KATA PENGANTAR Om Swastiastu,
DATA POTENSI INDUSTRI AGRO PROVINSI BALI
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung wara nugrahaNya Buku “Data Potensi Industri Agro Provinsi Bali” dapat kami susun. Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap potensi industri agro khususnya komoditi kopi dan rumput laut Provinsi Bali, permasalahan dan upaya pemecahannya serta tersedianya data potensi IKM yang bergerak dibidang industri Agro. Perdagangan internasional, utamanya ekspor mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini karena ekspor adalah penghasil devisa, mendorong pertumbuhan industri dan penyerapan tenaga kerja. Globalisasi atau era perdagangan bebas, memberikan peluang sekaligus juga merupakan tantangan bagi dunia usaha kita, karena persaingan menjadi semakin ketat, telah diberlakukannya AFTA dan memasuki era Asean Economic Community tahun 2015. Kegiatan Indentifi kasi Potensi Industri Agro memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antar semua sektor baik antar sektor pembina maupun sektor pembina dengan dunia usaha sehingga langkah-langkah yang diprogramkan (peningkatan daya saing, kwalitas/mutu, design) dapat dilaksanakan. Dan dengan tersusunnya buku ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam meengambil langkah-langkah konkrit yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan dan peningkatan ekspor Non Migas. Akhirnya kepada semua pihak yang terkait membantu terlaksananya penyusunan Buku Data Potensi Industri Agro Provinsi Bali, kami sampaikan terima kasih. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.
Denpasar, Nopember 2012 Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali,
PROVINSI BALI TAHUN 2012
Ni Wayan Kusumawathi, SH, M.Si NIP. 19580616 198303 2 014 i
DAFTAR ISI i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Gambaran Umum 1. 7.
Kopi Aspek Produksi dan Aspek Pemasaran Rumput Laut Aspek Produksi dan Aspek Pemasaran
11. Permasalahan, Upaya Pemecahan, dan Saran 19. Lampiran-Lampiran 30. Data Industri Kecil dan Menengah & Menengah (IKM)
ii
GAMBARAN UMUM DAERAH BALI Provinsi Bali terdiri atas beberapa pulau, yaitu Pulau Bali (pulau terbesar), Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan (sekarang telah menyatu dengan Pulau Bali), dan Pulau Menjangan. Batas-batas wilayahnya yaitu sebelah utara Laut Bali, sebelah timur Selat Lombok, sebelah selatan Samudera Indonesia, dan sebelah barat Selat Bali. Luas wilayah Provinsi Bali yaitu 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia.
Secara geografis Pulau Bali dibelah oleh pegunungan yang membentang di tengah-tengah dari ujung barat sampai ujung timur, sehingga menjadi 2 (dua) bagian yaitu Bali Utara dengan dataran yang sempit dan kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Diantara pegunungan yang membelah pulau Bali terdapat gugusan gunung berapai, yaitu Gunung Batukaru, Gunung Batur dan Gunung Agung, sedangkan gunung yang tidak berapi yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya.Di Pulau Bali terdapat 4 (empat) buah danau yaitu Danau Beratan, Danau Batur ( keduanya keduanya sudah berkembang sebagai obyek wisata), Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Secara Administratif Provinsi Bali terdiri atas 9 (sembilan) Kabupaten/Kota, 57 Kecamatan dan 715 desa/kelurahan (termasuk desa persiapan). Jumlah penduduk Provinsi Bali tahun 2011 sebanyak 3.572.831 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.791.953 jiwa (50,15%) dan penduduk wanita/perempuan sebanyak 1.780.878 jiwa (49,85%). Rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 634 jiwa per km2. Provinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia masih mempunyai penduduk miskin sebanyak 166.200 orang (4,20%) pada tahun 2011. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali, maka Visi yang hendak dicapai dalam periode 5 (lima) tahun kedepan (2009-2013), yaitu ”Terwujudnya Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (Bali Mandara)”. Untuk dapat mewujudkan visi Bali Mandara dimaksud, maka Provinsi Bali menetapkan iii
3 (tiga) misi, yaitu: 1). Mewujudkan Bali yang berbudaya, metaksu, dinamis, maju dan modern. 2). Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, tertib, Harmonis serta Bebas dari berbagai ancaman. 3). Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir Bathin. Salah satu arah kebijakan pembangunan Bali sebagai penjabaran misi yang ketiga yaitu misi “mewujudkan Bali yang sejahtera dan sukerta lahir bathin adalah pembangunan di bidang Industri dan Perdagangan, yang menitik beratkan pada Pengembangan Industri kecil Menegah serta Industri Agro, yang lebih berorientasi pada produk ekspor. Kita ketahui bersama kondisi sosial masyarakat Bali secara umum cukup baik, hal ini dibuktikan dengan kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berjalan sebagaimana biasanya. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Buku Data Potensi Industri Agro Provinsi Bali Tahun 2012 ini mencakup hal-hal sebagai berikut : Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang Potensi Industri Agro khususnya kopi dan rumput laut serta data industri kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang Industri Agro yang ada di Provinsi Bali. Untuk mengetahui kegiatan dan perkembangan serta pertumbuhan Potensi Industri Agro khususnya kopi dan rumput laut serta data industri kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang Industri Agro yang ada di Provinsi Bali.
iv
Kopi a. Aspek Produksi Kopi termasuk salah satu komoditas unggulan perkebunan daerah Bali yang pembinaan dan pengembangannya tengah diintensifkan oleh Pemerintah untuk mendukung Program Peningkatan Ekspor Komoditas Non Migas Daerah Bali. Pada tahun 2011 tercatat areal tanaman kopi di bali seluas 34.120 Ha, terdiri dari Kopi Arabika 10.491 Ha (30,75 %) dan Kopi Robusta 23.629 Ha (69,25%) dengan sentra produksi Kabupaten Bangli dan Badung (untuk Kopi Arabika) dan Kabupaten Tabanan dan Buleleng untuk (Kopi Robusta). Total Produksi Kopi di Bali pada Tahun 2011 adalah 10.379.413 Kg terdiri dari Kopi Arabika 3.123.162 Kg dan Kopi Robusta 7.256.251 Kg dengan rata-rata produksi (produktivitas) masing-masing sebesar 489 Kg/Ha/Th (untuk Kopi Arabika) dan 358 Kg/Ha/Th (untuk Kopi Robusta). Disamping produktivitas yang rendah, kualitas (mutu) kopi rakyat di Bali pada umumnya masih tergolong relatif rendah yakni Grade IV – VI DP, sehingga tidak mampu bersaing di pasar global (ekspor). Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka sejak 10 tahun terakhir telah dilaksanakan Program peningkatan Kualiats Kopi rakyat melalui perbaikan cara pengolahan yakni dari pengolahan secara kering (Dry Processed) menjadi pengolahan secara basah (Wet Processed) dengan sasaran peningkatan kualitas kopi rakyat dari Grade IV – VI DP menjadi Grade I – II WP. 1
1
Wujud nyata dari program ini antara lain dalam bentuk fasilitasi alat pengolahan kopi (seperti pulper huller, raung washer, lantai jemur/para-para, bak permentasi/bak pencuci dsb) kepada Kelompok Tani atau Subak Abian, disertai dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani anggota Subak Abian melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, praktek lapangan baik oleh aparat Dinas Perkebunan Provinsi Bali dan atau bersama-sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Jember). Sampai dengan tahun 2011 tercatat 38 Kelompok Tani atau Subak Abian yang mengikuti program pengolahan kopi secara basah (WP) Dibandingkan dengan total produksi pada tahun 2006, maka jangkauan program peningkatan kualitas kopi melalui olah basah (Wet Processed = WP) ini masih relatif kecil, yakni 5 persen untuk Kopi Arabika dan 0,50 persen untuk kopi Robusta. Karena itu program ini perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan pada tahuntahun mendatang baik jangkauannya maupun kualitas pelaksanaannya.
Sedangkan untuk kopi Robusta diarahkan untuk dilaksanakan gerakan petik merah dan olah basah dengan menjalin kerjasama dengan para pengusaha. Dengan mengembangkan pola kerjasama tersebut, maka diharapkan volume dan nilai ekspor kopi menjadi meningkat dari tahun ke tahun.
Untuk mendukung upaya peningkatan produksi, baik yang menyangkut aspek produktivitas maupun aspek kualitas, maka pada tahun 2005 telah dicanangkan untuk lebih mengembangkan pola kerjasama antara Kelompok Tani (Subak Abian) dengan perusahaan mitra. Untuk kopi Arabika diarahkan untuk dilaksanakan pengolahan secara basah melalui kerjasama antara pengusaha dengan Subak Abian yang ada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Selain itu juga dikembangkan kopi Arabika jenis unggul (Kopyol).
b. Aspek Pemasaran Pemasaran kopi di Bali dibedakan atas pemasaran domestik (lokal dan antar pulau) serta pemasaran ke luar negeri (ekspor). Pemasaran domestik sulit dimonitor baik volume maupun nilainya, sedangkan pemasaran ekspor dapat dimonitor melalui data yang ada pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali berkaitan dengan pengurusan dokumen ekspornya. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, pada tahun 2011 tercatat volume ekspor Kopi dari Daerah Bali sebesar 30.295 Kg, dengan nilai sebesar US$ 215,074.120. Komoditi kopi daerah Bali masih mempunyai pospek yang baik disebabkan oleh hal-hal sbb : 1. Bahwa petani/ekportir kopi daerah Bali telah memenuhi permintaan eksportir yaitu kopi kualitas baik dengan ketentuan olah basah (WP) yang sangat diminati oleh konsumen di luar negeri. 2. Kopi Bali yang sudah dikenal secara luas dan ditempatkan diantara kopi-kopi yang paling terkenal di Indonesia (seperti Mandailing, Toraja, Lintong, gayo dan jawa) serta cita rasanya semakin
2
3
2
3
3.
4.
5.
6.
menunjukkan kualitasnya di pasaran internasional (speciality coffee). Bahwa konsumen menganggap kopi Bali sebagai “origin coffee” dan bersedia membayar kopi dengan harga tinggi, para konsumen ini bisa ditemukan di Bali, atau diseluruh Indonesia bahkan di Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa. Kopi Bali Arabika maupun Robusta di beberapa subak abian yang ada di sentra kopi (Bangli, Badung, Buleleng dan Tabanan) telah mendapatkan sertifikat (sesuai dengan SNI No.01-6729-2002 tentang pangan organik) dari lembaga sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) dan sertifikat dari Control Union Certifications Adanya perlindungan hukum oleh Direktorat Jenderal HKI, Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia tanggal 11 Desember 2008 dengan sertifikat nomor ID IG 000000001 atas Indikasi Geografis (IG) Kopi Kintamani Bali yang merupakan produk yang pertama di Indonesia, maka Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) telah dapat mendeferensiasi produk kopi dalam menghadapi pasar global. Keanggotaan MPIG sampai saat ini berjumlah 64 subak abian (mewakili 3.387 KK petani) dan memiliki 28 unit pengolah, 5 unit pengolah swasta dan 2 penyangrai di Denpasar (data terlampir).
Disamping diekspor dari Bali, juga diekspor lewat PT. Indocafco Lampung untu Kopi Arabika dengan negara tujuan Amerika, Australia dan Prancis dan juga diekspor melalui Surabaya olehn PT. Bintang tunggal sejati dan 4
4
PT. Indocom Citra Persada, sedangkan PT. Tri Agung Mulya Surabaya sebagai exportir kopi Robusta dengan tujuan Jepang, dan Cina. Namun hal yang perlu diingat bahwa Kopi Indonesia (termasuk Bali) juga mendapat saingan berat dari produsen kopi dunia lainnya seperti Brasil, Vietnam dan Kenya. Data perkembangan areal, produksi dan ekspor Kopi Bali selama 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat diikuti pada tabel berikut : Tabel-1.: No. 1
Tahun 2
Perkembangan Areal, Produksi dan Ekspor Kopi di Bali Tahun 2002 - 2011 Areal (Ha) 3
Produksi (Kg) 4
Realisasi Eksp or Volume Nilai US $ 5 6
1
2002
36,819
19,371,000
4,448
20,889.13
2
2003
36,335
40,744,000
2,857
10,689.20
3
2004
36,298
18,772,000
3,541
20,038.14
4
2005
31,426
16,980,375
3,580
21,518.98
5
2006
31,426
15,028,634
5,634
50,838.22
6
2007
31,426
15,780,066
7,823
78,704.12
7 8
2008 2009
31,426
31,948 29,064
103,790.04
31,426
16,411,269 18,872,959
9
2010
32,112
14,901,943
11,698
126,584.40
2011
34,120
10,379,413
30,295
215,074.12
10
155,305.71
Sumber : Disperindag Provinsi Bali dan Disbun Provinsi Bali Sumber : Disperindag Provinsi Bali dan Disbun Provinsi Bali
5
5
Rumput Laut a.
Aspek Produksi Sebagian besar potensi sumberdaya perikanan budidaya belum dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan lapangan usaha, menyerap tenaga kerja, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kementrian kelautan dan Perikanan berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015. Untuk mewujudkannya, maka perluasan lahan budidaya dan penambahan wirausaha baru perlu dilakukan. Metode budidaya rumput laut yang direkomendasikan adalah meliputi metoda lepas dasar, metode apung, metode long line dan metode jalur. Di Indonesia ada 9 (sembilan) Provinsi penghasil budidaya rumput laut diantaranya adalah Provinsi Bali dengan luas areal budidaya laut tahun 2011 seluas 779,60 Ha (50,24%) dari potensi areal budidaya laut di perairan Bali seluas 1.551,75 Ha, rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis Eucheuma Cottonii dan Eucheuma Spinosum tersebar di 5 (lima) wilayah Kabupaten/kota yaitu : Badung, Jembrana, Buleleng, Klungkung dan Denpasar,. Total Produksi rumput laut di Bali pada Tahun 2011 adalah 141.863.400 Kg dengan jumlah tenaga kerja sejumlah 4.006 rumah tangga. Disamping masih belum optimalnya pemanfaatan areal budidaya rumput laut dibandingkan potensi yang ada di perairan Bali, kualitas (mutu) rumput laut di Bali pada 6
umumnya masih tergolong relatif rendah, mutunya belum sesuai dengan standar mutu ekspor yang disebabkan oleh waktu panen yang belum cukup dan petani belum menerapkan kegiatan pasca panen secara baik dan benar, sehingga tidak mampu bersaing di pasar global (ekspor). .
b.
Aspek Pemasaran Pemasaran rumput laut di Bali dibedakan atas pemasaran domestik (lokal dan antar pulau) serta pemasaran ke luar negeri (ekspor). Pemasaran domestik sulit dimonitor baik volume maupun nilainya, sedangkan pemasaran ekspor dapat dimonitor melalui data yang ada pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali berkaitan dengan pengurusan dokumen ekspornya. Peningkatan ekspor rumput laut salah satunya disebabkan oleh meningkatnya permintaan. Rumput laut yang diekspor tersebut adalah berupa bahan dalam keadaan kering dan diekspor melalui pelabuhan di Surabaya. Idealnya untuk komoditas rumput laut ini, sebelum diekspor diolah terlebih dahulu untuk memperoleh nilai tambah (value added) baik menjadi bahan untuk obat-obatan maupun untuk bahan kosmetika. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, pada tahun 2011 tercatat volume ekspor rumput laut dari Daerah Bali sebesar 23.650 Kg (meningkat 5.872,22%) dibanding tahun 2010 sebesar 396 Kg, dengan nilai sebesar US$ 7
6
7
15.720,00 (meningkat 598,47%) dibanding tahun 2010 sebesar US$ 2.280,00, Komoditi rumput laut daerah Bali masih mempunyai pospek yang baik disebabkan oleh hal-hal sbb : 1. Bahwa petani/ekportir rumput laut daerah Bali telah memenuhi permintaan eksportir yaitu jenis rumput laut Eucheuma Cottonii kualitas baik yang sangat diminati oleh konsumen di luar negeri. 2. Komoditas ini mempunyai potensi pasar baik di pasar domestik maupun pasar international. 3. Jumlah Produksi rumput laut masih bisa ditingkatkan melalui extensifikasi dan intensifikasi budidaya rumput laut, mengingat masih tersedianya potensi areal budidaya di perairan Bali. 4. Pesaing komoditas ini masih sedikit, sehingga memberikan peluang bagi Bali khususnya melakukan ekspansi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. 5. Peluang pasar komoditas ini masih terbuka luas terhadap ekspor, karena kebutuhan rumput laut dunia masih belum terpenuhi. Namun hal yang perlu diingat bahwa kenyataannya Indonesia masih jauh ketinggalan dari Filipina baik dari aspek produksi bahan baku maupun ekspor produkproduk olahan rumput laut, Saat ini Filipina mampu memposisikan diri sebagai eksportir semi refined carrageenan, alkaki terated carrageenan dan rumput laut kering matahari (raw dried seaweed) nomor satu serta eksportir refined carrageenan nomor 4(empat) dunia, Filipina juga merupakan produsen Euchema
nomor satu dunia (72%), disusul Indonesia (22%), Zanzibar (3,3%) dan Malaysia (2,7%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peluang pasar dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka lebar dimana terjadi exees demand pasar dalam negeri maupun luar negeri terhadap komoditas rumput laut Indonesia. Data perkembangan areal, areal, produksi produksi dan dan ekspor eksporrumput rumput Data perkembangan laut Bali selama 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat diikuti laut Bali selama 6 (enam) tahun terakhir dapat diikuti pada berikut :: pada tabel tabel berikut Tabel-2 Perkembangan Areal, Produksi dan dan Tabel-2 : :Perkembangan Areal, Produksi Ekspor EksporRumput RumputLaut Laut di di Bali Tahun 2006 2011 2002 - 2011 No. 1 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7
Sumber8
9
10
Tahun 2 2 2006 2002
2003 2007 2004 2008 2005 2009 2006 2010 2007 2011 2008
Areal (Ha) 3 3
478 261.00 374.10 418.50 420.60 729.70 402.00 729.70 478.00 741.90 418.50 779.60 729.70
Produksi (Kg) 4 4
164,687.00 111,875.00 108,564.40 152,226.10 155,984.60 129,095.00 160,955.30 135,810.90 164,687.00 132,640.80 152,226.10 141,863.40 129,095.00
Realisasi Eksp or Volume Nilai US $ 5 6 5 6 418.73 243,520.37 -
-1.95 53.22 -
30.00 418.73 396.00 1.95 23,650.00 53.22
2009 729.70 30.00 : Disperindag Provinsi135,810.90 Bali dan DKP Provinsi Bali 2010
741.90
132,640.80 *)
2011
779.60
141,863.40
396.00
23,650.00
5,273.60 -
1,682.74 917.50 243,520.37 2,280.00 5,273.60 15,720.00 1,682.74
917.50 2,280.00 15,720.00
Sumber : Disperindag Provinsi Bali dan DKP Provinsi Bali
8
8
9
9
Permasalahan
Sub Sektor Perkebunan
Sub Sektor Industri
Komoditas Kopi
Permasalahan yang perlu ditindak lanjuti dalam menunjang kontinuitas dan peningkatan ekspor hasil industri dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu : a. Aspek Produksi 1. Terbatasnya tenaga terampil dalam pengoperasian teknologi madya maupun teknologi tepat guna. 2. Terbatasnya wawasan bisnis/management usaha sehingga usahanya cenderung ditangani sendiri. 3. Tidak adanya kepastian harga dan jaminan serta bahan baku, sehingga menghambat kontinuitas produksi. 4. Kebutuhan modal kerja semakin besar akibat dari peningkatan biaya produksi. 5. Kurangnya ragam desain dalam perebutan pasar
a. Aspek Produksi Sistem pengolahan kopi secara basah (Wet Processed/WP) telah terbukti mampu meningkatkan kualitas kopi rakyat di Bali dari Grade IV-VI DP menjadi Grade I-II WP. Namun mengingat terbatasnya kemampuan dana pemerintah dan lemahnya swadaya petani, program pengolahan kopi secara basah belum mampu seluruh areal dan produksi yang ada (baru hanya ± 15 persen dari total produksi). Untuk itu dibutuhkan adanya partisipasi aktif dari perusahaan mitra / investor untuk ikut memfasilitasi Kelompok Tani/Subak Abian dalam bentuk sarana pengolahan, bantuan permodalan serta bimbingan teknis yang dibutuhkan.
b. Aspek Pemasaran 1. Kebutuhan eksportir dalam melakukan promosi untuk menembus peluang pasar internasional belum terpenuhi. 2. Keterbatasan kemampuan dunia usaha dalam menganalisa pasar dalam mengoptimalisasikan produksi yang tersedia pada pengusaha/eksportir. 3. Ketergantungan eksportir terhadap pembeli luar negeri yang datang ke Bali, akibat terbatasnya informasi pasar luran negeri. 4. Lemahnya daya saing dengan produk yang sama dari negara lain dalam merebut pasar internasional.
b. Aspek Pemasaran Kopi rakyat di Bali dengan mutu baik (Grade I-II WP) hasil bimbingan Dinas perkebunan tidak tercatat dalam data ekspor yang ada di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, karena para pengusaha mitra yang sekaligus berperan sebagai eksportir mengekspor kopi dimaksud melalui pelabuhan di luar Bali yakni dari Provinsi Jawa Timur (PT,. Tri Agung Mulya – Surabaya) dan melalui Provinsi Lampung (PT. Indocafo – Lampung). Untuk mengantisipasi perusahaan, pihak Pemerintah Provinsi bali perlu memberikan pembinaan yang intensif, memberikan fasilitasi dan kemudahan agar para eksportir Kopi yang tergabung dalam AEKI Bali dapat eksis dalam kegiatan
10
11
10
11
ekspor kopi sekaligus mendukung program peningkatan ekspor non migas Daerah Bali. Sub Sektor Perikanan Komoditas Rumput Laut Peningkatan ekspor rumput laut salah satunya disebabkan oleh meningkatnya permintaan. Rumput laut yang diekspor tersebut adalah berupa bahan dalam keadaan kering dan diekspor melalui pelabuhan di Surabaya. Idealnya untuk komoditas rumput laut ini, sebelum diekspor diolah terlebih dahulu untuk memperoleh nilai tambah (value added) baik menjadi bahan untuk obatobatan maupun untuk bahan kosmetika. Perkembangan ekspor komoditas rumput laut Bali sudah menunjukkan kemajuan di satu sisi,.namun disisi lain ternyata masih ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain :
banyak eksportir kita yang belum mampu secara penuh menerapkan Program Majajemen Mutu Terpadu (PMMT) yang diadopsi dari Amerika Serikat yaitu : Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP). Ekspor ke Uni Eropa adalah salah satu contoh yang menerapkan Manajemen Pengawasan Mutu yang paling ketat persyaratannya, sehingga jumlah eksportir yang berorientasi ekspor ke Uni Eropa yang mempunyai Approval Number semakin berkurang jumlahnya. 2) Eksportir rumput laut transportnya kadang-kadang menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Benoa namun lebih sering menggunakan pelabuhan di luar Bali seperti Surabaya dan Jakarta. 3) Ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh eksportir karena tuntutan konsumen dan meningkatnya persaingan antar produsen produkproduk perikanan dan hasil laut dengan luar negeri maupun di dalam negeri sendiri.
a. Aspek Produksi 1) Untuk rumput laut, mutunya belum sesuai dengan standar mutu ekspor yang disebabkan oleh waktu panen yang belum cukup dan petani belum menerapkan kegiatan pasca panen secara baik dan benar. b. Aspek Pemasaran 1) Dalam menghadapi era globalisasi dan memasuki pasar bebas, para eksportir hasil perikanan dituntut agar menerapkan sistem pengawasan mutu yang ditetapkan oleh negara importir. Di lain pihak masih 12
12
13
13
Upaya Pemecahan Sektor Industri Upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di sektor industri perlu diupayakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Aspek Produksi 1. Meningkatkan kerjasama dengan program studi seni rupa dan desain perguruan tinggi di Bali melalui pemanfaatan unit pelayanan desain serta mendatangkan konsultan desain dalam rangka pengembangannya. 2. Meningkatkan pelaksanaan Program Bapak Angkat Mitra Usaha antara perajin dengan Badan Usaha Milik Negara / Swasta dan Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penyediaan mesin dan peralatan. 3. Meningkatkan ketrampilan perajin di bidang teknis produksi, desain dan diversifikasi produk melalui pelatihan, bimbingan dan penyuluhan teknis terpadu. 4. Meningkatkan kerjasama dengan daerah penghasil bahan baku sehingga kontinuitas pengadaan, harga maupun kualitas lebih terjamin. b. Aspek Pemasaran 1. Meningkatkan peran aktif pengusaha/eksportir dalam bidang promosi dengan mengikutsertakan pada pameran-pameran dalam negeri maupun luar negeri, baik dibiayai APBN maupun APBD. 2. Meningkatkan peran aktif pengusaha/eksportir dalam memanfaatkan saran informasi melalui homepage bekerjasama dengan pihak ketiga, pencetakan
company profile, katalog/brosur, trade directory maupun sarana publikasi lainnya. 3. Meningkatkan daya saing produk antara lain dengan peningkatan kualitas produk yang dipasarkan, Penerapan SNI dan ISO 9000, penetapan tingkat harga yang tepat dan sebagainya. 4. Diharapkan para ITPC (International Trade Promotion Center), Atase Perdagangan dan Konsul/Konjen memberikan informasi pasar luar negeri yang dibutuhkan oleh para pengusaha secara visual dan lengkap, termasuk informasi mengenai produk-produk yang dipasarkan oleh negara-negara pesaing maupun produk-produk yang diminati konsumen luar negeri, sehingga pengusaha di Bali tidak selalu tergantung kepada pembeli luar negeri yang datang langsung ke Bali. Sektor Perkebunan Untuk mencapai sasaran ekspor komoditas perkebunan khususnya komoditi kopi sebagaimana diproyeksikan kedepan, maka akan dilakukan upaya-upaya antara lain : a. Meningkatkan pembinaan sistem agribisnis melalui pola kemitraan antara kelompok tani (Subak Abian) dengan perusahaan mitra. b. Rehabilitasi terhadap tanaman kopi yang rusak dan lahan bebas kopi dengan tetap memperhatikan ketinggian dan persyaratan tumbuh tanaman. c. Mencegah pemasukan bahan tanaman (seperti bibit) yang dipandang dapat merupakan sumber infeksi. d. Memantapkan dan memberdayakan kelembagaan tani (Subak Abian) agar mampu dan mau berperan
14
14
15
15
aktif sebagai ujung tombak (agent of development) pembangunan perkebunan di pedesaan. e. Memantapkan serta meningkatkan upaya pengolahan kopi secara basah (Wet Processed) melalui penambahan Unit Pengolahan Hasil (UPH) serta memberikan fasilitas modal usaha bergulir dengan melibatkan pihak perbankan. f. Mendorong perkembangan areal tanaman baik melalui subsidi bibit/bahan tanam maupun melalui kredit perbankan dengan persyaratan yang lunak. Sektor Perikanan Untuk mencapai sasaran ekspor komoditas perikanan dan kelautan khususnya komoditi rumput laut sebagaimana diproyeksikan kedepan, maka akan dilakukan upaya-upaya antara lain : a. Diversifikasi produk dan diversifikasi usaha akan terus ditingkatkan b. Pembinaan pemanfaatan sumber daya laut akan terus dilakukan. c. Para nelayan/petani rumput laut tradisional dodorong dan dibina agar mampu menghasilkan komoditi ekspor. d. Pembinaan pengawasan mutu produk ekspor telah dilakukan dengan intensif melalui pelatihan untuk perusahaan-perusahaan, untuk para nelayan, para pembudidaya sampai pada aparat pembina/ pengawas mutu mengenai Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan deregulasi tata cara dan kertentuan-ketentuan ekspor e. Meningkatkan kemitraan usaha pelaku-pelaku agribisnis dan antar pengusaha kuat dan lemah
serta mendorong sistem agribisnis pada Sentra Pengembangan Agrobisnis Komoditas Unggulan (SPAKU). f. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman pembudidayaan dan pengolahan melalui pendidikan dengan pola magang misalnya pada pengolahan rumput laut di perusahaan-perusahaan besar yang telah maju. g. Memberikan bantuan Dana Penguatan Modal (DPM) kepada pelaku usaha perikanan dengan bunga rendah dan tanpa agunan untuk merancang peningkatan produksi dan ekspor. h. Tetap melaksanakan paket deregulasi dibidang perikanan dan kelautan untuk membantu pelaku usaha dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. 1.1.
SARAN 1. Untuk mencapai sasaran ekspor perlu dilakukan dengan usaha dan kerja keras dari berbagai pihak, baik instansi pembina maupun dunia usaha. 2. Perdagangan ekspor juga mempunyai keterkaitan dengan pariwisata, khususnya produk-produk yang diekspor secara cangkingan, oleh karenanya perlu diciptakan image yang positif terhadap kepariwisataan.
16
16
17
17
Lampiran-Lampiran Lampiran 1 : Daftar Anggota Produsen Gelondong Merah
19
20
21
22
Lampiran 2 : Unit Pengolahan dan Penyangrai
23
24
Lampiran 3 : Daftar Desa yang tercakup dalam daerah IG. Semua dusun di desa-desa ini yang berada di atas ketinggian 900 m dimasukkan ke dalam daerah IG.
25
26
27 28
2 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun 2 Denpasar Badung Tabanan Jembrana Buleleng
No. 1 1 2 3 4 5
Tabel Data
Tahun
No.
779.60 741.90 729.70 729.70 418.50 478.00 402.00 420.60 374.10 261.00
141,863.40 132,640.80 135,810.90 129,095.30 152,226.10 164,687.00 160,955.30 155,984.60 108,564.40 111,875.00
5
Produksi (Ton)
263,954,294.00 135,814,542.00 119,855,371.40 126,006,562.30 71,065,191.00 116,531,975.00 64,057,004.00 63,150,327.00 40,448,148.50 104,827,905.00
6
Nilai Produksi (Rupiah)
6 Luas areal budidaya laut s.d tahun 2011 seluas 779.60 Ha (50.24%) dari areal potensi budidaya laut di perairan Bali seluas 1. 551.75 Ha (Renstra DKP Th.2009-2013)
Keterangam
97 684 4 168
11.10 70.00 415.00 72.20
Rumah Tangga Luas Usaha Budidaya (Buah) Laut (Ha) 3 4
5 866.00 33,463.00 583.00
Produksi (Ton)
953,060.00 37,995,580.00 880,000.00
6
Nilai Produksi (Rupiah)
6
Keterangam
: Jumlah Rumah Tangga, Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Laut (Rumput Laut), Kabupaten/Kota se Bali Tahun 2011
4,006.00 4,947.00 3,973.00 3,973.00 3,970.00 3,939.00 3,929.00 3,867.00 3,524.00 3,475.00
Rumah Tangga Luas Usaha Budidaya (Buah) Laut (Ha)* 3 4
Tabel: Jumlah DataRumah Runtun Waktu : Jumlah Rumah Tangga, Luas Usaha, Produksi dan Tangga, Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Laut (Rumput Laut), 2002 - 2011 Nilai Produksi Budidaya Laut (Rumput Laut) Provinsi Bali Provinsi Bali], 2002 - 2011 Tabel Data Runtun Waktu
Lampiran 4
29
2007 2006 2005 2004 2003 2002 3,970.00 3,939.00 3,929.00 3,867.00 3,524.00 3,475.00
418.50 478.00 402.00 420.60 374.10 261.00
152,226.10 164,687.00 160,955.30 155,984.60 108,564.40 111,875.00
71,065,191.00 (Renstra DKP Th.2009-2013) 116,531,975.00 64,057,004.00 63,150,327.00 40,448,148.50 104,827,905.00
Tahun 2 Denpasar Badung Tabanan Jembrana Buleleng Karangasem Klungkung Gianyar Bangli Jumlah
No. 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Luas Usaha Budidaya Laut (Ha) 4 11.10 70.00 415.00 72.20 211.30 779.60
Rumah Tangga (Buah) 3 97 684 4 168 3,053 4,006.00
866.00 33,463.00 583.00 106,951.40 141,863.40
5
Produksi (Ton) 953,060.00 37,995,580.00 880,000.00 224,125,654.00 263,954,294.00
6
Nilai Produksi (Rupiah)
6
Keterangam
Tabel Data : Jumlah Rumah Tangga, Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Laut (Rumput Laut) Kabupaten/Kota se Bali Tabel Data : Jumlah Rumah Tangga, Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Laut (Rumput Laut), Kabupaten/Kota se Bali Tahun 2011 Tahun 2011
Lampiran 5
5 6 7 8 9 10