Larvasida Hayati Yang Digunakan Dalam Upaya… (Monika Norshima, Ruben Wadu Willa)
LARVASIDA HAYATI YANG DIGUNAKAN DALAM UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI INDONESIA Monika Noshirma, Ruben Wadu Willa Loka Litbang P2B2 Waikabubak, Jln.Basuki Rahmat KM.5 Puuweri Waikabubak, 87200, Indonesia Korespondensi:
[email protected] |telp/faks: +62(0)81331560850 ABSTRAK Saat ini larvasida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan larva Aedes sp adalah temephos 1% (Abate). Penggunaan insektisida dalam waktu lama untuk sasaran yang sama memberikan tekanan seleksi yang mendorong berkembangnya populasi Aedes aegypti menjadi lebih cepat resisten. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mencari insektisida hayati yang lebih selektif dan aman. Insektisida hayati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga namun mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia, selain itu insektisida hayati juga bersifat selektif. Penelitian tentang larvasida hayati sudah banyak dilakukan di Indonesia tetapi belum diaplikasikan di masyarakat. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji keragaman hayati tanaman di Indonesia yang telah diuji sebagai larvasida Aedes aegypti sebagai gambaran hasil penelitian dan saran serta tindak lanjut bagi pelaksana program pengendalian vektor. Ada 13 tanaman yang telah diteliti sebagai larvasida Aedes aegypti. Tanaman-tanaman tersebut mengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoid yang efektif sebagai larvasida. Perlu ada penelitian lanjutan untuk pembuatan formulasi yang baik sehingga bisa digunakan di masyarakat sebagai larvasida. Kata Kunci: Larvasida, Hayati, Aedes aegypti
ABSTRACT Currently the most widely used larvacide to control Aedes is1% temephos (Abate). The use of insecticide in a long time for the same target selection can accelerate the development of resistance of Aedes aegypti. One attempt to solve the problem is by looking for more selective and safer biological materials. Vegetables insecticides is an alternative method to control Aedes aegypti population that is worth in developed, because the insecticide compound from plants are easily biodegradable in the environment, leave no residu in the air water and soil as well as, and it’s also have a higher level of security when compared to inorganic toxins. Research on larvacida from natural materials has been done in Indonesia but have not been implemented. The aim of this paper is to assess the biodiversity of plants in Indonesia that has been tested as Aedes aegypti. There are 13 plants that have been studied as Aedes aegypti larvicides. These plants contain essential oils, saponins and flavonoids are effective
31
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 31-40
as larvicides. There needs to be further research to manufacture formulations that can be used both in the community as larvicides. Keyword: Larvacide, Vegetables, Aedes aegypti PENDAHULUAN Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab demam dengue (DD), DBD, dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. 1 Penyakit ini menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan saat ini endemik hampir di 300 kabupaten/kota.2 Obat dan vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah sampai saat ini belum ditemukan. Salah satu cara untuk mengendalikan penyakit tersebut adalah dengan mengendalikan vektornya yaitu dengan memutuskan siklus kehidupan nyamuk menggunakan larvasida dan insektisida. Saat ini larvasida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan larva Aedes adalah temephos 1% (Abate). Penggunaan insektisida dalam waktu lama untuk sasaran yang sama memberikan tekanan seleksi yang mendorong berkembangnya populasi Aedes aegypti menjadi lebih cepat resisten.3 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa status kerentanan larva Aedes aegypti secara in vitro tergolong ke dalam status toleran terhadap larvasida temephos. Selain status kerentanan, insektisida sintetik juga berdampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mencari 32
bahan hayati yang lebih selektif dan aman. Insektisida hayati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga namun mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan realtif aman bagi manusia. Selain itu insektisida nabati juga bersifat selektif, yang hanya membunuh larva saja dan aman bagi manusia4. Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor. Penelitian tentang larvasida dari bahan alam sudah banyak dilakukan di Indonesia tetapi belum diaplikasikan di masyarakat. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji keragaman hayati tanaman di Indonesia yang telah diuji sebagai larvasida Aedes aegypti yang memberikan gambaran hasil penelitian, dan tindak lanjut bagi pelaksana program pengendalian vektor. BAHAN DAN METODE Kajian ini menggunakan sumber data yang berasal dari literatur yang telah dipublikasikan di jurnal ilmiah juga hasil penelitian yang berupa skripsi/tesis. Penulis mengkaji metode ekstraksi tanaman, senyawa yang dikandung juga efektivitas larvasida nabati tersebut terhadap kematian larva. Literatur yang dikumpulkan dibatasi dari tahun 2007 sampai 2014. Dari hasil penelusuran diperoleh 12 (duabelas) penelitian larvasida nabati.
Larvasida Hayati Yang Digunakan Dalam Upaya… (Monika Norshima, Ruben Wadu Willa)
HASIL Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang sangat beragam dan mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan larvasida hayati. Dari survei literatur diperoleh daftar tumbuhan hasil penelitian sebagai larvasida hayati dan kerja senyawa
kimia yang terkandung. Tanamantanaman tersebut umumnya adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut yang dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan larva Aedes aegypti, sehingga larva tersebut gagal berkembang dan akhirnya mati.
Tabel 1.
Jenis Tanaman yang Diuji Sebagai Larvasida dan Kandungan Senyawanya pada Berbagai Penelitian Keefektifan Bagian dalam Nama Nama Kandungan yang pengendalian peneliti Tanaman senyawa digunakan Aedes sp (Vektor DBD) Wulan Sari Kunyit Putih Rimpang Minyak atsiri Efektif sebagai RG (Curcuma larvasida Sembiring, zedoaria) 5 dkk Mutiara Pohon Tanjung Batang Alkaloid, Efektif sebagai Widawati, (Mimusops tanin, larvasida 6 dkk Elengi L.) saponin 7 Adi Riyadhi Jarak Biji Piperine Efektif sebagai Pagar(Jatroph larvasida a curcas) Indriantoro Cengkeh Daun eugenol, Efektif sebagai 8 Haditomo (Syzygium saponin, larvasida aromaticum flavonoid dan L.) tannin Jeruk Purut Daun Minyak Efektif sebagai (Citrus hystrix) atsiri, larvasida flavonoid, saponin, dan terpen Hebert Andrianto, Jeruk Limau Daun Minyak atsiri Efektif sebagai 9 dkk (Citrus larvasida amblycarpa) Jeruk Bali Daun Minyak atsiri Efektif sebagai (Citrus larvasida Maxima) Mutiara Bit (Beta Buah Flavoid Efektif sebagai
33
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 31-40
Widawati, dkk 10
vulgaris L)
Bteriyon 11
Sirih (Piper betle, Linn.)
Daun
Bangkit Ary Pratama, dkk12
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius (Roxb)
Daun
Shella Arivia, Lidah Buaya dkk13 (Aloe vera)
Daun
Eka Cania, Endah Setyanimgru m 14 I W. Suirta, dkk 15
Legundi (Vitex trifolia)
Daun
Mimba (Azadirachta indika (A.Jus)
Biji
Pada penelitian ini metode ekstraksi yang paling sering digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut ethanol. Berikut ini daftar tanaman hasil penelitian larvasida 34
alkaloid, sterol, triterpen, saponin dan tannin Tannin, saponin, alkaloid, polifenol dan flavonoid alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, dan polifenol saponin, flavonoida, tanin saponin, flavonoid, dan alkaloid miyak atsiri lemak dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat, laurat, butirat dan sejumlah kecil minyak atsiri fenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid.
larvasida
Efektif sebagai larvasida
Efektif sebagai larvasida
Efektif sebagai larvasida Efektif sebagai larvasida
Efektif sebagai larvasida
nabati dan metode ekstraksi yang digunakan serta keefektifan zat yang dihasilkan untuk pengendalian vektor. Setiap tanaman rata-rata mengandung saponin dan flavonoid.
Larvasida Hayati Yang Digunakan Dalam Upaya… (Monika Norshima, Ruben Wadu Willa)
Tabel 2.
Nama Tanaman dan Metode Ekstraksi yang Digunakan pada Berbagai Penelitian Nama Keefektifan Zat Untuk Metode ekstraksi Tanaman Pengendalian Vektor DBD Kunyit Putih Destilasi/penguapan Minyak atsiri berpotensi sebagai (Curcuma larvasida karena diketahui bersifat zedoaria) toksik pada rentang pH yang lebar, stabil terhadap cahaya dan panas, dan tidak membentuk lapisan yang permanen pada permukaan air untuk waktu yang lama. 5 Pohon Tanjung Reflukd dan fraksinasi Ekstrak heksan terbukti menjadi (Mimusops ekstrak yang paling aktif Elengi L.) dikarenakan membunuh 100% larva pada konsentrasi kurang dari 100 ppm selama 24 jam.6 Jarak Minyak Biji Jarak pagar Senyawa aktif yang diduga Pagar(Jatroph yang diperoleh dari sebagai larvasida Aedes aegypti a curcas) Surfactant and Bioenergy adalah piperine yaitu suatu Research Center (SBRC) alkaloid golongan piperidine7 IPB Bogor Cengkeh Perkolasi (daun dikeringkan Kandungan saponin, flavonoid (Syzygium kemudian dihaluskan dan dan tanin dalam ekstrak daun aromaticum diekstraksi ) cengkeh berperan sebagai L.) larvasida terhadap Aedes aegypti L. melalui mekanisme merusak membran sel atau mengganggu proses metabolisme larva dan sebagai stomach poisoning atau racun perut8 Jeruk Purut Daun dikeringanginkan Senyawa saponin dalam ekstrak (Citrus hystrix) selama 1 bulan lalu dibuat yang terminum oleh larva Ae. serbuk. Serbuk kemudian aegypti dapat mengiritasi mukosa dimaserasi dengan pelarut traktus digestivus larva Ae. methanol dan diuapkan aegypti dan merusak membran sel larva Ae. aegypti. Limonoid yang merupakan minyak essensial dalam jeruk dapat menyebabkan hilangnya koordinasi organ larva Ae. aegypti.9 Jeruk Limau Daun dikering anginkan Senyawa saponin dalam ekstrak (Citrus selama 1 bulan lalu dibuat yang terminum oleh larva Ae. amblycarpa) serbuk. Serbuk kemudian aegypti dapat mengiritasi mukosa dimaserasi dengan pelarut traktus digestivus larva Ae. methanol dan diuapkan aegypti dan merusak membran sel larva Ae. aegypti. Limonoid yang merupakan 35
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 31-40
Jeruk Bali (Citrus Maxima)
Bit (Beta vulgaris L)
Daun dikering anginkan selama 1 bulan lalu dibuat serbuk. Serbuk kemudian dimaserasi dengan pelarut methanol dan diuapkan
minyak essensial dalam jeruk dapat menyebabkan hilangnya koordinasi organ larva Ae. aegypti.9 Senyawa saponin dalam ekstrak yang terminum oleh larva Ae. aegypti dapat mengiritasi mukosa traktus digestivus larva Ae. aegypti dan merusak membran sel larva Ae. aegypti. Limonoid yang merupakan minyak essensial dalam jeruk dapat menyebabkan hilangnya koordinasi organ larva Ae. aegypti.9 Senyawa fenol, alkoloid, flavonoid, saponin, sterol dan triterpen pada ekstrak buah Bit (Beta vulgaris L.) bersinergi dan menyebabkan kematian pada larva Ae aegypti.10
Daging buah digiling dan dikeringkan hingga berbentuk serbuk. Serbuk diekstraksi dengan metoda perkolasi. Ekstrak dipekatkan dengan menggunakan evaporator Sirih (Piper Serbuk Zat polifenol, tannin, flavonoid, betle, Linn.) minyak atsiri, saponin dan alkaloid yang bersifat toksis yang apabila kontak dengan larva akan merusak mukosa kulit dan masuk ke dalam rongga badan.11 Pandan wangi Cara kerja penelitian Alkaloida, saponin, flavonoida, (Pandanus dimulai dari pembuatan tanin, dan polifenol. Saponin dapat amaryllifolius ekstrak daun pandan merusak membran sel dan Roxb.) wangi secara perkolasi mengganggu proses metabolisme larva sedangkan polifenol sebagai inhibitor pencernaan larva .12 Lidah Buaya Saponin dan flavonoida yang (Aloe vera) merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat saluran pencernaan larva dan juga bersifat toksis.13 Legundi (Vitex Pembuatan larutan uji Saponin, flavonoid, dan alkaloid trifolia) yang berupa ekstrak ini yang merupakan zat toksik bagi menggunakan daun larva sehingga menyebabkan legundi (Vitex trifolia) kematian larva uji.14 serta pelarut dalam pembuatan larutan uji ini berupa etanol 96% lalu ekstraksi dengan cara maserasi sampai mendapatkan konsentrasi 100%. Kemudian ekstrak daun legundi ini
36
Larvasida Hayati Yang Digunakan Dalam Upaya… (Monika Norshima, Ruben Wadu Willa)
Mimba (Azadirachta indika A.Juss)
diencerkan dengan menggunakan aquades sehingga mendapatkan konsentrasi ekstrak. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol.
Untuk mengukur tingkat toksisitas suatu senyawa dapat digunakan beberapa pengukuran, yaitu LC50 (Lethal Concentration 50%), LD50 (Lethal Dose 50%) dan ED50 (Efective Dose 50%). LC50 (Lethal Concentration 50%) adalah konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan percobaan selama waktu tertentu. LD50 (Lethal Dose 50%) adalah dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 50% organisme uji. ED50 (Efective Dose 50%) adalah dosis 50%
7 komponen senyawa yang merupakan asam-asam organik yaitu asam heksadekanoat, asam stearat, asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil oktadekanoat, dioktil heksadioat. Diduga senyawa-senyawa di atas bersifat antilarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.15 organisme uji memperlihatkan efek aktivits yang nyata. Suatu tanaman atau hasil isolasi dianggap menunjukkan aktivitas toksisitas bila mempunyai nilai LC50 kecil dari 1000 ppm, sedangkan untuk senyawa murni dianggap menunjukkan aktivitas toksisitas bila mempunyai nilai LC50 kecil dari 200 ppm.16 Berikut Tabel 3 dibawah ini gambaran dosis efektif beberapa larvasida hayati hasil penelitian untuk pengendalian vektor DBD.
Tabel 3.
Dosis Efektif Beberapa Laravasida Hayati Untuk Pengendalian Vektor DBD Pada Beberapa Penelitian5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 Jumlah Jumlah LC50 (24 Jam) LC95 Nama Tanaman Sampel Ulangan (24 Jam) Kunyit Putih (Curcuma zedoaria) 25 4 54.5 ppm Pohon Tanjung (Mimusops Elengi 10 3 59.36 ppm L.) Jarak Pagar(Jatropha curcas) 25 5 1507 ppm Cengkeh (Syzygium 25 4 400 ppm aromaticum L.) Jeruk Purut (Citrus hystrix) 20 5 3.176 Jeruk Limau (Citrus amblycarpa) 20 5 4.174 Jeruk Bali (Citrus Maxima) 20 5 6.369 Bit (Beta vulgaris L) 25 3 Sirih (Piper betle, Linn 20 5 314,4 ppm Pandan wangi 25 4 9000 ppm (Pandanus amaryllifolius Roxb) Lidah Buaya (Aloe vera) 10000 ppm Legundi (Vitex trifolia) 25 4 8370 ppm 37
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 31-40
Mimba (Azadirachta indika 10 1 282,29 ppm. A.Juss Keterangan : LC50 adalah konsentrasi suatu Insektisida (biasanya dalam makanan, udara atau air) untuk mematikan 50 % hewan coba. LC50 biasanya dinyatakan dalam mg/L atau mg/serangga. Semakin kecil nilai LD50 atau LC50, semakin beracun Insektisida tersebut. Hewan coba yang biasa digunakan untuk menentukan nilai toksisitas Insektisida biasanya mamalia seperti tikus. PEMBAHASAN Tanaman-tanaman tersebut di atas rata-rata memiliki kandungan senyawa minyak atsiri, saponin, dan flavonoid. Saponin memiliki rasa yang pahit dan tajam serta dapat menyebabkan iritasi lambung bila dimakan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa jika dikocok dalam air dan menghemolisis sel darah.17 Saponin dapat merusak membran sel dan mengganggu proses metabolisme serangga sedangkan polifenol sebagai inhibitor pencernaan serangga. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis 18. Flavonoid diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan zat teratogenik. Flavonoid berperan penting dalam tanaman sebagai pembentuk pigmen kuning, merah atau biru pada mahkota bunga. Flavonoid juga memiliki aktivitas sebagai anti mikroba dan insektisida.19 Ekstraksi merupakan istilah yang paling umum untuk mendapatkan suatu senyawa yang berasal dari suatu campuran yang didapat dari kontak antara pelarut dengan senyawa terlarut di dalam bahan yang kita inginkan. Campuran pelarut dengan senyawa itu bisa saja berupa padatan ataupun cairan, dan berbagai teknik dan alat ukur yang digunakan untuk situasi yang berbeda. Pada sintesa kimia organik, reaksi yang dihasilkan secara 38
terus menerus adalah berupa larutan ataupun berupa suspensi. Saat mengaduk campuran dari air dengan pelarut organik, produk yang dihasilkan dipindahkan pada lapisan pelarut dan mungkin dapat diulangi kembali dengan penguapan dari pelarut 20 Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan bahan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Merendam jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong, ke dalam metanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Alkohol, bagaimana pun juga adalah pelarut yang serbaguna baik untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya bahan dapat dimaserasi dalam suatu pelumat, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betulbetul diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis. 20 Maserasi adalah proses penyaringan simplisia menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan kosentrasi larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
Larvasida Hayati Yang Digunakan Dalam Upaya… (Monika Norshima, Ruben Wadu Willa)
larutan di dalam dan di luar sel. Cairan penyaring yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarutsetelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaannya sederhana dan peralatan yang digunakan mudah didapatkan.20,21 Penelitian-penelitian tersebut di atas rata-rata menggunakan sampel (larva) sebanyak 20 – 25 ekor dengan 4-5 kali perlakuan. Penggunaan larvasida dikatakan efektif apabila dapat mematikan 90-100% larva uji. 22 Suatu senyawa dikatakan aktif pada uji larvasida dengan konsentrasi maksimal 1000 ppm. Jika memiliki harga LC50 ≤ 500 ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC50 >500 ppm,sedangkan senyawa murni dikatakan aktif dan mempunyai sifat bioaktifitas jika memiliki harga LC50 ≤ 50 ppm dan tidak aktif jika LC 50 > 200 ppm.23 KESIMPULAN Larvasida hayati yang mengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoida efektif sebagai larvasida dan metode ekstraksi yang paling banyak digunakan adalah meserasi dengan pelarut ethanol. SARAN Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan formula yang baik sehingga bisa digunakan masyarakat sebagai larvasida. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala loka Litbang P2B2 Waikabubak yang telah memberikan 40
masukan dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan kajian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Kesehatan K. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Bul. Jendela Data dan Inf. Kesehat. 2011;Triwulan(I):1-40. 2. Rahayu M, Baskoro T, Wahyudi B.
Studi
Kohort
Kejadian
Penyakit
Demam
Berdarah
Dengue.
Berita
Kedokteran
Masyarakat. 2010;26 (4): 1633.
4.
5.
6.
7.
8.
170). Shinta & Supratman S..2007.Status kerentanan Populasi Larva Aedes aegypti terhadap Temephos di Daerah Endemis DBD di DKI Jakarta. J.ekol-kes 6 (1):540-745). Kardinan, Agus. 1999. Pestisida Nabati: Ramuan Dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya. Bogor. Wulan S.R.G.S, Dodo T.S, 2012. Efektivitas Minyak Atsiri Rimpang Kunyit Putih (Curcuma Zedoraria) Sebagai Larvasida Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Buski Vol.4 No.2 Widawati M, Lurda Almierza.2012. Analisis Pengaruh Ekstraksi Non Polar Batang Pohon Tanjung (Mimusops elengi L) Terhadap Larva Aedes aegypti (L). Aspirator (Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor) Vol 4 No.2. Riyadi A,2008, Identifikasi Senyawa Aktif Minyak Jarak Pagar Jatropha curcas Sebagai Larvasida Nabati Vektor Demam Berdarah Dengue, Jurnal VALENSI Volume 1.No.2.Hal 71-81. Indriantoro Haditomo,2010, Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 31-40
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
40
(syzygium aromaticum l.) terhadap Aedes aegypti l. Skripsi.Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Hebert Adrianto, Subagyo Yotopranoto,Hamidah, 2014, Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus maxima), Jeruk Limau (Citrus amblycarpa) dan Jeruk Bali (Citrus maxima). Jurnal Aspirator vol 6. No.1hal 01-06 Mutiara Widawati, Heni Prasetyowati. 2012. Efektivitas Ekstrak Buah Beta vulgaris L. (Buah Bit) dengan Berbagai Fraksi Pelarut terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. Jurnal Aspirator. Betriyon, Yahya. 2013. Potensi Serbuk Daun Sirih (Piper betle Linn) Sebagai Larvasida Aedes aegypti. Buletin Spirakel. Edisi Desember. Bangkit Ary Pratama, 2010, Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Rovb.) Dalam Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti, Skripsi, Prodi Kesmas Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiah Surakarta. Arivia S, Kurniawan B, Zuraida R, 2013, Efek Larvasida Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Larva Aedes Aegypti Instar III, Medical Journal of Lampung University Vol.2 No.5. Eka Cania, Endah Setyaningrum, 2013, Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia). Medical Jornal of Lampung University Vol 2 No.2 Hal 52-60. Suirta, IW, Puspawati M. N, Gumiati K.N, 2007, Isolasi dan Identifikasi Senyawa aktif Larvasida dari Biji Mimba
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
(Azaradirachta indika A. Juss) terhadap Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti), Jurnal of Chemistry Vol 1. No.2 hal 4754 Indiastuti D.N., et al., 2008, Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu terhadap Larva Udang Artemia salina Leach, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2): 82. Robinson. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Cheeke, R.P., 2004. Saponins: Surprising Benefits Of Desert Plants Linus Pailing Institute, USA, p. 621-632. Redha Abdi, 2010, Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidan dan Peranannya dalam Sistem Biologis, Jurnal Belian Vol.9 No.2 hal.196-202. R.Sudrajat, Novia heryani & D. Setiawan. 2008, Golongan Senyawa Insektisida dari Ekstrak Bungkil Biji Jarak Pagar dan Uji Efektivitasnya. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Volume 26 No 4 Tahun 2008. Hal.1-21. Rodig, O.R, 1997. Organic Chemistry Laboratory.Standart and Microscale Experiment. California: Saunders College Publishing. Harbone J.B, 1987. Metoda Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan Ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung, Penerbit ITB Niluh PFA, R.Y.Perry B, Yulfi Z. Minyak Atsiri dari Kulit Biah Citrus Gandis, Citrus Aurantium dan Citrus aurantifolia (Ruraceae) sebagai senyawa aktif anti bakteri dan insektisida. Prosiding KIMIA FMIPA ITS, 2009/2010.