelah utara Kabupaten Lamongan seluas ± 450 ha sebagai Kawasan Industri Maritim dan diperuntukkan bagi investasi pembangunan pelabuhan dan industri perkapalan. Perusahaan di Kawasan Industri Maritim di Kabupaten Lamongan Saat Ini : 1. 2. 3. 4.
PT. Dok Pantai Lamongan (galangan kapal dan telah beroperasi) PT. Lamongan Integrated Shorebase (supporting oil & gas industry dan telah beroperasi) PT. Lamongan Marine Industry (galangan kapal dalam tahap pembangunan) PT. DPS Lamongan (galangan kapal dalam tahap pembangunan)
Permasalahan, Solusi, dan Pengembangan : 1. Kondisi ombak di Pantai Lamongan cukup tinggi pada bulan tertentu, sehingga perlu adanya pembangunan Breakwater di Pantai Lamongan. 2. Pada peta laut internasional menunjukkan adanya ranjau laut sepanjang pantai Lamongan, sehingga perlu adanya pembersihan ranjau laut guna merubah peta laut. 3. Infrastruktur jalan untuk menuju lokasi industri kurang lebar, sehingga perlu adanya pelebaran jalan ± 15 M, sejauh 50 KM (Tol Manyar, Gresik-Paciran, Lamongan) 4. Melaksanakan promosi investasi pada kawasan industri maritim Kab. Lamongan.
Terima Kasih