Dalami Ilmu Hukum Bisnis, FH Adakan Business Week UNAIR NEWS –Pertengahan tahun mendatang, mahasiswa Forum Studi Bisnis (FSB), Fakultas Hukum, Universitas Airlangga berencana mengadakan ajang kompetisi di bidang hukum bisnis. Kompetisi Business Week akan dilangsungkan pada tanggal 5 Mei-7 Mei 2017 dengan tema “Peran Hukum Bisnis dalam Peningkatan Perekonomian Negara.” Business Week UNAIR 2017 (BW UNAIR 2017) adalah ajang kompetisi yang diadakan oleh mahasiswa FSB. FSB sendiri merupakan salah satu badan semi otonom (BSO) yang fokus mewadahi minat mahasiswa dalam mempelajari hukum bisnis. Lomba Business Week ini mencakup kompetisi pembuatan Legal Opinion (LO) dan Contract Drafting dengan tema Persaingan Usaha. Kompetisi ini berlaku bagi seluruh mahasiswa Fakultas Hukum se-Indonesia baik negeri maupun swasta. “Di dalam BW nantinya akan terdiri dari tiga rangkaian acara. Pertama adalah seminar. Tujuannya, untuk menambah pengetahuan para peserta mengenai persaingan usaha. Kemudian, ada pula city trip di Surabaya. Yang paling ditunggu-tunggu adalah kompetisi BW yakni membuat Legal Opinion (LO) serta Contract Drafting,” ungkap Irfan Naufal selaku Ketua FSB. Menurut Naufal, acara BW sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh panitia. Panitia sudah membuka pendaftaran sejak 1 Februari 2017 lalu. “Pendaftaran BW sendiri sudah dibuka mulai tanggal 1 Februari dan akan ditutup pada tanggal 2 Maret nanti. Sejauh ini panitia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Semoga di hari H acara berjalan dengan lancar dan sukses,” imbuhnya. (*) Penulis : Pradita Desyanti
Editor: Defrina Sukma S
Beragam Program Warnai KKN di Nganjuk UNAIR NEWS – Beragam program diberikan mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata-Belajar Bersama Masyarakat (KKNBBM) di Kecamatan Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk. Programprogram tersebut meliputi bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, hingga kewirausahaan. Kegiatan KKN menjadi momen bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat. Seperti yang dilakukan tim mahasiswa di Desa Kampung Baru, Kamis (2/2). Mereka melakukan pendampingan pembuatan urea mineral molases block (UMMB) kepada peternak di desa. Rizki Putrianirma, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, mengatakan pendampingan pembuatan UMMB bertujuan meningkatkan wawasan terkait pakan ternak bernilai gizi. “UMMB dibuat dari dedak, mineral dan garam sebagai sumber mineral, urea, molases/tetes (limbah pabrik gula tebu) sebagai sumber energi, dan tepung kanji/semen putih sebagai perekat. Manfaatnya untuk meningkatkan efisiensi pencernaan pakan, meningkatkan produksi dan perbaikan reproduksi, serta memperbaiki nilai gizi pakan,” ujar Rizki. Rizki menambahkan, setelah UMMB kering, tim mahasiswa akan melakukan pendampingan hingga pemberian makanan ke ternak secara langsung. Selain pendampingan, ada juga cek kesehatan gratis yang
diinisiasi mahasiswa Fakultas Kedokteran. Di bidang kesehatan masyarakat, mereka menyelenggarakan penyuluhan pentingnya air susu ibu, dan periksa gula darah, asam urat, dan tensi darah. Sementara itu di tempat terpisah, Abel Dwi Laksono koordinator KKN Kecamatan Tanjung Anom menceritakan rencana program kerja bersama akan dilaksanakan 8 Februari mendatang. Mereka akan menggelar acara yang dihadiri Bupati Nganjuk.
Tim mahasiswa KKN melakukan pendampingan pembuatan UMMB di Desa Kampung Baru, Kecamatan Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk, Kamis (2/2). (Foto: Binti Q. Masruroh) “Kami akan mendatangkan Bupati Nganjuk. Acaranya senam bersama, donor darah, penanaman 1000 pohon untuk penghijauan, pameran produk unggulan, pembagian sembako, lomba melukis, pentas seni, dan penampilan tarian dari mahasiswa asal Brunei,” ujar Abel, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Budiarto, drh., MP., Sekretaris Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) mengapresiasi beragam kegiatan yang diprogram oleh mahasiswa
KKN. Ia berharap, program-program yang diinisiasi mahasiswa ini berdampak positif bagi masyarakat.
oleh
“Kalau dulu KKN dilakukan dengan membangun gardu, membangun jalan, membuat pos kamling. Kalau sekarang lebih pada mengubah pola pikir masyarakat dan anggapan sosial yang ada di mereka,” ujar Budi. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Sepuluh Ribu Pengunjung Cari Informasi Sekolah dan Beasiswa UNAIR NEWS – Airlangga Convention Centre (ACC) Kampus C Universitas Airlangga kembali menjadi saksi bagi orang-orang yang haus ilmu pengetahuan. Buktinya, ribuan orang yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi hadir di ACC dalam acara LPDP Edufair 2017. Acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyandang Dana Pendidikan Kementerian Keuangan RI dan bekerjasama dengan UNAIR itu digelar pada Kamis (2/2). Sebanyak 68 stan siap memberikan informasi mengenai pendidikan kepada pengunjung. Stan pameran itu berasal dari perguruan tinggi dalam negeri, perguruan tinggi luar negeri, lembaga pendidikan, lembaga kursus Bahasa Inggris, dan penyedia kerja. Dari dalam negeri, di antaranya ada Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi 10 Nopember, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, dan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari luar negeri, di antaranya ada Universitas Nasional Australia (ANU), Universitas Auckland, Universitas George Washington, Universitas Manchester, hingga Universitas College Dublin. Setiap stan menawarkan informasi umum mengenai profil lembaga pendidikan hingga sovenir menarik. Di stan kampus UI, misalnya, pengunjung diberi lembaran yang berisi tentang program studi, informasi jalur masuk, kegiatan kemahasiswaan, hingga layanan dan fasilitas. Salah satu pengunjung LPDP Edufair, Amalia, mengatakan faktor utama yang mendorongnya datang ke pameran pendidikan ini adalah untuk mencari informasi studi lanjut. Amalia yang masih berstatus sebagai mahasiswa UNAIR ini bercerita, dia telah mengunjungi stan sejumlah kampus Indonesia dan Australia. “Ingin cari informasi tentang studi,” tuturnya yang ingin melanjutkan studi di dalam negeri mengenai Farmasi Industri. Acara LPDP Edufair dibuka dengan sambutan dari Direktur Utama LPDP Eko Prasetiyo dan Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, Ph.D., dr., Sp.PD., K-GH., FINASIM. Dalam sambutannya, Direktur LPDP menegaskan, tujuan pemberian beasiswa LPDP adalah demi mempersiapkan generasi Indonesia untuk menjadi pemimpin. “Indonesia saat ini kekurangan 58 juta tenaga kerja terampil. Kalau tenaga kerjanya saja kurang, apalagi pemimpinnya. Untuk menggerakkan tenaga kerja ini, maka butuh leader,” tuturnya. Acara LPDP Edufair juga diramaikan dengan penuturan cerita dari penerima beasiswa LPDP dari dalam dan luar negeri, sesi presentasi setiap eksibitor, dan penampilan musik akustik dari Ariana “Mocca”. Penulis: Defrina Sukma S.
Editor: Nuri Hermawan
Tekad Mengabdi Satria Airlangga Asal Papua UNAIR NEWS – “Kasumasa UNAIR, su mau terima anak-anak tanah. Terlalu baik. Sa bangga jadi anak UNAIR”. Itulah sepenggal kata-kata yang diucapkan oleh Stevany Rumbobiar. Berasal dari daerah Pesisir Pantai Manokwari, Papua, membuat Stevany merasa senang bisa diberi kesempatan berkuliah di tanah Jawa. Sejak tahun 2012, Stevany menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan dokter. Kini, ia juga tengah menjalani program Co-Asst. Stevany merupakan salah satu mahasiswa dari program beasiswa ADIK Papua. Program ini memang memberikan banyak kesempatan kepada putra putri daerah Papua dan 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal) yang ingin menempuh pendidikan lebih baik. Sebelum diterima di UNAIR, Stevany bercerita bahwa ia telah mendaftar dan diterima di salah satu Universitas di Papua jurusan pertambangan. Namun, ia memiliki angan besar untuk merajut cita di FK UNAIR. “Saya memang sudah punya tekad, kalau lolos pendidikan dokter, saya rela lepas kuliah di Papua waktu itu. Namun, jika tidak lolos pendidikan dokter atau saya lolos namun bukan pendidikan dokter, saya tidak akan melepas kuliah saya,” ujar gadis kelahiran 3 Mei 1994 ini. Mengenai makanan, Stevany mengaku tidak terlalu kaget dengan makanan di Surabaya. Karena sewaktu kecil hingga SD ia pernah tinggal di Jombang. Namun, terkadang ia rindu dengan
keseharian makanan di Papua yang lebih sering mengonsumsi ikan segar dan papeda. “Kalau di Papua tak ada uang, kami masih bisa makan. Tinggal ambil apa gitu di hutan atau langsung ambil ikan di pantai. Tapi kalau di Surabaya, tak ada uang kami tak bisa makan,” tambah Stevany Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran, Stevany berencana untuk mengambil magister dan mendalami ilmu kesehatan tropis. Ia bertekad untuk kembali ke tanah Papua setelah menyelesaikan studinya nanti. Ia ingin mengabdikan dirinya sebagai dosen di Papua. “Saya pengen balik ke Papua, saya ingin Mengajar. Pengen ngasih tahu ke teman-teman yang ada disana. Untuk jadi dokter itu tidak hanya butuh IPK saja, tapi karakter itu lebih penting. Jadi buat apa pinter dan lulus cepat kalau semua itu hasil nyontek,” tandasnya. (*) Penulis: Farida Hari Editor: Nuri Hermawan
Mahasiswa Asing Ini Ingin Menjadi Menteri di Madagaskar UNAIR NEWS – “Saya ingin menjadi pengusaha atau Menteri Perikanan dan kelautan di Madagaskar,” ujar Randriamamisoa Heriniaina Olivia atau yang kerap disapa Olivia, mahasisiwi asing UNAIR asal Madagaskar. Sudah tiga tahun Olivia tinggal di Indonesia. Di tahun 2013 hingga 2014, ia mengikuti program Beasiswa Darmasiswa, program
beasiswa dari Pemerintah Indonesia yang dikhususkan bagi siswa dari negara lain yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Olivia mendapatkan kesempatan belajar bahasa Indonesia di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Nampaknya, Olivia tak kesulitan belajar bahasa Indonesia. Terbukti, setelah satu tahun mengikuti program Darmasiswa, Olivia lancar berbahasa Indonesai dan nyaris tidak ada slip of the tongue ketika berkomunikasi. Setelah menyelesaikan program Dharmasiswa, Olivia tak langsung pulang ke negara asalnya. Keinginannya untuk kuliah di Indonesia ia mantapkan dengan mendaftar beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dengan mengambil program studi S-1 di Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR. Ia lolos seleksi dan resmi tercatat sebagai mahasiswa FPK UNAIR sejak September 2014. “Saya senang sekali bisa berkuliah di sini. Saya menyukai jurusan ini. Sebenarnya di Madagskar ada jurusan ini tapi jauh dari tempat tinggal saya. Kampusnya berada di kota lain,” ujar mahasiswa yang tinggal di Asrama Putri, Kampus C UNAIR ini. Ingin kembangkan potensi laut Madagaskar Mengambil kuliah di FPK UNAIR bukan tanpa alasan. Hidup di negara kepulauan yang kaya akan potensi alam, membuat Olivia ingin turut andil dalam pengembangan kekayaan di negaranya. Selain berkeinginan untuk menjadi pengusaha, Olivia mengaku ingin menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan di Madagaskar. “Ahli perikanan dan kelautan di Madagaskar masih sedikit,” ujarnya. Olivia berharap, bisa lekas menyelesaikan program sarjana dan mendapatkan pekerjan di bidang perikanan dan kelautan di Madagaskar. “Saya ingin pulang, dapat kerjaan dulu di sana. Setelah itu lanjut S2,” tambahnya.
Kepada UNAIR NEWS, Olivia banyak bercerita mengenai kekayaan laut di Madagaskar yang melimpah namun kurang begitu dimaanfaatkan. Ia nampak tak sabar untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk diterapkan di negaranya. Jika cita-citanya tercapai untuk menjadi menteri suatu saat nanti, rasanya ia ingin bekerjasama dengan Indonesia. “Saya kan bisa berbahasa Indonesia. Jadi kemampuan komunikasi dalam bahasa Indonesia saya ini bisa saya gunakan ke depannya. Termasuk bila nanti saya jadi orang sukses, saya ingin menjalin kerjasama dengan Indonesia,” terangnya. Hingga kini, setelah lebih dari dua tahun menjadi mahasiswa UNAIR, Olivia mengaku tak mendapatkan kendala yang berarti. Dengan modal bahasa Indonesia yang ia miliki, Olivia tak ragu untuk berkomunikasi dengan teman sejawatnya menggunakan bahasa Indonesia. Itu membuatnya lebih nyaman dan nyambung. “Cuma kadang saya agak bingung dengan bahasa Jawa kalau teman berbicara. Saya tidak paham,” ujar Olivia sambal meringis. Olivia mengaku, sudah paham menulis dan membaca artikel maupun buku diktat dalam bahasa Indonesia. Ia mengaku kagum dengan karakterisitik orang Indonesia yang menurutnya ramah dan suka tersenyum. Kehangatan yang ia dapatkan di lingkungan kuliah maupun asrama, membuatnya merasakan memiliki rumah kedua. Ia juga mengaku, selama berkuliah di UNAIR, ia sangat terbantu dengan rekan-rekan dan staf di International Office and Partnership (IOP). “Dosen dosen di sini baik sekali, semua teman mengerti saya. Jika saya ada yang tidak mengerti, mereka membantu saya hingga mengerti. Itu berarti sekali untuk saya,” ungkapnya. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Tim Debat FH Kembali Kantongi Juara dalam Kompetisi Debat se-Jatim UNAIR NEWS – Mengikuti kompetisi debat memang sudah menjadi ‘tradisi’ bagi mahasiswa yang tergabung dalam Badan Semi Otonom (BSO) Masyarakat Yuris Muda Airlangga (MYMA) Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Kali ini, tim debat BSO MYMA mengantongi Juara III dalam kompetisi debat se- Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum, Universitas Narotama, Surabaya. Ada lima mahasiswa delegasi BSO MYMA. Mereka adalah Safira (2016), Malikuzzahir (2016), dan Isyrofah Amaliyah (2014) pada tim debat, serta Thoriq (2016) dan Hanan (2016) pada tim riset. Kompetisi bernama Kompetisi Debat Hukum H.R Djoko Soemadijo ini berlangsung pada 25-27 Januari 2017 dan diikuti oleh 11 perguruan tinggi baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS) di Jawa Timur. Sejumlah PTN dan PTS itu adalah UNAIR, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Universitas 17 Agustus Surabaya, Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Jember, dan beberapa perguruan tinggi lain. Sebelum lomba berlangsung, berbagai persiapan telah dilakukan tim guna menunjang penampilan ketika lomba. Meski hanya berlatih kurang dari satu bulan, namun para delegasi mampu membuktikkan bahwa mereka dapat meraih juara. “Tim kami bangga atas diraihnya Juara III ini. Kami tidak menyangka dengan persiapan yang kurang dari sebulan, dan di samping itu selama dua minggu kita disibukkan dengan ujian,
tetapi alhamdulillah kami bisa mendapat juara. Karena usaha tidak akan menghianati hasil,” ungkap Isyrofah selaku ketua delegasi. Dalam melakukan berbagai persiapan untuk lomba, tim debat dibimbing oleh Ekawestri Prajwalita Widiati, S.H., dosen Departemen Hukum Tata Negara UNAIR. Sebelum menempati posisi juara III, Isyrofah dan tim berhasil mengalahkan tim dari Universitas Pelita Harapan, Surabaya, dan Universitas Katholik Darma Cendika, Surabaya. Di babak semifinal, delegasi UNAIR tidak berhasil mengalahkan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, sehingga harus debat melawan Universitas Yos Sudarso, Surabaya. Dari debat kedua tim inilah, delegasi UNAIR memperoleh juara III. Mosi yang diperdebatkan saat penyisihan adalah Penetapan tersangka sebagai obyek pra peradilan dan amandemen ke-5 UUD NRI 1945. Pada babak semifinal, mosinya adalah Perjanjian kawin setelah perkawinan. Sedangkan ketika perebutan juara III, mosi yang diperdebatkan adalah Hak politik TNI Polri. Dari mosi-mosi tersebut para delegasi UNAIR menjadi tim pro sejak babak penyisihan hingga juara III. “Selama lomba berlangsung kami tidak mendapat kendala dan dapat dibilang lancar,” imbuh Isyrofah. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
Camp Bidikmisi, Siap Mengabdi
untuk Cerdaskan Anak Negeri UNAIR NEWS – Beragam kegiatan dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga untuk mengisi libur semester gasal. Selain Kuliah Kerja Nyata (KKN), sosialisasi tentang jalur seleksi di UNAIR, ada sebagian mahasiswa yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satunya yakni mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Bidikmisi Universitas Airlangga (AUBMO, red). Sebagai bentuk pengamalan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, AUBMO melaksanakan program kerja yang bernama Camp Pengabdian Bidikmisi. Program kerja ini merupakan kegiatan mengabdi di tengah masyarakat di Dusun Gegunung, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang diketuai oleh Muhammad Nur Syamsi tersebut, dilaksanakan pada tanggal 22 hingga 28 Januari 2017. Bersama tim camp pengabdian, mahasiswa yang akrab disapa Syamsi tersebut mengambil pendidikan sebagai tema unggulan kegiatan camp tahun ini. Hal itu dipilih karena berbagai permasalahan pendidikan masih menjadi momok bagi warga setempat. “Pendidikan di Dusun Gegunung sangat miris, ditambah pengetahuan orang tua masih sangat rendah, sementara semangat belajar anak-anak sangat tinggi,” paparnya. Meski mengusung tema pendidikan, serangkaian kegiatan unggulan lainnya seperti yang menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan warga juga dilakukan di camp tahun ini. Diantara yakni sosialisasi dan cek kesehatan, mengajar, workhshop kewirausahaan, nonton bareng, dan sosialisasi pendidikan. Sosialisasi dan cek kesehatan dilakukan dengan menggandeng pihak Puskesmas Singgahan yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan saat musim hujan tiba, telebih untuk mencegah terjadinya demam berdarah. Sedangkan kegiatan mengajar, dilakukan oleh panitia dengan dibagi menjadi
kelompok kecil pada tiap kelas. Selain memberikan materi pelajaran, para pengajar juga memberikan motivasi kepada para siswa untuk berani melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian, juga diadakan sosialisasi tentang pendidikan anak dengan menggandeng salah satu dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang menjelaskan tentang pola asuh yang baik terhadap pertumbuhan anak. Antusias Warga Antusiasme warga Dusun Gegunung sangat tampak dari setiap kegiatan yang dilakukan, terutama pada kegiatan cangkruk pemuda, workshop kewirausahaan, dan nonton bareng. Mereka dengan senang hati menghadiri dan mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai. Sikap ramah tamah yang dilakukan oleh panitia juga menambah kehangatan saat bercengkrama dengan warga. Salah satu warga yang bernama Waluyo mengungkapkan, kegiatan ini mendapatkan respon positif dari warga dan warga sangat senang dengan adanya kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat ditunggu oleh warga disini dan warga merasa sangat senang,” Jelas Waluyo. Selaku ketua, Syamsi juga berharap dengan dilaksanakanya kegiatan ini, ia ingin agar mahasiswa mampu untuk terus bermanfaat bagi masyarakat dan mampu untuk memberi perubahan di masyarakat. “Fungsi camp ini sebagai kegiatan mahasiswa bidikmisi dalam belajar bermasyarakat serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan mampu menghadapi budaya di masyarakat,” pungkasnya. (*) Penulis: Rizky Yanuar Rahmadan Editor: Nuri Hermawan
Terinspirasi Oleh Ayah, Ini Cerita Revy Mengenai Karirnya Menjadi Peselam UNAIR NEWS – Ungkapan ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’, nampaknya sangat tepat ditujukan pada Grananda Revy Pratama, peselam asal Fakultas Hukum, Universitas Ailangga. Beragam prestasi dari dunia selam telah ia torehkan, salah satunya adalah meraih 4 medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (Porprov) tahun 2015. Beragam prestasi yang ia dapatkan tak lepas dari profesi sang ayah yang merupakan seorang pelatih renang. Sejak kecil, Revy terbiasa melihat sang ayah melatih atlet-atlet dan pergi ke luar kota ketika ada lomba renang. “Dulu saya sering melihat bapak dan murid-muridnya, yang kebanyakan adalah atlet, berlatih di kolam renang. Waktu kecil kalau lihat bapak sedang melatih, aku jadi ingin ikut renang,” ujar Revy, sapaan karibnya. Bermula dari hal itu, tumbuh keinginan Revy untuk ikut-ikutan berlatih renang. Ia mulai mengenal olahraga renang sejak usia empat tahun. “Saya sempat iri ketika melihat bapak dan atletnya yang mengikuti lomba renang, bisa sekalian liburan. Jadi seolah tumbuh keinginan dari dalam hati untuk menjadi atlet. Awalnya sih seperti itu,” ungkap laki-laki kelahiran 13 Oktober 1997 ini. Setelah memiliki basic, pada usia 15 tahun Revy memutuskan fokus pada olahraga selam, cabang olahraga yang tidak jauh
berbeda dengan renang. Beragam kompetisi pernah diikuti oleh Revy, seperti Kejuaraan Daerah (Kejurda) Selam Jatim sejak tahun 2011 hingga 2016, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Selam di Jakarta sejak tahun 2012 hingga 2015. Revy juga berpartisipasi pada Porprov Jatim tahun 2013 dan 2015. Dari berbagai kompetisi yang diikuti Revy itu, tak jarang ia mengatongi juara. Revy konsisten dengan karir selamnya dengan melakukan latihan rutin yang terjadwal setiap hari Jumat dan Sabtu. Sedangkan hari aktif pada Senin hingga Jumat, ia gunakan untuk berfokus kegiatan akademik di kampus. Namun beberapa waktu terakhir, jadwal latihan laki-laki yang memiliki tinggi badan 176 cm ini semakin padat. Secara rutin setiap Senin hingga Sabtu, karena bertepatan dengan libur perkuliahan, ia melakukan latihan rutin. Meski kegiatan dalam bidang non akademik cukup pendidikan tetap menjadi prioritas Revy. “Saya
padat, selalu
mengingat pesan kedua orang tua, bahwa pendidikan tetap yang utama,” ujar laki-laki yang tergabung dalam sebuah club bernama Pas Aquatic sejak tahun 2011 ini. Alhasil, karena Revy mampu membuktikan bahwa ia tidak pernah mengesampingkan pendidikan, ia selalu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
’Junior Research’ FEB UNAIR Kenalkan Penelitian Sejak Dini UNAIR
NEWS
–
Mahasiswa
sudah
tidak
asing
lagi
dengan
penelitian. Hanya saja, kebanyakan mereka melakukan penelitian secara intensif ketika menjelang melaksanakan tugas membuat skripsi. Untuk itulah “Junior Research” hadir dengan program pembuatan paper dari divisi Research yang berkualitas secara akademis. Program ini berorientasi pada publikasi jurnal internasional, sehingga mahasiswa diarahkan untuk dapat mengaktualisasikan perannya dalam penelitian. “Melalui Junior Research, khususnya divisi Research, program ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa jenjang S-1 untuk mendapatkan publish di jurnal, minimal jurnal tingkat nasional,” tutur M. Vinka Lutfian, salah satu anggota Junior Research. Dalam program tersebut, setiap anggota Junior Research yang terpilih untuk membentuk tim yang terdiri dari dua anggota. Kegiatan setiap tim adalah membuat paper. Mereka juga digembleng oleh dosen pembimbing, Rumayya Batubara, SE., M.Reg.Dev.,Ph.D pada setiap minggu. Selain itu, terdapat training mingguan untuk mengolah data, mengenal paper, dan strata dalam rangka mengasah dan menggali kemampuan menulis. Tak hanya itu, presentasi progress paper pun dilakukan setiap minggu. ”Junior Research ini cocok buat mengembangkan potensi mahasiswa, terutama di bidang research,” tambah Oktavia Dewi, anggota Divisi Research. Oktavia menambahkan bahwa keterlibatan dosen pembimbing dalam setiap tim itu akan dioptimalkan. Dengan demikian, kolaborasi mahasiswa dan dosen akan meningkatkan publikasi UNAIR.
Orientasi yang tinggi tentunya memerlukan pengorbanan yang tinggi pula. Oleh karena itu, training mingguan akan semakin digencarkan. Kedepannya, seluruh penelitian diharapkan dapat mempublikasikan diri dan berpartisipasi dalam lingkup internasional untuk membuka kesempatan mahasiswa mengenal penelitian. Dengan begitu, akan semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk bergabung. (*) Penulis : Siti Nur Umami Editor: Bambang Bes
Ikuti Puluhan Kompetisi, Mahasiswa Ini Terus Berprestasi Tanpa Henti UNAIR NEWS – Mahasiswa S-1 program studi Ekonomi Pembangunan Zeqi Mohammad Yasin ini telah menorehkan berbagai prestasi melalui banyak sekali kompetisi. Kompetisi yang sering digeluti ialah kategori akademis seperti lomba karya tulis ilmiah dan debat. Bagi mahasiswa yang akrab disapa Zeqi, keikutsertaannya di berbagai kompetisi memiliki banyak manfaat. Manfaatnya, bisa menjadi bekal kehidupan setelah lulus kuliah, pengalaman berharga, dan menjalin relasi baru. Zeqi menganggap lomba merupakan mood booster bagi pribadinya. Dalam mengikuti lomba, Zeqi tak pernah menargetkan diri untuk menjadi juara. Ia berusaha untuk bersikap realistis dan tidak banyak berharap. Yang penting, adalah memaksimalkan kemampuan
diri dengan berusaha yang terbaik. Namun, ia secara rutin melakukan evaluasi diri usai mengikuti kompetisi. “Setiap lomba tidak ada rasa optimis, justru ada ketakutan ketika terlalu optimis. Jatuhnya nanti kecewa. Intinya, terus berusaha mempersiapkan kekalahan terlebih dahulu,” tutur Zeqi yang juga Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 2015. Dari sekitar 56 kompetisi yang telah diikuti, lebih dari separuhnya berbuah kemenangan. Pencapaian terbarunya adalah Best Presenter di International Conference Islamic and Financial Inclusion 2017, juara I National Paper Iqtishoduna 2016, dan juara III International Development Student Conference. Lantas, siapa yang menjadi motivasi bagi dirinya dalam mengikuti puluhan kompetisi itu? Zeqi menjawab, rekan-rekan seorganisasinya di Association of Sharia Economic Studies (AcSES) FEB UNAIR dan ibu adalah sosok yang berarti di balik pencapaiannya. Di sela-sela waktu senggang, pria kelahiran 29 September 1995 ini gemar menonton drama Korea. Mulai dari Goblin hingga Descendant of The Sun. Selain itu, Zeqi juga suka bermain badminton. “Niatkan saja semua untuk belajar. Dunia kampus itu gila, pascacampus lebih gila. Meskipun teman-teman sudah sidang, bahkan menikah saya masih menikmati kompetisi. Semua untuk persiapan setelah lulus nanti,” jelas Zeqi yang saat ini sibuk menyelesaikan skripsi.
Penulis : Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S