Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1.2 MAKSUD ROADMAP ...................................................................... 1.3 TUJUAN ROADMAP ........................................................................ 1.3 GAMBARAN KOMODITI METE BALI .............................................. 1.4 POHON INDUSTRI JAMBU METE .................................................. 1.5 IDENTIFIKASI MASALAH .............................................................. 1.5.1 Kelembagaan............................................................................. 1.5.2 Teknologi .................................................................................. 1.5.4 Jejaring Pemasaran dan Pasokan ............................................. 1.5.5 Bahan Baku ............................................................................. 1.6 ANALISIS SWOT ........................................................................... KEKUATAN (STRENGHT) KELEMAHAN (WEAKSNESS) ANCAMAN (THREAT) PELUANG (OPPORTUNITY) BAB II. SASARAN DAN STRATEGI ......................................................... 2.1 SASARAN JANGKA MENENGAH (2016-2020) ................................ 2.2 SASARAN JANGKA PANJANG (2016-2030) ................................... 2.3 STRATEGI .............................................................................. 2.4 INDUSTRI INTI, PENDUKUNG DAN TERKAIT ................................. BAB III. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO METE .............................................. 3.1 VISI ........................................................................................... 3.2 MISI ........................................................................................... 3.3. Tujuan dan Sasaran ..................................................................... 3.3.1 Tujuan ...................................................................................... 3.3.2 Sasaran..................................................................................... BAB IV. PROGRAM/RENCANA AKSI ..................................................... 4.1 Program /rencana aksi jangka menengah ...................................... 4.1 Program /rencana aksi jangka menengah ...................................... Kerangka Pengembanganan Industri Agro Mete Provinsi Bali ................ Matrik pengembangan industry agro unggulan mete provinsi bali .........
i |Peta Jalan Pengembangan Industry Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1 1 2 3 5 6 6 6 8 8 9 11
13 13 14 15 16 17 17 17 18 18 18 19 19 19 20 22
BAB I PENDAHULUAN 1.1
PENDAHULUAN
Secara nasional, sektor pertanian masih mempunyai kontribusi yang rendah terhadap perekonomian nasional. Di tingkat Provinsi pun, kontribusi sektor pertanian masih sangat kecil yaitu hanya sekitar 1% jauh dibawah sektor lain yaitu sektor pariwisata dan industri barang dan jasa. Kendala yang dihapi oleh sektor ini adalah produktivitas dan efesiensi dari biaya produksi masih rendah serta kualitas sumber daya manusia yang masih rendah pula. Kendala yang dihadapi oleh sektor pertanian menjadikan pertanian bukan sektor primadona di beberapa daerah termasuk di Bali. Program pembangunan pertanian yang sampai saat ini berjalan masih menggunakan sudut pandangan pembangunan daya saing komparatif dimana ketersediaan bahan baku menjadi tujuan utama. Proses hilirisasi sektor pertanian masih belum dijadikan kebijakan utama sehingga mengakibatkan nilai tambah komoditi pertanian justru dinikmati oleh daerah atau negara lain yang mengimpor komoditi pertanian negara kita. Dengan diterbitkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian, mulai nampak titik cerah. Hilirisasi sektor pertanian seakan gayung bersambut. Visi misi perindustrian nasional yang menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh di tahun 2035, menjadi angin segar bagi pembangunan sektor perindustrian termasuk industri berbasis komoditi pertanian (agroindustri) secara nasional termasuk pembangunan industri agro di Provinsi Bali. Kebijakan pembangunan pertanian Provinsi Bali menurut Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Bali menyebutkan sasaran pembangunan sektor pertanian adalah meningkatnya kerjasama kemitraan pembangunan pertanian dengan sektor pariwisata hanya dalam indikasi kinerja belum tertuang pembangunan pertanian di bagian hilir. Namun kebijakan pembangunan UMKM yang menargetkan terbangunnya 2500 UMKM selama periode 5 tahun memberi peluang pula pembangunan hilir pertanian melalui UMKM. Provinsi Bali mempunyai beberapa komoditi andalan yaitu kopi arabika, kopi robusta, kakao, jambu mete, cengkeh, kelapa, tembakau menurut RPJMD Provinsi Bali. Mete menjadi salah satu komoditi andalan Provinsi Bali yang mana sampai saat ini pembangunannya masih dibagian hulu saja. Untuk meningkatkan nilai tambah yang mampu diambil oleh Bali melalui komoditi mete ini, maka mulai tahun 2015 sudah disusun rencana pengembangan industri agro unggulan yang salah satunya adalah pengembangan industri agro unggulan mete. Seiring dengan rencana inilah, perlu sekiranya disusun
1 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
langkah-langkah nyata untuk mewujudkan industri agro unggulan Mete Provinsi Bali yang dituangkan dalam bentuk Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Industri Agro Unggulan Provinsi Bali yang di dalamnya menyangkut sasaran pembangunan jangka menengah dan jangka panjang serta rencana aksi yang ditempuh untuk mewujudkan Visi Misi Pembangunan Industri Agro Unggulan Provinsi Bali.
1.2
MAKSUD ROADMAP
Penyusunan Peta Jalan Pengembangan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali ini dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam upaya pembangunan industri agro unggulan mete di Provinsi Bali secara terarah dan terencana. Peta jalan ini juga dimaksudkan untuk memadukan kebijakan nasional dan daerah serta acuan bagi evaluasi program pembangunan industri di tingkat daerah. 1.1
TUJUAN ROADMAP
Tujuan peta jalan pengembangan industri agro unggulan mete Provinsi Bali ini adalah: 1. Memberikan gambaran secara singkat kondisi terkini mete di Provinsi Bali 2. Menentukan sasaran dan strategi pembangunan industri agro unggulan mete 3. Memberikan gambaran rencana aksi yang diperlukan untuk mencapai visi misi pembangunan industri agro unggulan Provinsi Bali.
2 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.3
GAMBARAN KOMODITI METE BALI
Mete sebagai produk yang mempunyai kekhasan dalam geografis tumbuhnya, Bali termasuk 8 Provinsi produsen mete dengan produksi pertahun mencapai 3.761 ton/tahunnya. Sesuai dengan data Bali dalam Angka, produksi mete bali dari tahun 2008-2014 berfluktuasi. Produksi tertinggi tercapai pada tahun 2009 sebesar 3.966,34 ton dan terendah pada tahun 2013 sebesar 3.382,56 ton. Namun dari nilai produktivitasnya, Provinsi Bali merupakan Provinsi kedua dengan produktivitas rata-rata mete per tahunnya mencapai 446 ton dibawah Provinsi Jawa timur. Luas areal jambu mete di Bali pada tahun 2014 tercatat 8.771 hektar dengan produksi 3.479,64 ton gelondong kering dengan sentra pengembangan di Kecamatan Kubu, Kab. Karangasem. Table Produksi Mete Provinsi Bali Tahun
Tanaman Muda
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Rusak
2014 304 8,370 96 2013 3749 8272 622 2012 3,554 8,340 698 2011 3,385 8,095 511 2010 3,031 8,441 514 2009 2,008 8,373 715 2008 2,282 8,096 423 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Bali
Jumlah Total
8,771 12643 12,592 11,991 11,986 11,096 10,801
Jumlah Produksi
3.479,64 3382.56 3,735,82 3,586,72 3,761,27 3.966,34 3.943,13
Jumlah Petani
23,040 23,208 23,039 22,959 22,956 22646 22826
Mete dihasilkan oleh tanaman mete yang mempunyai karakteristik tanaman tahunan dimana buah terdapat pada ujung dahan yang tingginya mulai dari rendah dapat dijangkau dari bawah sampai tinggi yang memerlukan alat pemanen. Meskipun pada praktiknya mete banyak dipanen dengan alat, namun kualitas biji mete lebih baik diperoleh dari buah mete yang telah jatuh. Sehingga proses ini membutuhkan waktu yang panjang. Kendala yang dihadapi oleh produsen mete gelondongan sangat tergantung musim/cuaca. Disamping itu, mutu biji mete gelondongan juga memberikan andil yang besar terhadap petani. Dari cuaca, kerusakan atau kegagalan pembuahan terjadi apabila pada saat pembungaan terjadi hujan lebat beberapa hari ataupun mengalami kekeringan sehingga kegagalan pembuahan. Mutu biji mete gelondongan yang kurang bagus akan menghasilkan biji mete yang dibawah standar. Ukuran alat pemecah biji mete bersifat tetap, tidak bisa disesuaikan dengan besar kecilnya gelondong yang dipecah. Karena itu, apabila gelondong yang diolah memiliki kualitas bagus, maka pemecahan dapat dilakukan dengan mudah dan mengasilkan biji mete yang utuh. Sebaliknya, biji mete kupas banyak mengalami pecah apabila ukuran mete gelondongnya kecil.
3 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
Karena kendala tersebut, petani cenderung menjual mete gelondong ke pengepul atau kelompok dengan mutu yang beragam. Di pengepul, sortasi mete gelondongan dilakukan secara manual. mete dengan kualitas bagus akan dikirim ke pengepul mete yang lebih besar atau ke pengolah mete gelondong menjadi mete kacang. Mete gelondong yang diterima oleh kelompok usaha bersama juga terkadang diolah menjadi kacang mete kering untuk memenuhi pesanan konsumen perorangan maupun pesanan usaha pengolah mete. Di tahapan pengolahan mete gelondong ini memerlukan waktu dan juga tenaga kerja yang besar. Dimulai dari pengeringan mete mentah, kemudian dipecah dan pembersihan kacang pecah kulit dari kontaminasi minyak/getah. Setelah ini harus dilakukan penjemuran atau pengovenan untuk menghilangkan kulit arinya. Biji mete yang telah bersih bisa langsung dikemas untuk dikirim ke pemesan. Beberapa kelompok juga melakukan usaha pengolahan mete menjadi kacang mete goreng yang dijual ke pedagang pengecer. Rangkaian aktivitas yang terjadi dalam jalur distribusi mete terbesar ada pada proses penyiapan kacang mete. Proses dari pengeringan, pengkacipan dan pengeringan untuk menghilangkan kulit ari membutuhkan tenaga kerja yang besar karena dikerjakan manual dan biji demi biji. Nilai tambah terbesar diperoleh dari proses ini, namun biaya yang diperlukan juga besar karena penggunaan tenaga kerja. Adanya industri pengolahan mete dimana proses pengacipan mete gelondongan dilakukan dengan kombinasi mesin dan manual, menjadikan produktivitas di titik ini semakin besar dan juga penambahan nilai yang diperoleh semakin besar. Saat ini, di dua kecamatan penghasil mete utama di bali yaitu kecamatan Abang dan Kubu, terdapat 10 Subak Abian yang masing-masing sudah mempunyai Unit Usaha Produktif (UUP). Melalui UUP ini aktivitas petani mete di tingkat petani berjalan. Aktivitas on farm yang meliputi pemeliharaan serta pemanenan, peningkatan mutu produksi mete dikordinasikan melalui UUP ini. Pemasaran hasil produksi juga diharapkan bisa berjalan melalui UUP dan juga dengan dukungan Koperasi Usaha Perkebunan (KUP). Namun demikian, UUP bukanlah satu-satunya lembaga yang berperan dalam pemasaran. UUP juga harus bersaing dalam memperoleh produksi petani anggotanya dengan para pengepul mete gelondongan yang beroperasi di sekitarnya. Persaingan ini tidak selamanya berlangsung sehat, dan cenderung menurunkan harga jual produk mete petani. Kemampuan permodalan UUP yang rendah serta keinginan petani untuk memperoleh hasil penjualan saat penjualan membuat UUP seringkali tidak memerankan dirinya sebagai pusat aktivitas ekonomi petani. Konversi kebun petani menjadi kebun organik, membawa peluang yang baik bagi perkembangan ekonomi petani. Mete organik sudah mempunyai jalur pemasaran yang bagus sehingga pertemuan antara pembeli dan petani lebih mudah terjadi dan juga lebih mudah difasilitasi oleh dinas perkebunan. Dua
4 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
dampak penting dari proses konversi kebun/produk mete menjadi organik adalah 1. Harga produk organik lebih mahal dan lebih stabil bahkan jauh di atas harga yang ditetapkan oleh pengepul (tengkulak) di sekitar petani. Selisih harga ini yang membuat petani semangat untuk menjual ke pengepul yang ditunjuk oleh buyers besar dan dinas bukan ke tengkulak. 2. Perubahan perilaku petani ke pertanian organik sehingga mengarah ke pertanian yang berkelanjutan. Kesulitan selama ini untuk mengubah perilaku petani adalah tidak adanya insentif harga akibat perubahan perilaku. Oleh karena itu, peningkatan harga untuk produk organik memberikan dorongan yang kuat bagi dinas bahkan dari diri petani untuk mengubah pola bertaninya menuju pola pertanian organik sesuai dengan persyaratan dalam sertifikasi organik. Tabel Jalur Distribusi dan Aktivitasnya Jalur distribusi Aktivitas Memanen Petani
Nilai (Rp)
Pengepul/ kelompok tani
Rp9000-16.000/kg (gelondongan)
Pengepul luar Provinsi Industri pengolah mete
Memisahkan biji mete dan buah semu Mengangkut ke pengepul Memilah biji mete Mengeringkan Mengemas Mengkacip Mengangkut mete ke konsumen Penggudangan Analisis mutu Pengeringan Pengkacipan Pengeringan Pengolahan
Rp7000-12.000/kg
Rp80.000-100.000/kg (Kacang mete) Rp16.000/kg (gelondongan) Rp75.000-105.000/kg (Kacang mete) Rp110.000-150.000/kg
5 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.4
POHON INDUSTRI JAMBU METE
Jambu Mete dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang sangat dibutuhkan oleh industri makanan dan industri manufaktur. Produk turunan yang telah berhasil dihasilkan dari buah jambu mete disajikan dari berbagai sumber seperti gambar dibawah.
Kacang mete rasa
Jambu Mete Kacang mete kupas Biji Mete
Makanan olahan berbahan mete
Cangkang
Buah Semu
Makanan Olahan Minuman Olahan Wine
Kompos
Cat Varnish Pelitur Dammar Tinta Karet sintetis Kosmetik Enamel Minyak pelumas rem Pestisida Insektisida Detergen kalsium
Pencelup trafo Pencelup magnet Pengikat cair Antioksidan bensin Antioksidan minyak Pembuat malam Pemecah emulsi
Gambar Produk Turunan Jambu Mete
6 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.5
IDENTIFIKASI MASALAH
1.5.1 Kelembagaan 1.
Subak Abian memiliki cukup Unit Usaha Porduktif (UUP) namun belum optimal. Struktur organisasi UUP diarahkan untuk melakukan kegiatan utama yaitu melakukan sistem pengendalian mutu ditingkat petani, melakukan pengolahan dan pemasaran. Namun sampai saaat ini belum mampu diperankan oleh UUP yang telah dibentuk di tingkat Subak Abian.
2.
Internal control sistem (ICS) sudah terbangun di tingkat UUP namun belum berfungsi dengan baik. Internal control sistem yang ada saat ini sangat berperan dalam proses konversi menuju organic. Prasyarat yang menjadi bagian dari sertifikasi organic ini dikendalikan oleh ICS di tingkat UUP di bawah kordinator ICS yang merupakan bagian yang lebih tinggi dari ICS di tingkat kawasan. Seringkali pelaksana ICS ini tidak konsisten menerapkan persyaratan yang ditetapkan sehingga mengancam proses konversi ini yang pada gilirannya juga akan merugikan petani dalam pemasaran.
3.
Akses permodalan masih rendah. Kemampuan UUP dalam mengelola kegiatan ekonomi di tingkat UUP lebih disebabkan oleh rendahnya kemampuan pengelola dalam memanfaatkan fasilitas permodalan yang telah dijalin oleh dinas. Kendala yang dirasakan oleh petani adalah persyaratan agunan kredit dan jangka waktu pengembalian. Oleh karena itu, pengelola perlu mempunyai kemampuan analisis ekonomi pemanfaatan kredit sehingga kapasitas UUP dapat ditingkatkan.
4.
Bagian pemasaran sudah ada di UUP namun belum berfungsi dengan baik. Ujung aktivitas di tingkat UUP adalah pembelian dan pemasaran hasil petani anggotanya. Namun proses pemasaran belum didukung oleh bagian pemasaran yang baik.
7 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.5.2 Teknologi 1. Teknologi pengolahan masih rendah dengan produktivitas rendah. Proses
penanganan
mete
gelondongan
menjadi
mete
kacang
merupakan tahapan yang rumit dan sangat beresiko menghasilkan mete bermutu rendah. Pengolahan (pengupasan) secara manual mengakibatkan produktivitas pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete sangat rendah. Sehingga nilai tambah yang diperoleh juga masih rendah karena biaya proses ini sangat tinggi. 2. Teknologi pengolahan (oven) mete mentah belum optimal di tingkat UUP. Nilai tambah besar dapat diperoleh dari pengolahan mete. Namun dengan kapasitas UUP saat ini, kemungkinan UUP melakukan pengolahan masih susah diharapkan karena kendala SDM, modal, dan teknologi. karena itu, alternative lain harus dicari. 1.6.3 Sumber Daya Manusia 1. Kemampuan petani untuk mengolah kacang mete masih rendah. Pasar yang ditangani petani melalui UUP saat ini adalah pasar mete gelondongan yang lebih berkala besar. Mete olahan masih bersifat tidak pasti dan kecil. Karena itu petani belum diarahkan untuk melakukan pengolahan sebagai kegiatan utama meskipun nilai tambah bisa diperoleh dari kegiatan ini. 2. Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di mete rendah. Rendahnya tenaga kerja yang mau berkecimpung pada bidang mete lebih disebabkan oleh factor ekonomi. Ketidakpastian kegiatan serta upah yang rendah menyulitkan UUP untuk mendorong para pekerja untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi di UUP. Sehingga kaum mudanya merantau dan kaum tuanya enggan terlibat oleh karena factor tersebut. 1.5.4 Jejaring Pemasaran dan Pasokan 1. Produk olahan dengan mutu rendah belum terserap pasar. Selama proses penanganan dari petani sampai menjadi mete kacang mentah, sumber kerusakan mutu berasal dari dua yaitu hasil panen yang
8 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
bermutu rendah serta kerusakan akibat proses penanganan. Mutu mete sangat berpengaruh terhadap harga jual. Karena itu, jika kerusakan
sangat
besar
selama
penanganan
akan
merugikan
penangan. Harga jual yang rendah ditambah lagi dengan tidak terserapnya mete dengan kualitas rendah harus ditangani dengan proses pengolahan. 2. Sarana pemasaran masih minim. Petani produsen mete sudah sangat jelas berada di daerah-daeah yang jauh di kaki gunung dan juga di daeah-daerah
marginal
lain
yang
sangat
jarang
ditunjang
infrastruktur yang baik. Untuk proses pemasaran kendala ini cukup berarti utama kelancaran komunikasi. 3. Petani tidak mempunyai alternatif pemasaran yang cukup. Selama ini petani lebih mengandalkan tengkulak dan UUP untuk menjual hasil metenya. Informasi pembeli dari dinas merupakan alternative pasar yang lebih menjanjikan. Namun ketiadaan pasar yang pasti petani hanya bergantung pada tengkulak yang kerap mempermainkan harga dan UUP yang juga mengalami kendala permodalan. 1.5.5 Bahan Baku 1. Belum semua Subak Abian produsen mete mempunyai sertfikat organic. Kepemilikan sertifikat organic bagi kebun mete sangat penting dalam jejaring pemasaran. Sertifikat organic mampu mengarahkan pasar dan juga memberikan harga jual yang lebih tinggi. Selama ini petani menjual hasilnya ke pengepul (tengkulak) dan UUP. Permainan harga di tingkat petani karena dua hal, petani tidak mempunyai kekuatan untuk menjual selain ke tengkulak, dan UUP tidak mampu membeli hasil petani anggotanya karena kendala modal. Dengan kepemilikan sertifikat organic, pasar melalui dinas dan UUP mampu membeli mete gelondongan dengan harga jauh di atas harga pengepul sehingga petani mampu menghindari permainan harga tengkulak. Hal penting yang didorong oleh sertifikasi organic ini adalah persyaratan bagi pengajuan sertifikat yang tidak ringan namun mempunyai efek yang baik untuk lingkungan. Dengan demikian, adanya insentif harga yang
9 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
lebih tinggi dari pembeli mendorong petani melakukan perubahan pola pikir dan perilaku dalam menghasilkan mete. Karena itu, sertifikasi organic ini mampu menjadi titik tolak yang baik untuk perubahan harga dan perilaku petani yang selama ini sulit dilakukan.
10 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.6
ANALISIS
Dalam penyusunan roadmap ini digunakan metode analisis SWOT. Adapun uraian dari kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan disajikan sebagai berikut: Kekuatan (Strenght) 1. Bali mempunyai potensi pengembangan mete. 2. Bali mempunyai Indikasi Geografis (IG) Mete Kubu Bali. 3. Produksi mete di Bali cukup tersedia untuk mendukung industri. 4. Mete Bali sudah mempunyai sertifikat organik sehingga menambah daya saing. 5. Adanya dukungan pemerintah terhadap pengembangan mete Bali. Kelemahan (Weakness) 1. Masih lemahnya infrastruktur ke pusat-pusat produksi mete. 2. Masih tingginya biaya proses pengolahan mete secara manual. 3. Mutu mete masih rendah. 4. Belum berkembangnya unit pengolah di tingkat UUP. 5. Tindakan pascapanen di tingkat petani belum optimal. 6. Tingginya serangan OPT. 7. Penguasaan teknologi rendah. 8. Peran tengkulak dalam pemasaran masih dominan. Peluang (Opportunity) 1. Berkembangnya sistem pemasaran melalui media online. 2. Tren pasar semakin baik karena berkembangnya gaya hidup. 3. Adanya regulasi secara nasional memperkuat perlindungan komoditi nasional. 4. Berkembangnya potensi pasar mete dunia. 5. Berkembangnya pasar produk mete organik. ANCAMAN (THREAT) 1. Diberlakukannya MEA mulai tahun 2015.
11 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
2. Berkembangnya pasar global yang memungkinkan munculnya pembelian mete oleh pengepul dari luar negeri langsung ke tingkat petani dengan harga rendah. 3.
Banyaknya kompetitor produsen mete di luar Provinsi Bali
12 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
BAB II. SASARAN DAN STRATEGI 2.1
SASARAN JANGKA MENENGAH (2016-2020) 1.
Terbangunnya industri kacang mete dengan kualitas sesuai standar.
2.
Tersedianya teknologi pengolahan di tingkat UUP.
3.
Meningkatnya kemampuan UUP dalam melakukan pengolahan.
4.
Meningkatnya peranan penjamin mutu internal.
5.
Terfasilitasinya akses permodalan bagi petani mete.
6.
Meningkatnya kemampuan pengelola UUP dalam pemasaran produk mete.
7.
Terserapnya tenaga kerja lokal.
8.
Meningkatnya kapasitas olah UUP.
9.
Meningkatnya kepemilikan sertifikat organik mete.
10.
Terbangunnya fasilitas penunjang kelancaran aktivitas UUP guna efesiensi biaya.
11.
Terbangunnya fasilitas penyimpanan mete gelondongan untuk menunjang kontinuitas produksi.
12.
Terbangunnya industri (IKM) kacang mete oven varian.
13.
Terjalinnya kemitraan pemasaran mete.
14.
Tersedianya produk kacang mete di tingkat UUP sebagai bahan baku produk turunan lainnya.
2.2
SASARAN JANGKA PANJANG (2016-2035) 1.
Terwujudnya industri turunan mete yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan berwawasan lingkungan.
2.
Tersertifikasinya mete organic bagi semua subak abian produsen mete di Provinsi Bali.
3.
Meningkatnya produk turunan mete yang masuk pasar modern.
4.
Meningkatnya kapasitas kelembagaan petani mete.
5.
Meningkatnya kontribusi industri olahan mete bagi perekonomian Provinsi Bali.
13 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
6.
Tersedianya infrastruktur pendukung bagi pengembangan industri mete yang berdaya saing.
14 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
2.3
STRATEGI
1.
Penguatan IKM pengolah mete gelondongan untuk menjadi industri pengolah mete gelondongan
2.
Meningkatkan kesadaran petani tentang nilai tambah dan mendorong kemauan petani untuk melakukan pengolahan mete
3.
Meningkatkan kompetensi pelaksana unit Penjamin Mutu Internal
4.
Pendekatan kemitraan lembaga pemberi modal untuk mendukung pengembangan usaha mete
5.
Mendidik pengelola UUP dengan kemampuan marketing
6.
Introduksi teknologi pengolahan ke UUP potensial
7.
Peningkatan peranan UUP sebagai pusat aktivitas bisnis petani mete
8.
Peningkatan kapasitas manajerial pengelola UUP untuk bisa menjadi sentra kegiatan petani Mete
9.
Mendorong petani untuk mengikuti prasyarat yang tertuang dalam ketentuan produk organik
10.
Meningkatkan peran Internal Control System (ICS) di UUP.
11.
Fasilitasi pembangunan infrastruktur penunjang.
12.
Penguatan dan inisiasi IKM pengolah mete oven varian rasa
13.
Penguatan IKM pengolah mete mentah menjadi mete varian rasa
14.
Menjalin kemitraan antara produsen mete oven varian rasa dengan retailer modern lokal.
15 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
2.4
INDUSTRI INTI, PENDUKUNG DAN TERKAIT
INDUSTRI INTI Industri Kacang Mete OCE Industri Kacang Mete Varian Rasa Industri Makanan dan Minuman Industri bahan baku manufaktur INDUSTRI PENDUKUNG Industri pengemasan Industri alat prosesing Industri bahan tambahan makanan. INDUSTRI TERKAIT Industri jasa distribusi Industry lain yang menggunakan bahan baku yang sama.
16 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
BAB III. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO METE 3.1. Visi Visi pembangunan industri agro unggulan mete Provinsi Bali adalah: Menjadikan Bali sebagai daerah industri agro mete yang berdaya saing tinggi Selama ini pertanian lebih ditekankan pada produktivitas dibagian hulu. Secara alami produksi hasil pertanian beragam sehingga tidak semua produksi mampu diserap pasar dengan harga yang pantas. Produk yang dibawah mutu seringkali mengalami kesulitan dalam pemasaran bahkan tidak jarang terbuang percuma karena masa simpan produk yang pendek dan juga biaya distribusi yang tinggi. Kendala lain yang dihadapi adalah terjadinya over produksi pada masa panen raya, membuat pasokan melimpah dan harga turun bahkan pada produk tertentu tidak terpanen karena biaya tenaga kerja yang tinggi untuk panen. Kendala ini mengakibatkan sektor pertanian mengalami kerentanan disegala musim akibat sebagian besar produksi pertanian tidak dilakukan pengolahan ataupun dijual dalam bentuk segar. Oleh karena itu, adanya saluran alternative-ataupun mungkin menjadi saluran utama- membuat sektor pertanian mampu diandalkan bagi perekonomian petani khususnya. Jadi terbentuknya sektor pertanian di hulu dan di hilir menjadikan sektor pertanian mempunyai ketangguhan dalam menghadapi perubahan-perubahan pasar. Industri agro sebagai bagian dari sistem pertanian di hilir akan memberikan dukungan yang besar kepada ketangguhan pertanian di bagian hulu. Berdaya saing mengandung arti mempunyai kemampuan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang melemahkan posisinya di antara daerahdaerah lain dari sisi industri. 3.2. Misi Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mengemban misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai subjek dalam pembangunan industri agro mete Provinsi Bali. 2. Mengembangkan kebijakan pendukung terbentuknya industri agro unggulan Provinsi Bali. 3. Mendorong pengembangan pasar produk industri agro mete regional dan internasional.
17 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
3.3. Tujuan dan Sasaran 3.3.1 Tujuan Tujuan dari pembangunan industry agro unggulan Provinsi Bali adalah: 1. Meningkatkan daya saing sektor pertanian melalui penggembangan di bagian hulu dan hilir. 2. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam ekonomi daerah. 3. Menciptakan lapang kerja yang lebih besar baik bagi tenaga kerja yang langsung ataupun tidak langsung bersentuhan dengan sektor pertanian. 4. Meningkatkan percepatan adopsi teknologi bagi peningkatan efesiensi sektor pertanian. 3.3.2 Sasaran Sasaran dari pembangunan industri agro mete Provinsi Bali adalah: 1. Peningkatan daya serap bahan baku produksi petani. 2. Pendalaman industri untuk menghasilkan produk turunan yang lebih variatif dan bernilai tinggi. 3. Tersedianya sumber daya industri yang terlatih untuk menunjang pembangunan industri agro. 4. Tersedianya unit pendampingan bagi pengembangan industry. 5. Tersedianya regulasi pendukung pengembangan industri agro 6. Terbentuknya sentra industri agro unggulan. 7. Terjalinnya kemitraan pemasaran di tingkat lokal dan regional dan juga kemungkinan mitra di tingkat internasional untuk perluasan jangkauan pemasaran produk industri agro. 8. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang diserap IKM pengolah komoditi agro.
18 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
BAB IV. PROGRAM/RENCANA AKSI 4.1 Program /rencana aksi jangka menengah (2016-2020) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Running production pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete mentah. Running produksi pengolahan mete oven varian. Melaksanakan pelatihan penerapan sistem jaminan mutu produk olahan mete. Melaksanakan magang pengolahan mete. Melaksanakan pelatihan pengolahan mete menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah. Melaksanakan pelatihan kepada pelaksana Internal Control System Melaksanakan evaluasi unit penjaminan mutu internal di UUP potensial secara periodik Fasilitasi kemudahan akses permodalan. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan pemasaran. Temu usaha dan promosi produk mete di tingkat nasional dan internasional. Pengadaan alat pengkacip yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi kacang mete kupas. Pengadaan alat oven mete. Pengadaan alat pengemas dan pelabelan Meningkatkan kapasitas UUP sehingga menjadi pusat pemasaran bagi petani mete Penguatan IKM potensial pengolah mete. Menjalin kerjasama pemasaran dengan retailer modern. Penyusunan business plan.
4.2 Program/Rencana Aksi Jangka Menengah (2016-2035) 1.
2.
3. 4. 5.
Membangun sistem kelembagaan petani mete yang kuat untuk mendukung terbangunnya industri agro unggulan mete yang berwawasan lingkungan Membangun jaringan pasok dan pemasaran yang terintegrasi dengan industri agro unggulan mete provinsi dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan pelaku di bidang mete Mempercepat adopsi teknologi di semua aspek industri agro mete guna meningkatkan nilai tambah Meningkatkan kontribusi sektor industri agro terhadap perekonomian daerah Provinsi Bali. Membangun industri agro unggulan mete skala menengah yang tangguh.
19 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
INDUSTRI INTI Industri Kacang Mete Mentah Industri Kacang Mete Varian Industri Makanan dan Minuman Industri Bahan Baku Manfaktur SASARAN JANGKA MENENGAH 1. Terbangunnya industri penghasil kacang mete mentah dengan kualitas sesuai standar mutu. 2. Meningkatnya kemampuan UUP dalam melakukan pengolahan di tingkat petani 3. Meningkatnya peranan penjamin mutu internal dalam penjaminan produk mete 4. Terjaminnya kemudahan akses permodalan bagi petani mete 5. Meningkatnya kemampuan pengelola UUP dalam pemasaran produk mete baik melalui pemasaran konvensional maupun non konvensional 6. Tersedianya teknologi pengolahan di tingkat UUP 7. Meningkatnya kemampuan petani untuk melakukan pengolahan terutama untuk mete dengan mutu rendah 8. Mendorong petani di sekitar UUP untuk bekerja di UUP sehingga tercukupi kebutuhan tenaga kerja. 9. Meningkatkan kapasitas olah UUP dengan dukungan permodalan yang memadai untuk menyerap produksi petani anggota 10. Meningkatnya kepemilikan sertifikat organik oleh Subak Abian petani Mete 11. Meningkatnya proporsi bahan baku mete dengan kualitas baik yang ditangani oleh UUP 12. Terbangunnya fasilitas penunjang kelancaran aktivitas UUP guna efesiensi biaya 13. Terbangunnya fasilitas penyimpanan mete gelondongan untuk menunjang kontinyuitas produksi 14. Terbangunnya industri menengah penghasil kacang mete oven varian rasa siap dipasarkan 15. Terwujudnya IKM pengolah mete mentah ke mete oven varian rasa 16. Terjalinnya kemitraan pemasaran produksi mete siap konsumsi antara produsen Mete Oven varian rasa dengan retailer modern Lokal 17. Tersedianya produk mete kacang di tingkat UUP sebagai bahan baku produk turunan lainnya
INDUSTRI PENDUKUNG INDUSTRI TERKAIT Industri pengemasan Industri Jasa Distribusi Industri alat prosesing Industri pemasok bahan baku pendukung SASARAN JANGKAP PANJANG 1. Terwujudnya industri turunan mete yang bernilai tambah tinggi dan berwawasan lingkungan 2. Tercapainya sertifikasi organic bagi semua subak abian produsen Mete di Provinsi Bali 3. Meningkatnya produksi turunan mete yang masuk distribusi perdagangan retailer modern baik local, regional maupun internasional. 4. Meningkatnya kapasitas kelembagaan di sektor mete dalam aspek produksi, pengolahan dan pemasaran. 5. Meningkatnya kontribusi subsektor industri produk olahan mete bagi perekonomian Provinsi Bali. STRATEGI 1. Penguatan IKM pengolah mete gelondongan untuk menjadi industri pengolah mete gelondongan 2. Meningkatkan kesadaran petani tentang nilai tambah dan mendorong kemauan petani untuk melakukan pengolahan mete 3. Meningkatkan kompetensi pelaksana unit Penjamin Mutu Internal 4. Pendekatan kemitraan lembaga pemberi modal untuk mendukung pengembangan usaha mete 5. Mendidik pengelola UUP dengan kemampuan marketing 6. Introduksi teknologi pengolahan ke UUP potensial 7. peningkatan kapasitas penanganan mete oleh UUP sehingga mampu membayar upah pekerja dengan layak 8. peningkatan peranan UUP sebagai pusat aktivitas bisnis petani mete 9. peningkatan kapasitas manajerial pengelola UUP untuk bisa menjadi sentra kegiatan petani Mete 10. mendorong petani untuk mengikuti prasyarat yang tertuang dalam ketentuan produk organik 11. meningkatkan peran internal control sistem di UUP. 12. fasilitasi pembangunan infrastruktur penunjang 13. peningkatan kemampuan daya serap UUP terhadap produksi petani mete berkualitas tinggi melalui perbaikan sistem kemitraan antara UUP dan petani 14. penguatan dan inisiasi IKM pengolah mete oven varian rasa 15. Penguatan IKM pengolah mete mentah menjadi mete varian rasa 16. menjalin kemitraan antara produsen mete oven varian rasa dengan retailer modern lokal.
20 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
Lanjutan… POKOK-POKOK RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
POKOK-POKOK RENCANA AKSI JANGKA PANJANG
Running production pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete mentah. Running produksi pengolahan mete oven varian. Melaksanakan pelatihan penerapan sistem jaminan mutu produk olahan mete. Melaksanakan magang pengolahan mete. Melaksanakan pelatihan pengolahan mete menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah. Melaksanakan pelatihan kepada pelaksana Internal Control System Melaksanakan evaluasi unit penjaminan mutu internal di UUP potensial secara periodik Fasilitasi kemudahan akses permodalan. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan pemasaran. Temu usaha dan promosi produk mete di tingkat nasional dan internasional. Pengadaan alat pengkacip yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi kacang mete kupas. Pengadaan alat oven mete. Pengadaan alat pengemas dan pelabelan Meningkatkan kapasitas UUP sehingga menjadi pusat pemasaran bagi petani mete Penguatan IKM potensial pengolah mete. Menjalin kerjasama pemasaran dengan retailer modern. Penyusunan business plan.
1. Membangun sistem kelembagaan petani mete yang kuat untuk mendukung terbangunnya industri agro unggulan mete yang berwawasan lingkungan 2. Membangun jaringan pasok dan pemasaran yang terintegrasi dengan industri agro unggulan mete provinsi dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan pelaku di bidang mete 3. Mempercepat adopsi teknologi di semua aspek industri agro mete guna meningkatkan nilai tambah 4. Meningkatkan kontribusi sektor industri agro terhadap perekonomian daerah Provinsi Bali. 5. Membangun industri agro unggulan mete skala menengah yang tangguh.
UNSUR PENUNJANG KELEMBAGAAN 1. Sistem kelembagaan UUP yang tangguh 2. Penjaminan mutu internal yang kompeten 3. Kepemilikan sertifikat organic
TEKNOLOGI Teknologi pengolahan yang tepat guna dan ramah lingkungan
SUMBER DAYA MANUSIA 1. Sumber daya manusia yang terampil dan berwawasan usaha 2. Sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan manajerial baik
JEJARING 1. Jalinan komunikasi antar stakeholder 2. Jejaring pasar yang jelas dan adil
21 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
Matrik Program Kerja Pengembangan Industri Agro Unggulan Provinsi Bali
Kegiatan
Produk Mente Kacang
1) Running production pengolahan mete gelondongan menjadi mete kacang mentah
Sasaran 4 UUP
8 ton mete gelondong an/tahun 4 UUP/ tahun
karang asem
UUP
4 UUP /tahun
karang asem
√
UUP
4 UUP /tahun
karang asem
√
UUP
4 UUP /tahun
karang asem
UUP 2) Penyusunan Business Plan 3) Melakukan pelatihan tentang Standar Mutu produk olahan mete 4) Melakukan magang pengolahan mete yang baik 5) Melakukan pelatihan pengolahan mete menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah biji mete mutu rendah 6) Memberikan pelatihan kepada pelaksana Internal Control Sistem (unit Penjamin Mutu Internal) 7) Melakukan evaluasi unit penjaminan mutu internal di UUP Potensial secara periodik 8) Fasilitasi kemudahan akses permodalan 9) Melakukan pembinaan dan pelatihan pemasaran konvensional dan non konvensional
Target
Indikasi Kegiatan Tahun Pelaksanaan Lokus 2016 2017 2018 2019
UUP UUP
BPD, BPR pengelol a UUP Mente
√
10 UUP 3 UUP /tahun 1 lembaga permodala n/tahun 10 UUP
√
BALI
BALI bali Karang asem, Buleleng
22 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
√
2020
√
Pemangku Kepentingan
disperindag
√ disperindag disperindag
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
disperindag Dinas Perkebunan, Desperindag, Dinas Perkebunan, Desperindag, Dinas Perkebunan, disperindag
disperindag
10) Temu usaha dan promosi produk mete di tingkat nasional dan internasional
pengelol a UUP Mente
11) Pengadaan alat pengkacip yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi kacang mete terkacip 12) Pengadaan alat kemas dan pengemas 13) Melakukan magang pengolahan mete yang baik
UUP
14) Melakukan pelatihan pengolahan mete menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah biji mete mutu rendah 15) Fasilitasi akses permodalan bagi UUP
pengelol a UUP Mente
16) Meningkatkan kapasitas UUP sehingga menjadi pusat pemasaran bagi petani mete 17) Meningkatkan kapasitas UUP sehingga menjadi pusat pemasaran bagi petani mete 18) Fasilitasi proses konversi menuju organik 19) Memberikan pelatihan kepada pelaksana Internal Control Sistem (unit Penjamin Mutu Internal)
UUP pengelol a UUP Mente
2x/tahun
2 UUP /tahun 2 UUP /tahun 4 UUP /tahun
BPD, BPR
4 UUP /tahun 1 lembaga permodala n/tahun
UUP
4 UUP /tahun
UUP subak abian UUP
4 UUP /tahun 2 subak abian /tahun 10 UUP
Karang asem, Buleleng
Karangasem Karangasem
bali
√ √
√
√
√
disperindag
√ √
√
√
√
disperindag
√
disperindag
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
bali bali
√
√
√
bali
23 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
disperindag
√
bali
Karangasem
disperindag, pengusaha, perbankan, petani
desperindag
√
bali
disperindag, pengusaha, perbankan, petani
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
desperindag
disperindag Dinas Perkebunan, Disperindag
20) Melakukan evaluasi unit penjaminan mutu internal di UUP Potensial secara periodik 21) Pembangunan gudang penyimpanan di tingkat UUP 22) Fasilitasi permodalan di musim produksi 23) Mediasi formulasi kemitraan antara petani dan UUP untuk menjamin pasokan, harga serta mutu. Mente Oven Varian 1) Running production pengolahan mete oven varian rasa 2) Penentuan IKM potensial untuk dijadikan pilot project
UUP
10 UUP
UUP
1 UUP /tahun
UUP
1 UUP/tahu n 1 UUP /tahun
UUP
Karangasem Karangasem
bali
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
bali 4 IKM
4 ton mete mentah
IKM di denpasar
IKM
2 IKM /tahun
Bali
3) Penguatan IKM potensial pengolah mete
IKM
2 IKM /tahun
Bali
4) Pengadaan alat oven mete
IKM
2 IKM /tahun
Bali
IKM
2 IKM /tahun
Bali
IKM
2 IKM /tahun
Bali
5) Pengadaan alat pengemas dan labeling 6) Melakukan magang pengolahan mete yang baik
√
24 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Dinas Perkebunan, Disperindag Dinas Perkebunan, Disperindag Dinas Perkebunan, Disperindag Dinas Perkebunan, Disperindag Dinas Perkebunan, Disperindag, Dinas Perkebunan, Disperindag, SKPD di daerah Dinas Perkebunan, Disperindag, Dinas Perkebunan, Disperindag, Dinas Perkebunan, Disperindag, Dinas Perkebunan, Disperindag,
7) Melakukan pelatihan pengolahan mete menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah biji mete mutu rendah 8) Menjalin kerjasama pemasaran dengan retailer modern.
IKM gerai modern
2 IKM /tahun 20 gerai/ tahun
√
√
√
√
Dinas Perkebunan, Disperindag,
Bali Bali
25 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
√
√
√
Disperindag