PERANAN ANOPIIELES SUA{DAICU,$ SEBAGAI YEKTOR PEI\'YAKIT M.{LARIADI BEBERAPADAERAH DI INDONESIA *) Hasan
Boesri'
ABSTRACT The An. sundaicus mosquito
nurturing behavior is located in sea, rtarsh and plainwater The An. sundaicus' (Rodenwaldt) mosquito location spreads all over India, Bangladesh, Burma, Indochina, Thailand, Malaysia, Singapore and Indonesia. Whether in Indonesia it covers throughout Riau, Lampung, West Java, Central java, Jogiakarta, east Java, Nusa Tenggara Ilmur and South Sulawesi. Restingplaces where An. suniaicus mosquitofavors are bushes, piles of dry coconut leaves and indoors. Its ability towards bliod sources are fwor relatives (depending on the situation and condition ofits location) since it could bite indoors or outdoors. Nevertheless, accordingto sornepublications Qiteratures), fur.. sundaicus prefers biting outdoors noctumally with its peak around 9-12 pm. An. sundaici, ,ot" ot a malaria vector in s ome areas ofIndones ia.
Kqruords : An. sundaicus.vectorl Indonesia
PEIIDAIfl]LUAN Penyakit yang ditularkan vektor dan masih merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesi a aataralain adalatr penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Salah satu species Anopheles yang menjadi vektor tersebut adalah Anopheles Sundaicus Rodenwaldt, 1926.Di dunia ada2.960 spesies nyamuk dan 457 spesies yang tercakup dalam 18 genera tercatat ditemukan di Indonesia, meliputi 80 spesies Anopheles, 32 spesies Culex, 125 spesies Aedes dan 8 spesies Mansonia sedangkan sisanya merupakan anggota genera-genera yang tidak penting dalam penularan penyakitl. Di kawasan Asia Tenggara, Anopheles Sundaicus mempunyai arti penting dalam penularan penyakit malaria baik sebagai vektor utama maupwr sebagai vektor pengikut (secondary vector) mulai dari daerah Orissa hinggga sampai ke Fulau Timor Indonesia'.
Di Indonesia, An. sundaicus Rodenwaldt merupakan vektor utama penyakit di daerah-daerah pantai'. Spesies 'B2P2VRP Salatiga Badan Litbang KesehatarU KEMENKES RI
66
ini berkembangbiak dengan baik terutama dalam perairan-perafuan yang banyak
mengandung tumbuh-tumbuhan air (algea) seperti pada lagoon, rawa dan muara pantai sungai yang bersifat payau dengan salinitas berkisar aataru 4-30 grll dengan keadaaan sinar matahari yang cukupo. Larta An. Sundaicus Rodenwaldt, India didapatkan dalam perairan-
di
perairan yang mempunyai kadar gaf,arn yang bervariasi yaitu mulai dari O,Asyo sampai 0,25yo dan kadang-kadang dapat pula ditemukan pada perairan yaog berkadar garam yaag lebih tinggi yaitu sekitar 1,8o6t. Namun demikian, di daerah Sumatera Larva An. sundaicus im dapat berkembangbiak di air tawar yaitu di
daerah persawahan yaf,g banyak
mengandung fumbuhan algea filament. Jenis rlan banyaknya tumbuhan dari suatu
permukaan perairaa dapat pula menentukan kepadatan relatif dari larva An. sundaicus yang ada dalam perairan tersebut. Tumbuhan yang mengapung seperti Entermorpha, Cladophora dan ganggang Cyanophyceae merupakan
Jnnral Vektor Penyakit, Vol.
III No. 2, 2009 : 66 - 72
tempat yang ideal bagi perkembangbiakannya'. Oleh karena hal-hal tersebut di atas, sering pula dikatakan bahwa genus Entermorpha diketal sebagai indikator atau pertanda tempat perindukan ln. Sundaicusu.
Di negara bagian Malaysia (Serawak) An. sundaicus Rodenwaldt, dilaporkan sebagai vaktor utama di daerah pantai negara tersebutT. Sedangkan di Thailand,
An. sundaiczs Rodenwaldt hanya diduga sebagai vektor peng i7rut (s c ondary vehor) karena beberapa wilayah lrregara tersebut, vektor utama penyakit malaria tersebut adalahAn. balabacensis, An. minimus dan An. macul atus' . P eny ebaran An. sundaicus
Rodenwaldt meliputi: India, Bangladesh, Burma, Indociaa, Thailand, Malaysia, Singapore, Indinesia dan belum pemh dilaporkan terdapat di Srilanka, Philipina, danTaiwant.
Di India, penyebaran dari An. sundaicus Rodenwaldt, meliputi daerah bagian Barut Bengali, Orissa, hinggu daerah pantai Andhra paradesh dan Andamans. Di Indonesia penyebaran dari An. sundaicus Rodenwaldt dan telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria meliputi daerah-daerah Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan Sulawesi Selatane.
Tujuan dari penulisan ini iatah memberikan informasi (penjelasan) mengenai beberapa aspek biologi dan bionomik dari An. sundaicus Rodenwaldt serta peranannya dalam kesehatan
manusia termasuk dalam pengendaliannya.
METODE
Kalsifikasi Anopheles sundaicus Rodenwaldt.
Terdapat
2
varietas (tipe) An.
sundaicus Rodenwaldt yaitu : 1) varietas (tipe ) Flavescens yang terdapat di Jawa. 2) Variatas (tipe) Torakala Stoker dan Waktodei 1949 yang terdapat di daerah
Sulawesi. Sedangkan klasifikasinya dan Swellengberel adalah : Phylum:
menurut Bonne Wepster
Arthropoda, Classis: Hexapoda, Ordo: Diptera, Familia: Culcidae, Sub familia: Anophelinea, Tribus: Anophelini, Sub Genus: Celia, Seri : Pseudomyzornyia, Genus: Anopheles',.
HASILDAFT PEMBAIIASAN
Morfologi
Latva nyamuk An. sundaicus mempunyai panjang tubuhnya lebih kurang 5 mm pada instar ke VI, berwarna kecoklat-coklatan atau sering pula berwama kehij au-hiajuan, bulu-bulu pada antena kecil dan tidak bercabang, bulubulu iner clypeal letaknya berjauhan, bulubulu kipas pada ruas adbomen pertama sempuran tergal plate abdomen kecil dan bulu meso thoraks no.4 bercabang 3-4 di dekatpangkalnya. Dewasa (untuk yang betina) Pada bagian kepala terdapat sisik-sisik pucat (pada bagian verteks) dan bagian depannya terdapat sisik-sisik yarLg menonjol, antena berwama coklat dengan sedikit sisik-sisik pucat di ujungnya dan palpi berwarna coklat gelap dengan tiga bagian berwarna pucat dan bagian pucat yang terujung sama panjangnya dengan bagian gelap dibawahnya.
BagianThoraks Pada bagian anterior pronotal lobes terdapat beberapa bulu-bulu, dengan bagian pro pleuron dengan Z-3 bulu. Bagian tengah mesonotumnya dengan kelompok sisik putih. Scutellum berwama coklat kekuning-kuningan dengan bagiannya coklat tua dan pada bagian tepinya terdapat rarnbut seperti sisik. Halter berwarna putih dan pada ujunguya terdaspat sisik berwarna hitam. Rambutrambut spiracular 2-3 tetapi dap atpula6-7 . Rambut-rambut pada bagian pre alar
67
PerunanAnophelessundaicnssebagaiVektorPenyakit'...(HasanBoesri)
I
berjumlah 6-8. Bagian atas mesepimeral ada 8 rarrbut (sisik) danbagianbawahnya dari mesepimeral tersebut tak berarnbut
Dewasa
(tak bersisik). Bagian stemopleural bagian atas terdaoat 6-7 rambut, sedangkan pada bagian bawahnya terdapat 7 rarnbut.
mempublikasikan tentang keaktifan mengigit dan An. sundaicus Rodenwaldt ini. An. Sundaicus di Indonesia aktif mengigit sepanjang malam dengan kepadatan yang tertinggi sekitar tengah
Bagian Sayap dan Kaki Sayap kecil, benrkuran tidak lebih dari 3 mm. Urat sayap I dancostannyaterdapat bercak-bercak putih yang jumlahnya bervariasi dan biasanya 4 ataa lebih. Pada percabangan urat sayap 5.1 dan 4.2 terdapat sisik hitam (panjang sisik hitam tersebut bervariasi). Pda urat sayap 6 terdapat 2 noda gelap. Pada femur dan tibia bercak-bercak putih. Persambungan tibiatarsus kaki belakang dengan gelang pucat yang sempit. Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau selurubnya berwama gelap.
KeaktifanMenggigit
Hanya sedikit informasi
Yang
malam dan meqjelang pagi hari.
An. sundaicus di daerah Pantai Banyuwangi Jawa Timur, aktif monggigit dengan kepadatan yang tertinggt pada pulnul 21.00 sampai pukul 24.00 teugah malam". Demikian pula di India dan di Burma bahwa An. sundaiczs mulai aktif mengigit sejak pukul21.00 hingga pulul 24.00tengahmalam. Kebiasaan Makan darah (Feeding Habit)
Soedir dari hasil pengamatannYa
BIONOMIK Anopheles
sundeicus
Rodenwaldt
Larva Berkembang biak di daerah Pantai, dalam perairan payau, rawa-rawa, lagoon, kolam-kolarn ikan dan berbagai keadaan perairan dengan salinitas mulai dari 0,05% sampai 1,8 Yo dan lebih disukai Pada tempat'tempat yang banyak diambuhi oleh algae dari Entermorphq Cladocera dan Cyanophyceau. Namun demikian pernah pula dilaporkan bahwa An. sandaicus Rodenwaldt di India dan Indonesia dapat berkembang biak dalam air tawar yang banyak mengandung tumbuhan air seperti dari geaus Entermorphat, Tempat-tempat perkembangbiakn /n. sund.aicus Rodenwaldt dalam air tawu di Sumatera pertama kali ditEmukan di daerah Mandailing dengan ketinggian 210 meter di atas permukaan laut, Yang selanjutrya ditemukan pula di daerah sekitar danau Toba yang berketinggian 1000 m diatas permukaaan laut, juga di daerah pulauNias dan Simalungunto.
68
menge,nai efektivitas berbagpi jeois hewan
sebagai umpan uatuk kolelsi ryamuk, mengatakan bahwa An. sundaicus di daerah pantai Glagah Jawa Tengah lebih banyak berhasil ditangkap dengan
menggunakan darah saPi bila dibandingkan dengan hasil tanggkapan dengan menggunakan umpan orangt'.
An. sundaicus di daerah Jawa Timur, persentase nyamuk yarg menggigit darah manusia 51,% dr dalam rumah dan hanya 22% yang di tangkap di luar rumah demikian pula sebanyak 32% nyamuk yang abdomennya penuh dengan darah berisikan darah manusia. Sedangkan di Malaysia dan Kamphucaa An. sundaicus
lebih tertarik terhadap sapi bila dibandiagkan dengan monyet. Adapun ke,padataa tahunan di beberapa daerah atau
negara dapat saja berlainan yafrg tergantung dari banyak hal antara lain dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan cuaca maupun tempt-tempat beristirahat
yang ada. An. sundaicus di India mempunyai kepadatan yang relatif lebih tinggi adalah pada bulan Oktober dan November setiap tahunnya. Demikian pula
Jnrnal Veltor Penyakit, Vol.
di
I[
No. 2, 2009 :66 - 72
di daerah pantai mempunyai kepadatan yang relatif tinggi pada bulan Oktober dan November bersamaan dengan musim penghujan tiba. Tetapi di daerah pantai Banyuwangi Jawa Indonesia An. sundaicus
Timur, An. sundaicus mempunyai
kepadatan yanr rclatif lebih besar pada BulanMaretll. Kebiasaaan Istirahat
An. sundaicus Rodenwaldt dapat beristirahat baik dalam maupun luar rumah. Perilaku istirahat ini dilakukan biasanya setelah nyamuk tersebut menghisap darah (terlihat pada bagian abdomenya penuh dengan darah) Walaupun tidak jarang dijumpai nyamuk tersebut beristirahat sebelum menghisap darah hospesnya. Tempat-tempat istirahat An. sundaicus di luar rumah dapat berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain. Di daerah Pesisir Utara pulau Iawa, An. sundaicus banyak ditemukan beristirahat pada blarak-blarak (daun kelapa kering) ataupun sekitar semaksemak belukar. Demikian pula di daerah pantai Pasir Gedangan Purworejo Jawa Tengah An. sundaiczs banyak ditemukan beristirahat di luar rumah pada tumpukan/kumpulan pelepah dan daundaun kelap a yan9 telah kerin g atau sekitar kandang sapi. Tempat beristirahat dart An. sundaicus daerah pantai Glagah Jawa Tengah adalah semak Pandan Qtandanus sp)". Namun demikian, An. sundaicus didaerah pantai banyuwangi Jawa Timur banyak beristirahat di dalam rumah yang berjarak kawang dari 500 meter dari pantai". Di Malaysia An. sundaicus banyak beristirahat di rumah. Demikian pula di
di
Burma sebelum diadakan program penyemprotan An. sundaicus selalu beristiratrat di dalam rumah sepanjang hari.
Umur harapan hidup (Lovelengty) Untuk mempelajari lamanya harapan hidup An. sundaicus maka tidak terlepas
dari penyelidikan mengenai sudah pernah tidaknya nyamuk tersebut bertelur, atau penyelidikan mengenai berapa lama waktu yaag dibutuhkan dalam satu siklus goootropik dan beberapa kali siklus tersebut dapat terj adi. UrrtttkAn. s undaicus publikasi tentang hal-hal tersebut diatas sangatlah sedikit. Namun demikian, di Malaysia telah diseleksi sebanyak 1.211 et&or An. sundaicus dan didapatkan sebanyak 64%o parous, sehingga dapat dikatakan An. sundaicus tersebut mempunyai kemampuan hidup yang sedang karena sebelumnya telah diadakan
pengamatan dalam laboratorium bahwa nyamuk tersebut dapat hidup 2 sampai 3 minggu.
Dayaterbang Untuk mengetahui kemapuan daya terbang An. sundaicus telah banyak dilakukan uji coba ataupun pengamatan oleh beberapa ahli, tetapi hasil yarrg diperoleh menunjukan perbedaan yang bervariasi. An. sundaiczs selarna musim kemarau di India dapat terbang sejauh 3,2 lon dari
tempat perindukannya. Namun An.
sundaicus dapatterbang pula sekitar jarak 1,6 kn dari tempat perindukannya adalah normal. Namun demikian di Indonesia dapat terbang sejauh 5 km dari tempat perindukannyaa.
Tarian dalam perkawinan (Swarming andMating)
Untuk mengetahui prilaku dan gerakan An. sundaicus di dalam proses perkawinarury a (sw arming) belum banyak diketahui. Walaupun demikian dalam suatu pengamatan di sekitar danau Chikal India, mengatakan bahwa swarming pada An. sundaiczs dimulai pukul 17.30 hingga hari menjadi gelap. Swarrning tersebut kadang-kadang terdiri dari 5.000 individu dan sering terjadi diatas kepal dengan pergerakan vertikal + 30 cm deuganjarak+ 300 cm dari tempatpertama kali peristiwa tersebut berlangsung, dengan pergerakan
69
PerananAnophelesSundaicassebagaiVektorPenyakit ..'.(HasanBoesri) yang teratff ke atas dan ke bawah secaf,a terusmenerus.
PERANAN DALAM PENT]LARAN PEIYYAKIT Telah diketahui babwa An. sundaicus Rodenwaldt dapat berperan sebagai vektor malaria di daerah pantai pada beberapa
negara. Oleh sebab itu penyelidikan tentang peranannya sebagai penular penyakit banyak mendapat perhatian dari paraahli. Telah dilakrftan penyelidikan An. sundaicus Rodenwaldt di daerah Sumatera yaitu mernbedah sebanyak 4.505 specimen dan menemukan sebanyak 102 specimen yang lambungnya terinfeksi oleh parasit malaria (plasmadiuru sp yang masih berupa ookisit). Kemudian dari hasil
pembedahan sebanyak 3.813 An. sundaicus di Jawa mendapatkan hasil 5l specimen yang terinfeks i olehpl as madium sp pada lambunguya. Hasil lain menunjuftkan telah dibedah sebanyak 836
specimen An. sundaicus di India mendapatkan 71 specimen menginfeksi lambung dan 108 specime,r me,ngirfeksi kelenjar ludah sehingga didapatkan ailai
sporozoit rate + 20%. Dalam
di
daerah Sulawesi Selatan dilaporkan infeksi malaria terhadap anak-anak berumur 2 - 9 tafuxr mencapai 34% dengan Sporozoit rate
pengamatannya
tersebut. Selanjutnya oleh dicoba keefektifan dari senyawa diflubenzuron (OMS lS04) terhadap vektor malaria di Bali. Hasil yang direkomendasikan yaitu efektif pada larva An. sundaicus dalam waktu lima hari dengan tidak merusak pada organi srne non tergef
Di Malaysia dan Cambodia aktivitas menggigit,4 n. sundaicus didapatkan lebih sering di luar rumah daripada di dalam rumah dengan suafu perbandingan 2,5 : 1,0'0. Perbandingan yang didapatkan di Semarang Jawa Tengah, pada tahun 1960 dapat bersukur adalah 1,6 t.O'. bahwa pada tahun 2002 telah dilakukan penangkapan larva nyamuk Anapheles dt
:
ny amuk An. s undaicus. Tetapi pad a daerah pantai selatan di Jawa Tengah masih ada.
KESIMPT]LANI Berdasarkan peuulusuran Pustaka yang diperoleh menge,nai dinamika dari An. sundaiars Rodenwaldt yang dirasa saaget tcebatas sekali publikasinya maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dirasapeutingyaitu: l. Species ,4n. sundaicus Rodenwaldt
semprot hudson, dengan dosis l,l-2,3
thuringiensis yang masing-masing
dilarutkan didalam alat semprot tersebut Hasil yang direkomendasikan adalah dengan perlakuan tersebut, dapat menekan populasi An. sundaicus serendahrendahnyao. Pengamatan vektor malaria di BaIi tenryata An. sundaicus merupakan vektor yang sangat berperan di daerah
7A
fita
daerah pantai dari Brebes sampai di Rembang, tidak ditemukan lagi adanya
sebesar 0,7yo 13. Suatu penilaian dari pengunaan B acillus thuringiensls terhadap An. sundaicus dr daerah Jawa Barat yaifu dengan menyemprotkan benfirk liquid dari Bacillus thurircgiensrs H-14 densm alat kglha. Perlakuan yang diberikan adalah 50 nl, 75 ml, dan 100 mI liquid Bacilfus
.
2.
3.
mempunyai keunikan tersendiri datam memilih tempat perindukannya yanlg disenanginy a y alittt p adaperairan yang bersifat asin, payau, atau dalam perairan yaag bersifat tawar. Apakah hal ini rebagai suatu sifat adaptasiyang be$u dari species tersebut ataukah memang mempunyai sifat genetik yang saling berbeda satu de'ngan lainnya. (Belum ditemukan publikasi yang membahas masalah tersebut). Dengan memahami biomon* dai An. sundaicus secara lebih cermat dan teliti diharapkan dapat membantu dalam menentukan kebijaksanaan pada tindakan pemberantasannya dengan tepat dan berhasil guna.
An. sundaicus Rodenwaldt meliputi India,
Peayebaran dari
Junral Vektor Penyakit, Vol.
III No. 2,2009 : 66 - 72
Bangladesh, Burma, Indocina, Thailand, Malaysia, Singapore, Indinesia. Sedangkan penyebaran di
Java. Indian Journal Malariology.
(4):321-338. 4.
Indonesia (dengan catatanyang sudah
dikonfirmasikan sebagai vektor
4.
malaria) meliputi daerah-daerah Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan Sulawesi Selatan. Tempat-tempat istirahat yang paling disenangi ialah pada semak-semak, tumpukan daun kelapa kering di luar
rumah, namun demikian An. sundaicus mengemari juga beristirahat di dalam rumah. Kesenangan terhadap sumber darah sangat relatif (tergantung situasi dan kondisi tempat), karcna An. sundaicus suka makan darah hewan maupurl manusia, Menggigit di dalam mauprxr
di
malam. PerananAn. Sundaicus sebagai vektor penyakit malaria di beberapa daerah di Indonesia sudah tidak diragukan lagi baik sebagai vektor utama maupun sebagai sec ondary vector. 2
5.
1
1.
O'Connor. C.T dan Tine Sopa,1981.
check-list
of the mosquito
Indonesia. the US Naval Medical Research Unit No,2, Jakarta. L,
Soerono, M. G. davidsou dan Munir, 1965. The Development and trand of insectiside resistence in An. aconifus andAa, Sundaicus. Bull. WHO 161168.
3.
Harsfall.W.R, 1955. Mosquiotes their bionomics and relation to disease. The Ronald Pres s Company, New York.
6.
Soekirno.M, Y.H, Bang, M.Sudomo, TJokorda Putra Pembayun dan G.A.
Fleming, 1983. Bionomics of Anopheles Sundaicus and other Anophelinea assosiated. WHO document, WHOA/BC/83. 7.
8.
Sundararaman, S, R, Soeroto, M. Siran, 1957. Vector of malaria in Mid
8
85.
Chooi.c.k,1985. Status of Malaria Vectors in Malaysia. The Southeast asian journal of hopical medicine and public health. March : 16 (1)- -
Museum and Reference Center SEAMOE-TROMPED, 1986. Alist of Mosquiotes species in Southest Asia. Faculty of tropical medicine Mahidol University B angkok, Thailand.
9.
Depkes R[, 1987. Pemberantasan Vektor dan Cara-cara Evaluasinya. Dit. Jen, PPMdanPLP, Jakarta.
10. Boone-wepster dan Swellengrebel, 1953. The Anopheles mosquitoes of the Indo-Australian region. The Departement of tropical Hygiene and
Goegrapical Pathology Royal
A
of Aspesical publication of
184.896.
5.
.00 hingg a24.00
DAF'TARPUSTAKA
Scherfer.C.H. dan S. Kimowardoyo, 1984. An operational evaluation of Bacillus Thuringiensis serottype H- 1 4 against Anopheles Sundaicus in West Java, Indonesia. WHO document,
wHoA/BC
luar rumah, namuu demikian
banyak publikasi yang cenderung mengatakan lebih senang mengigit diluar rumah dengan keaktifan sepanjang malam dan yang paling tinggi keaktifannya sekitar pukul
11
Tropical Institute, Amsterdam.
11. Martono, 1,979. Studi Anophelini (Culicidae, Diptera) di daerah tarnbak Banyuwangi. Tesis Fakultas Pasca SarjanaIPB, Bogor.
12. Soedir.s,l985. Efektifitas berbagai jenis hewan sebagai umpan untuk koleksi nyamuk. Tesis Fakultas Pasca Sa{anaIPB, Bogor. 1
3. Collins.R.lR.K.Jun g, Hazan Anoez, R.H. Sutrisno dan D.Putut,1979. A
7l
l-..
PerananAnopheles Sundaicas sebagai Vektor
study of the coastal malria VectorAn.
Sundaicus Rodenwaldt and An. Subpictus Grassi in South Sulawesi,
Indonesia WHO document, wHo/IvIaU79.913.
72
14.
Penyakit
.... (I{asan Boesri)
Chow.C.Y,l970. Bionomics of Malaria vectors in the wesffen pasific regron. Southeast asia joumal top. Med. Pub. Hlth. I : 40-57