-
PERENCANAAN BERBASIS EPIDEMIOLOGI DALAM PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PELABUHAN MAKASSAR TAHUN 2OO8
DR. DRG. ANDI ZIJLKIFLI, MKES NtP. 131 909 788
JURUSAN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT U N IVERS ITAS HASANUDDI N 2008
DAFTAR ISI
Halaman Lernbar Pengesahan .............
i
ii
Bd
I
Pendahuluan.............
1
A Latar Belakang
1
B. Tujuan
5 6
ts€b 11 Tinjauan Pustaka
A Tinjauan tentang Nyamuk Aedes aegypti
6
B. Perencanaan kesehatan........ Beb
lll
Hasil dan Pembahasan............
13
A
Perencanaan........
13
1. Analisis Masalah
13
2. 3.
ldentifikasifaktor
risiko........
...:....................
Program perencanaan kesehatan ............
18
20
B. Pembahasan
36
1. Percncanaan sebagai siklus pemecahan masalah
36
2. Peretapan Kinerja
37
3. Monitoring program
38
4. Evaluasi Kegiatan
40
kl:l V lGsimpulan
Bffi
10
dan Saran
41
A Kesimpulan..........
41
B.
42
Sar:an..
mrlstaka..
43
IMRENCANAAN BERBASIS EPIDEMIOLOGI DALAM PENGENDALIAN YEKTOR PET{YAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI LINGKT]NGAN PELABT]IIAI\ MAKASSAR TAHT]N
I
2OO8
PENDAIIULUAIY
A LATAR BELAKANG MASALAII Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singka! sehingga
mobilitas oftmg dan barang semakin cepat melebihi masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit secara global. Ancaman global yang kita hadapi yaitu new emerging infectious disease (ebol4 HFMD, SARS, dll), emerging diseased (HIV/AIDS, DBD, Chikunguny4 kolera, typhoid, filaria
dll) dan re-emerging diseased (pes, TBC, malari4 anthran, rabies dll). Melihat ancaman penyakit diatas, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan sidang majelis kesehatan dunia untuk merevisi International Health Regulation (IHR) tahun 1998 untuk mengatasi masalah kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia (public health emergency of intemational concern). IHR tahun 2005 revisi mulai diberlakukan tahun 20A7, bertujuan untuk mencegah, melindungi dan menanggulangi pen;'ebai'an pcnyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perluSalah satu ancaman kesehatan global adalah penyakit vektor borne diseased yaitu
demam berdarah dengue, malaria,
rift valley fever dan demam kuning (yellow fever).
Adanya fokus-fokus penyakit vektor borne diseased di beberapa belahan dunia seperti Afrika Arab Saudi, Amerika Selatan, Asia (termasuk Indonesia dengan DBD dan
malarianl'a1 merupakan ancaman atau bahaya potensial bagi kesehatan masyarakat internasional' Bertambah pesatnya kemajuan di bidang transportasi mengakibatkan
frekwensi dEn jumlah orarlg bepergian maupun pengangkutan barang-barang dari satu daerah, nege'ra tian atau benua ke daerah, negara dan atau benua lainnya akan meningkat
pula' Peningieian ini pula membawa risiko kemungkinan terbawa penyakit terbaw-an1a
', --{trr penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain.
atau
Data yang berhasil dihimpun dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2005 sebanyak 2.975 oftmg dengan kematian 57 orang (CFR
:
1,92 %). Tahun 2006 berhasil
ditekan dengan jumlah kasus menjadi 2.426 oftrng dengan kematian 17 orang (CFR 0,7
7o) (Profrl Kesehatan Dinkes Prop. Sul-Sel tahun 2007). Data terbaru yang diakses melalui internet di Amerika Serikat pada tahun 2005 telah didapatkan pasien sebanyak 96 orang dengan gejala DBD yang telah melaksanakan perjalanan wisata ke berbagai negara diantaranya 44 % ke Meksiko selama 2 minggq 26 % ke Amerika
, 16 Yo ke
Pulau Karibia dan 8 % ke Asia ( Travel Associated dengue- USA 2005 , uq,w.cdc.com diakses tanggal 01 Mei 2008).
Di Berlin
Jerman selama tahun 1993-2001 terdapat
7l
pasien DBD yang didapatkan dari pelancong yang telah melalarkan perjalanan wisata ke perbagai negara
( Dengue virus infection in tavellers retuming to Berlin, Gennany :
clinical, laboratory and diagnostic aspects, www-.pubmed, diakses tanggal 01 Mei 2008).
Di Australiapada tahun 2003 telah didapatkan 19 kasus DBD inport dari 696 sampel
(
Dengue
Fever'in tavellers returning from southeast Asia ww-uv.pubmed, diakses tanggal
0l Mei
study pada pelancong yang melalcukan perjalanan wisata ke Asia Tenggara
2008).
penyakit yellow fever, saat ini penyakit tersebut masih ancaman dunia dan mewabah di beberapa negara Afrika dan Amerika
Sementara untuk merupakan
Selatan. Sesuai data yang di
miliki Wo.fA Health Organization (WHO) beberapa negara
endemik yellow fever adalah Angol4 Kamerun, Ethiopi4 Keny4 Nigeri4 Senegal,
Guyan4 Colombi4 Brazil, Peru, Suriname dan Venezuela (g51;Hbg.a9!q, diakses tanggal 05 Mei 2008). Penyakit ini pernah dilaporkan masuk ke Indonesia pada tahun 2002, sesuai laporan Kantor Kesehatan Pelabuhan Sabang ( Nangroe Aceh Darussalam), pada akhir Juh 2002, ada 2 (dua) kasus tersangka yellow fever dan satu meninggal di Pelabuhan Sabang. Riwayat kapal berlayar dari Afrika (Achmadi, 2002).
Salah satu usaha pencegahan masuknya/ penularan penyakit demam kuning, dema:n berdarah dengue dan vektor borne diseased lainnya adalah dengan membebaskan daeq.ah
2
pelabuhan/bandara dari kehidupan nyamuk Aedes aegypti. Sesuai dengan Anneks
International Heaith R.egulation (IHR) tahun 20A5, setiap pelabuhan dan daerah
perimeter suatu bandara harus dipertahankan bebas dari nyamuk Aecies aegypti dan
Anopheles baik
jentik maupun nyam'.rk dewasanya yang secara
epidemiologis berhubungan dengan latu lintas internasional. Untuk maksud ini tindakan-tindakan pemberantasan nyamuk dilaksanakan dalam daerah penyanggah yang merentang sekurang-kurangnya 400 meter sekitar perimeter untuk nyamuk Aedes aerypti dan 2 km untuk nyamuk Anopheles.
Data yang berhasil dihimpun dari Kantor Kesehatan pelabuhan Kelas II Makassar, menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk di Pelabuhan Makassar masih tinggi dengan nilai yang fluktuatif dari bulan ke bulan. Data tingkat kepadatan nyamuk yang diukur dengan house indeks GII) dan container indeks (CI) dapat dicermati dalam tabel I berikut.
Tabel 1: Kepadatan nyamuk A. aegypti di pelabuhan Makassar tahun 200s-2007 TINGKAT KEPADATAN NYAMUK
BULAN CI Per/Buf Januaii
2,iA/r,90
2,10/1,L0
3,76/1,96
2,67/1,09
2.23t0.74
2.09/0.6
Februari
3,16/1,96
3,16/1,96
3,l6ll,96
2,67/1,09
3.03/2.43
2.4t/2.2
Maret
3,16/1,96
2,67/1,09
0,76/I,lg
0,gg/1,97
1.07/1.52
0.79/0.76
April
2,10/1,96
2,15/1,09
0,76ll,lg
0,gg/r,97,
0/0.4
0/0.3
Mei
2,20/0,92
2,34/0,77
l,gg/2,36
1,09/1,99
3/1.4
0.8/0.58
Juni
2,20/1,23
2,50/1,06
2,06/0,57
l,2r/0,59
0/0.52
0/0.63
Juli
2,20/1,23
2,50/1,06
2,13/0,69
1,03/0,6
0/0.2
0/0.29
Agustus
2,2A/\23
2,50/r,06
1,07/0,49
0,73/0,3
0/0.56
0/0.034
September
2,20/1,23
2,50/1,06
0/0,39
0/0,32
2.2/1.34
0.98/0,72
Oktober
2,20/I,23
2,50/1,06
1,62/1,96
I,2l/2,4
311.4
0.8/0.58
November
2,20/I,23
2,50/I,06
2,1/0,6
1,53/0,59
3.7/4.8
3.5/4.2
Desember
2,20/1,23
2,5C/1,06
1,06/0,73
I,l6/0,61
0/0.48
0/0.28
2,49/1,12
1,65/1,17
1,27/l,lI
JUMLAH
3
Tingkat kepadatan nlramuk tersebut berasal dari sejumlah bangunan dan container yang ada di Pelabuhan Makassar baik di wilay'ah perimeter maupun di wilayah buffer. Jumlah bangunan dan container yang diperiksa setiap bulan dapat dicennati lebih lanjut dalam tabel berikut.
Tabel 2: Jumlah Bangunan dan Container yang Diperiksa di Pelabuhan Makassar tahun 2005-2007 JUMLAH
lNo
BULAN
200s Bangunan
2006
Container
Bangunan
2007
Container
Bangunan
Container
Januari
1.027
2.623
1014
2503
I 180
2442
Februari
1.014
2.503
1014
2503
263
871
Maret
1.014
2.503
1367
2436
290
9ll
April
1.014
2.502
1367
2436
550
143E
Mei
742
1.421
1337
2445
524
2357
Juni
740
1.440
1320
2415
290
910
Juli
740
t.440
t27t
2288
1596
1980
Agustus
740
1.440
lL32
2104
985
2364
September
740
1.440
I 105
2017
912
2238
Oktober
340
1.054
987
1037
524
2357
November
740
1.440
t412
26t0
912
2238
Desember
740
1.440
tt92
23tt
I 136
2789
9.591
21.246
14.518
27.105
9162
22.89s
JUMLAH
Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan bahwa kawasan Pelabuhan Makassar belum bebas dari nyamuk Aedes aegypti sekalipun secara rutin dilaksanakan pemberantasan. Semakin
tinggi kepadatan nyamuk
di
kawasan pelabuhan maka
kemungkinan (potensi) terjadinya penularan penyakit antar wilayah akan semakin besar pula. Keadaan ini menjadi lebih berisiko lagi akibat semakin tinggi dan banyaknya lalu
lintas orang/baranglalat angkut di , kawasan pelabuhan sebagai tuntutan
dan
perkembangan ekonomi dan global.
Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu sistem perencanaan yang berkelanjutan untuk menekan tingkat kepadatan nyamuk di wilayah Pelabuhan Makassar sehingga memenuhj tuntutan dalam International Health Regulation (IHR) 2005. Beberapa
-.,salah dan kendala yang terjadi selama ini adalah pengendalian vektor penyakit belum nenjadi skala prioritas dalam progrilm pencegahan penyakit. Ditengah keterbatasan rngsaftn pemerintah sebagai dampak dari terjadinya resesi ekonomi global, malia perlu ft:buat suatu skenario pengendalian nyamuk yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan
wmber daya berdasarkan karakteristik lokat (lokal spesifik) yang ada
di pelabuhan
Uakassar.
N TT-JUAN
1.
. 2.
Tujuan Umum Tersusunnyaperencanaan berbasis epidemiologi dalam pengendalian vectorpenyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kawasan perabuhan Makassar
Tujuan Khusus
a' Tersusunnya
analisis masalah dalam pengendalian vector penyakit DBD dengan menggunakan pendekatan epidemiologi
b. Tersusunnya tujuan dan artemative kegiatan dalam kegiatan pengendalian vector di Pelabuhan Makassar
c'
Tersusunnya progam yang realistis yang mengaju pada renstra dan didasarkan pada kinerja masa lalu dan achievable
d. Tersusunnya anggar-an berbasis kinerj a e. Tersusunnya mekanisme evaluasi dan
monitoring program
TIIJAUAN PUSTAKA Ju
TINJAUAII TENTAIIG IYYAMUK Aedes aerypti Aedes aegtpti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bnmi- Distribusi Aedes aegtpti dibatasi oleh ketinggian. Ini biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 meter. Faktor penyulit pemusnahan vektor adalah bahwa telurtehn Aedes aegtpti dapat bertahan dalam waktu lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan), kadang selama lebih dari satu tahun
(wHo,
lggg).
Pertumbuhan dan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegtpti dipengaruhi oleh faktor pergantian musim, seperti pada awal atau penghujung musin hujan cenderung meningkat- Suhu dan kelembaban udara memang berperan penting bagi kelangsungan
Hdup nyamuk Aedes. Dalam pertutmbrrtran dan pe.rkembangbiakannya, usia rata-rala nyamuk mencapai lebih dari 2 minggu, sehingga di suatu daerah terjadi banyak kasus DBD berarti daerah tersebut terdapat banyak nyamuk yang berusia lebih d;1rizminggu.
Perlu pula diketahui bahwa yang sering menggigit/mengisap darah manusia hanya nyamuk le . ae gtpti betina.
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui glgltan nyamuk
Aedes
aegtpti dari subgenus Stegomyia. Aedes aegtpti merupakan vektor epidemi yang pating utama" namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensfs, anggota dafi Ae. scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveusjuga dianggap sebagai veltor sekunder. Kecuali Aedes aegtpti semrxmya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas' Meskipun mereka merupakan host -vang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Aedes
1.
Mekanisme Penularan Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia" virus dan vektor perantara. Virus dengue'
ditularkan melalui grgitar,' ,
nyamuk Aedes aegtpti. Nyamuk tersebut dapat menularkan virus kepada manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Penularan tidak langsung melalui masa inkubasi dalam tubuh selama 8-10 hari. Peningkatan kejadian DBD seiring dengan meningkatnya popurasi nyamuk Ae. Aeg,,pty sebagai vektor utamanya.
Pengenderiian vector
Ae. Aegpti (dewasa) dilahrkan dengan menggunakan
inselfrisida baik secara Ultra Low Volum (ULV) maupun fogging (Suwasono, 19e8).
A
Pemberanhsan Vektor Kegiatan Fernberantasan nyarnuk Aedes ae gtptidilaksanakan dengan cara:
a)
Kimia I@ramemberantas jentik Ae. aegtpti dengan menggunakan insektisida pembanri jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatesasi. Larvasida yang
biasa d[gunakan adalah temephos. Sedangkan untuk nyamuk dewasa dilakukan dengar,t
pngasapan atau pengabutan.
b) Biologii : misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,ikan gupi)
,
c) Fisik
i
r*rra
ini dikenal dengan kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur)
yaifu renguras bak mandi, bak
wc,
menufup tempat penzlmpungan air rumah
tangga serta mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban Pgrgurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekura+g-kurangRya seminggu sekari agar ny:muk tidak dapat berkembang biak
ditnlr1,fritu @epkes RI,
1992).
I}
Myanmar (Sebastian dkk., lg87) dipelajari peran nimfa capung (dragon flynymph, yang disebut Labellula sp sebagai pemangsa (predator) untuk upaya pengenfulas biologik larva Aedes aegtpti di laboratorium. Dilaporkan dari hasil penelitiarrlya bahwa 1 nimfa capung Labellula mampu memangsa 60 larva Aedes
aegtpti .qlam 24 jam pengamatan. Di Malaysi4 Lim dan \risvalingarn (1990) mencoba nrenggunakan lambadicyhalothrin dan cypermethrin sebagai thermal fogs terhadap 'Vusca domestica danAedes
aegtpti,dan melaporkan hasilnya yang sangat
menjan;rr1n (Hoedojo, I 993).
3.
Densit*rdan Surveilance Nyamuk,4 edes aegypti vektor Aedes aeg,pti yang tinggi pada suatu daerah bila terjadi "r'nsitas kontak engn manusia, maka akan terjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Untuk nraentukan investasi Aedes aegtpti di suatu daerah sebaiknya diadakan survei i:'tadap semrn sarang atau tempat perindukan atau wadah yang berisi air bersih iarq diduga sebagai tempat bersarangnya nyamuk (potensial breeding habit)
pada sejumlah rurnah yang ada. Jika ditemukan jentik pada tempat perindukan
diambil satu ekor jentik atau single collection method dengan cara visual dapat dianggap sebagai jentik Aedes aegtpti, kemudian jentik tersebut di identifikasikan rnelalui identifftasi jentik Aedes aegptL Selanjutnya densitas jentik dapat ditentukan dengan menghitung indeks jentik. Angka indeks yang digunakan adalah Container Indeks (CI), Breteau Indeks (BI) dan House Indeks (HI). Dengan indeks
ini dapat dikorelasikan dengan angka density figue, yang ditetapkan WHO. Breteau Indeks merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan densitas nyamuk, karena dengan indikator
ini
sudah mencakup atau memperhatikan kedua-duany4
baik itu keadaan rumah maupun wadahnya. Sedangkan House Indeks (FII) hanya menunjukkan luas penyebaran nyamuk dalam suatu wilayah. Densitas Aedes aegryti dapat digunakan untuk mengetahui angka ambang
kritis yang menjadi satu ancaman timbulnya wabah penyakit demam
berdarah.
Oleh karena itu para ahli WHO telah memetapkan bahwa Breteau Indeks di atas 50
pada suatu daerah maka memungkinkan terjadinya transmisi penyakit yang disebarkan olehAedes aegtpti @epkes RI, 1990).
Van peenen dkk. (1972) yang mempelajari densitas musiman menyatakan densitas nyamuk Aedes aegtpti rata-rata hampir sama
di sepanjang
tahun yang
berarti tidak ditemukan perbedaan densitas yang berrrakna jika membandingkan kepadatan antara populasi yang terdapat
di musim hujan dan populasi di musim
kemarau. Pada tahun 1978 Nelson dll. Melaporkan hasil penelitiannya mengenai densitas populasi Aedes aegtpti di Jakart4 yang sama. Sedangkan Hoedojo dan
Wijono pada tahun 1967 mempelajari densitas Aedes aegtpti, menyatakan walaupun Aedes aegtpti dibeberapa tempat di Jakarta ditemukan di sepanjang tahun, namun densitasnya meningkat
di
saaat banyak hujan turun ketika musim
hujan berlangsung dan memrrun di musim kemarau (Dalam Hoedojo, 1993).
4.
Pemantauan Vektor DB.D (Aedes oeglfiq Untuk mengetahui situasi vektor penyakit DBD disuatu kawasan dilakukan pemantauen vektor DBD, mencakup kegiatan survey
dipilih
di rumah penduduk
yang
secai'a acak, kegiatan survey yang biasa dilakukan adalah nyamuk dewas4
survey j entik/pemeriksaan j entik, dan survey penangkap telur/ovitrap.
a. SurveyNyamuk Dewasa Dilakukan dengan cara penangkap nyamuk yang hinggap daram rumah yang sama' Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan Aspirator. Dari
survey nyarnuk dewasa
ini
akan dapat diketahui identitas vektor dengan mencermati angka indeks nyamuk dewasa" yaitu biting/landing rate dan resting per rumah.
b. Survey Jentik/Pemeriksaan Srrrvei
l.
Jentik
jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
semua tempat/bejana yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk
Aedes aegypti diperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui adaltidaknya jentik.
2' Untuk memeriksa
tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak
mandi, tempayan, drum dan bak penarnpungan penglihatan pertama
air lainnya jika ada tdk menemukan jentik tunggu kira-kira l/2-l menit
untuk ada
3' Untuk memeriksa tempat-tempat perkembang biakan yang kecil seperti
vas
bunga/pot tanaman airlbotol yang aimya keruh, seringkali aimya perlu dipindahkan ke tempat lain.
4. untukpemeriksaan jentik di tempat yang
agak gelap atau keruh, dan biasanya
ciigunakan senter.
Ada2 cara survei jentik
:
1. Cara Single Larva
2.
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan j entik, untuk diidentifi kasi lebih lanjut j enis j entiknya. Cara Visual
Snrvei ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam rangka pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue, survei jentik yang biasanya digunakan adalah cara visual. Ukuran yang dipakai 'ntuk mengetahui kepadatan jentik aedes aegypti yaitu House Indeks ( HI ), container Indeks ( CI ), dan Breteau Indeks ( BI ).
r,
FERENCANAAN KESEHATAI\
l.
Definisi Pereneanaan Perencanaan adalah suatu langkah awal dalam proses memecahkan masalah
yang terdiri dari analisis masalalr" penentuan tujuan, penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut, dan penentuan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam konteks tugas dan tanggung jawab lembaga pemerintah dalam menghadapi masalah-masalah pembangunan, maka perencan:um adalah juga proses melalarkan analisis terhadap masalah yang dihadapi, menentukan tujuan sehubungan
dengan eliminasi atau reduksi masalah tersebut, memilih altematif kegiatan yang
perlu dilakukan dan merencanakan sumberdaya dan4 tenaga, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam praktek ada beberapa jenis perencan€uul. Dari perspektif waktu, rencana umunnya dibagi menjadi:
(1) Rencana Jangka Panjang (2) Rencana Jangka Menengah (3) Rencana Jangka Pendek (Tah'.rnarr) (4) Rencana Operasio;ral Rencana jangka panjang biasanya mencakup kurun waktu antara 15 sampai
25 tahun. Karena sifatnya jangka panjang, maka dasarnya adalah telaahan tentang kecenderungan-kecendenrngan jangka panjang pula. Telaahan kecenderungan tersebut biasanya bersifat kualitatif. Karena "meramal" keadaan masa depan yang
begitu panjang selalu disertai dengan ketidakpastian dan asumsi-asumsi, maka rencana jangka panjang biasanya hanya menyebutkan gans besar arah kegiatan pembangunan yang akan dilakukan.
..
Rencana jangka menengah mencakup kurun waktu 5 tahun. Berbeda dengan
rencanajangka panjang, rencanajangka menengah didasarkan pada dua hal, yaitu:
a. Trend
masalah dan kinerja masa lalu (5 tahun yang lalu)
10
' b.
Proyeksi perkiraan 5 tahun mendakng.
Artinya rencana lima tatrun biasanya lebih bersifat kuantitatif dibandingkan dengan rencanajangka panjang. Rencanajangka menengah sering disebut rencana
stategis, yaitu
rencana yang memperhitungkan issue-issue strategis dalam
lingkungan intemal dan lingkungan ekstemal suatu organisasi. Pada awalnya rencana strategis juga disebut rencana fleksibel, karena boleh dan harus dinamis untuk
disesuaikan dengan perubahan lingkungan, apalagi kalau lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang turbulens (sering berubah secara drastis dan cepat). Rencanajangka pendek, disebutjuga rencana tahunan, adalah rencana dengan
kurun waktu
I
tahun. Rencana tahuran adalah penjabaran rencana lima tahunan dan
mempunyai tujuan yang jelas dengan tolak ukur yang jelas. Biasanya rencana
t
tahunan sekaligus disertai dengan penyusunan rencana anggaran. Rencana operasional adalah rencana yang berisi rincian kegiatan serta waktu pelaksanaan kegiatan tersebut berikut outputnya. Rencana operasional menunjukkan
jadwal kegiatan dari Tnisalnya bulan kebulan, selama
I tahun. Rencana
tahunan dan
Rencana operasional biasanya adalah safu kesatuan rencana.
2. Jenis Rencana Dalam Sistem pemerintah Dalam
tIU No.
25/2004, batasan tentang jenis-jenis perencaruun tersebut
sudah dirumuskan dan disampaikan berikut "ini. RPJP (Rencana pembangunan
Jangka Panjang) adalah dokumen perencaniuul untuk jangka waktu 20 tahun. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) adalah dokumen perencanaan untuk
jangka waktu
5
tahun. RPJM-KL (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementrian/Lembaga) disebut juga Renstra KL (Rencana Strategis
Kementrian/Lembaga) adalah dokumen perencanaan kementrian/lembaga untuk periode 5 ta.r,run.
Rencana Pcmbangunan Tahunan Kementrian/Lembaga yang disebut juga
Ke{a Kementrian/Lembaga (Renja KL ) adalah dokumen perencanaan Kementrian dan Lembaga untuk periode 1 tahun. R"nja KI disusun dengan Rencana
berpedoman pada Renstra
KL dan mengacu pada prioritas 11
pembangunan nasional
dan pagu indikatif serta memuat kebijakan progftrm, dan kegiatan pembangunan baik
yang langsung dikerjakan oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
3. Proses Perencanaan Dari perspektif hierachie orgsnis25i, dikenal proses perencanaan yang bersifat 'top down" dan "bottom up". Kedua proses tersebut bukan pilihan salah sahl akan
tetapi dua-duanya diperlukan. Yang penting adalah medaga keseimbangan dan keserasian (hannoni) antara keduanya.
Dalam konteks Ditjen PP & PL, proses *top down" adalah perencanaan oleh
unit-unit kerja Ditjen Pp
t ditettpk*
oleh Dirjen PP
& pL yang menjabarkan
kebijakan dan program yang
& PL. Sedangkan proses "bottom up"
adalah perencaniuul
yang dilakukan oleh unit-unit kerja sesuai dengan hasil analisis situasi program yang ditangani oleh unit kerja bersangkutan.
4. Perencanaan Program
Kesehatan
Perencanaan progr:rm kesehatan secara logis mengikuti sistematika langkah-
langkah dalam siklus pemecahan masalah yang disebutkan dimuka. Namun secara teknis tahup demi tahap perencaniuul kesehatan mempunyai ciri khas.
Dalam analisis situasi masalah, dipergunakan pendekatan epidemiologis untuk menggambarkan masalah kesehatan yang ada pada penduduk, yaitu pengukuran morbiditas dan mortalitas, ditambah dengan analisis tentang determinan (faktor resiko) masalah tersebut. Faktor resiko atau determinan tersebut untuk setiap masalah kesehatan biasanya terdiri dari dua faktor, yaitu faktor resiko lingkungan
dan faktor risiko perilaku. Dengan demikian, analisis situasi dalam perencanairn kesehatan terfokus pada 3 hal, yairu: a.
Analisis morbiditas dan mortalitas
b.
Analisis faktor risiko lingkungan
c.
Analisis faktor risiko perilaku
12
Tentang penentuan prioritas masalah, selama dekade lg60-an sampai awal 1980-an masih dipergunakan perhitungan-perhitungan khusus untuk menentukan masalah kesehatan mana yang perlu diprioritaskan. Aplikasi model ..econometric,, (1960-70an), o'Delphi", "Delbeque'(1970-80an) dan DAly/Disease burden (19s090an) diperkenalkan untuk menentukan prioritas masalah tersebut. Namun sejak pertengahan 1990-an, pengalaman empfis dibanyak negara telah menunjukkan masalah kesehatan penting yang mau tidak mau harus diatasi disuatu masyarakat, terkecuali masalah tersebut tidak terdap at padamasyarakat bersangkutan. oleh sebab itu berkembang konsep "basic health program/health service package,,, .lessential
.
health service package"' dan "essential public health and clinical services.. Di Indonesia, sekarang sedang disusun daftff program yang akan dimasukkan dalam
"Standax Pelayanan Minimum" (sPI\d). Jadi misalny4 setelah ada SpM yang baku, tidak perlu ditenhrkan apakah kurang gu,ibalitalebih prioritas dari pada malaria. Tentang penentuan tujuar1 untuk jangka panjang dan jangka menengah sudah ada target-target yang harus dicapai, bahkan dinyatakan secara kuantitatif, Target-
target tersebut didasarkan pada besaran masalah serta kesepakaian-kesepakatan global yang sudah diratifikasi oleh Indonesia. Demikian pula untuk penentuan jenis kegiatan, setiap progmm kesehatan masing-masing sudah mengembangkan jenis kegiatan standar yang khas untuk progxam bersangkutan' Misalnya program malaria, kegiatan pokoknya adalah (a) case finrling and treatment, (b) pengendalian vector, (c) pembagian kelambu dan (d) mobilisasi peran serta masyarakat.
HASIL DAN PEMBAIIASAN
{
PERENCANAAN
1.
Analisis
masalah ,
a. Indikator masalah
Trend indicator masalah dalam pengendalian vector penyakit di lingkungan Pelabuhan Makassar menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun,
sekalipun penurunan tersebut masih rendah dan belum menyelesaikan masalah secara total. 13
sedangkan tingkat kepadatan nyamuk yang diukur dengan house indeks menunjukkan hasil yang fluktuatiq tetapi ada kecenderungan penumnan tingkat kepadatan nyamuk. cakupan rumah yang diperiksa setiap tahun sangat fluktuatif, Gambaran cakupan tersebut selengkapnya dapat dicermati sebagai berikut :
l) Cakupan rumah yang disurvey Tabel 3 : cakupan pemeriksaan rumah dalam pemeriksaan jentik berkala di pelabuhan Makassar, 2003 -20A7
Perkiraanjumlah
Jurnlah rumah yang
rumah di buffer area
diperiksa
s000
965
19,3
5000
t230
24,6
2005
5020
799
15,92
2A06
50s0
t2I0
23,96
2007
49s0
763
15,41
Tahun 2003
2404
Cakupan (7o)
2) Rata-rata tingkat kepadatan nyamuk di wilayah perimeter dan buffer Tabel4
:
Rata-rata tingkat kepadatan nyamuk Makassar tahun 2003 - 2007
14
di
wilayah pelabuhan
'b. Analisis kinerja
kegiatan
1). Analisis kinerja input a). Ketenagaan
r
Kecukupan jumlah : Jumlah tenaga structural (Ka. Sie)
I orang, tenaga
teknis 12 orang dan non teknis 2 orang. Tenagateknis masih merangkap
pekerjaan dan jumlahnya masih terbatas. Tidak terdapat tenaga entomolog
o
Kemampuan teknis : Masih terbatas, hanya 3 (tiga) oftmg yang telah mengikuti pelatihan teknis di bidang pengendalian vector
o Beban kerja : semua tenaga teknis merangkap
tugas lain baik tugas-
tugas yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan maupun tugastugas yang berhubungan dengan kesehatan pelabuhan
o Distribusi :
Terpusat
di
Pelabuhan Makassar
8
orang, Bandara
Hasanuddin 3 orang, Pelabuhan Biringkassi 2 orang dan Pel. Parepare
1
orang b). Bahan habis pakai
Analisis terhadap bahan habis pakai dilaksanakan terhadap pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya. Selengkapnya dalam uraian beikut ini
1. 2 3. 4.
:
Kecukupan jumlah
Terbatas
Ketepatan waktu pengadaan
Tidak tepat waktu ( triwulan II)
Tersisa
Nihil
Distribusi
Sesuai permintaan dan alokasi setiap
wilker c). Peralatan 1.
Kecukupan jumlah
2
Ketepatan waktu pengadaan Tepat waktu
Cukup
15
Tersisa
Tersisa
Distribusi
Sesuai permintaan dan alokasi setiap
wilker d). Dana
l. 2
Kecukupanjumlah
Tidak cukup
Ketepatanwaktupengadaan
Dana turun setiap triwulan sedangkan pelaksanaan setiap bulan
Tersisa
Nihil
Distribusi
Tidak seimbang
2). Analisis kinerja proses
Analisis ini dilaksanakan dengan melakukan review terhadap semrur kegiatan dalam program ini dan pelaksanaannya selama tahun yang lalu. Identifikasi kegiatan yang tidak berjalan seperti yang diharapkan dan kemungkinan sebab-sebabnya.
Tabel 5
:
Analisis kinerja proses kegiatan pengendalian vector penyakit DBD di KKP Kelas II Makassar,2007
Pemantauan
-
kepadatan vektor
-
Kurangnya pelatihan teknis Dana terbatas Supervisi (termasuk waskat) belum optimal
Koordinasi lintas sector
&
lintas program
belum optimal
-
Tenaga kader kesehatan tidak didayagunakan
Integritas petugas untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab masih rendah
Pemberantasan
sarang
Kepedulian rnasyarakat dan sector terkait
nyamuk
dengan peran serta
sangat kurang
16
Tidak ada penggerakan masyarakat baik dari
masyarakat melalui program 3
a
J.
M
instasi pemerintah kota maupun instansi tekniJ
-
Abatisasi
Dana tidak disiapkan
Program hanya sebatas slogan(tidak applied) Tenaga sangat terbatas Peran kader belum optimal
4.
Foggrng
-
Dana sangat terbatas
Dana yang terbatas dirasionalisasi lagi sesuai kebijakan pemerintah sebesar 70
-
o/o
Peralatan teknis kurang perawatan sehingga dalam operasionalnya sering macet
-
Waktu pelaksanaan sebaiknya pada subuh hari tetapi umurnnya rumah/kantor belum buka
5.
Penyuluhan
-
Dilaksanakan hanya melalui penyuluhan dari rumah ke rumah pada saat survey nyamuk
6.
Kajian
-
Dana dan program khusus tidak diprogramkan
-
Dana dan program khusus tidak ada karena terbatasnya anggaran dan kegiatan
ini
tidak
menjadi skala prioritas
3). Analisis kinerja out put
Analisis kinerja out put memuat bahasan tentang out put tahunan dari setiap kegiatan meliputi cakupan, frekwensi pelaksanaan, densitas vector dan lainlain.
17
Tabel6
:
Analisis kinerja out put pengendalian v-ector, KKp Kelas II Makassar tahun 2007
!{
. Out
I I
put kegiatan
Pen-
Target
Tingkat kepadatan nyamuk
0
o/o
Sebab tidak tercapainya target
capaian
1,52%
perimeter area
98,48 (angka bebas
- Tenaga sangat terbatas, tidak ada kader - Dana terbatas - t€tak Pelabuhan yang berhubungan
jentik) 2
Tingkat kepadatan nyamuk
1,320/o
buffer area
(angka
- Kepadatan - Perilaku
bebas
hygienis
99,68
jentik) j
600 ha
togging
419
langs'r4g dengan pemukiman kota
69,93
rumah yang tinggi
masyarakarat
yang
- Peran kader belum optimal - Kebijakan pemerintah
tidak
dalam
rasionalisasi anggaran Depkes RI
4
Abatisasi
200 kg
55,5
111
Partisipasi masyarakat/swasta tidak ada Peran kader belum optimal Tenaga sangat terbatas
2kali
Kajian dibidang
0
Kebijakan pemerintah dalam rasionalisasi
0
pengendalian vector
a
anggaran Depkes RI
2kali
Penyuluhan
0
Kebijakan pemerintah dalarn rasionalisasi
0
anggaftm Depkes RI
2.
Identifikasi faktor risiko
a. Faktor risiko lingkungan TabelT
:
Identifikasi factor risiko lingkungan dalam pengendalian vector di Pelabuhan Makassar, 2007
No
Faktor Risiko
Penyebab
I
Banyak ban bekas bertumpuk Tidak ada upaya pemanfaatan kembali dan di area pelabuhan atau pembuangannya
1
Faktor musim
Musim hujan khususnya awal dan akhir, investasi nyamuk sangat tinggi
18
J-
Kepadatan tempat hunian di Kepadatan pendududk dan lahan yang sempit
daerah bufFer
4
Bangunan ada yang tidak
Bangunan bekas I'ang trdak dihuni
difungsikan
Sementara dalam tahap pembangunan
Gudang bekas 5
Genangan air
di selokan yang
-
penuh dengan sampah plastic
yang
dapat
menjadi
Sampah plastik (bekas tempat air kemasan) dibuang diselokan
-
Selokan tidak dibersihkan secara rutin
perindukan nyamuk A. aegypti
b. Faktor risiko perilaku Tabel
8:
Identifikasi factor risiko perilaku dalam pengendalian vector di Pelabuhan Malcassar, 2007
No I
Faktor Risiko
Penyebab
Ada masyarakat tidak
mau
Dianggap mengganggu privasi
diperiksa rumahnya 2
Kesadaran masyarakat untuk Tidak ada sanksi bila tidak berperilaku berperilaku sehat masih rendah
a J
Membuang sampah di selokar/ Kcbiasaaan penduduk
Masyarakat banyak
yang
mengumpulkan gentong air di
rumah dan disimpan
dan tidak
ada
sanksinya bila melanggar
sembarang tempat 4
sehat
di
Asumsi masyarakat, banyak gentong air berarti banyak rejeki
luar
rumah 5
,Sikap apatis dari aparat pemerintah dan swasta di kawasan perimeter
Menganggap masalah nyamuk hanya urusan Kantor Kesehatan Pelabuhan
3: Program perencanaan kegiatan
a. Pemantauan jentik berkala
l)
Tujuan outcome Terpantaunya tingkat kepadatan nyamuk
di
kawasan Pelabuhan Makassar
(perimeter dan buffer area)
2)
Tujuanoutput
a)
Terpantaunya indeks
/
tingkat kepadatan jentik nyamuk pada
semua
bangunan di daerah perimeter
b) Terpantaunya indeks / tingkat kepadatan jentik nyamuk di wilayah buffer dari rata-rata bangunan diperiksa setiap bulan 993 menjaci 1500 c) Terpantaunya tingkat kepadatarvjentik nyamuk secara rutin setiap bulan di
wilayah perime;ter dan buffer
3)
Sasaran
a) Bangunan
4)
b)
container/bejana air yang tidak beralaskan langsung dengan tanah
c)
Tempat perindukan jentik nyamuk lainnya
Metode pelaksanaan
a)
Survey dilaksanakan dengan single larva method
b)
Setiap bangunan dan container di wilayah pengawasan di s,rvey
c)
Ambil jentik yang paiing mencurigakan setiap container air
d)
Catat dalam formulir pengumpulan jentik nyamuk
e)
Identifikasi secara mikroskopis bila perlu
20
0
Hitung indeks /tingkat kepadatan nyamuk
5) Tempat Kawasan perimeter dan buffer pelabuhan Makassar
6)
Waldu Setiap minggu
7)
I (perrama) bulan berjalan
Tenagapelaksana
a)
Tenaga sanitarian pada Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
KKp Kelas
II Makassar
b) 8)
Kader kesehatan yang telah dibina di daerah buffer area
Biaya
a) Anggaran
biaya
Jurnlah biaya yang dibutuhkan sebanyak Rp. 74.000.000,dengan rincian
o Belanja bahan, I pkt x Rp. 2.000.000,_
.
Belanja perjalanan, 5 org x 3 hr
x
12 bln x
. Rp. 2.000.000,_
Rp. 100.000,_
.... Rp. 18.000.000,-
.
Upah pemantau jentik, 15 org x 3 hr x 12 bln x Rp. 50.000,_
..... Rp.54.000.000,_
b)
Sumber pembiayaan
:'/ Bersumber dari DIpA KKp Keras II Makassar tahun 200g
21
:
'
b. Pemberantasan sarang nyamuk (psN) melalui kegiatan
3M
(menguras,
menutup dan mengubur) tempat perindukan nyamuk
1)
Tujuan outcome Terlaksananya peran serta aktif masyarakat dalam upaya meghilangkan tempat perindukan nyamuk disekitar tempat hunian masing-masing masyarakat
2) Tujuan output
a)
Terlaksananya gerakan jumat bersih di lingkungan masyarakat pelabuhan,
minimal 3 instansi pemerintah di wilayah perimeter dan ada kelompok masyarakat di wilayah buffer setiap minggu
b)
Tcrlaksananya gerakan 3
M oleh masyarakat pada pelaksan&m point a di
atas
c) Terbentuknya forum/wadah masyarakat pelabuhan dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk minimal I untuk wilayah perimeter dan 2 untuk wilayah buffer
3)
Sasaran
a)
Masyarakat pelabuhan (perimeter area)
b)
Masyarakat di daerah buffer
c)
Kader kesehatan
d) Lingkungan sekitar hunian 4)
Metode pelaksanaan
a)
Penggerakan masyarakat
b)
Supporting dan supplement
22
dan perkantoran dalam wilayah pengawasail
5) Tempat Kawasan perimeter dan bufirer pelabuhan Makassar
6)
Waktu Setiap hari jumat bulan berjalan
7) Tenagapelaksana a)
Tenaga sanitarian pada Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
KKp Kelas
II Makassar sebagai motivator
b)
Kader kesehatan yang terah dibina di daerah bufFer area
c)
Masyarakat
/
pegawai
di setiap institusi di perkantoran
dalam wilayah
perimeter area
d) 8)
Masyarakat di wilayah buffer area
Biaya
a)
Rincian anggaran biaya
o
Belanja bahan, 1 pkt x Rp.
o
Belanjaperjalanan, 3 org x 4 kl
2.000.000,_ x l2blnx
. Rp. 2.000.000,_
Rp. 100.000,_ . Rp. 14.400.000,_
b)
Sumber pembiayaan
Bersumber
dari dana DI'A KKp Kelas II
masyarakat/swasta.
23
Makassar
dan
' .c. Abatisasi 1)
Tujuan outcome Terlaksanananya pemberian bubuk abate pada bejana
air di
lingkungan
Pelabuhan Makassar
2) Tujuan output
a)
Jentik A. aegypti pada setiap bejana air di sector pengawasan akan mati
b)
Semua bejana air di wilayah perimeter di abatisasi setiap triwulan
c)
Terlaksananya abatisasi minimal 50 % rumah/bangunan di wilayah buffer setiap triwulan
d) Indeks nyamuk 3)
perimeter 0 dan buffer menjadi <
I
yo
Sasaran
a)
Bejana air yang tidak beralaskan langsung dengan tanah
b)
Pelepah pisang, talas dan pohon lainnya yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk A. aegypti
4)
Metode pelaksanaan
a)
Penggerakanmasyarakat
b)
Supporting dan supplement
s) Tempat Kawasan perimeter dan buffer Pelabuhan Makassar 6) Waktu Setiap minggu ke dua bulan Januari,
7)
Tenaga pelaksana
24
April, Juli dan Oktober 200g
a)
Tenaga sanitarian pada Seksi pengendalian Risiko Lingkungan
KKp Kelas
II Makassar sebagai motivator b)
Kader kesehatan yang telah dibina di daerah buffer area
c)
Masyarakat
/
pegawai
di setiap institusi di
perkantoran dalam wilayah
perimeter area
d) 8)
Masyarakat di wilayah buffer area
Biaya
a)
Rincian anggaran biaya Jumlah biaya yang dibutuhkan sebanyak Rp. 15.150.000,-
:
.
Belanja bahan, 50 kg x Rp.
o
Belanja perjalanan,2 orgx 3 hr x 4 bln x Rp. 100.000,_
75.000,-
... Rp.
3.750.000,_
...... Rp.2.400.000,-
e
b)
Upah petugas, 15 org x 3 hr x 4 bln x Rp. 50.000,_
Sumber pembiayaan
Bersumber dari DIPA KKp Kelas II Makassar tahun 200g
d.
Fogging 1) Tujuan outcome Untuk membunuh nyamuk dewasa
2) Tujuan output
25
a)
Terbunuhnya nyamuk dewasa pada sector pengalvasan yaitu perimeter area dan buffer area
b)
Terputusnyasiklusperkembangbiakannyamuk
c)
Angka grgitan nyamuk dewasa menjadi 0 di perimeter dan kurang 2 di wilayah buffer
3)
Sasaran
a)
Bangunan
(ruma[ perkantoran, lapangan container,
gudang, terminal,
industy)
b) 4)
Lingkungansekitarhunian/perkantoran
Metode pelaksanaan
a)
Sistim pengabutan (fogging) dengan efek knock down
b)
Bahan habis pakai Malathion
c)
waktu pelaksanaan pada saat bumi tidak panas ( subuh atau petang )
d)
Setiap pelaksanaan diawali dengan
96%EC
uji kerentanan/bio
essay
s) Tempat
Alat angkut lingkungan di perimeter dan buffer area pelabuhan Makassar 6) Waktu
7)
-
Pada saat hasil pemeriksaan
-
Awal dan atau akhir musim hujan
-
Ada kasus penyakit vector borne diseased di wilayah pengawasax
-
Ada alat angkut dari daeral.,/Negara endemis yellow fever
Tenaga pelaksana
26
jentik nyamuk atau densitas nyamuk tinggi
a) Tenaga sanitarian pada seksi pengendalian Risiko Lingkungan KKp Kelas II Makassar
b) Badan usaha swasta yang ditunjuk c)
Kader kesehatan yang telah dibina di daerah buffer area
8) Biaya
a) Rincian anggaran biaya
b)
)
Transport petugas, 5 org x 30 tr x Rp.
F
Upah penyemprollO org
)
Honor penanggungiawab, 2 kl x Rp.400.000,_
Rp.
800.000,_
F
Honor Ketu4
Rp.
600.000,-
F
Honor anggot4 2 orgx2 kl x Rp. 200.000,_
Rp.
800.000,_
F
Bahan fogging,ZbO hax Rp. 271.600,-
Rp. t90.120.000,-
100.000,_
Rp.
15.000.000,-
x2hr xl5kl x Rp. 100.000,_Rp.
30.000.000,-
I org x 2 kl x Rp. 300.000,_
Sumber pembiayaan Bersumber dari DIPA KKp Kelas II Maka^ssar tah.un 200g
Penyuluhan kesehatan kepada masyaralat 1) Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat sehingga dapat mengubah perilaku yang baik dalam pengendalian vector penyakit 2) Tujuan khusus
a)
Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pengendalian vektor penyakit
b)
Mengembangkan prilaku hidup bersih sehat
27
c)
Menumbuhkan lingkungan hunian/kerja yang sehat dan nyaman serta bebas dari vektor penyakit melarui peran serta aktif masyarakat
d)
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberantasan saftmg nyamuk melalui program 3 M.
Sasaran a) Masyarakat di wilayah buffer area pelabuhan b) Instansi pemerintah dan swasta di lingkungan pelabuhan Makassar c) Buruh pelabuhan dan penggunajasa terkait d) Pemerintah kota dan tokoh_tokoh masyarakat e) Kader kesehatan
3)
.:
4) Metode pelaksanaan Metodologi yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab
5) Tempat Aula Kantor Kesehatan pelabuhan Makassar
6) Waldu Direncanakan pada bulan Maret 200g
7) Tenagapelaksana
a.
Panitia pelaksana adarah dari KKp Kelas II Makassar
b'
Pembicara adalah praltisi dan akademisi penyakit
di bidang pengendalian vector
8) Biaya
a)
Rincian anggaran biaya Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan dengan rincian sebagai berikut
28
:
ini yaitu Rp.
15.g10.000,_
{
{
,/
Belanja bahan
_
ATK, l
-
Penggandaan,
pkr
Rp.3.000.000,_
I
pkt...
Rp.
500.000,_
Rp.
300.000,_
Belanja perjalanan lainnya
-
Transport pembicar4 3 org x Rp.
-
Transport peserta,40 org x Rp. 100.000,_
-
Transport persiapan,r0orgx2hr xRp.100.000,- Rp. 2.000.000,-
100.000,-
...
Rp.
4.000.000,_
Belanja uang honor tidak tetap
Honor narasumber, 3 orgx 2 jarnxRp.500.000,- Rp. 3.000.000,-
r'
b)
Behnja barang operasional lainnya
-
Konsumsi acar4 54 org x Rp.
-
Konsumsi rapat persiapan,r0 orgxRp.27.500,-
-
Biayapenyelenggar€uul,
-
Penyusunan laporan,
l
27.500,- Rp 1.4g5.000,_ Rp.
275.000,-
pkhxRp.1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
I pkt x Rp.250.000,_ ...
Rp.
250.000,_
Sumber pe.mbiayaan
Biaya bersumber dari dana DIPA KKp Kelas II Makassar tahun 200g
Pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian vektor 1) Tujuan
outcome .,
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petugas dalam kegiatan pengendalian vector penyakit 2) Tujuan output
29
a)
Terselenggaftmya pelatihan pengendalian vector bagi petugas KKP Kelas
iI
Makassar sehingga dapat memahami prosedur dan tata cara dengan baik
sesuai perkembangan ilmu dan teknologl yang mutakhir
b)
Meningkatkan pengetahuan
dan
penatalaksanaan kegiatan, analisis
keterampilan petugas dalam
risiko vector penyakit dan aplikasi
pengendalian vector
3)
Sasaran
a) b) c)
Tenaga sanitarian dan entomology
Tenagapengelolahprogftlmterkait Tenagateknislainnya
4) Metode pelaksanaan Pelatihan dilksanakan melalui cera:nah, pemaparan makalah, tanya jawab, studi
kasus dan penugasan/latihan. Pola waktu yang digunakan selama
27 iarer
pelajaran dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
5) Tempat Tempat pelaksanaan di Balai Pelatihan Kesehatan @apelkes) Makassar
6) Waktu Rencana waktu pelaksanaan yaitu pada minggu
II Mei 2008
7) Keluaran/out put
-
Jumtah tenaga yang terlatih di bidang pengendalian vector penyakit
-
Jurnlah tenaga yang mahir dan terampil dalam aplikasi penggunaan alat dan bahan pengendalian vector penyakit
8) Tenagapelaksana a) Panitia pelaksana adalah KKP Kelas II Makassar dan Bapelkes Makassar b) Pemateri adalah widyaiswara Bapelkes, praktisi dan akademisi. 30
9) Biaya
a)
Rincian anggaran biaya sebagai berikut
*
:
Belanja uang honor tidak tetap
-
Narasumber, 3orgx3hm3jam x Rp. 500.000,-
-
Penanggungiawab,
-
Anggota 5 org x Rp. 200.000,-
I
org x Rp. 400.000,-
Rp. 13.500.000,-
Rp.
400.000,-
Rp. 1.000.000,-
Belanj a barang operasional Penggandaan materi,
I pkt x Rp. 1.000.000,-
Rp.
1.000.000,-
Rp.
2.000.000,-
Belanja bahan Belanja ATK,
*
I pkr x Rp. 2.000.000,-
Belanja perjalanan lainnya
-
Transport narasumber, 3 org x Rp. 3.000.000,-
Rp.
9.000.000,-
-
Uang harian, 3 org x 3 hr x Rp. 350.000,-
Rp.
3.150.000,-
-
Uang penginapan, 3 org x 3 hr x Rp. 550.000,-
Rp.
4.950.000,-
-
Transport local peserta, 20orgx3hmRp.l00.000,-
Rp. 6.000.000,-
Belanjajasa lainnya
b)
-
B
-
Sewa nrirngan pertemuan, 3 hr x Rp. 750.000,-
iaya penyelenggaraan,2 Oorgx3 hrxRp. I 5 0. 000,-
Sumber pembiayaan Bersumber dari DIPA KKP Kelas II Makassar tahun 2008
31
Rp
9.000.000,-
Rp.
2.250.000,-
Kajian dibidang vector penyakit
l)
Tujuan
a)
Tujuanumum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di Pelabuhan Makassar
b)
Tujuankhusus
l)
Mengetahui hubungan antarajenis rumah/bangunan dengan kepadatan
nyamuk
2)
Mengetahui hubungan antara jenis tempat penampungan air (container) dengan kepadatan nyamuk Aedes aegypti
3)
Mengetahui hubungan antara kondisi sanitasi lingkungan dengan kepadatan nyamuk Aedes
2)
aeglpti
Sasaran Sasaran kajian adalah lingkungan dan kepadatan nyamuk Aedes aegypti
di
lokasi kajian
3)
Metodologi
a) Jenis kajian Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah observasi dengan menggunakan kuisioner, pengumpulan data kepadatan vektor dan pengamatan langsung
di lokasi kajian. Untuk menilai hubungan dapat digunakan formula study cross sectional.
b)
Populasi dan sampel
-
Populasi adalah kepadatan vektor, bangunan, alat angkut, dan tempat perindukan vektor di lokasi kajian.
-
sampel adalah kepadatan vektor pada saat kajian, bangunan terpiiih, aiat angkut yang merapat pada saat kajian dilalarkan, dan tempat perindukan vektor terpilih di lokasi kajian
c)
Pengumpulan data
-
Data primer diperoleh dari observasi, pengumpulan data dan pengamatan langsung di lokasi kajian
-
Data sekunder diperoleh dari literature, laporan kegiatan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) KKp Kelas II Makassar
4)
Pelaksanaan
organisasi pelaksana adalah Tim vang dibentuk oleh Kepala KKp Kelas
II
Makassar dengan personil utama dari Seksi PRL ditambah dengan personil
dari lintas seksi dan instansi terkait
5) Tempat Tempat pelaksanaan kajian adalah Pelabuhan Makassar (perimeter dan buffer)
6)
Keluaran
lupo*.t
7)
hasil kajian dan rekomendasi pemecahan masalah
Waktu pelaksanaan Rencana waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut
33
:
Penyusunan kerangka acuan
Koordinasi lintas sektor Pengurrpulan data
-
Daaprimer Dda sekunder Analisa & interpretasi data
8) Biaya
a) Rincian anggaran biaya
F Belanja uang honor
tidak tetap
- Honorpenanggungiawab, -
1
0rg x Rp. 400.000,-
Honor ketua, I org x Rp. 300.000,-
- Honor anggot4 5 org x Rp. 200.000,_
)
Rp.
300.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp.4.500.000,-
Belanja bahan
ATK, administrasi, I pkt x Rp. 1.000.000,_
F
400.000,-
Belanja barang bperasional lainnya - Biayapengadaan alat, I pkt x Rp. 4.500.000,_
)
Rp.
Rp. 1.000.000,-
Belanjajasa - Konsumsi rapatpersiapan, l0 org x Rp.27.500,_
Rp.
275.A00,-
- Konsumsi rapat kordinasi antar instansi, 20 urg x
I ki x Rp. 27.50A,_
34
Rp.
550.000,-
E
- Konsumsi rapat hasil kajian
l0 org x I kl x Rp.
27.500,-
Rp.
275.000,-
- Konsumsi pertemuan diseminasi informasi 40 org x
I kl x Rp. 27.500,-
Rp.
1.100.000,-
- Biaya sewa nrangan diseminasi informasi
Rp. 750.000,-
- Analisa data dan penggandaan laporan
Rp.
1.000.000,-
Transport petugas KKP, 10 org x Rp. 100.000,-
Rp.
1.000.000,-
Transport petugas antar instansi, 10 org
Rp.
1.000.000,-
Belanj a perjalanan lainnya
- Dalam rangka koordinasi antar instansi
-.Dalam r4ngka observasi dan pengumpulan data Transport petugas, 3 org x 30 hr x Rp. 100.000,-
Rp. 9.000.000,-
- Dalam rangka identifikasi laboratorium Transport petugas,
I org 4 3C hr x np. 1OO.OOO,-
Rp.
3.000.000,-
- Dalam rangka diseminasi informasi Transport petugas KKP, 15 org x Rp. 100.000,-
Rp. 1.500.000,-
Transport ptgs antar instansi,2 5 orgxRp. 1 00. 000, -
Rp. 2.500.000,-
b). Sumber biaya Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari dana DIPA KKP Kelas II Makassar tahun 2008
35
B. PEMBAHASAN
1.
Perencanaan Sebagai Suafu Siklus Pemecahan Masalah
Dalam pelaksanaan perencanaan pengendalian vector penyakit kegiatan yang pertama dilaksanakan adalah analisis situasi untuk melihat masalah. Data hasil
kegiatan selama tahun-tahun sebelumnya digunakan untuk melihat kecenderungan
kinerja dan membandingkannya dengan indicator yang telah ditetapkan. Perbedaan antara indicator ideal dengan tingkat capaian itulah masalah yang membutuhkan perencan&m guna mengatasinya.
Masalah yang sudah mer{adi prioritas perlu dirumuskan dengan jelas, ada
" pernyataan kesenjangan secara kualitatif dan atau kuantitatif, didukung oleh data dan dinyatakan secara spesifik. Untuk masalah yang sudatr dirumuskan dengan baik kemudian ditentukan tujuan yang akan dicapai, yaitu apakah masalah tersebut akan
dikurangi sampai tingkat tertentu atau masalah tersebut dihilangkan sama sekali. Tentu penentuan tersebut didasarkan pada'..umber dbyayang tersedia
Berikutrya adalah memilih alternative intervensi atau kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
itu perlu dilalcukan analisis
determinan masalah atau kadang-kadang disebut analisis factor risiko. Pada tahun 2007,cakupan pemeriksaan rumah baru menc
apia_
$,al
Yo darr
tingkat kepadatan nyamuk /house indeks l,szyo.Ini adalah pernyataan masalah yang jelas besaran masalahnya" jelas lokasi dan waktunya serta siapa yang terkena. Untuk mengatasinya maka ditetapkan pada tahun 2008 cakupan pemeriksaan rumah ditingkatkan menjadi 30,30yo dan indeks nyamuk ditekan menjadi maksimal 1,3 yo. Apa alternative intervensi yang prerlu dilalarkan ?
Untuk menjawab pertanyaan iersebut maka dilalarkan analisis determinan atau analisis factor risiko, yaitu menjawab pertanyium mengapa tingkat kepadatan nyamuk di Pelabuhan Makassar tinggi?
36
Hasil analisis situasi, ditemukan beberapa factor detenninan yaitu
:
kepadatan penduduk yang tinggi, menganggap masalah nyamuk hanya urusan KKP,
cakupan pemeriksaan hanya 15,4I Vo, perilaku masyarakat yang tidak hygienis,
lingkungan pelabuhan yang tidak mendukung (ban bekas, gudang bekas). Berdasarkan hal tersebut, maka alternatif yang dilalarkan yaitu
:
meningkatkan
cakupan pemeriksaan rumah melalui optimalisasi peran kader, pemberdayaan masyarakat, penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tata carupengendalian nyamuk.
Contoh-contoh
di atas menjadi pilihan
kegiatan yang selanjutnya dibuat
dalam benfuk rencana kegiatan progftrm atau yang disebut rencana operasional. Rencana operasional inilah yang kemudian dipergunakan sebagai dasar dalam menyusun rencana sumber daya (termasuk anggaran) untuk rencana tersebut. Pelaksanaan progftlm dan rencana tersebut memerlukan suafu organisasi
yang tertata dengan baik, dan dalam pelaksanaannya memerlukan fungsi-fungsi manajemen penggerakan ftepemimpinan, motivasi, supervise,_ pengawlsan dan pengendalian). Hasil implementasi kemudian dievaluasi. Evaluasi
ini
kemudian
dipergunakan sebagai masukan dalam proses atau siklus selanjutnya dalam pemecahan masalah.
Uraian diatas menggambarkan bagaimana perencaruum dalam pengendalian
vector penyakit
di
Pelabuhan Makassar dengan berbasis epidemiologi melalui
pendekatan ekologis sebagai suatu proses dalam siklus pemecahan masalah.
2.
Penetapan kinerja Penerapan prinsip perencanaan dengan persfektif berbasis kinerja ditujukan
untuk mendukung upaya mencapai stabilitas makro, alokasi sumber daya sesuai dengan prioritas dan pemanfaatan anggaftm secara
.
.f"nif O*
efisien.
Performance budgeting (anggaran berbasis kinerja) didasarkan pada hasil
proses perencanaan yang realistis dan sistematis. Proses perencaftum tersebut akan
menjamin adanya kesinambungan dan konsistensi arfiara masalah, tujuan, kegiatan, 37
'out put atau kinerja kegiatan dan input yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
ciri lain dari anggaran berbasis kinerja adalah keseimbangan
antara anggaran untuk kegiatan pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang. Ada sinyalemen bahwa dalam program kesehatan terlalu banyak kegiatan tidak langsung yang dilakukan seperti rapat koordinasi, platihan, seminar, konsultasi, bimbingan teknis, supervisi dll. Dalam perencaruum pengendalian vector penyakit di pelabuhan
Makassar
ini
disusun dengan menjaga keseimbangan antara kegiatan pelayanan
langsung kemasyarakat dengan kegiatan penunjang, bahkan porsinya lebih tinggi. Penentuan besaran rencana tingkat capaian kegiatan pada tahun yang akan datang dida'sarkan pada kinerja tahun sebelumnya. pertimbangan sumber daya dan anggaran serta peralatan juga menjadi dasar pertimbangan.
Dalam
pengendalian vector penyakit
perencanaum
di Pelabuhan Makassar ini, tujuanditentukan
dengan bantuan analisis kecenderungan. Sebagai contoh, dalam perencan€um jurnlah rumah. yang akan diperiksa pada tahun 200g, maka kita lihat trend ( 2005_2007), maka prospek kinerja tahun 2008 adalah 1200. Target organisasi KKp mengrut renstra
adalah 5000. Bisakah kinerja tersebut dipacu lebih besar? untuk
itu perru dipertimbangkan prospek sumber daya tahun mendatang (tenag4 sar'ma dan dana). Dalam contoh ini ada prospek dana meningkat (misalnya pagu indikatif), maka ditetapkan bahwa target kinerja untuk tahun 200g adatah 1500, lebih tinggi dari pada kecenderungan kenaikan tahun-tahun sebelumnya. Monitoring program
Monitoring dalam perencanuum pengendalian vector penyakit ini adalah kegiatan pengamatan yang terus menems terhadap masukan atau input, waktu pelaksanaan kegiatan, out put yang dicapai, masalah yang timbul dan kemungkoan_ kemturgkinan upaya mengatasi masalah_masalah yang timbul.
38
a.
Monitoring masukan Proses pencapaian hasil luaran dan dampak suatu kegiatan/program sangat tergantung pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. Oleh karena itu monitoring terhadap setiap langkah kegiatan ini sangat penting artinya
bagi pengelolaan dan penanggungiawab pro$am. Dalam monitoring kegiatan ini sekaligus dapat diamati
/
dicatat masukan dana tenaga dan sarana lain yang
dipakai. Meskipun disebutkan dalam DIPA dapat sebagai sumber informasi kegiatan yang perlu dimonitor, tidak berarti hanya diperhatikan kegiatan-kegiatan
yang tertulis dalam DIPA. Banyak masukan dan kegiatan yang tidak tertulis merupakan proses yang masyarakaVswasta
justu perlu dimonitor. Misalnya berapa
dalam kegiatan pengendalian vector, seberapa jauh
penerimaan dari instansi pemerintah
b.
pasrtisipasi
d11.
Monitoring waktu program. Setiap kegiatan dibatasi ketat oleh waktu. Monitoring waktu berate mendorong pelaksanaan kegiatan tepat pada waktunya. Masalah yang biasa muncul karena
banyak kegiatan tertunda-tunda akibat banyak masalah dibiarkan tanpa upaya mengurangi atau mengatasi masalah dibiarkan tanpa upaya menguftngi atau mengatasi yang antara lain dapat dilakukan dengan monitoring.
c.
Monitoring hasil keluaran Setiap kegiatan mempunyai tujuan yang ingin dicapai yang dijabarkan dalam
tolok ukur baik kuantitatif maupun kualitatif. Monitoring hasil keluaran ini digolongkan sebagai kegiatan evaluasi, khususnya evaluasi program. Setiap perencaninn kegiatan dalam paper
ini
dicantumkan hasil keluaran (out
put) sehingga dapat dimonitor keberhasilannya.
d.
Beberapa masalah selama monitoring
Selama masa pelaksanaan kegiatan monitoring selalu dilaksanakan. Hasil
monitoring diupayakan sebesar-besarnya memberi manfaat 39
untuk
--f
penyernpumtnn kegiatan. Bila perlu monitoring tidak selalu formal tetapi bias non formal.
4.
Evaluasi kegiatan
a.
Penilaian perencan&m kegiatan/program
ini dinilai keserasian perencanaan kegiatan antara lain fujuan umum dan khusus setiap kegiatan, jadwal ke.ja penilaian kelompok sasaran, dan Pada tahap
penilaian terhadap dampak yang diharapkan.
b.
Pelaksanaan evaluasi
Pada tahap
ini
kegiatan diarahkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang lebih
spesifik:
l)
Apakah komponen program (pemantauan jentik berkal4 abatisasi, foggr.rg, PSN, kajian ) mencapai sasaran yang direncanakan
2)
Apakah ada penyimpanan dari rencana. Kalau ada berapa besar pengaruhnya terhadap pencapaian sasaran
3)
Masalah hambatan apa yang ditemukan dan upaya-upaya apa untuk mengatasinya.
c. Evaluasi dampak
Evaluasi dampak ini sudah bersifat sangat teknis dan akademis yang menyangkut soal-soal rancangan (desain) studi/ kajian. Dalam perencanairn pengendalian
vector di Pelabuhan Makassar direncanakan adanya kajian untuk mencari factorfaklor yang mempengaruhi kepadatan vector. Kegiatan ini memerlukan evaluasi dari segi akademis khususnya desain kajian, populasi dan sampel serta metodologinya.
40
IV. KESIMPULAI\ DAI\ SARAN A. KESIMPULAI\
l. Tingkat
kepadatan nyamuk
di
International Health Regulation
Pelabuhan Makassar belum memenuhi ketentuan
(IIR)
tahun 2005. Hasil pemeriksaan dalam lima
tahun berturut-turut menunjukkan bahwa indeks nyamuk fluktuatif
dengan
kecenderungan mengalami penurunan. Cakupan pemeriksaan baru mencapai l5,14Yo
dari seluruh bangunan yang ada di perimeter dan buffer.
Analisis masalah terdiri dari analisis kinerja input (tenaga, bahan, alat dan dana) menunjukkan ada beberapa masalah pada semua indikator, analisis kinerja proses menggambarkan bahwa dana terbatas dan peran serta masyarakat belum optimal,
analisis kinerja out put menggambarkan bahwa selama tahun 2007 tlnrdeat capaian kegiatan belum ada yang mencapai 100 % J.
Program kegiatan yang disusun dalam perencaruum pengendalian vector di Pelabuhan Makassar berdasarkan prinsip kinerja dan achievable adalah pemantauan
jentik berkal4 pemberantasan sarang nyamuk dengan peftrn serta masyarakat, abatisasi, fogging, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta kajian
di
bidang
vector. Penyusunan jenis, frekwensi dan volume rencana kegiatan didasarkan pada data epidemiologi
/
kinerja tahun sebelumnya dan hasil analisis masalah dengan
pendekatan ekologis. 4.
Perencanaan anggaran yang disusun berdasarkan progfttm kegiatan yang berbasis
kinerja dengan pendekatan epidemiologi terdiri dari belanja honor, belanja barang,, belanja bahan, belanja jasa dan belanja perjalanan dengan lebih memberikan prioritas pada kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. 5.
Unhrk mencapai hasil optimal dari pelaksanznn perencanaan ini maka dilaksanakan monitoring dan evalt'asi secara berkesinambungan selama pelaksanaan kegiatan.
41
3.'SARAN Setiap perencan&n kegiatan disusun berdasarkan kinerja masa lalu, melalui anafisis masalah, penenfuan tujuan, penrmusan altemative pemecahan masalah, keputusan, plan of action, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
1.
2. Perencanaan kegiatan pengendalian
vector
di pelabuhan
harus dilakukan secafa
kontinyu dan berkesinambungan guna cegah tangkal penyakit serta memenuhi ketentuan dalam amanat IHR 2005.
3'
Sehubungan dengan keterbatasan anggaran pemerintah dan adanya kebijakan dalam
rasionalisasi anggaran, maka kedepan
perlu dipikirkan perencanuuur yang
penganggarannya berbasis masyarakat.
4'
, 5'
Dalam upaya menyelesaikan masalah dalam pengendalian vector maka perlu keterlibatan semua sector untuk berperan serta baik pengguna jasa pelabuhan" swasta maupun akademisi. Masalah vector di pelabuhan adalah masalah bersama bukan hanya unrsan Kesehatan pelabuhan. Kedudukan pelabuhan sebagai the
first
contac
point antarawisatawan
dengan Negara maka kedudukannya harus benar-benar memenuhi syarat intemational untuk member citra yang baik di dunia intemasional sehingga bisa berdampak pada membaiknya tlunia parawisata dan ekonomi. Karena itu seyogyanya masalah vector harus menjadi skala prioritas dalam perencana:rn kegiatan di setiap pelabuhan
kita
dan
bandara.
42
PUSTAKA ACUAN Achmadi, Umar f'ahmi, Pengarahan Dirjen PPIvI&PL Depkes M pada Pertemuan Nasi,onal Pengelolah Kesehatan Haji Indonesia, Bandung 28-31 Juli 2002, Ditjen PPM&PL Depkes RI2002 Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan" Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005 Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006 Gani, Ascobat Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Program Tahunan Ditjen PP&PL, Depkes R1, Ditjen PP&PL,2006 Gani, Ascobat, Aplikasi Penlrusunan Rencana dan Anggaran Terpadu Program Ditjen PP&PL, Oepkes rR1, Ditjen PP&PL,2006
,
KKP Kelas II Makassar, Profil KKP Kelas II Makossar,2}05 KKP Kelas II Makassar, Profil I;,KP Kelas II Makossar,2}As KKP Kelas II Makassar, Profil KKP Kelas II Maknssar,2}}5
Maidin, Alimin,Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan, Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS 2000
dan
Sub Dit Kespel dan DP, Pedoman Pengamatan dan Pemberantasan Nyamuk Aedes aegtpti dan Anopheles di Lingkungan Pelabuhan Lout Can Bartiara, Depkes RI,2002
Pedoman Penyelenggaraan Karintina Kesehatan
di Kantor
Kesehatqn
Pelabuhan, Depkes RI tahun 2007
WHO, International Health Regulations (2005), Terjemahan Ditjen PP-PL Depkes RI, 2007
A
Ayala, et. al, Trwel Associated dengue- USA 2005 rnnr,'.cdc.com diakses tanggal0l Mei 2008
,
Weekly MMWR" CDC 2006,
Taichmann D, et.al, Eengue virus infection in travellers returning to Berlin, Germany : clinical, 'laboratory and diagnostic aspects, Journal Travel Med. \\rvrv.pubmed, diakses tanggal0l Mei 2008 Sung V, et,. al, Dengue Fever in travellers returningfrom southeast Asia,Journal Travel Med., 2003 u.n'rv.pubnied, diakses tanggal0l Mei 2008
43