DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)
OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA A14304062
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN CORRY WASTU LINGGA PUTRA. A14304062. Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI. Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian akan menjadi masalah berat di masa datang karena usahatani yang dikembangkan bersifat land base agricultural, artinya lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan. Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor menyebabkam sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar. Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan yang tergolong sempit, yaitu luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau petani pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi, biaya transaksi dan tingkat efisiensi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2008, dengan Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbulang yang sebagian besar lahan pertaniannya relatif terfragmentasi. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik sebanyak empat puluh orang, dua puluh orang
petani pemilik lahan sempit dan dua puluh orang petani pemilik lahan luas. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan petani dan instansi terkait dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk mengetahui sejauh mana luas lahan garapan mempengaruhi efisiensi usahatani padi. Berdasarkan hasil analisi biaya produksi, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas adalah Rp 1.054,53 per kilogram dan Rp 985,13 per kilogram gabah. Hasil analisis biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan ratarata biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83. Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah. Secara umum usahatani padi sawah yang dilakukan di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor masih cukup menguntungkan dan memberikan insentif untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya yang lebih besar dari satu, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang masih tergolong rendah pada usahatani menurut luas lahan garapan. Oleh karena itu, usahatani padi sawah khususnya pada usahatani lahan sempit masih cukup menguntungkan untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian, petani pemilik lahan sempit hendaknya mengikuti dosis anjuran dalam menggunakan input pertanian. Petani Desa Ciaruteun Udik sebaiknya menjadikan lahan pertanian sebagai usaha bersama dengan satu nama pemilik di tiap wilayahnya, sehingga dapat mengurangi fragmentasi lahan dan biaya transaksi. Selain itu, pemberian insentif berupa penyuluhan dan sarana produksi pertanian oleh pemerintah daerah kepada petani yang akan menjual lahan pertaniannya.
DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)
OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA A14304062
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perta nian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: Dampak Fragmentasi Lahan te rhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pe milik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)
Nama
: Corry Wastu Lingga Putra
NRP
: A14304062
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. NIP. 19650212 199003 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 19571222 198203 1 002
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (KASUS: DESA CIARUTEUN UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
SEBAGAI
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2009
CORRY WASTU LINGGA PUTRA A14304062
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang tanggal 28 Mei 1986, merupakan putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami. Tahun 1991 penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al-Aqsa. Tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Barata I Harapan Jaya, Bekasi. Kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah pada SLTP Negeri 5 Bekasi dan pada tahun 2001 pada SMU Negeri 1 Bekasi. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada kegiatan organisasi dan kemahasiswaan. Penulis pernah aktif di Komisi Kesekretariatan DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2006, Komisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2007, dan Komisi Eksternal DPM Keluarga Mahasiswa IPB pada tahun 2008. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada bulan Juni-Agustus 2007.
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. WB. Subhanallah, segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kebenaran sehingga kita bias merasakan nikmat Iman dan Islam. Skripsi dengan judul “Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009 di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Perbaikan atas skripsi ini masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, September 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini Penulis bermaksud untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada: 1. Penguasa semesta alam, yang menggenggam jiwa dan raga, Allah SWT atas kemudahan kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Suri teladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator sejati dalam kehidupan. Allahumma shalli „alaa Muhammad. 3. Kedua orang tua tercinta Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami yang telah mencurahkan cintanya yang tulus. Tak lupa kepada saudara kandung, Adikku Wastu Wandhira Putri yang senantiasa memberikan semangat kepada Penulis. 4. Dosen Pembimbing Eva Anggraini, S.Pi., M.Si., dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. atas kesabarannya dalam membimbing Penulis hingga selesainya skripsi. 5. Sekretasi Kepala Desa Ciaruteun Udik Bapak Asep beserta stafnya yang dengan baik hati memberikan berbagai informasi dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian. 6. Petugas Penyuluh
Lapang Unit
Pelaksana
Teknis
Dinas Pertanian
Cibungbulang Bapak Zaenal dan Ibu Ida yang telah mengantar dan mendampingi Penulis menemui ketua-ketua kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik. 7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya angkatan 41 dan penghuni Wisma Biru Balebak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, setiap diri kalian sungguh berarti dan dan luar biasa. 8. Para staf sekretariat PS EPS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. sebagai penanggung jawab phasing out EPS, Mbak Pini, Mbak Santi, Pak Husein, dan lainnya. 9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang mungkin namanya belum sempat disebutkan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
I.
II.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .........................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................
6
1.5. Ruang Lingkup ................................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Pertanian ...............................................................................
8
2.2. Kepemilikan Tanah..........................................................................
8
2.3. Fragmentasi Lahan........................................................................... 10 2.4. Usahatani ......................................................................................... 11 2.5. Biaya Produksi ................................................................................. 12 2.6. Biaya Transaksi ............................................................................... 12 2.7. Analisis Efisiensi ............................................................................. 13 2.8. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 15 III.
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 16
IV.
METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 18 4.2. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 19 4.3. Metode Pengambilan Data............................................................... 19 4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ............................................ 19 4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan............................... 20 4.4.2. Analisis Biaya Transaksi ........................................................ 21 4.4.3. Analisis Efisiensi .................................................................... 22 4.5. Definisi Operasional ........................................................................ 24
V.
GAMBARAN UMUM 5.1. Letak Geografis dan Pembagian Administrasi ................................ 26
5.2. Keadaan Sosial Ekonomi ................................................................. 27 5.3. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 29 5.4. Gambaran Umum Budidaya Padi di Desa Ciaruteun Udik ............. 30 5.5. Karakteristik Umum Responden...................................................... 33 5.5.1 Umur....................................................................................... 33 5.5.2 Tingkat Pendidikan ................................................................ 34 5.5.3 Pengalaman Berusahatani ...................................................... 35 VI.
BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI 6.1. Biaya Produksi ................................................................................. 37 6.1.1. Biaya Transportasi Pengadaan Input ...................................... 38 6.1.2. Sewa Bajak ............................................................................. 38 6.1.3. Benih ...................................................................................... 40 6.1.4. Pupuk...................................................................................... 41 6.1.5. Pestisida.................................................................................. 42 6.1.6. Upah Tenaga Kerja................................................................. 42 6.1.7. Pajak Lahan ............................................................................ 44 6.2. Biaya Rata-rata Produksi ................................................................. 44 6.3. Biaya Transaksi ............................................................................... 46
VII. ANALISIS EFISIENSI 7.1. Penerimaan Usahatani ..................................................................... 47 7.2. Analisis Efisiensi ............................................................................. 48 7.3. Pengaruh Fragmentasi Lahan terhadap Efisiensi Produksi Padi ..... 50 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ...................................................................................... 51 8.2. Saran ................................................................................................ 52 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN .................................................................................................... 55
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Tinjauan Studi Terdahulu .......................................................................... 15
2.
Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya Tahun 2009................................................................................................ 27
3.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 ..................................................................................... 27
4.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009............................................................................. 28
5.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009 ........................................................................... 29
6.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur................... 34
7.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendid ikan .............. 35
8.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani .... 36
9.
Komponen Biaya Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik ........ 37
10. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik ............................................................................. 39 11. Biaya Produksi Rata-rata Menurut Luas Lahan Garapan.......................... 45 12. Rata-rata Penerimaan Menurut Luas Lahan Garapan ............................... 47 13. Rasio Penerimaan – Biaya Transaksi Menurut Luas Lahan Garapan ....... 48 14. Rasio Biaya Transaksi – Penerimaan Menurut Luas Lahan Garapan ....... 49 15. Rasio Biaya Transaksi – Biaya Total Menurut Luas Lahan Garapan ....... 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Alur Kerangka Pemikiran.......................................................................... 17
2.
Bagan Alur Usahatani Padi di Desa C iaruteun Udik ................................ 30
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertanian di Indonesia adalah bidang pembangunan yang penting bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dikarenakan potensi terbesar Indonesia pada dasarnya berbasis sumber daya pertanian dalam pengertian yang luas. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kehidupan petani yang populasinya masih cukup besar ini, memberikan dukungan dalam perekonomian nasional dan penyediaan pangan. Peran pertanian yang sangat penting tersebut ditunjukkan dengan kontribusi 14,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Tingginya pertumbuhan PDB pertanian diikuti meningkatnya capaian ekspor hasil pertanian yang meningkat 50,13 persen. 1 Salah satu potensi pertanian yang menjadi kebutuhan dasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup adalah pangan. Pangan telah menjadi kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti sandang, papan, dan pendidikan. Dalam memenuhi kebutuhan pangan ini, gabah atau beras sebagai merupakan komoditas yang menduduki posisi pertama sebagai makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan gabah kering giling terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kebutuhan yang tinggi terhadap konsumsi beras jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi padi maka akan menghadapi permasalahan 1
Departemen Pertanian. 2008. Semester I 2008: PDB Pertanian Tumbuh 5,3%. (www.deptan.go.id)
2
kelangkaan pangan. Rata-rata kosumsi beras 139 kilogram per kapita setiap tahun, maka pada tahun 2030 pada saat jumlah penduduk Indonesia mencapai 300 juta jiwa, proyeksi kebutuhan beras sebanyak 41,7 juta ton atau sekitar 70 juta ton gabah kering giling. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan 16,5 juta hektar lahan tanam sawah pada tahun 2030 dengan produktifitas sawah rata-rata 4,25 ton gabah kering giling per hektar atau memerlukan tambahan lahan tanam sawah sekitar 4,26 juta hektar dari luas lahan tanam sawah tahun 2008, sekitar 12,24 juta hektar. 2 Produksi beras diharapkan mampu menutupi kebutuhan masyarakat terhadap beras. Namun, banyak permasalahan yang menghambat perkembangan sektor pertanian terutama bagi petani Indonesia. Petani di Indonesia banyak yang dikategorikan petani gurem yaitu petani yang menguasai lahan kurang dari setengah hektar. Angka petani gurem meningkat 2,7 persen per tahun, dari 10,8 juta pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003. Salah satu penyebab dari semakin meningkatnya angka petani gurem adalah semakin maraknya konversi lahan pertanian serta adanya budaya pewarisan lahan keluarga yang mendorong fragmentasi lahan. Pada tahun 2013 yang akan datang dengan laju pertambahan petani gurem yang sama, maka total petani gurem menjadi 17,4 juta. Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak 2
Dahuri, R. 2008. Kedaulatan Pangan Bangsa. Target MDGs Indonesia (http://www.targetmdgs.org/)
3
produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahterakan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian dan penyediaan pangan akan menjadi masalah berat di masa datang. Hal ini didukung karena peran lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan. Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha tani karena usaha yang dikembangkan bersifat land base agricultural. 3 Semakin besarnya jumlah petani gurem akibat fragmentasi lahan, maka penelitian ini menitikberatkan pada pendekatan biaya produksi dan penerimaan dalam menganalisis efisiensi produksi dan dilengkapi dengan pendekatan dari sisi faktor non-produksi. Pendekatan non-produksi yang jarang digunakan adalah pendekatan biaya transaksi yang secara umum didefinisikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selain dari biaya produksi. Dalam aktifitas ekonomi biaya transaksi sulit dihindari, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi bagi petani karena terjadinya surplus yang cukup besar dari petani ke pihak lain. Secara langsung, biaya transaksi akan mengurangi penerimaan petani. Meskipun sulit dihindari, biaya transaksi perlu ditekan hingga mencapai tingkat yang efisien, agar penerimaan yang diterima dapat lebih maksimal.
3
Prabowo, H. E. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan . Kompas Cetak. (http://cetak.ko mpas.com/read/)
4
1.2. Perumusan Masalah Laju penyusutan lahan pertanian di Indonesia semakin cepat. Penyebabnya adalah fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian sebagai dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Petani dengan luas lahan kecil atau petani gurem pada tahun 2008 memiliki lahan rata-rata 0,34 hektar.4 Luas lahan garapan yang sempit dapat mempengaruhi pendapatan petani menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani yang menggarap lahan luas, serta dapat mempengaruhi skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani dan lahan akan semakin tidak produktif. Fragmentasi lahan pertanian juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 4
Prabowo, H. E. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. Ko mpas Cetak. (http://cetak.ko mpas.com/read/)
5
564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar. Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan tanaman padi dengan luas lahan yang tergolong sempit dengan luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau pemilik
lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik
lahan
mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa petani kecil sering menggunakan input yang berlebihan daripada petani besar sehingga mempengaruhi besarnya biaya produksi. Penggunaan input yang berlebihan oleh petani dapat menyebabkan pendapatan yang mereka terima menjadi lebih sedikit karena tidak efisien dalam menggunakan input pertanian. Di samping itu, petani pemilik lahan juga berkewajiban untuk membayar pajak dan pungutan iuran desa setiap tahunnya atas tanah yang dimilikinya, sehingga dapat mempengaruhi biaya transaksi yang dihadapi petani. Besarnya nilai pajak dan pungutan iuran desa tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain : 1. Bagaimana perbandingan biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas? 2. Bagaimana perbandingan biaya transaksi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas?
6
3. Bagaimana tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah d isampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas. 2. Menganalisis biaya transaksi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas. 3. Menentukan tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, antara lain: 1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan dan mensinergiskan ilmuilmu yang diperoleh di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. 2. Menambah wawasan penulis dalam bidang pertanian terutama yang berkaitan dengan usahatani.
7
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi petani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani tanaman padi yang dilakukan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang. Analisis yang digunakan adalah analisis biaya produksi untuk menentukan rasio penerimaan terhadap biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk menentukan rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Pertanian Tanah pertanian merupakan faktor produksi yang langka di pedesaan Jawa, dimana banyak manfaat yang dapat diperoleh. Tanah dapat digunakan untuk memperoleh segala sumber strategis seperti kesempatan ekonomi, kekayaan, kekuasaan dan pendapatan.
Ketimpangan dalam pemilikan tanah akan
menimbulkan ketimpangan kekuasaan di kalangan anggota masyarakat. Hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutama dalam kaitannya dengan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan jangkauan pelayanan pemerintah dan lain sebagainya (Hidayat, 1985). Tanah pertanian sebagai tanah usaha dapat dikuasai menurut beberapa cara, yaitu dimiliki, dipinjam, dibagi hasil, disewa dengan jangka pendek, dan disewa dengan jangka panjang (Adiwilaga, 1982). Menurut Maulana (2003), lahan usahatani dapat berupa lahan pekarangan, tegalan sawah, dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan membeli, menyewa dan bagi hasil atau menyakap.
2.2. Kepemilikan Tanah Hak milik secara hukum mengukuhkan pemilik suatu sumberdaya dan menjelaskan cara-cara bagaimana sumberdaya tersebut dapat digunakan. Ada dua tipe hak milik ini, yaitu hak milik bersama (common property) dan hak milik pribadi (private property). Harta bersama, menurut definisi, dimiliki oleh masyarakat luas untuk kegunaan bersama. Dalam hal ini tidak ada orang
9
perorangan yang dapat membatasi penggunaan sumberdaya tersebut hanya untuk dirinya sendiri saja. Harta perorangan, dimiliki langsung oleh orang yang mempunyainya, dan boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut di dalam batasbatas yang diperbolehkan oleh hukum. (Nicholson, 2001). Bagi rumah tangga dengan pemilikan lahan sawah luas dan menengah, tanah milik merupakan modal bagi pengembangan luas usahatani melalui persewaan, dalam arti dari usahatani di sawah milik diperoleh surplus usahatani. Surplus ini bagi rumah tangga golongan pemilikan lahan luas dan menengah merupakan modal yang dapat digunakan untuk menyewa sawah orang lain dan modal untuk usaha di luar sektor pertanian. Selain itu tanah milik dari kedua golongan rumah tangga tersebut merupakan modal untuk usaha di sektor pertanian dengan jalan menyewakan sebagian dari tanah tersebut. Jarang sekali rumah tangga golongan kepemilikan sawah luas dan menengah yang menyakapkan tanah, karena seiring dengan adopsi teknologi pertnian baru usahatani, semakin komersial pengelolaan usahataninya. Bagi rumah tangga dengan luas pemilikan lahan sempit, hasil usahatani di tanah milik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sering mereka terpaksa melepaskan hak garapan tanahnya kepada orang lain melalui sistem sewa. Sedang peluang untuk memperoleh tanah sakapan kecil sekali pada rumah tangga dengan pemilikan tanah sempit dan rumah tangga tak bertanah, karena jarang pemilik tanah luas dan menengah yang bersedia menyakapkan tanahnya (Hidayat, 1985). Menurut Soeharjo dan Patong (1977), petani pemilik adalah golongan petani yang memliki tanah dan ia pulalah yang secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor- faktor produksi baik yangberupa tanah, peralatan
10
dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. Dengan demikian, ia bebas dalam menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa perlu dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golongan petani yang agak berbeda statusnya adalah yang agak berbeda statusnya adalah yang mengusahakan tanmannya sendiri dan juga mengusahakan lahan orang lain.
2.3. Fragmentasi Lahan Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian merupakan salah satu penyebab semakin tingginya laju penyusutan lahan. Selain itu, fragmentasi lahan juga menyebabkan praktik usahatani di Indonesia semakin marjinal dan sulit untuk meningkatkan efisiensi pertanian. Fragmentasi lahan ini telah menyebabkan menurunya rata-rata lahan garapan petani menjadi hanya 0,3 hektar per rumah tangga di Jawa dan 0,5 hektar per rumah tangga di luar Jawa. Fragmentasi lahan cenderung terjadi karena masyarakat tradisional mewarisakan lahan pertaniannya kepada keluarga terdekat yang terkait erat dengan sosial budaya dan norma adat atau nilai-nilai komunal. Menurut Sunanto (2009), fragmentasi lahan ialah dipecahnya lahan pertanian untuk diberikan kepada anak-anak petani secara malwaris. 5 Jika kecenderungan ini terus berlangsung, rata-rata lahan garapan akan menjadi terlalu kecil, akhirnya membuat mereka lebih rentan terhadap konversi ke tujuan non–pertanian.
5
Sunanto, H. 2009. Dengan Program Apapun, Pendapatan Petani Tetap Rendah . Kedaulatan Rakyat (http://www.kr.co.id/)
11
2.4. Usahatani Usahatani
adalah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinir penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin (Surtiyah, 2006 dalam Ubaydillah, 2008). Menurut Soeharjo dan Patong (1977) usahatani adalah seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pad a produksi di lapang pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al., 1986). Terbatasnya modal seringkali menyebabkan petani tidak mampu membeli teknologi. Dengan keterbatasan itu usahatani biasanya dilaksanakan oleh teknologi yang dimiliki petani. Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahata ninya berbeda-beda (Soeharjo dan Patong, 1977). Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial farm).
12
2.5. Biaya Produksi Biaya produksi adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1989). Sedangkan menurut Soekartawi, et. al. (1986) menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai masuk yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
2.6. Biaya Transaksi Biaya transaksi adalah biaya untuk mengukur atribut barang dan jasa (information cost) yang akan dipertukarkan, biaya untuk melindungi hak atas barang (exclusion cost), serta biaya untuk menetapkan kontrak/perjanjian (contratual cost) dan biaya untuk menjalankan perjanjian (policing cost) (North 1990 dalam Priyono, 2004). Menurut Ostorm, Schroeder dan Waynee (1993) dalam Nugroho (2003) biaya transaksi meliputi: 1. Biaya informasi (information cost) Biaya informasi (information cost) adalah biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variabel waktu dan tempat serta ilmu pengetahuan. 2. Biaya koordinasi (coordination cost) Biaya koordinasi (coordination cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal, dan personil yang diinvestasikan dalam negoisasi, pengawasan, dan kesepakatan antara pelaku.
13
3. Biaya strategis (strategic cost) Biaya strategis (strategic cost) adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan, dan sumer daya lainnya tidak sepadan diantara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai free riding, rent seeking, dan corruption. Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks untuk dipecahkan. Besarnya biaya transaksi sangat dipengaruhi oleh derajat ketidaksepadanan informasi (assymetric information), kekuasaan, kepemilikan asset (endowment) yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Assymetric information muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan (work effort) yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal umumnya sangat terbatas. Pada kondisi demikian, maka principal mengahadapi dua risiko yaitu risiko salah memiliki agent yang sesuai dengan keinginan (adverse selection of risk) pada ex ante (sebelum kontrak dibuat) dan risiko agent ingkar janji (moral hazard) pada ex post (setelah kontrak disepakati). Semakin tidak sepadan informasi, kekuasaan dan endowment yang dimiliki oleh para pihak yang mengadakan pertukaran, biaya trasaksi ini akan semakin besar (Nugroho, 2003).
2.7. Analisis Efisiensi Keberhasilan dari suatu usahatani selain diukur dengan nilai mutlak (analisis pendapatan), juga diukur dari analisis efisiensinya (Soeharjo dan Patong, 1977). Salah satu ukuran efisiensinya adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio). Dalam analisis R/C akan diuji seberapa jauh
14
nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Semakin tinggi nilai R/C rasio, menunjukan semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan, sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik. Di samping itu, dihitung pula analisis tingkat efisiensi di lihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan (transaction cost revenue ratio). Dalam analisis TrC/R akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang digunakan untuk membayar biaya transaksi dari sejumlah nilai penerimaan. Semakin tinggi nilai TrC/R rasio, menunjukkan semakin besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain dari setiap penerimaan yang diperoleh, sehingga dengan perolehan nilai TrC/R yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi penerimaan semakin rendah. Selain rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi usahatani padi adalah rasio biaya transaksi terhadap biaya total (transaction cost – total cost ratio). Biaya total yang dimaksud adalah seluruh biaya yang ditanggung oleh petani selama aktifitas produksi berlangsung, yang terdiri dari biaya produksi dan biaya transaksi. Dalam analisis TrC/TC akan diuji seberapa besar nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi yang bersangkutan untuk membayar biaya transaksi. Semakin tinggi nilai TrC/TC rasio, menunjukkan semakin besar nilai rupiah yang tidak mempengaruhi volume produksi petani padi.
15
2.8. Penelitian Terdahulu Berikut ini disajikan beberapa jenis penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Tabel 1.
Tinjauan Studi Te rdahulu
No Penelitian 1 Hantari (2007)
Judul Hasil Analisis Pendapatan dan Usahatani pada petani pemilik sudah Produksi Usahatani Padi efisien dan menguntungkan. Sawah Lahan Sempit Sedangkan usahatani petani penggarap belum efisien dan belum menguntungkan karena adanya biaya bagi hasil dan biaya pajak.
2
Handayani (2006)
Analisis Profitabiitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah menurut Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Usahatani milik jauh lebih menguntungkan dibanding usahatani bukan milik (sakap); Usahatani milik luas lebih menguntungkan daripada usahatani milik sempit; Usahatani bukan milik (sakap) luas memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan pada usahatani bukan milik (sakap) sempit.
3
Anggraini (2005)
Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Komponen biaya produksi terbesar usahatani adalah tenaga kerja, sewa lahan bagi petani penggarap dan pupuk serta obat-obatan. Komponen biaya transaksi terbesar pada petani pemilik adalah biaya perantara, biaya pengangkutan hasil, dan biaya mempertahankan kontrak. Sedangkan komponen biaya transaksi terbesar petani penggarap adalah biaya perantara dan biaya pengangkutan hasil.
Sumber :
Penulis, 2009
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis biaya produksi dan biaya transaksi pada petani pemilik lahan sempit dan lahan luas sebagai dampak dari fragmentasi lahan yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamata n Cibungbulang, Kabupaten Bogor akibat pertambahan jumlah penduduk. Penelitian ini juga menganalisis efisiensi dari usahatani petani pemilik lahan sempit dan lahan luas.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Peningkatan kosumsi gabah nasional kian meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun, banyak permasalahan yang menghambat perkembangan produksi gabah nasional, salah satunya jumlah petani gurem yang meningkat. Salah satu penyebab peningkatan petani gurem dengan kepemilikan lahan kurang dari setengah hektar adalah fragmentasi lahan yang diakibatkan oleh budaya pewarisan lahan keluarga. Fragmentasi lahan mengakibatkan lahan yang diusahakan petani semakin menyempit dan dapat menurunkan skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usahatani serta lahan akan semakin tidak produktif. Perbedaan luas lahan antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas akan mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya transaksi yang dihadapi oleh masing- masing kelompok petani. Struktur biaya produksi yang berbeda akan berpengaruh pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Biaya produksi ini sangat berhubungan dengan tingkat efisiensi ekonomi dan secara langsung akan mempengaruhi tingkat penerimaan petani. Tingkat efisiensi ekonomi dari aspek biaya produksi dilihat berdasarkan rasio penerimaan terhadap biaya produksi. Fragmentasi lahan yang terjadi mempengaruhi besarnya biaya transaksi yang dihadapi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Besar kecilnya biaya transaksi akan mempengaruhi penerimaan petani. Hal tersebut
17
dapat dilihat melalui rasio biaya transaksi terhadap penerimaan yang dimiliki oleh petani. Sedangkan tingkat efisiensi ekonomi usaha petani dilihat berdasarkan rasio biaya transaksi terhadap total biaya, dimana biaya total sama dengan penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi yang dihadapi petani. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Fragmentasi Lahan Pertanian
Petani Pemilik Lahan Sempit dan Petani Pemilik Lahan Luas
Biaya Produksi
Biaya Transaksi
Analisis Biaya Produksi
Analisis Biaya Transaksi
Rasio PenerimaanBiaya
Rasio biaya transaksipenerimaan dan rasio biaya transaksi-biaya total
Tingkat Efisiensi Usahatani
Sumber :
Penulis, 2009 Gambar 1. Alur Kerangka Pe mikiran
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive dengan pertimbangan Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu daerah pertanian di Kabupaten Bogor. Di samping itu, pada kecamatan ini terdapat Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian yang dapat menunjang kelancaran penelitian, khususnya dalam hal pencarian informasi- informasi tambahan yang relevan. Pemilihan Desa Ciaruteun Udik sebagai lokasi penelitian karena desa ini merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbula ng yang sebagian besar lahan pertaniannya relatif terfragmentasi. Dengan demikian, kondisi di desa ini diasumsikan dapat mewakili berbagai kondisi yang terjadi di lapang. Selain itu, sesuai dengan tujuan penelitian, maka alasan dipilihnya desa ini adalah terdapatnya petani dengan status kepemilikan lahan milik. Petani-petani tersebut menggarap lahan dengan luasan lahan yang sempit dan luasan lahan yang luas. Dalam penelitian ini, peneliti membagi luasan lahan dengan ukuran kurang dari setengah hektar dan lebih dari sama dengan setengah hektar sehingga terdapat dua kelompok petani responden, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Pembagian luasan lahan ini disesuaikan dengan kondisi lapangan. Penelitian lapangan dilaksanakan pada awal bulan Maret hingga Bulan April 2009. Sedangkan pengolahan data hasil penelitian dilaksanakan pada bula n Mei hingga bulan Juni 2009.
19
4.2. Jenis dan Sumbe r Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan bantuan kuisioner. Data primer yang diambil meliputi data pemakaian faktor-faktor produksi, biaya penggunaan faktor- faktor produksi, biaya transaksi, output yang dihasilkan, harga jual, karakteristik petani, dan karakteristik usahataninya. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang dikumpulkan melalui studi pustaka seperti buku, literatur- literatur, sumber bacaan lain, maupun media elektronik (internet) yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, didukung data dari kantor desa, kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian, serta instansi lainnya yang terkait denga n penelitian ini.
4.3
Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah petani di Desa
Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak empat puluh orang, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas yang masing- masing berjumlah dua puluh orang. Metode pemilihan responden petani dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik.
4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum usa hatani padi
20
sawah di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, sehingga dapat diketahui karakterisitik petani. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan, analisis biaya produksi, analisis biaya transaksi, analisis rasio penerimaan terhadap biaya, analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan analisis rasio biaya transaksi terhadap biaya total. Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan dengan bantuan kalkulator dan komputer serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.
4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi usahatani tertentu yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi biaya pembelian benih (C 1 ), pupuk (C2 ), pestisida (C 3 ), upah tenaga kerja (C 4 ), sewa peralatan (bajak) (C 5 ). Persamaan sederhana untuk biaya produksi padi adalah : TC =
Ci
Masing- masing komponen biaya produksi memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap
total biaya produksi. Kontribusi tersebut dilihat
berdasarkan rasio masing- masing komponen input terhadap total biaya produksi (TC) yang dihitung dengan cara : ci =
Ci ; TC
ci = 1
Selain rasio komponen input terhadap total biaya produksi, juga dilakukan analisis biaya rata-rata (average cost) yang dihitung dengan rumus :
21
AC =
TC Q
Penerimaan usahatani (revenue) adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam satu periode tertentu musim tanam kegiatan usaha. Adapun rumusnya sebagai berikut : R=Q ×P Keterangan : R
: Penerimaan (revenue) usahatani (Rupiah)
Q
: Produksi total (quantity), (kg)
P
: Harga jual (price) produk per unit (Rupiah/kg)
TC : Total biaya produksi (total cost) usahatani (Rupiah) Ci : Komponen biaya produksi (cost) usahatani (Rupiah) AC : Rata-rata biaya produksi (average cost) usahatani (Rupiah/kg)
4.4.2. Analisis Biaya Transaksi Secara umum menurut North & Thomas (1973) dalam Anggraini (2005) biaya transaksi (Transaction Cost) mencakup biaya pencarian (search costs), yaitu biaya untuk mendapatkan informasi pasar (Z1 ); biaya negoisasi (negotiation costs), yaitu biaya merundingkan syarat-syarat suatu transaksi/pertukaran (costs of negotiating the terms od exchange) (Z2 ); dan biaya pelaksanaan (enforcement costs), yaitu biaya untuk melaksanakan suatu kontrak/transaksi (costs of enforcing the contract) (Z3 ). Beberapa literatur juga memasukkan biaya strategis, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai akibat kepemilikan informasi, kekuasaan dan sumber daya yang tidak sepadan di antara pelaku, umumnya berupa pengeluaran
22
untuk membiayai aktivitas oportunistis atau free riding, rent seeking, dan corruption (Z4 ). Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi (TrC) adalah : TrC =
Zi
Keterangan : TrC : Total biaya transaksi (Rupiah/musim) Zi : Komponen biaya transaksi (Rupiah)
4.4.3. Analisis Efisiensi Analisis rasio penerimaan (revenue) dan total biaya produksi (cost) atau analisis rasio R/C adalah perbandingan antara jumlah penerimaan dengan pengeluaran totalnya. Hal ini menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar nilai rasio R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut : R/C =
R TC
Di samping itu, tingkat efisiensi ekonomi petani dapat dilihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan. Hal ini dapat menunjukkan betapa besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain. Makin kecil nilai rasio Rtr makin baik proses usahatani. Rasio biaya transaksi dan penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus : Rtr =
TrC R
Sedangkan untuk menentukan besarnya proporsi biaya transaksi terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan produksi, maka
23
dihitung proporsi biaya transaksi terhadap biaya total (penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi) dengan menggunakan rumus : Rtc =
TrC TC + TrC
Keterangan : R/C : Rasio penerimaan terhadap biaya produksi Rtr : Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan Rtc : Rasio biaya transaksi terhadap total biaya Usahatani dikategorikan efisien jika memiliki nilai rasio R/C lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan uahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai rasio R/C lebih kecil dari satu berarti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai rasio R/C sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Dalam analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan akan ditentukan besarnya penerimaan yang seharusnya dinikmati oleh petani dalam nilai rupiah. Semakin tinggi nilai rasio biaya transaksi terhadap penerimaan semakin tinggi pula transfer surplus dari penerimaan petani ke pihak lain. Sedangkan rasio biaya transaksi terhadap biaya total akan menunjukkan besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani untuk membayar biaya transaksi. Semakin tinggi rasio biaya transaksi terhadap biaya total, semakin besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani tidak mempengaruhi volume produksi yang dihasilkan.
24
4.5. Definisi Operasional Untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,
maka
masing- masing
dioperasionalisasikan,
sehingga
variabel dapat
tersebut
diberi
diketahui
dengan
batasan jelas
atau
indikator
pengukurannya. Variabel- variabel yang dioperasionalkan tersebut adalah :
Responden adalah petani yang mengusahakan padi sawah dengan status kepemilikan lahan milik luas dan sempit.
Petani pe milik lahan sempit adalah petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar.
Petani pemilik lahan luas adalah petani yang memiliki lahan lebih dari sama dengan setengah hektar.
Produksi total adalah hasil padi dalam bentuk gabah kering panen yang diperoleh dari luas tertentu, diukur dalam kilogram (kg).
Biaya produksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, sewa bajak, dan membayar upah tenaga kerja. Besarnya biaya produksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.
Biaya transaksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar ongkos transportasi, pajak bumi dan bangunan, pungutan iuran desa, serta nilai transfer surplus yang tidak diterima petani kepada pihak lain. Besarnya biaya transaksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.
25
Biaya total adalah penjumlahan dari biaya produksi dan biaya transaksi yang dikeluarkan tiap musim tanam. Besarnya biaya total diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dari produksi total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Besarnya penerimaan diukur dalam satuan rupiah.
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Letak Geografis dan Pe mbagian Administrasi Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak lebih kurang 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 45 km dari ibukota kabupaten dan 141 dari Ibukota Propinsi Jawa Barat. Adapun wilayah yang berbatasan dengan Desa Ciarutun Udik adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea
Sebelah Selatan : Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Sebelah Timur
: Desa Ciampea Udik, Kecamatan Ciampea
Sebelah Barat
: Desa Cimayang, Kecamatan Pamijahan
Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran berombak dengan ketinggian rata-rata 270 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 236 mm per tahun dengan suhu rata-rata 24º C. dengan kondisi tersebut Desa Ciaruteun Udik cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Desa Ciaruteun Udik yang digunakan untuk lahan pertanian atau sawah seluas 169,11 hektar atau sebesar 81,24 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah pemukiman 32 hektar atau 15,37 persen, dan empang/kolam 4 hektar atau sebesar 1,92 persenSecara rinci informasi penggunaan lahan Desa Ciaruteun Udik dapat dilihat pada Tabel 2.
27
Tabel 2.
Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya Tahun 2009
No. Jenis Penggunaan 1 Persawahan 2 Pemukiman
Luas (Ha) 169,11 32,00
Persentase (%) 81,24 15,37
3
Tegalan/kebun
1,00
0,48
4
Empang/kolam
4,00
1,92
5
Lapangan olah raga
0,05
0,02
6
Pekuburan
2,00
0,96
208,16
100,00
Total
Sumber :
Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009
5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Ciaruteun Udik berjumlah 7.169 jiwa yang terdiri dari 3.687 orang laki- laki dan 3.482 orang perempuan dengan 1.922 kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur empat puluh tahun ke atas sebanyak 1.748 orang atau sebesar 24,38 persen dan pada kelompok umur 0 – 4 tahun 1045 orang atau sebesar 14,58 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik menurut kelompok umur pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009
No. 1
Kelompok Umur (tahun) 00 – 04
Jumlah (jiwa) 1.045
Persentase (%) 14,58
2 3
05 – 09 10 – 14
726 730
10,13 10,18
4
15 – 19
755
10,53
5
20 – 24
719
10,03
6
25 – 29
650
9,07
7
30 – 34
501
6,99
8
35 – 39
295
4,11
9
≥ 40
1.748 7.169
24,38 100,00
Total
Sumber :
Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009
28
Tingkat penddidikan masyarakat di Desa Ciaruteun Udik tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah sebanyak 2.120 orang atau sebesar 29,57 persen. Penduduk yang tamat SD sebanyak 1021 orang atau sebesar 14,24 persen dan penduduk yang tamat SLTP sebanyak 1.918 orang atau sebesar 26,75 persen. Sedangkan penduduk yang dapat meraih pendidikan sampai jenjang tingkat SLTA, akademi dan perguruan tinggi 1.065 orang atau sebesar 14,86 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik berdasarkan pendidikan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. No.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1
Belum sekolah
1.045
14,58
2
Tidak tamat sekolah
2.120
29,57
3 4
Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat
1.021 1.918
14,24 26,75
1.065
14,86
Total 7.169 Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009
100,00
Tamat SLTA/sederajat 5
Tamat akademi/sederajat Tamat perguruan tinggi/sedrajat
Sumber :
Dilihat dari sumber mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun Udik berprofesi menjadi petani 362 orang atau sebesar 17,49 persen dan buruh tani sebanyak 648 orang atau sebesar 31,31 persen. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani dan petani ini disebabkan karena sebagian besar lahan digunakan sebagai persawahan. Berdasarkan penggunaan lahan di Desa Ciaruteun Udik, lahan yang dijadikan persawahan seluas169,11 hektar atau sebesar 81,24 persen dari
29
total luas wilayah. Mata pencaharian di Desa Ciaruteun Udik selain bertani adalah pengemudi/jasa sebanyak 310 orang atau sebesar 14,98 persen, pedagang sebanyak 274 orang atau sebesar 13,24 persen, dan buruh industry sebanyak 162 orang atau sebanyak 7,82 persen. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009
No. 1 Petani
Mata Pencaharian
Jumlah (orang) 362
Persentase (%) 17,50
648
31,32
4
0,19
2
Buruh tani
3
Industri kecil
4 5
Buruh industry Buruh bangunan
162 46
7,83 2,22
6
Pedagang
274
13,24
7
Jasa/pengemudi
310
14,98
8
Pegawai negeri sipil
22
1,06
9
Pensiunan/purnawirawan
11
0,53
10
Lain-lain
230
11,12
2.069
100,00
Total
Sumber :
Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009
5.3. Sarana dan Prasarana Keadaan jalan di Desa Ciaruteun Udik sudah cukup baik, dimana jalan-jalan yang menghubungkan desa dengan kecamatan lain atau dengan Ibukota Kabupaten Bogor sudah beraspal. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan roda empat baik mobil, minu bus, truk, serte kendaraan roda dua. Kendaraan umum yang dapat digunakan berupa angkutan kota dan ojeg. Prasarana peribadatan yang ada di Desa Ciaruteun Udik ada dua buah masjid dan dua buah mushola. Prasarana kesehatan ada satu buah posyandu. Sarana olah raga yang
30
ada berupa lapangan olah raga dengan luas lahan 0,05 hektar. Sedangkan sarana pendidikan yang ada di Desa Ciarutrun Udik adalah dua buah sekolah dasar negeri, tiga buah madrasah ibtidaiyah swasta, dan satu buah SLTP swasta umum.
5.4. Gambaran Umum Budidaya Padi di Desa Ciaruteun Udik Teknik budidaya padi yang dilakukan pertani di Desa Ciaruteun Udik pada umumnya masih menggunakan cara-cara konvensional. Dukungan saluran irigasi yang baik memungkinkan dilakukan penanam padi tiga musim tanam dalam satu tahun. Adapun teknik budidaya yang biasa dilakukan petani Desa Ciaruteun Udik diawali dengan pembelian input usahatani.
Pembelian input usahatani mengeluarkan Biaya transportasi
Pemeliharaan lahan sawah mengeluarkan Biaya upah tenaga kerja wanita Pengendalian hama dan penyakit Mengeluarkan Biaya pembelian obat-obatan
Pengolahan lahan sawah mengeluarkan Biaya sewa bajak dan upah tenaga kerja pria
Penyemaian benih padi mengeluarkan Biaya upah tenaga kerja wanita Pemanenan mengeluarkan Biaya upah tenaga kerja wanita
Pengangkutan hasil panen mengeluarkan Biaya transportasi
Sumber :
Karakteristik petani responden, 2009 Gambar 2. Bagan Alur Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik
31
Langkah yang dilakukan setelah pembelian input usahatani adalah pengolahan lahan, yaitu memperbaiki pematang sawah dengan meninggikan dan menutup lobanglobang yang ada. Setelah pematang diperbaiki, air langsung dimasukkan dan dibiarkan seminggu agar tanah menjadi lunak. Setelah direndam selama seminggu tanah dapat langsung diolah. Sebagian besar petani di Desa Ciaruteun Udik mengolah lahannya dengan cara dibajak menggunakan hewan ternak seperti kerbau. Setelah pembajakan selesai, lahan kembali dibiarkan tergenang selama lebih kurang dua puluh sampai tiga puluh hari agar proses pelunakan semakin sempurna. Setelah lebih kurang satu bulan, dilakukan yang pembajakan kedua untuk menghancurkan bongkahan tanah agar menjadi lebih halus dan juga membunuh gulma-gulma yang masih hidup. Beberapa petani memberikan pupuk kandang berupa kotoran hewan ternak pada pembajakan kedua ini sebagai pupuk dasar. Penyemaian benih biasanya dilakukan pada sawah yang akan ditanami. Langkah pertama yang dilakukan, yaitu mempersiapkan lahan untuk persemaian yang dilakukan satu minggu sebelum benih ditebarkan. Luas lahan persemaian disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan disemaikan. Biasanya, untuk luas lahan penanaman satu hektar diperlukan benih padi sebanyak 25 – 30 kg dengan luas lahan persemaian 300 – 500 m2 . Pupuk yang diberikan saat persemaian adalah pupuk urea 3 – 5 kg dan pupuk TSP 3 – 5 kg. Sebelum disemaikan, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama dua hari hingga benih menyerap air dan berkecambah. Benih yang telah berkecambah ditebar secara merata dan tidak tumpang tindih pada lahan yang telah disiapkan. Bila lahan sawah sudah siap ditanami dan bibit di persemaian sudah memenuhi syarat, maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk
32
dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi bibit sekitar 25 cm, memiliki lima sampai enam helai daun, batang bawah keras, bebas dari penyakit serta jenisnya seragam. Bibit yang dipindahkan biasanya berumur antara lima belas sampai dua puluh hari. Sebelum penanaman, bibit terlebih dahulu dicabut dari persemaian. Setelah bibit dicabut bibit langsung ditanam pada lahan yang telah siap untuk ditanami. Kemudian dilakukan penyulaman maksimal dua minggu setelah tanam. Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati dengan tanaman yang baru. Pemeliharaan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh secara maksimal sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Pemeliharaan dilakukan secara manual, yaitu dengan cara mencabut tanman liar yang ada. Tanaman liar atau gulma yang dicabut tersebut kemudian dibuang atau dibenamkan ke dala m tanah. Pemeliharaan dapat dilakukan dua kali dalam satu musim tanam tergantung gulma yang ada. Pemeliharaan pertama dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dan pemeliharaan kedua dilakukan pada saat padi berumur dua bulan. Jenis pupuk yang digunakan petani Desa Ciaruteun Udik adalah pupuk urea, TSP dan KCl. Kebutuhan per hektar dari masing- masing pupuk anorganik tersebut adalah 200, 100, 100 kilogram. Pemberian pupuk ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu dasar pada saat penanam sebanyak 60 kilogram urea, 100 kilogram TSP dan 50 kilogram KCl. Susulan pertama diberikan pada umur empat minggu setelah tanam dengan dosis 70 kilogram urea dan 50 kilogram KCl. Terakhir, susulan kedua pada umur tujuh minggu setelah tanam sebanyak 70 kilogram urea. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar rata ke seluruh permukaan lahan dengan keadaan air sawah macak- macak.
33
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan agar hasil produksi tidak turun. Petani biasanya menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit. Penyemprotan pestisida dilakukan dua kali dalam satu musim tanam untuk menjaga tanaman padi dari serangan hama. Apabila tanaman padi terserang hama, petani akan melakukan penyemprotan lebih dari dua kali sampai hama tersebut dapat dikendalikan. Secara umum, padi siap dipanen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai delapan puluh persen dan tangkal sudah merunduk atau sekitar umur 100 – 110 hari setelah tanam. Sekitar sepuluh hari sebelum pemanenan dilakukan, sawa h harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepa t dan menyamakan masaknya padi, serta memudahkan petani di saat pemanenan berlangsung. Hasil panen dibawa petani ke penggilingan untuk dijual atau disimpan di rumah untuk dikonsumsi sendiri.
5.5. Karakteristik Umum Responden 5.5.1. Umur Petani padi pemilik lahan sempit dan petani padi pemilik lahan luas yang menjadi responden memiliki umur antara 36 tahun sampai umur 70 tahun. Petani pemilik lahan sempit yang menjadi responden sebagian besar berada pada kelompok umur antara lima puluh tahun sampai enam puluh tahun, yaitu sebanyak 65 persen, sedangkan responden yang berumur kurang dari lima puluh tahun sebanyak lima orang atau sebesar 25 persen dan responden yang berumur lebih dari enam puluh tahun sebanyak dua orang atau sebesar sepuluh persen. Berbeda dengan responden petani pemilik lahan sempit, petani
34
pemilik lahan luas sebagian besar berada pada kelompok umur lebih dari enam puluh tahun, yaitu sebanyak sepuluh orang atau sebesar lima puluh persen, sedangkan responden yang berumur kurang dari lima puluh tahun dan antara lima puluh sampai enam puluh tahun masing- masing memiliki jumlah responden yang sama, yaitu lima orang atau sebesar 25 persen. Penggolongan responden petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas berdasarkan umur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur < 50 tahun
Petani Pemilik Lahan Sempit
Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 5 25,00 5 25,00
50 – 60 tahun > 60 tahun Total
Sumber :
Petani Pemilik Lahan Luas
13
65,00
5
25,00
2
10,00
10
50,00
20
100,00
20
100,00
Data Primer (diolah), 2009
5.5.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal responden petani pemilik lahan sempit sangat beragam, mulai dari tidak tamat SD sampai SMA. Jumlah responden terbanyak berpendidikan setingkat SD sebanyak sepuluh orang atau sebesar lima puluh persen. Responden berpendidikan setingkat SMP dan SMA masing- masing berjumlah dua orang dan empat orang responden atau sebesar sepuluh persen dan dua puluh persen. Tingkat pendidikan petani pemilik lahan luas sama halnya dengan petani pemilik lahan sempit sebagian besar adalah setingkat SD, yaitu sebanyak sebelas orang atau sebesar 55 persen. Ada juga petani pemilik lahan luas yang berpendidikan sampai ke perguruan tinggi, yaitu ada dua orang atau sebesar sepuluh persen. Tetapi, ada pula responden petani pemilik lahan luas yang tidak dapat menamatkan sekolah dasar, yaitu sebanyak
35
empat orang atau sebesar dua puluh persen. Penggolongan responden petani padi pemilik lahan sempit dan lebih dari setengah hektar berdasarkan tingkat pendidikan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Tidak tamat sekolah
Petani Pemilik Lahan Sempit
Petani Pemilik Lahan Luas
Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 4 20,00 4 20,00
SD/sederajat
10
50,00
11
55,00
SMP/sederajat SMU/sederajat
2 4
10,00 20,00
2 1
10,00 5,00
Perguruan tinggi
-
-
2
10,00
20
100,00
20
100,00
Total
Sumber :
Data Primer (diolah), 2009
Selain itu, tidak semua petani di Desa Ciaruteun Udik dapat mengikuti berbagai pendidikan non-formal seperti mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang usaha tani padi. Penyuluhan dan pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Departemen Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang sehingga hanya petani yang tergabung dalam kelompok tani yang dapat mengikuti penyuluhan dan pelatihan tersebut.
5.5.3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi padi. Pengalaman berusahatani petani responden di Desa Ciaruteun Udik cukup bervariasi. Sebagian besar petani pemilik lahan sempit memiliki pengalaman berusahatani selama sepuluh sampai tiga puluh tahun, yaitu sebanyak sepuluh orang atau sebesar lima puluh persen. Dua responden atau sebesar sepuluh persen dari petani
36
pemilik lahan sempit memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun. Sedangkan petani pemilik lahan luas yang memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun ada delapan orang atau sebesar empat puluh persen. Penggolongan responden petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas berdasarkan pengalaman berusahatani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Komposisi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Pengalaman Berusahatani < 10 tahun 10 – 30 tahun > 30 tahun Total
Sumber :
Petani Pemilik Lahan Sempit
Petani Pemilik Lahan Luas
Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 8 40,00 5 25,00 10
50,00
7
35,00
2
10,00
8
40,00
20
100,00
20
100,00
Data Primer (diolah), 2009
VI. BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI
6.1. Biaya Produksi Komponen biaya produksi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik termasuk ke dalam kelompok biaya yang mempengaruhi volume produksi. Uraian dari komponenkomponen biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Perbandingan biaya produksi dilakukan dengan membandingkan nilai biaya tiap komponen yang dikeluarkan petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas dalam satu musim tanam. Jumlah responden petani pemilik lahan sempit dan responden petani pemilik lahan luas adalah masing- masing 20 responden.
Tabel 9.
Komponen Biaya Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik Petani Pemilik
Komponen Biaya Produksi Biaya transportasi
Lahan Sempit
Lahan Luas
Nilai (Rp/MT) Persentase 29.362,50 2,50
Nilai (Rp/MT) Persentase 33.512,50 0,89
Menyewa bajak
242.500,00
20,67
602.500,00
15,92
Pengolahan lahan
213.750,00
18,22
770.625,00
20,36
Pembelian benih
40.800,00
3,48
109.425,00
2,89
178.875,00 244.232,50
15,25 20,82
768.375,00 792.150,00
20,30 20,93
13.781,25
1,17
43.312,50
1,14
104.625,00
8,92
329.625,00
8,71
44.025,00
3,75
61.150,00
1,62
Pemanenan
41.400,00
3,53
189.450,00
5,01
Pajak lahan
19.810,16
1,69
84.620,50
2,24
1.173.161,41
100
3.784.745,50
100
Penanaman Pembelian pupuk Pemupukan Pemeliharaan Pembelian pestisida
Total Biaya Produksi Sumber : Data Primer, 2009
38
6.1.1. Biaya Transportasi Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk menunjang kegiatan usahatani padi, seperti ongkos membeli benih dan obat-obatan, serta biaya pengangkutan pupuk dan hasil panen. Biaya ini dikeluarkan karena jarak lokasi pertanian umumnya jauh dari pemukiman, pusat pertokoan, dan penggilinga n. Berbagai sarana transportasi digunakan petani untuk memperlancar kegiatan usahatani padi seperti sepeda motor, mobil bak terbuka, maupun angkutan umum. Adapula petani yang memanfaatkan jasa kuli panggul untuk membawa hasil panen dari sawahnya ke jalan raya. Biaya transportasi ini dipengaruhi oleh seberapa banyak input produksi yang dibeli dan hasil panen yang dihasilkan. Petani pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 29.362,50 tiap musim tanamnya. Sedangkan petani pemilik lahan luas, besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan tiap musimtanamnya adalah Rp 33.512,50.
6.1.2. Sewa Bajak Sumberdaya lahan di Desa Ciaruteun Udik merupakan input utama dalam proses produksi di bidang pertanian terlihat dari hampir seluruh kegiatan produksi dilakukan di atas lahan pertanian. Sebagian besar lahan pertanian di Desa Ciaruteun Udik sudah dialiri irigasi teknis, sehingga ketersediaan air cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman pertanian selama musim hujan dan musim kemarau. Kondisi air yang cukup menjadikan lahan pertanian di Desa Ciaruteun Udik mudah diolah baik dengan cangkul
39
maupun bajak traktor atau kerbau. Pengolahan lahan pada umumnya dilakukan dengan cara dibajak kerbau.
Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik Petani Pemilik Komponen Biaya Produksi Menyewa bajak Pengolahan tanah
Lahan Sempit Nilai 4,85
Lahan Luas
Satuan
5,94
Hari/MT HOK/MT
13,60
Penanaman
Nilai 12,05
Satuan
21,41
Hari/MT HOK/MT
kg/MT
36,48
kg/MT
4,97
HOK/MT
21,34
HOK/MT
Pemupukkan
0,38
HOK/MT
1,20
HOK/MT
Pemeliharaan
2,91
HOK/MT
9,16
HOK/MT
1,15
HOK/MT
5,26
HOK/MT
Penggunaan benih
Pemanenan Sumber : Data Primer, 2009
Biaya yang dikeluarkan petani untuk mengolah sawah disesuaikan dengan luas lahan yang akan diolah, semakin luas lahan garapan semakin besar biaya yang dikeluarkan petani untuk menyewa bajak dan kerbaunya. Biaya sewa kerbau per hari dari pukul tujuh sampai dengan pukul dua belas sebesar Rp 50.000,00. Rata-rata petani pemilik lahan sempit menyewa bajak dan kerbau 4,85 hari, jadi biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan tanah sebelum penanaman bibit sebesar Rp 242.500,00 musim tanam. Lahan yang luas membuat petani pemilik lahan luas mengeluarkan biaya sewa kerbau yang lebih besar daripada petani pemilik lahan sempit. Jumlah hari yang dibutuhkan untuk membajak adalah 12,05 hari, sehingga biaya yang dikeluarkan petani pemilik lahan luas untuk menyewa bajak dan kerbau sebesar Rp 602.500,00 tiap musim tanam.
40
6.1.3. Benih Sebagian besar petani Desa Ciaruteun Udik menggunakan benih varietas ciherang dengan harga per kilogramnya Rp 3.000,00. Benih tersebut banyak digunakan karena harganya yang relatif murah dan telah diperkenalkan oleh UPTD Pertanian Cibungbulang. Petani membeli benih varietas ciherang di toko, UPTD Pertanian Cibungbulang, dan ada pula yang memanfaatkan beras hasil panen varietas ciherang. Rata-rata jumlah benih yang digunakan petani pemilik lahan sempit untuk satu hektar lahan sawah sebanyak 13,60 kg tiap satu musim tanam, sedangkan petani pemilik lahan luas menggunakan benih sebanyak 36,48 kg tiap musim tanam. Berarti, biaya pembelian benih untuk tiap musim tanam yang dilakukan petani pemilik lahan sempit sebesar Rp 40.800,00 dan petani pemilik lahan luas sebesar Rp 109.425,00. Jika dihitung penggunaan benih tiap meter perseginya, pada petani pemilik lahan sempit adalah Rp 19,10 dan pada petani pemilik lahan luas adalah Rp 11,64. Perbandingan penggunaan benih dari petani pemilik lahan sempit yang lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik lahan luas, hal ini dikarenakan, pertama luas lahan untuk persemaian benih petani pemilik lahan sempit lebih sempit daripada petani pemilik lahan luas. Semakin sempit luas lahan persemaian, bibit yang dihasilkan semakin sedikit karena terbatasnya ruang gerak bibit untuk berkembang. Kedua, proses penanaman bibit petani pemilik lahan sempit masih tradisional, terlihat dari jumlah bibit yang ditanam per lubang tanam antara tiga sampai lima bibit dan tanpa pemetakan sawah. Sedangkan petani pemilik lahan luas sudah mengikuti anjuran petugas penyuluh lapang sehingga lahan sawah dipetakkan dan menanam satu sampai tiga bibit per lubang tanam, sehingga lebih efisien dalam penggunaan bibit.
41
6.1.4. Pupuk Pengeluaran petani pemilik lahan sempit untuk membeli pupuk sebesar Rp 244.232,50 tiap musim tanam. Biaya yang dibutuhkan petani pemilik lahan luas untuk membeli pupuk adalah Rp 792.150,00 tiap musim tanamnya. Pupuk yang dibeli hampir seluruhnya pupuk kimia, karena petani Desa Ciaruteun Udik masih menganggap pupuk kimia sebagai komponen produksi yang sangat penting. Pupuk kimia yang biasa digunakan petani adalah pupuk urea, pupuk TSP dan pupuk NPK. Ada pula petani yang mengunakan pupuk ZA ataupun pupuk KCl sebagai pengganti pupuk NPK. Ada pula petani yang juga memanfaatkan kotoran hewan ternak untuk menambah unsur hara dalam tanah. Pengaplikasian pupuk kimia dilakukan selama masa tanam berlangsung dengan rata-rata pemberian pupuk dua sampai tiga kali pemupukan. Sedangkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak di berikan saat proses pengolahan tanah berlangsung, berarti sebelum penanaman bibit dilakukan. Tata cara pengaplikasian pupuk kimia dan luasan lahan sawah mempengaruhi seberapa besar biaya tiap meter persegi yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk. Petani pemilik lahan sempit mengharapkan hasil yang banyak dari luasan lahan yang sempit, sehingga penggunaan pupuk cukup berlebihan. Di samping itu, petani pemilik lahan sempit belum mengetahui secara pasti bagaimana mengaplikasikan pupuk kimia yang efektif. Oleh karena itu, biaya untuk membeli pupuk tiap meter persegi petani pemilik lahan sempit dengan rata-rata luas lahan 2.136,68 m2 adalah Rp 114,30. Ratarata luas lahan petani pemilik lahan luas 9.402,28 m2 , sehingga biaya pupuk tiap meter perseginya adalah Rp 84,25. Hal ini dikarenakan petani pemilik lahan luas sudah mengetahui jumlah pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan padi per hektar.
42
Selain itu, pengaplikasian pupuk diberikan secara rata dan penambahan pupuk yang lebih banyak dengan bantuan bagan warna daun pada tanaman padi yang daunnya terlihat kekurangan pupuk dalam jumlah tertentu.
6.1.5. Pestisida Penggunaan pestisida kimia selalu digunakan sejak pertanian non-organik digencarkan oleh pemerintah dan kemudahan dalam pengaplikasian tanpa harus meracik sendiri bahan-bahannya seperti pestisida organik, sehingga seluruh petani responden masih menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Penggunaan pestisida selama satu musim tanam membutuhkan biaya sebesar Rp 44.025,00 untuk petani pemilik lahan sempit. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan biaya pengendalian hama dan penyakit sebesar Rp 61.150,00.
6.1.6. Upah Tenaga Kerja Persentase biaya untuk tenaga kerja yang besar dari biaya produksi kedua kelompok responden petani menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan pertanian di Desa Ciaruteun Udik. Tidak hanya tenaga kerja keluarga saja yang bekerja, tetapi juga jasa buruh tani sangat diperlukan dalam usahatani padi karena adanya tahapan-tahapan usahatani yang membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar. Tahapan-tahapan tersebut antara lain pengolahan tanah, penanaman bibit, pemupukkan, pemeliharaan areal persawahan dan pemanenan hasil. Dalam setiap tahapan, petani membutuhkan jasa tenaga kerja upahan baik pria maupun wanita.
43
Tenaga kerja pria upahan dibutuhkan saat pengolahan tanah dilakukan karena membutuhkan tenaga manusia yang besar dengan satu HOK diupahi Rp 36.000,00. Petani pemilik lahan sempit membutuhkan 5,94 HOK tenaga kerja upahan tiap musim tanamnya untuk mengolah lahan sawah, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja upahan sebesar Rp 213.750,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas membutuhkan 21,41 HOK untuk tiap musim tanamnya, sehingga biaya yang dikeluarkan petani pemilik lahan luas sebesar Rp 770.625,00. Selain untuk membantu pengolahan tanah, petani di Desa Ciaruteun Udik juga membutuhkan tenaga kerja pria untuk membantu proses pemupukkan. Biaya upah tenaga kerja pria untuk pemupukan antara petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan adalah Rp 13.781,25 dan Rp 43.312,50 dengan 0,38 HOK dan 1,20 HOK tiap musim tanam. Tenaga kerja wanita upahan lebih banyak dibutuhkan pada tahap penanaman bibit, pemeliharaan, dan pemanenan gabah. Hal ini dikarenakan tahap-tahap yang dikerjakan oleh tenaga kerja wanita membutuhkan ketelitian yang tinggi dan sumber daya manusia yang banyak. Petani pemilik lahan sempit membutuhkan 4,97 HOK untuk penanaman bibit, 2,91 HOK untuk pemeliharaan dan 1,15 HOK untuk pemanenan hasil dalam satu musim tanam. Upah untuk satu HOK adalah Rp 36.000,00, maka petani pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya Rp 178.875,00 untuk penanaman, Rp 104.625,00 untuk pemeliharaan, dan Rp 41.400,00 untuk pemanenan. Sedangkan petani pemilik lahan luas membutuhkan 21,34 HOK untuk penanaman, 9,16 HOK untuk pemeliharaan, dan 5,26 HOK wanita untuk pemanenan. Biaya yang dikeluarkan petani pemilik lahan luas untuk mengupahi tenaga kerja adalah Rp 768.375,00 untuk penanaman, Rp 329.625,00 untuk pemeliharaan, dan Rp 189.450,00 untuk pemanenan selama satu musim tanam.
44
6.1.7. Pajak Lahan Petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik tiap tahunnya membayar pajak lahan berupa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Besar PBB yang harus dibayarkan oleh petani tergantung pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi da n Bangunan yang ditetapkan pada lahan tanah tersebut. Nilai NJOP dipengaruhi oleh harga tanah yang berlaku di tahun tersebut, sehingga setiap tahunnya dapat mengalami perubahan. Faktor yang mempengaruhi NJOP antara lain lokasi tanah/lahan dan tingkat kesub uran. Tanah yang letaknya dekat dengan pusat-pusat ekonomi seperti pasar atau sarana umum seperti jalan raya memiliki NJOP yang lebih tinggi. Pada umumnya letak lahan sawah petani di Desa Ciaruteun Udik cukup jauh dari jalan raya dan pusat pertokoan. Rata-rata NJOP yang berlaku adalah Rp 27.150,79 per m2 . Selain ditentukan oleh NJOP, nilai Pajak Bumi dan Bangunan juga ditentukan oleh luas lahan sawah yang dimiliki petani. Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayarkan petani adalah 0,1 % dikali NJOP PBB tiap meter persegi dikali luas lahan yang dimiliki. Berdasarkan rumus tersebut, maka rata-rata pajak lahan yang dibayarkan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas di Desa Ciaruteun Udik adalah Rp 19.810,16 dan Rp 84.620,50 tiap musim tanam.
6.2. Biaya Produksi Rata-rata Panen yang dihasilkan dari usahatani padi berupa gabah. Gabah yang diterima petani Desa Ciaruteun Udik di lahan sawah atau gabah yang belum mendapat perlakuan pengeringan disebut gabah kering panen (GKP). Jenis gabah ini yang biasa dijual petani. Rata-rata gabah yang diproduksi petani pemilik lahan sempit adalah 1.112,50 kg
45
tiap musim tanam. Sedangkan petani pemilik lahan luas memperoleh hasil panen gabah sebanyak 3.841,88 kg untuk satu musim tanam.
Tabel 11. Biaya Produksi Rata-rata Menurut Luas Lahan Garapan Uraian Total Biaya Produksi (Rp) Produksi Gabah (kg) Biaya Rata-rata Produksi (Rp/kg) Sumber : Data Primer, 2009
Petani Pemilik Lahan Sempit 1.173.161,41
Lahan Luas 3.784.745,50
1.112,50
3.841,88
1.054,53
985,13
Biaya produksi rata-rata dapat dihitung dengan cara membagi biaya produksi total dengan jumlah gabah yang dihasilkan, sehingga dengan total biaya produksi petani pemilik lahan sempit Rp 1.173.161,41 tiap musim tanam, besarnya biaya produksi ratarata petani pemilik lahan sempit adalah Rp 1.054,53 tiap kilogram gabah. Sementara biaya total produksi petani pemilik lahan luas Rp 3.784.745,50 tiap musim tanam, besarnya biaya produksi rata-rata petani pemilik lahan luas adalah Rp 985,13 tiap kilogram gabah. Biaya produksi rata-rata petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas masih berada dibawah harga jual gabah oleh petani, namun margin yang diperoleh petani pemilik lahan sempit lebih kecil dibandingkan petani pemilik lahan luas. Harga jual gabah dari petani ke tengkulak maupun penggilingan di Desa Ciaruteun Udik adalah Rp 2.000, sehingga petani pemilik lahan sempit mendapat keuntungan Rp 945,47 tiap kilogramnya. Keuntungan Rp 1.014,87 per kg gabah diterima oleh petani pemilik lahan luas.
46
6.3. Biaya Transaksi Petani Desa Ciaruteun Udik selama satu musim tanam juga menanggung biaya transaksi, dimana biaya transaksi ini tidak mempengaruhi hasil produksi yang dihasilkan. Komponen biaya transaksi yang dapat diidentifikasi dalam usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik adalah iuran desa. Iuran desa adalah kewajiban yang diberlakukan aparatur desa kepada wajib pajak untuk menunjang pelaksanaan administrasi pemerintah desa. Iuran desa berupa uang yang dibayarkan oleh wajib pajak saat membayar pajak bumi dan bangunan. Iuran desa ini akan digunakan sebagai sumber pemasukan desa, dimana telah ditetapkan di anggaran penerimaan dan belanja desa. Besarnya iuran desa tergantung dari nilai pajak bumi dan bangunan yang dibayarkan oleh wajib pajak atau petani. Jika nilai pajak bumi dan bangunan yang dibayarkan petani kurang dari Rp 100.000,00 maka petani harus membayar iuran desa dengan jumlah yang sama dengan nilai pajak bumi dan bangunannya. Sedangkan petani dengan nilai pajak bumi dan bangunannya lebih dari sama dengan Rp 100.000,00 dikenai iuran desa setengah dari jumlah nilai pajak bumi dan bangunannya atau sekitar lima puluh persen dari jumlah pajak bumi dan bangunan yang dibayarkan. Rata-rata iuran desa yang harus dikeluarkan petani pemilik lahan sempit untuk satu musim tanamnya adalah Rp 16.377,00. Sedangkan, petani pemilik lahan luas membayar iuran desa sebesar Rp 43.035,83 untuk setiap musim tanam.
VII. ANALISIS EFISIENSI
7.1. Penerimaan Usahatani Penerimaan adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Pengukuran penerimaan pada penelitian ini didasarkan pada hasil produksi satu musim tanam. Sedangkan biaya dihitung berdasarkan nilai rupiah yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung. Penerimaan usahatani padi sawah diperoleh dari hasil rata-rata panen padi satu musim tanam dikalikan dengan harga jual gabah kering panen yang diterima petani. Harga padi di lokasi penelitian diberi harga Rp 2.000,00 per kg. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan usahatani padi selama satu musim tanam, petani pemilik lahan sempit memperoleh penerimaan total sebesar Rp 2.225.000 dari hasil penjualan gabah kering panen 1.112,50 kg. Gabah kering panen yang diperoleh petani pemilik lahan luas sebanyak 3.841,88 kg menghasilkan penerimaan sebesar Rp 7.683.750,00. Penerimaan petani dari penjualan hasil panen dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Pene rimaan Menurut Luas Lahan Garapan Uraian Produksi Gabah (kg) Total Penerimaan (Rp) Sumber : Data Primer, 2009
Petani Pemilik Lahan Sempit 1.112,50
Lahan Luas 3.841,88
2.225.000,00
7.683.750,00
48
7.2. Analisis Efisiensi Produksi Padi Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi atau R/C rasio pada petani pemilik lahan sempit adalah 1,89. Nilai 1,89 berarti bahwa setiap Rp 100,00 biaya produksi yang dikeluarkan petani pemilik lahan sempit untuk memproduksi gabah akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 189,00. Nilai rasio ini lebih kecil daripada yang diperoleh dari petani pemilik lahan luas, yaitu 2,03 yang artinya setiap Rp 100,00 biaya produksi yang dikeluarkan, petani pemilik lahan luas akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 203,00. Nilai R/C lebih dari satu menunjukkan produksi gabah di lokasi penelitian masih tergolong layak secara finansial. Rasio penerimaan terhadap biaya produksi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas di Desa Ciaruteun Udik dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rasio Penerimaan – Biaya Transaksi Menurut Luas Lahan Garapan Uraian
Petani Pemilik Lahan Sempit
Lahan Luas
Penerimaan (Rp)
2.225.000,00
7.683.750,00
Biaya Produksi (Rp)
1.173.161,41
3.784.745,50
1,89
2,03
Rasio Penerimaan – Biaya Produksi (R/C) Sumber : Data Primer, 2009
Secara umum usahatani padi sawah di daerah penelitian dalam jangka pendek masih dapat memberikan insentif berupa keuntungan, se hingga dapat dikatakan bahwa petani di daerah penelitian masih menaruh perhatian terhadap usahatani padi tersebut. Jika di lihat dari tingkat efisiensi penerimaan yang dihitung berdasarkan rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan sempit memiliki tingkat efisiensi penerimaan 0,0074, artinya bahwa dalam setiap Rp 100,00 penerimaan, petani
49
mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp 0,74. Sedangkan rasio biaya transaksi terhadap penerimaan petani pemilik lahan luas adalah 0,0056, artinya dalam setiap penerimaan Rp 100,00, petani pemilik lahan luas menanggung biaya transaksi sebesar Rp 0,56. Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas di Desa Ciaruteun Udik dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rasio Biaya Transaksi – Penerimaan Menurut Luas Lahan Garapan Uraian
Petani Pemilik Lahan Sempit
Biaya Transaksi (Rp) Penerimaan (Rp) Rasio Biaya Transaksi – Penerimaan (TrC/R) Sumber : Data Primer, 2009
Lahan Luas
16.377,00
43.035,83
2.225.000,00
7.683.750,00
0,0074
0,0056
Apabila biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan produksi diakumulasikan dari penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi, maka akan diperoleh biaya total yang dikeluarkan petani pemilik lahan sempit sebesar Rp 1.189.538,41 dan petani pemilik lahan luas Rp 3.827.781,33. Jika dihitung dari rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi maka diperoleh nilai 0,0138 untuk petani pemilik lahan sempit dan nilai 0,0112 untuk petani pemilik lahan luas. Nilai ini menunjukkan besarnya proporsi biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas dalam kegiatan produksi adalah 1,38 persen dan 1,12 persen dari biaya total. Semakin besar rasio biaya transaksi terhadap biaya total ini, menunjukkan semakin tidak efisien usahatani padi yang dilakukan, karena biaya transaksi ini tidak mempengaruhi produksi gabah yang dihasilkan oleh petani.
50
Tabel 15. Rasio Biaya Transaksi – Biaya Total Menurut Luas Lahan Garapan Uraian Biaya Transaksi (Rp) Biaya Total (Biaya Transaksi + Biaya Produksi) (Rp) Rasio Biaya Transaksi – Biaya Total (TrC/TC) Sumber : Data Primer, 2009
Petani Pemilik Lahan Sempit
Lahan Luas
16.377,00
43.035,83
1.189.538,41
3.827.781,33
0,0138
0,0112
7.3. Pengaruh Fragmentasi Lahan terhadap Efisiensi Produksi Padi Jumlah petani Desa Ciaruteun Udik meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah petani, kebutuhan akan lahan pertanian menigkat pula. Namun, luasan lahan pertanian Desa Ciaruteun Udik yang tetap dan akan terus menurun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan petani harus membagi-bagi lahan pertanian. Pembagian lahan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya fragmentasi lahan. Berdasarkan hasil analisis efisiensi, rasio penerimaan terhadap biaya produksi petani pemilik lahan sempit adalah 1,89, sedangkan petani pemilik lahan luas memiliki nilai rasio 2,03, terlihat bahwa petani pemilik lahan luas lebih efisien dalam penggunaan biaya produksi dibandingkan petani pemilik lahan sempit. Hal ini menunjukkan bahwa luas kepemilikan lahan yang semakin sempit akan mempengaruhi penerimaan petani karena berkaitan dengan skala usaha yang juga semakin menurun, dimana produksi yang dihasilkan semakin menurun. Di samping itu, penurunan skala usaha dapat mempengaruhi efisiensi usahatani karena lahan pertanian yang digunakan tidak mencapai luasan lahan yang ekonomis dan penggunaan input produksi yang berlebihan.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi rata-rata usahatani petani padi Desa Ciaruteun Udik, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit Rp 1.054,53 dan petani pemilik lahan luas Rp 985,13.
2.
Berdasarkan komponen biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83.
3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah.
52
8.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat direkomendasikan adalah: 1. Petani pemilik lahan sempit hendaknya mengikuti dosis anjuran dalam menggunakan input pertanian. 2. Petani Ciaruteun Udik sebaiknya menjadikan lahan pertanian sebagai usaha bersama dengan satu nama pemilik untuk tiap daerahnya sehingga dapat mengurangi fragmentasi lahan dan biaya transaksi. 3. Pemberian insentif berupa penyuluhan dan sarana produksi pertanian oleh pemerintah daerah kepada petani pemilik lahan yang akan menjual lahan pertaniannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni Bandung. Anggraini, E. 2005. Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Apriyanto, R. H. R. 2005. Pengaruh Status dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum tuberosum L.) terhadap Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Data Monografi Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2004. Bogor. Data Monografi Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2009. Bogor. Data Wajib Pajak PBB, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2004. Bogor. Data Wajib Pajak PBB, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2009. Bogor. Handayani, D. M. 2006. Analisis Profitabilitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah menurut Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hantari, I. A. 2007. Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Padi Sawah Lahan Sempit di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Skripsi. Progrm Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hidayat, K. 1985. Studi Penggunaan Tanah Pertanian (Kasus Desa Jatiari, Lumajang, Jawa Timur). Laporan Penelitian. Universitas Brawijaya Malang. Iriawan, N. dan Septin P. A. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi. Yogyakarta.
54
Maulana, Y. 2003. Analisi Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Bunga Gerbera (Studi Kasus di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mutaqin, A. 2008. Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro (Prinsip Pengembangannya). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dasar
dan
Nugroho, B. 2003. Kajian Institusi Pelibatan Usaha Kecil Menengah Industri Pemanenan Hutan untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Produksi Lesatari. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priyono, B. M. 2004. Biaya Transaksi dan Pengaruhnya dalam Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soehardjo, A dan D. Patong. 1977. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Perkembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ubaydillah, M. 2008. Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan Metode SRI (System of Rice Intensification) Kasus: Desa Ponggang, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1.
Karakteristik Responden
Petani Pemilik Lahan Sempit Nama Umur (tahun) Ibu Narsih 47
Tingkat Pendidikan SD
Pengalaman Berusahatani (tahun) 5
Luas Lahan (m2 ) 700,00
Pajak Pungutan Iuran Lahan (Rp) Desa (Rp) 6.000,00 3.333,33
Panen Penerimaan (kg) (Rp) 250,00 500.000,00
RT Enoh
50
Tidak Tamat SD
5
900,00
11.666,67
11.666,67
600,00
1.200.000,00
Pak Suman
50
SD
3
1.000,00
9.000,00
9.000,00
1.125,00
2.250.000,00
Ibu Aisyah
58
Tidak Tamat SD
33
1.229,26
Pak Sanam
51
SD
6
1.600,00
11.063,33 14.400,00
6.666,67 14.400,00
600,00 1.500,00
1.200.000,00 3.000.000,00
Pak Waca
45
SMA
14
1.714,29
15.428,57
15.428,57
750,00
1.500.000,00
Pak Saud Anis
65 43
SMA SMA
14 12
2.000,00 2.500,00
18.000,00
18.000,00
500,00
1.000.000,00
22.500,00
22.500,00
1.000,00
2.000.000,00
Pak Mudin
60
SD
20
2.500,00
22.500,00
22.500,00
1.000,00
2.000.000,00
Pak Ajid
50
SD
13
2.500,00
22.500,00
22.500,00
1.875,00
3.750.000,00
Pak Daming
50
Tidak Tamat SD
20
3.000,00
27.000,00
27.000,00
2.812,50
5.625.000,00
Pak Isa Ansori
60
SMP
4
3.148,15
Pak Kosim
64
SMA
42
4.000,00
28.333,33 36.000,00
28.333,33 18.000,00
1.500,00 1.500,00
3.000.000,00 3.000.000,00
H. Samsudin Pak Tatang
53 58
SD SD
30 8
1.000,00 1.042,00
9.000,00
9.000,00
600,00
1.200.000,00
9.378,00
9.378,00
200,00
400.000,00
Pak Idis
40
SD
19
1.500,00
13.500,00
8.166,67
1.000,00
2.000.000,00
Pak Abas
50
SD
10
1.600,00
14.400,00
8.333,33
1.875,00
3.750.000,00
Pak Basir
58
SD
24
3.000,00
27.000,00
27.000,00
2.000,00
4.000.000,00
Pak Dayat
59
Tidak Tamat SD
9
3.000,00
Pak Wahyudin
47
SMP
7
4.800,00
27.000,00 51.533,33
19.666,67 26.666,67
937,50 625,00
1.875.000,00 1.250.000,00
Rata-rata
2.136,68
19.810,16
16.377,00
1.112,50
2.225.000,00
55
Petani Pemilik Lahan Luas Nama Umur (tahun)
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Berusahatani (tahun)
Luas Lahan (m2 )
Pak Khotib H. Ahyar
67 48
SMP Perguruan Tinggi
5 21
5.000,00 10.000,00
H. Tabri
66
SD
39
Pak Ustad
38
SD
Pak Jajat
36
Pak Mugni
Pajak Lahan Pungutan Iuran (Rp) Desa (Rp) 45.000,00 22.500,00
Panen (kg) 3.750,00
Penerimaan (Rp) 7.500.000,00
90.000,00
45.000,00
6.000,00 12.000.000,00
5.000,00
45.000,00
22.500,00
2.000,00
4.000.000,00
3
5.500,00
49.500,00
24.750,00
2.062,50
4.125.000,00
SMA
1
10.000,00
90.000,00
45.000,00
1.250,00
2.500.000,00
70
SD
49
10.000,00
Pak Saja
63
SD
55
10.000,00
90.000,00 90.000,00
45.000,00 45.000,00
7.500,00 15.000.000,00 2.000,00 4.000.000,00
H. Ganda
62
Perguruan Tinggi
30
10.000,00
90.000,00
45.000,00
5.000,00 10.000.000,00
H. Ujang Kardi Pak H. Rowi
63 70
SD Tidak Tamat SD
9 20
15.000,00 5.000,00
135.000,00
67.500,00
6.000,00 12.000.000,00
45.000,00
40.300,00
2.400,00
4.800.000,00
Pak Idis
40
SD
19
6.000,00
54.000,00
27.000,00
3.000,00
6.000.000,00
Pak Mad Sari
57
SD
3
6.000,00
54.000,00
27.000,00
2.000,00
4.000.000,00
Pak Iyas
57
SD
30
10.000,00
90.000,00
45.000,00
5.000,00 10.000.000,00
Pak Saman
55
SMP
35
10.000,00
Pak Dasim
70
Tidak Tamat SD
49
10.000,00
90.000,00 90.000,00
45.000,00 45.000,00
2.500,00 5.000.000,00 5.000,00 10.000.000,00
Pak H. Amat Pak H. Mardi
60 62
SD Tidak Tamat SD
33 35
10.000,00 10.000,00
90.000,00
45.000,00
5.000,00 10.000.000,00
90.000,00
45.000,00
3.000,00
6.000.000,00
Pak Mus
67
Tidak Tamat SD
40
10.000,00
90.000,00
45.000,00
2.000,00
4.000.000,00
Pak H. Jarnoji
60
SD
20
15.000,00
135.000,00
67.500,00
8.375,00 16.750.000,00
Pak Abdurohman
40
SD
20
15.545,56
139.910,00
66.666,67
3.000,00
6.000.000,00
Rata-rata
9.402,28
84.620,50
43.035,83
3.841,88
7.683.750,00
56
Lampiran 2.
Penggunaan Input Usahatani Padi Responden
Petani Pemilik Lahan Sempit Nama Menyewa Bajak (hari/MT)
2,50
Pak Suman Ibu Aisyah
4,00
2,50
7,00
2,50
-
-
0,50
3,00
3,75
15,00
7,50
-
3,75
1,50
Pak Sanam
4,00
5,00
10,00
3,75
-
1,88
1,50
Pak Waca
4,00
5,00
7,00
7,50
-
3,75
1,50
Pak Saud
4,00
7,50
6,00
5,00
-
5,00
1,00
Anis Pak Mudin
4,00 8,00
7,50 5,00
20,00 30,00
5,63 -
-
1,88 -
1,13 -
Pak Ajid
4,00
5,00
10,00
6,25
-
3,13
1,88
10,00
6,25
17,00
13,75
-
13,75
2,75
6,00
7,50
15,00
7,50
4,38
3,75
1,50
6,00
3,75
22,00
7,50
-
7,50
1,50
-
3,75
5,00
2,50
-
1,25
0,50
2,00
1,25
10,00
1,25
-
1,25
0,25
2,00 12,00
3,75 22,50
10,00 25,00
6,25 2,50
1,88 -
3,13 -
1,25 0,50
5,00
9,38
10,00
8,75
-
4,38
3,50
3,00
1,88
15,00
3,75
-
3,75
0,75
12,00
15,00
25,00
7,50
-
-
1,50
4,85
5,94
13,60
4,97
0,38
2,91
1,15
RT Enoh
Pak Daming Pak Isa Ansori Pak Kosim H. Samsudin Pak Tatang Pak Idis Pak Abas Pak Basir Pak Dayat Pak Wahyudin Rata-Rata
Penanaman Bibit (HOK/MT)
Pemupukkan (HOK/MT)
Pemeliharaan (HOK/MT)
Pemanenan (HOK/MT)
-
1,41 -
-
-
57
4,00
Penggunaan Benih (kg/MT) 8,00 5,00
Ibu Narsih
Pengolahan Tanah (HOK/MT)
Petani Pemilik Lahan Luas Nama Menyewa Bajak (hari/MT) Pak Khotib
10,00
Pengolahan Tanah (HOK/MT) 12,50
H. Ahyar
16,00
20,00
40,00
37,50
-
6,25
7,50
H. Tabri
8,00 9,00
5,00 16,88
30,00 22,00
11,25 3,75
4,69
3,75 3,75
3,00 1,13
Pak Jajat Pak Mugni
10,00
18,75
40,00
30,63
-
-
4,38
10,00
25,00
30,00
21,88
1,88
4,38
4,38
Pak Saja
16,00
30,00
40,00
21,88
2,50
6,25
4,38
H. Ganda
6,00
11,25
50,00
30,00
-
30,00
21,00
H. Ujang Kardi
20,00
37,50
37,50
25,00
-
12,50
10,00
Pak H. Rowi
10,00 4,00
18,75 7,50
30,00 40,00
3,13 11,25
-
3,13 3,75
0,63 2,25
8,00
5,00
25,00
21,88
-
3,13
4,38
Pak Iyas Pak Saman
11,00
20,63
40,00
15,00
3,75
11,25
2,25
20,00
37,50
20,00
33,75
-
11,25
6,75
Pak Dasim
16,00
10,00
40,00
18,75
-
9,38
3,75
Pak H. Amat
15,00
28,13
30,00
13,13
-
13,13
2,63
Pak H. Mardi
10,00
6,25
50,00
13,13
-
-
2,63
Pak Mus
10,00 21,00
25,00 78,75
55,00 40,00
20,00 37,50
3,75 1,88
20,00 12,50
4,00 7,50
11,00
13,75
50,00
45,00
-
22,50
9,00
12,05
21,41
36,48
21,34
1,20
9,16
5,26
Pak Ustad
Pak Idis Pak Mad Sari
Pak H. Jarnoji Pak Abdurohman Rata-Rata
Penggunaan Benih (kg/MT) 20,00
Penanaman Bibit (HOK/MT)
Pemupukkan (HOK/MT)
Pemeliharaan (HOK/MT)
Pemanenan (HOK/MT)
12,50
5,63
6,25
3,75
58
Lampiran 3
Biaya Produksi Padi di Desa Ciaruteun Udik
Petani Pemilik Lahan Sempit dalam satuan Rp/MT Nama
Trans portasi Input
Pemupukkan
Pemeliharaan
Ibu Narsih
-
-
-
24.000,00
-
146.000,00
50.625,00
-
16.000,00
-
RT Enoh
-
200.000,00
90.000,00
15.000,00
-
113.600,00
-
-
40.000,00
-
Pak Su man
50.000,00
200.000,00
90.000,00
21.000,00
90.000,00
78.000,00
-
-
13.000,00
18.000,00
Ibu Aisyah
38.000,00
150.000,00
135.000,00
45.000,00
270.000,00
142.000,00
-
135.000,00
20.000,00
54.000,00
Pak Sanam
6.000,00
200.000,00
180.000,00
30.000,00
135.000,00
183.000,00
-
67.500,00
11.000,00
54.000,00
Pak Waca
18.000,00
200.000,00
180.000,00
21.000,00
270.000,00
237.000,00
-
135.000,00
15.000,00
54.000,00
Pak Saud
32.000,00
200.000,00
270.000,00
18.000,00
180.000,00
184.000,00
-
180.000,00
76.000,00
36.000,00
Anis
45.000,00
200.000,00
270.000,00
60.000,00
202.500,00
320.000,00
-
67.500,00
35.000,00
40.500,00
4.500,00
400.000,00
180.000,00
90.000,00
-
99.000,00
-
-
12.000,00
-
33.000,00
200.000,00
180.000,00
30.000,00
225.000,00
245.000,00
-
112.500,00
41.500,00
67.500,00
220.000,00
500.000,00
225.000,00
51.000,00
495.000,00
260.000,00
-
495.000,00
30.000,00
99.000,00
8.000,00
300.000,00
270.000,00
45.000,00
270.000,00
282.000,00
157.500,00
135.000,00
35.000,00
54.000,00
Pak Kosim
30.000,00
300.000,00
135.000,00
66.000,00
270.000,00
375.000,00
-
270.000,00
80.000,00
54.000,00
H. Samsudin
18.000,00
-
135.000,00
15.000,00
90.000,00
86.000,00
-
45.000,00
126.000,00
18.000,00
-
100.000,00
45.000,00
30.000,00
45.000,00
58.200,00
-
45.000,00
17.000,00
9.000,00
6.750,00
100.000,00
135.000,00
30.000,00
225.000,00
267.500,00
67.500,00
112.500,00
12.000,00
45.000,00
Pak Abas Pak Basir Pak Dayat
46.000,00 15.000,00 -
600.000,00 250.000,00 150.000,00
810.000,00 337.500,00 67.500,00
75.000,00 30.000,00 45.000,00
90.000,00 315.000,00 135.000,00
835.000,00 290.000,00 103.350,00
-
157.500,00 135.000,00
84.000,00 67.500,00 29.500,00
18.000,00 126.000,00 27.000,00
Pak Wahyudin
17.000,00
600.000,00
540.000,00
75.000,00
270.000,00
580.000,00
-
-
120.000,00
54.000,00
Rata-Rata
29.362,50
242.500,00
213.750,00
40.800,00
178.875,00
244.232,50
13.781,25
104.625,00
44.025,00
41.400,00
Pak Mudin Pak A jid Pak Daming Pak Isa Ansori
Pak Tatang Pak Idis
Menyewa Bajak
Pengolahan Lahan
Pembelian Benih
Penanaman
Pembelian Pupuk
Pembelian Pestisida
Pemanenan
59
Petani Pemilik Lahan Luas dalam satuan Rp/MT Nama
Trans portasi Input
Menyewa Bajak
Pengolahan Lahan
Pembelian Benih
Penanaman
Pembelian Pupuk
Pemupukkan
Pemeliharaan
Pembelian Pestisida
Pemanenan
Pak Khotib
79.000,00
500.000,00
450.000,00
60.000,00
450.000,00
445.000,00
202.500,00
225.000,00
34.000,00
135.000,00
H. Ahyar
20.000,00
800.000,00
720.000,00
120.000,00
1.350.000,00
880.000,00
-
225.000,00
120.000,00
270.000,00
H. Tabri
33.000,00
400.000,00
180.000,00
90.000,00
405.000,00
575.000,00
-
135.000,00
96.000,00
108.000,00
Pak Ustad
-
450.000,00
607.500,00
66.000,00
135.000,00
390.000,00
168.750,00
135.000,00
20.000,00
40.500,00
Pak Jajat
16.000,00
500.000,00
675.000,00
120.000,00
1.102.500,00
342.000,00
-
-
118.500,00
157.500,00
Pak Mugni
40.000,00
500.000,00
900.000,00
90.000,00
787.500,00
860.000,00
67.500,00
157.500,00
99.000,00
157.500,00
Pak Saja
20.000,00
800.000,00
1.080.000,00
120.000,00
787.500,00
1.770.000,00
90.000,00
225.000,00
99.000,00
157.500,00
H. Ganda
59.000,00
300.000,00
405.000,00
150.000,00
1.080.000,00
1.055.000,00
-
1.080.000,00
60.000,00
756.000,00
H. Ujang Kard i
152.500,00
1.000.000,00
1.350.000,00
112.500,00
900.000,00
990.000,00
-
450.000,00
36.000,00
360.000,00
Pak H. Rowi
18.000,00
500.000,00
675.000,00
90.000,00
112.500,00
670.000,00
-
112.500,00
60.000,00
22.500,00
Pak Idis
6.750,00
200.000,00
270.000,00
120.000,00
405.000,00
600.000,00
-
135.000,00
36.000,00
81.000,00
Pak Mad Sari
4.500,00
400.000,00
180.000,00
75.000,00
787.500,00
330.000,00
-
112.500,00
22.500,00
157.500,00
Pak Iyas
44.000,00
550.000,00
742.500,00
120.000,00
540.000,00
2.380.000,00
135.000,00
405.000,00
45.000,00
81.000,00
Pak Saman
15.000,00
1.000.000,00
1.350.000,00
60.000,00
1.215.000,00
280.000,00
-
405.000,00
-
243.000,00
Pak Dasim
-
800.000,00
360.000,00
120.000,00
675.000,00
1.320.000,00
-
337.500,00
48.000,00
135.000,00
Pak H. A mat
82.000,00
750.000,00
1.012.500,00
90.000,00
472.500,00
620.000,00
-
472.500,00
65.000,00
94.500,00
Pak H. Mardi
28.000,00
500.000,00
225.000,00
150.000,00
472.500,00
980.000,00
-
-
100.000,00
94.500,00
Pak Mus
20.000,00
500.000,00
900.000,00
165.000,00
720.000,00
380.000,00
135.000,00
720.000,00
37.000,00
144.000,00
Pak H. Jarnoji
23.500,00
1.050.000,00
2.835.000,00
120.000,00
1.350.000,00
596.000,00
67.500,00
450.000,00
40.000,00
270.000,00
Pak Abdurohman
9.000,00
550.000,00
495.000,00
150.000,00
1.620.000,00
380.000,00
-
810.000,00
87.000,00
324.000,00
Rata-Rata
33.512,50
602.500,00
770.625,00
109.425,00
768.375,00
792.150,00
43.312,50
329.625,00
61.150,00
189.450,00
60