Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN PAKAN SAPI POTONG PADA SKALA KELOMPOK TANI DI JAWA TIMUR RULY HARDIANTO', DWITA INDRAROSA
2
dan SUDARMADI
PURNOMO'
'Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Kni. 4 PO Box 186, Alalang 65101 2Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Draw yaya Jl. Veteran, Malang 65145, e -mail:,fapetub(ii?brawijava .ac .id
ABSTRAK Salah satu permasalahan dalam pengembangan sapi potong di Jawa Timur adalah keterbatasan pakan yang berkualitas dan kontinu . Kawasan utama usaha sapi potong umumnya berada di daerah sentra pen anian, oleh karena itu pemanfaatan limbah pertanian perlu dioptimalkan . Faktor pembatas limbah pertanian adalah kandungan nutrisi dan kecernaan yang rendah . Untuk itu, limbah pertanian diberi perlakuan pra-dige : ti dan suplementasi . Prosesing menggunakan dua macam mesin pengolahan, yaitu mesin chopper modif (iistem cutting and hammer mill, dimensi 125 x 90 x 120 cm, volume 132,6 liter, penggerak 26 HP) dan mixer horizontal ( sistem double ulir, dimensi 150 x 95 x 207 cm, volume 1 .235 liter, penggerak 25 HP). Usaha pembuatan pakan ini dirancang untuk skala kelompok tani dengan kapasitas produksi 4-5 ton/hari . Kebutuhan biaya investasi dan operasional satu unit sebesar ± Rp . 70 juta, untuk pembelian mesin, alat bantu/pen ilong, pengadaan bahan baku, tenaga kerja dan bangunan . Pengembangan usaha pembuatan pakan berbasis bahan lokal ini akan semakin penting di waktu-waktu mendatang dalam upaya penyediaan pakan, seiring dengan berkembangnya sistem integrasi tanaman-temak . Kata kunci : Pengolahan limbah pertanian, pakan sapi potong, kelompok tani, Jawa Timur
PENDAHULUAN Pemerintah melalui Program Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010, menetapkan daging sapi menjadi salah satu sasaran komoditas strategis . Hal tersebut karena nilai impor daging dan sapi bakalan masih sangat besar . Data tahun 2002 menunjukkan bahwa impor daging dan sapi bakalan telah mencapai angka setara dengan t 420 .000 ekor pertahun (ANONIMUS, 2006) . Jawa Timur merupakan sentra sapi potong dan pemasok daging cukup penting untuk konsumsi nasional . Jumlah populasi sapi potong di Jawa Timur tahun 2005 adalah 2 .527.938 ekor (BPS, 2006) . Sasaran produksi daging tahun 2007 untuk Jawa Timur adalah sebesar 367 .040 .650 kg atau naik sebesar 2,62% dibandingkan tahun 2006 (DISNAK JATIM, 2006) . Namun suplai daging sapi maupun sapi bakalan dari Jawa Timur volumenya cenderung menurun dari tahun ke tahun . Selain karena konsumsi masyarakat Jawa Timur sendiri terus meningkat, penurunan suplai tersebut juga disebabkan
344
karena belum efisiennya pola peternakar sapi oleh para peternak . Pemeliharaan sapi Inasih dilakukan sebagai "usaha sambilan" secara tradisional. Kawasan utama usaha sapi potong umumnya dilaksanakan di daerah : entra pertanian, karena tersedia Iimbah pertanian sebagai hasil ikutan yang dimanfaatkan oleh para peternak untuk sumber pakan . Dalam rangka peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong, tiga faktor titama yang penting adalah kualitas bibit, kesehatan hewan dan ketersediaan pakan (ANONIMOUS, 2005) . Dalarn aspek pakan, upaya yang perlu ditempuh adalah meng-optimalkan pemanfaatan limbah pertanian maupun liinbah agroindustri, serta peningkatan kualitas li ;nbah pertanian sebagai bahan baku pakan me :lalui aplikasi teknologi pengolahan yang sesuai .
PERMASALAHAN Selama ini banyak calon peternak, in\ estor maupun pemerintah daerah yang benninat untuk mengembangkan sapi potong niengurungkan niatnya ketika harus berhitung
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
dengan penyediaan pakan hijauan . Keraguan timb il karena harus menyediakan luasan lahan tertentu untuk menanam tanaman hijauan makanan ternak dengan segala resiko dan permasalahannya. Bahkan di tingkat peternak kecil, masalah kelangkaan hijauan sering terjadi . Para peternak terpaksa harus mencari rumhut atau jerami ke tempat yang jauh sampai ke liar desa dan kecamatan . Permasalahan paka 1 ini terjadi karena belum terintegrasinya pemanfaatan limbah pertanian dengan usaha ternak dalam satu kawasan . Disamping itu, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan belum optimal . Hasil penel itian menunjukkan hanya sekitar 35% dari produksi limbah pertanian jgunakan sebagai pakan ternak, 50% habis dibakar dan 15% dikembalikan ke tanah sebagai kompos . MasElah lain yang berkaitan dengan penggunain limbah pertanian untuk pakan ternak adalah kandungan nutrisi dan kecernaannya yang rendah . Dalam limbah pertanian, senyawa lignin dan silika tinggi . Peran lignin di dalam dinding set adalah memperkokoh struktur dinding set dengan mengikat selulosa dan hemiselulosa, sehingga hanya sebagian selulosa maupun hemiselulosa yang dapat dicerria oleh mikroba rumen (TAMMINGA, 1986) . POTENSI LIMBAH PERTANIAN DI JAWA TIMUR Areal pertanian tanaman pangan dan perk(bunan merupakan suatu potensi yang dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pakaii melalui pemanfaatan limbahnya. Selain itu, industri pertanian dan hasil-hasil perkebunan dalam proses produksinya juga menghasilkan limbah. Beberapa jenis limbah pertanian yang utama di Jawa Timur seperti disajikan di bawah ini .
(BK) per ha, maka potensi jerami pada MH adalah ± 1 .981 .534 ton BK, pada musim MK-I sebanyak ± 1 .100 .656 ton BK, dan pada MK-II sebanyak ± 429 .298 ton BK. Perkiraan limbah jerami yang terbuang di Jawa Timur pada MH sebesar ± 297 .230 ton BK, pada MK-I sebesar ± 165 .098 ton BK, dan pada MK-II sebe : u ± 64 .395 ton BK. Dengan asumsi bahwa penggunaan jerami untuk pakan ternak adalah 50% -nya, maka masih terbuka peluang untuk sumber pakan ternak sebanyak masing-masing ± 250 ribu Animal Unit (AU) untuk MH ; ± 139 ribu AU untuk MK-1 dan ± 54 ribu AU untuk MK-II . Catatan : 1 AU setara dengan satu ekor sapi dengan bobot badan 325 kg dan konsumsi bahan kering 2% dari bobot badan . Jeramijagung Potensi jerami jagung dapat dihitung dari luas panennya yaitu sekitar 6 ton/ha (HARTADI et al ., 1994) . Prediksi produksi jerami jagung di Jawa Timur berdasarkan luas pertanamannya mencapai sekitar 8 juta ton atau tersedia sekitar 3 .2 juta ton BK dan protein kasar (PK) 0,2 juta ton . Dari potensi limbah jerami jagung tersebut, tambahan pakan untuk ternak adalah 2 .7juta AU . Limbah tebu Luas areal tebu di Jawa Timur mencapai 173,8 ribu hektar dengan produktivitas tebu 85,8 ton/ha. Potensi limbah yang berupa pucuk tebu dari setiap ha kebun tebu adalah sekitar 14% dari total biomas atau sama dengan 2 .4 ton BK ; dan tetes tebu 2,9 ton . Dari limbah pucuk tebu tersebut tersedia tambahan pakan sebanyak 417 .120 ton BK untuk mencukupi sekitar 350 ribu AU . Limbah kopi
Jerami padi L ias panen padi di Jawa Timur tahun 2006 mencapai 1,73 juta ha, terdiri dari pertanaman musim penghujan (MH) seluas 990 .767 ha, musim kemarau I (MK-1) seluas 550 .328 ha, dan musim kemarau II (MK-II) seluas 214 .649 ha (DIPERTA, 2007) . Dengan perhitungan produksi jerami rata-rata 2 ton bahan kering
Luas areal tanaman kopi di Jawa Timur sebesar 94 .606 ha . Dari proses pengolahan buah kopi dihasilkan limbah kulit kopi sekitar 0,2 ton/ha, sehingga potensi limbah kulit kopi mencapai sekitar 18 .920 ton yang dapat mencukupi sekitar 3,7 ribu AU .
345
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Limbah kakao Luas areal kakao di Jawa Timur seluas 43 .412 ha, dengan produksi buah kakao sebesar 17 .483 ton . Komposisi buah kakao basah terdiri dari 74% kulit kakao, 2,5% daging buah dan 23,5% biji kakao . Apabila kulit kakao dimanfaatkan sebagai pakan ternak, maka tersedia tambahan bahan pakan sebanyak ± 2.600 ton BK yang dapat mencukupi kebutuhan ternak sebanyak ± 2 ribu AU . Di samping itu, di Jawa Timur terdapat limbah buah nangka yang masih terbuang sekitar 182 ribu ton segar atau setara dengan 36 ribu ton BK per-tahun, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan buah nangka yang mencapai 60 - 70% dari berat buah (ANONIMUS, 1997) . Nilai nutrisi Iimbah buah nangka adalah BK = 19,49%, BO = 92,77%, PK = 8,28%, Kecernaan BO = 73,9% dan energi metabolisme sekitar 10,13 - 11,29 MJ per kg BK, sehingga limbah buah nangka mempunyai potensi sebagai sumber energi untuk pakan ternak (ANONIMUS, 2005) . PENGOLAHAN LIMBAH Tahapan pembuatan pakan, diawali dengan pelatihan dan transfer teknologi kepada para peternak, inventarisasi jenis-jenis bahan lokal, kandungan nutrisi, harga bahan baku, pengadaan alat dan mesin, proses pengolahan dan manajemen pengelolaan limbah, penyusunan formulasi pakan, serta penyiapan tempat prosesing. Inventarisasi bahan lokal Data awal yang diperlukan dalam pembuatan pakan adalah kandungan nutrisi setiap jenis bahan . Pada Tabel 1 dicantumkan kandungan nutrisi beberapa jenis limbah pertanian dan perkebunan, daun-daunan dan limbah agroindustri yang tersedia di wilayah jawa Timur yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pakan . Disamping informasi tentang nutrisi, dalam pembuatan pakan dibutuhkan informasi harga bahan baku. Pada
346
Tabel 2 dicantumkan harga kisaran beberapa limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri di wilayah Jawa Timur yang berlaku pada bulan April 2007 . Untuk meningkatkan kualitas limbah dan biodegradasinya, Iimbah pertanian diberi perlakuan fisik yaitu digiling dan perlakuan biologi dengan cara fermentasi menggunakan jasad renik . Perlakuan pra digesti Penggilingan bahan bertujuan mengt rangi ukuran partikel, dengan cara dicincanl, dan digiling . Ada tiga kriteria hasil penggilingan yaitu kasar, medium dan halus . . Penghalusan bahan dilakukan dengan menggunakan mesin penghancur hahan (Chopper mod/ dengan menggunakan pisau dan pemukul pada kecepatan diatas 1 .450 rpm . Perlakuan kimiawi hanya diterapkan pada jerami padi dan pucuk tebu yang bertujuan untuk merenggangkan ikatan selulosa dengan lignin dan terjadi pembengkakan (sivellin„) sel sehingga kecernaan naik . Perlakuan urea (NH 3 ) pada jerami padi dapat menaikkan kandungan nitrogen, fermentasi rumen, konsumsi bahan kering, kecernaan dan kecepatan pence -naan dinding sel dan bahan organik (UTOMO et al ., 1988) . Dosisnya antara 2-5% dari bera . BK jerami . Lama peram antara I - 8 minggu, kadar air antara 40 - 60%. Perlakuan biologi, bertujuan mengubah struktur fisik bahan oleh enzim deligni'ikasi dan menaikkan kandungan protein dengan mikroorganisme . Perlakuan biologi pada dasarnya adalah pengkomposan sekaligus pradigesti dengan penumbuhan jamur atau penambahan enzim (SOEJONO et al., 2001) . Pengolahan kulit kopi dan kakao dilakukan dengan pengeringan sampai kadar airnya mencapai ± 15%, kemudian disimpan dalam karung. Sebelum digunakan sebagai campuran pakan, difermentasi menggunakan mil,roba strain Aspergilus niger atau Lactobacillus casei, ditambah molases sebanyak 5% dan urea 1% dari bahan kering, diperam selania 2 minggu .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabe 11 . Kadar nutrisi beberapa jenis limbah pertanian dan perkebunan, daun-daunan dan limbah agroindustri yang tersedia di wilayah Jawa Timur Jeni s bahan Lim bah pertanian dan perkebunan ferami padi Jerami kacang kedele Jerami kacang tanah Jerami kacang hijau ferami kacang panjang ferami kacang tunggak ferami kulit kedele ferami jagung segar Wit kedele Wit kopi Wit kakao Kulit kacang tanah Wit biji kapuk Klobot jagung Pucuk tebu I'ongkol jagung Daun-daunan Jaun gamal (glirisidia) Jaun kaliandra Jaun Iamtoro )aun dadap Jaun jaranan Jaun nangka Jaun sengon Jaun singkong Jaun ubi jalar '.Jaun pisang Daun mimba Limbah agroindustri Ampas tahu A mpas kecap Ampas bir Ampas berem Ampas gula cair 13ungkil kopra 1 3ungkil klenteng Bungkil kacang tanah l3ungkil kedele 13ungkil kelapa Dedak padi Dedak gandum(pollard) Dedak jagung(empog) Tetes/molases Onggok kering Kulit biji kedele Kulit biji jagung (tumpi) 'fepung gaplek afkir
BK
Kandungan nutrisi (%) PK LK
SK
TDN
31 .87 30 .39 29 .08 21 .93 28 .40 15 .52 61 .93 21 .69 90 .37 91 .77 89 .37 87 .38 89.54 42.56 21 .42 76 .61
5 .21 14 .10 11 .31 15 .32 6 .94 16 .06 7 .99 9.66 18 .96 11 .18 14 .99 5 .77 13 .13 3 .40 5 .57 5 .62
1 .17 3 .54 3 .32 3 .59 3 .33 3 .93 5 .07 2 .21 1 .25 2 .50 6 .28 2 .51 2 .04 2 .55 2 .42 1 .58
26 .78 20 .97 16 .62 26 .90 33 .49 38 .08 38 .67 26 .30 22 .83 21 .74 23 .24 73 .37 34 .12 23 .32 29 .04 25 .55
51 .49 61 .55 64.50 55 .52 55 .28 48.31 56.13 60 .24 62.72 57 .20 55.52 31 .70 52 .32 66 .41 55 .29 53 .08
16 .96 39 .58 29 .83 25 .92 24 .49 33 .02 25 .68 22 .43 15 .16 18 .26 39.90
18 .15 18 .70 27.55 20.05 18.50 14 .95 24 .46 26 .98 15 .00 14 .63 12 .08
4 .37 2 .44 5 .29 2 .02 1 .34 2 .20 4 .37 8 .58 2 .73 2 .72 3 .13
21 .57 22 .24 10 .58 33 .60 23 .59 31 .37 37 .13 11 .10 22 .26 15 .89 32 .23
61 .46 60 .26 76 .78 63 .08 62 .13 59.34 52.11 74.39 51 .94 56 .17 63 .92
10 .79 85 .43 31 .17 81 .63 34 .31 90 .56 89 .69 91 .45 89 .41 84 .77 91 .27 89 .57 84 .98 50 .23 90 .17 91 .42 87 .39 87 .02
25 .65 36 .38 26 .45 3 .15 5 .11 27 .60 30 .83 36 .40 52 .08 26 .63 9 .96 16 .41 9 .38 8 .50 2 .84 21 .13 8.66 2.41
5 .32 17 .28 10 .25 2 .12 6 .24 11 .22 3 .81 17 .24 1 .01 10 .40 2 .32 4 .01 5 .59
14 .53 17 .82 7 .06 2 .10 8 .01 6.85 8 .70 0 .89 25 .53 14 .71 18 .51 5 .86 0 .58
0 .68 3 .03 0 .53 0 .79
8 .26 23 .18 21 .30 8 .95
76 .00 89 .55 78 .71 55 .83 54 .96 75 .33 78 .01 71 .72 40 .27 73 .40 55 .52 74 .83 81 .84 63 .00 77 .25 69 .43 48 .48 73 .49
Keterangan : BK = bahan kering ; PK = protein kasar ; LK = lemak kasar ; SK = serat kasar; TDN = total digestible Sumbo r : WAHYONO et al . (2003)
nutrient
347
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 2. Harga kisaran bahan baku pakan dari Iimbah di wilayah Jawa Timur bulan April tahun 2007 No
Nama bahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9 10. 11 . 12. 13 . 14. 15 .
Jerami padi Jerami kedelai Jerami kacang tanah Jerami jagung Pucuk tebu Janggel jagung Kulit kacang tanah Kulit kedelai Kulit kopi Kulit ketela pohon Dedak padi Ampas bir Bulu unggas Tulang Kapur
Sumber :
HARDIANrO et
al. (2007)- Harga
Harga kisaran (Rp/kg BK) 100-125 100-150 100 - 125 110 -150 115-125 125 -150 150-175 150 -175 200-225 100-150
800-1100 800-950 500-700 800 - 1000 150-300
Nama bahan
16 . 17 . 18 . 19 . 20 . 21 . 22 . 23 . 24 . 25 . 26 . -27 . 28 . 29. 30.
Gaplek Gamblong Tetes/molases Ampas tahu Ampas kecap Tumpi jagung Kulit telor Kulit kerang Bungkil kedelai Bungkil kopra Kulit kakao Garam dapur Limbah udang Ikan rucah
dalam bentuk bahan kering
Suplementasi Perlakuan suplementasi dilakukan dengan cara penambahan bahan yang memiliki kandungan protein, energi dan kecemaan yang tinggi, yaitu berupa konsentrat yang dibuat dari limbah agroindustri . Tujuan suplementasi adalah untuk menambah dan menyeimbangkan kandungan nutrisi dalam pakan . Penyusunan formulasi pakan Setelah limbah pertanian digiling dan difermentasi, selanjutnya disusun formulasi pakan sesuai kebutuhan nutrisi ternaknya . Tujuan penyusunan formulasi adalah memperoleh pakan yang kandungan nutrisinya seimbang dengan harga yang wajar . Untuk itu, perlu disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi untuk masing-masing jenis ternak sesuai fase pertumbuhannya .
348
No.
Pollard
Harga kisaran (Rp/kg B K) 800-1000 600 - 7.50 1000 - 1'50 700-800 800-900 250-300 200-300 150-200 1000 -1200 800 - 1000 250-300 350-4`~0 1000 -1 :00 2500-3000 1400- U 00
(BK)
Pada contoh kasus berikut ini, forrulasi pakan yang dibuat adalah pakan untub . sapi potong pada fase pembesaran dan fase penggemukan. Alternatif formulasi pakan yang dicantumkan pada Tabel 3 dihitung ber lasarkan kebutuhan nutrisi ternak sebagai berikut : 0 Sapi muda dengan berat 200 kg dan pertambahan berat badan yang diliarapkan sebesar 0,5 kg/ekor/hari 0 Sapi yang digemukkan dengan berat sekitar 400 kg dengan dua target pertambahan berat badan yaitt, 0 .8 kg/ekor/hari dan 1 .2 kg/ekor/hari . Dengan susunan formulasi dan jumlah pemberian pakan seperti pada Tabel 3, maka dapat dihitung ketersediaan nutrisi dari pakan yang diberikan dan dibandingkan d(:ngan kebutuhan nutrisi ternak sesuai fase pertumbuhan dan target pertambahan berat badannya (Tabel 4) .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabe 13 . Formula pakan untuk fase pembesaran dan penggemukan sapi potong
No .
Bahan pakan
Komposisi (%) Pakan sapi fase Pakan sapi fase pembesaran penggemukan PBB = 0,5 kg/hari PBB = PBB = 1,2 kg/hari 0,8 kg/hari
Kor sentrat : Dedak padi (sumber energi + serat) Gamblong (sumber energi) Empok jagung (sumber energi + protein) Kulit kakao (sumber protein + serat) Kulit kopi (sumber protein + serat) Tongkol jagung (sumber serat) Kulit kacang tanah (sumber serat) Bungkil kelapa (sumber protein) Bungkil klenteng (sumber protein) lagung giling (sumber energi + protein) Pollard (sumber energi + protein) Fetes (sumber energi + palatabilitas pakan) , 3aram dapur (sumber mineral) Kapur (sumber mineral) Urea (bahan sumber protein) Total Jumlah pemberian konsentrat (kg/ekor/hari) : Harga konsentrat (Rp/kg) : Biaya konsentrat (Rp/ekor/hari) : Hijauan 'iilase jagung (kg/ekor/hari) eramii padi fermentasi (kg/ekor/hari) Iumlah pemberian hijauan (kg/ekor/hari) : Harga hijauan (Rp/kg) : Biaya hijauan (Rp/ekor/hari) Total biaya pakan (Konsentrat + hijauan) (Rp/ekor/hari) :
18 9 6 6 6 18 5 12 12
20 7,5 5 5 5
15 10 17,5 10 4 1
18 9 6 6 6 18 5 12 12
5 1 1 1 100% 2 450 900
100% 5 650 3 .250
5 1 1 1 100% 3 450 1 .350
4 6 10 150 1 .500 2 .400
10 25 35 150 5 .250 8 .500
10 13 23 150 3 .450 4 .800
Keten ngan : PBB = pertambahan berat badan Tabel 4 . Ketersediaan nutrisi dari masing-masing formula pakan yang diberikan dan kebutuhan nutrisi berdasarkan fase produksinya
No .
1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketera
Ketersediaan nutrisi dalam pakan yang dibuat Kebutuhan nutrisi untuk sapi potong Pakan sapi fase penggemukan Fase Fase penggemukan Pakan sapi pembesaran Unsur nutrisi fase PBB = 1,2 PBB = 0,8 PBB =1,2 PBB = 0,8 PBB = 0,5 pembesaran kg/hari kg/hari kg/hari kg/hari kg/hari
BK (kg) 4,45 12,61 8,88 TDN (kg) 2,69 7,41 5,37 NE (Meal) 6,08 14,15 10,30 PK (kg) 0,85 1,11 0,82 Ca (gr) 26,9 40,33 34,90 P (gr) 16,57 26,83 19,40 ngan : PBB = pertambahan berat badan, BK= bahan kering ; TDN Pk = protein kasar, Ca = kalsium, P = fosfor Sumber : WADJI et al. (2005)
4,39 2,54 4,57 0,98 20,00 14,00
11,51 8,82 7,30 5,31 16,73 10,83 1,15 0,89 30,06 32,00 31,72 20,00 total digestible nutrient, NE = net energy,
aspek harganya pakan konsentrat yang dibuat Da ri Tabel 4 terlihat bahwa jumlah nutrisi pakan yang diberikan cukup memenuhi lebih murah dibandingkan dengan harga kebutuhan nutrisi ternak . Disamping itu, dari konsentrat dari pabrikan komersial . Harga
349
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Siste,n Integrasi Tanaman - Ternak
konsentrat komersial untuk sapi potong di wilayah Jawa Timur antara Rp . 1 .100 1 .200/kg, sedangkan dengan membuat sendiri dari limbah pertanian hanya sekitar Rp . 450 650/kg.
kebutuhan untuk tempat prosesing ini bersifat fleksibel dan bila sudah tersedia bangunan di lokasi, maka tidak perlu membuat bangunan baru untuk menghemat biaya investasi . Prosesing
Tempat prosesing Proses pengolahan limbah pertanian menjadi pakan terdiri dari : pengeringan dengan panas matahari atau menggunakan alat pengering untuk menurunkan kadar air sampai sekitar 10 - 15%, pencacahan dan penghancuran bahan dengan mesin chopper modif dan proses pencampuran dengan menggunakan mixer horizontal dan terakhir proses penimbangan dan pengemasan .
Setelah formulasi pakan disusun dan diketahui kualitas serta harganya, selanjutnya menyiapkan tempat untuk prosesing . Tempat yang dibutuhkan seluas ± 100 m2 , yang terbagi ke dalam 3 ruangan, yaitu tem?at mesin (25 m2), tempat bahan baku (60 m ), dan tempat produk jadi (15 m2) . Bentuk bangunan yang standar adalah bangunan tertutup dengan ruang di bagian dalam terbuka (Gambar 1). Namun
PA
or
3s
L
Gambar 1 . Contoh denah bangunan tempat prosesing pakan : a). Tampak depan ; b) . Tampak samping
Tahapan pembuatan pakan Keterangan : I . Penimbangan bahan baku sesuai perbandingan formulasinya 2 . Bahan ditumpuk merata (adonan) paling bawah komposisi terbanyak, makin keatas makin sedikit 3 . Penghancuran/penggilingan 4 . Pencampuran untuk menyatukan ukuran partikel supaya merata dan mudah dikemas 5 . Penimbangan pakan jadi dengan berat tertentu (misalnya 25-50 kg)
350
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Mesin pengolahan terdiri dari : Mesin Chopper modif
Mesin Mixer horizontal
Gambar 2 . Mesin pengolahan chopper dan mixer Spesifikasi mesin ItenChopper modif Penggerak Mixer horizontal Pen ;,gerak
System
Dimensi
Cutting + Hummer mill Direct speed, Double starter Double ulir Reducer speed (Gearbox)
125 cm x 90 cm ,x 120 cm Merk : Tianli 150 cm x 85 cm x 207 cm Merk : Tianli
Cara mengoperasikan mesin a . Sebelum menghidupkan mesin ; kendurkan vanbelt yang menghubungkan penggerak dengan as transmisi utama melalui pemutaran transmisi searah jarum jam . Nyalakan mesin penggerak, setelah mesin hidup dengan suara stabil kencangkan vanbelt pada as transmisi utama dengan pemutaran transmisi berlawanan arah jarum jam dan mesin siap beroperasi . b . Setelah mesin hidup ; bahan-bahan dihaluskan menggunakan mesin chopper modif, kemudian ditambahkan konsentrat dan dimasukkan ke mesin mixer untuk proses pencampuran . Lama pencampuran sekitar 15 menit, kemudian pakan siap dikeluarkan untuk dikemas . Berat setiap kemasan dibuat sesuai kebutuhan (25 - 50 kg) . Pakan yang sudah jadi, bisa langsung diberikan ke ternak atau disimpan . Lama waktu penyimpanan tergantung kadar air pakan . Pada kadar air 10 12%, pakan dapat disimpan selama 3 4 bulan .
Volume/Capacity 132,6 liter (tube) 26 HP 1 .235 liter 25 HP
INVESTASI USAHA PAKAN Gambaran kebutuhan investasi untuk satu unit usaha pakan skala kelompok dengan kapasitas produksi 4 - 5 ton/hari seperti yang digambarkan pada Tabel 5 . Untuk efektifitas dan efisiensi usaha, maka modal yang tersedia perlu dikelola dengan melakukan pengalokasian dana sebagai berikut: dari jumlah modal awal sebanyak Rp . 100 juta, dan dialokasikan untuk kebutuhan investasi sebanyak 50% (Rp. 50 juta) dan 50% untuk modal kerja (Rp. 50 juta) . Investasi terutama untuk pengadaan meisn dan bangunan . Sedangkan modal kerja digunakan untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong sebanyak 20% (Rp . 10 juta), barang jadi dan saldo kas di bank 20% (Rp. 10 juta) dan 60%-nya (Rp. 30 juta) dialokasikan untuk omzet penjualan dan piutang oleh pihak ke-3 (konsumen/para peternak) . Dari nilai omzet dan piutang sebesar Rp . 30 juta, nilai laba kotor berkisar antara 30 - 40% (Rp . 9-12 juta) yang terbagi menjadi biaya overhead sebanyak 60% dan laba bersih 40% . Secara skematis strategi pengalokasian modal usaha dalam bidang pakan dicantumkan seperti Skema 1 .
351
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem lntegrasi Tanarnan - Ternak
Tabel 5 . Kebutuhan biaya investasi awal dan operasional dari satu unit usaha pabrik pakan skala kelompok tani Uraian Jumlah kebutuhan Mesin Chopper modif 1 unit Mesin Mixer horizontal I unit Bangunan prosesing 100 m2 Timbangan duduk I unit 1 unit Mesin jahit dan alat bantu Bahan baku, BBM dan karung 1 bulan Biaya tenaga kerja dan operasional 1 bulan Dana cadangan (kas bank, piutang, omzet penjualan,dll) Total
Harga satuan
Jumlal; (Rp)
20 .000 .000 25 .000 .000 50 .000 .000 1 .500 .000 2 .000 .000 10 .000 .000 6 .500 .000
20 . 000 .000 25 .000 .000 5 .000 .000 1 .500 .000 2 . 000 .000 10.000.000 6.500 .000 30. 000.000 100. 000.000
Modal (Rp. 100 juta) I Investasi (Rp . 50 juts) Mesin Bangunan
Modal kerja (Rp . 50 juts)
I
I
I
Bahan baku dan penolong (Rp . 10 juts)
Barang jadi dan kas bank (Rp . 10 juta)
Omzet penjualan dan piutan€ (Rp . 30 juts)
Produksi Stock
Stock barang jadi Kas bank
Marketing Piutang
Laba kotor (± 40%) Rp. 12 juta
Biaya Overhead
Laba bersih (Rp . 4 juta)
(Rp. 8 juta) Skema 1 . Pengalokasian dana modal usaha KESIMPULAN 1 . Pengolahan limbah pertanian dapat mengoptimalkan potensi wilayah dalam peningkatan daya dukung pakan dan produktivitas ternak, sehingga meningkatkan nilai tambah dari sistem integrasi tanamanternak . 2 . Peluang usaha pembuatan pakan dari limbah pertanian, perkebunan dan agro-
3 52
industri memiliki prospek yang baikk dan merupakan alternatif yang dapat dipilih dalam mendukung penyediaan pakan murah secara kontinu, sekaligus sebagai upaya penumbuhan embrio usaha agro input yang dikelola oleh kelompok tar .i di pedesaan . 3 . Pengembangan agribisnis ternak sapi potong di Jawa Timur perlu didukung oleh pengembangan industri pakan skala
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
I< ;elompok Tani untuk mewujudkan usaha peternakan yang efisien dan berdaya saing .
DAFTAR PUSTAKA AGU5, A., R. UTOMO, dan ISMAYA. 1998 . Penggunaan probiotik untuk meningkatkan nilai nutrien jerami padi dan efeknya terhadap kinerja sapi peranakan Ongole . Laporan Penelitian Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, D .I . Yogyakarta . ANOr,IMus. 2006 . Rencana tindak program menuju kecukupan daging sapi 2010 . Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian . ANOr IMUS. 2005 . Pengembangan peternakan pola kawasan integrasi ternak kambing dengan tanaman kopi . Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen Pertanian . Jakarta . BADAN PUSAT STATISTIK JAWA TIMUR . 2006 . Buku saku Jawa Timur dalam angka 2005 . Katalog BPS : 1403 .3515 . Badan Perencanaan Pembangunan Jawa Timur. DrrJE v PETERNAKAN. 2005 . Pokok-pokok pemikiran penanganan ternak nasional . Working Paper. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. DINAS PETERNAKAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR . 2005 . Sasaran dan kegiatan pembangunan sub sektor peternakan tahun anggaran 2004/2005 . Makalah disaj ikan pada : Lokakarya Penyusunan Prioritas Progran dan Perencanaan Strategis Jawa i imur. HARDIANTO, R . 2005 . Pengolahan limbah organik untuk produksi pakan temak . Makalah disampaikan dalam Pelatihan Peningkatan Jiwa Kewirausahaan Berbasis Pengelolaan Limbah Organik, tanggal 8 Desember 2005 Di Hotel Montana II . Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. HARD ANTO, R ., A . SURYADI, S . PURNOMO dan SUBARDJO . 2007 . Kajian pemanfaatan bahan lokal untuk penumbuhan industri pakan skala kelompok tani dalam mendukung agribisnis temak sapi perah di lokasi Prima Tani Kabupaten Tulungagung. BPTP Jawa Timur, Malang .
HARTADI, H ., S. REKSOHADIPRODJO, S. LEBDOSUKOJO, A .D . TILLMAN, L .C . KEARL and L .E . HARIus . 1980. Tables of feed composition for Indonesia . Published by the IFI . Utah Agricultural Experiment Station, Utah State University. Logan Utah . HARTUTIK. 2000 . Evaluasi nilai nutrisi bungkui'. biji kapuk randu (Ceiba pentandra, Gaertn .) dalam ransum ruminasia . Disertasi . Program Pascasarjana Universitas Galah Mada, Yogyakarta . SOEJONO, WIDYOBROTO B .P . dan H . HARTADI . 2001 . Suplementasi undegraded protein terhadap konsumsi kecernaan nutrien dan produksi susu sapi peranakan Friesian Holstein . Dalam: Penggunaan protein terproteksi (undegraded protein) untuk meningkatkan produksi sapi perah di Indonesia . Laporan Hibah Bersaing VII DP2M DIKTI . SUTARNO, T . dan R. UTOMO . 1991 . Pengaruh daun glirisidia pengganti konsentrat sumber protein terhasdap produksi susu dan kualitasnya serta penampilan reproduksi sapi perah . Laporan Penelitian . P4M . Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Ditjen DIKTI Depdikbud . TAMMINGA, S . 1986 . Prospects for supplementation of crop residues in tropical countries . In: IBRAHIM and SCHIERE (Eds) . Proc . of Rice Straw Related Feeds in Ruminant Rations . International Workshop held in Kandy, Depart. of Tropical Animal Production Agricultural University Wageningen . UTOMO, R ., M . SoEJONo, dan T. SUTARNO . 1998 . Penggunaan jerami padi amoniasi urea sebagai pakan basal ternak ruminansia. Dalam : WARDHANI et al. (Penyunting) Prosiding Seminar dan Lokakarya. Teknologi Spesifik Lokasi Dalam Pengembangan Pertanian Dengan Orientasi Agribisnis . Deptan Badan Litbang Pertanian, BPTP Ungaran . Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta . WADJI F. dan TEGUH . 2005 . Program penyusunan formulasi untuk sapi potong secara interaktif, multi education center, Universitas IslamMalang. WAHYONO D .E, R . HARDIANTO, C . ANAM, D.B . WIJONO, T . PURWANTO dan M. MALIK . 2003 . Pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri untuk pembuatan pakan lengkap ruminansia . Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sapi Potong, Lembang Jawa Barat. Puslitbang Peternakan, Bogor .
353