Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
DAMPAK SISTEM INTEGRASI PADI DAN TERNAK DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA (The Impact of Integration of Livestock and Paddy System on Cow Development at Serdang Bedagai District, North Sumatera) KHAIRIAH dan WASITO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Jl. A.H. Nasution no 1 B, Medan 20143
ABSTRACT Integration of livestock and paddy system Program (SIPT) was introduced in Lubuk Bayas village in 2003 and Melati II village in 2005 at Perbaungan Sub district, Serdang Bedagai district. A participative research was paddy system on cow development using survey method to indept interview with questioner and focus group discussion. The participants were farmers in Lubuk Bayas and Melati II vilages and secondary data was obtained from the agriculture district, Assessment Institute of Agricultural Technology and Livestock Services report. All existing data was selected according to the research, and descriptive analysis was done. Results of study indicate that: (1) Cow population in SIPT Lubuk Bayas until 2006 year increased to 152 (72 cows, 2 bulls and 79 calves) and Melati II increased to 16 cows and 15 calves; (2) Impact of SIPT was expanding cow ownership Lubuk Bayas, Tanjung Sari, lubuk Rotan around 100 cow, Melati II, Gajahan, Bingkat and Suko Sari village, making of compost, exploiting of ox urin. All of these give contribution to the increasing income and farmer prosperity. Key Words: Impact, ILPS, Serdang Bedagai ABSTRAK Program sistem integrasi padi dan ternak sapi diperkenalkan pada tahun 2003 di desa Lubuk Bayas dan pengembangannya pada tahun 2005 di desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.Tulisan ini bertujuan melihat dampak Sistem integrasi padi dan ternak dalam rangka pengembangan peternakan sapi. Untuk mengetahui fenomena tersebut dilakukan pengkajian dengan metode survei melalui wawancara dengan kuesioner secara mendalam, dan focus groups discussion berpola partisipatif pada petani koperator di Desa Lubuk Bayas dan desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan dilengkapi dengan data sekunder, berupa laporan Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Sumut Dalam Angka dan Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka. Semua data yang ada dipilih sesuai tujuan penelitian, lalu dibuat dalam bentuk tabel-tabel, selanjutnya di analisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Perkembangan ternak SIPT di Desa Lubuk Bayas sampai tahun 2006 berjumlah 152 ekor (72 ekor induk, 2 ekor pejantan dan 79 ekor anak) dan desa Melati II berjumlah 16 ekor induk 15 ekor anak; (2) Dampak SIPT terhadap peternakan sapi adalah berkembangnya pemeliharaan ternak sapi di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan sekitar 100 ekor; Tanah Merah, Nagalawan, Sukarame dan Desa Melati II, Desa Gajahan, Desa Bingkat serta Desa Suko Sari, pembuatan kompos, pemanfaatan urin sapi. Semuanya memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak. Kata Kunci: Dampak, SIPT, Serdang Bedagai
PENDAHULUAN Jenis ternak yang dipilih untuk sistem integrasi padi dan ternak (SIPT) adalah ternak sapi. Pemilihan ternak sapi untuk SIPT cukup beralasan antara lain karena:
a. Ternak sapi mudah dalam pemeliharaan, tahan beberapa jam dibawah sinar matahari atau di ditempat yang kering dan tidak perlu dimandikan tiap hari seperti ternak kerbau. b. Sebagai pabrik kompos, karena dari 1 ekor sapi yang beratnya 350 kg dapat
333
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
menghasilkan kotoran sebanyak 8 – 10 kg/hari atau menghasilkan > 4 kg pupuk kompos/hari. c. Sebagai pabrik pedet (anak), karena sapi dapat beranak setiap tahun jika dipelihara secara intensif. d. Sebagai sumber pendapatan tetap yang menjanjikan baik dari pupuk kompos maupun pedet (anak) yang lahir tiap tahun. Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) (HARYANTO, 2003) berjalan dengan baik, aktivitasnya meliputi: pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi, selain rumput yang diperoleh dari lokasi perkebunan di sekitarnya dan kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk memperbaiki lahan yang sakit, utamanya untuk pertanaman sawah irigasi. Semua sumberdaya yang ada di desa dioptimalkan penggunaannya untuk kesejahteraan petani. Sistem pertanian “zero waste” dilaksanakan sehingga hasil ikutan pertanian semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk produk lainnya. Dengan demikian, diharapkan semua kegiatan akan berjalan secara berkesinambungan, secara partisipatif petani melaksanakannya serta mampu memberi peningkatan pendapatan bagi petani dan kelestarian lingkungan terjaga. Pada makalah ini akan dibahas, dampak dari SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II khususnya terhadap pengembangan peternakan sapi. MATERI DAN METODE Metode survei melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur terbuka, wawancara mendalam, serta mengamati dan melibatkan
diri pada komunitas masyarakat dalam konteks yang alami (natural setting) (DENZIN dan LINCOLN, 1994) untuk pengumpulan data primer, lalu didukung oleh data sekunder dari laporan Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Sumut Dalam Angka dan Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka. Pengkajian dilakukan pada bulan April 2007 di Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Analisis data dilakukan kualitatif (BUNGIN, 2003). secara deskriptif (SINGARIMBUN dan EFFENDI, 1995). Data yang dikumpulkan adalah semua informasi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data yang dikumpulkan ditabelkan dan diinterpretasikan sesuai tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik desa kajian Desa Lubuk Bayas dan Melati II terletak pada satu Kecamatan yaitu Kecamatan Perbaungan. Adapun karakteristik dari kedua desa dapat dilihat pada (Tabel 1). Perkembangan ternak pada dua desa kajian SIPT Sebelum ada program SIPT Sejarah perkembangan ternak di Desa Lubuk Bayas, dimulai dengan adanya program intensifikasi padi, pembukaan lahan baru untuk ditanami padi sehingga diperlukan tenaga kerja untuk mengolah lahan. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan tenaga ternak,
Tabel 1. Karakteristik Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, 2006 Uraian Jarak dari Kota Medan (km) Ketinggian tempat (m dpl) Luas sawah-ha/rata-rata luas pemilikan Luas lahan kering/tegalan, perkebunan Jumlah penduduk-jiwa Nama Kelompok Tani Tipe pengairan sawah
334
Desa Lubuk Bayas
Desa melati II
60 4 400/0,4 ha 80 ha 2.173 (617 kk) Mawar Teknis
46 51 848/0,5 ha 269.90 ha 11299 Nusa indah Teknis
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
terutama ternak kerbau untuk membajak/ meluku lahan sawah. Namun seiring dengan modernisasi pertanian, penggunaan tenaga ternak ini mulai ditinggalkan diganti pemakaian traktor tangan (hand tractor). Alsin pertanian ini sangat disenangi petani, karena pengolahan lahan lebih cepat selesai dan juga karena kelangkaan tenaga kerja. Pemeliharaan ternak besar tidak dilakukan lagi oleh petani, sehingga ternak yang ada hanya didominasi oleh ternak unggas (ayam, itik). Sedangkan ternak kambing dan sapi jumlahnya terbatas. Malahan ternak sapi hanya ada 4 ekor yang dimiliki oleh satu orang petani. Animo masyarakat yang menurun untuk memelihara ternak sapi, akibat keamanan ternak tidak terjamin, sehingga sering terjadi kehilangan ternak. Di desa Melati II pemeliharaan ternak sapi, sudah mulai dipelihara sekitar 25 ekor yaitu dengan cara dikandangkan pada malam hari, pada siang hari digembalakan disekitar perkebunan sawit PTP VI Adolina karena sebelah barat desa Melati II berbatasan dengan PTP VI Adolina. Para peternak pada sore hari mencari rumput untuk pakan ternak pada malam hari dengan menerapkan pola sistem potong angkut (cut and carry) menghabiskan waktunya untuk mengarit rumput dengan jarak dari kandang 50 sampai 2000 meter. Perkembangan sapi SIPT (Sistem Integrasi Padi Ternak) Sejalan dengan adanya program SIPT, dimana semua aspek ditangani secara terpadu, baik tanaman, ternak dan pembinaan petani serta kelembagaan. Pengembangan ternak secara terpadu melalui kegiatan SIPT mulai diperkenalkan. Kalau selama ini secara rutin hanya menanam padi, palawija dan sayuran, saatnya mulai memelihara sapi secara terpadu dengan tanaman padi. Dengan demikian, diharapkan sumber pendapatan petani tidak hanya dari padi saja, tetapi juga dari sumber lain, seperti: ternak sapi. Penggunaan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik untuk menyuburkan lahan sehingga produktivitas tanaman meningkat dan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan sapi.
Program SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II dengan pola pelayanan pembibitan sapi (sapi induk), yaitu untuk menghasilkan anak sapi, lalu dibesarkan sehingga sumber bahan organik cukup tersedia, sistem perkandangan kelompok, pakan berasal dari jerami dan konsentrat, sistemperkawinan melalui inseminasi buatan (Tabel 2). Pupuk kandang diolah sehingga menjadi kompos, siap digunakan untuk menyuburkan lahan sawah dan lahan pertanian lainnya. Juga aktivitas pemanfaatan jerami yang difermentasi untuk meningkatkan nilai gizi pakan sebelum diberikan pada sapi. Pada awal kegiatan SIPT di Lubuk Bayas tahun 2003, jumlah ternak sapi sebanyak 80 ekor disediakan untuk 80 orang petani. Namun setelah lebih setahun, sebagian anggota ada yang mengundurkan diri sehingga tinggal sekitar 45 orang. Ini akibat keberhasilan SIPT belum nampak, sementara tenaga dicurahkan untuk mengurus sapi, mencari dan memberi makan, juga karena pemilikan sapi belum jelas. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem perkawinan dengan IB (inseminasi buatan) tingkat keberhasilan sangat rendah, akibatnya anak sapi yang lahir sangat rendah, hanya sekitar 25%. Permasalahan ini harus diambil solusinya, melalui musyawarah setelah dilakukan evaluasi dan melaksanakan saran kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor yang meninjau ke Lubuk Bayas, maka diputuskan untuk menjual 4 ekor induk sapi dan ditukar dengan 2 ekor pejantan. Disamping itu, ada juga sapi 2 ekor sakit kemudian dipotong dan 3 ekor terjatuh sehingga sakit dan mati lalu dikuburkan. Maka jumlah populasi sapi menjadi 74 ekor (72 sapi induk, 2 pejantan) dan pada priode pertama, anak sapi yang lahir 25 ekor, namun mati 5 ekor, sehingga sisa 20 ekor (Tabel 3). Kemudian ini dijual kepada anggota menghasilkan dana sekitar Rp. 40 juta dan dibagikan kepada anggota dan sisanya dimasukkan ke kas. Kegiatan SIPT di desa Melati II dimulai pada bulan Desember 2005, jumlah ternak sapi sebanyak 16 ekor untuk dipelihara 16 orang. Kelihatannya perkembangan sapi sangat baik. Pola pelayanan SIPT pada dua desa dapat dilihat pada Tabel 2.
335
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Tabel 2. Pola pelayanan SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Parameter
Lubuk Bayas
Melati II
Jenis usaha
Pembibitan ternak sapi
Jumlah sapi
80 ekor induk untuk 80 orang petani
16 ekor induk untuk 16 orang petani
Jenis sapi
Madras, Brahman, Simental, dll.
Madras, Brahman, Simental, dll.
Perkandangan
Kandang kelompok (4 unit), sistem sewa lahan
Kandang kelompok (1 unit), sistem sewa lahan
Pemberian pakan
Jerami fermentasi, rumput dan sisa pertanian
Jerami fermentasi, rumput lapang dan sisa pertanian, konsentrat
Sistem perkawinan
Inseminasi Buatan (IB), kawin alam
Inseminasi Buatan (IB)
Sistem pengelolaan ternak
Bagi hasil dikelola KUAT
SIGUTIWASKAT
Perkembangan SIPT sampai tahun 2006, populasi sapi mengalami peningkatan, apalagi setelah adanya perubahan manajemen pemeliharaan yang selama ini dilaksanakan secara bersama melalui sub kelompok oleh 20 orang. Sistem ini ada kelemahannya, kalau ada anggota yang berhalangan maka pengelolaan (membersihkan kandang, mencari dan memberikan pakan menjadi tanggung jawab orang tertentu saja. Ini mengakibatkan beban bagi anggota yang rajin, ada juga anggota tertentu yang malas membuat berbagai alasan yang tidak masuk akal, akhirnya ada yang mengundurkan diri dan sapi kurang terurus. Sistem ini, akhirnya dirubah, pengelolaan kandang masih tetap kelompok, tetapi pemeliharaan sapi perorangan/individu. Kemudian sekitar 22 ekor sapi dipelihara di
Pembibitan ternak sapi
luar kandang kelompok, yaitu: 12 ekor di Desa Tanah Merah dan 10 ekor di Desa Lubuk Rotan. Model ini membawa perubahan baru bagi anggota SIPT, sehingga berlomba-lomba untuk menampilkan sapi yang terbaik. Pengelolaan sapi semakin baik, penyediaan dan pemberian pakan, kebersihan kandang, termasuk dalam pengamatan birahi, sehingga sapi dikawinkan tepat waktu sehingga tingkat kelahiran meningkat, maka populasi sapi meningkat dan penampilannya juga bagus. Dengan demikian, tingkat kelahiran sapi meningkat dibandingkan dua tahun pertama, petani juga semakin bersemangat. Sampai saat ini anak sapi yang lahir berjumlah 84 ekor, mati 5 ekor sehingga total 79 ekor (Tabel 3).
Tabel 3. Perkembangan sapi SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai sampai April 2007 Parameter Jenis usaha
Lubuk Bayas Pembibitan ternak sapi sejak tahun 2003
Melati II Pembibitan ternak sapi sejak Desember tahun 2005
Jumlah sapi
72 ekor induk, 2 ekor pejantan
16 ekor induk
Jumlah anggota
45 orang
16 orang
Jenis sapi
Madras, Brahman, Simental
Madras, Brahman, Simental
Kandang
Kelompok dan individu
Kelompok dan individu
Perkawinan
IB dan kawin alam
Inseminasi Buatan
Anak
25 ekor (mati 5 ekor)
15 ekor
Penjualan
20 ekor (Senilai = Rp 40 juta)
Belum ada penjualan
336
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Tanjung Sari
Lubuk Bayas (2003)
L Rotan
Tanah Merah Sukarame
Sei Nagalawan
Melati II (2005 ) Sukaraja Gajahan Bingkat Sukosari
Gambar 1. Distribusi ternak sapi di sekitar Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai
Adanya kegiatan SIPT di Desa Lubuk Bayas, mampu memberikan motivasi dan rangsangan kepada beberapa petani sekitar untuk membeli dan memelihara sapi sendiri, sekitar 14 orang. Anak sapi yang berasal dari SIPT sebanyak 20 ekor (tahap pertama) dan dijual kepada petani untuk dipelihara sendiri, ini tersebar di Desa Lbk Bayas 7 ekor, Lubuk Rotan 1 ekor, Tanah Merah 3 ekor, Nagalawan 1 ekor, Sukarame 4 ekor, Sukasari 4 ekor (HALOHO dan SEMBIRING, 2006). Sampai saat ini pemeliharaan ternak sapi semakin berkembang sekitar 100 ekor, antara lain: di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan (Desa yang bersebelahan dengan desa Lubuk Bayas). Adapun ketertarikan pemeliharaan ternak sapi setelah adanya ternak SIPT di desa Melati II adalah perkembangan sapi di desa Melati II, desa Bingkat, Sukaraja, Gajahan dan desa Suko Sari semakin berkembang sekitar 1000 ekor
sapi. Petani koperator selain sapi SIPT mereka menambah sapinya dengan membuat kandang pribadi karena di kandang kelompok sudah semakin penuh karena fisik kandang belum ada penambahan. Pembuatan kompos Di Desa Lubuk Bayas pupuk kandang yang berasal dari feses dan urin ternak sapi setelah difermentasi masih berupa gumpalan sehingga tidak praktis dalam penggunaan. Atas kesepakatan kelompok membeli mesin penghalus pupuk kandang menjadi kompos sedangkan di desa Melati II belum ada mesin penghalus pupuk kandang tetapi penggunaan pupuknya sudah diberikan ke sawah untuk tanaman padi, tanaman sayuran dan tanaman hias terutama sawah koperator, penggunaan kompos ini akan semakin meningkat, karena petani sudah mengetahui fungsi pupuk kandang.
337
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Urin sapi
Implikasi kebijakan
Urin sapi ditampung dari hasil pembuangan ternak kemudian disimpan dalam drum plastik, setelah diolah dengan ramuan dan diendapkan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman padi, sayuran dan tanaman lainnya melalui penyemprotan daun.
Program SIPT, berdampak pada peningkatan populasi ternak sapi. Tentunya akan menambah sumber penghasilan yang selama ini hanya mengandalkan dari lahan sawah yang sempit. Dampaknya yang sangat positip maka diharapkan petani SIPT Desa Lubuk Bayas dan Melati II sekitarnya terus dibina dan dikembangkan ke wilayah lain. Dengan demikian, pendapatan dan kesejahteraan petani secara perlahan akan tercapai.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. Perkembangan ternak SIPT di Desa Lubuk Bayas sampai tahun 2006 berjumlah 152 ekor (72 ekor induk, 2 ekor pejantan dan 79 ekor anak) di Desa Melati II 16 ekor induk dan 15 ekor anak. 2. Dampak adanya SIPT terhadap peternakan adalah berkembangnya pemeliharaan ternak sapi di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan sekitar 100 ekor; Desa Melati II, Bingkat, Sukosari, Gajahan, Sukaraja sekitar 1000 ekor. Juga adanya pembuatan kompos dan pemanfaatan urin sapi.
-
338
DAFTAR PUSTAKA BUNGIN, BURHAN. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. HARYANTO, B. 2003. Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Depetemen Pertanian. SINGARIMBUN, M. dan S. EFFENDI. 1995. Metode Penelitian Survai. Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia, Cetakan Kedua. DENZIN, NORMAN K. dan Y.S. LINCOLN. 1994. Introduction, Entering the Field of Qualitative Research. In: DENZIN, NORMAN K. dan Y.S. LINCOLN (Eds.) 1994. Handbook of Qualitative Research. SAGE Publication.