Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016 HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA
Disampaikan oleh :
Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Jakarta, 16 Februari 2016
Outline Presentasi I. KINERJA MAKRO INDUSTRI II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL
V. NILAI TAMBAH GAS BUMI VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA GAS BUMI BAGI INDUSTRI VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI VIII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI ACEH IX. PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA/PUPUK X. KESIMPULAN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
I. KINERJA MAKRO INDUSTRI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
3
A. PERTUMBUHAN INDUSTRI NON-MIGAS TAHUN 2015
Pertumbuhan industri non migas tahun 2011 sebesar 7,46 persen, tahun 2012 sebesar 6,98 persen, sebesar 5,45 persen pada tahun 2013, sebesar 5,61 persen untuk tahun 2014, dan sebesar 5,04 persen untuk tahun 2015. Pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2015 Januari-Desember sudah berada diatas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,79 persen. Sumber : BPS diolah Kemenperin
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
4
B.
KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP PDB NASIONAL
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
5
C. TARGET DAN PROYEKSI PEMBANGUNAN INDUSTRI TAHUN 2015 S.D. 2035 (persen) NO
Indikator Pembangunan Industri
Satuan
2014
2015*
2020
2025
2035
1
Pertumbuhan sektor Industri Non Migas
%
5,7
6,8
8,5
9,1
10,5
2
Share Industri non migas terhadap PDB
%
20,8
21,2
24,9
27,4
30,0
3
Share ekspor produk industri terhadap total ekspor
%
66,5
67,3
69,8
73,5
78,4
Juta orang
14,88
15,44
18,44
21,73
29,19
(Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja)
%
13,7
14,1
15,7
17,6
22,0
Rasio impor bahan baku sektor 5 industri terhadap PDB sektor industri non migas
%
43,5
43,1
26,9
23,0
20,0
Rp Trilyun
210
270
618
1.000
1.930
%
29,0
30,0
32,0
35,0
40,0
4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri
6 Nilai Investasi sektor industri Persentase nilai tambah sektor 7 industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa
Sumber : RIPIN 2015-2035
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
6
II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
7
A. ACUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
UU No. 3 Thn. 2014 tentang Perindustrian Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur Industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan pembangunan Industri periode 2015 - 2035. PP No. 14 Tahun 2015
Kebijakan Industri Nasional Kebijakan Industri Nasional merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
8
B. Bangun Industri Nasional & Pengembangan Industri Prioritas UU Nomor 3 Tahun 2014 – RIPIN 2015 - 2035
Sumber : RIPIN 2015-2035
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
9
III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
10
POSISI DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL
Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum menggunakan 3 aspek penilaian, yakni: 1. Persyaratan dasar (Basic requirements) 2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers) 3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication).
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
11
Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2015-2016 •
Peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Report 2015-2016 masih berada di bawah negara-negara ekonomi utama di ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.
Indikator Penilaian : 1. Institution 2. Infrastructure 3. Macroeconomic Env. 4. Health & Primary Education 5. Higher Education & Training 6. Goods Market Efficiency 7. Labor Market Efficiency 8. Financial Market Dev. 9. Technological Readiness 10. Market Size 11. Business Sophistication 12. Innovation Sumber: Global Competitiveness Report 2015-2016
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
12
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
13
McKinsey Global Institute Analysis, 2012
Sektor Manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yg kuat (MGI, 2012); Pertumbuhan pendapatan signifikan dipengaruhi oleh pangsa manufaktur (Rodrik, 2010); Agar Menjadi Negara berpenghasilan menengah, peran industri harus mencapai sekitar 40% terhadap ekonomi;
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
14
Posisi Daya Saing Produk Industri Manufaktur Indonesia Di Pasar Asean
ASEAN
K1 (Sangat Tinggi) K2 (Tinggi)
HS Logam
HS Kimia Dasar
HS Kimia Hilir
HS Tekstil & Aneka
Jumlah HS
Prosen (%)
273
216
275
486
1250
31,26%
676
646
425
1001
2748
68,73%
K3 (Rendah) K4 (Sangat Rendah)
31,26% produk industri manufaktur berdaya saing tinggi dan mampu berkompetisi di pasar ASEAN
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
15
PETA DAYA SAING PRODUK IINDUSTRI MANUFAKTUR
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
16
IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
17
Neraca Gas Bumi Indonesia
Sumber : Kementerian ESDM Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
18
Kebutuhan Gas Bumi Untuk Industri
Sumber : FIPGB Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
19
Industri Pengguna Gas Bumi 2014
Sumber : FIPGB
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
20
HARGA LNG
Sumber :http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-12-02/lng-falls-faster-than-oil-as-u-s-frackingspurs-growing-glut
21
V. NILAI TAMBAH GAS BUMI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
22
INDUSTRI TURUNAN MINYAK DAN GAS BUMI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
23
Konsumsi domestik akan memberikan ‘economic gains’ yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor.
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
24
KAJIAN NILAI TAMBAH GAS BUMI SECARA UMUM
Sumber: Ferrostaal
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
25
Comparison of Added Value
Sumber: Ferrostaal
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
26
Sumber: Ferrostaal Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
27
VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA
GAS BUMI BAGI INDUSTRI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
28
Kerangka Berpikir Kebijakan Penurunan Harga Gas Kebijakan Harga Gas (Harga Gas Turun)
Omset • Penerimaan pemerimtah dari bagi hasil penjualan Penjualan Gas gas turun Turun
OUTPUT Naik
Dampak Multiplier
PDB Naik
PPN Naik
Impor Naik*)
Pajak Bea Masuk Naik
Profit Perusahaan Naik
PPh Badan Naik
Upah TK Naik
PPh Orang Naik
Jumlah Tenaga Kerja Naik
*) Catatan: Impor akan naik dengan asumsi meningkatnya kapasitas produksi dalam negeri akan meningkatkan kebutuhan bahan penolong yang masih belum diproduksi di dalam negeri, sehingga memberikan pajak bea masuk.
29 29
Multiplier Sektor Gas
Industri Hulu
• Output
• Input
0.90
Backward Linkage
Sektor Gas
Forward Linkage
Industri Hilir
0.94
•
Nilai keterkaitan dengan sektor hilir (Forward Linkage) > keterkaitan dengan sektor hulu (Backward Linkage) potensi hilirisasi besar
•
Nilai keterkaitan BL dan FL < 1 dibawah rata-rata industri karena tidak semua industri manufaktur menggunakan gas sebagai sumber energi atau bahan baku *) Kajian dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan LPEM FEB UI dengan Metodologi Tabel Input Output Nasional **) Model bersifat “snap-shot” dan “helicopter view” dalam kurun waktu satu tahun
30 30
Asumsi Model Analisis Dampak Penurunan Harga Gas Bumi
2013
* Gross Revenue Other sector Price elasticity
Owned Price elasticity
Sumber: LPEM FE UI, 2015
31 31
Sumber: LPEM FE UI, 2015
32 32
Sumber: LPEM FE UI, 2015
33 33
Sumber: LPEM FE UI, 2015
34 34
TOTAL BALANCE
Sumber: LPEM FE UI, 2015
35 35
VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
36 36
1.
2. 3. 4.
Rencana pemanfaatan sebagian cadangan gas bumi di Teluk Bintuni untuk industri petrokimia di kawasan industri Teluk Bintuni, antara lain untuk: • Amoniak-urea • Metanol • Etilen • Propilen • Polietilen • Polipropilen PT Pupuk Indonesia (Persero) diberi tugas untuk mengelola Kawasan Industri Teluk Bintuni seluas 2.112 ha. Sedang dilakukan studi bersama untuk penyediaan alokasi gas bumi untuk industri pupuk sampai habis masa konsesi tahun 2035. Sedang dilakukan pembicaraan awal alokasi gas dari sumber lain untuk industri petrokimia.
37 37
RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI
Industri Petrokimia
38 38
KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI – PAPUA BARAT Lokasi Komoditas
Luas Pemrakarsa Utama Tingkat Kesiapan 1. RTRW 2. RDTR 3. Master Plan 4. Studi Kelayakan 5. Renstra 6. DED 7. AMDAL Pekerjaan Fisik dalam KI 1. Pembangunan Jalan Poros 2. Pembangunan Gedung Pengelola KI 3. Pembangunan Politeknik 4. Traning Center Building & Workshop 5. Pembangunan Pusat Layanan KI 6. Pembebasan Lahan 7. Pematangan Lahan 8. Pembangunan rel kerata api 9. Pembangunan Dry Port 10. Pembangunan Tank Farm CPO & CPKO
Desa Onar Baru, Distrik Sumuri Basis Industri Pupuk dan Petrokimia
±2112 Ha BUMN (PT Pupuk Indonesia) v 2015 v v v 2015 -
Dukungan Sarpraws di Luar Kawasan Industri Prasyarat Utama: Kebijakan Harga Gas untuk industri dalam negeri
2015-2016
1. Jalan
Akses jalan sepanjang 30 Km dari Jalan Lintas Provinsi ke Kawasan Industri (2017)
2. Pelabuhan
Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan kapasitas 50.000 DWT (2017)
3. Pembangkit Listrik 4. Rel Kereta Api 5. Kebutuhan Air Baku 6. Perumahan Buruh 7. Rumah Sakit 8. Gudang Logistik 9. Balai Latihan Kerja
Jaringan listrik dan power plant ±200 MW (2018-2019) n.a. ± 2000 L/detik (2018) -
39 39
ANALISIS SENSITIVITAS PROYEK UREA TELUK BINTUNI
Untuk harga gas US$ 5/MMBTU, dan harga urea US$ 300/ton akan mendapatkan IRR sebesar 10,24% Harga urea saat ini US$ 250/ton, dengan harga gas US$ 5/MMBTU akan memberikan IRR sebesar 5,68% 40 40
Manfaat Pembangunan Industri Petrokimia Di Teluk Bintuni
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Subsitusi impor produk hilir terutama polietilen dan polipropilen diperkirakan bernilai USD 2 Milyar (Impor polietilen dan polipropilen pada tahun 2014 senilai USD 2,15 Milyar) Ada nilai tambah terhadap SDA yang lebih besar. Penyerapan tenaga kerja. Pemasukan negara dari sektor pajak penghasilan. Perolehan PPN dari Industri Petrokimia. Peningkatan potensi SDM. Manfaat lain bagi daerah (infrastruktur, ketahanan pangan, ekonomi mikro, pengurangan biaya logistic/transportasi).
41 41
VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI ACEH
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
42 42
PEMANFAATAN FASILITAS PT. ARUN NGL • Seiring dengan berkurangnya produksi gas dan berakhirnya kontrak usaha pengelolaan gas antara Exxon Mobil dan Pemerintah Indonesia, PT Arun NGL yang selama ini sebagai operator ekspor LNG dari Lhokseumawe berhenti beroperasi. • Agar fasilitas yang ada tidak sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi regional maka pemerintah Indonesia telah mengambil inisitatif untuk merivatilisasi usaha di bawah payung PT. Perta Arun Gas (PAG), sebuah joint venture yang kepemilikan usahanya 70% Pertamina dan 30% Pemerintah Aceh. • Penyaluran gas sebagai hasil regasifikasi telah diuji coba seiring dengan selesainya proyek pembangunan pipa gas Aru-Belawan. Direncanakan sumber gas LNG Tangguh dan Bontang akan jadi pemasok kebutuhan gas untuk usaha ini. Selain itu PAG juga masih dapat memanfaatkan cadangan gas yang ditinggalkan Exxon Mobil Indonesia di Kawasan Lhokseumawe dan Aceh Utara serta Produksi Minyak dan Gas PT. MEDCO di Aceh Timur dan Tamiang. 43 43
POTENSI PEMANFAATAN EXISTING FACILITY - ARUN Condensate Storage Tanks berpotensi untuk Crude Oil Storage 4 Floating Roof Tanks @ 530,000 BBLS
Condensate Stabilization Units berpotensi diubah menjadi Crude Distilation Unit ( CDU ) Design Capacity 135,000 BBLS/day Saat ini produksi nya hanya 4.000 Bbls/d ( 3 % kapasitas )
LPG Storage & Loading berpotensi untuk LPG Terminal & Trading ( Tran-shipment ) Facilities 2 x Propane Tanks @ 83.000 M3 2 x Butane Tanks 83.000 M3 + 55.000 M3 Idle sejak th 2001
LNG Storage Tanks Potensi untuk : - LNG Terminal / LNG Re- gasification Plant. - LNG Hub/International Trading
Pelabuhan LNG & LPG Arun ( Pengembangan Bisnis LNG/LPG Trading ) 2 x LNG Berths @ 95.000 DWT 1 x LPG Berth @ 65.000 DWT 1 SPM – dapat untuk VLCC
44
PROYEK PENGEMBANGAN ARUN ENERGY CENTER 1.
Proyek LNG Terminal/ReGasification ( LNG ReGas ) – Bersamaan dgn proyek Pipanisasi Gas Arun- Belawan, 370 K Status: Beroperasi
2. Proyek LNG Hub/ LNG Trading – Memanfaatkan excess kapasitas tanki LNG - Menyimpan LNG saat low demand ( summer ) dan menjualnya saat high demand ( winter ) Status: Belum berjalan
3.
Proyek LPG Hub/Tran-shipment ( LPG Trading ) Status: Front End Engineering Design ( FEED ) selesai.
4.
Kilang BBM ( 300.000 Bbls/d ) integrated Petro-Chemical Plant - Proposed – – – –
Pemanfaatan asset Arun ( penghematan Rp 10 T & waktu konstruksi lebih cepat ). Lokasi strategis ( dekat sumber bahan baku & imbas 3 Titik Hot Spot Intelijen ) Kemandirian Bahan Baku dan proyek berlangsung jangka panjang. Ketahanan Energy Nasional dan solusi pembangunan janka panjang ekonomi Aceh.
5. Pembangunan Pembangkitan Listrik 200 MW di area Arun oleh PLN Status: sedang dalam pengerjaan.
45
IX. PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA / PUPUK
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
46
Potret Cadangan Energi Nasional Bauran Energi Primer Nasional 2013 1.236 Juta SBM
NO
ENERGI TERBARUKAN/
SUMBER DAYA (SD)
KAPASITAS TERPASANG (KT)
RASIO KT/SD (%)
1
2
3
4
5 = 4/3
6.057 MW
8,01%
419 MW
0,56%
181 MW
0,25%
1
Tenaga Air
2
Minihidro
3
Mikro Hydro
4
Tenaga Surya
4,8 kwh/m2/day
22,45 MW
-
5
Tenaga Angin
3 – 6 m/s
1,87 MW
-
6
Samudera
49 GW***)
0,01 MW****)
0%
7
Uranium
3.000 MW *)
30 MW **)
0%
8
Panas Bumi
29.215
1.341
4,6%
JENIS ENERGI FOSIL
CADANGAN TERBATAS !!
MINYAK GAS BATUBAR A
75.000 MW
CADANGAN (Proven + Possible)
PRODUKSI (per TAHUN)
RASIO CADANGAN/PRODUKSI (Tanpa Eksplorasi Baru) TAHUN
7,76 milyar bbl
346 juta bbl
22
157,14 TSCF
2,95 TSCF
53
21,13 milyar ton
254 juta ton
83 Sumber: Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
47
Alternatif Bahan Baku Industri Petrokimia
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
48
PROYEK PILOT PLANT GASIFIKASI BATUBARA, PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan IHI Jepang 1. PT. Pupuk Kujang, bekerja sama dengan Ishikawa Heavy Industries (IHI) Jepang saat sedang mengerjakan proyek pilot plant gasifikasi batubara dengan kapasitas 50 ton/hari di Cikampek. 2. Di masa mendatang, pengembangan proyek ini diproyeksikan untuk mencapai skala komersial sampai dengan 3.000 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan syngas PT. Pupuk Kujang dalam memproduksi pupuk urea.
49
Gasifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Industri Pupuk Di Muara Enim •
• •
Kerjasama PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Bukit Asam dalam pembangunan gasifikasi batubara sebagai bahan baku industri pupuk. Permbangunan plant gasifikasi berada dekat mulut tambang (Mine Mouth) Proyek ini dapat menghemat konsumsi gas 25%. PT Bukit Asam akan menyediakan batubara sebagai bahan baku gasifikasi selama 20 tahun. Dari hasil FS, • Jenis batubara yang digunakan adalah lignite • Terdapat tiga pilihan plant produksi yaitu urea plant, ammonia plant atau gabungan antara ammonia dan urea plant
50
COAL TO METHANOL PLANT, BULUNGAN 1. Proyek Coal to Methanol Plant oleh PT. Bulungan Methanol di Kalimantan, bekerja sama dengan ChemOne. 2. Bahan baku yang digunakan yaitu batubara kalori rendah (lignit). Pabrik ini akan memproduksi methanol grade AA sebanyak 1,4 juta ton/tahun. Dengan target pasar yaitu industri-industri kimia di Asia. 3. Total investasi mencapai US$ 1.700.000.000
Lokasi
51
PROYEK COAL TO ETHANOL, CELANESE • Dengan kapasitas awal 400.000 ton/tahun dan akan siap diekspansi hingga 1,1 juta ton/tahun. • Fase awal menggunakan bahan baku gas alam atau batubara kalori sedang, untuk selanjutnya akan menggunakan batubara kalori rendah dengan pertimbangan keekonomian. • Hasil produksi 100% akan diserap dalam negeri melalui PT. Pertamina untuk selanjutnya digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak. • Kualitas ethanol yang diproduksi diharapkan memenuhi bahkan melebihi standar yang dibutuhkan untuk bahan bakar ethanol.
52
Contoh Simulasi Cost Pemanfaatan Batubara untuk Industri Pupuk Coal 1.29 ton
Value as commodity US$58
Int’l price coal US$45/ton
US$58
Natural Gas Equivalent 36MMBTU
UREA 1 ton US$150
+
Ammonia
0.58 ton
US$244.7 (US$422/ton)
+
CO2 0.58 ton US$23.4
Total Value as Feedstock US$58
US$418.16
(US$30/ton)
53
X. KESIMPULAN
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
54
1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% – 8% Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan sekaligus upaya peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri manufaktur akan lebih kompetitif pada pasar dalam negeri, ASEAN, dan global market apabila harga energi dan bahan baku terjangkau (affordable) untuk industri disamping faktor logistik, infrastruktur, biaya dan bunga bank.. 3. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri. Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya saing industri.
4. Pemikiran Alternatif Dalam Pemanfaatan Gas Bumi dan Batubara Sumber energi seperti gas bumi dan batubara, seyogyanya diperlakukan sebagai bahan baku industri yang memiliki nilai tambah tinggi apabila dibandingkan dengan mekanisme dijual sebagai komoditi. 5. Pemikiran Terhadap Pemberian Insentif Bagi Industri Konsep pengembangan industri, khususnya industri hulu yang lahap energi dan padat modal, seharusnya mendapatkan insentif/fasilitas berupa subsidi energi dan bahan baku untuk menciptakan daya saing melalui pengembangan hilirisasi. Hal itu diperlukan karena industri hulu pada umumnya, seperti petrokimia dianggap sebagai the mother of industry atau industri prioritas sebagai agen peningkatan ketahanan ekonomi nasional. Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
55
Terima Kasih Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
56