Daftar Isi Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga Building Economic Independence Family — 201 Ali Romdhoni
Pendidikan bagi Calon Pengantin Education for Prospective Bride — 223 Sururin & Moh. Muslim
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islām The Role of Islamic Extension in Carrying Wasathiyyah Al-Islām — 247 Lalu Fahmi Husain
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid Mosque and Social-Religion Function; An Efforts to Actualize the Role of The Youth of Mosque Organization — 275 Ikhwanul Mu’minin & Ahmad Syamsuddin
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT (Sebuah Upaya Pemberdayaan MT di Kec. Mustikajaya Kota Bekasi) Majlis Taklim’s Jamboree is an Empowerment Media Actualization of MT Worshipers (An Empowerment MT in Mustikajaya Bekasi City) — 305 Erti Herlina
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup Islamic Concept About Environemantal Conservation — 337 Saefudin Djazuli
Jurnal Bimas Islam Vol.7 No.II 2014
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan Halal Food in the Perspective of al-Quran, Science and Health — 369 Maftuhah
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _201
Building Economic Independence Family
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga
Ali Romdhoni Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah, Pati, Jawa Tengah email:
[email protected]
Abstract: Sovereign nation will only be born by building strong families. Strong family educate and pay for education to educate sons and daughters. Families are able to meet the costs of everyday life. The family that have orientation to birth good generation, to inherit and carry forward the ideals of the nation. In a short word, building a nation begins with a good quality in building families in the country. One of the most important aspects of family development (as a foot step in developing the nation) is to establish economic independence. Build economic independence of the nation must begin by giving birth families with strong economy and using healthy ways in producing their personal assets. This writing discusses about the importance of building economic independence within the family, and confirm that the strong and healthy economy of family will be birth a healthy and strong seeds of the nation’s economic resilience. One of solution offered here is to move the public awareness (families in Indonesia) to entrepreneurship-be entrepreneur.
Abstraksi: Bangsa yang berdaulat hanya akan lahir dari bangunan keluarga-keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat mendidik dan membiayai pendidikan putera dan puterinya. Keluarga yang mampu memenuhi biaya kehidupan sehari-hari. Keluarga yang memiliki orientasi melahirkan generasi hebat untuk mewarisi dan menerus-
202_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 kan cita-cita bangsanya. Pendek kata, membangun satu bangsa sangat baik dimulai dengan membangun kualitas keluarga-keluarga di negara itu. Salah satu aspek terpenting dalam pembangunan keluarga (untuk melangkah pada pembangunan bangsa) adalah membangun kemandirian ekonominya. Membangun kemandirian ekonomi bangsa harus dimulai dengan melahirkan keluarga-keluarga yang kuat ekonominya dan menggunakan cara-cara yang sehat dalam memproduksi asset pribadinya. Tulisan ini membahas pentingnya membangun kemandirian ekonomi dalam keluarga, serta menegaskan bahwa dari dalam keluarga yang ekonominya sehat dan kuat akan lahir benih-benih ketangguhan ekonomi satu bangsa. Salah satu solusi yang ditawarkan di sini adalah menggerakan kesadaran masyarakat (keluarga-keluarga di Indonesia) untuk berwirausaha—menjadi intrepreneur. Keywords : Islam, family, education, economy
A. Pendahuluan Mencermati kondisi keseharian orang-orang di sekitar, kita segera menangkap kesan sesungguhnya masyarakat sedang dilanda rasa gelisah yang serius. Di sana-sini orang mengeluhkan tingginya kebutuhan hidup. Di sisi lain, peluang untuk mencari penghidupan (pendapatan keluarga) semakin sulit. Ketersediaan lapangan pekerjaan semakin sempit, sementara angka jumlah manusia penduduk Indonesia terus naik. Berdasarkan berita resmi yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun. TPT Februari 2014 sebesar 5,70 persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen, dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9,10 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Pertama sebesar 7,44 persen. Sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,69 persen. Jika dibandingkan
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _203
keadaan Februari 2013, TPT pada semua tingkat pendidikan mengalami penurunan kecuali pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan Diploma.1 Kebutuhan untuk putera-puteri kita juga semakin bertambah, seperti biaya sekolah, perawatan kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang. Di luar kebutuhan pokok itu, anak-anak jaman sekarang umumnya terbiasa dengan pemandangan budaya hidup yang tidak hemat. Dari media cetak atau elektronik, masyarakat kita terutama anak-anak dan remaja bisa menyaksikan gaya hidup yang terkesan mewah dengan kekayaan melimpah.2 Pelan-pelan masyarakat kita menjadi ingin meniru gaya hidup yang menghamburkan uang itu. Terkadang anak-anak kita melakukan sesuatu dengan tujuan yang tidak jelas. Kepemilikan kendaraan dan alat komunikasi pribadi yang mahal, saat ini sudah menjadi hal biasa di tengah budaya anak-anak kita. Padahal semua itu juga membutuhkan biaya perawatan. Memang, naluri hidup manusia yang paling utama adalah mempertahankan hidup. Untuk bisa bertahan dan layak dalam kehidupannya, manusia membutuhkan makan, pakaian dan tempat tinggal. Di samping itu juga memerlukan pemeliharaan dan pengembangan jiwa serta pikiran, seperti hiburan, pengetahuan dan lain sebagainya. Makan, pakaian dan tempat tinggal disebut sebagai kebutuhan primer bagi hidup manusia. Sedangkan pemeliharaan dan pengembangan jiwa serta pikiran disebut kebutuhan spiritual, dan merupakan kebutuhan sekunder bagi kehidupan.3 Dalam kondisi yang demikian, setiap keluarga dituntut untuk memiliki strategi super ketat dalam menyiasati tingginya kebutuhan hidup, agar bisa survive dan sukses mengantarkan putera-puteri kita menjadi manusia yang bermartabat dan berguna di masa yang akan datang. Tanpa antisipasi yang seperti ini, keluarga-keluarga di masyarakat kita akan menjadi kumpulan orang yang ‘kalah’ dalam menghadapi hidup. Akibatnya, mereka akan melakukan cara-cara yang tidak benar dalam mempertahankan kehidupan.
204_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Ada dua kemungkinan yang akan dialami orang yang kalah dalam persaingan hidup. Pertama, mereka akan merasa terasing dari lingkungannya. Gejalanya, mereka merasa menjadi orang lain, tidak nyaman, dan mencaci orang-orang di sekelilingnya. Kedua, orang yang kalah dalam persaingan social hampir bisa dipastikan akan melakukan usaha apa saja—termasuk dengan cara-cara yang ‘tidak dibolehkan’— demi bisa memenuhi kebutuhannya dan mengimbangi gaya hidup di lingkungannya. Apa bila sudah demikian maka kecurangan akan menjadi hal yang biasa di tengah masyarakat. Apa jadinya kalau mayoritas keluarga di Indonesia terbiasa berbuat curang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya? Yang terjadi tentu saja seperti sekarang ini. Berita di media massa, termasuk di televisi, dipenuhi dengan berita korupsi, penjambretan, dan segudang penyelewengan asset negara. Menggunakan yang bukan haknya, mengambil hasil karya orang lain, dan mengorbankan saudaranya demi keuntungan pribadi menjadi perilaku sehari-hari. Kita tentu pernah mendengar berita tentang orang-orang berparas menawan (cantik dan/atau ganteng dan gagah) yang diringkus pihak keamanan, beberapa waktu yang lalu, karena terbukti melakukan penipuan uang senilai belasan miliar rupiah. Perilaku hidup mewah dan bersenang-senang telah menyebabkan para penipu ini melakukan apapun—termasuk bekerja tidak baik—untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.4 Kejadian di atas merupakan akibat dari pemahaman yang ‘keliru’ terhadap hakekat kehidupan. Memilih gaya hidup yang wah, serba enak dan nyaman, namun tidak menyadari bahwa gaya hidup yang demikian akan membawa dampak bagi mahalnya biaya yang dibutuhkan. Bila hal ini disadari sejak awal, tentu seorang akan berfikir dua kali. Tetapi kenyataannya memang tidak demikian. Di antara kita sering berfikir instan. Melihat hanya dari sisi enaknya, tetapi tidak mau tahu proses untuk mendapatkan kenyamanan itu.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _205
Di sinilah letak pentingnya tugas dunia pendidikan di Negara Indonesia. Melalui lembaga pendidikan baik di sekolah, perguruan tinggi, lingkungan-masyarakat hingga keluarga pengetahuan disemai dan disebarkan kepada segenap elemen bangsa. Wawasan dan pengetahuan diharapkan akan menerangi perjalanan generasi manusia, memberi gambaran dari pola dan perilaku manusia dan akibat yang bakal muncul. Berawal dari proses ini kelak akan lahir bangsa yang berwawasan, cerdas, mandiri dan berdaulat. Mengabaikan wilayah pendidikan di hari ini, berarti menutup jalan terang bagi masa yang akan datang. Ilmu dan pengetahuan menasehatkan kepada kita, untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia harus selalu berusaha. Hal ini karena jumlah barang dan jasa yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan manusia.5 Maka lahirlah teori tentang kegiatan ekonomi, yaitu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mempertahankan hidup. Misalnya, kebutuhan pangan sandang dan papan (kebutuhan material), yang merupakan kebutuhan primer dan bersifat mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan material bisa terpenuhi apabila manusia melakukan kerja produksi—mengubah suatu objek, alam atau sosial menjadi yang lain dan berguna bagi kehidupan.6 Menyadari hal-hal di atas, setiap dari kita (keluarga-keluarga di Indonesia) harus berusaha untuk memenuhi (mempersiapkan; mengantisipasi) kebutuhan hidup. Setiap keluarga harus memiliki rencana dan strategi untuk membangun serta meraih masa depan yang ‘ideal’. Program ini akan sangat membantu dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang tangguh, memiliki tanggung jawab serta siap meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. Ada empat langkah untuk bisa mencapai cita-cita di atas. Pertama, membekali diri dan keluarga kita dengan ilmu-pengetahuan (pendidikan) yang cukup. Proses ini juga bisa dimaknai sebagai penanaman pengetahuan dan cara pandang (paradigma) terhadap realitas dunia.
206_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Kedua, menumbuhkan budaya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sembari menumpuk deposito untuk mengantisipasi kebutuhan yang akan datang. Ini harus kita lakukan, selagi kita dalam posisi aman. Apalagi ketika kondisi telah mendesak, upaya kita harus lebih keras lagi. Ketiga, menumbuhkan mental pekerja keras dan keinginan untuk menjadi manusia sukses kepada generasi muda.7 Sejak dini hal ini harus dilakukan kepada generasi muda, supaya mereka tumbuh dalam harapan dan impian. Tanpa cita-cita, seorang anak muda hanya akan hura-hura dan menjadi pemalas. Keempat, butuh peran pemerintah untuk mendukung dedikasi masyarakat dengan mengintegrasikan program-program yang saling membantu dalam mewujudkan impian keluarga di Indonesia. Misalnya disain kurikulum pendidikan, dan lain sebagainya. Keempat langkah di atas perlu dimiliki dan dilakukan mayoritas bangsa Indonesia. Khusus bagi generasi muda, dalam benak dan sanubari mereka harus tertanam bahwa untuk memiliki hari depan yang lebih baik tidak ada jalan lain kecuali dengan belajar dan bekerja keras. Tidak ada kesuksesan yang diperoleh dalam proses instant. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, keluarga-keluarga di Indonesia.
B. Peran Sosial Keluarga “A happy family is but an earlier heaven (artinya, keluarga bahagian adalah surge yang diberikan lebih awal)”. Demikian kata filsuf bijak ketika mengingatkan pentingnya merawat dan menyukuri karunia Tuhan berupa keluarga.8 Ungkapan ini mengandung pesan, keluarga sejatinya pertahanan paling inti dalam kehidupan seseorang di dunia ini. Keluarga adalah ruang terdalam yang menjanjikan kedamaian dan keamanan bagi kita umat manusia. Bila demikian, keluarga adalah awal dari adanya kehidupan. Ia adalah lembaga paling kecil yang menyediakan kasih sayang, perhatian,
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _207
perlindungan, pendidikan dan lebih banyak lagi dari keutuhan manusia. Di sini menjadi penting untuk disadari, keluarga harus difungsikan sebagai pangkal dan fondasi bagi penyiapan kelahiran generasi bangsa yang hebat. Penulis ingin mengatakan di sini, keluarga adalah pilar kedaulatan bangsa. Pemerintah bangsa Indonesia harus memikirkan keberlanjutan kepengurusan negeri ini, diantaranya dengan membangun kualitas SDM. Program pembangunan manusia yang dilancarkan pemerintah haruslah menyentuh ribuan bahkan jutaan keluarga di negeri besar ini. Dan ke depan, masyarakat kita harus terus diajak dan diingatkan untuk menyiapkan keluarga masing-masing, sehingga beban pemerintah tidak semakin berat dan akhirnya semakin keteteran. Mencermati kondisi di lapangan: banyaknya anak nakal di jalanan, anak-anak pengguna narkoba, geng motor, tawuran dan lain sebagainya sebenarnya bersumber dari tidak berfungsingan institusi keluarga sebagai penjaga, pendidik dan pengontrol anak-anak mereka. Kondisi ini membuat asset paling berharga yang dimiliki negeri ini (anak; generasi muda) turun ke jalan, liar dan menjadi bagian dari ‘sampah’ masyarakat. Tidak harus menganggarkan biaya besar untuk menyekolahkan putera-puteri kita, tetapi mulailah dengan mengetahui bahwa kita adalah yang paling awal dan bertanggungjawab atas keberlangsungan dan kehidupan anak-anak kita. Bahkan, kalaupun kita sudah menyekolahkan anak-anak kita di lembaga yang professional dan mahal, peran kita sebagai orang tua tetap harus ada, yaitu bersama-sama dengan guru mengikuti perkembangan anak.9 Jadi, mengarahkan dan membekali putera-puteri kita dengan pengetahuan adalah hal yang tidak boleh ditawar-tawar. Karena itu, jadikan keluarga sebagai titik tolak dalam merancang masa depan dan segala mimpi besar dalah kehidupan kita.
208_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
1. Mendidik Anak: Investasi Keluarga Tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi seseorang memiliki korelasi yang dekat. Karena itu ada teori yang menjelaskan, untuk meningkatkan taraf hidup dalam bidang ekonomi adalah dengan meningkatkan pendidikan.10 Kualitas pribadi yang dimiliki seseorang akan melakat sepanjang masa dan menempatkan di posisi yang berkelas. Pendek kata, pengetahuan adalah sejata paling ampuh dan paling gampang didapatkan bagi mereka yang ngin tampil sebagai pribadi unggul. Bagaimana satu keluarga menyikapi kondisi ini. Anggota keluarga harus memiliki kesepahaman, bahwa menyiapkan pendidikan untuk anak-anak kita sejatinya sedang membangun sistem pertahanan bagi kelangsungan hidup generasi kita di masa yang akan datang. Ceritanya begini: pola pikir dan mental kita saat ini ada pengaruh kuat dari proses pendidikan yang diberikan oleh orang tua kita. Dari kondisi itu, kita kemudian menggunakannya untuk merawat dan mendidik anak-anak kita. Demikian seterusnya. Bila seperti itu yang terjadi, maka sejatinya apa pun yang telah kita berikan kepada anak-anak kita, termasuk pendidikan, adalah investasi dan tabungan kita untuk masa-masa mendatang yang tidak terukur durasinya. Menyadari hal ini, menganggarkan waktu, tenaga, fikiran dan materi untuk mendidik diri dan anak-anak kita tidak boleh ditunda, apa lagi sampai diabaikan. Itu semua adalah proses menyiapkan tempat untuk diri diri kita di masa yang akan datang. Selain itu, anak merupakan amanat yang diserahkan kepada para orang tua. Anak itu diserahkan ketika dalam kondisi bersih lahir dan batin. Bila kepada dia diajarkan kebaikan, niscaya akan menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya, bila ia diajakrkan perilaku yang tidak baik, maka pelan-pelan ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bringas. Karena hal ini, kita sebagai orangtua terpanggil untuk mendidik anak-anak kita.11 Dalam ajaran Islam, ada tiga prestasi (amal baik) yang tidak akan lekang oleh zaman. Salah satunya adalah putera-puteri yang unggul (saleh).
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _209
Mereka adalah anak yang akan menjaga nama baik kita, mengharumkan nama kita, mengenang kasih sayang kita, dan terus mendoakan kebaikan kita. Dari mana anak-anak dengan kualitas yang demikian lahir. Tentu setelah kita membekali dengan pengetahuan dan wawasan yang cukup. Inilah yang dimaksud perbedaan manusia dengan makhluk lainnya, yang ditandai dengan kemampuan ilmiahnya.12 Manusia oleh Allah s.w.t. dianugerahi kemampuan mengidentifikasi segala macam fenomena dan benda yang berada di sekitar (Qs. Al-Baqarah/2: 31). Untuk selanjutnya, manusia membuat simpulan dan temuan sebagai pelajaran dan antisipasi untuk masa-masa yang akan datang. Di alam modern seperti sekarang, proses ini berlangsung dalam suasana pembelajarang di bangku sekolah. Dalam disiplin antropologi, ‘pengetahuan’ dimaknai sebagai kajian terhadap kebudayaan orang-orang pada masa lampau. Artinya, pengetahuan sejatinya lahir dari proses penandaan, penyimpulan, pengidentifikasian dan belajar dari kejadian demi kejadian. Dalam pengetahuan bangsa Indonesia, konteks ini dinamai dengan bahasa ‘sejarah’. Lupa sejarah berarti berpotensi mengulangi kesalahan untuk kesekian kalinya. Yang demikian itu tidak lain adalah ‘pengetahuan’ itu sendiri.13 Dengan berbekal wawasan dan pendidikan yang telah diberikan keluarga, diharapkan seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Fondasi pengetahuan yang sudah dibangun di keluarga, seyogyanya akan mampu menahan beban pengetahuan lainnya yang akan terus dating dan diterima seseorang, seiring dengan perjalanan sang anak dalam mengarungi kehidupan. Seorang anak yang tidak memiliki bekal pengetahuan yang dia peroleh dari keluarga akan rentan kaget (bergejolak) ketika menghadapi hal-hal baru di luar rumah. Contohnya, seorang anak tiba-tiba meninggalkan kebiasaan keluarganya dan lebih mendengarkan nasehat orang lain ketimbang menuruti nasehat sang ibunya. Dengan bekal pengetahuan dari keluarga, diharapkan hal itu tida terjadi.
210_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
2. Mengembangkan Entrepreneurship dalam Keluarga Masyarakat tuna kerja (pengangguran) bisa diduga sebagai pemicu banyaknya tindak kejahatan, seperti penipuan, pencurian perampokan dan bahkan penyalahgunaan harta-benda yang bukan hak milik kita. Ini masalah serius. Dampak dari pengangguran, seseorang tidak memiliki daya beli, sehingga bisa memunculkan masalah social: maraknya kekerasan dan kejahatan. Di sisi lain, banyaknya pengangguran menunjukkan tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di negeri kita. Konon, masalah ini dialami setiap negara di dunia. Menghilangkan para pencari kerja yang tidak terserap ini adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Di sini, yang bisa dilakukan adalah merubah mindset para pencari pekerjaan menjadi para penyedia lapangan pekerjaan. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara membina masyarakat menjadi para wirausahawan atau seorang entrepreneur baru. Catatan sejarah menginformasikan, wirausaha (entrepreneurship) sudah dikenal sejak tahun 1755, diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Irlandia yang berdiam di Perancis pada abad ke-18. Di Indonesia, wirausaha mulai popular pada akhir abad ke-20. Ada beberapa istilah wirausaha: di Belanda dikenal dengan ondernemer; di Jerman dikenal dengan unternehmer. Di Negara-negara di Eropa dan Amerikan, pendidikan kewirausahaan juga diajarkan di universitas. Begitu juga di Indonesia, kewirausahaan dipelajari di kampus. Secara etimologi, kewirausahaan berasal dari kata “wira” dan “usaha”. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Sedangkan istilah “entrepreneur” berasal dari perkataan bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti “perantara” (Bahasa Inggris: Between-taker atau go-Between).
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _211
Richard Cantillon (1775) mendefinisikan entrepreneurship sebagai, “The agent who buys means of production at cerium prices in order to combine them into a new product”. Menurut Cantillon, entrepreneur adalah seorang pengambil resiko. Ada keterangan juga, tokoh ini memaknai kewirausahaan sebagai seorang yang bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang pada saat ini dengan harga tertentu, dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga yang lain (lebih tinggi, misalnya). Sementara menurut Penrose (1963), kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang- peluang di dalam sistem ekonomi. Menurut Robert Hisrich, entrepreneur adalah proses penciptaan satu produk yang khas, yang bernilai, melalui pengorbanan waktu, dan upaya, yang dengan ini orang yang bersangkutan menerima resiko finansial, psykologi, dan social. Orang ini akan menerima imbalan secara mandiri (pribadi). Wacana mengenai wirausaha semakin gencar disosialisasikan sejak Indonesia dilanda krisis moneter pada 1980-an, beberapa tahun yang lalu. Kala itu, banyak karyawan yang dikeluarkan dari tempat kerjanya. Akibatnya, pengangguran membeludak, muncul di mana-mana. Sejak saat itu, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan disampaikan secara terus-menerus. Pada tahun 1776, Adam Smith, bapak ilmu ekonomi, dalam karyanya, An Inquiry into The Nature and The Wealth of Nations, menggambarkan seorang entrepreneur sebagai seorang individu yang menciptakan satu organisasi untuk tujuan-tujuan komersil. Tetapi, ia juga memandang seorang entrepreneur sebagai seorang yang memiliki pandangan ke depan, hingga ia berkemampuan untuk mendeteksi peta potensi permintaan pasar terhadap barang dan jasa tertentu.14 Dari paragraph-paragraf di atas bisa dipahami, entrepreneurship adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu (knowledge) dengan kemampuan (keinginan/tuntutan) pasar.
212_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas serta kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.15 Dalam pemahaman penulis, entrepreneur adalah orang yang memiliki keyakinan bahwa tanpa bergantung kepada siapa pun (seorang atasan), kita sejatinya bisa menghasilkan barang dan kebutuhan untuk hidup. Setelah yakin dengan hal ini, seorang entrepreneur mampu memeras dan meracik pengetahuannya (knowledge) menjadi skill (semacam keterampilan) yang bisa ditawarkan kepada orang lain. Di sini, kuncinya adalah pemahaman bahwa kita bisa memproduksi barang atau jasa (apa pun bentuknya) dan layak dipasarkan. Untuk mencapai hal ini, seseorang perlu menemukan kemampuan paling unik dalam dirinya. Seseorang juga harus mempersiapkan segala keraguan yang bisa menggangu kemantapan hati dan fikiran, termasuk rasa aman bergantung kepada orang lain. Penulis ingin menunjukkan contoh kumpulan orang yang sudah mempraktikkan prinsi-prinsip dalam entrepreneurship. Penulis memperoleh informasi ini dari penuturan seorang kolega, salah satu tenaga pengajar di Madrasah Mathali’ul Falah di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Madrasah ini memiliki tenaga pendidik (guru) dan kependidikan (pegawai) total sebanyak kurang lebih 120 orang. Bila melihat sekilas jumlah honor yang didapatkan pada setiap bulannya, maka para guru dan karyawan ini pasti hidup jauh dari layak.16 Namun tidak begitu yang terjadi. Menurut penelusuran penulis, sejak awal para calon guru di sekolah ini diberi pengertian untuk tidak hanya menggantungkan pendapatan dari hasil mengajar. Mereka diarahkan untuk berkreasi di luar jam mengajar. Hasilnya sungguh mengagetkan, karena hamper semua guru hidup dengan layak, bahkan di atas rata-rata ekonomi masyarakat setempat. Indikatornya, Sembilan puluh persen dari mereka bisa menunaikan ibadah haji dengan biaya sendiri. Saat ini, tinggal sekitar lima hingga tujuh guru yang bersiap menunaikan ibadah ke tanah suci Mekah itu.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _213
Di sini, ada dua hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Pertama, para guru di Madrasah Mathali’ul Falah memiliki dedikasi untuk mengajar di lembaga tempat mereka bernaung. Namun mereka dari awal siap untuk tidak bergantung kepada siapa pun, termasuk terhadap pendapatan dari proses mengajar (menjadi guru). Kedua, mereka terus mencari terobosan (berkreasi) dalam menutupi kebutuhan hidup. Mereka membuka lapangan kerja, tanpa harus mengganggu aktifitas mengajar mereka. Kelompok orang-orang seperti ini, dalam pemahaman penulis, adalah seorang entrepreneurs. Mereka adalah seorang yang bekerja sendiri (self-employment), untuk dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa memerintah dan mendikte mereka—apa lagi memperbudak mereka. Mereka, para guru ini berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Mereka berhasil memisahkan antara menjadi seorang guru dengan profesi sebagai wira-usahawan. Para guru ini tampil sebagai seorang pengajar yang elegan, yang mandiri, bahkan lebih dari itu mereka adalah manusia tangguh dan karena itu mereka mampu mendarmabaktikan sebagian waktunya untuk mencerdaskan anak bangsa.
C. Peran Pemerintah Dalam Melahirkan Keluarga Mandiri Krisis multi-dimenasi yang terjadi pada tahun 1990-an merupakan dampak dari kegagalan bangsa Indonesia dalam melahirkan masyarakat yang mandiri, yang mampu menanggung beban keluarga masingmasing. Kebangkrutan negara secara mendadak berimbas kepada kemiskinan rakyat yang juga secara tiba-tiba. Di sini, pemerintah harus segera memutus mata rantai untuk segera mendisain program bagi kelahiran keluarga yang bermartabat dengan pendidikan dan kuat dalam kemandirian ekonomi.17 Pemerintah perlu meluncurkan program-program pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill) setiap perwakilan anggota keluarga. Ibu-ibu rumah tangga, terutama
214_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
yang masih berusia muda perlu mendapatkan kesempatan mengikuti semacam short course dalam hal cara mendidik anak dan menyiapan masa depan putera-puterinya. Penting juga disampaikan di program tersebut, sistem ketahanan ekonomi dalam keluarga. Dalam penelusuran penulis di desa-desa di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, Jawa Tengah, di sana ada semacam perkumpulan pemuda perantau yang jika mereka merasa memiliki dana berlebih kemudian digunakan untuk kegiatan yang jauh dari pengembangan ekonomi menuju kemandirian keluarga. Mereka setahun sekali membayar iuran dan terkumpul angka mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Namun dana sebanyak itu kemudian digunakan untuk mendatangkan kelompok music dan hanya bisa dinikmati dalam hitungan menit dan detik. Di sisi lain, kondisi keluarga mereka masih jauh dari mandiri, apa lagi kaya. Menurut hemat penulis, kondisi yang demikian karena pada diri mereka tidak memiliki wawasan atau pengetahuan tentang perlunya manajemen keuangan keluarga dan pentingnya menyiapakn hari depan, termasuk masa depan anak-anaknya. Keberadaan materi tanpa diimbangi dengan kehadiran pengetahuan akan rawan menjadi petaka, penyalahgunaan harta-benda seperti bermain judi, dan lain sebagainya. Selain pendidikan yang ditujukan kepada keluarga, perlu juga mendisain kurikulum yang mampu melahirkan out-put generasi muda yang berwawasan (smart), mau dan bersedia bekerja, serta menghargai kejujuran. Menurut analisis, seseorang melakukan tindakan korup karena tidak memiliki ketiga hal ini: wawasan rendah, malas, dan tidak menghargai arti kejujuran. Kalau tidak kepada lembaga pendidikan, kepada siapa tugas ini dibebankan.
D. Belajar dari Kisah Nabi Yusuf Al-Qur’an memberi pelajaran pentingnya strategi untuk menciptakan kemandirian ekonomi dalam keluarga, yang tujuan akhirnya agar
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _215
memperoleh kehidupan yang damai di muka bumi. Untuk selanjutnya melahirkan tatanan satu negara yang berjaya, adil dan mandiri. Islam juga mengajak manusia untuk maju, berprestasi, kompetitif dan mampu memberi rahmat (kontributif) untuk makhluk hidup di alam raya ini (QS. Al-Anbiya’[21]: 107). Di antaranya, kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah Nabi Yusuf a.s. dalam al-Qur’an surah Yusuf [12]:43. Diceritakan, suatu malam, Al-Aziz, Raja Mesir, bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Raja juga bermimpi melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum lainnya kering. Raja gelisah memikirkan apa sebenarnya pesan (ta’bir) yang terkandung dalam mimpinya. Dia bertanya kepada orang-orang terkemuka (al-Mala’) di istananya. Namun tidak satu pun di antara mereka bisa mengartikan mimpi raja. Kemudian salah satu pelayan istana teringat Nabi Yusuf a.s. (di dalam penjara) yang bisa memaknai mimpi seorang pegawai istana dengan tepat. Akhirnya Nabi Yusuf dibawa menghadap raja. Kepada raja Yusuf menasehatkan, bahwa hendaknya negara bersiap-siap menghadapi paceklik (musim sulit pangan) yang akan melanda negara Mesir kala itu. Karena itu, negara dan rakyat harus bersama-sama menyiapkan bahan makanan pokok dan membudayakan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan. Gerakan mengantisipasi larang pangan dimulai dengan menanam apa saja yang bisa dijadikan bahan makanan pokok rakyat. Selanjutnya hasil panen hendaknya tidak dihabiskan seketika, tetapi hanya digunakan sesuai dengan kebutuhan dan itu pun tidak boleh berlebihan. Raja bersedia mengikuti nasihat Yusuf. Bahkan oleh sang Raja, Yusuf akhirnya diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Keuangan dan penanggungjawab program penyediaan pangan nasional. Di bawah manajemen Yusuf, negara kemudian menyiapkan persediaan bahan
216_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
makanan pokok dalam jumlah besar, sebagai antisipasi menutupi kebutuhan warga selama paceklik. Keputusan Raja sungguh tepat. Karena tujuh tahun kemudian, Mesir dilanda paceklik selama tujuh tahun. Tetapi rakyat dapat terhindar dari busung dan lapar. Itu semua berkat mereka memiliki persediaan bahan makanan pokok yang cukup, dan mau membiasakan hidup hemat. Mereka juga terbiasa dengan bekerja keras, dan tidak mengandalkan satu sama lain. Mereka mampu bertahan hidup di atas kerja kerasnya sendiri. Ulasan cerita di atas mengingatkan penulis kepada teori politik pangan. Di sana dijelaskan, salah satu rekayasa negara rakus adalah membeli produk bahan mentah dari negara berkembang (miskin) dengan harga murah, sambil memaksa negara miskin itu membeli produk mereka yang terkadang diolah dari bahan yang diambil dari kekayaan negeri miskin itu dengan harga tinggi. Strategi yang dipakai adalah dengan memoles merek tertentu dan di sana ditulis ‘sebagai penambah gisi’.18 Dalam konteks ini setidaknya ada dua kejahatan yang telah dilakukan negara rakus tadi. Pertama, membeli produk (bahan mentah) dengan harga murah dan menolak bekerjasama. Kedua, menyebarkan kabar bahwa produk alam yang dimiliki negeri setempat kurang gizi dank arena itu harus memberi barang olahan mereka (negeri rakus). Padahal, bahan yang mereka olah berasal dari negeri miskin tadi. Belajar dari kisah di atas, bangsa yang ingin maju harus terus berupaya memutus tali ketergantungan kepada negara lain. Belajar dalam mengolah kekayaan alam sendiri harus dilakukan, demi mendapatkan produk unggulan yang ke depan bisa menarik mata dunia untuk menatap kita. Hentikan kebiasaan lebih mempercayai iklan negara tetangga, dan biasakanlah mengolah hasil alam sendiri.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _217
E. Ekonomi Keluarga: Kunci Ketangguhan Ekonomi Negara Kisah perjalanan Nabi Yusuf ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menciptakan kemandirian dalam membangun perekonomian keluarga. Karena dari keluarga inilah akan lahir manusia-manusia yang bermartabat, yang selanjutnya akan mewarisi tongkat estafet kepengurusan negeri. Membangun bangsa sudah seharusnya dimulai dengan membangun keluarga-keluarga yang ada di dalamnya. Pertama, meningkatkan (intensifikasi) produktifitas pendapatan dalam keluarga. Ini harus dilakukan, karena perkembangan gaya hidup masyarakat membuat jenis kebutuhan dan biaya hidup juga naik. Sekarang ini untuk mendapatkan kenyamanan dalam bekerja, kesehatan, kecukupan gizi, dan pendidikan yang berkualitas untuk putera-putri kita membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apabila kita ingin terus bertahan dalam kondisi yang demikian, mau atau tidak harus bisa menjawab semua kebutuhan itu. Kedua, perlunya kesadaran untuk mengantisipasi kebutuhan tidak terduga di masa yang akan datang dengan menabung. Dalam persaingan hidup yang super ketat seperti sekarang ini, setiap keluarga harus memiliki biaya cadangan untuk menjawab kebutuhan yang tidak terduga. Keluarga yang sehat tentu akan menyisihkan hasil pendapatannya sebagai jaminan hidup di masa depan. Ketiga, perlunya skala prioritas dalam menentukan kebutuhan. Banyak orang yang gagal, karena tidak berhasil memilih mana yang terpenting dan harus lebih dahulu diselesaikan. Kalau kita gagal menentukan kebutuhan yang paling urgen agar diatasi lebih dulu, maka hal-hal yang tidak terlalu pengtinglah yang akan kita penuhi. Akibatnya, kita akan kerepotan dibuatnya. Keempat, tetap berprasangka baik dan yakin bahwa masa-masa sukses akan menghampiri kita. Dalam kondisi sulit kita tidak boleh menyerah. Justru kita harus memanfaatkan kondisi sulit untuk menyuport semangat kita agar mau keluar dari kondisi sulit. Kita juga harus tenang dan yakin
218_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
bahwa usaha kita akan berbuah manis. Dengan sikap itu langkah kita akan tetap tenang, dan dalam kondisi tenang maka perhitungan kita akan tetap akurat. Dengan ini pula, kesuksesan akan semakin dekat menghampiri kita. Apabila empat langkah di atas menjadi prinsip kita dalam membangun kemandirian ekonomi keluarga, berarti satu keluarga di negara Indonesia telah hidup dengan sehat dan berdiri di atas sokongan ekonominya sendiri. Dia tidak menjadi beban orang lain. Bayangkan kalau mayoritas keluarga di Indonesia mampu menanggung biaya kebutuhan keluarga sehari-hari, tanpa melahirkan kecurangan dalam menjalani hidup di masyarakat. Tentu ketimpangan-ketimpangan yang kita saksikan di sekitar kita akan segera hilang. Gagasan dan pemikiran sebagaimana di atas perlu disiarkan kepada lebih banyak lagi masyarakat Indonesia. Tidak terbatas kepada kaum terdidik di sekolah dan perguruan tinggi, tetapi juga di perkumpulan warga, majelis taklim, dan lain sebagainya. Ajakan dan seruan untuk bangkit dan menjadi keluarga mandiri harus didengar lebih banyak lagi oleh manusia Indonesia. Penulis melihat, salah satu factor yang membuat masyarakat kita gagap dan latah adalah tidak sampainya informasi yang benar kepada mereka. Dengan menggencarkan ajakan untuk menjadi keluarga mandiri dan kerja keras, ke depan diharapkan lahir masyarakat yang jujur, mandiri dan cerdas.
F. Kesimpulan Salah satu pekerjaan rumah dunia pendidikan di Indonesia adalah menanamkan kepada generasi muda, bahwa kesuksesan dan penghidupan yang layak hanya bisa didapat dengan kesungguhan niat, kerja keras dan pengetahuan yang cukup. Tanpa hal ini, keterpurukan dan kegelapan akan menyelimuti manusia. Sayang, masyarakat di sekitar kita umumnya hanya melihat kemewahan namun tidak memiliki kesadaran perlunya bekerja keras untuk mencapai hal itu. Maka, yang
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _219
terjadi adalah kecurangan di sana dan sini demi mendapatkan materi. Korupsi, penyelewengan, penipuan, perampokan dan lain sebagainya. Apa jadinya bila mayoritas penduduk negara ini terdiri dari orangorang yang memiliki pemahaman yang demikian—mau hidup enak tetapi tidak bekerja keras. Tentu yang terjadi adalah kerancuan, kekerasan di mana-mana, hilangnya hak rakyat, miskinnya fasilitas umum, dan kemiskinan yang semakin parah. Asset warga negara dirampok para elit politik dan pemerintah. Biaya kesehatan dan pendidikan semakin mahal. Yang kaya semakin kaya, si miskin semakin dekil. Sekali lagi, hal ini kegagalan yang dimulai dari pendidikan di keluarga, kemudian berlanjut dengan kegagalan di wilayah lembaga endidikan di luar keluarga. Mari kita ciptakan negeri yang makmur, sehat dan mandiri, dengan memulai membangun kemandirian ekonomi di keluarga kecil kita. Ibda’ binafsik; buatlah perubahan-perubahan kecil dengan memulai dari diri sendiri. Dengan menata keluarga-keluarga kecil kita, kelak akan lahir bibit unggul yang memiliki kesadaran dan nurani yang mampu mengelola warisan negeri ini. Jutaan keluarga di negeri ini kelak akan mewujud menjadi warga negara yang beradap dan unggul (civil society). Semoga kita diberi kekuatan Allah untuk membangun keluarga yang mandiri, berkah, mawaddah dan penuh rahmat.
220_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Daftar Kepustakaan Al-Qur’an Kariem. Azizy, A. Qodri, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. “Definisi Entrepreneurship, Intrapreneurship, Entrepreneurial & Entrepreneur” dalam http://mlgcoffee.com/2011/05/17/definisientrepreneurship-intrapreneurship-entrepreneurial-entrepreneur/ (diakses 28 Mei 2014). Fatchurochman, Nanang, Teaching with Love, Jakarta: Lendean Pustaka, 2008. George, Susan, Pangan, Yogyakarta: Insist Press, 2007. Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta: Kencana, 2003. Koentjaraningrat, Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009. Mahfudh, M. A. Sahal, Pesantren Mencari Makna, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999. Prawironegoro, Darsono, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang Pengetahuan tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010. Rahman, Jamal Abdur, Tahapan Mendidik Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005. Rahmawati, Shinta, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Jakarta: Kompas, 2001.Robert D. Hisrich dkk., Entrepreneurship, sixth edition, New York: McGraw-Hill, 2005. Romdhoni, Ali, Jejak Intelektual-Birokrat, Jakarta: Linus, 2012. Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000. “Penjahat Wanita Cantik, Beli Berlian Rp20 Miliar Pake Cek Kosong” dalam http://www.infobreakingnews.com/2014/05/penjahatwanita-cantik-beli-berlian.html (diakses 28 Mei 2014). Wawancara dengan Wahrodi (39 tahun), guru madrasah.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _221
Endnotes
1. Baca “Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014” dalam http://www.bps. go.id/brs_file/naker_05mei14.pdf (diakses 03 September 2014).
2. Terutama bagi anak remaja, kondisi psikologi mereka rentan dan mudah terpengaruh hal-hal di sekelilingnya. Mereka sedang mengalami masa-masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Bila tidak didampingi secara intensif, keberadaan mereka rawan mengikuti pengaruh negative di masyarakat. Baca Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, h. 31.
3. Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang Pengetahuan tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010, h. 295
4. Baca, misalnya, “Penjahat Wanita Cantik, Beli Berlian Rp20 Miliar Pake Cek Kosong”
dalam
http://www.infobreakingnews.com/2014/05/penjahat-wanita-
cantik-beli-berlian.html (diakses 28 Mei 2014).
5. Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 1.
6. Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang Pengetahuan tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), h. 296.
7. Menyemai mental generasi muda agar mereka kelak tumbuh menjadi manusia yang berdedikasi tidak terbatas pada ruang pendidikan di kelas, tetapi lebih luas lagi bisa dilakukan di keluarga, ruang social-masyarakat, di ruang-ruang diskusi publik dan lainnya. Baca A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 88.
8. Nanang Fatchurochman, Teaching with Love, Jakarta: Lendean Pustaka, 2008), h. 41.
9. Shinta Rahmawati, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Jakarta: Kompas, 2001,
222_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 h. 115.
10. A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, ibid, h. 9. 11. Jamal Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak , Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005, h. 5.
12. M. A. Sahal Mahfudh, Pesantren Mencari Makna, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 149.
13. Lihat, misalnya, Koentjaraningrat, Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, h. 85.
14. J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta: Kencana, 2003, h. 7. 15. Baca “Definisi Entrepreneurship, Intrapreneurship, Entrepreneurial &
Entrepreneur”
dalam
http://mlgcoffee.com/2011/05/17/definisi-
entrepreneurship-intrapreneurship-entrepreneurial-entrepreneur/ (diakses 28 Mei 2014).
16. Wawancara penulis dengan Wahrodi (10 Mei 2014). 17. A. Qodri Azizy, ibid, h. 115. 18. Baca Susan George, Pangan, Yogyakarta: Insist Press, 2007, h. 166.
Pendidikan bagi Calon Pengantin _223
Education for Prospective Bride Pendidikan bagi Calon Pengantin
Sururin & Moh. Muslim Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Institut Bisnis Nusantara Jakarta email:
[email protected],
[email protected]
Abstract : Marriage is a gateway to form family which is the smallest unit of society and the state. If the family units are well developed, the life of the community and the country will also go well. The family has an important role in realizing the social order and the quality of the nation, because the children as the future, grow and develop from family. This is where the family occupies a strategic role as the nation’s generation sow. Given the very large and the strategic role of the family, then it should be the bride who will build the family prepare themselves with the various provisions are adequate. Education for the bride and groom is an attempt to prepare individuals to be married and start a family, so as to realize a harmonious family, happy inner and outer, the next generation of qualified and dignified. Abstraksi : Pernikahan mverupakan gerbang terbentuknya keluarga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Jika unit-unit keluarga berkembang dengan baik, maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan berjalan dengan baik. Keluarga mempunyai peran penting dalam mewujudkan tatanan masyarakat dan bangsa yang berkualitas, karena anak-anak sebagai generasi masa depan, tumbuh dan berkembang mulai dari keluarga. Di sinilah keluarga menempati peran strategis sebagai penyemai generasi bangsa. Mengingat begitu besar dan strategisnya peran keluarga, maka sudah semestinya calon pengantin yang akan membangun keluarga menyiapkan diri
224_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 dengan berbagai bekal yang memadai. Pendidikan bagi calon pengantin merupakan upaya untuk mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat. Keywords : Education, Prospective Bride, Marriage, Harmony
A. Pengantar Sengaja istilah yang digunakan “Pendidikan bagi Calon pengantin” bukan “Kursus Calon Pengantin“ karena pendidikan1 mempunyai makna yang luas dan memberikan implikasi dalam berbagai aspek. Pada intinya, pendidikan bagi calon pengantin adalah bagaimana mempersiapkan warga Negara Indonesia yang akan melangsungkan pernikahan dan membentuk keluarga, dapat mewujudkan keluarga yang bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat. Bentuk pendidikan bagi calon pengantian, atau pendidikan pra nikah, bisa dimasukkan dalam pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Oleh sebab itu, Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) menjadi bagian dari Pendidikan bagi Calon Pengantin. Pengertian Pendidikan sebagaimana termaktub dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Peserta didik, sebagaimana tersebut di atas, mempunyai makna yang luas, tidak hanya dalam arti siswa di sekolah/madrasah atau mahasiswa
Pendidikan bagi Calon Pengantin _225
di perguruan tinggi, akan tetapi meliputi seluruh anggota masyarakat, sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat 4 bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Calon pengantin menjadi bagian dari peserta didik dengan karakteristik tersendiri, yaitu fase yang sangat potensial dalam mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya dalam membina keluarga. Mengacu pada pengertian tersebut, maka pendidikan bagi calon pengantin perlu dilakukan secara terencana dan sistematis, serta melalui berbagai jenjang dan jalur pendidikan, sehingga akan memberikan hasil dan manfaat yang optimal. Dengan demikian, diharapkan fungsi pendidikan dapat terwujud. Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Tulisan ini hendak memperluas cakupan dan materi “ Kursus bagi Calon Pengantin” atau disingkat SUSCATIN. yang selama ini telah dilaksanakan oleh BIMAS Islam. Di samping itu, dijabarkan pula persiapan yang harus dilakukan oleh calon pengantin dan stakeholder yang berperan dalam pendidikan bagi calon pengantin/pendidikan pra nikah.
B. Pentingnya Pendidikan bagi Calon Pengantin Menurut UU No 1 Tahun 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa. Tidak mudah untuk medefinisikan keluarga bahagia, sebagian menyamakan keluarga bahagia
226_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
dengan keluarga harmonis. Secara umum keluarga bahagia dimaknai dengan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah wa maslahah, yang merupakan tujuan perkawinan. Perkawinan merupakan langkah awal untuk membentuk sebuah keluarga. Oleh karenanya pembahasan tentang perkawinan tidak akan lepas dari pembahasan tentang keluarga. Fakta dalam satu keluarga hampir bisa dipastikan adanya konflik antara suami dan isteri maupun antar orang tua dan anak. Dengan adanya konflik tersebut kondisi rumah tanggah akan goyah dan mengalami guncangan. Suasana rumah tangga yang guncang ada yang bisa pulih dan normal kembali karena kedua suami istri telah siap menghadapi problematika hidup, sehingga menemukan solusinya. Namun tidak jarang dijumpai pasangan suami isteri yang tidak siap menghadapi konflik dalam rumah tangga dan menemui jalan buntu, hingga akhirnya berujung pada perceraian. Setiap tahun lebih dari 2,2 juta pasangan menikah yang tercatat oleh Kantor Urusan Agama seluruh Indonesia.
Tabel 1 Perkawinan dan Perceraian di Indonesia tahun 2009-20133 Tahun
Nikah
Cerai
%
2009
2,162,268
216, 286
10
2010
2,207,364
285, 184
13
2011
2,319,821
158, 119
6,8
2012
2,291,265
372, 577
16
2013
2,218,130
324,527
14,6
Dari data tabel 1 tentang Perkawinan dan Perceraian di Indonesia menunjukkan menurunnya perkawinan tercatat berbanding berbalik dengan tingginya angka kasus perceraian. Menurunnya angka pasangan pengantin yang tercatat menjadi pertanyaan tersendiri, hal ini menguatkan hasil penelitian Balitbang Kemenag RI tahun 2013 yang
Pendidikan bagi Calon Pengantin _227
mengungkapkan masih banyaknya kasus perkawinan tidak tercatat dan perkawinan anak (dibawah umur 18 tahun). Penurunan pencatatan nikah berbanding berbalik dengan kasus perceraian. Artinya tiap tahun terjadi peningkatan kasus perceraian. Pada tahun 2012 tercatat 297,841, sementara tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 324,527 perceraian. Tabel 2 Daftar Penyebab Perceraian4 No 1 2
Penyebab Perceraian Tidak ada keharmonisan Tidak ada tanggung jawab
2009
2010
2011
2012
2013
72,274
91,841
51,882
91,388
97,615
61,128
78,407
42,701
81,227
81,266
3
Ekonomi
43,309
67,891
35,480
70,427
74,559
4
Gangguan pihak ketiga
16,077
20,199
12,082
23,690
25,310
5
Cemburu
8,284
10,029
5,824
10,524
9,338
6
Krisis ahlak
6,486
7,641
4,217
8,537
10,649
7
Kawin paksa
2,064
2,185
1,140
2,071
3,380
8
KDRT
1,965
2,191
1,605
3,697
4,439
1,196
1,389
758
1,876
1,951
865
678
440
737
1,247
9 10
Poligami tidak sehat Cacat biologis
11
Menyakiti mental
587
560
432
1,108
1,491
12
Dihukum
459
418
143
392
714
228_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
13
Politis
402
334
327
423
2,094
13
Kawin di bawah umur
384
550
184
432
600
15
Lain lain
806
871
364
1,312
4,413
Jumlah
216,286
285,184
158,119
297,841
324,527
Data di atas menujukkan beragam faktor yang menyebabkan perceraian. Kasus yang dominan adalah karena tidak ada keharmonisan dalam keluarga dan tidak ada tanggung jawab. Oleh sebab itu perlu diberikan bekal bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam keluarga dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga. Dengan bekal yang memadai, diharapkan pasangan yang hendak menikah siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin terjadi serta sudah siap dengan solusinya. Salah satu tujuan pernikahan adalah melahirkan generasi yang berkualitas, sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an surat Al-nisa (4): 1
Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
Pendidikan bagi Calon Pengantin _229
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu Tugas mulia orang tua adalah melahirkan generasi penerus. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak dijumpai kasus kekerasan yang dihadapi oleh anak, termasuk di dalamnya kekerasan pada anak dalam keluarga 5. Data KPAI menujukkan tiap tahun mengalami peningkatan kasus kekerasan pada anak. Pada Tahun 2012 terdapat 3.332 laporan kasus, dengan 62% di antaranya merupakan kekerasan seksual kepada anak-anak yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang terdekat. Sementara, tahun 2013, dari Januari-Maret 2013 tercatat 919 kasus pengaduan tindak kekerasan pada anak. Kekerasan anak meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, kekerasan sosial dan kekerasan/eksploitasi ekonomi. Sedangkan lingkungan kekerasan menurut Study on Violence Against Children Outline terbagi menjadi 5 (lima) yaitu: 1. Kekerasan di lingkungan rumah dan keluarga (Violence in the home and family); 2. Kekerasan di lingkungan sekolah dan lingkungan pendidikan (Violence in school and education settings); 3. Kekerasan di dalam Institusi lain, seperti perawatan/pengasuhan termasuk anak yang berkonflik dengan hukum (Violence in other institusional settings, orphanages, including children in conflict with the law); 4. Kekerasan di komunitas dan jalan (Violence in the community and on the streets); 5. Kekerasan di lingkungan kerja (Violence in work situation). Kekerasan yang dialami oleh anak di lingkungan keluarga antara lain dilakukan oleh ayah, ibu dan saudara. Secara terperinci kasus kekerasan anak yang sering terjadi dalam keluarga, berdasarkan pengaduan kepada KPAI, dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
230_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Grafik 1. Data kasus kekerasan pada anak dalam keluarga6
Data di atas menunjukkan beragam bentuk kekerasan psikis anak, dan sebagian besar pelakunya adalah ibu. Sedangkan kekerasan psikologis yang sering dilakukan dengan kekerasan verbal, seperti menyebut anak bodoh, nakal, pemalas dan lainnya lebih banyak dilakukan oleh ayah. Relasi suami istri dalam keluarga yang tidak harmonis akan memunculkan diskriminasi dan dapat mengakibatkan kekerasan. Ketimpangan pendidikan laki-laki-laki dan perempuan memberikan dampak dalam pola asuh anak. Seringkali pendidikan anak diserahkan kepada istri/ibu, sedangkan suami/ayah hanya mencari nafkah keluar rumah, dengan demikian sangat beralasan apabila ibu yang banyak menjadi pelaku kekerasan ringan, karena setiap hari berhadapan langsung dengan anak. Maria Ulfah Anshor, Komisioner KPAI, menyebutkan beberapa faktor penyebab kekerasan pada anak dalam keluarga, yaitu: 1. Disfungsi keluarga, dimana peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Peran ayah sebagai pemimpin keluarga
Pendidikan bagi Calon Pengantin _231
dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, tidak ditemukan dalam keluarga. 2. Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi atau kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi. 3. Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga, Orang tua dan saudara sekandung terutama kakak sering menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Orang tua perlu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang memadai terkait dengan tugas dan perannya sebagai ayah dan ibu. Pembekalan bagi calon orang tua menjadi penting dan mendesak untuk ditangani secara serius, sehingga kasus-kasus kekerasan terhadap anak bisa diminimalisir. Oleh karena itu perlu persiapan tersendiri bagi calon orang tua (calon pengantin) dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
C. Persiapan bagi Calon Pengantin Sebelum membahas isi materi yang diberikan kepada calon pengantin, maka ada beberapa persiapan khusus bagi calon pengantin 1. Persiapan Fisik Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja, dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun.
Faktor usia menjadi prasyarat dalam melangsungkan pernikahan yang salah satu tujuannya adalah melanjutkan generasi penerus.
232_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Usia ideal menikah untuk laki-laki antara usia 25-30 tahun dan perempuan antara usia 20-25 tahun. Ini adalah usia ideal,dimana usia calon pengantin sudah cukup dewasa. Sangat beralasan ketika BKKBN membagi tiga fase terkait upaya mewujudkan generasi yang berkualitas dengan 3 hal: a) Menunda perkawinan dan kehamilan di bawah usian 20 tahun b) Masa menjarangkan kehamilan pada usia 20-35 tahun c) Masa mencegah kehamilan di atas usia 35 tahun Selain usia yang cukup, perlu pula dilakukan pemeriksaan kesehatan pranikah, antara lain: a) Penyakit genetik, misalnya : talasemia, buta warna, hemofilia, dan lain-lain. b) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya. c) Penyakit infeksi, misalnya, penyakit menular seksual (PMS), Hepatitis B, dan HIV/AIDS d) Vaksinasi. Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus rubella. Infeksi rubella pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli, kelainan jantung, bahkan kematian. Perlu pula pemeriksaan virus herpes karena dapat menyebabkan cacat janin dan kelahiran prematur. e) Suntik Tetanus Toxoid (TT) Tidak hanya kesiapan fisik yang dibutuhkan, akan tetapi juga perlu memahami fungsi dan peran reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi perempuan, karena dapat mempengaruhi keturunan yang akan melanjutkan generasi ke depan. Dengan
Pendidikan bagi Calon Pengantin _233
demikian pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin menjadi wajib diberikan. Idealnya, pendidikan kesehatan reproduksi dimulai sejak dini, antara lain dengan mengenal organ reproduksi, merawat dan menjaganya, dan hanya difungsikan sesuai dengan syariat. 2. Persiapan Mental Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, tentram dan bahagia, perlu persiapan mental, antara lain: a) Harus seiman b) Adanya pemahaman
yang
sama
tentang
tujuan
pernikahan. c) Berkepribadian yang matang, termasuk dalam kriteria ini adalah: tabiat, budi pekerti, minat dan kebiasaan. d) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang seimbang, hal ini terkait dengan pendidikan, termasuk di dalamnya pengetahuan dan pengamalan agama. Selain itu perlu pengetahuan tentang pengasuhan anak, komunikasi, pengendalian diri, memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan, e) Bekal yang harus pula dipersiapkan adalah ilmu parenting (pola asuh anak oleh orang tua), sehingga orang tua dapat memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya, baik pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan di sekolah/madrasah (formal), dan pendidikan di lingkungan masyarakat. f) Konseling untuk mengubah perilaku yang tidak sehat seperti : merokok, minum alkohol, atau memakai narkoba. Seringkali calon suami yang perokok, tidak paham bahwa asap rokok sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
234_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
3. Persiapan Sosial dan ekonomi Selain persiapan fisik dan mental (psikis), maka harus pula dipersiapkan secara sosial dan ekomoni. Diantara persiapan dalam lingkup sosial, menurut Sururin dkk adalah: a) Latar belakang sosial keluarga. Latar belakang keluarga dapat dilihat dari pendidikan dalam rumah, bukan pendidikan di sekolah, seringkali ditanya hanya latar belakang sekolah, bukan bagaimana pendidikan dalam keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kebiasaan calon pasangan ketika telah menjadi pasangannya kelak. b) Latar belakang budaya. c) Pergaulan. Dengan mengetahui lingkungan, teman pergaulan dan aktifitas memudahkan calon suami dan isteri beradaptasi dengan anggota keluarga kedua belah pihak, tetangga, masyarakat dan lingkungan. d) Calon suami dan isteri sebaiknya telah mandiri secara ekonomi, dan ulet mengais rizki.7 e) Persiapan lain terkait dengan ekonomi adalah mempunyai ketrampilan. Calon pasangan suami istri perlu mempunyai ketrampilan, antara lain: memasak, menjahit, mengurus rumah tangga, membersihkan dan memperbaiki kerusakan peralatan dan barang-barang.
D. Materi Pendidikan bagi Calon Pengantin Peraturan Dirjen Bimas Islam tentang kursus calon pengantin No. DJ.II/491 Tahun 2009 menyebutkan suscatin diselenggarakan dengan durasi 24 jam pelajaran yang meliputi : 1. Tatacara dan prosedur perkawinan selama 2 jam 2. Pengetahuan agama selama 5 jam 3. Peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga selama 4 jam
Pendidikan bagi Calon Pengantin _235
4. 5. 6. 7.
Hak dan kewajiban suami istri selama 5 jam Kesehatan reproduksi selama 3 jam Manajemen keluarga selama 3 jam Psikologi perkawinan dan keluarga selama 2 jam.
Susunan materi tersebut cukup lengkap, walaupun belum ada materi terkait dengan parenting. Demikian pula waktu yang harus disediakan durasinya bisa 3 hari (satu hari 8 jam), sedikit memadai. Akan tetapi dalam prakteknya, berdasar pada hasil penelitian Rahima dengan BP4 tahun 20138, materi-materi yang disampaikan dalam SUSCATIN yaitu: UU Perkawinan, Fiqh Munakahat, PKK (Kesejahteraan Keluarga), kesehatan reproduksi dan KB. Materi-materi tersebut hanya disampaikan sekitar 4-5 jam waktu efektif. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa waktu untuk menyampaikan materi kurang efektif, karena hanya 4-5 jam. Dengan demikian materi yang disampaikan hanya pengantar saja, atau garis besarnya saja, kurang mendalam dan tidak menyeluruh. Bila dilihat dari penyebab perceraian, sebagaimana tersebut pada tabel 2 yaitu karena tidak ada keharmonisan, akan tetapi tidak ada materi terkait dengan cara mengatasi konflik dalam keluarga, berikut contoh-contohnya. Tambahan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penyampaian materi SUSCATIN masih bias, karena materi yang diberikan lebih banyak menyebutkan tugas dan kewajiban istri dari pada haknya, dan sebaliknya lebih banyak berbicara hak suami dari pada kewajibannya. Terdapat banyak hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan SUSCATIN. Dari sekian banyak hal itu yang paling dominan diantaranya adalah belum menjadi kewajiban bagi pasangan calon pengantin untuk mengikuti kursus bagi pra nikah, sehingga waktu yang ada sangat terbatas dan mengikuti jadwal calon pengantin. Tidak adanya ijin dari tempat kerja menjadi salah satu alasan tidak hadirnya pasangan calon pengantin mengikuti SUSCATIN. Jalan keluar yang ditawarkan adalah pihak KUA memberikan kursus singkat dengan istilah face to
236_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
face. Yaitu, saat calon pengantin mendaftar pada saat itu pula diberikan penasehatan dan pengetahuan terkait pernikahan.
E. Strategi Pelaksanaan Pendidikan bagi Calon Pengantin Berdasar pada permasalahan tersebut, perlu dirumuskan berbagai strategi pendidikan bagi calon pengantin, tidak hanya terbatas pada lembaga penyelenggaranya, akan tetapi juga memperluas lingkup dan cakupannya. 1. Butuh Keseriusan Pemerintah: Advokasi tiada Henti Pemerintah mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan bagi calon pengantin. Persiapan fisik bagi calon pengantin akan mempengaruhi proses dalam menjalankan fungsi reproduksinya. Sebagaimana dikemukaan di atas, bahwa usia ideal menikah perempuan minimal usia 20 tahun, sedangkan lakilaki 25 tahun. Akan tetapi dalam aturan perundangan yang ada, yaitu UU No 1 tahun 1974 membolehkan perempuan menikah usia 16 tahun. Dalam UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyebutkan bahwa usia batasan usia anak 18 tahun. Dengan demikian, perlu terus diperjuangkan adanya perubahan usia menikah bagi perempuan dan laki-laki yang tercantum dalam UU tersebut. Berbagai gerakan telah dilakukan, termasuk diantaranya “Gerakan Nasional Stop Pernikahan pada Anak” yang pada tanggal 3 Oktober 2014 kerjasama KPP-PA, BKKBN, Plan Indonesia dan berbagai Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan, dilakukan seminar, diskusi, pengajian, dan sebagainya, akan tetapi kasus pernikahan usia anak masih tinggi di Indonesia karena peraturan yang ada, UU No 1 tahun 1974, masih berlaku. Butuh keseriusan pemerintah untuk merevisi UU tersebut, khususnya terkait dengan batas minimal usia perempuan menikah. Kebijakan lainnya—terkait dengan tidak efektifnya SUSCATIN selama ini—Pemerintah hendaknya mewajibkan seluruh calon
Pendidikan bagi Calon Pengantin _237
pengantin untuk mengikuti pendidikan pra nikah. Kebijakan tersebut akan memberikan konsekwensi pada peraturan lainnya, antara lain berupa edaran tentang kewajiban lembaga/instansi memberikan ijin bagi karyawan/pegawainya untuk mengikuti pendidikan bagi calon pengantin secara intensif. Selama ini SUSCATIN terkendala pelaksanaannya karena tidak adanya ijin dari perusahaan/instansi tempat bekerja. Pemerintah perlu menyusun kurikulum SUSCATIN yang ideal dengan memberikan ruang bagi pengembangan bagi penyelenggara SUSCATIN. Walaupun selama ini sudah ada aturan akreditasi lembaga penyelenggara SUSCATIN, akan tetapi belum berjalan. Peran pemerintah akan kuat apabila memasukkan pendidikan pra nikah dalam kurikulum pendidikan formal. Dengan catatan, materi-materi nya tidak hanya UU perkawinan dan fiqh munakahat, akan tetapi diseimbangkan dengan materi tentang ketrampilan hidup, termasuk di dalamnya parenting, sehingga memenuhi tujuan dari penyelenggaraan pendidikan bagi calon pengantin. 2. Pendidikan Informal (Peran Orang Tua) Orang tua menjadi model bagi anaknya, termasuk dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang dibinanya. Pola asuh dan kehidupan dalam keluarga akan terekam dalam kehidupan anak. Apabila kehidupan yang dialami seseorang dalam keluarga bahagia, damai penuh kasih sayang maka ia akan berusaha mewujudkan kehidupan keluarganya kelak sebagaimana kehidupan orang tuanya saat kecil, Akan tetapi, bila kehidupan yang dilalui dalam suasana konflik, banyak masalah dan kurang kasih sayang, maka dua altenatif yang muncul. Pertama dia akan mengalami kehidupan yang sama dengan masa kecilnya, artinya meniru apa yang sudah dilakukan orang tua. Dia akan
238_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
berprilaku bagaimana dia diperlakukan. Kedua, pengalaman pahit dalam kehidupan akan menjadi cambuk dan pelajaran berharga, sehingga dia tidak akan mengulangi pengalaman pahit dalam hidupnya. Oleh sebab itu orang tua berpengaruh terhadap kehidupan keluarga anaknya. Orang tua tidak hanya memberi teladan, akan tetapi juga doktrin (ajaran) dan pemahaman terkait membangun keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Prinsip-prinsip hidup akan ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya. Demikian juga ketrampilan hidup menjadi salah satu “materi” yang diberikan dalam kehidupan dalam keluarga, salah satunya dengan pembiasaan. Tidak mudah mengubah pola asuh dan kebiasaan yang sudah terbina dalam keluarga, maka langkah awal yang paling strategis adalah melalui pendidikan bagi calon orang tua, dalam hal ini para calon pengantin. Sebelum melangsungkan ikrar (aqad ijab qobul) calon pengantin perlu diberikan pendidikan yang akan menjadi bekal dalam mengarungi rumah tangga yang akan dibinanya 3. Pendidikan Formal (Peran Sekolah/Perguruan Tinggi) Terdapat dua cara untuk memasukkan materi pendidikan pra nikah: pertama menjadi satu mata pelajaran/mata kuliah yang berdiri sendiri. Mata kuliah yang terkait langsung dengan persiapan pra nikah adalah Psikologi Keluarga. Sementara untuk menjadi satu mata pelajaran khusus, perlu dipikirkan dan didiskusikan kembali. Belum menjadi perhatian dari para pemikir pendidikan Indonesia untuk memasukkan pendidikan dalam rangka membangun keluarga dalam satu mata pelajaran tersendiri. Kedua, dimasukkan (insert) dalam mata kuliah/ pelajaran tertentu. Mata pelajaran terkait dengan pendidikan pra nikah: biologi, PkN, IPS, Fiqh, Ekonomi, sosiologi, dan lain lain: Mata kuliah yang terkait dengan pendidikan pra nikah: Psikologi Perkembangan, Psikologi Agama, Psikologi Anak, Psikologi
Pendidikan bagi Calon Pengantin _239
Perempuan, Bimbingan Konseling, Fiqh, Tafsir, Hadits, dll. Perlu diberikan orientasi khusus bagi penyusun kurikulum dan penulis buku untuk memasukkan pentingnya pendidikan pra nikah. Dengan demikian diharapkan pendidikan pra nikah dapat masuk dalam kurikulum yang dirancang untuk semua peserta didik. Perlu persiapan khusus dalam menyusun perangkat pendukung pelakanaan pendidikan bagi calon pengantin (pendidikan pra nikah), baik dari aspek kurikulum, metode, media, penyelenggara, dan sebagainya. Pada sisi lain, strategi yang bisa dilakukan adalah dengan membuka pusat studi yang mengkaji tema terkait dengan keluarga atau anak. Sebagai contoh, menurut Statuta yang baru, di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam, khususnya PTAIN, terdapat Pusat Studi Gender dan Anak. PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, misalnya, mempunyai tugas dan fungsi menciptakan lingkungan ramah anak. Lingkungan ramah anak diawali dari keluarga ramah terhadap anak, sekolah ramah anak, dan masyarakat (lingkungan) ramah anak. Untuk itu para orang tua perlu dibekali pendidikan dalam keluarga yang ramah anak. Pembekalan tersebut dapat diberikan kepada mahasiswa dan masyarakat lainnya yang hendak membangun keluarga. 4. Pendidikan Non Formal (Peran Masyarakat) Selama ini pendidikan bagi calon pengantin hanya dilaksanakan dalam bentuk pendidikan non formal, yaitu Kursus bagi Calon Pengantin SUSCATIN. Pelaksanaan SUSCATIN didominasi oleh KUA. Karena jalur non formal yang digunakan, maka istiulah yang digunakan adalah Kursus bagi Calon Pengantin (SUSCATIN). Istilah kursus, yaitu satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan
240_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Kursus merupakan pendidikan nonformal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang Memang, pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar dari pada pendidikan sekolah untuk secara cepat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah. Menurut pasal 14 UU Nomor 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Kursus diselenggarakan bagi warga belajar yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah dan/atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, penggunaan istilah kursus tersebut diartikan bahwa hanya bagi orang yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri yang perlu kursus, tidak menjadi kewajiban untuk melaksanakannya. Hal ini berbeda dengan istilah pendidikan, yang mempunyai makna lebih luas, dan dapat mengikat warga bangsa bahkan mewajibkannya, misalnya dikenal istilah wajib belajar (wajar) 7 tahun, wajar 9 tahun, bahkan wajar 12 tahun Konsekwensi lainnya bila menggunakan istilah pendidikan adalah bisa masuk dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi. Dampak lainnya adalah akan lebih luas pihak penyelenggara, tidak hanya dibatasi oleh Dirjen Bimas Islam, dalam hal ini penghulu, penyuluh dan BP4, akan tetapi bisa dilakukan oleh berbagai kalangan. Pendidikan bagi calon pengantin atau pendidikan pra nikah belum menjadi kewajiban dan belum menjadi gerakan nasional, sehingga penganggarannya pun masih menjadi kendala Selain BIMAS ISLAM, KUA dan BP4, organisasi keagamaan sudah melakukan konseling pra nikah (pendidikan pra nikah),
Pendidikan bagi Calon Pengantin _241
akan tetapi pelaksanaannya pun belum optimal. Berbagai kajian telah dilakukan, akan tetapi belum terimplementasikan dengan baik. Sebagai contoh: Rahima (salah satu LSM yang aktif memperjuangkan aspirasi perempuan) telah melaksanakan program konseling bagi calon pengantin, demikian pula Fatayat NU, pada periode 2006-2010 mengembangkan program Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin, dan mulai tahun 2013 memperluas program, tidak hanya sebatas kesehatan reporduksi akan tetapi memberikan bekal bagi calon pengantin secara luas, termasuk relasi dalam keluarga.
F. Penutup. Pendidikan bagi calon pengantin merupakan upaya untuk mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat. Keharmonisan dalam rumah rumah tangga selalu menjadi dambaan bagi setiap calon pengantin. Namun selama mengarungi bahtera kehidupan tidak sedikit hambatan yang menghadang sehingga suasana harmonis tinggal angan-angan belaka. Oleh sebab itu perlu diberikan bekal bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam keluarga dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga. Dengan bekal yang memadai, diharapkan pasangan yang hendak menikah siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin terjadi serta sudah siap dengan solusinya. Bentuk pendidikan bagi calon pengantin, atau pendidikan pra nikah, bisa dimasukkan dalam pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal.
242_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Begitu pentingnya problema di atas, dirasa perlu untuk menyusun strategi pendidikan bagi calon pengantin yang tidak hanya terbatas pada lembaga penyelenggaranya, akan tetapi juga memperluas lingkup dan cakupannya.
Pendidikan bagi Calon Pengantin _243
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Buku Sumber Advokasi: Keluarga berencanan, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan Kependudukan Jakarta : BKKBN,2003). Departemen Agama RI, Dirjen Bimas Islam, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah, Jakarta, 2006 Departemen Agama RI, Modul Fasilitator Kursus Calon Pengantin, Jakarta,2002. Erlene Eisenberb, et., al., Kehamilan; Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan, Jakarta: Arcan, 1996. Fatayat NU, CD; Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin, Jakarta: Fatayat NU, BKKBN, UNFPA, 2007. Maria Ulfa Anshor, Wan Nedra & Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002. Majalah Ayah Bunda, Kiat Sukses Menyusui, Cetakan Pertama, 2002 Muhammad, Husein, Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kiyai Pesantren, Cirebon : Fahmina Institut dan LKiS, 2004. Rusdin M. Nur, dkk., Modul Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta : PP LKKNU, 2005. Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid, dkk., Wajah Baru Relasi Suami-Istri; Telaah Kitab ‘Uqud Al-Lujjayn, Jakarta: LkiS, 2001. Siti Nurul Qomariah, dkk., Infeksi Saluran Reproduksi pada Perempuan di Indonesia, Jakarta: Pusat Komunikasi Kesehatan Berspektif Gender, 2001.
244_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam; Hukum Fiqh Lengkap, Bandung : Sinar baru, 1992. Tim Peneliti Rahima dan BP4, Peran BP4 dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah, Hasil Penelitian di 6 Wilayah, Jakarta: Rahima, 2013 Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Undang-undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta : CV. Haji Masagung, cet.VI, 1990) Yahya, Harun, Keajaiban Penciptaan Manusia, Jakarta : Nada Cipta Raya, 2003. Website : http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/13662/nprt/538/uu-no20-tahun-2003-sistem-pendidikan-nasional
Pendidikan bagi Calon Pengantin _245
Endnotes
1. UU no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
2. Ibid, Pasal 1 ayat 4 3. Prof. Dr. Abdul Jamil, MA, Bimas Islam dan Majlis Ta’lim, paparan materi dipresentasikan dalam Musyawarah Kerja Nasional Himpunan Daiyah dan Majlis Ta’lim Muslimat NU (HIDMAT MNU), Jakarta, 31 Mei 2014
4. Ibid 5. Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 13 menyebutkan: Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking jual-beli anak.
6. Data dikutip dari: Maria Ulfah Anshor, Stop Kekerasan pada Anak secara Sistematis, disampaikan dalam diskusi Kelas Gender PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4 Juni 2014.
246_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
7. Sururin, dkk, Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin, Jakarta: PP Fatayat NU, 2010, cet. III
8. Tim Peneliti Rahima dan BP4, Peran BP4 dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah, Hasil Penelitian di 6 Wilayah, Jakarta: Rahima, 2013
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _247
The Role of Islamic Extension in Carrying Wasathiyyah Al-Islām
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islām
Lalu Fahmi Husain Penyuluh Agama Islam Lombok, NTB email:
[email protected]
Abstract : Build understand wasathiyyah al-Islam: ‘is (justice), at-tawazun (balance) and Tasamuh (tolerant) in religious field is the responsibility of the propagation of Islam, including Islamic Studies Extension. Extension of Islamic Studies should gradually play a role in changing the mindset of the target groups, addressing the differences in religion. Wasathiyyah is an attitude that is not showing the difference in executing religious teachings, reading Qur’an together and conduct religious activities together, is an indicator of the success of the propaganda by PAI.
Absraksi : Membangun paham wasathiyyah al-Islām yaitu : ‘adalah (keadilan), at-tawazun (keseimbangan) dan tasamuh (toleran) dalam beragama merupakan tanggung jawab dakwah Islam, termasuk Penyuluh Agama Islam. Penyuluh Agama Islam secara bertahap harus berperan dalam merubah mindset kelompok binaan, dalam beragama dan menyikapi perbedaan satu sama lainnya. Sikap wasatiyah seperti tidak menonjolkan perbedaan
248_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 dalam melaksanakan ajaran agama, pengajian bersama dan melakukan kegiatankegiatan keagamaan secara bersama, merupakan indikator keberhasilan dakwah oleh PAI. Keywords : wasathiyyah, Islamic Extension, Indonesia, Target Group, Majelis taklim
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam dan umat Islam saat ini menghadapi paling tidak dua tantangan: Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrim dan ketat dalam memahami hukumhukum agama dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah masyarakat muslim, bahkan dalam beberapa hal menggunakan kekerasan. Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrim dengan bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain. Kedua sikap di atas, tidak menguntung Islam dan umat Islam. Kecenderungan pertama telah memberikan citra negatif kepada Islam dan umat Islam sebagai agama dan komunitas masyarakat yang eksklusif dan mengajarkan kekerasan dalam dakwahnya. Sementara kecenderungan kedua telah mengakibatkan Islam kehilangan jati dirinya karena lebur dan larut dalam budaya dan peradaban lain. Kedua sikap ini tentu bertentangan dengan karakteristik umat Islam dalam surat al-Baqarah : 143 disebut sebagai ummatan wasathan dengan pengertian tengahan, moderat, adil, dan terbaik. Kedua indikasi ini, kami dapatkan dalam kelompok gerakan-gerakan keagamaan yang tersebar pada beberapa kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yaitu Kelompok Salafi, Jama’ah Tablig dan kelompok yang sangat longgar dalam beragama yang didasarkan pada rasionalitas
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _249
dan kebebasan mutlak, seperti pergaulan bebas antara muda-mudi, cara berpakaian dan cara bertutur kata. Kalau kita melihat kebelakang sejenak, gerakan-gerakan kedua kelompok inilah yang sering memicu gesekan-gesekan di tengah masyarakat, seperti yang terjadi tahun 2006, dimana saat itu Khumaidi (tokoh salafi Kab. Lombok Barat) dilarang untuk berkhutbah di masjid Desa Gelogor dan kegiatan pengajian yang diadakan di rumahnya. Kemudian menyebar ke Kecamatan Sekotong Tengah, dengan aksi perusakan pesantren, pelarangan shalat Jum’at di masjid kelompok Salafi di Kecamatan Lembar, dan pembubaran pengajian di Dusun Beroro, Desa Jembatan Kembar. Konflik juga terjadi di Dusun Kebun Talo Desa Labuhan Tereng Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat dengan aksi perusakan mushalla milik kelompok Salafi.1 Demikian pula dengan kelompok kedua, tergambar dari cara mereka bergaul dengan pacaran yang kebablasan, tutur kata yang tidak sopan serta cara berpakaian yang mengikuti budaya lain. Salah satu tempat yang kami identifikasi wilayahnya adalah Desa Perampuan Kecamatan Labuapi. Desa ini merupakan satu dari 122 desa yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Secara geografis, Desa Perampuan terletak antara Kota Mataram di sebelah utara, Kecamatan Narmada di sebalah timur, Kecamatan Gerung di sebelah selatan dan Selat Lombok di sebalah barat. Maka Desa Perampuan dinilai sangat strategis untuk dijadikan lokasi pengembangan dan perluasan hunian baru bagi masyarakat yang membutuhkan hunian terjangkau secara ekonomi. Selain strategis secara geografis, Desa Perampuan juga dikenal dengan desa transit, yaitu desa dengan jenis penyumbang perumahan terbanyak, ada Perumahan LA Resort, BHP Telagawaru, BTN Perampuan Asri, BTN Pepabri dan BTN Perampuan. Sebagai daerah perluasaan dan pengembangan hunian, Desa Perampuan didatangi dari berbagai daerah dan suku serta memiliki latar belakang profesi, pendidikan, pemahaman keagamaan dan budaya yang berbeda-beda. Seperti suku Sasak (suku
250_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
asli), suku Samawa (Sumbawa), Mbojo (Bima), Jawa dan Sunda. Berdasarkan pengamatan dan analisa identifikasi kelompok sasaran dari data-data yang berhasil dikumpulkan, maka Desa Perampuan merupakan “Lahan subur” bagi kelompok-kelompok paham keagamaan seperti Salafi, Jama’ah Tablig dan Liberal untuk mengembangkan dan mempengaruhi paham keagamaanya di tengah masyarakat. Kelompok Salafi memahami nash-nash agama secara harfiah atau tekstualis, sehingga berdampak pada sikap guluw (ekstrim) dan jumūd (statis) dalam beragama. Lebih ekstrim lagi, kelompok ini terlibat dalam penyebaran virus takfīr (pengkafiran), tasyrīk (pemusyrikan), tabdī’ (pembid’ahan), dan tasykīk (upaya menanamkan keraguan) terhadap para ulama Ahlus Sunnnah Wal Jamā’ah.2 Sedangkan Jama’ah Tablig merupakan kelompok yang memiliki model dakwah yang dinamakan “Jawlah” dan “Khurūj”. Jaulah adalah berkeliling mendatangi rumah-rumah orang Islam yang terletak di sekitar masjid tempat para jama’ah itu menginap untuk bersilaturrahmi. Khurūj adalah keluar atau meninggalkan lingkungan sehari-hari dengan tujuan menyampaikan dakwah Islam. Biasanya mereka ber-khurūj selama 3 hari dalam satu bulan, 40 hari dalam satu tahun, atau 4 bulan selama seumur hidup.3 Kedua kelompok ini sangat fanatik terhadap kelompoknya sendiri sehingga yang bukan kelompoknya mereka jauhi dan hindari. Sedangkan liberal adalah suatu komunitas yang berpikiran dan larut dalam budaya dan peradaban lain di luar Islam. Menyikapi fakta tersebut, Penyuluh Agama sebagai garda terdepan Kementerian Agama dalam melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan dan pembangunan melalui bahasa agama,4 terpanggil untuk memberikan penyuluhan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagai agama yang cinta damai, moderat dan toleran dalam sebuah konsep yaitu wasathiyyah al-Islam. Para penyuluh Agama Islam didorong untuk terlibat lebih aktif guna menjembatni dialog dua kelompok yang sama-sama ekstrim dalam pemahamannya.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _251
Bagaimanapun, membiarkan keduanya berada dalam suasana ekstrim, maka hal itu akan sangat berbahaya bagi masa depan Islam. Untuk itulah, modeal dakwah dengan merangkul kedua kelompok tersebut menjadi urgen dalam penyuluhan di masyarakat. Dalam hal ini, penyuluh agama Islam harus memahami secara baik tujuan bimbingan dan penyuluhan, yaitu: 1. Membuka wawasan keagamaan dan khazanah sejarah pemikiran hukum Islam 2. Menanamkan cara menjalankan agama Islam dengan benar sesuai al-Qur’an dan Hadits 3. Menanamkan pemahaman keagamaan yang wasathiyah (moderat) pada jama’ah
B. Fokus dan Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka dalam tulisan ini kami memfokuskan pada : 1. Adanya kelompok gerakan paham keagamaan yang fanatik dalam beragama 2. Adanya paham liberal atau terlalu longgar dalam beragama. 3. Perlunya konsep pemahaman keagamaan yang wasathiyyah atau moderat. Dari fokus permasalahan tersebut, maka kami rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana membuka wawasan keagamaan mereka agar menghormati perbedaan dan tidak fanatik pada satu pandangan? 2. Bagaimana menanamkan cara melaksanakan agama Islam sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan Hadits? 3. Bagaimana cara memberikan pemahaman dan pencerahan agar umat memiliki pemahaman keagamaan yang wasathiyyah (moderat)?
252_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
PEMBAHASAN C. Kondisi Sosial Masyarakat Labuapi Pada tahun 1980, Kecamatan Labuapi merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan induk Kediri yang disebut perwakilan Kecamatan Kediri di Labuapi. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kecamatan Labuapi hidup sebagai petani, pertanian di Kecamatan Labuapi didominasi oleh padi, jagung dan kacang-kacangan.5 Kondisi alamnya memiliki luas sekitar 28,33 Km2 dan memiliki jumlah penduduk 61.462 jiwa terdiri dari 12 (dua belas) desa dan 73 (tujuh puluh tiga) dusun.6 Kondisi tanah di Labuapi cukup subur akan tetapi kesuburan tanah tersebut belum sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar penduduk Labuapi, karena mereka kekurangan modal untuk biaya pertaniannya. Kebanyakan yang berhasil dalam bercocok tanam adalah mereka yang memiliki modal besar. Dengan situasi seperti ini, maka masyarakat Labuapi terutama Desa Perampuan dan Telagawaru banyak yang mengadu nasib untuk menjadi tenaga kerja ke negara-negara kaya seperti Malaysia, Jepang dan Timur Tengah. Mereka berharap dengan bekerja ke luar negeri dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak serta dapat mengumpulkan modal untuk membangun usaha kelak ketika kembali ke kampungnya. Dan rata-rata pendidikan yang menjadi Tenaga Kerja ke Luar Negeri adalah SMP atau sederajat. Secara sosial ekonomi masyarakat Labuapi belum begitu mapan dan berada pada katagori menengah kebawah. Namun, Kecamatan Labuapi dipenuhi dengan perumahan-perumahan, khususnya di Desa Perampuan yang relatif memiliki pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik. Dan rata-rata penghuninya memiliki pendidikan Strata Satu (S1) dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Salah satu perumahan yang kami identifikasi adalah perumahan LA. Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _253
Perumahan LA Resort merupakan perumahan yang berdiri sekitar tahun 2008, memiliki 7 Rukun Tetangga (RT) dan 451 Kepala Keluarga, di antaranya ; 37 Kepala Keluarga Jama’ah Salafi dan 31 Kepala Keluarga Jama’ah Tablig, sedangkan sisanya sekitar 383 Kepala Keluarga bermazhab Syafi’i. Penghuninya berasal dari beberapa suku, yaitu suku Sasak, Sumawa, Mbojo, Sunda dan Jawa.7 Maka, mayoritas penghuni Perumahan LA. Resort Labuapi adalah bermazhab Syafi’i.
D. Kondisi Keagamaan Agama yang dianut masyarakat Labuapi sangat heterogen. Dari jumlah penduduk 61.462 jiwa, yang memeluk agama Islam 60.022 orang, Hindu 1.327 orang, Kristen 70 orang, Katholik 11 orang dan Budha 32 orang.8 Adapun jumlah sarana ibadah yang ada di Kecamatan Labuapi adalah sebagi berikut: 47 Masjid, 111 Mushalla, 9 Pondok Pesantren, 36 Madrasah Diniyah, 132 TPQ dan 50 Majelis Taklim.9 Dari jumlah sarana ibadah di Kecamatan Labuapi tersebut menjadikannya sebagai “tempat subur” bagi gerakan-gerakan keagamaan untuk menyebarkan paham-paham keagamaannya, seperti Salafi dan Jama’ah tablig. Sedangkan masyarakat muslim Labuapi mayoritas menganut paham keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang bermazhab Syafi’i. Menurut pengamatan dan analisa di lapangan, sejak hadirnya dua kelompok gerakan paham keagamaan tersebut, sering terjadi gesekangesekan dengan masyarakat yang kurang sepaham dengan mereka. Misalnya pelarangan membuka pengajian di masjid dan mushalla, terjadinya debat-debat yang berujung saling menghina dan mencerca kelompok masing-masing, serta pengusiran dan penggerebekan terhadap pasangan yang tidak ada ikatan pernikahan sah. Ini juga terjadi di Perumahan LA. Resort yang notabene merupakan kawasan yang kondusif bagi tumbuhnya kelompok-kelompok tersebut.
254_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
E. Kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan 1. Bimbingan dan Penyuluhan Tentang Gerakan Paham Keagamaan yang Fanatik Pada Satu Pandangan Jika kita telaah, bahwa sikap fanatik pada satu pandangan tertentu atau salah satu mazhab timbul dari sikap guluw (berlebihan) dalam beragama. Hal ini diungkapkan dalam al-Qur’an:
ٍم ِك ِك ِك ضلُّو ُق ْل َي اَي ْل َي اْل َي ِكا الَيتَي ْلغلُقو ِك ي ُق ْل َي ْل َي ْلاَي ِّق َيالَي تَيَّبِك ُقعو اَي ْل َيو آَي َي ْلو َي ْل َي ِك ِك البِك ِك َّ ضلُّو َيعن َي َيو ِكآ َيضلُّو َيكث ًري َي َي من َي ْلب ُق َيا َي
Artinya : “Katakanlah : ‘Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus’”. (QS. Al-Maidah : 77).
َي اَيُّ َيه ايَّ ا ِكَّ ُقك ْلاغُقلُقَّو ِك ا ِّق ْل ِكن فَيِكإََّّنَي اَي ْل لَي َي َيم ْلن َيك َيا َيبْل لَي ُق ْلاغُقلُقُّو ِك ْل َي ُق ُق ا ِّق ْل ِكن ُق اَي اْل ِك ِكا الَيت غلُقو ِك ِك يِك ُق َي ْلا ِّق الَي ت َّبِكعو اَي و آ َيوٍم ضلُّو َي ْل َي ْلdalam َي َي َيsebanyak َيal-Qur’an َي ُق ْل َي َيdigunakan ْل ْل َيdua kali ْل َي ْل َي Kata ini (ْلghuluw) البِك وم َيكَيثِك َيًري َيِك.ُّلHal al-hadd) ضلُّو َيعونٌة ِكمَي َينو َيض َياَياini َيَيْلبjuga ِكِكمَّنَّن َّ( ِكآاْل ُق َيmujāwazat ي م ك ُق ْلاَييَّ ِك َي اmelampaui َي َي َي َّ يَّ ِك َيpengertian َّ ِكِك فِكْل َيه ِك ْلbatas ِك َيdengan َّ َي ْل ُق ُق َي َي َي ُق ْل َي َي ditemukan dalam salah satu hadits Rasulullah yang berbunyi : َي اَي ْلو َيَي َي اَيَّ َي َي ٍم الَي تَي ْلشَيبُق ْلو,ا ِك َي ْل ِك ْل َيِك َيَي َي اَي َي ُق َي اَيَي ُق تَي َي ا ايَّ ُق َي اَيُّ َيه ايَّ ا ِكَّ ُقك ْلاغُقلُقَّو ِك ا ِّق ْل ِكن فَيِكإََّّنَي اَي ْل لَي َي َيم ْلن َيك َيا َيبْل لَي ُق ْلاغُقلُقُّو ِك ً اَيَيق اُقْلو الَي َي َي ُق ُقاِّقَي اَيبَي, َيال تَي ْل ُق ْلو, َي اَي ْلو َيَي َي, ً اَيَيق اُقْلوُق َيال َي َي ْلُق َياَي ْل َي اَيبَي, اَي ْل َي ا ِّق ْل ِكن 10
Artinya : “Wahai manusia, hindarilah sikap berlebihan (melampaui batas) dalam beragama, sebab umat-umat terdahulu binasa karena sikap melampaui batas dalam beragama”. (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).
َي ِّقلَي َيالَي تُق َيع ِّقل َي ِك ِك ِك ِك ِك ِكَّنََّي َيَي َي اَيَّ َي َيم َيَي َي ميْل ُق ُق ْلوَيٌة م َين اْل ُق َي َّ ِك فْل َيه ْلك ُق ْلاَييَّ َي ايَّ ِك َي َّ ِك َي َيِكdengan ا ِك َي ْل ِكtanaththu’. َي ٍمlain, اَيghuluw ِكالَي َّتَي ْلشhadits َي اَي ْلوmemiliki , َي اَيَي ُقkesamaan َيَي َي اdengan َّا اي َي َي ُق َي َّ َي تَي ِك ِك ِك نَيبُق ْلَّو ِكDari َي ْل َي َي ُق ب آ و ا ل وا ا ال ُقم ا ا َّ ي ا ع ا م ال } 118 { ُق َي َي َّ ُّ َي ً َي َي َيَي َيoleh َي َيAbdullah ُقْلَيdiriwayatkan َيsabda Nabi َيyang ً َيImam َي ْل َي َي َيMuslim َيDalam َي َي َيdari َيب ا ا ال و ا ق ا , و ت ال , و ا , َيب ا ا ال و ا ق َي ِكاَي, اَي ْل َي َيِكُقْل َيmemiliki َيْلاِكيُقَّ ِك ِّقَيRasulullah َيهَييَّ ُقْل ِكمنَي َيmengingatkan َي َي ْل بَيَي َيَيم َي ْلَُّقbahwa ًMas’ud, ً ْلََّي َيmereka لَيَيقَيyang َي ُق ِك عِكIbnu َي ْل ِك َي ا ا َّ ي ا َيا ل ك ه ا َي َي ) َي ُق ْل َي ْل َي (َي ُق َيِّق َي, َيyaitu ا َيmereka َيبُّ َي ْل َيtanaththu’ َيsifat ْلbinasa َي َيatau َيakan َي َي َيhancur ِّ ك املتَنَط ُع ْو َن َ ََهل }119{ ُ dan yang berlebihan dan melampaui batas dalam ucapan perbuatan. َي ِّقلَي َيالَي تُق َيع ِّقلَي ِ ني َاِكل ِكا اَي ِك اَيفْل َي َوُقَمآ ِكمأ ْْلَرن َساْلِكنَل َ لِّْل َعالَم, ًاكِكاإِالَّاَرَيقْْحَِكة َي َي َي ِك } ِكالَّمن َّ ِك118{ وا ُقْل لِك ِك ا ال ُقم ا ا َّ ي ا ع ا ب آ و ُق َي َي اَي ْل َي َي َيُّ َي َي َي َي َي َّ ً َي َي ً َي َيَيَي َي َي َي َي َي ِك ِك ِك
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _255
Sikap guluw juga terkadang bermula dari hal-hal kecil. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita akan bahaya sikap guluw dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa sederhana. Ketika selesai melontar Aqobah pada hari kesepuluh Dzulhijjah, Rasulullah meminta kepada sahabat dan sepupunya, Ibnu Abbas, untuk mengambilkan beberapa kerikil kecil kepada Nabi dan saat itu beliau bersabda agar waspada terhadap sikap guluw. Relevansi peringatan tersebut dengan kerikil-kerikil kecil yang diberikan kepada beliau adalah karena melontar itu adalah simbol dari melempar setan, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim, maka boleh jadi akan ada yang berpikiran bahwa melempar dengan batu-batu yang besar akan lebih utama daripada kerikil kecil. Dengan ucapannya itu Rasulullah seakan ingin mengantisipasi sejak dini sikap berlebihan dalam beragama yang akan timbul di kalangan umatnya.11 Prediksi Rasulullah beberapa abad silam tersebut, merupakan indikasi bahwa Rasulullah sangat mencela bagi orang yang bersikap guluw (berlebihan) dalam beragama, karena guluw ini melahirkan beberapa sikap: pertama, sikap fanatik terhadap salah satu pandangan. Kedua, sikap cenderung mempersulit dalam masalah-masalah fiqih. Ketiga, sikap berprasangka buruk terhadap orang lain, dan yang keempat, sikap mudah mengkafirkan orang lain. Sikap fanatik inilah yang membuat beberapa kelompok pemahaman keagamaan menjadi bersikap ekstrim dan kaku dalam beragama. Meskipun hal ini merupakan fenomena lama, tetapi pada beberapa dekade terakhir ini terasa membesar dan berubah menjadi bahaya yang tidak boleh disepelekan atau dipandang dengan sebelah mata. Selain sikap guluw, sikap fanatisme lahir dari rasa ‘ujub, atau merasa dirinyalah yang paling benar, dan itulah pangkal kebinasaan seperti kata Ibnu Mas’ud. Sufi terkemuka Ibnu Athaillah mengingatkan, “Boleh jadi Allah membukakan pintu ketaatan kepada seseorang tetapi tidak dibukakan baginya pintu diterimanya sebuah amal, dan boleh jadi seseorang ditakdirkan berbuat maksiat tetapi itu menjadi sebab seseorang mencapai keridhaan Allah.
256_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Kemaksiatan yang melahirkan kehinaan atau perasaan bersalah lebih bai daripada ketaatan atau kebaikan yang melahirkan rasa bangga diri dan sombong”.12 Bahkan pada suatu kesempatan, ketika penyuluh agama Islam melakukan identifikasi kelompok sasaran, terjadi dialog dengan mereka tentang metode dakwah. Dalam dialog tersebut mereka berpendapat bahwa hanya metode jawlah dan khurūj saja yang direkomendasikan oleh Rasulullah dalam berdakwah, sedang yang lain seperti ceramah, khutbah dan mengajar tidak dikatagorikan dakwah. Pendapat ini sangat kontra dengan kebanyakan pendapat para ulama bahwa metode dakwah sangat dinamis, selama tidak keluar dari prinsip amar ma’rūf nahi mungkar. Inilah yang menuntun kami untuk mengerahkan diri dalam memberikan ajaran-ajaran al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman yang benar, serta menanamkan paham wasathiyyah al-Islām (moderasi Islam). Atas dasar hasil analisis data identifikasi potensi wilayah dan kebutuhan kelompok sasaran yang ada, maka Penyuluh Agama Islam di wilayah ini membuat kelompok binaan, termasuk di dalamnya kelompok Kompleks Perumahan yaitu Perumahan LA Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi. Dalam proses pembentukan kelompok binaan tersebut, beberapa langkah diambil, di antaranya : 1). Pendekatan dengan para ketua RT di setiap blok, tokoh setiap kelompok gerakan keagamaan, tokoh masyarakat dan pengurus Takmir Masjid yang ada di Perumahan LA Resort. 2). Melakukan rapat pembentukan kelompok binaan dengan memperhatikan kebutuhan atau minat kelompok sasaran yang ada. 3). Penetapan program-program pembinaan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran. Dari pembinaan tersebut maka terbentuklah Majelis Taklim Ar-Royyan Perumahan LA. Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi dengan rata-rata 37 jama’ah yang hadir setiap kali bimbingan dan penyuluhan dilakukan. Kelompok binaan ini termasuk dalam katagori kelompok binaan perkotaan yang memiliki ciri: melihat agama dalam perspektif modern, individualistik, dan rasionalis. Oleh sebab itu,
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _257
metode penyuluhan dan bimbingan banyak menggunakan argumen dan diskusi, sehingga dapat diterima oleh obyek dakwah. yang dibentuk sebagai wadah untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pada kelompok sasaran, Penyuluhan pada Majelis Taklim Arroyan Perumahan LA. Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi menitikberatkan pada penanaman ajaran-ajaran agama Islam secara universal dan memaparkan khazanah sejarah pemikiran mazhab-mazhab dalam Islam. Tujuannya adalah agar wawasan masyarakat kelompok sasaran semakin terbuka dan menyadari bahwa Islam merupakan agama yang kaya akan khazanah keilmuan dan toleran terhadap perbedaan pendapat. 2. Bimbingan dan Penyuluhan Tentang Paham Liberal Dalam Beragama Kelompok ini banyak meresahkan masyarakat di berbagai tempat dengan kecenderungannya yang bersifat longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif budaya atau peradaban lain dil luar Islam. Dasar pemikiran kelompok ini adalah kebebasan berpikir dan berijtihad bagi siapa saja. Misalnya pendapat tentang jilbab, bahwa jilbab merupakan kultur Arab maka tidak wajib dalam Islam, wanita boleh menjadi imam bagi laki-laki, memisahkan antara urusan agama dan negara, muslim boleh menikah dengan non muslim dan lainlain. Meskipun gerakan paham-paham ini sudah lama eksis dan sudah terlalu sering dibahas bahkan diseminarkan baik ditingkat internasional maupun nasional, namun dasar-dasar pemikiran paham ini sudah sedemikian mengakar di tengah-tengah masyarakat, yang dulunya terkooptasi hanya pada kaum muda yang intelek saja. Tetapi, saat ini dengan arus globalisasi sedemikian dahsyat, pikiran-pikiran ini memasuki semua orang tanpa terkendali. Pada khirnya dalam mindset mereka terbentuk sebuah pemikiran yang sangat memperihatinkan,
258_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
bahwa agama itu urusan pribadi yang negara tidak boleh mencampurinya dan Islam harus dilihat dari isi bukan bentuknya. Dengan pola pikir tersebut, implikasinya adalah setiap mereka bebas mengekspresikan cara beragamanya, cara berpakaian, cara bergaul dengan yang bukan muhrim--nya, memahami teks-teks agama sesuai dengan logika dan seleranya dan menikah dengan siapa saja tanpa mempertimbangkan rambu-rambu syariat. Kecenderungankecenderungan ini terlihat secara faktual di wilayah binaan kami, Perumahan LA. Resort Kec. Labuapi. Bahkan ini semakin kental terlihat ketika dibenturkan dengan proses adat yaitu ”Nyongkolan”13 yang sebetulnya sudah disinergikan dengan nilai-nilai luhur suku Sasak dan agama yang dianutnya, namun dengan perubahan mindset masyarakat tadi maka prosesi “Nyongkolan” sudah mengalami pergeseran nilai termasuk tata caranya. Tidak jarang juga para muda mudi berjoget dengan seronok dan mabuk-mabukan di depan “Kecimol”14. Sangat tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa. Dari uraian di atas, bimbingan dan penyuluhan keagamaan dititikberatkan pada pemberian pemahaman wasathiyyah al-Islām (moderasi Islam), di antara upaya tersebut adalah : pertama, memberikan pemahaman bahwa Islam merupakan agama yang terdiri dari akidah, syariat dan akhlak. Tiga hal ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Kedua, menampilkan corak pemikiran Islam yang menggabungkan aspek modernitas dan tradisi, yang dalam bahasa pesantren dikatakan; al-muhāfazah ’ala al-qadīm al-Sālih wa al-akhżu bi al-jadīd al-aslah (menjaga tradisi lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik). Sikap ini penting agar pembaruan pemikiran memiliki kesinambungan sejarah dan tidak tercerabut dari akar tradisinya. Ketiga, dengan memperbanyak dialog pemikiran keagamaan. Dialog pemikiran yang tulus dengan disertai kesediaan untuk menerima kritik mutlak dilakukan supaya tidak ada prasangka antar kelompok. Agar
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _259
tidak terkesan formal, dialog juga dapat diwujudkan melalui kegiatan yang bersifat informal seperti pentas budaya Islam, seni, musik, dan olahraga. Melalui dialog pemikiran dan perjumpaan-perjumpaan informal inilah, kita dapat keluar dari dua ekstrimitas pemikiran liberal 3. Bimbingan dan Penyuluhan Agama Tentang Konsep Pemahaman Wasathiyyah al-Islām Memberikan pemahaman tentang wasathiyyah al-Islām atau moderasi Islam memiliki tingkat kesulitan tersendiri karena mindset pemahaman keagamaan obyek dakwah selama ini terkristal dalam suatu mazhab tertentu yang memiliki akar kuat di tengah masyarakat setempat. Namun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan kami untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan agama Islam kepada mereka agar mendapatkan pemahaman agama yang benar sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu, sebagai rahmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi alam semesta). Sebagaimana firman Allah menyatakan :
ك املتَنَطِّ ُع ْو َن َ َهل ُ َ
ِ ني َ ََوَمآ أ َْر َسلْن َ لِّلْ َعالَم, ًاك إِالََّر ْْحَة
artinya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.15 Rahmat bagi semesta alam tidak akan terwujud, melainkan dengan memahami agama ini dengan benar dan sesuai koridor yang sudah digariskan al-Qur’an dan Hadits. Salah satunya adalah mengusung konsep wasathiyyah dalam Islam.
َخْي ُر ْاْل ُُم ْوِر أ َْو َساطَُها
الضَرِر َّ ِالضَرُر الَ يَُز ُال ب َّ
Secara bahasa al-wasathiyyah berasal dari kata wasath yang memiliki makna yang berkisar pada adil, baik, tengah dan seimbang.16 Seseorang yang adil akan berada di tengah dan menjaga keseimbangan dalam menghadapi dua keadaan. Kata ini mengandung makna baik seperti dalam ungkapan “Sebaik-baik urusan adalah awsāthuha (yang pertengahan)” karena yang berada di tengah akan terlindungi dari cela atau aib yang biasanya mengenai bagian ujung atau pinggir.
تُ َع ِّسَرا َوالَ يَ ِّسَرا
ِالطَ ِري َقةُ أَه ُّم ِمن املادة ََ َ َ ْ Begitu melekatnya kata
wasath dengan kebaikan sehingga pelaku kebaikan itu sendiri dinamai juga wasath, orang yang baik. Karena itu, ia
ِ ان احل ِال أَفْصح ِمن لِس ِ لِس ان امل َق ِال َ ْ َ ُ َ َ َ
260_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
selalu adil dalam memberi keputusan dan kesaksian.17 Dalam al-Qur’an, kata wasath dan derivasinya disebut sebanyak lima kali dengan pengertian yang sejalan dengan makna di atas. Pakar tafsir Abu al-Su’ud menulis, kata wasath pada mulanya menunjuk pada sesuatu yang menjadi titik temu semua sisi seperti pusat lingkaran (tengah). Kemudian berkembang maknanya menjadi sifat-sifat terpuji yang dimiliki manusia karena sifatsifat tersebut merupakan tengah dari sifat tercela.18 Demikian pula makna kata tersebut dalam hadits. Pakar kosa kata hadits, Ibnu al-Atsir, ketika
ك املتَنَطِّ ُع ْو َن َ ََهل ُ
ِ ني َ ََوَمآ أ َْر َسلْن َ لِّلْ َعالَم, ًاك إِالََّر ْْحَة
menjelaskan hadits yang berbunyi “
” َخْي ُر ْاْل ُُم ْوِر أ َْو َساطَُهاmenjelaskan
bahwa setiap sifat terpuji memilik dua sisi (ujung) yang tercela. Secara istilah ulama terkemuka, Yusuf Qaradhawi menjelaskan, al-wasathiyyah adalah upaya menjaga keseimbangan antara dua sisi/ujung/pinggir yang berlawanan atau bertolakbelakang, agar jangan sampai yang satu mendominasi yang lain.19
الضَرِر َّ ِالضَرُر الَ يَُز ُال ب َّ تُ َع ِّسَرا َوالَ يَ ِّسَرا
Sikap wasathiyyah (moderat) dalam beragama, terutama dalam memahami dan mengamalkan teks-teks keagamaan, ditandai dengan beberapa ciri antara lain : a) Memahami realitas (fiqh al-wāqi’)
ِالطَ ِري َقةُ أَه ُّم ِمن املادة ََ َ َ ْ
Kehidupan manusia selalu berubah dan berkembang tiada batas, sementara teks-teks keagamaan terbatas. Karena itu ajaran Islam berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap (tsawābit), dan hal-hal yang dimungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu (mutagayyirāt). Yang tsawābit hanya sedikit, yaitu berupa prinsip-prinsip akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlaq, dan tidak boleh diubah. Sedangkan selebihnya mutagayyirāt yang bersifat elastis/fleksibel (murūnah) dan dimungkinkan untuk dipahami sesuai perkembangan zaman.
ِ ان احل ِال أَفْصح ِمن لِس ِ لِس ان امل َق ِال َ ْ َ ُ َ َ َ
Segala tindakan hendaknya diperhitungkan maslahat dan madharatnya secara realistis, sehingga jangan sampai keinginan melakukan kemaslahatan mendatangkan madharat yang lebih besar. Dan atas pertimbangan realistis juga para ulama merumuskan kaidah
ْاْل ُُم ْوِر أ َْو َساطَُهاPeran َخْي ُرPenyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _261 : “
الضَرِر َّ ِالضَرُر الَ يَُز ُال ب َّ ”
(mudharat tidak dapat dihilangkan dengan
mudharat juga).20
b) Memahami fiqh al-Awlawiyyāt (fiqih prioritas)
تُ َع ِّسَرا َوالَ يَ ِّسَرا
Di dalam Islam perintah dan larangan ditentukan bertingkat-tingkat. Misalnya, perintah ada yang bersifat anjuran, dibolehkan (mubāh), ditekankan untuk dilaksanakan (sunnah mu’akkadah), wajib dan fardhu (‘ain dan kifāyah). Sedangkan larangan ada yang bersifat dibenci bila
ِالطَ ِري َقةُ أَه ُّم ِمن املادة ََ َ َ ْ
dilakukan (makrūh) dan ada yang sama sekali tidak boleh dilakukan (harām). Demikian pula ada ajaran Islam yang bersifat usūl (pokokpokok/prinsip), dan ada yang bersifat furū’ (cabang).
ِ ان احل ِال أَفْصح ِمن لِس ِ لِس ان امل َق ِال َ ْ َ ُ َ َ َ
Sikap moderat menuntut seseorang untuk tidak mendahulukan dan mementingkan hal-hal yang bersifat sunnah, sementara yang wajib ditinggalkan. Mengulang-ulang ibadah haji adalah sunnah, sementara membantu saudara muslim yang kesusahan, apalagi tetangganya, adalah sebuah keharusan bila ingin mencapai kesempurnaan iman. Maka yang wajib seyogyanya didahulukan dari yang sunnah. Demikian pula penentuan hilal puasa dan Idhul fitri adalah persoalan furū’iyyah yang tidak boleh mengalahkan dan mengorbankan sesuatu yang prinsip dalam ajaran agama yaitu persatuan umat.
c) Memahami sunnatullah dalam penciptaan Sunnatullah dimaksud adalah graduasi atau penahapan (tadarruj) dalam segala ketentuan hukum alam dan agama. Langit dan bumi diciptakan Allah dalam enam masa (sittati ayyām), padahal sangat mungkin bagi Allah untuk menciptakan sekali jadi dengan “kun fayakūn” . Demikian pula penciptaan manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan yang dilakukan secara bertahap. Bahkan dalam menentukan syariat pun terkadang dilakukan secara bertahap, seperti larangan minum khamar yang melalui empat tahapan (baca QS. an-Nahl : 67, QS. Al-Baqarah : 219, QS. An-Nisa : 43, QS. Al-Maidah : 90). Tahapan dalam ajaran agama terbaca jelas dalam ungkapan Sayyidah Aisyah :
َي اَيُّ َيه ايَّ ا ِكَّ ُقك ْلاغُقلُقَّو ِك ا ِّق ْل ِكن فَيِكإََّّنَي اَي ْل لَي َي َيم ْلن َيك َيا َي ْلب لَي ُق ْلاغُقلُقُّو ِك ْل َي ُق ُق ا ِّق ْل ِكن 262_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 ِكَّنََّي َيَي َي اَيَّ َي َيم َيَي َي ِكمْلي ُق ُق ْلوَيٌة ِكم َين اْل ُق َي َّ ِك فِكْل َيه ِك ْلك ُق ْلاَييَّ ِك َي ايَّ ِك َي َّ ِك َي َي اَي ْلو َيَي َي اَيَّ َي َي ٍم الَي تَي ْلشَيبُق ْلو,ا ِك َي ْل ِك ْل َيِك َيَي َي اَي َي ُق َي اَيَي ُق تَي َي ا ايَّ ُق ً اَيَيق اُقْلو الَي َي َي ُق اِّقَي اَيبَي, َيال تَي ْل ُق ْلو, َي اَي ْلو َيَي َي, ً اَيَيق اُقْلو َيال َي َي ُق اَي ْل َي اَيبَي, اَي ْل َي
اَي ْل َيو آَي َي ْلوٍم َي ْل َيك َيا َيبْل لَي ُق ُق
Artinya : “Yang pertama kali turun dari al-Qur’an adalah surah-surah yang menyebutkan surga dan neraka, kemudian ketika orang banyak َيالَي تُق َيع ِّقلmasuk َي َي ِّقلَي Islam turunlah ketentuan halal dan haram. Kalau yang turun pertama kali ‘jangan minum khamar’, maka mereka akan mengatakan, ‘kami tidak akan } ِكالَّمن َّ ِك118khamar meninggalkan ا َّ َي ايkali َياَي َيعturun { َيلِك ِك َيselamanya’, ُّ‘ آَي َيبjangan ً ِك َيbila َيالَيَيَي اُق َيdan وا ُقْل ً ا َُّقمpertama َي اَي ْلو َي َي َيmaka mereka َي َي َيberzina’, akan mengatakan, ‘kami tidak akan meninggalkan ِك ِك ِك وperbuatan َيكاَيلِكْل َي َيُق اَيْلبِّق ِك َي ِكاdari َّ(وَي ِكَيهيَّ َيِك يِكم َيُقن ْل ْلاِكَييHR. ْلِكَي َي اْلselamanya’”. َيالُق ْلَيمالَيتَي َّغْلAl-Bukhari ياََّي ِّق ِكاَي اَيالَي ْلتَيَّعبِك ُقعَيzina َيَُّق ْل َيAisyah) َيبُّ َي َي ا َي ا َي َي لَي َيق ُقه ْل َي
}119{ البِك ِك Sunnatullah perhatian َيو ِكآberbentuk لُّو َيكثِك ًريini َيض ن َي ْلبmendapatkan ِكم َّ yang َي َيtadarruj َيا َيperlu ضلُّو َيعن َي ُق dari mereka yang berkeinginan untuk mendirikan negara Islam demi tegaknya syariat Islam. Dalam kaitan dengan ini, perlu diperhatikan ِك ِك ِك ِك اِكل ِكا ا ِك َي ق ا ا ل ا ن م ف ا ْل َي ِك ِك َّ ِك َي َي َي ْل ِك ُق peta kekuatan dan hambatan yang ada. Keinginan sebagian kalangan َي ا َّ ُقك ْل َيْلاغُقلُقَّو ا ِّق ْلن فَيإَّنَي اَي ْل لَي َي َيم ْلن َي اَيُّ َيه َي ايَّ ُق untuk menegakkan negara Islam dengan menggunakan kekuatan atau ا ِّق ْل ِكنtermasuk Indonesia, kekerasan ِكdalam sejarah dibanyak negara Islam, ِك َيا تَي ُققواُقوmerugikan عي َي ا اdakwah }2{ وا وا َيم َيُّ َيه اَّ ِك َين آَي َيميُقوitu َي ا الَيتَي ْل َيعلُقpemerintah َيsebab ِكَي تَي ُققواُق َيnegara-negara ً َيكبُق َي َيم ْلقIslam, justru menghadapinya secara represif. م الَيت علُقوا ِك ِك
ِك َي َي ْل َي َي ِكَّنََّي َيَي َي اَيَّ َي َيم َيَي َي ِكميْل ُق ُق ْلوَيٌة ِكم َين اْل ُق َي َّ ِك فْل َيه ْلاَييَّ َيd) ْلك ُقMemberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama تَي ا ايَّ ا ِك َي ْل ِك َيِك َيَي َي اَيَّ َي َي ٍم الMemberikan َي اَي ْلو, َي اَيَي ُقkemudahan َيَي َي اَي َي ُقadalah ْلmetode َي ُقal-Qur’an dan metode yang اَيَيق, َيال تَي ْل ُق ْلو,oleh اَيَيق اُقْلو, اَي ْل َيMu’adz bin Jabal dan ْلو َيَي َيRasulullah. َي اَي, ً اَي ْل َي اَيبَيKetika اُقْلو الَي َي َي ُق اِّقَيditerapkan َيال َي َي ُقmengutus ايَّ ِك
َّ} ِكال118{ ْلاِكيَّ ِك َي ايَّ ا
Musa al-Asy’ari ke Yaman, beliau berpesan agar keduanya memberi kemudahan dalam berdakwah dan berfatwa, dan tidak mempersulit orang, Rasulullah mengatakan : ” ل ( “ ِّقل الَي تُقع ِّقpermudahlah dan
jangan mempersulit).21
َي َي
َي َي َي
tidak berarti sikap moderat mengorbankan teks-teks keagamaan ِكIni ِكdengan ل ََّي َياَي َيع َي ايbagi ُّ آَي َيبmasyarakat, َي ِك َي ً َيالَيyang َيَي اُق َيmencari ً ا ا َُّقم tetapi dengan َي اَي ْلو َي وا ُقْلَي َي َيtermudah teks-teks ِكitu dan memahaminya mendalam untuk اِك َي اِكsecara َّ َّ ِكم َينmencermati َّ ي ه َيا َيم ب ل ك ه ق ل ب َي َي ُّ ِّق َي ُق َي َي َي َي ْل َي ْل َي ُق َي َي َي ْل َي َي َي َي
}119{
اِكل ِكا ا ِك اَيفْل ِكمن اِكل ِكا ا َيق ِك َي َي َي ُق ْل َي َي
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _263
menemukan kemudahan yang diberikan agama. Bila dalam suatu persoalan ada dua pandangan berbeda, satu lebih ketat dan yang lainnya lebih mudah, maka yang termudah itulah yang diambil sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah bahwa setiap kali beliau disodorkan dua pilihan beliau selalu mengambil yang paling mudah di antara keduanya. e) Memahami teks-teks keagamaan secara komprehensif Syariat Islam akan dapat dipahami dengan baik manakala sumbersumber ajarannya (al-Qur’an dan Hadits) dipahami secara komprehensif, tidak parsial (sepotong-sepotong). Ayat-ayat al-Qur’an begitu juga hadits-hadits Nabi, harus dipahami secara utuh, sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling menafsirkan (al-Qur’ān yufassiru ba’duhu ba’dan). Dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an secara utuh akan dapat disimpulkan bahwa kata jihad salam al-Qur’an tidak selalu berkonotasi perang bersenjata melawan musuh, tetapi dapat bermakna jihad melawan hawa nafsu dan setan.22 Membaca al-Qur’an secara utuh dapat diibaratkan seperti melihat tahi lalat di wajah seorang perempuan yang memberinya nilai plus dan menambah daya tarik. Tetapi tidak akan menarik bilamana yang diperhatikan hanya tahi lalatnya. Demikian pula ajaran al-Qur’an akan tampak sebagai sebuah rahmatan lil ‘ālamīn, berwatak toleran dan damai bila dicermati semangat umum ayat-ayatnya. Sebaliknya bila ayat-ayat qitāl (perang) yang diperhatikan, terlepas dari konteks dan kaitannya dengan ayat-ayat lain, maka al-Qur’an akan terkesan sebagai ajaran keras, kejam dan tidak toleran. f) Terbuka dengan dunia luar, mengedepankan dialog dan bersikap toleran Sikap wasathiyyah al-Islām atau moderat dalam Islam ditunjukkan melalui keterbukaan dengan pihak-pihak lain yang berbeda pandangan. Sikap ini didasari pada kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat manusia adalah sebuah keniscayaan, termasuk pilihan
َي َيَي َي َي َيَي ُق َي ْل َيَي َي ْل َيُقْل ً اَيَيق اُقْلو الَي َي َي ُق اِّقَي اَيبَي, َيال تَي ْل ُق ْلو, َي اَي ْلو َيَي َي, ً اَيبَي
264_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
ْل َي َي َي ُق اَيَيق اُقْلو َيال َي َي ُق اَي ْل َي, اَي ْل َي ل ال ت عل
َي ِّق َي َي َي ُق َي ِّق untuk beriman atau tidak.23 Perbedaan sebagai sebuah َيkeniscayaan dinyatakan dalam firman Allah : َي َي
} ِكالَّمن َّ ِك118{ َي ْلاِكيَّ ِك ايَّ ِكا اَي ْل عِك َي َي
َي آ بُّ َياع ايَّ ا ا َُّقم ً ِك ً الَي اُق َي ِك ِك وا ُقْلَيل َي َي َي َي َيَي َي َي َي َي َي َي َي َّ َي اِك َي اِك َي َي لَي َيق ُقه ْل َيَيَّ ْل َيكلِك َي ُق َيبِّق َي ْلَيم َيا َي َيهيَّ َي ِكم َين
َي اَي ْلو َيبُّ َي
}119{
Artinya : ”Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih ِكمن اِكل ِكا ا َيق ِكpendapat, ا ِكkecuali َي ف ا اِك َيل ِكا ْل َي َي orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu, َيdan ْلuntuk itulah Allah ُق َي menciptakan mereka, kalimat Tuhanmu telah ditetapkan, sesungguhnya aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) ِك وsemuanya.”. ل ع ت ال م وا ا و ق ت و ي } َيكبُق َي َيم ْلقً ِكعي َي اِك اَيا تَي ُققواُق2{ وا ُق ُق َي اَيُّ َيه اَّ ِك َين آَي َيمُق َي َي ُق َي َي َيَي ْل َي َي
َيم الَيتَي ْل َيعلُق Keterbukaan dengan sesama mendorong seorang muslimوا َيmoderat untuk melakukan kerjasama dalam mengatasi persoalam-persoalan bersama dalam kehidupan. Prinsipnya adalah bekerjasama dalam hal-hal yang menjadi kesepakatan untuk diselesaikan secara bersama, dan bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada. Dengan uraian di atas, maka pemahaman konsep wasathiyyah al-Islām atau moderasi Islam masyarakat Perumahan LA. Resort Labuapi dalam beragama semakin baik dan terarah. Kelompok-kelompok gerakan keagamaan dan kaum liberal yang didominasi kaum remaja dan pemuda dapat memahami dan mempraktikkan konsep wasathiyyah al-Islām sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga terbentuk keberagamaan yang toleran, terbuka dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama Islam.
D. Materi Bimbingan dan Penyuluhan Melihat latar belakang anggota Majelis Taklim Arroyan Perumahan LA. Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi dan hasil identifikasi wilayah serta kelompok sasaran, penyuluh agama Islam menyusun materi bimbingan
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _265
dan penyuluhan pada kelompok sasaran yang disesuaikan dengan rencana kerja operasional dalam satu tahun yang terdiri dari materi bimbingan dan penyuluhan, tujuan, sasaran, teknis pelaksanaan dan waktu pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. Materi yang diberikan adalah materi yang dibutuhkan oleh kelompok binaan berdasarkan identifikasi kelompok sasaran yaitu menanamkan sikap wasathiyyah alIslām (moderasi Islam) dalam beragama, materi tersebut antara lain : 1. Materi tentang wasathiyyah al-Islām
Materi ini terdiri dari: Pengertian wasathiyyah, sejarah paham wasathiyyah dalam Islam, cerminan wasathiyyah dalam ajaran Islam, ciri-ciri al-wasathiyyah ; memahami realitas (fiqh al-Waqī’), memahami fiqih prioritas (fiqh al-awlawiyyāt), memahami sunnatullah dalam penciptaan, Agama Islam adalah agama rahmat, memahami teksteks keagamaan secara komprehensif dan toleransi menurut Islam.
Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengertian wasathiyyah al-Islām sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan beragama yang terlepas dari sikap ekstrim dan kaku. 2. Materi tentang Liberal atau longgar dalam beragama
Materi ini terdiri dari: Pengertian liberal dalam beragama, sejarah paham liberal atau longgar dalam beragama, ciri-ciri pemikiran paham liberal, pandangan Islam terhadap pemikiran paham liberal, bahaya paham liberal dan tafsir surat al-Baqarah ayat 143 dan surat ali Imran ayat 110.
Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang pemikiran paham liberal sehingga dapat dihindari dan semakin teguh dalam memegang serta mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
266_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
ك املتَنَطِّ ُع ْو َن َ ََهل ُ Materi ini terdiri dari : Pengertian fanatik (ta’assub) dalam pandangan
3. Materi tentang paham fanatisme mazhab
Islam, pengertian guluw (berlebihan) dalam beragama, sejarah perkembangan mazhab-mazhab dalam Islam, dan pengertian bid’ah menurut Islam.
ِ ني َ ََوَمآ أ َْر َسلْن َ لِّلْ َعالَم, ًاك إِالََّر ْْحَة
Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk membuka wawasan
َخْي ُر ْاْل ُُم ْوِر أ َْو َساطَُها
serta meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat dalam masalah-masalah furū’iyyah.
E. Metode Bimbingan dan Penyuluhan
الضَرِر َّ ِالضَرُر الَ يَُز ُال ب َّ
Unsur terpenting bagi seorang penyuluh atau da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya adalah metode dakwah, karena dengan metode yang tepat dan baik akan menghasilkan dakwah yang efektif dan berkualitas. Bahkan begitu pentingnya metode dalam berdakwah, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan metode lebih diprioritaskan daripada materi, seperti kata pepatah : (metode lebih penting daripada materi).
تُ َع ِّسَرا َوالَ يَ ِّسَرا
ِالطَ ِري َقةُ أَه ُّم ِمن املادة ََ َ َ ْ
Dalam bimbingan dan penyuluhan di Majelis Taklim Arroyyan ini, ada beberapa metode yang digunakan, diantaranya: 1. Metode Ceramah
ِ ان احل ِال أَفْصح ِمن لِس ِ لِس ان امل َق ِال َ ْ َ ُ َ َ َ
Ceramah adalah cara berdakwah yang paling terkenal serta memiliki pengaruh sangat kuat dalam memperbaiki hati, mengarahkan jiwa kepada kebaikan dan menggerakkan setiap panca indera seseorang untuk memperbaiki diri. Karena metode inilah yang dilakukan Rasulullah kepada masyarakat di Madinah.24 Metode ini akan sangat efektif dan efisien jikalau dilakukan dengan tiga hal: pertama, dilakukan dengan hati yang ikhlas. Kedua, dilakukan dengan mencari keridhaan Allah semata, dan yang ketiga, dilakukan dengan fasahatul lisān (bahasa yang jelas, baik dan santun) yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan obyek dakwahnya.25
ِ ني َ ََوَمآ أ َْر َسلْن َ لِّلْ َعالَم, ًاك إِالََّر ْْحَة Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _267
َخْي ُر ْاْل ُُم ْوِر أ َْو َساطَُها ِك ِك ِك ضلو ُق ْل َي اَي ْل َي اْل َي ِكا الَيتَي ْلغلُقو ِك ي ُق ْل َي ْل َي ْلاَي ِّق َيالَي تَيَّب ُقعو اَي ْل َيو آَي َي ْلو َي ْل َي Diskusi dan tanya jawab merupakan yang ِكefisien dalam عن و ِكcara البِك ُّ ِك آ و ل ض َيكثyang َيضلُّو ُق َياsedang ِكمن َي ْلب َّ َي َي َي الضًريرِرَي َي َي menyerap dan mengidentifikasi masalah-masalah َّ ِالضَرُر الَ يَُز ُال ب َّ berkembang pada obyek dakwah, sehingga dapat َcepat diselesaikan
2. Metode ٍمdan Tanya ِكJawab ُّ Diskusi
dengan prinsip mau’izatul hasanah (nasehat yang baik) berdasarkan َي اَيُّ َيه ايَّ ا ِكَّ ُقك ْلاغُقلُقَّو ِك ا ِّق ْل ِكن فَيِكإََّّنَي اَي ْل لَي َي َيم ْلن َيك َيا َيبْل لَي ُق ْلاغُقلُقُّو ِك ْلakan ُقterbangun ُقhadits, ijma dan qiyas. Dengan metode َيini, al-Qur’an,
تُ َع ِّسَرا َوالَ يَ ِّسَرا
komunikasi dua arah dan kekeluargaan antara komunikator dengan ا ِّق ْل ِكن komunikan. Dua hal tersebut akan mempermudah transfer materi kepada komunikan. 3.
ِِكالطَ ِري َقةُ أَه ُّم ِمن املادة ِك ِك ِك ِك ِك ِك ِك ِك ا ن م و ي م َّ ي ا ا َّ ي ك ه ف ْل ْل َّ َّ َّنََّي َيَْي َي اَيََّ َي َيم َ َيَيََي َ ْل ُق ُق ْل َيٌة َي ُق َي َي َيKeteladanan Metode ْل َيal-Hasanah) (ْل ُق َي َيal-Uswah َي ٍمmengatakan الَي تَي ْلشَيبُق ْلوArab Pepatah َي اَي ْلو َيَي َي اَيَّ َي,: ا ِك َي ْل ِك ْل َيِك َيَي َي اَي َي ُق َي اَيَي ُق تَي َي ا ايَّ ُق ِ ِ ان احل ِال أَفْصح ِمن لس ِ لِس ِ َق,ان امل ال َيب ا ا ال و ا ق ا , و ت ال , و ا َيب ا ا ال و ا ق ا , َ َي ُق َي َي ُق َي ْ َ َي َي ِّق ُ ً َي ْل ُق ْل َي ْل َي َي َي ُق َي َي اَيَ ْل َي َي ْل َي َي ُق َي ْل َيَ َي ً َ َي ْل َيَي Artinya : “Bahasa kenyataan lebih fasih daripada bahasa lisan”
Atau dalam istilah lain “al-qudwah qabla al-da’wah” (keteladanan َي ِّقلَي َيالَي ت ُق َيع ِّقلَيini sebelum berdakwah). Dalam lingkup dakwah pernyataan benar adanya. Sebab, dakwah adalah upaya mengajak manusia untuk melakukan kebaikan menjauhi petunjuk ُقْل ِك ِكdan ِكkeburukan } ِكالَّمن َّ ِك118 وا ََّيع َي ايsesuai َي اَي ْلو ُّ َي آَي َيبda’i َي اُق َيdidapat َيل َيcepat َي ً َيالَيَيketika َي َياَيpositif َيRespon{akan ا ا َُّقم ً َي َيkepribadian َيagama. اِكيَّ ِك ايَّ ِكا اَي ِكlebih َُّقه َيlain. َّ َي ْلَيمdaripada َّ َي َيهيmewujud َيا بُّ َي اِك َي اِك َي َي لَي َيق atau ِكمن ْلdulu ْل َيكلِك ُق بِّقorang ْل َيع َيpenyuluh
َي
َي َي
َي َي
ْل َي
َي
َي
119{ Keteladanan yang baik merupakan sebuah metode }agung dibandingkan dengan metode-metode dakwah lainnya. Metode ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena tidak sedikit orang اِكل ِكا ا ِك اَيفْل ِكمن اِكل ِكا ا َيق ِك yang dapat mensinergikan antara perkataan َي َي َي ُق ْلperbuatan. َي َيdengan Allah mengatakan dalam firman-Nya :
َيكبُق َي َيم ْلقً ِكعي َي اِك اَيا تَي ُققواُقو
}2{
وا وا َيم الَيتَي ْل َيعلُق َي َي اَيُّ َيه اَّ ِك َين آَي َيميُقو ِكَي تَي ُققواُق َي وا َيم الَيتَي ْل َيعلُق َي
Artinya : ”Hai orang-arang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”. (QS. Al-Shaf : 2-3)
268_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Dalam ayat di atas, Allah secara gamblang membenci seseorang yang perkataan tidak sesuai dengan perbuatannya, dan ayat ini menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk selalu memberikan keteladanan yang baik dari berbagai aspek sebagaimana Rasulullah memberikan keteladanan kepada umatnya. Metode ini sangat jitu dan ampuh untuk memberikan palajaran dan contoh kepada kelompok sasaran. Inilah yang sering kita kenal dengan dakwah bil hal.
F. Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan bimbingan dan penyuluhan dengan mengacu pada standar atau kriteria program yang ditetapkan. Evaluasi diperlukan agar dapat memperbaiki aspek-aspek yang dipandang kurang dan meneruskan apa-apa yang dipandang telah baik. Adapun aspek-aspek yang devaluasi antara lain : 1. Aspek Sasaran Bimbingan dan Penyuluhan
Pada aspek ini, evaluasi terkait dua hal : a. Penyelenggaraan
Dalam menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan pada Majelis Taklim Arroyyan, para penyuluh membuat instrumen evaluasi setiap kali kegiatan dilakukan. Di antara intrumen itu adalah : tingkat kehadiran dan partisipasi peserta kelompok binaan.
b. Kemampuan Jama’ah
Evaluasi aspek ini menggunakan beberapa metode, yaitu guna mengukur sejauhmana perkembangan knowledge (pengetahuan) jama’ah, atau dikenal dengan metode test, bertujuan mengetahui sejauhmana jama’ah memahami konsep materi. Untuk mengukur attitude (perilaku), menggunakan metode pemantauan dengan
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _269
tujuan sejauhmana respon jama’ah terhadap pemahaman materi. Sedangkan untuk mengukur skill (kemampuan), menggunakan metode pemantauan juga dengan tujuan sejauhmana aktualisasi pemahaman jama’ah terhadap materi. 2. Aspek Penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan
Pada aspek ini, evaluasi menyangkut lima hal : a. Tujuan b. Materi c. Metode d. Waktu e. Sarana
Kelima hal tersebut selalu dilakukan evaluasi guna mendapatkan penyempurnaan seuai dengan kebutuhan di lapangan. Evaluasi sendiri dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas bimbingan dan penyuluhan
Adapun pelaporan kegiatan bimbingan dan penyuluhan dilakukan setiap minggu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dan merujuk pada surat tugas dari Kepala Kantor Kementerian Agama tentang kelompok binaan.
Naskah pelaporan memuat beberapa komponen data, yaitu : a. Data penyuluh agama b. Data kelompok binaan, peserta dan penyelenggara c. Tujuan, target dan tema d. Materi dan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan e. Evaluasi f. Penutup
270_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
G. Penutup Al-Qur’an menyebut umat Islam sebagai umat terbaik yang akan menegakkan kebenaran dan menghalau kebatilan. Kebaikan tersebut diperoleh karena sifat moderat yang dimilikinya (ummatan wasathan) yang menuntut adanya keadilan dan kebaikan. Tetapi untuk mewujudkannya tidaklah mudah, dan itu harus dimulai dari kita sendiri. Sebuah perubahan masyarakat akan terwujud jika dimulai dari upaya memperbaiki diri, maka untuk itu konsep wasathiyyah al-Islām dalam kehidupan sehari-hari, baik pada tataran individu maupun kelompok. Selain hal tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi sangat penting guna menambah kualitas dan kuantitas dari bimbingan dan penyuluhan di tengah masyarakat. Semoga dengan begitu wajah Islam yang damai, moderat dan toleran akan mendatangkan rahmat serta kedamaian bagi umat manusia. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan di Majelis Taklim Arroyyan Perumahan LA. Resort Labuapi merupakan sebuah contoh bahwa paham wasathiyyah al-Islām yaitu ‘adalah (keadilan), at-tawazun (keseimbangan) dan tasamuh (toleran), secara bertahap namun pasti memberi pengaruh kepada mindset kelompok binaan, terutama dalam beragama dan menyikapi perbedaan satu sama lainnya. Beberapa indikator dapat kita lihat, diantaranya jama’ah sudah tidak menonjolkan perbedaan dalam melaksanakan ajaran agama, pengajian bersama dan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan secara bersama.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _271
Daftar Pustaka
Ali Al-Najjar, Muhammad, Mu’jam alfaz al-Qur’ān al-Karīm, Kairo: Mu’jam al-Lughah al-Arabiyyah, 1996 al-Su’ud, Abu, Irsyād al-Aql al-Salīm, Beirut: Darul Khair, 2000 Al-Qaradhawi, Yusuf, al-Khasāis al-‘āmmah li al-Islām, Kairo: Maktabah Wahbah, 1996, cet IV Al-Bukhari, Imam, sahīh Bukhari, Riyadh: Maktabah Dar- Salam, 2001. al-Ashfahani, Al-Raghib, al-Mufradāt fi Garīb al-Qur’ān, Beirut: Dar alMakrifah, 2002. al-Qaradhawi, Yusuf, al-Sahwah al-Islāmiyyah Bayna al-Jumūd wa alTatharruf, Kairo: Dar al-Syuruq, 2001, cet. I Ajibah, Ibnu, Īqāz al-Himām Syarh Matn al-Hikām, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1998. Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Lombok Barat tahun 2012 Data Kantor Kecamatan Labuapi tahun 2012 Data Pengurus Takmir Masjid Riyadhul Jinan Perumahan LA. Resort Labuapi Data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Labuapi tahun 2012 Data Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan dan Bimas Islam Kemenag Kab. Lombok Barat tahun 2013
272_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Faris, Ibnu, Mu’jam Maqāyis al-Lugah, Kairo: Darul Hadits, 2008. Hakim, Abdul Hamid, as-Sullam, Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, Juz 2, Jil. II. Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsinya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012 Keputusan Menkowasbangpan Nomor : 54/Kep/MK/WASPAN/9/1999 tanggal 30 September 1999 tentang Jabatan Fungsional PA dan Angka Kreditnya. Litbang Departemen Agama. 2009. Jurnal Harmoni Volume VIII. Jakarta: Litbang Departemen Agama. 2009. No. 30 Mutawalli, Rif’at Mujahid, Manhaj ad-Da’wah wa THurūq ad-Du’āt, Kairo: Mathba’at al-Azhar al-Syarif, 1997 Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013. 4th International Symposium of Journal Antropologi Indonesia July 1215, 2005 UI Jakarta
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _273
Endnotes
1. Litbang Departemen Agama, Jurnal Harmoni Volume VIII, Nomor 30 tahun 2009, Jakarta: Litbang Departemen Agama, h. 180
2. Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013
3. Tulisan ini pernah dipresentasikan dalam 4th International Symposium of Journal Antropologi Indonesia July 12-15, 2005 di UI Jakarta
4. Keputusan Menkowasbangpan Nomor : 54/Kep/MK/WASPAN/9/1999 tanggal 30 September 1999 tentang
Jabatan Fungsional PA dan Angka
Kreditnya.
5. BPS Kab. Lombok Barat tahun 2012 6. Sumber Kantor Kecamatan Labuapi tahun 2012 7. Data Pengurus Takmir Masjid Riyadhul Jinan Perumahan LA. Resort Labuapi
8. KUA Kecamatan Labuapi tahun 2012 9. Data seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan dan Bimas Islam Kemenag Kab. Lombok Barat tahun 2013
10. Muhammad Ali Al-Najjar, Mu’jam alfaz al-Qur’ān al-Karīm, Kairo: Mu’jam alLugah al-‘Arabiyyah, 1996,, 4/295
11. Yusuf al-Qaradhawi, al-Sahwah al-Islāmiyyah Bayna al-Jumūd wa al-Tatarruf, Kairo: Dar al-Syuruq, 2001, Cet.I, h. 25
12. Ibnu Ajibah, Īqāz al-Himam Syarh Matn al-Hikām, Beirut: Dar al-Kutub alIlmiah, 1998, h. 112
13. Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi perkawinan
pada suku sasak di Lombok. Kegiatan ini
berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah
274_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 mempelai wanita.
14. Kecimol merupakan kreativitas budaya tapi sudah diselewengkan sehingga menjadi group musik yang mengeringi kedua mempelai ketika nyongkolan.
15. QS. Al-Anbiya ayat 107 16. Ibnu Faris, Mu’jam Maqāyis al-Lugah,, Kairo: Darul Hadist, 2008, 1/522 17. Muhammad Ali Al-Najjar, 6/248 18. Abu al-Su’ud, Irsyād al-Aql al-Salīm, 1/123 19. Yusuf Qaradhawi, al-Khasāis al-‘āmmah li al-Islām, Kairo: Maktabah Wahbah, Cet. IV, 1996, h. 115
20. Abdul Hamid Hakim, as-Sullam, Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, Juz 2, h. 60
21. HR. Al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ari 22. Al-Raghib al-Ashfahani al-Mufradāt fi Garīb al-Qur’ān, Bairut: Dar alMakrifah, 2002, h. 101
23. QS. Al-Kahf : 29 24. Rif’at Mujahid Mutawalli, Manhaj ad-Da’wah wa Thuruq ad-Du’aat, Kairo: Mathba’at al-Azhar al-Syarif, 1997, h. 65
25. Ibid, h. 66
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _275
Mosque and Social-Religion Function; An Efforts to Actualize the Role of The Youth of Mosque Organization
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid
Ikhwanul Mu’minin & Ahmad Syamsuddin Pusat Kajian Indonesia Youth Forum email:
[email protected],
[email protected]
Abstract : Islam teaches us the principle of balance between the world and the hereafter . This principle can be seen from the function of mosque. The building that became the identity of the Muslim community is not only a place for worship like shalat and recite al-Quran, but also as place that have many function. It is shown how the Prophet Mohammad used to make the mosque not only as the central religious but also the center of military, economic, social, including enforcing the law. The Youth of Mosque Organization, the organization born from mosque institution, therefore has a significant role in addressing the ummah problems, especially young generationproblems. During this timemany youngpeople facing the problems like fights, drug abuse, and other forms of juvenile delinquency typical. Weak parental supervision and poor cultivation of religious values contributed to the delinquency trigger. The Youth of Mosque Organization need a attention from many parties . Its existence should not be underestimated, but it should be recognized and guided so that their role in fending negative behavior can be run. They need to do a variety of activities that encouraged positive impact,
276_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 both of religious and social. Thus, their role gradually known by the public. Thus, the community will be pleasure to encourage their young children to become part of them.
Abstraksi : Islam mengajarkan prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat. Prinsip ini terlihat dari fungsi mesjid yang tidak tunggal. Bangunan yang menjadi identitas komunitas muslim ini tidak sekedar tempat sujud dan membaca al-Quran, namun mencakup aspek-aspek lain. Hal tersebut terlihat bagaimana Rasulullah dulu menjadikan mesjid sebagai pusat keagamaan sekaligus pusat militer, ekonomi, sosial, termasuk hukum. Remaja Mesjid, organisasi yang lahir dari isntitusi mesjid, oleh karenanya memiliki peran signifikan dalam mengatasi problematika keumatan, terutama problematika generasinya. Selama ini generasi muda besar menghadapi problematika seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan berbagai bentuk kenakalan khas remaja. Lemahnya pengawasan orangtua serta rendahnya penanaman nilai-nilai keagamaan turut menjadi pemicu kenakalan tersebut. Remaja mesjid perlu mendapat perhatian dari banyak pihak. Keberadaannya jangan sampai dipandang sebelah mata, tapi harus mendapatkan pengakuan dan bimbingan supaya peran mereka dalam menangkis perilaku-perilikau negatif dapat berjalan. Mereka perlu didorong melakukan berbagai kegiatan yang berdampak postif, baik yang bersifat keagamaan maupun sosial-kemasyarakatan. Dengan demikian, peran mereka lama kelamaan dikenal oleh masyarakat. Shingga masyarakat akan senang hati mendorong anak-anak mereka turut menjadi bagian. Keywords : Mosque, hablul minallah, hablun minnnas,
A. Pendahuluan Selain berfungsi sebagai pusat spiritual mesjid berfungsi sebagai pusat sosial-kemasyarakatan. Oleh karena itu mesjid seyogyanya turut merespon problematika yang terjadi di masyarakat, terutama masyarakat sekitar dimana mesjid berada. Mesjid tidak bisa berdiam diri ketika di sekitarnya sedang dipagelarkan drama kemiskinan, tawuran antar pelajar, peredaran narkoba, dan segenap kemunkaran
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _277
lain. Sebagai instrumen yang lahir dari rahim Islam, sebuah agama yang dalam ajarannya menekankan hubungan serba seimbang antara spiritual (hablul minallah) serta sosial (hablun minnnas), mesjid tidak boleh dimonopoli untuk urusan peribadatan saja – dalam arti ibadah mahdah. Bukankah ibadah sendiri dalam Islam senantiasa menekankan aspek sosial kemasyarakatan selain aspek vertikal. Bahkan seorang tidak bisa dikatakan beriman apabila dia sibuk beribadah sendiri sementara tetangga di sekitarnya lapar, bodoh, dan terzalimi1. Pada masa perkembanganIslam pendirian mesjid tidak dikhususkan sebagai tempat beribadah semata. Kalau kita tilik pada masa Rasulullah, mesjid memiliki banyak fungsi, seperti sentra kebudayaan, pendidikan, politik, dan pelbagai hal yang menyangkut keumatan, selain simbol ukhuwah dan soliditas umat. Ketika Nabi pertama kali menginjakkan kaki di Madinah, sebuah fase baru dalam perkembangan dakwahnya, maka yang mula-mula beliau bangun bukan asrama untuk kaum muhajirin, bukan rumah untuk tempat tinggal beliau melainkan mesjid. Mengapa mesjid dan bukan yang lain? Sebab setelah menanamkan tauhid (spiritual) di Mekah yang Nabi lakukan kemudian adalah mengatur, membimbing, dan membina masyarakat Islam yang terus berkembang pesat dengan jumlah makin hari makin besar.2 Mesjid bukan semata tempat laku spiritual dijalankan, tetapi memilki dimensi universal. Selain sebagai tempat ibadah, Nabi menjadikan mesjid sebagai tempat pendidikan, pengajaran–bahkan Nabi sendiri beberapa kali menerima wahyu di mesjid, tempat mengelola urusan pemerintahan termasuk politik, ekonomi, militer. Di mesjid pulalah Nabi sering menerima utusan kerajaan. Dalam proses penyampaikan ajaran Islam, baik wahyu yang baru saja beliau terima maupun hadis, Nabi sering menyampaikanya di dalam mesjid. Sepeninggal beliau, hal yang sama dilakukan para sahabat, terutama dalam menyampaikan ajaran agama. Para sahabat yang lebih mendalam penguasaan ajaran agamanya, mengajarkan suatu ayat atau hadis. Mereka menjelaskan mengenai suatu ayat atau hadis dengan
278_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
merujuk pada apa yang mereka dengar dan ketahui dari Rasulullah. Pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir, pendidikan di pusatkan di mesjid dengan pendirian Al-Azhar, sebuah mesjid yang difungsikan sebagai lembaga pendidikan. Sampai sekarang namanya demikian masyhur sebagai lembaga penddikan tertua di dunia. Dari perspektif sejarah tersebut dapat ditarik kesimpulan mesjid mengemban tugas yang bersifat sakral, yaitu menempa rohani muslim melalui ibadah kepada Allah, juga mengemban tugas yang bersifat profan, yaitu berkaitan dengan kepentingan umat. Dalam perkataan yang lebih singkat, mesjid merupakan etalase komunitas Islam, sekaligus potret yang menunjukkan kualitas dari komunitas tersebut. Apabila mesjid yang berdiri hanya tinggal kemegahannya, sementara di dalamnya sepi dari kegiatan-kegiatan yang berdimensi ruhiyah dan muamalah, maka masyarakat lebih cenderung kepada kehidupan yang profan, sekedar mengurus yang berkaitan dengan dunia semata. Sementara apabila suatu mesjid hanya tinggal orang-orang tua, yang sibuk bershalat dan berzikir, sementara pemuda dan masyarakat dalam kemunkaran, maka mesjid tinggal fungsinya sebagai yang sakral. Lalu bagaimana mesjid yang berada di Indonesia saat ini? Meskipun tidak bermaksud menggeneralisir namun kecenderungan yang sering terlihat adalah mesjid tingal fungsinya sebagai tempat ibadah semata. Fungsi yang pada masa Nabi mendirikan mesjid, sebagai tempat pengajaran serta pemecahan urusan keumatan semakin luntur. Mesjid menjadi tempat berkumpul setiap Jumat sekali. Sementara urusan keumatan yang justru inti dari ajaran agama sebagai rahmatan lil alamin sering terabaikan. Meskipun mesjid bertebaran dimana-mana namun dampak secara sosial belum terasa secara maksimal. Mesjid sering kali diidentikkan dengan orang-orang tua yang menghabiskan hari-hari untuk bertaubat, mendekatkan diri kepada Allah, demi persiapan menjemput ajal. Sehingga konotasi mesjid senantiasa merujuk kepada sesuatu yang
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _279
sakral, yang transenden. Sementara itu permaslahan yang timbul dalam masyarakat dianggap bukan wilayah yang berkaitan dengan mesjid. Termasuk dalam hal ini yaitu menyiapkan pembinaan generasi muda yang berjiwa Islam, yang kuat akidahnya dan tidak silau terhadap godaan zaman. Mesjid memiliki peran stretgis dalam menyiapkan tunastunas pemimpin. Di era modern yang ditandai semakin gencarnya arus budaya yang masuk ke negara kita, peran mesjid sebagai instrumen pembinaan generasi muda tidak bisa diabaikan. Generasi muda perlu diajak kembali ke mesjid agar memahamai Islam dengan baik. Mereka mungkin sudah mendapatkan pelajaran agama di sekolah, melalui buku, atau dari pelbagai media yang sekarang banyak beredar. Namun semangat keislaman dengan mengabaikan mesjid, akan menimbulkan generasi yang antisosial, mengerti Islam namun enggan berupaya mengatasi permasalahan umat. Tulisan ini akan memfokuskan pembahasannya pada upaya mengetengahkan fungsi-fungsi mesjid sebagaimana yang ada pada masa Nabi serta Sahabat sebagai tempat yang multifungsi. Sehingga generasi muda terdorong untuk gemar ke mesjid serta mau berkiprah dalam memakmurkannya. Selanjutnya bagaimana memperbaiki manajemen mesjid sehingga memberi ruang kepada remaja mesjid untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi generasinya, yang kemudian berdampak terhadap terciptanya masyarakat muslim yang iman dan islamnya teraktualisasi dengan baik.
B. Menelisik Makna Mesjid Apabila kita bertanya pada seseorang apa itu mesjid, maka jawaban yang sering muncul dari mulut mereka ialah tempat ibadah orang Islam, dalam arti shalat, zikir, tilawah al-Quran. Sama seperti Gereja sebagai tempat ibadah kaum Nasrani, atau Sinagog untuk orang Yahudi, atau pura bagi umat Hindu. Mesjid tempat ibadah tempat orang melaksanakan
280_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
shalat Jumat berjamaah. Jawaban ini memang tidak salah. Namun apabila kita tilik dari segi makna mesjid jawaban semacam itu tidak tepat. Paling tidak setengah benar. Secara harfiah, kata mesjid artinya tempat sujud, yaitu berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar sujudan. Fi’il madi-nya sajada (ia telah sujud). Lantas fi’il madi sajada diberi awalan ma sehingga terjadilah isim makan (isim yang menunjuk arti tempat). Jadi perubahan itu ialah sajada yasjidu mesjid. Apabila dalam penggunaaan tata bahasa Arab memakai kata mesjid (dengen ‘e’) maka, hal itu karena tanggapan awalan me dalam kaidah bahasa Indonesia.3 Lalu mesjid merujuk pada bangunan berbentuk tertentu dengan arsitektur tertentu, maka arti mesjid seperti ini pun belum sempurna benar. Bukankah Allah telah menjadikan bumi ini sebagai mesjid. Lantas apa perbedaan antara gedung mesjid dengan bumi yang samasama sebagai mesjid. Apabila Nabi pernah bersabda, “Seluruh bumi telah dijadikan bagiku mesjid,” (HR. Bukhari), itu artinya sujud atau beribadah tidak boleh terikat ruang dan waktu. Beribadah yang berhubungan dengan Allah, tidak boleh dibatasi oleh ruang. Dalam keadaan darurat sekalipun ibadah--seperti shalat-- tidak boleh ditinggalkan. Apabila seseorang tidak bisa dengan berdiri, maka ia boleh dengan cara duduk, berbaring, atau bahkan dengan isyarat. Sujud adalah perwujudan pengakuan penyembahan secara lahir yang paling dalam. Setelah iman tertanam dalam jiwa, lantas lidah mengikrarkan pernyataan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka tubuh membuktikan lewat gerak sujud --dalam ibadah. Sehingga pernyataan dan pengakuan itu bukan lagi lip service, akan tetapi dibuktikan dan dilanjutkan dengan bukti nyata melalui gerak sujud. Sebentuk pembuktian akan pengakuan kehambaan seorang makhluk. Oleh karena itu, dalam Islam hanya kepada Allah-lah seseorang muslim sujud. Sehebat apapun manusia, sekuasa apapun, dia tidak berhak disembah.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _281
Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat bernama Ra’biah bin Ka’ab, oleh karena baktinya kepada Nabi, maka Nabi pun menawarkan permintaan. Maka jawab Rabi’ah, “Saya ingin menemani Engkau ya Rasul dalam surga.” Nabi menjawab, “Adakah permintaan lain selain permintaan itu?” jawab Rabi’ah, “Hanya itu permintaan saya, ya Rasul.” Maka Rasulullah bersabda, “Jika demikian tolonglah aku untuk dirimu sendiri dengan memperbanyak sujud.”4. Dengan demikian, isi surga ialah orangorang yang memperbanyak sujud. Oleh karena tidak salah apabila Nabi mendorong umatnya memperbanyak sujud. Dalam suatu riwayat, Nabi sendiri yang sudah nyata-nyata dijamin masuk surga oleh Allah senantiasa melakukan sujud hingga kakinya sakit. Bumi adalah masijd bagi kaum muslimin. Jadi, dimanapun seorang mukmin berada di sanalah dia melakukan penghambaan kepada Allah, meluhurkan nama Allah. Tidak terikat ruang dan waktu. Sebab apabila kita kaji sujud dalam pengertian lahir ialah gerak jasmani sementara sujud dalam pengertian batin ialah pengabdian. Dengan demikian, sujud tidak terikat ruang dan waktu. Dia bisa di rumah, di kantor, di pinggir jalan, dimanapun asal di bumi Allah adalah mesjid bagi muslim. Anas Bin Malik pernah berkata, bahwa Nabi Muhammad biasa shalat dimana saja ketika waktunya telah tiba. Dalam riwayat lain, “Kepada Jabir bin Abdullah al-Anshary, Nabi menerangkan, bumi bagiku suci bersih dan boleh dijadikan tempat shalat. Maka dimananapun seorang berada, boleh menjadikan bumi sebagai tempat shalat apabila waktunya telah tiba.” Dimana saja seorang muslim berada, dia bisa menjadikan bumi ini mesjid. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa dalam Islam tempat ibadah tidak harus dibangun secara khusus, yang disucikan dan disakralkan. Tapi dimana saja, asal sudah tiba waktunya, maka dia bisa menjalankan ibadah. Syaratnya hanya ruangan tempat dia beribadah itu suci dari najis dan dia sendiri telah melakukan taharah, bersesuci dari hadas maupun najis. Sebab yang akan dia hadapi adalah Tuhan Yang Maha Suci oleh karena itu jasmani dan ruhani seseorang harus suci.
282_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Menurut anggapan sebagian kaum Muslim fungsi mesjid terbatas sebagai tempat ibadah an sich. Padahal fungsi mesjid tidak terbatas pada kegiatan ibadah semata-mata. Beribadah bisa mengambil tempat dimana saja dan tidak melulu di mesjid. Tempat ibadah adalah fungsi kedua dari pendirian sebuah mesjid itu sendiri. Fungsi pertama atau yang paling esensi tentu tidak sekedar tempat ibadah. Bahwa ibadah bisa dimana saja, dan tidak disyaratkan mendirikan sebuah tempat ibadah terlebih dahulu. Lantas bagaimana kita mengetahui fungsi-fungsi mesjid itu, tentu saja jawabannya merujuk pada apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad. Makna yang terkandung dalam pendirian mesjid kita kaji dari peristiwa pendirian mesjid yang dilakukan oleh Rasulullah. Setelah kira-kira 12 tahun Nabi berdakwah di Mekah akhirnya beliau mendapat perintah hijrah ke Madinah. Hijrah merupakan taktik Nabi dalam mengembangkan ajaran Islam.5 Berada di Mekah, taktik penyebaran ajaran Islam kurang mendapatkan respon positif. Dakwah berjalan lambat, akibat kuatnya perlawanan dari lawan dari hari ke hari, ditambah pendukung Nabi yang paling setia yaitu Abu Thalib dan Khadijah meninggal dunia. Akhirnya beliau mengganti taktik dakwahnya dengan menjadikan Madinah sebagai pusat dakwahnya. Demikianlah, Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (28 Juli 622), Nabi meninggalkan kota Mekah pergi ke Quba, selatan Yatsrib (Madinah). Pada hari pertama kedatangannya Nabi Muhammad dan rombongan di Madinah apa yang pertama sekali Nabi lakukan? Nabi bersama rombongan dan orang-orang sekitar bergotong royong mendirikan mesjid. Lahan yang dibangun mesjid adalah kebun milik Bani Najar, yang menolak menerima imbalan sebagai ganti beli lahan tersebut. Gotong royong yang dilakukan umat Islam itu tidak mementingkan upah. Mereka berkerja sama membangun mesjid tanpa memedulikan status sosial. Bahkan Nabi sendiri turun tangan bersama-sama yang lain mengangkut batu.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _283
Bangunan Mesjid Quba yang dirikan oleh Rasulullah dan para sahabat berbentuk segi empat, terdiri dari pelepah kurma dengan enam serambi yang bertiang. Di sinilah Nabi melakukan shalat berjamaah. Di sinilah untuk pertama kalinya Nabi menyelenggarakan shalat Jumat. Selanjutnya Nabi membangun mesjid lain di tengah kota Madinah, yakni mesjid Nabawi yang kelak menjadi pusat perjuangan dan pusat kendali seluruh masalah umat Islam. Selama di Madinah Nabi mulai melakukan penataan dan konsolidasi masyarakat Islam, maka fungsi mesjid menjadi tidak sekedar tempat beribadah, namun mencakup aspek-aspek sosial dan lain-lain. Periode Madinah memiliki karakteristik yang berbeda dengan periode Mekah. Pada periode Mekah ajaran Islam lebih banyak menekankan aspek tauhid, memberi kabar gembira mengenai surga bagi umat Islam dan ancaman azab Allah di neraka bagi kaum musyrik. Ciri-ciri ayat yang turun pada periode ini oleh karenanya berbeda dengan ciri-ciri ayat yang turun pada periode Medihah. Pada periode Mekah ayat yang turun biasanya pendek-pendek, dengan menggunakan redaksi ya ayyuhan naasu. Topik yang dibahas berkenaan dengan tauhid –termasuk kisah-kisah para Nabi. Sementara ayat yang turun di Madinah biasanya panjang-panjang, dengan menggunakan redaksi ya ayyuhalladzina amanu, banyak berbicara mengenai penataan umat yang sudah semakin besar. Di Mekah Islam tumbuh, sementara di Madinah Islam berkembang pesat. Di Mekah Nabi bertindak sebagai rasul, menerima wahyu dari Jibril, sementara ketika di Madinah Nabi selain sebagai Rasul juga bertindak sebagai kepala negara, yang mengurusi persoalan politik, ekonomi, kebudayaan, dan hukum yang mengatur tidak hanya terhadap umat Islam melainkan terhadap kaum Yahudi Madinah. Selain sebagai tempat ibadah seperti zikir, i’tikaf, tilawah mesjid merupakan tempat pendidikan (targhib wa tarhib)mengatur strategi perang, mengatur distribusi zakat, menerima tamu kenegaraan, tempat penyelenggaraan Bayt Maldan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi umat Islam. Bahkan dalam kondisi perang, mesjid menjadi tempat
284_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
mengatur dan mempersiapakan pasukan perang. Dari perspektif sejarah yang dipaparkan di atas mesjid dapat dipandang sebagai center of of islamic civilization (pusat peradaban Islam) yang bersifat multifungsi dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang berkaitan dengan kemajuan dan keberadaan masyarakat Islam. Bermula dari fungsinya yang hanya sebagai ibadah mahdah, yaitu bersujud melalui ibadah shalat, fungsi mesjid kemudian berkembang mencakup fungsi-fungsi sosial, politik bahwa pemberdayaan ekonomi umat.
C. Fungsi Mesjid Sebagai Tempat Pendidikan Pendidikan merupakan perkara penting dalam Islam. Hal ini terlihat dari beberapa teks al-Quran maupun hadis yang menempatkan orang yang berilmu pada derajat yang tinggi. Pada awal periodesasi Islam pendidikan mendapat perhatian besar sebagaimana yang terlihat ketika terjadi Perang Badar. Pada waktu itu para tawanan yang tidak memiliki harta sebagai tebusan, mereka dipersilakan memberi pelajaran kepada kaum muslimin mengenai baca tulis, sebagai tebusan. Lebih daripada itu ajaran Islam sendiri yang terkandung dalam al-Quran amat menekankan arti penting pendidikan. Oleh karena itu, fungsi mesjid sebagai tempat pendidikan kiranya tidak bisa ditolak. Di tempat inilah pengajaran agama diselenggarakan selama berabad-abad sejak pada masa Nabi sendiri hingga periode setelahnya. Pendidikan dapat dilihat dalam dua arti. Pertama pendidikan sebagai pembentukan kebiasaan dan kedua pendidikan sebagai “penerobosan.” Pada arti pertama pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus, kontinyu, setahap demi setapak. Ia merupakan pengulangan yang terus diperbaiki sehingga mencapai kesempurnaan. Sementara arti kedua bahwa pendidikan bukan saja proses yang serba terus, melainkan diskontinyu, yaitu penerobosan kepada pengertian-pengertian baru, termasuk rekristalisasi struktur baru. Pada pengertian pertama, proses yang dilakukan sedikit demi sedikit. Sementara pada pengertian kedua,
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _285
proses berlangsung secara cepat dan terjadi lompatan-lompatan kepada keadaan baru.6 Sebagai tempat pendidikan dan pengajaran oleh karenanya mesjid dapat pula kita sebut pusat ilmu. Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan di dalam mesjid melalui khutbah-khutbah, pengajian, kultum, serta diskusi. Pada masa Nabi, beliau senantiasa memberikan pengajaran kepada para sabahat tentang Islam. Menurut Gazalba, pendidikan yang langsung berhubungan dengan mesjid ialah al-Quran dan Hadis. Dua hal yang sangat fundamental dalam Islam. Paling sederhana adalah membaca dan menghafal al-Quran. Sementara pengkajian hadis sebagai pembimbing perilaku perbuatan muslim. Pandangan di atas dapat dimengerti mengingat dua hal tersebut --alQuran dan Hadis-- menjadi sumber utama hukum dan norma dalam Islam. Al-Quran memiliki sifat yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman sehingga memerlukan penafsiran-penafsiran agar dapat dimengerti dan diaplikasikan secara baik. Islam adalah agama yang memberi kedudukan istimewa terhadap akal sebagai instrumen mendapatkan pengetahuan. Akal adalah pemberian yang berharga dari Tuhan kepada manusia, yang karena inilah membedakan antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Pangkal ilmu dalam Islam ialah wahyu Tuhan dan dasarnya dapat ditemukan di dalam al-Quran. Banyak sekali ayat al-Quran yang mendorong penggunaan akal untuk menemukan rahasia Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama rasional, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam kajiannya Imam al-Ghazali menemukan dari 6236 ayat al-Quran ada 763 ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Artinya kira-kira seperdelapan al-Quran isinya berbicara mengenai ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan, al-Quran menekankan secara lebih mendalam. Surat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad malah sangat erat hubungannya dengan pendidikan.
286_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah). Bacalah dan Tunamu Yang Maha Pemurah, yang mengajra manusia dengan pena. Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”7 Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, kata ‘iqra’ (bacalah) terambil dari akar kata yang bearti menghimpun. Dari makna tersebut kemudian lahir makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri-ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Perlu diperhatikan di sini, bahwa objek membaca dalam surat al-‘Alaq tersebut tidak dijelaskan, sehingga memberi makna bahwa membaca yang diperintahkan dalam surat tersebut adalah apa saja, sepanjang bingkainya adalah bismi rabbika (dengan menyebut nama Tuhanmu). Dengan demikian, iqra’ dalam surat tersebut dapat dimaknai sebagai perintah untuk meneliti, mendalami dan mengetahui segala sesuatu.8 Perintah membaca dalam pengertian yang luas ini telah mendorong umat Islam pada masa kejayaannya mendalami berbagai disiplin ilmu, melahirkan ilmuwan-ilmuwan brilian yang sumbangsihnya diakui dunia. Pada masa pemerintahan dunia dipegang oleh umat Islam terjadi upaya serius melanjutkan tradisi keilmuan yang sebelumnya digagas dan dikembangkan bangsa Yunani. Ilmu pengetahuan yang telah berkembang dalam tradisi Yunani kemudian dikembangkan oleh umat Islam. Pada perempat pertama abad 3 H/ 9 M, Khalifah al-Makmun dari Dinasti Abbasyiah mensponsori pendirian sebuah akademi yang tugas utamanya menerjemahkan sains serta filsafat yang sudah berkembang di Yunani. Usaha yang serius dari para penguasa Islam, maka terjadi peralihan ilmu pengetahuan dari Barat (Yunani) kepada peradaban Islam. Dalam waktu relatif singkat terjadilah peralihan ilmu pengetahuan dari Yunani ke dalam pelukan Islam. Akibatnya pengetahuan Yunani yang tidak banyak berkembang di tangan Romawi kembali berkibar. Gairah
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _287
terhadap pengetahuan timbul di negara Islam. Dalam waktu relatif singkat negara Islam mencari mercusuar peradaban dan keilmuan dunia. Universitas-universitas Islam yang berada di Baghdad dan Spanyol menjadi kiblat pendidikan dunia. Peradaban Islam yang luar biasa salah satunya ditunjang oleh perhatian besar dari umat Islam terhadap pendidikan. Pada masa-masa kejayaan Islam mesjid menjadi tempat yang sering dijadikan sebagai sentra ilmu, disamping tentu akademi dan institut yang sudah mulai dikembangkan. Dalam catatan sejarah kita mengenal Mesjid al-Azhar – yang dikemudian hari berkembang menjadi Universitas al-Azhar. Mesjid ini didirikan oleh Dinasti Fatimiyyah pada 359H/971M.9 Pada mulanya mesjid ini diniatkan sebagai mesjid Dinasti Fatimiyah, serta tempat untuk menyebarkan ajaran dan dakwahnya. Nama al-Azhar sendiri diambil dari nama putri Nabi Muhammad, Fatimah al-Zahra. Selanjutnya sistem pendidikan yang dipakai berhaluan mazhab Syiah. Kurikulum dan materi yang diajarkan adalah kurikulum Syiah. Mesjid al-Azhar mengalami perubahan berkenaan kurikulum yang diajarkan semenjak kekuasaan Dinasti Fatimiyyah tumbang dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah yang bermazhab Sunni. Mazhab Sunni-lah yang diajarkan di al-Azhar hingga sekarang. Diskusi-diskusi mengenai topik keagamaan atau ajaran suatu mazhab diselenggarakan di mesjid. Tokoh-tokoh dalam lapangan ilmu fiqih maupun ilmu kalam banyak menyampaikan pandangannya dalam mesjid yang dihadiri para pengikutnya, dan tak jarang juga para penentangnya. al-Asy’ari salah satu penggagas dalam aliran teologi masih mendengar kuliah-kuliah Imam Jubba’i –imam beraliran mu’tazilah dalam mesjid. Sekitar abad ke-17 dan 18 mesjid Haramayn (mesjid di dua tanah haram, Mekah dan Madinah) menjadi pusat keilmuan yang menarik para penuntut ilmu datang ke sana, termasuk yang berasal dari Nusantara. Para penuntut ilmu akan mendengarkan pelajaran dari ulama-ulama terkemuka melalui halaqah-halaqah yang diselenggarakan
288_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
di dalam mesjid. Hubungan keilmuan yang terjalin ini di kemudian hari membentuk sebuah jaringan keilmuan dan keulamaan. Jaringan ini tidak terbatas pada dunia Nusantara dan Arabia, tetapi juga mencakup Anak Benua India, Asia Tengah, dan Afrika.10 Ulama-ulama yang mengajar di mesjid suci Mekah dan Madinah juga sering dimintai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari berbagai tempat di Dunia Islam. Biasanya mereka akan mengadakan majelis (session) untuk membahas masalah yang ditanyakan. Dalam banyak kasus mereka mengutarakan fatwa-fatwa secara tertulis, tetapi tidak jarang pula mereka menulis buku khusus yang berusaha menjawab persoalan secara terperinci.11
D. Mesjid dan Fungsi Sosial Kemasyarakatan Dengan seringnya umat Islam berkumpul di mesjid maka secara tidak langsung maupun tidak mesjid telah membentuk ikatan persaudaraan sesama umat Islam. Dalam banyak ayat dan hadis persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah) mendapat perhatian tersendiri. Ukhuwah atau persaudaraan sesama umat Islam bahkan diumpamakan sebuah jasad yang satu dimana apabila satu anggota merasa sakit anggota lainnya merasakan hal yang sama. Kekuatan umat Islam tidak lahir dari persenjataan yang canggih akan tetapi lewat persatuan dan kesatuan. Ukhuwah itu merupakan ikatan emosial yang berlandaskan agama. Di sini yang timbul adalah perasaan sama di hadapan Allah. Dan perasaan sama tersebut teraktualisasi lewat ibadah shalat yang dijalankan umat Islam secara berjamaah di dalam mesjid. Shalat mengajarkan perasaan sama atau egaliter di hadapan Allah. Orang yang kaya duduk sama rendah dengan orang miskin. Pejabat tinggi duduk sama rendah disamping buruh biasa. Dalam mesjid perbedaan status menjadi hilang. Orang kulit putih tidak merasa lebih tinggi dibanding dengan kulit hitam. Orang dengan ideologi berbeda bisa berada di dalam mesjid. Semua sama dan sederajat dihadapan Allah Swt.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _289
Mereka berbaris bersama, ruku’ dan sujud bersama, mengikuti imam. Mereka adalah bersaudara, diikat oleh ukhuwah Islamilah. “Sesungguhnya kalian adalah umat yang satu, dan Akulah Tuhan Kamu, karena itu sembahlah Aku.” (QS. al-Anbiya’: 92) Semua orang yang bertuhankan Allah dan menyembah-Nya adalah umat yang satu, kesatuan sosial. Bos dan anak buah, orang kaya dan orang miskin, atasan dan bawahan, kulit hitam dan putih, semua sama, tanpa pengecualian. Pikiran-pikiran sempit yang memecah umat Islam dalam organisasi, politik, institusi, lembaga, negara, lebur melalui mesjid. Orang yang berasal dari Amerika sama kedudukannya dengan orang Indonesia. Orang yang berbahasa Inggris sama kedudukannya dengan mereka yang berbahasa Indonesia. Oleh karena itu shalat berjamaah adalah ajaran paling sempurna, karena dari shalat timbul perkenalan, keakraban, silaturahmi, permohonan yang sama, berserah kepada Tuhan yang sama yaitu Allah. Dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan shalat fardu sebanyak lima kali: Duhur, maghrib, Isya, dan Subuh. Selama lima kali tersebut umat Islam dianjurkan menjalankannya melalui shalat berjamaah di mesjid. Interaksi yang intens hampir setiap saat, dari waktu ke waktu pada gilirannya memperkokoh persatuan diantara mereka. Oleh karena itu, shalat berjamaah di mesjid diperintahkan oleh Rasullullah. Sebelum shalat itu dikerjakan diserukan azan, sebagai panggilan menjalankan shalat. Siapa yang mendengar azan, dia wajib datang ke mesjid. Dalam suatu riwayat dijelaskan. Seorang sahabat yang buta pernah menemui Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke mesjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah, maka beliau memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” lakilaki itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).”(HR. Muslim dan an-Nasai)
290_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Dalam riwayat lain dijelaskan. Apabila engkau mendengar seruan azan, maka penuhilah, walaupun dengan jalan merangkak. (HR. Ahmad dan At-Thabarani) Hadis-hadis tersebut dengan jelas menghukumi memenuhi panggilan azan adalah wajib. Setiap muslim yang mendengar seruan azan, harus memenuhinya. Panggilan untuk apa? Yaitu datang ke mesjid menjalankan shalat berjamaah bersama-sama orang-orang Islam sekitar mesjid yang juga hadir memenuhi panggilan azan. Kewajiban memenuhi panggilan azan secara tersirat mengandung arti pentingnya shalat berjamaah di mesjid. Mengapa diwajibkan memenuhi panggilan azan, yang kemudian membawa umat Islam mendatangi mesjid menjalankan shalat berjamaah? Bukankan shalat dapat mengambil tempat dimana-mana. Bukankah setiap bumi adalah mesjid. Karena melalui shalat jamaah itulah terbentuk jamaah Islam. Bagaimana tidak jamaah Islam tidak terbentuk, apabila setiap sekitar lima jam sekali mereka bertemu di mesjid, menjalankan shalat berjamaah. Menyembah Tuhan yang sama, dengan gerak, sikap, ucapan, pikiran dan perasaan yang sama. Iman yang sama, yang mengajarkan bahwa kehidupan tidak abadi, kehidupan yang hakiki adalah akhirat. Syariat yang mereka lakukan tujuannya sama, yaitu menjadi pribadi yang takwa. Para jamaah bercengkrama satu sama lain. Bertanya-tanya mengenai keadaan, bermusyawarah, sehingga apabila ada yang sakit mereka akan menjenguknya. Apabila ada jamaah yang tidak hadir, maka sebisa mungkin akan bertanya apa yang terajadi, dan memberi solusi apabila ada permasalahan. Ikatan yang terjalin selama berada di mesjid dibawa keluar. Perkenalan dan ikatan ruhaniah yang terjadi dalam pengalaman agama, dilanjutkan di luar mesjid dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan batin yang tumbuh karena sama-sama sujud kepada Allah disambung oleh takwa dalam kehidupan sosial. Mereka saling tolong menolong, membantu mengatasi kesulitan satu sama lain, seperti orang bersaudara sebagai pancaran dari ukhuwah islamiyah.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _291
Mereka hidup saling bekerja sama dalam kehidupan sosial dalam lingkungan mesjid. Dalam shalat mereka dipimpin oleh imam, maka di luar mesjid imam menjadi pemimpin dalam masyarakat. Dari masyarakat Islam, yang dilandasi oleh jiwa saling tolong menolong, yang terperoleh dari semangat shalat jamaah, maka negara yang didalam tumbuh masyarakat seperti itu dimungkinkan tercapai negara sejahtera yang diampuni Tuhan (baldatun tayyibatun warbbun ghafur). Dengan negara seperti itulah kejayaan dapat dicapai. Kejayaan yang diserukan lewat seruan hayya ‘alal falah itu berpangkal dari shalat jamaah. Demikianlah mesjid dalam lima kali sehari menjadi tempat pratik persamaan dan persaudaraan. Ia adalah tempat tempat pendidikan persamaan dan persaudaraan. Ia tempat menanam i’tikad baik kepada umat manusia, tanpa memedulikan ras, suku, status sosial, jabatan, dan orientasi politik.
E. Nasib Mesjid di Tengah Masyarakat Nasib yang melanda hampir sebagian besar mesjid di Indonesiaratarata seragam; setelah mesjid didirikan serta panitia pembangunan dibubarkan selanjutnya bangunan tersebut dibiarkan telantar dalam arti tidak dimakmurkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi umat. Masyarakat mengunjunginya secara gegap gempita pada hari-hari tertentu dan bulan-bulan tertentu saja, selebihnya membiarkan bangunan tersebut berdiri sebagai tempat ritual ibadah mahdah seperti shalat dan sejenisnya. Masyarakat cenderung bersemangat dalam kepanitiaan pendirian mesjid ketimbang dalam panitia’pemakmurannya. Saking semangatnya terkadang apa yang mereka lakukan kurang memperhatikan etika kepantasan. Sering kita saksikan baik di desa maupun di sebagian kota pemandangan yang mencerminkan hal tersebut. Sudah tidak ada rahasia lagi setiap kali ada pembangunan mesjid, maka salah satu cara menggali sumber dana yaitu melakukan aksi turun ke jalan, ‘meminta-minta’
292_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
dana dari para pengguna jalan. Dengan memakai atribut-atribut sebuah mesjid mereka ‘menengadahkan’ tangan kepada pengguna jalan. Aksi tersebut selain mengganggu lalu lintas juga menimbulkan kesan yang kurang terhormat. Sedemikian miskinkah umat Islam sehingga harus ‘mengemis’ di jalan. Di lain sisi aksi tersebut mengindikasikan kurang pedulinya umat Islam terhadap mesjid, sampai-sampai untuk menutup biaya pembangunannya terpaksa turun di jalan-jalan. Bukankah pembangunan mesjid adalah tanggungjawab bersama umat Islam. Lantas dimana umat Islam yang katanya jumlahnya mayoritas di Indonesia itu. Kalau diperhatian secara seksama fenomena tersebut terjadi karena dilatarbelakangi oleh faktor kurangnya kepedulian umat Islam terhadap kewajiban memakmurkan mesjid. Mereka menganggap kewajiban memakurkan mesjid adalah tanggung jawab orang-orang tertentu saja. Akhirnya banyak orang merasa tidak perlu mencurahkan perhatian pada institusi mesjid. Membiayai pembangunan mesjid bagi umat yang jumlahnya paling besar di Indonesia tentulah bukan perkara sulit. Namun jumlah yang besar namun miskin kualitas apa artinya. Kebiasaan mengaisngais dana di jalanan akan terus terjadi. Bahkan dalam konteks tertentu, dimanfaatkan oknum-oknum yang mengatasnamakan penggalangan dana untuk pendirian mesjid, melainkan untuk kepentingan pribadi. Sebenarnya dengan mengembangkan solidaritas sesama umat Islam adalah solusi terhadap itu. Namun sering kali persoalan pengelolaan mesjid yang masih amburadul, dan masih tradisional seringkali mementahkan kepedulian. Apalagi fenomena mesjid yang yang berdiri dengan mengatasnamakan sebuah organisasi atau kelompok sosial tertentu, seperti NU, Muhammadiyah Persis, dan sebagainya, menyebabkan masyarakat dengan alifiliasi organisasi yang berbeda dengan pengurus mesjid meresa enggan untuk turut membantu. Kurangnya solidaritas yang berdampak pada minimnya perhatian masyarakat terhadap mesjid terjadi karena mitos-mitos yang terlanjur
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _293
berkembang dalam masyarakat. Mitos-mitos tersebut yang seringkali menjadi penyebab kurangnya perhatian terhadap mesjid. Mitos pertama bahwa Allah sendiri yang akan menjaga mesjid. Mitos ini berangkat dari pamahaman sebagian umat Islam yang menyebut bahwa mesjid adalah baitullah “Rumah Allah.” Kesan yang kemudian timbul karena mesjid adalah rumah Allah, maka Allah-lah yang akan menjaga dan mendirikan. Dengan kuasa Allah semua dapat berjalan, tanpa perlu ada upaya-upaya yang bersifat rasional, terencana, dalam membangun dan memakmurkan mesjid. Apakah ini merupakan kesalahan pemahaman atau penafsiran akan konsep Rumah Allah? Pertanyaan ini dapat kita pahami untuk kemudian kita carikan jawabannya, saat kita memiliki kerangka pemahaman secara substantif mengenai makna “Rumah Allah” Jika kita tarik dalam bingkai pemahaman substantif, maka makna “Rumah Allah” dapat kita terjemahkan sebagai rumah yang dirikan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai sarana komunikasi manusia sebagai makhluk kepada Allah, sang Khalik. Bukan pemahaman secara harfiah, mesjid sebagai milik Allah. Pemahaman semacam ini akan menimbulkan tanggung jawab bersama diantara masyarakat untuk turut serta mengelola dan memakmurkan mesjid dengan berbagai aktivitas kegiatan sosial-keagamaan. Pemahaman ini bukan berarti menjauhkan makna asli dari mesjid itu sendiri, sebagai tempat ibadah, namun sebagai upaya mengintegralkan fungsi mesjid yang lebih luas, yang mencakup sosial dan lain-lain. Mitos kedua ialah larangan menyelenggarakan kegiataan yang profan atau keduniawaian. Sebagaimana sering kita jumpai di mesjid-mesjid di Indonesia, masyarakat cenderung memahami bahwa mesjid adalah tempat sakral, suci, yang didalamnya hanya diperbolehkan sebagai tempat ibadah, dalam pengertian shalat, zikir, i’tikaf, tilawah, dan tidak boleh dicampuradukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan sosial, politik, ekonomi. Padahal, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, sejarah pendirian mesjid pada masa awal Islam, fungsi mesjid tidak sekedar tempat ibadah, tapi meluas mencakup
294_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
aspek sosial, artinya wilayahnya lebih luas. Pada masa Nabi mesjid sebagai tempat penyiapan pasukan, tempat pendidikan, dan berbagai urusan yang berkaitan dengan permasalahan umat. Pada masa dinasti Daulah Abbasiyah, mesjid dilengkapi perpustakaan lengkap sebagai sarana pendidikan. Dari sana kemudian muncul ilmuwan-ilmuwan muslim yang namanya sangat harum. Sedangkan mitos ketiga yaitu adanya pandangan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan mesjid tidak mendatangkan keuntungan secara material. Karena itu orang melakukannya secara sambil lalu. Tidak serius dan cenderung asal-asalan, dan tidak dimanaj secara baik12.
F. Tantangan Membina Remaja Mesjid Karena fungsinya tidak sekedar untuk beribadah saja mesjid memiliki tanggungjawab dalam membina generasi muda. Generasi muda merupakan aset umat yang sangat berharga, calon pemimpin umat di masa depan. Persoalannya apakah mesjid menarik sebagai tempat pendidikan dan penanaman ajaran bagi generasi muda. Dalam buku Muslim Tanpa Mesjid, Kuntowijoyo melihat adanya kecenderungan masyarakat metropolitan, yang tidak lagi mengafiliasikan dirinya sebagai bagian dari mesjid. Potret yang diambil untuk menganalisa hal ini adalah persitiwa demonstrasi yang besar-besaran menuntut Presiden Soeharto mundur. Gerakan massif itu akhirnya berhasil menumbangkan Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaannya yang kemudian diikuti penyerahan kekuasaan kepada wakilnya. Tumbangnya Soeharto disambut sujud syukur oleh ribuan mahasiswa yang waktu itu turun ke jalan, sebuah pemandangan yang mengharukan, rupanya mahasiswa-mahasiwa itu muslim. Mereka mahasiswa muslim, yang menunjukkan ekspresinya melalui ujaranujaran dan aktivitas keagamaan, seperti shalat serta sujud syukur. Akan tetapi simbol-simbol keislaman yang mereka tunjukkan saat tergulingnya Soeharto menjadi sorotan tatkala Habibie, presiden
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _295
yang menggantikan Soeharto, yang notabene represantasi dari komunitas Muslim13 menyampaikan laporan pertanggungjawaban di akhir masa pemerintahannnya yang mendapat penolakan dari mahasiswa-mahasiswa muslim sendiri. Saat itulah muncul dua kubu gerakan;mahasiswa-mahasiswa muslim yang mendukung Habibie dan mahasiswa muslim yang menolak Habibie. Dua kubu yang mendukung dan menolak Habibie, yang berasal dari agama yang sama memunculkan tafsir dari Kuntowijoyo. Bahwa masyarakat muslim tidak lagi mengasosiasikan diri mereka menjadi bagian dari satu umat. Mahasiswa tidak lagi mengasosiasikan pada simbol persatuan dan ukhuwah yaitu mesjid melainkan pada satuansatuan yang membentuk mereka. Entah masyarakat, partai, ormas, negara, perusahaan dan lain sebagainya. Mereka mendapatkan pemahaman agama tidak lagi melalui sumber-sumber yang memang otoritatif seperti mesjid, pesantren, madrasah, melainkan lewat sumbersumber yang anomin, semisal internet, televisi, selebaran-selebaran, serta sumber-sumber lainnya. Pada masyarakat modern, dengan mengacu pada fenemona reformasi di atas, memang cenderung lebih senang mendalami ilmu agama lewat lembaga seperti sekolah, kampus, atau lewat pergaulan. Mesjid sebagai pusat keislaman tidak menarik minat mereka lagi. Dia (mesjid) diletakkan sebagai tempat sakral dan suci, tempat shalat dan berkumpul pada peringatan hari-hari besar. Mesjid kehilangan daya tarik sebagai tempat universal, tempat umat Islam saling menolong dan membantu satu sama lain. Mesjid mengalami pergeseran makna, jauh dari semangat mesjid yang pernah ada pada masa Rasulullah. Upaya mengembalikan daya tarik mesjid terhadap kalangan muda memerlukan dukungan banyak pihak. Bagaimana supaya mereka datang ke mesjid tidak sekedar melakukan ritual ibadah akan tetapi membawa semangat ukhuwah serta melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perkembangan peradaban Islam. Dalam hal ini
296_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
peran remaja mesjid sebagai organisasi yang lahir dari mesjid perlu mendapat perhatian. Selama ini peran remaja mesjid dianggap kurang signifikan, karena persepsi masyarakat menempatkan mereka sebagai pelengkap, atau pembantu terhadap kegiatan pengurus mesjid. Malah di banyak tempat keberadaan remaja mesjid seolah antara ada dan tiada. Keberadaan mereka baru kelihatan apabila orang-orang tua mereka memerintahkan untuk turut dalam kegiatan kemesjidan. Padahal remaja mesjid memiliki peran penting di saat zaman semakin jauh dari nilainilai keIslaman. Sekaligus membentengi generasi muda dari pengaruh asing yang merugikan diri di kemudian hari. Padahal sebagai bagian dari remaja pada umumnya mereka memiliki peran dalam membantu menyelamatkan generasinya dari pelbagai kegiatan destruktif yang melanda generasinya, seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, dan perilaku yang negatif lainnya. Bisa dikatakan di sini, remaja mesjid adalah wadah yang paling strategis untuk menarik generasi muda datang ke mesjid. Oleh karena itu orangtua, pengurus mesjid, serta masyarakat seyogyanya menyadari sepenuhnya peran remaja mesjid. Kesadaran itu dibuktikan dengan mendukung kegiatan-kegiatanyang dilaksanakan remaja mesjid. Beberapa kegiatan remaja mesjid itu seperti: a. Pengajian Remaja Agama tidak sekedar urusan shalat, zakat, dan puasa serta haji. Apalagi kalau ibadah-badah itu dimaknai sekedar kewajiban yang bersifat pribadi jauh dari implikasi sosial. Pengajian remaja yang diselenggarakan diharapkan selain membentengi remaja dari arus peradaban yang menjauhkan mereka dari roh Islam juga memperkenalkan ajaran Islam melalui al-Quran maupun hadis serta ilmu-ilmu Islam. Pengajian remaja merupakan wadah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, sekaligus menamakan kecintaan terhadap mesjid.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _297
b. Diskusi Remaja
Tantangan remaja semakin berat seiring kemajuan zaman. Diskusi remaja akan mengasah daya kritisremaja sehingga mereka tidak selalu mengekor atas apa yang mereka terima. Diskusi ini dapat mengambil topik permasalahan mengenai keagamaan atau permasalahan sosial yang sedang berkembang dalam masyarakat, termasuk problematika remaja di sekitar mereka. Daya kritis ini harus ditumbuhkan agar remaja tidak gampang terjebak pada paham-paham yang dewasa ini kadang mengarah kepada radikalisme yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
c. Jumpa Remaja
Kegiatan ini bertujuan menjalin silaturahmi dengan remaja-remaja di sekitas mesjid. Remaja mesjid dapat mengundang remaja-remaja di sekitar mesjid untuk berkumpul bersama, makan bersama, atau menyelenggarakan kegiatan bersama. Kegiatan itu selain mempererat tali silaturahmi juga bertujuan mengikis kesan bahwa remaja mesjid itu eksklusif.
d. Kemah Remaja
Kegiatan kemah remaja diselenggarakan di luar mesjid dengan melibatkan remaja mesjid. Kegiatan dapat diisi dengan melakukan bakti sosial di lingkungan di mana kemah dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan melatih sikap kepedulian terhadap sesama. Selain itu dapat digunakan sebagai sarana tadabbur alam, mengagumi kemahabesaran Allah, yang kemudian memunculkan rasa tunduk dan patuh pada-Nya. Dalam kemah remaja juga dapat digunakan sebagai agenda membincang program-program yang akan diselenggarakan berikutnya.
e. Olahraga dan Kesenian
Kegiatan olahraga dapat mengambil tempat di halaman mesjid. Setidaknya satu cabang olahraga yang diselengarakan. Dengan
298_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
melakukan olahraga, maka energi remaja dapat tersalurkan dengan benar. Setidaknya, kegiatan olahraga menghindarkan remaja dari tawuran atau kegiatan-kegiatan lainnya yang cenderung kurang bermanfaat. Selain bermanfaat bagi tubuh, olahraga melatih sportifitas, melatih jiwa menerima kekalahan dan kemenangan dengan hati yang besar. Lomba olahraga pun dapat menjadi sarana memperingati hari besar Islam. Misalnya dengan menyelenggarakan turnamen yang diselenggerakan oleh remaja mesjid dan peserta dari remaja-remaja sekitar.14 Selain kegiatan-kegiatan di atas, tentu masih banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh remaja mesjid. Kreativitas dan inovasi adalah kuncinya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan gelora remaja dapat tersalurkan dengan baik.
G. Remaja Mesjid dan Masyarakat Hadirnya organisasi Remaja Mesjid menjadi harapan tersendiri di tengah masyarakat yang sibuk dengan urusan duniawi. Melalui remaja mesjid kekosongan peran orangtua dalam mendidikkan nilainilai keagamaan dapat terisi. Dengan demikian ketika nantinya sudah menginjak dewasa dan bersentuhan dengan budaya dan peradaban lain, mereka tidak lagi kaget karena telah memiliki pegangan nilai yang kuat. Sayangnya organisasi remaja mesjid sering kurang dikenal di kalangan masyarakat. Bisa jadi hal ini karena masyarakat apriori terhadap kegiatan remaja mesjid yang berakibat mereka tidak mau tahu terhadap urusan remaja mesjid. Namun yang pasti sikap masa bodoh tehadap remaja mesjid, bahwa urusan remaja mesjid turut memberi andil terhadap kurang dikenalnya remaja mesjid. Remaja mesjid menjadi kurang percaya diri karena menganggap peran mereka sebagai pelengkap semata. Remaja mesjid hanya terlihat dalam kepanitiaan kegiatan-kegiatan acara hari besar Islam, seperti pada hari raya. Sementara sehari-hari biasa peran mereka yang bersifat sosial dan kepemudaan seolah
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _299
lenyap. Remaja mesjid menjadi pasif. Oleh karena itu, agar peran remaja mesjid dapat kembali pada fungsinya semula, perlu diberikan gambaran ulang mengenai fungsi mesjid yang meliputi aspek teologi dan sosial kemasyarakatan. Tempat bersujud kepada Allah sekaligus mengatur urusan keumatan serta tempat mengikis atribut-atribut yang memungkinkan mereka berjarak di dalam kehidupan sehari-hari seperti perbedaan status sosial, afiliasi organisasi, partai dan sebagainya. Selanjutnya, pengurus mesjid dapat memberikan kebebasan kepada remaja mesjid menjalankan program kerja mereka. Remaja mesjid tidak harus berkutat pada kegiatan yang bernuansa keagamaan semata, tapi bisa turut ambil dalam kegiatan sosial. Bukankah agama memiliki dimensi vertikal dan horisontal yang membuat agama selalu relevan terhadap zaman. Selain itu, perlu memberi pengarahan seputar isuisu yang sedang berkembang di luar berkaitan dengan dunia Islam, selanjutnya memberi pemahaman yang benar. Dengan begitu, mereka tidak terombang-ambing dan menjadi sasaran orang-orang yang memanfaatkan isu-isu agama untuk kepentingan-kepentingan pribadi maupun kekuasaan. Pembinaan remaja mesjid menjadi sebuah keniscayaan mengingat tantangan zaman sekarang demikian berat. Dengan majunya teknologi informasi, mereka dengan mudahnya mengakses informasi yang kadang tidak bermanfaat. Dunia menjadi demikian sempit. Mereka tidak lagi mengenal batas. Mereka menjadi asyik dengan dunianya, yang jauh, namun sering mengabaikan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat modern, dengan informasi yang serba mudah menjadi generasi muda yang tidak sensitif dengan permasalahan sosial. Keadaan seperti ini apabila kita biarkan maka pada masa yang tak terlampau jauh masyarakat yang muncul benar-benar masyarakat robot. Masyarakat yang tercukupi harta bendanya namun miskin ruhaninya. Mengembalikan fungsi remaja mesjid yang berorientasi dapat dimulai dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat terhadap masyarakat.
300_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Program-progam remaja mesjid harus menyasar pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengambil momentum hari-hari besar ataupun tanpa mengaitkannya dengan hari-hari besar Islam. Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat terhadap masyarakat. Seperti olahraga, memberantas buta al-Quran, menggalang beasiswa untuk anak fakir miskin, bakti sosial, dan kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat terhadap masyarakat. Dengan demikian, sedikit demi sedikit citra remaja mesjid dapat terangkat di mata masyarakat. Sehingga remaja mesjid tidak lagi sekumpulan orang-orang yang mengasingkan diri dan berbeda dengan remaja pada umumnya. Agar peran remaja mesjid berjalan maka remaja mesjid perlu aktif dalam kegaitan masyarakat. Selain memiliki progam sendiri remaja mesjid dapat turut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh masyrakat. Seperti ikut dalam bakti sosial membersihkan lingkungan. Ikut menjadi panitia Agustusan, dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat tidak lagi berpikiran macam-macam terhadap remaja mesjid. Selanjutnya, keberadaan remaja mesjid dapat diakui, dan masyarakat mendapat manfaat dari keberadaan remaja mesjid. Yang tidak kalah pentingnya, berkaitan dengan masyarakat, remaja mesjid sesekali mengundang masyarakat untuk memperkenalkan program-program kerja mereka. Masyarakat diundang kemesjid sebagai simbol saling kerjasama antara remaja mesjid dan masyarakat. Pada taraf ini memungkinkan masyarakat mengenal lebih jauh remaja mesjid, sekaligus sebagai promosi akan keberadaan remaja mesjid. Terakhir dapat dilakukan dengan melakukan dialog dengan masyarakat. Remaja mesjid memang membutuhkan masukan dari masyarakat. Remaja mesjid tidak bisa menutup telinga atas segala masukan dari masyarakat. Dengan mengundang masyarakat untuk melakukan dialog mereka dapat memperkenalkan jati diri sebagai remaja mesjid. Dengan mendengar langsung maka masyarakat akan mengerti dan memahami remaja mesjid, tidak berdasarkan asumsi-asumsi umum
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _301
yang beredar. Selanjutnya masyarakat akan memberikan masukan, nasehat-nasehat, serta saran-saran yang sangat bermanfaat. Sikap saling pengertian ini, pada gilirannya akan bermanfaat dalam membentuk masyarakat yang baik
H. Kesimpulan Tujuan pembangunan mesjid tidak untuk menunjukkan kelimpahan harta suatu kelompok masyarakat. Pembangunan sebuah mesjid merupakan ekspresi keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, yang bertujuan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, melalui ibadah mahdah maupun ghairu mahdah. Ibadah mahdah seperti shalat, zikir, dan membaca al-Quran, sementara ghairu mahdah meliputi aspekaspek yang bersinggungan dengan kehidupan umat. Dalam hal ini bisa mencakup sosial, pilitik, ekonomi, seni, pendidikan, dll. Dewasa ini mesjid kerap ditafsirkan sebagai bangunan yang bersifat sakral, tempat beribadah kepada Allah. Akibat pensakralan ini menabukan siapapun untuk membawa mesjid memasuki wilayah yang lebih luas. Padahal apabila kita tilik pada masa Nabi, mesjid memiliki banyak fungsi. Masalah sosial yang terjadi di masyarakat seringkali luput dari mesjid. Padahal keberadaan mesjid merupakan wadah yang mempersatukan umat, tanpa memandang status sosial. Tempat umat mencari solusi bersama terhadap problematika mereka dengan dilandasi iman dan nilai-nilai keagamaan. Termasuk dalam masalah sosial yaitu yang berkaitan dengan ramaja. Kita tentu sepakat generasi muda merupakan aset berharga yang menggantikan tampuk kepemimpinan di masa depan. Sayangnya, keberadaan mereka sering belum mendapatkan pengakuan, karena dianggap belum menemukan jati diri. Apalagi lemahnya pengawasan orangtua karena menganggap tanggup jawab mereka selesai setelah menyekolahkan mereka. Akhirnya mereka melampiaskan lewat kegiatankegiatan yang cenderung negatif seperti tawuran dan penyalagunaan
302_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
obat-obat terlarang. Ditambah majunya teknologi komunikasi yang memungkinkan mereka mengakses informasi dari luar yang belum tentu positif, sehingga makin menjauhkan mereka dari akar keislaman mereka. Remaja mesjid bisa menjadi solusi mengatasi kegalauan remaja yang masih mencari jati diri. Lewat pembinaan yang intensif dengan menanamkan nilai-nilai keislaman, serta dukungan dari berbagai pihak, remaja mesjid kiranya mampu menjadi tempat atau wadah yang bisa menyalurkan gairah remaja kepada jalur yang benar.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _303
Daftar Pustaka
A. Bachrun Rifa’i dan Moch. Fachruroji, Manajemen Mesjid: Mengoptimalkan Fungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, Bandung: Benang Merah Pres, 2005 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, cet ke-I Fazlur Rahman, Islam, terj. Oleh Ahsin Mohammad, Bandung: Penerbit PUSTAKA, 2003, cet. ke-5 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Mesjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Plitik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Penerbit Mizan, 2001 Moh. E. Ayub, et all, Manajemen Mesjid, Depok: Gema Insani, 2007, cet ke-9 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 1994 Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1978
304_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Footnote 1. Hadis yang berkaitan dengan hal ini seperti: Dari Abu Hurairah,Rasulullah
bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata yang baik-baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan (menghormati) tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan (menghormati) tamunya (HR. Bukhari Musliam). Dalam alQuran sendiri pengabaian terhadap orang-orang di sekitar, khususnya fakir miskin, serta anak yatim begitu dicela. Salah satunya tedapat dalam surat al-Ma’un ayat 1-3: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama.Itulah orang yang menghardik anak yatim.dan tidak menganjurkan member makan orang miskin.
2. Lihat Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1978, h. 122
3. Lihat Sidi Gazalba, ibid, h. 117 4. Hadis Muslim, 300 5. Peristiwa ini menjadi acuan dalam penetapan Kalender Hijriah di kemudian hari yaitu pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a.
6. Lihat A. Bachrun Rifa’i & Moch. Fachruroji, Manajemen Mesjid: Mengoptimalkan Sungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, Bandung: Benang Merah Pres, 2005, h.59
7. Dalam Qs. al-’Alaq [96]: 1-5 8. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 1994), hal. 433 9. Lihat Fazlur Rahman, Islam, terj. Oleh Ahsin Mohammad, Bandung: Penerbit PUSTAKA, 2003), cet ke-5, hal 267
10. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet ke-I, hal x
11. ibid, 78 12. Lihat A. Bachrun Rifa’i & Moch. Fachruroji,
Manajemen Mesjid:
Mengoptimalkan Sungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, hal 17
13. Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Mesjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Penerbit Mizan, 2001, h. 128
14. Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Mesjid, Jakarta: Gema Insani Pres, 1996, h. 147
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _305
Majlis Taklim’s Jamboree is an Empowerment Media Actualization of MT Worshipers (An Empowerment MT in Mustikajaya Bekasi City)
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT (Sebuah Upaya Pemberdayaan MT di Kec. Mustikajaya Kota Bekasi)
Erti Herlina Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Mustikajaya Kota Bekasi Prov. Jawa Barat email:
[email protected]
Abstract : Religious community development efforts are planned, integrated and sustainable so that religious values can be fostered in the life of the nation, state, and society so as to create a life of peace, harmony and prosperity. Religious community development can be done in three patterns: recitations, Tazkiyah and study groups. The three patterns are example by the Prophet Muhammad in building civilized and dignified Medina community, it is signed by a life of peace, harmony, and prosperity which based on the religious values which is live and cultivated among the community. Religious community is a community-based typology of faith and piety. It is triggering disbursement of mercy and blessings from all corners that lead to prosperity, well-being and harmony of life. Reflected faith and piety that in everyday life become characteristic of the religious community that promises happiness and well- being in the world and afterlife. In a religious community development efforts can use the media and religious signs that lived, grew, and rooted in society, for example taklim. The most basic of coaching is
306_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 to empower Majelis Taklim simultaneously. Among these steps is to conduct Majelis Taklim Jamboree. On the other hands, the form of innovation in guiding Majelis Taklim, Majelis Taklim jamboree is also serves as an evaluation media in guiding Majelis Taklim.
Abstraksi Pembinaan masyarakat agamis adalah upaya-upaya yang terencana, terpadu dan berkesinambungan agar nilai-nilai agama dapat ditumbuhkembangkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat sehingga dapat menciptakan kehidupan yang damai, rukun dan sejahtera. Pembinaan masyarakat agamis ini bisa dilakukan dengan tiga pola: tilawah, tazkiyah dan ta’lim. Ketiga pola ini adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Madinah yang berperadaban dan bermartabat, yang ditandai dengan kehidupan yang damai, harmonis, dan sejahtera yang dilandasi dengan nilai-nilai agama yang hidup dan ditumbuhkembangkan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat agamis merupakan tipologi masyarakat yang berbasis keimanan dan ketakwaan sehingga mengundang dikucurkannya rahmat dan barakah dari semua penjuru yang mengantarkan pada kemakmuran, kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan. Iman dan takwa yang terefleksi dalam kehidupan sehari-hari menjadi karateristik dari masyarakat agamis yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat. Dalam upaya pembinaan masyarakat agamis, dapat menggunakan media dan wahana simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup, berkembangan, dan mengakar di tengah-tengah masyarakat, misalnya majelis taklim. Hal yang paling pokok dari pembinaan Majelis Taklim adalah dengan pemberdayaan jamaahnya secara simultan. Di antara langkah tersebut adalah dengan mengadakan Jambore Majelis Taklim. Selain dari bentuk inovasi dalam pembinaan Majelis Taklim, jambore Majelis Taklim juga berfungsi sebagai media evaluasi pembinaan Majelis Taklim. Keywords : Taklim, Jamboree, Empowering
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _307
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dapat dikatakan masyarakat yang agamis.1 bisa dilihat dari mayoritas penduduknya yang menganut suatu agama. Negara pun menjamin kehidupan beragama.Sehingga masyarakat yang tidak beragama tidak mendapat tempat di Negara Indonesia. Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang agamis ini setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek; historis, ideologis dan sosiologis.Secara historis (kesejarahan) terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari peran para pemuka agama.Banyak tokohtokoh agama yang berjuang hingga menjadi pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.Ajaran agama pun menjadi inspirasi dan sumber motivasi dalam perjuangan kemerdekaan. Secara ideologis Negara Indonesia menjamin kemerdekaan kehidupan beragama. Indonesia memang bukan Negara agama, dalam arti mendasarkan konstitusi (undang-undang) pada agama tertentu, namun Indonesia pun bukan Negara sekuler yang memisahkan secara terbuka antara agama dan negara. melainkan Indonesia merupakan suatu model Negara yang berhasil memadukan antara agama dan negara secara harmonis. Secara sosiologis bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama. Pada zaman primitive, masyarakat Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang menuhankan Roh halus dan bendabenda yang dikeramatkan.Lalu pada zaman tradisional masyarakat Indonesia banyak menganut agama Hindu dan Budha, terutama pada masa tumbuhnya kerajaan-kerajaan di Nusantara.Kemudian pada zaman modern bangsa Indonesia tercerahkan dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas penduduk Indonesia. Oleh karena itu, sejak awal pendirian Kementerian Agama bertujuan untuk menampakkan “wajahIlahi” di muka bumi.Di antara sifat Allah
308_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
SWT adalah ar-Rahman(Maha Pengasih). Ini sesuai dengan diturunkannya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, yakni menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil-‘alamin).2 Mengacu pada tujuan mulia tersebut, kemudian dirumuskan menjadi visi Kementerian Agama. Sebagaimana Keputusan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2006, bahwa visi Kementerian Agama adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi ini lalu diejawantahkan dalam misi Kementerian Agama; di antaranya meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, pengamalan, dan pelayanan kehidupan beragama, juga meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan. Dalam hal ini, jajaran Kementerian Agama memiliki tugas berat tetapi mulia di tengah-tengah masyarakat, yaitu mengawal pembinaan kehidupan agamis.yang dapat diartikan, kehidupan yang menjadikan agama sebagai landasan spiritual, sumber moral, dan etika sosial dalam membangun kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan pembinaan masyarakat agamis sebagaimana yang sudah dirumuskan oleh Kementerian Agama, maka perlu diberdayakan lembaga-lembaga keagamaan yang sudah hidup dan mengakar di masyarakat.Di antara lembaga keagamaan khas Indonesia yang sudah menjadi basis pembinaan masyarakat agamis adalah majlis taklim.Dimana majlis taklim merupakan lembaga potensial dan strategis untuk pembinaan dan pengembangan masyarakat Indonesia yang agamis.Dari itu perlu ada kajian serius mengenai upaya majlis taklim yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dalam pembinaan masyarakat agamis, guna menunjang pembangunan nasional di bidang keagamaan.3
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _309
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi masalahmasalah penelitian sebagai berikut: 1. Masyarakat Indonesia dapat dikatakan masyarakat agamis, baik dilihat dari aspek historis, ideologis maupun sosiologis. 2. Diperlukan adanya upaya yang sistematis dan strategis untuk membina kehidupan masyarakat yang agamis sehingga tercipta kehidupan yang damai, rukun dan harmonis. 3. Kementerian Agama sebagai ujung tombak pembangunan nasional di bidang keagamaan memiliki tanggung jawab moral untuk mengawal dan mensukseskan program pembinaan masyarakat agamis guna mencapai visi Kementerian Agama sebagaimana yang sudah ditetapkan. 4. Untuk mensukseskan program pembinaan masyarakat agamis perlu memberdayakan dan mengembangkan wadah-wadah keagamaan yang sudah hidup dan mengakar di masyarakat. 5. Di antara wadah-wadah keagamaan yang potensial dan strategis untuk dikembangkan dalam pembinaan masyarakat agamis adalah majlis taklim yang sudah menyebar dan mengakar hingga ke pelosok-pelosok daerah.
C. Perumusan Masalah Mengacu pada identifikasi masalah tersebut, maka dalam perumusan masalah ini dapat dirumuskan fokus masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan masyarakat agamis? 2. Bagaimana upaya pembinaan Majlis Taklim di Kec. Mustikajaya Kota Bekasi dalam melaksanakan pembinaan masyarakat agamis untuk jamaahnya melalui Jambore Majlis Taklim ?
310_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
D. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui definisi dan ruang lingkup pembinaan masyarakat agamis. 2. Mengetahui upaya pembinaan Majlis Taklim di Kec. Mustikajaya Kota Bekasi dalam melaksanakan pembinaan masyarakat agamis untuk jamaahnya melalui Jambore Majlis Taklim.
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBINAAN, MASYARAKAT AGAMIS DAN MAJLIS TAKLIM A. Teori Tentang Pembinaan Ditinjau dari bahasa, pembinaan berasal dari Bahasa Arab dari kata “banaa – yabnii – bina-an”,4 yang berarti pendirian, pembangunan, atau pemeliharaan. Makna yang tersirat dari kata tersebut, bahwa tujuan pembinaan adalah pemeliharaan dan pengembangan dari keadaan yang sudah ada yang dianggap baik dan kondusif. Misalnya “membina rumah tangga”, berarti rumah tangganya sudah terbentuk tinggal bagaimana mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan sehingga menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah; keluarga yang bahagia dan sejahtera lahir dan batin, dunia dan akhirat. Atau “bina dakwah”, ini menyiratkan supaya dakwah yang sudah berjalan bisa dipertahankan dan dikembangkan ke arah yang lebih baik dan maju. Dalam konteks sosial kemasyarakatan, pembinaan ini dapat disamakan dengan pembangunan masyarakat. Kata Edi Suharto, pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan masyarakat bisa berarti “tempat bersama” seperti wilayah geografis yang sama, atau “kepentingan bersama” seperti kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _311
identitas. Dengan demikian, pembangunan masyarakat adalah motode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya.5 Terjadinya perubahan sosial di antara sebabnya adalah adanya ide (the great ideas) yang dimiliki oleh masyarakat atau sebagian masyarakat. Selain itu ada juga peran tokoh masyarakat (the great individuals) yang bisa menggerakkan seluruh masyarakat tersebut. Adapun strategi perubahan sosial bisa terjadi melalui berbagai cara di antaranya:people power (strategi perubahan sosial melalui kekuasaan), normative reeducative (aturan yang terlembagakan dalam pendidikan), serta persuasive strategi (pendekatan persuasif).6 Dalam pembinaan masyarakat agamis ini, kita dapat meneladani cara Rasulullah SAW dalam mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat. Beliau melakukannya tidak sekaligus, tetapi secara bertahap dan berkesinambungan.Sehingga puncaknya masyarakat yang awalnya dirundung kegelapan dan kebodohan jahiliyah menjadi tercerahkan dan tercerdaskan dengan ajaran Islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an:Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al-Jumu’ah/62:2).7 Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga pola yang dikembangkan oleh Rasulullah saw dalam membina masyarakat agamis, yaitu pola tilawah, tazkiyah dan ta’lim. Tilawah secara bahasa artinya membacakan atau menginformasikan. Kata Al-Maraghi, tilawah adalah membacakan kepada masyarakat ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung cahaya dan petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Dalam prakteknya di majlis taklim, pola tilawah ini bisa disamakan dengan ceramah, pidato atau khutbah yang mengupas keunggulan dan kesempurnaan ajaran Islam sebagai pedoman kehidupan.8
312_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Tazkiyah artinya membersihkan atau menyucikan. Kata Al-Maraghi9, tazkiyah adalah menyucikan masyarakat dari sisa-sisa dosa dan noda syirik serta kebiasaan jahiliyah sehingga mereka kembali patuh dan taat kepada Allah baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam prakteknya di majlis taklim, pola tazkiyah ini semacam muhasabah, evaluasi atau instroveksi untuk membersihkan diri dari keyakinan, kepercayaan dan kebiasaan yang menyimpang dari ajaran Islam. Di majlis taklim pun biasa diajarkan bagaimana cara tobat, dzikir, doa dan praktek-praktek ibadah yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Juga suka diadakan santunan, pemberian zakat, infak dan sadaqah, serta kegiatan sosial lainnya untuk membersihkan jiwa dan harta serta membangun kesetiakawanan sosial. Sedangkan ta’lim artinya mengajarkan. Kata Al-Maraghi10, ta’lim adalah mengajarkan kepada masyarakat hukum-hukum, hikmah dan rahasia yang terkandung dalam syariat Islam yang bersumber pada alQur’an dan as-Sunnah sehingga mereka paham dan dapat mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, di majlis taklim kerap kali diajarkan baca-tulis al-Qur’an, belajar hadits-hadits, fiqh, sejarah, tafsir dan ilmu-ilmu keislaman lainnya guna memperkaya dan memperluas wawasan keislaman jamaah atau masyarakat sekitar. Kalau digambarkan pola-pola tersebut sebagai berikut: Tabel 2.2: Penerapan Pola Pembinaan di Majlis Taklim No
Pola Pembinaan Nabi SAW.
1
Tilawah (Pembacaan)
2
Tazkiyah (Penyucian)
3
Ta’lim (Pengajaran)
Penerapan Pembinaan di Majlis Taklim Ceramah, khutbah, pidato, pengajian umum Dzikir, Istighasah, doa bersama, Shalawatan, Yasinan, kegiatan santunan dan sosial Pengajaran ilmu-ilmu keislaman, fiqh, tafsir, hadits, sejarah Islam, tauhid dan pengajaran lainnya
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _313
B. Konsepsi Tentang Masyarakat Agamis Konsep masyarakat agamis muncul seiring dengan menguatnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama di tengahtengah masyarakat.Sebagai bangsa yang beragama, seyogianya agama menjadi sumber inspirasi, spirit, dan motivasi dalam kehidupan berbangsa dan beragama. Sehingga agama tidak hanya sebagai sistem kepercayaan dan keyakinan, tetapi juga menjadi sistem kehidupan dan identitas kemasyarakatan. Komunitas agama dapat dikatakan masyarakat,karena itu dalam ajaran Islam misalnya, ada beberapa istilah untuk menunjuk kesatuan hidup manusia, qaum, syu’ub, qabaail,danummah. Dari keempat istilah ini, yang dipandang memiliki kecocokan untuk menunjuk masyarakat Islam adalah istilah ummah atau umat. Ummah (umat) dapat diartikan; para penganut atau pengikut suatu agama (Soekanto, 2001:26). Kata Quraish Shihab, ummah berasal dari kata amma-yaummu yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Dari akar kata yang sama lahir antara lain kata um yang berarti ibu dan imam yang maknanya pemimpin; karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan dan harapan anggota masyarakat.11 Oleh karena itu, menurut Ali Syariati seperti dikutip Dawam Rahardjo, ummah (umat) adalah istilah yang tepat untuk menunjuk masyarakat Islam. Syariati berpendapat, ummah adalah ungkapan pengertian tentang kumpulan orang yang sepakat dalam tujuan yang sama dan masingmasing saling membantu agar bergerak ke arah tujuan yang diharapkan atas dasar kepemimpinan yang sama. Dalam hal ini dia berkesimpulan, bahwa tidak ada sebutan ummah (masyarakat Islam) tanpa adanya imamah (kepemimpinan).12 Di bawah kepemimpinan dan keteladanan Rasulullah SAW terbentuklah komunitas umat yang ideal (utama), yakni “khoiru ummah” (umat terbaik) yang memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk mencerahkan masyarakat dengan gerakan amar ma’ruf dan nahi munkar di
314_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
bawah panji keimanan kepada Allah SWT. Inilah gambaran masyarakat utama (agamis) yang mampu mempelajari, menghayati, mengamalkan, dan mendakwahkan ajaran agama Islam sehingga menjadi landasan moral dan sumber etika sosial dalam kehidupan. Sedangkan istilah agamis merupakan sifat atau karakteristik yang melekat pada masyarakat.Jadi masyarakat agamis merupakan masyarakat yang taat dan patuh menjalankan ajaran agama yang dianutnya.Agama bukan hanya identitas spiritual (keyakinan dan kepercayaan) namun juga menjadi indentitas moral dan etika sosial dalam kehidupan.Bahkan agama menjadi sumber spirit, inspirasi dan motivasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik, mulia, berkualitas, dan bermartabat, di dunia maupun di akhirat. Sebagai gambaran ideal masyarakat agamis dapat dilihat dalam al-Qur’an surat al-A’raaf/7] ayat 96, Allah SWT berfirman: Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.13 Berdasarkan ayat tersebut, masyarakat agamis bercirikan masyarakat yang beriman dan bertakwa.Iman dan takwa bukan hanya jargon dan ungkapan semata, namun harus terefleksi dan termanifestasikan (tercermin) dalam kehidupan nyata sehari-hari.Istilah iman dan takwa bukan bahasa yang pasif tapi aktif, bukan istilah yang statis tetapi dinamis dan progresif. Dalam pembinaan masyarakat agamis ini, ada tahapan dan pencapaian yang harus dilakukan.Pertama, pembinaan pribadi shaleh.Karena segalanya berawal dari niat dan tekad yang ada pada masing-masing individu. Kedua, pembinaan keluarga sakinah.Keluarga adalah mahkota masyarakat.Karena masyarakat itu merupakan kumpulan dari unit-unit keluarga.Maka pembinaan keluarga yang harmonis dan sejahtera lahir dan batin adalah keniscayaan dalam pewujudan masyarakat agamis. Bagaimana nilai dan moral agama dapat diterapkan dan dilaksanakan
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _315
dalam keluarga yang pada gilirannya akan berimbas pada kesolehan masyarakat. Dalam al-Qur’an ditegaskan, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. at-Tahriim/66:6). 14 Ketiga, pembinaan masyarakat marhamah.Yakni masyarakat yang dapat hidup rukun sauyunan saling menghormati, menghargai dan menyayangi di antara sesama.Beragamnya agama, budaya dan bahasa dijadikan potensi untuk membangun kekuatan demi mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Mereka saling membantu untuk meringankan beban orang lain apakah itu beban kemiskinan, kepapaan dan penderitaan. Allah SWT berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk saling berkasih sayang” (QS. al-Balad/90:17).15 Keempat, pembinaan lingkungan mamdudah.Dalam hidupnya manusia sangat tergantung pada lingkungan dan alam sekitar.Maka memelihara lingkungan yang bersih, sehat, indah, tertib dan aman adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.Karena semua ini berhubungan dengan kelangsungan dan kemaslahatan hidup manusia di dunia.Maka manusia dalam hidupnya harus bersahabat dengan lingkungan dan alam sekitar demi menjamin ketentraman dan kemakmuran bersama. Kelima, pembinaan Negara thayyibah.Sebagai bangsa yang besar dan Negara yang berdaulat, bangsa Indonesia harus mampu membangun pemerintahan yang kuat, subur, makmur dan kerta raharja.Untuk mewujudkannya tentu harus didukung dan adanya partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat.Semuanya harus sadar terhadap kewajibannya baik terhadap agama maupun Negara. Sehingga Negara yang baldatunthayyibatun wa rabbun ghafur akan betul-betul terwujud dalam kenyataan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): ‘Makanlah
316_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun’.” (QS. Saba’/34:15).16
C. Definisi Tentang Majlis Taklim Majlis taklim terdiri atas dua suku kata, majlis yang berasal dari kata jalasa – yajlisu – julusan wa majlisan, artinya tempat duduk; sedangkan taklim berasal dari kata ‘allama – yu’allimu – ta’liiman, yang berarti belajar; jadi majlis taklim secara bahasa artinya tempat belajar.17 Suatu istilah yang diadaptasi dari Bahasa Arab yang di kalangan masyarakat Arab sendiri tidak populer.Seperti halnya istilah halal bi halal, hajatan dan tasyakuran yang di Negeri Arab sendiri tidak dikenal.majlis taklim merupakan model pengajian agama Islam khas umat Islam Indonesia terutama yang dilaksanakan di kota-kota besar di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, majlis taklim ini telah menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Oleh karena itu, sekarang ini pengertian majlis taklim ialah suatu lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan membangun hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesamanya, manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Praktek ini mengadopsi dari kebiasaan Nabi SAW pada saat berdakwah di Mekkah dan Madinah yang menyampaikan pengajaran Islam kepada para sahabat-sahabat dengan berhadapan langsung. Kemudian kebiasaan ini berlanjut pada masa Khulafaurrasyidin, Khalifah Bani Umayah dan Bani Abbasiyah hingga pengajian-pengajian yang dilaksanakan para Wali ketika menyebarkan ajaran Islam di daratan Nusantara.18 Sebagai lembaga pendidikan nonformal Islam yang tumbuh, hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, maka keberadaan majlis
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _317
taklim ini sangat potensial dan strategis untuk terus dikembangkan. Kedudukan majlis taklim di dalam masyarakat Indonesia sekurangnya memiliki empat macam peranan:/1] sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT;/2] taman rekreasi rohaniah;/3] wadah silaturrahmi yang menghidupsuburkan syiar Islam;/4] media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa19. Hal yang sama dikemukakan oleh Tutty Alawiyah, 1997:76), bahwa fungsi majlis taklim di tengahtengah masyarakat sekurangnya ada 3 macam:/1] tempat memberi dan memperoleh tambahan ilmu dan kemampuan, tujuannya menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengamalan ajaran agama;/2] tempat mengadakan kontak dan pegaulan sosial, yang tujuannya silaturrahmi/3] tempat bersama-sama mewujudkan minat sosial yang tujuannya meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya. Dilihat dari beragamnya jamaah, maka majlis taklim ini dapat dikelompokkan pada beberapa jenis:/1] menurut lingkungan jamaah, ada majlis taklim daerah pinggiran, daerah gedongan, kompleks perumahan dan perkantoran;/2] menurut tempat penyelenggaraan, ada majlis taklim masjid atau mushalah, madrasah, di rumah secara tetap atau berpindahpindah dan di aula kantor;/3] menurut organisasi jamaah, ada yang dikelola oleh seorang pengurus atau guru, dikelola secara bersama dalam kepengurusan yang berlaku secara periodik, dikelola menurut organisasi induk seperti Muslimat, Aisyiah, Persistri dan Alhidayah (Ibid, hal. 79). Sedangkan materi yang dipelajari di majlis taklim mencakup ilmuilmu keislaman seperti pembacaan al-Qur’an berikut tajwidnya, tafsir berikut ulumulQur’an, hadits berikut musthalah-nya, fiqh berikut ushul fiqh, tauhid, akhlak serta ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah.Misalnya masalah penanggulagan kenakalan anak, masalah Undang-Undang Perkawinan, UU Kekeradan Dalam Rumah Tangga dan yang lainnya. Materi-materi tersebut disampaikan
318_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
lewat metode ceramah, diskusi, tanya jawab, halaqah (pengajar membacakan kitab tertentu jamaah mendengarkan) dan metode campuran sesuai dengan kebutuhan. Di Kota Bekasi, berdasarkan data statistik Kementerian Agama Kantor Kota Bekasi tahun 2013 selain masjid dan mushalah yang berjumlah 1200 buah bangunan juga ditambah majlis taklim yang berjumlah 1500 buah. Ini yang tercatat, yang belum tercatatnya mungkin jauh lebih banyak mengingat girah dan gairah keagamaan dalam bentuk majlis taklim sudah menyebar hingga ke pelosok-pelosok pinggiran daerah.Terutama majlis taklim-majlis taklim yang dikelola oleh ibu-ibu. Karena memang istilah majlis taklim ini dalam perkembangannya lebih identik dengan pengajian ibu-ibu. Misalnya majlis taklim yang ada di Kec.Mustikajaya Kota Bekasi menyebar hingga ke setiap RT dan gang. Diperkirakan jumlahnya 55 majlis taklim yang memiliki ijin Operasional baik yang dikelola secara modern maupun tradisional, yang tidak memiliki ijin operasional dari kementrian agama jumlahnya lebih dari 100 majlis taklim, bahkan di Kec. Mustikajayasudah sejak lama berdiri yang namanya Badan Kontak Majlis Taklim (BKMT) yang mengkoordinir majlis-majlis taklim yang ada di Kec.Mustikajaya. Ini merupakan potensi yang sangat strategis untuk dikembangkan dalam rangka pencapaian program Bekasi Kota IHSAN. Sebab yang dilaksanakan di majlis taklim-majlis taklim bukan hanya pengajian, namun juga banyak kegiatan sosial-ekonomi seperti menyantuni anak yatim dan fakir miskin, pengurusan anak asuh, membantu anggota yang dalam kesulitan, koperasi bagi jamaah, pengobatan dan khitanan masal, rekreasi rohani ke tempat-tempat bersejarah dan beberapa kegiatan sosial keagamaan lainnya. Jelas semua ini menunjang dan mendukung terhadap pencapaian program Bekasi Maju sejahtera dan Ihsan yang bericirikan masyarakat yang taat dan patuh dalam melaksanakan agamanya, juga dapat menjaga kerukunan dan keutuhan hidup bermasyarakat sebagai bagian dari perwujudan ajaran Islam yang rahmatan lil-‘alamin, menjadi rahmat bagi semesta alam.
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _319
METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dipusatkan di Majlis Taklim se-Kec.Mustikajaya Kota Bekasi.Alasannya karena sesuai dengan fokus dan lokus penelitian, yakni untuk mengetahui upaya majlis taklim dalam pembinaan masyarakat agamis.Sedangkan untuk menjaring informasi, selain dengan menggunakan pendekatan kepustakaan, juga dengan wawancara kepada Pembina, Pengurus dan Jamaah Majlis Taklim se-Kec.Mustikajaya, serta dengan pengamatan dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan di majlis taklim tersebut.
B. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan melalui komunikasi langsung, dengan melihat studi kepustakaan dan dekomentasi hasil kegiatan, serta dengan pengamatan langsung.Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.Sebagaimana dikemukakan Husaini Usman (2008:129), deskriptif artinya menggambarkan atau melukiskan baik dengan angkaangka maupun kata-kata.Karena yang digambarkan itu mengenai konsep dan kegiatan, maka yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung (Husaini Usman, 2008:130).Mengacu pada penjelasan ini, maka yang diteliti dalam kajian ini adalah konsep dan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan konsep yang sudah dirumuskan, yaitu upaya pembinaan masyarakat agamis berbasis majlis taklim.
C. Jenis Data Yang Dihimpun Data yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi data primer dan skunder.Data primer berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan substansi penelitian ini dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
320_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
pelaksanaan kegiatan serta hasil wawancara dan pengamatan.Sedangkan data skunder berupa informasi dan data tambahan yang berkenaan dengan isi dan materi penelitian.
D. Analisis Data Data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan pengkajian dokumen, kemudian diolah dan dianalisis dimulai dengan mengorganisasikan data yang dilakukan sejak peneliti di lapangan.Dari temuan di lapangan tersebut maupun melalui kajian pustaka dapat diperoleh berbagai jenis data yang secara fisik merupakan rekaman hasil wawancara maupun temuan lainnya.Dengan data tersebut kemudian dilakukan klasifikasi dan kategorisasi serta analisis dengan membandingkan antara satu data dengan data yang lainnya.
ANALISIS TERHADAP PEMBINAAN MAJLIS TAKLIM KEC. MUSTIKAJAYA KOTA BEKASI MELALUI JAMBORE MAJLIS TAKLIM A. Kondisi Obyektif Majlis Taklim Kecamatan Mustikajaya 1. Data Monografi Kecamatan Mustikajaya
Kecamatan Mustikajaya adalah salah satu kecamatan dalam wilayah pemerintaan Kota Bekasi Propinsi Jawa barat dengan luas wilayah 2.599,6 hektar, terdiri dari 4 kelurahan yaitu Mustikajaya, Mustikasari, Padurenan dan Cimuning yang terbagi ke dalam 84 RW dan 559 RT. memiliki batas wilayah sebelah timur dengan Kec. Setu Kab. Bekasi, sebelah barat dengan Kec. Bantar gebang dan Rawalumbu kota bekasi, sebelah utara dengan Kec. Tambun selatan kab.Bekasi dan sebelah selatan dengan Kec. Bantar gebang kota bekasi.berjarak sekitar 120 Km dari ibukota propinsi, Bandung dan 30 Km dari ibukota Negara, Jakarta.
Posisi yang strategis ini memiliki tantangan tersendiri dalam berbagai hal, karena menjadi perlintasan menuju ibukota dan sering
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _321
juga di sebut sebagai kota penyangga ibu kota Negara. dengan jumlah penduduk 118.509 (Des 2013) yang terdiri dari umat Islam sebanyak 108.917 jiwa, Kristen 2.321jiwa, Budha 451 jiwa, Hindu 361 jiwa dan katolik 4.273 jiwa, Kecamatan Mustikajaya merupakan kecamatan yang sedang tumbuh pesat dalam berbagai bidang, sejak terpisah dari kecamatan Bantar gebang dan definitif sebagai kecamatan pada tahun 2005. Mustikajaya langsung membangun daerah, bahkan sekarang mengalahkan induknya bantar gebang dalam berbagai bidang pembangunan dan keagaamaan.
Kecamatan Mustikajaya Memiliki visi: menuju Masyarakat Maju, Sejahtera bernuansa ihsan. Visi inilah yang coba diwujudkan oleh seluruh aparatur dan masyarakat Mustikajaya dengan seluruh kekuatan dan potensi yang dimiliki.Potensi mewujudkan masyarakatMustikajaya yang Ihsan ditunjukakn dengan kepedulian pejabat di Kecamatan Mustikajaya terhadap kegiatankegiatan keagamaan.
Dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, ini merupakan satu potensi keagamaan yang tinggi. Hampir setiap RT dan RW memiliki Masjid/Musholah. Tercatat tidak kurang dari 97 Masjid dan 146 Musholah, 4 Pondok pesantren dan 154 Majlis Taklim.TKQ/TPQ sebanyak 38 yang sudah terdaftar resmi di Kemenag dan 50 TPQ yang belum terdaftar.Madrasah Diniyah juga melengkapi kegiatan keagamaan di Mustikjaya, dimana menunjukan banyaknya jumlah tokoh agama, kiyai, ustadz, ustadzah, mubaligh dan lainnya.
2. Masalah Pengelolaan Majlis Taklim
Kegiatan keagamaan yang paling dominan dilakukan di kecamatan Mustikajaya melalui Majlis Taklim (MT) baik itu MT ibu- ibu maupun kelompok bapak, penelitian yang penulis lakukan lebih difokuskan pada MT kaum ibu.Dari segi jumlah dan kuantitas pelaksanaan kegiatan MT sudah tidak diragukan lagi, setiap hari
322_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
selalu ada kegiatan MT di berbagai tempat. Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengelolaan MT selama ini, melalui Ketua-ketua MT, Ketua MT Alhidayah kecamatan, kelurahan pengurus BKMT, MUI dan pemerintah setempat dalam hal ini Kasi Kesos kelurahan dan kecamatan serta Pak lurah dan Pak camat. Penelitian dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukan dari 154 jumlah MT kaum ibu di mustikajaya memiliki karakteristik yang hampir sama dalam pengelolaan MT. mayoritas pengajian berlangsung tanpa perencanaan yang matang. MT berjalan seperti hanya menggugurkan kewajiban saja, tanpa ada target yang jelas yang harus dicapai dari kegiatan MT. hampir semua MT mengawali pengajian dengan membaca do’a pagi, Ratib, maulid, tahlil dan dilanjutkan dengan ceramah serta doa (penutup).
Materi dakwah yang disampaikanpun kurang relevan dengan masalah yang sedang terjadi dan kurang memperhatikan kebutuhan jamaah. Para ustadzah hanya menyampaikan materi tanpa memperhatikan apakah jamaah membutuhkan atau tidak, selama bertahun-tahun terjadi seperti itu, sehingga wajar saja jika majlis taklim tersebut sudah ada sejak 10 tahun yang lalu tapi tidak ada perubahan secara signifikan baik dari jumlah jamaah atau dari kwalitas jamaahnya, karena tidak memiliki data yang jelas tentang jumlah jamaah dan kebutuhan Materi dakwah buat jamaahnya.
Metode penyampaian yang digunakan masih bersifat monoton , hanya ceramah satu arah tidak ada dialog atau forum tanya jawab. Sehingga permasalahan yang jamaah bawa dari rumah ataupun yang timbul pada saat berlangsungnya kegiatan majlis taklim tidak pernah menemukan solusinya.
Majlis taklim kebanyakan belum memiliki kepengurusan yang jelas, tidak ada struktur yang jelas seperti sekretaris, bendahara
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _323
apalagi untuk bidang – bidang lainnya. Ketua biasanya adalah pemilik majlis taklim, atau ustadzah yang biasa memberikan materi pengajian.Kalaupun ada yang memiliki struktur itu di komplek-komplek perumahan karena secara tingkat pendidikan mereka lebih tinggi. Sehingga sudah sedikit mengerti tentang pengelolaan
Pengelolaan administrasi yang masih tradisional dimana ketua memiliki hak penuh terhadap keberlangsungan majlis taklim tersebut, sehingga ada ketergantungan yang berlebihan, hal ini menjadikan administrasi tidak secara baik mereka kelola. Mayoritas dari majlis taklim ini tidak memiliki data jumlah anggota (jamaahnya), absensi tidak ada, kurikulum atau silabus apalagi semuanya tidak memiliki.Hanya agenda kegiatan yang mereka miliki misalnya PHBI yang pasti mereka sudah menyiapkan jauhjauh hari.
Karena pengelolaan yang masih tradisional sehingga tidak ada satupun majlis taklim yang memiliki wacana pemberdayaan ekonomi umat, padahal mereka memiliki kesempatan itu. Pengelolaan keuangan masih menggunakan sisntem iuran antar anggota setiap ada kegiatan.
3. Organisasi tanpa Perencanaan dan Target
Sebuah organisasi jika ingin berhasil dalam perjalanannya maka harus memiliki perencanaan yang baik, tujuan serta target yang jelas sehingga dalam menjalankannya kita bias fokus pada tujuan dan target yang akan dicapai. Fenomena yang terjadi di kota bekasi khususnya di mustikajaya organisasi, dalam hal ini majlis taklim yang sudah berjalan bertahun-tahun ternyata tanpa perencanaan dan tujuan serta target yang jelas.
Kita mengetahui bahwa majlis taklim merupakan lembaga pendidikan islam non formal yang sangat potensial dan strategis sebagai sarana penyampaian dakwah Islam dan membina
324_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
masyarakat jika dikelola secara professional. Dari sinibisa terjadi transformasi nilai-nilai islam dan khazanah keilmuan.
Majlis taklim sebagai satu lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam membina umat, dari generasi muda sampai yang tua.Majlis taklim juga berhasil mencetak kader-kader da’i dan da’iah yang bisa menjadi penerus perjuangan dakwah Islam. Dimana dalam pelaksanaannya memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya (Depag RI, 2007:1)
Namun pada kenyataan dilapangan mayoritas majlis taklim tidak memiliki kurikulum pembelajaran, pembinaan umat dilakukan secara sederhana tanpa ada target yang jelas yang harus dicapai untuk satu tahun kedepan.
B. Jambore Majlis Taklim sebuah Upaya Pembinaan Kata Jambore lebih dikenal dalam kegiatan Pramuka yang merupakan ajang bertemunya anggota pramuka dari mulai tingkat kecamatan sampai nasional bahkan ditingkat dunia, ini dijadikan sarana silaturrahim sekaligus bertukar informasi kegiatan, melakukan kegiatan social secara bersama-sama juga menjadi ajang kompetisi bagi seluruh anggotanya yang membawa nama baik daerah asalnya. Selama ini mereka menyerahkan sepenuhnya untuk kegiatan kepada ustadzah atau pengurus saja tanpa mengetahui tujuan MT selama 1 tahun ini apa saja yang harus dicapai. Kurikulum bisa membantu meningkatkan kualitas majlis taklim karena selama 1 tahun pencapaiannya bisa diukur sehingga perbaikan-perbaikan bisa terus dilakukan. Jamaahpun menjadi punya target selama 1 tahun kedepan apa yang harus mereka capai selama mereka mengikuti Majlis taklim.
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _325
Melalui taklim,kegiatan itu merupakan media silaturrahmi, silatul’ilmi, silatulqalbi dan silatulfikri. Silaturrahmi dimaksudkan untuk membina hubungan persaudaraan dan kekeluargaan.Silatul’ilmi diarahkan untuk menambah keilmuan dan pemahaman keislaman.Silatulqalbi untuk mengasah kepedulian sosial antar sesama terutama yang mebutuhkan uluran tangan. Sedangkan silatulfikri untuk mempertajam pemikiran dan memperluas cakrawala wawasan dengan cara dialog dan diskusi. Inilah kekuatan luar biasa yang ada pada pengajian-pengajian yang dilaksanakan oleh majlis taklim-majlis taklim sehingga menjadi daya perekat dan pengikat untuk terus tumbuh dan berkembang. Pegangan yang harus diperhatikan berkenaan dengan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan organisasi majlis taklim, yaitu: 1. Hendaknya disadari sedalam-dalamnya bahwa majlis taklim ini adalah milik kita bersama sebagai wadah meningkatkan kualitas diri dalam segi: meningkatkan kemampuan, ilmu pengetahuan, rasa percaya diri, keterampilan membagi waktu, pengabdian kepada keluarga dan meningkatkan silaturrahmi. 2. Dapat menghimpun dana dan daya untuk memperbanyak amal shaleh. 3. Menyadarkan diri kita bahwa banyak hal yang harus direnungkan dan disyukuri. 4. Belajar menghargai pendapat orang lain, belajar bertenggang rasa, belajar memikirkan nasib orang lain. 5. Memiliki keyakinan dan optimisme yang kuat yang dilandasi dengan keimanan, tekad dan keikhlasan. 6. Apabila suatu saat mengalami kekeliruan atau kegagalan anggaplah itu sebagai pelengkap kenyataan, bahwa kita hanya manusia biasa, yang penting usahakan jangan sampai membuat kesalahan yang sama.
326_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
C. Jambore Majlis Taklim Kec. Mustikajaya Kata Jambore lebih dikenal dalam kegiatan pramuka yang merupakan ajang bertemunya anggota pramuka dari mulai tingkat kecamatan sampai nasional bahkan di tingkat dunia, jambore dijadikan sarana silaturrahim sekaligus bertukar informasi kegiatan, melakukan kegiatan sosial secara bersama-sama juga menjadi ajang kompetisi bagi seluruh anggotanya yang membawa nama baik daerah asalnya. Sedangkan Jambore Majlis taklim se-Kecamatan Mustikajaya selain sebagai ajang silaturrahim juga merupakan sarana pembinaan Majlis taklim, dimana setiap jamaah MT bisa mengaktualisasikan diri, seluruh jamaah dilibatkan baik atas nama pribadi atau kelompok yang menjadikan mereka termotivasi untuk melakukan yang terbaik, melalui lomba-lomba yang dilaksanakan. 1. Pembinaan Ketua Majlis Taklim Dalam melakukan perubahan dimasyarakat, kita tidak bisa serta merta langsung melakukannya secara radikal, tetapi ada tahapantahapan yang harus kita lewati ketika perubahan itu ingin berhasil sesuai yang kita cita-citakan, salah satunya yaitu ide atau gagasan. Max Webber mengatakan ide sangat berpengaruh terhadap suatu masyarakat. Dari permasalahan yang ada diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan langkah kreatif dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan di wilayah kerja penulis, karena kurang efektifnya kegiatan majlis taklim selama ini yang tidak berbanding lurus dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan jamaah, maka perlu ada satu langkah yang bisa merubah tanpa merusak tatanan yang sudah ada secara radikal. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas majlis taklim di kecamatan Mustikajaya adalah dengan memakai kurikulum majlis taklim sehingga Ustadz dan jamaah tahu apa yang akan mereka pelajari bahkan mereka akan mengetahui target pembelajar dalam 6 bulan atau
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _327
1 tahun kedepan, sehingga ada semangat yang lebih besar dari jamaah untuk tetap datang ke majlis taklim. Tetapi tidaklah mudah, karena tidak sedikit ketua-ketua majlis taklim yang menolak adanya kurikulum majlis taklim, terutama dari Ustadzahustadzah yang sudah sepuh, mereka merasa terancam takut tidak diperkenankan kembali mengajar di majlis taklim yang sudah mereka rintis selama ini, karena tidak bisa memenuhi kurikulum yang ada. Untuk menghindari hal tersebut, kegiatan jamboree majlis taklim ini diawali dengan kegiatan seminar Peran dan Fungsi Majlis Taklim dalam Pembinaan Umat, dengan peserta adalah Ketua-ketua majlis Taklim di mustika jaya sejumlah 60 orang, terdiri dari 15 orang per kelurahan, dalam pembinaan ini di jelaskan juga mengenai Kurikulum Majlis Taklim, karena goal dari kegiatan Jambore Majlis Taklim ini untuk jangka panjang adalah penggunaan kurikulum MT di setiap majlis Taklim di kecamatan mustikajaya khususnya dan di kota bekasi pada umumnya. Mengapa seminar tentang peran dan Fungsi Majlis taklim menjadi kegiatan awal dari jambore Majlis taklim, hal ini untuk memberikan pemahaman yang mendalam terhadap ketua-ketua majlis taklim yang selama ini mengelola MT secara tradisional, dengan memberikan pemahaman yang baik, maka di harapkan akan ada perubahan pada cara pengelolaan MT, sehingga hasil dari kegiatan MT itu akan betul-betul terasa bukan saja oleh Jamaah MT tetapi oleh masyarakat di sekitarnya. Kurikulum menjadi penting karena MT sebagai lembaga pendidikan non formal dimasyarakat mempunyai tujuan kelembagaan yaitu menjadikan majlis taklim sebagai : a. Pusat pembelajaran Islam. b. Pusat Konseling Islam (agama dan keluarga). c. Pusat pengembangan Budaya dan kultur Islam. d. Pusat Fabrikasi (pengkaderan) ulama/cendikiawan.
328_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
e. Pusat pemberdayaan ekonomi Jamaah f. Lembaga kontrol dan Motivator di tengah-tengah masyarakat. Dari tujuan diatas mayoritas MT baru bisa mewujudkan yang pertama yaitu sebagai pusat pembelajaran islam itupun belum menyeluruh dan memiliki kelemahan karena rata-rata tidak ada evaluasi secara langsung. Selain sebagai sarana pembinaan Jambore MT juga merupakan ajang silaturrahim dan berkumpul bersama semua anggota Majlis taklim se-Kecamatan Mustikajaya. Walaupun pada pelaksanaan pertamakali tidak diikuti oleh seluruh anggota Majlis taklim tetapi mayoritas turut berpartisipasi dan disambut baik oleh jamaah Majlis taklim.Ketidak ikutsertaan mereka bukan karena tidak tertarik tetapi karena anggota merasa tidak siap dalam mengikuti lomba yang di laksanakan dalam Jambore. Dari tujuan di atas mayoritas Majlis Taklim baru bias mewujudkan yang pertama, yaitu sebagai pusat pembelajaran Islam itupu belum menyeluruh dan memiliki kelemahan karena rata-rata tidak ada evaluasi secara langsung. Selain sebagai sarana pembinaan, Jambore Majlis Taklim juga merupakan ajang silaturrahim dan berkumpul bersama semua anggota majlis taklim se-Kecamatan Mustikajaya. Walaupun pada pelaksanaan pertama tidak diikuti oleh seluruh anggota majlis taklim tetapi mayoritas turut berpartisipasi dan disambut baik oleh para jamaah majlis taklim. Ketidak ikut sertaan mereka bukan karena tidak tertarik, melainkan karena ketidak siapan anggotanya dalam mengikuti lomba yang dilaksanakan dalam jambore. 2. Kegiatan Lomba dalam Jambore Majlis Taklim Setelah pembinaan Ketua majlis Taklim minggu berikutnya dilanjutkan kegiatan Lomba antar majlis taklim se-kecamatan Mustikajaya yang terdiri dari 5 lomba yaitu : 1. Lomba cerdas cermat.
Tujuan dari lomba cerdas cermat pengetahuan agama adalah untuk
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _329
mengetahui sejauh mana penguasaan jamaah terhadap pengetahuanpengetahuan agama yang selama ini mereka dapatkan di majlis taklim dan sebagai sarana evaluasi untuk materi ajar berikutnya, karena ini baru pertama kali diadakan soal-soal yang di berikan masih bersifat umum dan secara garis besar, di samping sebagai media pembelajaran untuk menguji mental jamaah dalam menyampaikan pengetahuan di depan umum. 2. Lomba Tahfidzul Qur’an,
Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi jamaah untuk semangat meningkatkan hafalan al-Qur’an dan bias juga dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana perkembangan hafalan dan daya ingat jamaah. 3. Lomba Pidato Bahasa Indonesia, Adapun untuk kegiattan ini, diadakan untuk mencari kader kader penerus da’iyah yang mulai jarang di masyarakat dengan cara mengasah bahasa dan kalimat yang mudah dan gampang dipahami sesuai dengan usia, kondisi dan geografis jamaah. 4. Lomba Marawis Dikarenakan mudahnya seni sebagai media yang gampang dicerna ileh masyarakat, terutama dikalangan Majlis taklim yang identik dengan seni, boleh dibilang MT tanpa qosidah atau marawis itu tidak lengkap dan ini menjadi daya tarik juga buat sebagian jamaah untuk ikut di MT, sebagai apresiasi dan melestarikan budaya kesenian Islam maka kita melombakannya diacara jambore dan pesertanya luar biasa semangat. Karena bagaimanapun seni, terutama yang berbau religious adalah sebuah keharusan yang harus dilestarikan dan lewat seni tersebut pesan dakwah mudah disampaikan.
330_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
5. Lomba Kreatifitas MT Adapun lomba yang terakhir mungkin ini belum pernah diadakan kegiatan lomba MT karena boleh dibilang tidak berhubungan langsung dengan materi di MT.Lomba kreativitas Majlis taklim menjadi yang paling menarik minat anggota, karena disini mereka menampilkan kreativitas yang bernilai ekonomis yang diharapan dengan pembinaan yang terus menerus ini akan menjadi penghasilan tambahan buat anggota Majlis taklim. Lomba-lomba diatas sejatinya sebagai alat ukur sejauh mana penguasaan jamaah Majlis taklim terhadap materi-materi yang telah di sampaikan di Majlis taklim, juga untuk memotivasi agar mereka semakin meningkatkan kualitas pelajaran di Majlis taklim. Selain sebagai alat ukur (evaluasi) juga sebagai daya tarik untuk jamaah majlis taklim mengikuti pembinaan pengelolaan MT, yang niat awalnya mereka hanya sekedar ingin mengikuti lomba, diharapkan setelah mengikuti kegiatan jambore mereka menyadari ternyata banyak hal yang harus di perbaiki dari kegiatan di MT agarsetiap tahun bisa menjadi lebih baik. Setelah kegiatan jambore selesai kami melakukan pembinaan berkelanjutan dengan memberikan bimbingan secara langsung untuk pengunaan kurikulum majlis taklim.Dari 60 ketua majlis taklim yang mengikuti pembinaan sebanyak 15 orang ketua majlis taklim sudah mulai memakai kurikulum di majlis taklimnya.Yang tersebar di 4 kelurahan, yang terbanyak di kelurahan Mustikajaya.Dari 15 MT itu mayoritas adalah MT di komplek perumahan yang sudah menyadari pentingnya kurikulum, karena secara tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial lebih baik dari majlis taklim di perkampungan. 4. Target dan Sasaran Pendampingan terhadap Majlis Taklim (Follow up Jambore Majis Taklim) Setelah memakai kurikulum mulai terlihat ada perubahan secara perlahan, pertama secara administrasi: (a) MT mempunyai data
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _331
Jumlah jamaah tetap secara lengkap, Nama, alamat, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, (b) Memiliki data kondisi kemampuan misalnya yang mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan tidak, (c) Memiliki jadwal pengajian yang mana materinya disesuaikan dengan kebutuhan jamaah, (d) Kegiatan di MT menjadi variatif karena ada dorongan untuk mengikuti kegiatan jambore tahun berikutnya, dan (e) Sebagai bahan tolak ukur yang berkelanjutan, bisa untuk memaksimalkan peran majlis taklim sebagai wadah untuk memper erat silaturrahim antar jamaah majlis taklim se-kecamatan Mustikajaya, kegiatan ini juga bisa sebagai wahana evaluasi terutama yang berkaitn dengan administrasi, kuantitas serta kualitas jamaah. Dengan demikian, terciptanya masyarakat yang agamis bukanlah euphoria semata, melainkan tahapannya harus dibangun secara sistematis, kontinyu totalitas dan menyeluruh mulai dari bawah (akar rumput masyarakat) sendiri sebagai pondasi terciptanya baldatun thayyibun wa robbun ghofur sebagai implementasi dari Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Selanjutnya, setelah mengikuti kegiatan jambore majlis taklim yang salah satu lomba adalah kreativitas majlis taklim sekarang sudah mulai dirintis Koperasi Syariah di Majlis Taklim Rahmatul Ummah, walaupun belum secara resmi berbadan hokum, serta di majlis taklim-majlis taklim yang lainnya telah menumbuhkan kesadaran untuk menggali potensi jamaahnya yang memiliki kemampuan entrerpreuneur untuk mengembangkan di majlis taklim, misalnya pembuatan kerudung lukis yang pada awalnya di pakai seragam hanya oleh pengurus, karena menarik akhirnya anggotapun ikut membeli. Jambore MT yang pertama sabagai Pilot Project pembinaan jamaah MT mendapat dukungan penuh dari seluruh pejabat di kecamatan mulai dari Camat, Kepala KUA, Lurah-lurah, Kasi-kasi Kesos dan organisasi MT seperti BKMT, Alhidayah dll. Karena mereka melihat dampak dari kegiatan ini insyaallahakan memberikan perubahan yang signifikan bagi pembinaan umat di kecamatan Mustikajaya.
332_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
D. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Berdasarkan uraian sebagaimana dijelaskan di awal, maka pada bagian penutup ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pembinaan masyarakat agamis adalah upaya-upaya yang terencana, terpadu dan berkesinambungan agar nilai-nilai agama dapat ditumbuhkembangkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, sehingga dapat menciptakan kehidupan yang damai, rukun dan sejahtera. Pembinaan masyarakat agamis ini bisa dilakukan dengan tiga pola: tilawah, tazkiyah dan ta’lim. Ketiga pola ini adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Madinah yang berperadaban dan bermartabat, yang ditandai dengan kehidupan yang damai, harmonis, dan sejahtera yang dilandasi dengan nilainilai agama yang hidup dan ditumbuhkembangkan di tengahtengah masyarakat. Masyarakat agamis merupakan tipologi masyarakat yang berbasis keimanan dan ketakwaan sehingga mengundang dikucurkannya rahmatdan barakah dari semua penjuru yang mengantarkan pada kemakmuran, kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan. Iman dan takwa yang ter-refleksi dalam kehidupan sehari-hari menjadi karateristik dari masyarakat agamis yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat. 2. Dalam upaya pembinaan masyarakat agamis, dapat menggunakan media dan wahana simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup, berkembangan, dan mengakar di tengah-tengah masyarakat, misalnya majlis taklim. Hal yang paling pokok dari pembinaan Majlis Taklim adalah dengan pemberdayaan jamaahnya secara simultan. Di antara langkah tersebut adalah dengan mengadakan Jambore Majlis Taklim. Selain dari bentuk inovasi dalam
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _333
pembinaan Majlis Taklim, jambore Majlis Taklim juga berfungsi sebagai media evaluasi pembinaan Majlis Taklim.
B. Saran 1. Kepada pemerintah, dimohon dapat mengeluarkan kebijakan dan perhatian dalam rangka menghidupkan dan memberdayakan simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup, berkembangan, dan mengakar di masyarakat, seperti majlis taklim yang sudah tersebar hampir ke seluruh pelosok daerah. 2. Pembinaan terhadap Majlis Taklim semestinya dilakukan oleh seluruh stakeholder pembinaan Majlis Taklim dengan beragam cara dan inovasi. Tujuan utamanya adalah demi mencerahkan dan mencerdaskan umat supaya tercipta tatanan kehidupan yang agamis dan harmonis di tengah-tengah masyarakat.
334_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
C. Daftar Pustaka
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Semarang: Usaha Keluarga, tth. Anshary, Isa, KHM., Mujahid Dakwah, Bandung: CV.Diponegoro, 1984, cet. III. Ariffien, Zaenal dan Hendar Riyadi, Masjid Pusat Ibadah, Dakwah dan Pencerahan Peradaban, Bandung: Kalam Mujahidin, 2007, cet. II, Agustus. Bidang Penamas Depag prov. Jawa Barat, Panduan Tugas Penyuluh Agama Masyarakat, Bandung, 2009 Capra, Frithjof, Titik Balik Peradaban, Yogyakarta: Bentang, 2004. Depag RI Dirjen Bimas Islam dan urusan Haji, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, Jakarta, 2000 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Cipta Media, 2004. Ibn Faris, Abi Al-Husain, Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Beirut: Daar Ihya Al-Turats Al- Arabi, 2008 Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1997,. Kusnawan, Aep (penyunting), Ilmu Dakwah (kajian berbagai aspek), Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, cet. I, Februari. Liliweri, Alo, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta: LKis, 2009, cet. III. Madjid, Nurcholish, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina, 1999, cet. V, Desember. Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia,
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _335
Surabaya: Pustaka Progressif,1997, cet. XIV. Rahman, Fazlur, Islam, Bandung: Pustaka, 2000, cet. IV. Rakhmat, Jalaluddin, Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, cet. II, Mei. Seksi Penamas Kab. Bandung, Buku Pedoman Teknis Kepenyuluhan, Bandung, 2005. Sentosa, Muhammad Djarot, Komunikasi Qur’aniyah, Bandung: Pustaka Islamika, 2005, cet. I, Maret. Shabuni, Muhammad Ali Al., Shafwat Al-Tafasir, Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2000 Shaleh, Ashaf HM,Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’an), Jakarta: Erlangga,2006, cet. II. Shihab, M Quraish, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2000, cet. X, Februari. --------------------------, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2005, cet. III, Februari. Internet : koranindonesia.com Mahlani, penyuluhjogja.com. www.kemenag.go.id
336_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Endnotes
1. Istilah lain dari masyarakat agamis adalah masyarakat religius, seperti yang diungkapkan oleh Nurchalis Madjid dalam bukunya “Masyarakat Religius”, diterbitkan oleh Paramadina, Jakarta, 2000.
2. M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2000, cet. X, Februari.
3. Aep Kusnawan, (penyunting),Ilmu Dakwah (kajian berbagai aspek), Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, cet. I, Februari.
4. Ahmad Warson Al-Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir, Kamus ArabIndonesia, Surabaya: Pustaka Progressif,1997,cet. XIV.
5. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika Aditama, 2005, h. 39.
6. Jalaluddin Rakhmat, ,Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, cet. II, Mei, h. 46-53.
7. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Cipta Media, 2004.
8. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Daar Al-Fikr, 2006. X:60.
9. Ibid. 10. Ibid. 11. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2006, h. 325. 12. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2006, h. 486. 13. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Cipta Media, 2004.
14. Ibid. 15. Ibid. 16. Ibid. 17. Al-Munawwir, ibid. 18. Raharjo, Ibid., h. 120. 19. Ibid.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _337
Islamic Concept About Environemantal Conservation
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup Saefudin Djazuli Indonesia Youth Forum (IYF) email:
[email protected]
Abstract : Conservation in the perspective of Islam became an essential part in the concept of worship. Nature conservation established on the concept of balance while human in addition utilizing the environment, expected maintain its sustainability. Islam even mention that the environmental damage caused by the hands of the irresponsible people will be punished and tortured in return. Thus, Islam explicitly ordered mankind to preserve the environment.
Abstraksi : Pelestarian alam dalam pandangan Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep ibadah. Pelestarian alam dibangun atas konsep keseimbangan, yaitu manusia selain memanfaatkan lingkungan, juga harus menjaga kelestariannya. Bahkan Islam menyebut bahwa kerusakan lingkungan yang disebabkan tangantangan jahat akan mendapat siksaan sebagai balasannya. Dengan demikian, Islam secara tegas memerintahkan agar umat manusia menjaga kelestarian lingkungan. Keywords: conservation, environment, Islam, role, community
338_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
A. Pendahuluan Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain. Antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan, bahkan antara manusia dengan benda-benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan tumbuh-tumbuhan, antara hewan dengan manusia dan antara hewan dengan benda-benda mati di sekelilingnya. Akhirnya tidak terlepas pula pengaruh-mempengaruhi antara tumbuh-tumbuhan yang satu dengan yang lainnya. Pengaruh satu komponen dengan lain komponen ini bermacam-macam bentuk dan sifatnya. Begitu pula reaksi sesuatu golongan atas pengaruh dari yang lainnya juga berbeda-beda.1 Sedangkan menurut Emil Salim, masalah lingkungan hidup yang dihadapi oleh Negara berkembang banyak ditimbulkan oleh kemiskinan yang memaksa rakyat merusak lingkungan alam. Maka jelaslah bahwa rendahnya pendapatan penduduk, kurang terbukanya kesempatan kerja yang lebih baik, tingkat pendidikan yang masih rendah, semua ini telah turut mendorong penduduk Negara berkembang menguras sumber daya alam bagi keperluan hidupnya.2 Oleh karena itu, manusia seharusnya berusaha dengan segala daya dan dana agar lingkungan yang sehat dan serasi tetap terpelihara bahkan meningkat menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan sudah terjadi, hendaknya segera diperbaiki sebelum keadaan bertambah parah. Salah satu upayanya adalah pemaksaan dan imbauan kepada anggota masyarakat agar menjaga dan memelihara lingkungan yang baik, sehat dan lestari. Untuk pemaksaan imbauan ini diperlukan penciptaan perangkat peraturan hukum yang baik dan lengkap, disertai penerapan dan penegakkannya yang baik pula.3 Pengelolaan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang mencakup kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _339
1 angka 2 Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Amanat pasal tersebut memiliki makna terdapat korelasi antara Negara (state), wujud perbuatan hukumnya berupa kebijakan (policy making) serta sistem tata kelola lingkungan yang bertanggung jawab. Peranan pemerintah dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam harus dapat dioptimalkan, karena sumberdaya alam sangat penting peranannya terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan negara melalui mekanisme pajak, retribusi dan bagi hasil yang jelas dan adil, serta perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, pendelegasian secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam dimaksudkan untuk meningkatkan peranan masyarakat lokal dan tetap terjaganya fungsi lingkungan. Pembabatan hutan bakau berdampak pada hilangnya kemampuan pantai menahan abrasi dan menyerap racun dari limbah yang mengalir ke pantai. Hutan bakau juga mampu meminimalisasi kerusakan akibat gelombang pasang atau tsunami. Ketebalan hutan bakau dari pantai idealnya 100-200 meter. Setelah mangrove, baru layak dibangun permukiman atau tambak. bakau dapat dimanfaatkan untuk budidaya kepiting, ikan kerapu, dan ikan kakap yang nilai ekonominya tinggi.4 Secara nasional, Departemen/Kementerian Pekerjaan Umum mencatat, 40 persen dari panjang pantai Indonesia yang totalnya 30.000 kilometer saat ini dalam kondisi rusak. Untuk merehabilitasi seluruh pantai. Dalam rencana strategis Departemen PU 2004-2009, misalnya, pemerintah hanya menargetkan untuk penanganan bibir pantai sepanjang 250 kilometer, sedangkan tahun 2007 anggaran yang tersedia bahkan hanya cukup untuk merehabilitasi 70 kilometer bibir pantai.5
340_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
B. Peran Masyarakat dalam Pelestarian Alam 1. Pengertian Peran Serta Masyarakat Pengkajian terhadap hubungan manusia dan alam mengalami evolusi dari zaman ke zaman. Tahap pertama disebut sebagai eccocentrisme. Artinya, seluruh komponen lingkungan harus serempak menjadikan lingkungan sebagai muara aktivitasnya. Semua komponen dalam lingkungan termasuk manusia mengabdi pada lingkungan. Bahkan ada kelompok yang menyatakan bahwa lingkungan bukan milik manusia, melainkan manusia milik lingkungan. Pandangan ini juga disebut sebagai pancoisme. Maksudnya, manusia merasa bahwa alam yang besar, indah dan tak terkalahkan oleh manusia.6 Manusia merupakan bagian kecil lingkungan, sebab manusia bagian lain dari lingkungan. Sebagian pakar menyebut pandangan tahap pertama ini dengan inclusivisme. Maksudnya, manusia adalah mikrosmos dan lingkungan adalah makrosmos. Oleh karena itu manusia bagian integral dari lingkungan. Tahap kedua disebut sebagai inclusivisme plus atau pancoisme minus. Artinya, manusia bukan merasa lagi sebagai bagian lain dari lingkungan secara penuh sebagaimana unsur yang lain. Manusia merasa sebagai bagian dari lingkungan yang memiliki kelebihan dibanding dengan unsur lingkungan yang lain. Dalam tahap ini, manusia merasa bahwa dalam berhubungan dengan lingkungan manusia perlu menggunakan alat bantu. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pengetahuan manusia tentang lingkungan selaras dengan laju kebutuhan hidupnya.7 Tahap ketiga disebut exclusivisme. Pada tahap ini manusia merasa bukan lagi sebagai bagian dari lingkungan melainkan bagian dari luar lingkungan. Manusia merasa dirinya sebagai makhluk istimewa dan penguasa absolut terhadap lingkungan. Pandangan ini biasanya disebut antropocentrisme. Pandangan ini berkembang pesat dan yang melahirkan masyarakat industri yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _341
Puncak dari pandangan ini adalah manusia merasa sebagai pusat segala-galanya. Segala perbuatan, baik buruknya, diukur seberapa besar manfaat yang diberikan kepada manusia. Pandangan inilah yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah saat ini.8 Tahap keempat, manusia merasa bahwa di satu sisi dirinya memang merupakan bagian integral dari lingkungan, tetapi di sisi lain manusia juga menyadari dirinya memiliki kelebihan akal dan kebebasan dibandingkan dengan komponen lain dalam lingkungan. Oleh karena itu, manusia dalam mengelola lingkungan harus memperhatikan kepentingan lingkungan secara simultan. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai ideologi holistik atau pandangan antropocosmic (manusia sebagai bagian dari alam).9 Masyarakat yang berpandangan seperti ini menyadari bahwa pencemaran dan kerusakan lingkungan selalu terkait dengan pengelolaan lingkungan yang dilakukan manusia. Dengan demikian, ideologi holistik integralistik menawarkan sistem kehidupan berkeseimbangan menjadi prasyarat bagi terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera dan aman.10 Dari tahap-tahap pemikiran di atas terbentuklah konsep kerjasama atau peran serta manusia dalam mengelola, melestarikan, mejaga alam supaya dapat hidup berdampingan dengan lingkungan atau alam sekitarnya dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, perlu ada penjelasan mengenai pengertian peran serta secara komprehensif. Peran serta juga dapat dikatakan sebagai partisipasi. Istilah partisipasi (participation) atau partisipasi atau juga mempunyai arti yang luas. Sering istilah tersebut diasumsikan hanya sebagai ‘kontribusi’ finansial, material, dan tenaga dalam suatu program. Kadang juga diberi pengertian sebagai self-help, self reliance, cooperation dan local autonomy dimana istilah-istilah tersebut kurang menggambarkan apa yang dimaksud dengan partisipasi itu sendiri. Self-help, self reliance dan local autonomy menggambarkan
342_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
kondisi akhir yang diharapkan dari suatu program yang memakai pendekatan partisipatif. Cooperation menunjukkan cara bagaimana partisipasi masyarakat diimplementasikan pada suatu kegiatan atau program. Bank dunia (1978) memberi batasan partisipasi masyarakat sebagai: “…the involvement of all those affected in decision making about what should be done and how, mass contribution to the development effort i.e. to the implementation of the decision, and sharing in the benefits of the programme.” Batasan itu mengandung tiga pengertian : (1) keterlibatan masyarakat yang terkena dampak pengambilan keputusan tentang hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya, (2) keterlibatan tersebut berupa kontribusi dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yang telah diputuskan, dan (3) bersama-sama memanfaatkan hasil program sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan dari program tersebut.11 Sedangkan terminologi masyarakat yang sering dipergunakan umum mencakup tiga komponen, yaitu : (1) kelompok individu yang hidup dalam satu wilayah tertentu, (2) adanya hubungan antar individu di luar rumah tangga yang bersifat hubungan sosial dan saling membantu, serta (3) adanya kesamaan norma dan nilai sehingga menimbulkan rasa solidaritas dan kegiatan bersama12. Batasan itu menonjolkan lokalitas bersama, dan jaringan hubungan antara anggota masyarakat, tetapi tidak menunjukkan adanya dinamika dari suatu masyarakat, padahal masyarakat itu selalu berkembang walaupun kecepatan perkembangan tersebut berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. R. Linton, seorang ahli antropologi mengatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup dan berkerjasama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya atau berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.13 Lothar Gunling mengemukakan dasar bagi peran serta masyarakat sebagai berikut14 :
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _343
a. Memberi informasi kepada pemerintah Peran serta masyarakat terutama akan menambah pengetahuan khusus mengenai suatu masalah, baik yang diperoleh dari pengetahuan khusus masyarakat b. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan c. Membantu perlindungan hukum d. Mendemokratiskan pengambilan keputusan e. Wewenang pengelolaan lingkungan hidup f. Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup g. Pelestarian fungsi lingkungan hidup h. Persyaratan penataan lingkungan hidup i. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup 2. Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat Dalam UUPLH, partisipasi masyarakat mendapat pengaturan yang cukup layak dalam proposi pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini diatur dalam Bab III tentang Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat atas lingkungan hidup.Sedangkan dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur dalam Bab III tentang Hak, Kewajiban dan Larangan. Secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut : a) Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
Pasal 5 ayat 1 UUPLH berbunyi : “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.” Heinhard Steiger c.s. menyatakan, bahwa apa yang dinamakan hak-hak subyektif (subjective rights) adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan
344_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
seseorang. Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya.15 Tuntutan tersebut mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi yang berkaitan dengan hak membela diri terhadap gangguan dari luar yang dapat menimbulkan kerugian pada lingkungannya dan fungsi yang berkaitan dengan hak menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 34 UUPLH yang mengatur tentang ganti kerugian kepada orang atau badan yang melakukan tindakan tertentu. b) Hak atas pendidikan dan informasi lingkungan hidup
Hak atas informasi mengenai lingkungan hidup ini diatur dalam pasal 5 ayat 2 yang berbunyi “setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.” Dalam penjelasan ayat ini dijelaskan bahwa :
“Hak atas lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat berupa data, keterangan atau informasi lain yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup, baik pemantauan penataan maupun pemantauan perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata ruang.”
Ketentuan dalam pasal 5 ayat 2 UUPLH ini berkaitan dengan pasal 6
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _345
ayat 2 UUPLH yang berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.”
c) Hak berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 5 ayat (3) UUPLH menyatakan : “Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Yang dimaksud peran disini meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan, baik dengan cara mengajukan keberatan, maupun dengar pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Peran tersebut dilakukan antara lain dalam proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup. Pelaksanaannya didasarkan pada prinsip keterbukaan.Dengan keterbukaan dimungkinkan masyarakat ikut memikirkan dan memberikan pandangan serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
d) Hak Gugatan Dalam pasal 37 UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (UU PPLH) menyatakan bahwa Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan atau melaporkan kepada penegak hukum berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan masyarakat.
Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata. Hal dimaksudkan untuk melindungi korban dan pelapor yang menempuh cara hukum akibat pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Perlindungan ini dimaksudkan untuk mencegah tindakan pembalasan dari terlapor melalui pemidanaan
346_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
atau gugatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian peradilan.16
Sedangkan kewajiban masyarakat tertuang dalam pasal 67 dan 68 UUPPLH yaitu Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: a) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu; b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/ atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Selain hak dan kewajiban, masyarakat juga mempunyai peran dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam pasal 70 UUPPLH disebutkan bahwa Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran masyarakat dapat berupa: a) Pengawasan sosial; b) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/ atau c) Penyampaian informasi dan/atau laporan. Peran masyarakat dilakukan untuk: a) Meningkatkan kepedulian dalam pengelolaan lingkungan hidup;
perlindungan
dan
b) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _347
c) Menumbuhkembangkan masyarakat;
kemampuan
dan
kepeloporan
d) Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan untuk melakukan pengawasan sosial; dan
masyarakat
e) Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 3. Peran Serta Masyarakat dalam Menegakkan Hukum Dalam melakukan perlindungan, pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup perlu memperhatikan beberapa asas salah satunya adalah asas partisipatif (Pasal 2 huruf k UUPPLH). Dengan adanya asas partisipatif, setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melaksanakan Asas partisipatif perlu memerhatikan asas kearifan lokal, yaitu memerhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Proses pelibatan partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi program pembangunan hukum di tingkat daerah (local), terbukti telah berhasil membawa perubahan-perubahan mendasar dalam peningkatan kesadaran hukum masyarakat.17Pembangunan hukum yang lebih berorientasi kepada masyarakat, yang tercermin melalui pengoptimalan keterlibatan masyarakat dalam rangkaian penyusunan peraturan daerah tertentu, perlu diyakini oleh aparatur pemerintah (daerah) sebagai strategi yang tepat untuk menggalang militansi kesadaran masyarakat terhadap ketaatan pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum. Pada gilirannya nanti, strategi ini mampu berperan secara nyata dalam meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan daerah. Keyakinan itu perlu terus ditanamkan, terutama dalam diri aparatur yang secara fungsional menangani proses-proses penyusunan peraturan-peraturan daerah pada pemerintah kabupaten/kota.
348_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Di masa depan, masyarakat sendirilah yang akan memainkan peran utama dalam perencanaan hingga pengimplementasian program pembangunan hukum di daerahnya, sedangkan kelompok luar yaitu NGO hanya akan bertindak sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator, mediator dan komunikator, serta peran pemerintah (daerah) lebih merupakan pelengkap dan penunjang termasuk menentukan aturan dasar permainannya.18 Bagi aparatur pemerintah, NGO maupun masyarakat, implementasi program-program pembangunan harus dianggap sebagai suatu proses pembelajaran hukum19, melalui proses evaluasi terhadap segala hal yang telah dicapai dalam implementasi peraturan-peraturan daerah, serta mempelajari berbagai kendala yang dihadapi. Perubahan mendasar tampaknya sangat perlu dilakukan disini, oleh karena keadaan nyata (existing condition) yang terjadi pada hampir seluruh pemerintah daerah, seperti peran-peran kontributor, fasilitator, dinamisator, katalisator, mediator dan komunikator penyusunan konsep-konsep dan ide-ide pembangunan seperti yang kerap kita baca pada media-massa, seringkali dominan berada pada pemerintah (daerah). Proses pembelajaran yang seyogyanya terjadi pada implementasi program pembangunan hukum daerah tidak pernah terjadi, bahkan yang terjadi adalah secara tidak sadar pemerintah telah melakukan halhal sebaliknya, yaitu upaya-upaya sistematis pembodohan masyarakat yang dilakukan melalui peraturan-peraturan daerah yang telah disusun bersama-sama dengan legislatif daerah. Lebih jauh, Korten mengidentifikasikan banyaknya faktor yang ditemukan dan turut memperburuk citra kinerja penyusunan program pembangunan (dalam hal ini bidang hukum) antara lain yang dianggap dominan adalah faktor kekurang-keterbukaan aparatur pemerintah (daerah) terhadap masyarakat dalam proses tersebut.20 Akumulasi kondisi seperti ini selama berpuluh-puluh tahun telah menyebabkan perasaan apriori masyarakat menumpuk, sehingga seperti yang sering
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _349
kita lihat, telah mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kepada kurangnya intensitas partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Pada hakikatnya partisipasi masyarakat di bidang pembangunan hukum mengandung makna agar masyarakat lebih berperan dalam proses tersebut, mengusahakan penyusunan program-program pembangunan melalui mekanisme dari bawah ke atas (bottom up), dengan pendekatan memperlakukan manusia sebagai subyek dan bukan obyek pembangunan. Keberdayaan rakyat merupakan kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan, baik yang menyangkut penentuan nasib sendiri maupun perubahan diri sendiri atas dasar kekuatan sendiri sebagai faktor penentu. Proses partisipasi masyarakat dalam rangkaian penyusunan program pembangunan hukum, secara implisit mengandung makna terdapatnya faktor inisiatif yang berasal dan berkembang dari masyarakat sendiri, sedangkan peranan pemerintah hanya bertindak sebagai penampung dan mempertimbangkan keluhan masyarakat. Dalam hal ini aparatur pemerintah (daerah) sangat dituntut agar memiliki kepekaan serta kemampuan untuk dapat memberi respon terhadap inisiatif dan keluhan yang berasal dari tingkat bawah, daripada menonjolkan kepentingan mereka sendiri atau berdalih demi menjaga kewibawaan pemerintah (daerah). Dalam kenyataan, inisiatif dan keluhan masyarakat bawah seringkali diabaikan, dan untuk memperoleh perhatian dan tanggapan, mereka terpaksa mengambil jalan pintas walaupun kadang-kadang merupakan pelanggaran hukum, misalnya dengan melakukan pengerusakan ataupun pembakaran. 4. Penyelesaian Sengketa Lingkungan oleh Masyarakat Setiap kegiatan manusia baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun yang lebih besar, dalam langkah yang insidentil ataupun rutin, selalu akan mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya manusia
350_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
tidak akan lepas pula dari pengaruh lingkungan, baik yang datang dari alam sekitarnya (fisik maupun non-fisik), dari hubungan antar individu ataupun antar masyarakat. Hubungan pengaruh timbal balik berlangsung sedemikian rupa dalam batas-batas keseimbangan. Selama interaksi manusia dengan berbagai subsistem atau komponen-komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-batas keseimbangan maka lingkungan menjadi serasi (harmonis). Tetapi sebaliknya, bilamana hubungan tersebut tidak seimbang maka lingkungan menjadi tidak serasi.21Di sinilah timbul masalah lingkungan yang akhirnya menuai sengketa dan sengketa tersebut harus dicarikan solusi terbaik agar hubungan lingkungan dengan manusia menjadi seimbang dan serasi. Proses penegakkan hukum lingkungan lebih rumit daripada delik lain, karena hukum lingkungan menempati titik silang pelbagai bidang hukum klasik. Penegakkan hukum administrative akan lain daripada proses penegakan hukum perdata ataupun pidana. Pada umumnya masalah dimulai dari satu titik yaitu pelanggaran hukum. Dari adanya pelanggaran hukum tersebut kemudian dibuat laporan atau pengaduan kepada Bapedal kantor lingkungan hidup setempat. Selanjutnya Bapedal akan memeriksa apakah benar terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan. Kalau masih ragu, ketentuan mana yang sebenarnya dilanggar, apakah ketentuan administrasi (pelanggaran perizinan), apakah bersifat perdata atau perlu dilanjutkan ke proses hukum pidana.22 Penegakan hukum (law enforcement) lingkungan merupakan mata rantai terakhir dalam siklus pengaturan (regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy making) tentang lingkungan, yang urutannya sebagai berikut23: 1. Perundang-undangan (legislation); 2. Penentuan Standar (standard setting)
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _351
3. Pemberian izin (licensing) 4. Penerapan (implementation) 5. Penegakan hukum (law enforcement). Mekanisme penyelesaian sengketa (dispute resolution) dalam hukum lingkungan di banyak negara, termasuk Indonesia, kini telah berkembang khususnya di bidang keperdataan. Penyelesaian sengketa telah tumbuh bukan hanya melalui pengadilan, tetapi juga di luar pengadilan.Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sering disebut dengan istilah alternative dispute resolution (ADR). Di Indonesia hal ini telah diatur dalam UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Sistem ADR pada dasarnya ditempuh melalui berbagai model, terutama tiga saluran, yaitu arbitrase, negosiasi, dan mediasi.24 Dalam penjelasan pasal 32 UU No. 23 tahun 1997, pihak ketiga disyaratkan supaya : 1. Disetujui oleh pihak yang bersengketa; 2. Tidak memiliki hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa; 3. Memiliki ketrampilan untuk melakukan perundingan atau penengahan; 4. Tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun hasilnya. Baik pemerintah mapun masyarakat ataupun keduanya, dapat membentuk lembaga pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan. Dengan demikian pemebentukan lembaga ADR dapat dibentuk oleh : 1. Pemerintah; 2. Masyarakat, termasuk LSM; 3. Pemerintah serta Masyarakat.
352_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Lembaga ini dimaksudkan supaya memperlancar pelaksanaan mekanisme pilihan penyelesaian sengketa dengan tetap mendasarkan kepada prinsip ketidakperpihakan dan profesionalisme.25Pengaturan mengenai lembaga ADR di bidang lingkungan dilihat dalam PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan. Hukum lingkungan memberikan hak akses yang luas kepada siapa saja untuk mengajukan gugatan lingkungan kepada lembaga peradilan. Dalam UU No. 23 tahun 1997 terdapat dua sistem dalam mengajukan gugatan, yaitu Class Action dan Legal Standing. Sedangkan sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan lebih dijelaskan lagi dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pasal 90 dijelaskan mengenai hak gugat Pemerintah dan pemerintah daerah, pasal 91 mengatur tentang bagaimana masyarakat menggunakan hak gugat masyarakat dan dalam pasal 92 menjelaskan tentang hak gugat organisasi lingkungan hidup. Selain melalui jalur hukum, pencegahan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup dapat dilakukan dengan tekanan masyarakat dan konsumen. Tekanan masyarakat dapat melalui individu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Dalam hal ini masyarakat dapat melakukan proses atau menuntut suatu kegiatan atau usaha, jika kegiatan atau usaha tersebut merusak dan mencemari lingkungan. Cara ini sudah banyak dilakukan masyarakat diberbagai daerah dan pihak perusahaan “dipaksa” membayar ganti rugi atau bahkan perusahaan ditutup.26
C. Islam dan Pelestarian Lingkungan 1. Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam Istilah lingkungan hidup secara baku baik dari aspek ajaran maupun tradisi keilmuan Islam tidak terdapat dalam konsep yang konkrit, seperti konsep lingkungan yang disodorkan dalam kerangka definisi, batasan
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _353
dan pengertian ilmuan.27 Aturan-aturan subtantif syari’at (hukum Islam) yang berkaitan dengan lingkungan dapat di temukan dalam kitab-kitab fiqh, terutama cabang ilmu mu’amalat atau perniagaan, di bawah topiktopik seperti menghidupkan lahan kosong (ihya’ al-mawat), kawasan dilindungi (hima), penggunaan air untuk irigasi dan sumber pangan (shirb), sewa lahan (ijarah), pemeliharaan (nafaqah), hukum memburu dan menyembelih (sayd dan dhaba’ih), harta dan benda (milk dan maal), transaksi ekonomi (buyu’), perdamaian (sulh), pemberitaan (awqaf) dan zakat serta pajak (zakat, sadaqa, ushr, dan kharaj). Kesemuanya dibahas dalam bidang mu’amalat dan ibadat. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan penggunaan tanah juga ditemukan di cabang-cabang hukum yang berhubungan dengan kebijakan umum dan pemerintah (siyasah) dan dalam cabang yang menyangkut kejahatan pidana dan perdata (jinayah dan uqubah), di bawah ganti rugi (ghasb) dan kerugian (talaf).28 Energi setiap makhluk hidup dibutuhkan oleh makhluk hidup lain yang menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup. Dalam Islam saling keterkaitan ini merupakan salah satu tujuan penciptaan Allah. Sebab Allah menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia (dengan suatu tujuan), seperti yang termakstub dalam surat Ash-Shad ayat 27 dan Surat al-A’raf ayat 10: Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orangorang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.”(QS. Shad: 27) Artinya : “Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur.”(QS. Al-A’râf: 10) Persepsi al Qur’an ini sebagai isyarat adanya keteraturan yang harus dijaga oleh setiap makhluk hidup dalam suatu sistem, yang apabila sistem itu terganggu menyebabkan porak-porandanya makhluk hidup yang kokoh dan tergantung pada ekosistem. Para pakar cenderung memberikan penngertian lingkungan hidup sebagai suatu upaya melihat
354_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
peranan manusia dalam lingkungan hidup.29 Dengan demikian manusia mempunyai peran dan tanggung jawab menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang telah tertata sedemikian rupa untuk manusia. 2.
Peran dan Tanggung Jawab Manusia
Dalam proses penciptaan manusia Allah telah memberi kelengkapan hidup berupa akal pikiran, hati dan perasaan serta kelengkapan fisik biologis dimaksudkan dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Fungsi dan tugas yang harus dijalankan manusia ataran lain berupa menjalankan tugas pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup.30 Hal ini dapat disimak dan dipahami dari surat al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut : Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah/2: 30) Peranan manusia berkaitan erat dengan apa yang melingkupinya. Oleh karena itu manusia harus dapat memberikan perhatian kepada organisme yang mati maupun yang hidup. Memberi perhatian ini mengandung makna31 : a. Manusia belajar terhadap alam sekitarnya agar manusia mampu mengembangkan diri, dan meningkatkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan erat dengan segala populasi yang ada dalam ekosistem. b. Manusia melihat sisi kemanfaatan segala bentuk energi yang ada pada setiap organisme baik yang mati maupun yang hidup.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _355
c. Manusia memberikan perawatan yang baik terhadap lingkungan yang mengitarinya sehingga kelangsungan hidup terjamin. Peran manusia dalam memelihara dan memberi perhatian terhadap benda mati dan hidup ini juga diperintahkan oleh al-Qur’an, yaitu surat al-Ghasyiyah ayat 17-20 : Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan, Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.” Lebih jauh lagi manusia sebagai penduduk bumi adalah individu yang memiliki tanggung jawab atas keberadaan lingkungan hidup, baik itu lingkungan benda mati atau hidup, baik lingkungan alami (natural environment) atau lingkungan hasil kreasi manusia (man-made environment/artifical environment).32 Karena eksistensi makhluk hidup itu sendiri dalam islam kedudukannya sama di hadapan Allah: Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burungburung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”(QS. Al-Anâm: 38) Selain itu tujuan Allah menciptakan bumi seisinya adalah untuk kepentingan manusia, seperti tersirat dalam firman Allah surat al-A’raf ayat 10 : Artinya : “Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur.” Hakikat Penciptaan segala yang ada di langit dan bumi, semua tertuju kepada kepentingan manusia. Kemutlakan keberadaan bumi merupakan kemutlakan wujud manusia. Dan jika keberadaan manusia adalah “wajib al-wujud”, maka keberadaan bumi dengan segenap perangkatnya pun juga menjadi wajib, seperti ketentuan kaedah fiqhiyyah :
356_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
َم اَم ا َمِت ُّماْا َمل ِتا ُب اِتاَّل اِتِتا َمَف ُب َملا َم ِتا ٌبا Artinya : “Belum sempurnanya suatu keniscayaan (kewajiban) kecuali
ا ِتاَّلِتdipenuhinya ا ٍعااِت ِت ِتyang َفلٌب ا ا ِتاَّلِت ِتmaka ُب ُّم .ِتاdengan ُب ْا ا َم ٍعاا َم ُبyang ا َم اَّلل ُبا ُب َم ْاmelengkapinya, ا َم ُب َملا َم ْا ُبَف ْالٌب ا َم ْا َمolehاَم ْاsesuatu ُّم ُب ْا ا َم ْا ُب ْا َم ْا َمsesuatu menjadi pelengkap itu adalah niscaya adanya (wajib adanya).”
ا.ا ِتاَّل َم اَم ْا اَم َم َم ا َم َمَمَفَم َم اَم ْا لِتَم اَما َم ْاَفٌبلا ِت ْا اَم ْا اَم َم َم ُب ْا ا َم َم ًةا َمَفَم َم اَّل ُب ْال َم ا لاَّل َما
Jadi peran dan tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang telah diberikan oleh Allah Swt adalah wajib. Peran yang harus dijalankan oleh manusia sebagai seorang khalifah Allah di muka bumi, seperti yang telah dijelaskan dalam surat al Baqarah ayat 30 di atas. Menurut M. Quraish Shihab, terdapat tiga unsur terkait, yaitu : “pertama, Manusia sebagai khilafah, kedua, alam raya, ketiga, hubungan antar manusia dengan alam dan segala isinya termasuk dengan manusia. Itulah ketiga unsur yang saling kait-berkait, sedang unsur keempat yang berada di luar adalah yang memberi penugasan itu yakni Allah Swt.”33
.ااُب َم َم اَّللَم ا َمَم َم َمل َم ا َم ْا ا َم َم ا َم َمُبا اُبا َم َم ْا ا َم َماا َم اَم ُب ا
3. Perintah Pelestarian Lingkungan Pemeliharaan dan perawatan adalah hal yang sangat penting dalam pengembangan dan pelestarian segala hasil cipta dan pekerjaan manusia. Juga terhadap segala sumber daya yang memungkinkan ia mencipta dan berkerja. Hal yang demikian inilah yang diisyaratkan dalam ajaran Sunnah yang menegaskan bahwa kalian (manusia) adalah pemelihara (ra’in) dan pemeliharaan itu haruslah memikul tanggungjawab (mas’ul).34 Menurut Dr. Yusuf Al-Qardawi, kata pemeliharaan lingkungan mempunyai arti perlindungan terhadap keberadaan lingkungan dan penjagaan terhadap kepunahan lingkungan. Memelihara lingkungan sama dengan menjaga maqasid syariah, yaitu menjaga lima pokok kemaslahatan; agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.35 Pertama, pemeliharaan lingkungan sama dengan menjaga agama. Pencemaran terhadap lingkungan adalah perbuatan dosa, karena dapat membahayakan eksistensi makhluk Allah, dan perbuatan menyimpang
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _357
dari perintah Allah SWT dalam konteks hubungan baik antara manusia dengan sesama. Penyelewengan terhadap lingkungan secara implisit juga telah menodai perintah Allah SWT untuk membangun bumi, memperbaikinya, serta melarang segala bentuk perbuatan yang dapat merusak dan membinasakannya, seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 56 : Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Kedua, menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa. Maksudnya, rusaknya lingkungan, pencemaran dan pengurasan sumber daya alam yang ada serta pelecehan terhadap prinsip-prinsip keseimbangannya akan membahayakan kehidupan manusia. Perhatian islam sangat besar dalam keberlangsungan kehidupan manusia, dengan menjadikan pembunuhan terhadap jiwa sebagai dosa besar. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-Maidah : 32 : Artinya : “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolaholah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” Ketiga, menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan. Keturunan disini adalah generasi masa depan. Perbuatan yang menyimpang terhadap sumber kekayaan yang ada dapat mengancam generasi masa depan. Meski di satu sisi menimbulkan kemajuan pada masa sekarang, tapi di sisi lain, bahayanya akan dirasakan oleh generasi yang akan datang. Apabila hal itu terjadi, maka kita mewariskan kerusakan dan ketidakseimbangan alam pada keturunan kita. Maka orang tua bertanggungjawab terhadap kesehatan, pendidikan, etika dan gejala-gejala yang akan merusak lingkungan para generasi
358_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
َم اَم ا َمِت ُّماْا َمل ِتا ُب اِتاَّل اِتِتا َمَف ُب َملا َم ِتا ٌبا
yang akan datang. Seperti dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
.ُب ُّم ُب ْا ا َم ٍعاا َم ُب ُّم ُب ْا ا َم ْا ُبَف ْالٌب ا َم ْا ا َم ِتاَّلِت ِتا َم اَّلل ُبا ُبا َم ٍعااِت ْا اَم ْا ِت ِتا َم ُب َملا َم ْا ُبَف ْالٌب ا َم ْا ا َم ِتاَّلِتِتا َم اَم ا َمِت ُّماْا َمل ِتا ُب اِتاَّل اِتِتا َمَف ُب َملا َم ِتا ٌبا Artinya : “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan kamu semua bertanggung jawab terhadap َم َم اَّلyang ا.ا ْال َم ا لاَّل َماapa ا َم َم ًةا َمَفkamu اَم ْا لِتَم اَماlaki-laki ِتاَّل َم اَم ْا ا َم َم ا َم َمَفَمpemimpin اَم َمpimpin. ْاَفٌبلا ِت ْا اَم ْاSeorang ُب َم َم َم ُب َم ْا َم َفلٌب ا ا ِتdan ٌب ا ا ِتاَّلِت ِتapa ُب ُّم ُب ْا ا َم ٍعاا ُب ُّم .اَّلِتِتاdirumahnya, ِت ِتاbertanggungjawab ُب ْا اdipimpinnya.” ا َم اَّلل ُبا ُبا َم ٍعااِت ْا اَم ْاterhadap ُب َملا َم ْا ُب ْا َمdia ْا ُبَف ْال َمyang ْا ْا َم َم َم َم َم (HR. Bukhari dan Muslim). .ااُب َم َم اَّللَم ا َمَم َم َمل َم ا َم ْا ا َم َم ا َم َمُبا اُبا َم َم ْا ا َم َماا َم اَم ُب ا ا.ا ِتاَّل َم اَم ْا اَم َم َم ا َم َمَفَمَم َم اَم ْا لِتَم اَما َم ْاَفٌبلا ِت ْا اَم ْا اَم َم َم ُب ْا ا َم َم ًةا َمَفَم َم اَّل ُب ْال َم ا لاَّل َما Artinya : “Sesungguhnya jika kamu meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta pada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
.ااُب َم َم اَّللَم ا َمَم َم َمل َم ا َم ْا ا َم َم ا َم َمُبا اُبا َم َم ْا ا َم َماا َم اَم ُب ا
Keempat, menjaga lingkungan sama dengan menjaga akal. Sebagian perusakan terhadap lingkungan yang dilakukan oleh manusia dewasa ini juga dapat dikategorikan perbuatan gila tanpa menggunakan akal sehat. Ketika peran akal ditiadakan dalam memelihara lingkungan, maka si empunya tidak akan mengetahui dengan jelas mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Sebuah analogi dalam Al Qur’an menyatakan, “Apakah kamu tidak berpikir?” Kelima, menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta. Sebagaimana diketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan harta sebagai bekal untuk kehidupan manusia di bumi. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa’ : 5 : Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” Harta itu bukan hanya uang, emas dan permata saja, melainkan seluruh benda yang menjadi milik manusia, dan segala bentuk usaha
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _359
untuk memperolehnya. Seperti, hewan ternak, pohon, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya. Harta yang berupa sumber daya alam yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT haruslah dijaga sedemikian rupa dan jangan sekali-kali berbuat sesuatu yang bodoh, mengeksploitasi SDA tanpa tujuan dan kepentingan yang baik dan jelas. Sehingga akan menyebabkan kerusakan dan penggunaan SDA yang ada dengan sewenang-wenang yang akan mengakibatkan hilangnya sumbersumber kekayaan sebelum tiba waktunya untuk dimanfaatkan. Bentuk eksploitasi inilah yang menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan generasi yang akan datang. Hubungan fikih dengan lingkungan tidak hanya terbatas pada wilayah hukum-hukumnya semata, tetapi juga berhubungan erat dengan kapasistasnya sebagai dasar hukum universal. Kenyataan ini tidak dipungkiri oleh para ahli fikih, bahwa metode-metode fikih (qawaid fiqhiyyah) yang terkenal telah melahirkan bahasan-bahasan dalam berbagai literature.36 Mempelajari kaidah fikih menjadi penting karena kaidah fikih dapat dijadikan alat untuk memperoleh mashlahat (kebaikan) dan menolak mafsadat (kerusakan), dan kaidah fikih juga berfungsi sebagai pengikat persoalan-persoalan furu’ yang jumlahnya banyak,37 termasuk permasalahan lingkungan.
َم اَم ا َمِت ُّماْا َمل ِتا ُب اِتاَّل اِتِتا َمَف ُب َملا َم ِتا ٌبا Di antara kaidah-kaidah fikih yang tersebut adalah kaidah “la dharara
wa la dhirar” (tidak berbahaya dan membahayakan). Kaidah ini diambil dari hadits Nabi SAW, seperti diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dari Abu Sa’id al-Khudri RA, ia menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda :
.ُب ُّم ُب ْا ا َم ٍعاا َم ُب ُّم ُب ْا ا َم ْا ُبَف ْالٌب ا َم ْا ا َم ِتاَّلِت ِتا َم اَّلل ُبا ُبا َم ٍعااِت ْا اَم ْا ِت ِتا َم ُب َملا َم ْا ُبَف ْالٌب ا َم ْا ا َم ِتاَّلِتِتا
ا.ا ِتاَّل َم اَم ْا اَم َم َم ا َم َمَمَفَم َم اَم ْا لِتَم اَما َم ْاَفٌبلا ِت ْا اَم ْا اَم َم َم ُب ْا ا َم َم ًةا َمَفَم َم اَّل ُب ْال َم ا لاَّل َما Artinya : “tidak boleh menyulitkan orang lain dan tidak pula dipersulit (orang lain); orang yang mempersulit orang lain akan dipersulit oleh Allah dan orang yang memusuhi orang lain, akan dimusuhi oleh Allah.”
.ااُب َم َم اَّللَم ا َمَم َم َمل َم ا َم ْا ا َم َم ا َم َمُبا اُبا َم َم ْا ا َم َماا َم اَم ُب ا
Kaidah ini merupakan kaidah turunan dari kaidah al-dharar yuzalu.
360_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Inti kaidah ini merupakan bagian dari upaya syariat dalam menciptakan kemashlahatan dan menolak kerusakan dengan member kemudahan bagi kaum muslimin. Kaidah ini mempunyai cakupan yang sangat luas dan menyeluruh, sehingga mampu menjangkau hampir semua elemen kehidupan dan menjadi dasar terbangunnya hukum-hukum syariah.38 Berikut adalah turunan dari kaidah al-dharar yuzalu : 1. Bahaya harus ditolak semampu mungkin (al dharar yudfa’u bi qadr al-imkan). 2. Kondisi dlarurah akan memperolehkan sesuatu yang semula dilarang (al dlarurah tubihu al makhdhurah). 3. Sesuatu yang diperolehkan karena kondisi dlarurat harus disesuaikan dengan kadar dlarurahnya (ma ubihah li al dlarurat yuqadaru bi qadriha). 4. Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan bahaya yang lain (al dlarar la yuzalu bi al-dlarara). 5. Mencegah bahaya lebih utama daripada menarik datangnya kebaikan (dar’u al mafasid aula min jalbu al mashalih). 6. Bahaya khusus harus ditempuh untuk menolak bahaya umum (yatahamalu al dlarar al khash li daf’I dlarar ‘amm). 7. Keadaan dlarurat tidak membatalkan hak orang lain (al idhthirar la yubtilu haq al ghair). 8. Kebutuhan terkadang disetarakan dengan kondisi dharurat, baik kebutuhan umum maupun khusus. (al hajat qad najalat mutaralatu al dharurat, ‘ammah kanat aw khashah). Dalam kajian hukum Islam ada tiga maslahah, yaitu Al-Maslahah alMu’tabarah, Al-maslahah al-Mulghah dan Al-maslahah al-Mursalah. Dari tiga maslahah, Al-maslahah al-Mursalah sangat relevan dalam kaitannya dengan menggagas fikih lingkungan, yaitu Al-maslahah al-Mursalah, yaitu kemaslahatan-kemaslahatan yang diperoleh dari hal-hal yang
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _361
oleh Allah tidak dilarang dan tidak disuruh. Hal ini diatur atas dasar inisiatif manusia. Jika ia diatur dengan baik maka akan mendatangkan kebajikan.39 Dari berbagai kaidah fikih di atas, dapat digunakan untuk pengembangan hukum-hukum tersebut pada zaman sekarang ini, terutama terhadap mereka yang sering mengganggu ketertiban lingkungan, dan melampui batas. Seperti yang dilakukan oleh industriindustri besar dan beberapa perusahaan, yang tampaknya tidak peduli akan dampak yang bakal menimpa masyarakat. Selain itu kaidah ini juga dapat digunakan sebagai landasan masyarakat untuk melakukan tindakan apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekitarnya.
D. Penutup Persoalan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi bahan kajian para akademisi, juga termasuk agamawan. Agama menjadi pilar penting bagi ketahanan hidup manusia. Dalam hal ini, nilai-nilai agama memiliki peran untuk mendorong manusia merawat dan melestarikan keasrian lingkungan hidup. Islam menegaskan kesempurnaan ajarannya. Islam tidak hanya berbicara hal terkait peribadatan, melainkan juga berbicara humanisme, lingkungan dan kehidupan secara umum. Dalam hal lingkungan, Islam sangat tegas mengajarkan agar ummatnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Di sinilah kita melihat kesempurnaan ajaran Islam.
362_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Daftar Pustaka
Abdillah, Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001. KH. Ahsin Sakho, dkk. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah), Jakarta: Conservation International Indonesia, 2006, Cet-2. Deputi Bidang Pengembangan Peran Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup, Beberapa Pemikiran Masyarakat Pesisir di Kabupaten Serang, Pandeglang Lebak Tangerang dan Kota Cilegon Tenatang Permasalahan Lingkungan Hidup (Seri II), Jakarta: KLHRI, 2003. Djayadi, M. T., Tata Kota Menurut Islam; Konsep Pembangunan Kota yang Ramah Lingkungan, Estetika & Berbasis Sosial, Jakarta : Khalifa, 2008. Effendi, Daud, Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Prospektus Islam), Jakarta : Lemlit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Friedmann, John, Empowerment—The Politics Alternative Development, Cambridge: Blackwell Publishers, 1992. Ghazali, M. Bahri, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hamzah, Andi, Penegakkan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006, Cet. 19. ______, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986. Jaya, Fachruddin M. Mangun, Konservasi Alam Dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005. ______, dkk (ed), Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi dan Gerakan Lingkungan Hidup, Jakarta : YPI, 2007. Korten, David C., People Centered Development Contributions Toward Theory and Planning Frameworks, terj., A. Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _363
Obor Indonesia, 1984. M. Soerjani, dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta: UI Press, 1987. N. H. T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004. Raharjo, Satjipto, Hukum dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, 1981. Ramly, Nadjamuddin, Islam Ramah Lingkungan; Konsep dan Strategi Islam dalam Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007. Rangkuti, Siti Sundari, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Surabaya: Airlangga University Press, 2005. Rifkin, SB; F. Muller; W. Bichman., Primary Health Care: on Measuring Participation, Social Science and Medicine, 1988. Saifullah, Hukum Lingkungan; Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati, Malang : UIN Malang Press, 2007. Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995, Cet. 10. Shihab, M. Quraish, Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan lingkungan, dalam: Lingkungan Hidup Berkeadilan, Jakarta: CV. Puspitasari Indah berkerjasama dengan LPPM-UNAS, 1993. Sodikin, Penegakkan Hukum Lingkungan, Jakarta: Djambatan, 2003. Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia; Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Yafie, KH. Ali, Menggas Fiqih Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1994. Yusron Rozak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, (akarta: Labiratorium Sosiologi Agama, 2008.
364_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisa Dampak Lingkungan Hidup.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _365
Endnotes
1. Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan,Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006, Cet. 19, h. 1. Lihat juga di Sodikin, Penegakkan Hukum Lingkungan,Jakarta: Djambatan, 2003, h. 1.
2. Emil Salim, Lingkungan hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995, Cet. 10, h. 15.
3. Andi Hamzah, Penegakkan Hukum Lingkungan,Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 2.
4. Kompas, 25 April 2006, diakses www.kompas.com tanggal 25 Desember 2008.
5. Kompas, 24 September 2007, diakses www.kompas.com tanggal 15 Desember 2008.
6. Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Qur’an,Jakarta: Paramadina, 2001, h. 147.
7. ibid, h. 148. 8. ibid, h. 150. 9. ibid, h. 150 10. ibid,h. 151-152. 11. Rifkin, SB; F. Muller; W. Bichman.,Primary Health Care: on Measuring Participation,(Social Science and Medicine, 1988, h. 26(9): 931-940.
12. Greenblat, C.S.,Social Structure. Chapter IV. In An Introduction to Sociology, New York: Alfred A. Konpf. Inc., 1981, h. 57.
13. Yusron Rozak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar,Jakarta: Labiratorium
366_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 Sosiologi Agama, 2008, h.126.
14. Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia; Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 187-188.
15. Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, h. 102. 16. Pasal 66 dan penjelasannya Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup.
17. Clark, John,The State, Popular Participation, and the Voluntary Sector, World Development 23, No. 4, 1995, h.595., Friedmann, John, Empowerment—The Politics Alternative Development, Cambridge: Blackwell Publishers, 1992, h.161.
18. Friedmann, John, Empowerment—The Politics Alternative Development, h.161. 19. Clark, John,The State, Popular Participation, and the Voluntary Sector, h.595. 20. Korten, David C., People Centered Development Contributions Toward Theory and Planning Frameworks, terj., A. Setiawan Abadi,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984, h. 64.
21. N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004, Edisi Kedua, h. 26.
22. Andi Hamzah, Penegakkan Hukum Lingkungan, h. 51. 23. ibid, h. 52. 24. Lihat pasal 30 – 33 UU No. 23 tahun 2007 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
25. N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, h. 330-333. 26. Manik, K.E.S., Pengelolaan Lingkungan Hidup,Jakarta : Djambatan, 2007, h. 24. 27. Soerjani dkk., Cenderung mengatakan bahwa lingkungan pada hakekatnya adalah keterkaitan antara manusia dengan makhluk lain dengan benda mati
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _367 yang ada disekitarnya. M. Soerjani, dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan,Jakarta: UI Press, 1987, h. 3.
28. Fachruddin M. Mangunjaya, dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h. 125-126.
29. Kalsan A. Thahir, Menyebutkan lingkungan hidup dengan lingkungan manusia, yang berarti segala sesuatu berada di sekeliling manusia, baik yang berbentuk benda mati maupun jasad-jasad atau organisme-organisme dan manusia-manusia lain, yang belum dikenalnya. Kalsan A. Thahir, Butirbutir Tata Lingkungan, Jakarta: Bina Aksara, 1985, h. 3.
30. Daud Effendi, Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Prospektus Islam),Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 107.
31. Ghazali M. Bahri, Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam,Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 10-11.
32. Ibid, h. 13-14 33. M. Quraish Shihab, Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan lingkungan, dalam: Lingkungan Hidup Berkeadilan, Jakarta: CV. Puspitasari Indah berkerjasama dengan LPPM-UNAS, 1993, h.195.
34. KH. Ali Yafie, Menggas Fiqih Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1994, h. 140.
35. Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan (terj.), Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002, h. 63-73.
36. Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan (terj.), h. 53 37. Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh; Sejarah dan Kaidah-Kaidah Asasi,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, h. 28.
368_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
38. Abdul Haq, dkk.,Formulasi Nalar Fiqh; Telaah Kaidah Fiqh Konseptual,Surabaya : Khalista, 2006, h. 213-215.
39. KH. Ahsin Sakho Muhammad, dkk. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah),Jakarta: Conservation International Indonesia, 2006, h. 9.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _369
Halal Food in the Perspective of al-Quran, Science and Health
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan
Maftuhah Penerima Beasiswa Unggulan BPKLN Depdiknas, Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia email :
[email protected]
Abstract : Halal food and beverage are requirement for every moslem. Moslem believe that food and beverage that are consumed should be good and halal, because halal food and beverage gives significant influences in the spiritual and mental development. Along with the development of food technology that produces a lot of new products, It continues by a demand of halal law, both from the aspect of nutrition, ingredients, the way to make, media makers and other materials are not prohibited. Therefore, the enforcement of law JPH (Halal Food Guarantee) is the answer for securing consumers and producers. By JPH law, moslem society is expected to awake at the same time time raising community awareness about the importance of halal food and beverage as directed by the Qur’an and hadith.
Abstraksi : Makanan dan minuman halal merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap muslim, bahwa setiap makanan yang dikonsumsi harus memenuhi unsur baik dan halal, karena makanan dan minuman halal berpengaruh terhadap perkembangan mental dan spiritual. Seiring dengan berkembangnya teknologi pangan yang menghasilkan banyak produk baru, menuntut kepastian hukum kehalalan, baik dari aspek gizi, bahan baku, cara membuat, media pembuat dan bahan-bahan tambahan yang tidak diharamkan.
370_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 Maka, pemberlakuan UU JPH (Jaminan Produk Halal) adalah jawaban dalam memberi kepastian dan keamanan bagi konsumen sekaligus produsen dalam jual beli. Melalui UU JPH ini diharapkan masyarakat terjaga sekaligus memiliki kesadaran akan pentingnya makanan dan minuman halal sebagaimana diperintahkan oleh al-Qur’an dan Hadits. Keywords : halal and haram, food, UU JPH (law of halal food guarantee), science, health
A. Pendahuluan. Perkembangan teknologi pangan yang pesat membuat banyak olahan produk (makanan) yang dijual pada masyarakat sangat bervariasi. Tidak terlihat secara kasat mata berasal dari bahan baku dan bahan tambahan apa saja dalam proses pembuatannya. Halal dan haramnya sebuah produk sering tidak jelas sehingga produk tersebut menjadi syubhat dalam arti meragukan dan tidak jelas status kehalalannya. Bagi umat Islam makan tidak sekedar baik dari segi gizi dan manfaatnya untuk tubuh, melainkan juga harus memenuhi unsur halal. Makanan yang baik jika didapat dengan cara yang tidak halal akan menjadi haram dan dapat menimbulkan hal yang tidak baik dalam tubuh dan jiwanya. Islam mengatur makanan dengan jelas dalam Al-Qur’an dan hadis karena hal ini sangat penting dan utama dalam kehidupan. Ketaatan terhadap perintah al-Qur’an dalam hal makanan halal, merupakan wujud keislaman yang baik. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi semua umat manusia, pembeda antara yang baik dan batil (al-furqon), pengingat bagi mereka yang lupa (al-dzikr), tuntutan hidup bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia (al-mau’izhah) dan fungsi lain Al-Qur’an yang menjadi petunjuk untuk manusia. Karena itulah maka ketaatan terhadap al-Qur’an adalah kunci unuk meraih kebahagiaan. Pada saat yang bersamaan, ketaatan terhadap al-Qur’an merupakan manifestasi ketakwaan. Takwa secara terminologis menurut AlAsfahani1 adalah memelihara diri dari dosa dengan meninggalkan yang haram. Takwa secara terminologi menurut Muhammad Isma’il2 adalah takut kepada azab Allah dengan melaksanakan segala perintahnya
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _371
dan menjauhi segala larangannya. Menjaga dari segala makanan yang dilarang Allah adalah salah satu bentuk takwa kita kepada-Nya. Umat Islam dalam kehidupannya selalu berada dalam tuntunan al-Qur’an dan hadis. Bagi umat Islam hal yang utama tidak lain adalah melakukan yang diperintahkan (diperbolehkan) dan menjauhi yang dilarang Allah Swt (haram). Salah satunya adalah makan, makanan yang halal lagi baik. Jelas, bahwa kepastian kehalalan makanan dan minuman perlu dipahami secara benar, tidak hanya untuk kesehatan melainkan sebagai wujud ketaatan atas perintah al-Qur’an. Di sinilah kita harus menumbuhkan kesadaran bahwa halal adalah sebuah keniscayaan bagi kehidupan yang lebih baik.
B. Lahirnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Pemerintah telah memberi perhatian terhadap jaminan makanan halal (penyembelihan, cara pengolahan, media yang digunakan, cara pembuatan). Hal ini bertujuan agar makanan dan minuman yang dijual secara umum benar-benar halal, sehingga masyarakat terlindungi. Ada sebagian pendapat mengemuka bahwa seharusnya bukan kejelasan kehalalan yang dikedepankan, melainkan aspek keharamannya saja. Asumsinya, makanan yang haram lebih sedikit dibandingkan dengan makanan yang halal. Jadi lebih efisien dalam melihat dan mengevaluasinya. Makanan halal dan haram memang lebih banyak yang halal. Namun dengan berbagai macam masakan (produk) dan pengolahan menggunakan berbagai macam perasa buatan yang dapat dibuat dari bahan baku yang diharamkan dapat menimbulkan makanan haram lebih banyak jumlahnya. Perbedaan pandangan di atas membuat pembahasan UU ini menjadi lambat, namun perbedaan yang terjadi adalah hal yang sangat baik untuk memperoleh hasil yang maksimal. Kedua pandangan tersebut menurut hemat penulis berangkat dari dasar yang benar dan dengan maksud yang sama-sama baik. Perdebatan yang alot sampai delapan tahun pada
372_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
akhirnya menjadi kesepakatan adanya kewajiban pencantuman makanan halal dan haram yang sudah menjadi peraturan yang berjalan dan efektif tahun 2019. Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH) adalah hasil dari usaha dan kerja keras Kementerian Agama dan stakeholdernya yang menunggu delapan tahun untuk dibahas, disempurnakan dan akhirnya kamis (25/09/2014) Rapat Paripurna DPR mengesahkan Undang-undang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Banyak yang pro dan kontra dengan disahkannya UU ini. Hasilnya, semua organisasi sosial keagamaan yang memenuhi syarat bisa menjadi Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). LPH bertugas memeriksa pengajuan sertifikasi halal dari perusahaan. Setelah dinyatakan halal oleh LPH, sertifikasi diteruskan ke MUI untuk dikeluarkan fatwanya. Sertifikat halalpun secara administratif dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). MUI memang tidak memonopoli sertifikat halal, namun MUI secara de facto masih memiliki peran penting karena telah 25 tahun berpengalaman mengeluarkan sertifikat halal. Pada akhirnya selama masa transisi ini MUI sebaiknya terlepas dari hak ‘monopoli’ dengan menyerahkannya pada negara pada tahun 2019 dan posisi MUI sederajat dengan organisasi keagamaan lainnya, sehingga baik untuk MUI dan terhindar dari banyak godaan ‘korupsi’. Bagaimanapun monopoli dalam sejarah banyak mendatangkan hal-hal tidak baik karena godaan yang luar biasa banyak dan menggiurkan. Pemerintah memiliki waktu lima tahun untuk menerbitkan delapan peraturan pemerintah, dua peraturan menteri, dan peraturan pendukung lainnya. Ditargetkan pada 2019 UU JPH bisa diterapkan dan sertifikat halal bersifat wajib. Beberapa pasal yang ‘tidak sesuai’ dan butuh penyempurnaan menurut penulis dapat dilakukan penyempurnaan. Sertifikat halal berlaku selama empat tahun sejak diterbitkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Sertifikat wajib diperpanjang oleh pelaku usaha dengan mengajukan pembaruan paling
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _373
lambat tiga bulan sebelum berakhirnya masa berlaku. Hal ini tentu menambah biaya perusahaan dan perpanjangan ini menimbulkan biaya baru. Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang terbuka mengenai mekanisme dan harga yang harus dibayarkan. Harga sebaiknya dibuat ‘murah’ dan efisien, sehingga perusahaan dan pengusaha tidak merasa peraturan ini memberatkan dan mempersulit. Karena hakikat peraturan ini adalah mempermudah dan menguntungkan bagi produsen maupun konsumen dalam proses jual-beli. Proses pembayaran secara langsung pada kas negara membantu mencegah terjadi korupsi yang tentu saja mencoreng niat baik yang hendak di buat untuk menjamin keamanan makanan masyarakat. Sanksi akan diberikan bagi perusahaan yang telah memenuhi kriteria namun mengulur-ulur sertifikasi halal. Begitu pula dengan produsen yang memalsukan kehalalan produknya dan perusahaan yang tidak konsisten menjaga kehalalan produknya setelah disertifikasi. Pemerintah juga sebaiknya memberikan kemudahan dan pembayaran gratis bagi usaha kecil yang tidak punya biaya untuk membuat sertifikat halal. Subsidi silang adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk kemaslahatan ummat. Selain penjelasan di atas, hal baik dari UU JPH ini adalah produk yang tidak halal harus mencantumkan kata haram pada produknya agar pembeli atau konsumen tahu produk itu tidak boleh dikonsumsi oleh orang muslim. Bagi penulis hal ini juga sangat penting untuk menambah kewaspadaan dan godaan umat muslim secara prikologis yang akan mengkonsumsi dengan membaca kata ‘haram’. Jelas, bahwa UU JPH akan melindungi konsumen. Tidak semua masyarakat yang ingin membeli kebutuhan sehari-hari memeriksa satu persatu dan menganalisis nutrisi dan kehalalan pada produk yang diperlukan. Informasi nutrisi dan halal tidaknya makanan sangat penting untuk masyarakat. Di sinilah urgensi UU JPH.
374_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
C. Diskursus Halal dan Haram dalam Islam. 1. Urgensi Makanan dan Minuman Halal. Allah Swt memberikan karunia alam raya ini untuk manusia agar hidup damai, aman dan sejahtera lahir dan batin. Petunjuk al-Qur’an dan Hadits, baik berupa perintah ataupun larangan, tiada lain untuk mempermudah dan memberi petunjuk pada kebaikan. Inilah makna ketaatan kepada al-Qur’an dan Hadits. al-Qur’an menjelaskan makanan dan minuman secara detail, bahwa makanan dan minuman harus memenuhi unsur halal dan sehat. Hal ini menandakan bahwa makanan halal dan sehat menjadi salah satu kebutuhan utama untuk seluruh umat manusia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS. al-Baqarah: 168) Ayat di atas adalah perintah yang ditujukan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali. Perintah makan makanan yang halal (sah atau boleh menurut hukum agama) dan baik (bermanfaat dan tidak membahayakan) bukan hanya untuk kaum muslim namun juga non muslim. Allah tidak melarang sesuatu atau menganjurkan sesuatu tanpa alasan. Selalu ada hal yang baik dalam setiap perintah ataupun laranganNya. Sebagaimana kita ketahui makanan adalah sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sebagai khalifah Allah di bumi. Maka dapat dipahami bahwa perintah mengkonsumsi makanan yang halal merupakan sumber pembentukan jiwa dan raga yang sehat. Makanan yang halal adalah semua makanan yang diperbolehkan oleh syariat untuk di konsumsi kecuali ada larangan di dalam Al-Qur’an dan hadis nabi Muhammad saw. Makanan yang halal adalah makanan yang diperoleh dengan cara yang halal, yang berarti dari usaha yang diridhai oleh Allah Swt. Kalau ada makanan yang baik tapi diperoleh dengan
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _375
cara yang tidak halal maka makanan tersebut bukan kategori yang baik bagi umat Islam. Allah Swt menciptakan tumbuhan yang spesifik sesuai dengan musim dan cuaca. Sehingga tumbuhan yang tumbuh juga berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ada makanan yang sangat baik dimakan pada suatu tempat dan ada juga makanan yang kurang baik dimakan ditempat lain. Kondisi kesehatan juga sangat berpengaruh atas makanan yang baik dimakan. Bisa jadi makanan A ini sangat baik untuk metabolisme tubuh, namun karena menderita penyakit tertentu makanan A tersebut sangat tidak baik untuk dimakan karena dapat menimbulkan efek negatif. Dengan demikian perintah ayat di atas makanan tidak sekedar halal tetapi juga baik. Kata thayyibât adalah bentuk jamak dari kata ath-thayyib. Dari segi bahasa dapat berarti baik, lezat, menentramkan, paling utama dan sehat. Kita dapat berkata bahwa makna kata tersebut dalam konteks makanan adalah makanan yang tidak kotor dari segi zatnya, atau rusak (kadaluarsa), atau tercampur najis. Dapat juga dikatakan bahwa yang thayyib dari makanan adalah yang mengundang selera yang memakannya, dan tidak membahayakan fisik dan akalnya.3 Allah Swt menekankan agar kita tidak mengikuti langkah-langkah syetan, karena syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tidak hanya untuk orang muslim tapi juga untuk non muslim. Sejarah telah mencatat karena urusan “perut” menjadikan manusia lupa akan kodratnya dengan membohongi, mencuri dan membunuh saudaranya sendiri. Syetan memang tidak serta merta mengajak manusia kejalan yang tidak baik, namun membujuk dengan rayuan ‘maut’ yang tiada henti dan terus menerus sampai pada akhirnya ia mengikuti perintahnya. Contoh yang paling jelas adalah kisah nabi Adam dan hawa yang dibujuk syetan untuk mendekati buah khuldi. Walaupun ditolak oleh nabi Adam untuk mendekati buah khuldi apalagi sampai memakannya, syetan tetap semangat terus menerus merayu tanpa henti. Sampai pada
376_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
akhirnya nabi Adam tidak saja mendekati tetapi mulai memasukkan ke dalam mulutnya. Begitulah syetan yang akan datang kepada semua manusia baik muslim atau non muslim untuk melakukan hal yang keji dan munkar. “dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”. (QS. Al-Maidah: 88). Yang termasuk bagian dari halal pada ayat diatas adalah cara memperolehnya. Bukan dari riba, mencuri. Makanan maupun minuman dari jenis yang tidak memabukkan dan membahayakan.4 Ada beberapa contoh makanan beracun dan memabukkan seperti kecubung, ganja, daun beracun, minuman buah aren, candu, narkoba (ganja,morfin), air tape yang telah bertuak. Semuanya haram sababi ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram sababi banyak jenisnya, yaitu: (1) Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dzalim seperti mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll. (2) Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan, menang togel, dll. (3) Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging babi, miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman. (4) Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan uang. (5) Hasil memakan harta anak yatim dengan boros atau tidak benar. Dalam surat al-Baqarah difirmankan: “Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baikbaik.” (QS. Al-Baqarah: 172) Ayat ini secara tegas ditujukan kepada orang-orang mukmin, sehingga dalam ayat ini tidak lagi dicantumkan kata “halal” sebagaimana yang disebut pada surah al-baqarah ayat 1685, karena haikatnya orang yang beriman akan menjauhi larangan Allah dan memilih makan makanan yang halal.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _377
Jika makanan yang halal itu membusuk, mengandung zat radioaktif, beracun dan mengganggu kesehatan yang akan mengkonsumsi tidak boleh dimakan, karena tidak baik. Bagi orang yang sakit darah tinggi, makan daging kambing dan durian merupakan bencana yang dapat menghilangkan nyawa. Namun bagi orang yang sehat keduanya adalah makanan yang sangat nikmat dan boleh dimakan sesuai dengan kadarnya sebagai rizki yang baik. “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan-makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shaleh.” (Al-Mukminun: 51) Perintah untuk makan tidak hanya untuk manusia tetapi juga rasul. Rasul juga manusia yang membutuhkan makan untuk memperoleh energi dalam aktifitasnya melakukan amal yang shaleh. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia memang secara fitrah membutuhkan makanan tanpa kecuali. Proses memilih makananlah yang diatur oleh Allah supaya manusia terhindar dari marabahaya. 2. Definisi Makanan dan Minuman yang Halal. Makanan dikatakan halal harus memenuhi tiga kriteria yaitu, halal zatnya, halal cara memperolehnya, dan halal cara pengolahannya. Pertama, halal dzatnya yaitu bahan baku dari produk tersebut tidak ada makanan atau minuman yang diharamkan. Kedua, halal cara memperolehnya artinya rizki yang dipakai untuk membeli atau membuat makanan tersebut dari perkerjaan yang halal, bukan perbuatan yang diharamkan seperti mencuri dan lain-lain. Ketiga, halal cara pengolahannya artinya dalam pengolahannya tidak mengandung zat-zat yang diharamkan dalam proses membantu memperlancar dan mempercepat dalam pengolahannya. Makanan yang halal pada intinya seperti telah penulis jelaskan di atas adalah semua makanan yang diperbolehkan oleh syariat untuk di konsumsi kecuali ada larangan di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Makanan yang halal harus memenuhi tiga kriteria di atas agar manusia dapat hidup dengan sehat lahir dan batin.
378_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Halal tediri dari empat kategori: wajib, sunnah, mubah dan makruh.6 Ini menunjukkan bahwa tidak semua makanan yang halal wajib di makan, melainkan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan, karena semua individu memiliki keunikan dan karakter tersendiri. Sebagai contoh ada yang rentan terkena darah tinggi dan rentan terkena darah rendah. Saat rentan terkena darah tinggi sebaiknya tidak banyak makan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol agar tekanan darah tidak cepat naik. Makan makanan yang menurunkan kadar tekanan darah seperti timun, bawang putih dan lain-lain sangat dianjurkan. Hal ini dipahami bahwa bahwa setiap tubuh memiliki kebutuhan akan makanan dengan spesifik tertentu. Kita ketahui dalam biologi dikenal tiga domain (tingkat klasifikasi) kehidupan yaitu domain Bakteri (Bacteria), domain Arkae (Archaea) dan domain Eukariota (eukarya). Ketiga domain tersebut terdiri dari 6 kingdom (kerajaan) yaitu kingdom Bakteri, kingdom Arkea, kingdom Protista (eukariota ber sel tunggal [uniseluler] dan kerabat multiselulernya yang realatif sederhana), kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan), kingdom Fungi (jamur), dan kingdom Animalia (hewan).7 Mikroorganisme maupun makroorganisme dalam semua domain di atas hukumnya halal dimakan, kecuali yang diharamkan. Namun tidak semua yang halal boleh dimakan, harus melihat apakah itu baik untuk tubuh atau tidak. Setiap perintah pasti ada alasannya. Perintah Allah Swt untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik mempunyai manfaat, diantaranya: 1) Mendapat pahala dan ridha Allah Swt. 2) Diterimanya amal ibadah. 3) Memperoleh perlindungan Allah Swt. 4) Terhindar dari berbagai penyakit (virus, bakteri dan lain-lain) 5) Termasuk orang yang bertaqwa, sholeh dan berakhlak mulia. 6) Dapat terhindar dari perbuatan dosa.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _379
7) Menjadi pribadi yang baik, jujur, bersyukur dan bersikap apa adanya. 8) Memperpanjang umur (sehat). 9) Memberi ketenangan dalam kehidupan sehari-hari. 10) Rizkinya membawa berkah dunia dan akhirat. Penjelasan penulis pada makanan yang diharamkan telah jelas bahwa makanan sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap orang tanpa kecuali. Memilih makanan yang halal, baik, beragam dan bergizi adalah mutlak agar tubuh, baik jasmani maupun rohani sehat dan dapat melakukan aktifitas sebagai khalifah di bumi. Makanan dan minuman yang halal akan menjadi berkah. Rizki yang diperoleh besar ataupun kecil selalu cukup memenuhi kebutuhan seharihari. Tidak dikerjar-kejar hutang, hidup damai dan tenteram. Sehat seluruh keluarga dan pertumbuhan anak-anak menjadi baik, cerdas dan sholeh/sholehah. Rizki yang tidak berkah walaupun sudah banyak namun selalu kurang dan cepat habis. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa begitu penting artinya makanan bagi manusia. Semestinya kita selektif dalam memilih setiap makanan. Makanan adalah awal dari pembentukan tubuh (organ) dalam kandungan dan terus sampai meninggal dunia. Makanan halal, baik, beragam, bergizi dan mudah dicerna oleh alat-alat (sistem) pencernaan adalah pilihan terbaik. 3. Definisi Makanan dan Minuman Haram. Pemberian akal (pikiran) dan hati (perasaan) dengan kemampuan untuk bernalar adalah kunci utama agar manusia dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik. Begitupun dalam memilih makanan. Manusia diperintahkan makan semua apa yang ada di bumi kecuali beberapa makanan dan minuman yang tidak boleh dimakan (haram).
380_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Makanan dan minuman yang haram artinya semua makanan dan minuman yang dilarang oleh Allah Swt melalui al-Qur’an dan hadis nabi Muhammad, saw. Makanan yang haram memang tidak banyak, namun dalam era modern makanan yang haram bertambah sesuai dengan perekambangan teknologi pangan yang menggunakan bahan baku dan cara pengolahan menggunakan bantuan bahan-bahan yang diharamkan. Allah secara tegas memerintahkan manusia untuk menghindari makanan haram: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya.” (QS Al-Maidah: 3) Menurut ayat tersebut terdapat beberapa kategori makanan yang diharamkan, diantaranya: . a) Bangkai.
Bangkai adalah binatang yang berembus nyawanya tidak melalui cara yang sah, seperti mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan diterkam binatang buas namun tidak sempat disembelih dan (yang disembelih untuk berhala).8 Manfaat mengapa bangkai dilarang atau diharamkan untuk dimakan: 1) merendahkan harga diri dan kehormatan manusia. 2) Mengandung bahaya (Kematian karena sakit, sangat lemah, virus. 3) Membiasakan untuk umat Islam untuk makan makanan yang segar (bernyawa).9
Namun, tidak semua bangkai haram. Bangkai yang berasal dari laut dan sungai dihalalkan untuk dimakan sesuai dengan firman Allah Swt:
“Dan Dia (Allah) yang menundukkan laut untuk kamu, agar kamu dapat memakan dari laut itu daging yang segar (ikan dan sejenisnya).” (QS. AnNahl: 14)
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _381
“Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan yang berasal dari laut, sebagai makanan yang lezat bagi kamu dan orang-orang yang dalam perjalanan”. (QS. AL-Maidah: 96)
Jadi ikan yang diperoleh dengan cara memancing, menjala, memukat, baik dari laut, sungai, danau, kolam atau tambak bangkainya halal dimakan. Sebagaimana hadis nabi yang menyatakan kalau “laut itu adalah suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Ash-habus Sunan).
Hewan yang hidup di darat dan di air yaitu jenis amfibi dan reptil, sebagian ulama ada yang mengecualikan, namun pengecualian tersebut diperselisihkan oleh sebagian ulama lainnya karena tidak tersurat dalam Al-Qur’an, tapi suatu hadis.10
b) Darah yang Mengalir.
Darah haram dimakan atau diminum karena tentunya akan jijik minum atau makan darah. Darah yang melekat pada daging dan jeroan seperti usus, babat, jantung, paru, hati, limpa dan ginjal, yang semuanya dialiri oleh darah boleh dimakan (sebaiknya sebelum dimasak dibersihkan darah yang menempel). Sedangkan darah yang mengalir, kemudian di tampung dan dibekukan yang disebut “marus” atau “dideh” adalah haram.
Darah yang mengalir juga mengandung berbagai macam zat yang semuanya belum tentu zat yang bermanfaat untuk tubuh. Saat makan dan minum yang berbahaya darah akan membawanya kesleuruh tubuh dan jika dikonsumsi dapat menimbulkan efek yang tidak baik dan mengganggu kesehatan.
c) Daging Babi.
Babi dan semua yang berhubungan dengannya haram dikonsumsi. Ada ulama yang mengatakan boleh selain daging babi, namun tentu saja sulit memisahkan secara khusus daging dari lemak dan seterusnya. Hakikatnya semua yang berasal dari babi dilarang oleh Allah Swt.
382_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Babi secara ilmiah telah diteliti merupakan inang perantara dari beberapa penyakit parasit yang dapat ditularkan kepada manusia. Cacing Tanea solium (penyakit cacing pita) dan kista cacing Trichinella spiralis, keduanya menimbulkan penyakit parasit pada manusia.
Tanea solium adalah jenis cacing pita yang hidup dalam usus babi. Telur cacing ini berjumlah ribuan dan tiap telur mengandung larva. Larva akan menembus dinding usus babi, masuk ke pembuluh darah hingga mencapai otot atau daging, yang kemudian membentuk kista yang berupa gelembung.
Saat manusia makan daging babi yang mengandung kista dan daging tidak di masak sempurna, maka akan terjangkit penyakit cacing pita. Kepala cacing Taenia solium menempel pada dinding usus dan mengisap zat-zat mineral dan gizi sehingga penderita mengalami kekurangan gizi dan tidak bertenaga.
Trichinella spiralis hidup di usus babi. Larvanya menembus dinding usus babi mengikuti aliran darah dan tinggal di jaringan otot atau daging dan membentuk kista dan tetap infektif hingga beberapa tahun. Penyakit ini disebut “trichinosis”, dimana cacing dewasa hidup dalam usus penderita, sedangkan larvanya tinggal di otot sebagai kista. Gejala yang ditimbulkan penyakit ini adalah kekurangan gizi dan nyeri otot. Tabel. 1 Perbandingan lemak dan protein dari beberapa binatang ternak.11 Jenis daging
Kalori
Protein (g)
Lemak (g)
Daging kerbau
84
18,7
0,5
Daging Kambing
154
16,6
9,2
Daging Sapi
207
18,8
14
Daging Babi
457
11,9
45
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _383
Kandungan lemak daging babi sangat tinggi dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan kerbau. Apabila mengkonsumsi, maka tubuh mencerna dan menyerap kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi. Akibatnya menderita panyakit yang disebut “hiperlipidemia” atau hiperkolesterolemia yang dapat berakhir dengan stroke atau jantung koroner.
Penjelasan di atas adalah sebagian dari apa yang telah diketahui mudharatnya, sehingga dilarang Allah Swt. Penelitian dan analisis tentang diharamkannya daging babi juga dikarenakan babi dikenal sebagai binatang yang sangat jorok. Saat kita makan daging babi, dikhawatirkan banyak mengandung kotoran yang dapat menimbulkan penyakit seperti yang penulis jelaskan di atas dan ada argumen yang menyatakan bahwa karakter joroknya babi agar tidak melekat juga pada manusia.
d) Hewan ternak yang disembelih tanpa menyebut nama Allah
“Dan janganlah kamu makan sembelihan yang tidak menyebut nama Allah dan sesungguhnya yang demikian itu fasik.” (QS Al-An’ am: 121)
Proses penyembelihan hewan ternak telah di atur dalam fiqih secara rinci. Secara umum syaratnya berkaitan dengan orang yang menyembelih, cara dan tujuan penyembelihan, bagian tubuh hewan yang harus disembelih dan alat penyembelihan. Firman Allah Swt:
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) ahli kitab halal untuk kamu dan makanan kamu halal bagi mereka”. (QS. Al-Maidah: 5)
Hewan yang disembelih hanyalah untuk bahan makanan yang halal, bukan untuk menyakiti hewan ternak. Anggota tubuh hewan yang harus di sembelih adalah lehernya, agar cepat mati sehingga hewan tidak tersiksa. Caranya menggunakan pisau yang tajam dengan
384_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
memotong bagian pembuluh darah utama (arteri karotis) dan saluran nafas tenggorokan (laring). Saluran cerna kerongkongan (faring) dan urat saraf yang menghubungkan kepala dengan tubuh tidak harus terpotong.
Pendapat semua mazhab sepakat dengan ketentuan di atas. Mazhab Maliki dan Hanafi memberi kelonggaran, bahwa bila seorang lupa menyebut nama Allah ketika menyembelih, maka hal itu dapat ditoleransi. Sedangkan menurut Mazhab Syafii, perintah menyebut nama Allah pada ayat-ayat tersebut di atas adalah sunnah dan merupakan anjuran saja, bukan kewajiban (sesuai surah Al-Maidah ayat 5, ahli kitab tidak menyebut Allah Swt).
“Sesungguhnya Allah yang mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan yang disembelih dengan nama selain Allah.” (QS. Al-Baqarah: 173)
Selain ayat 3 surah al-Maidah, ayat di atas menegaskan dan memperkuat tidak bolehnya bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah Swt. Namun demikian Allah Swt tidak pernah membuat sesuatu yang rumit, selalu memudahkan. Jika pada keadaan yang memaksa, seperti di dalam hutan dan tidak ada makanan atau hal-hal yang darurat lainnya, diperbolehkan memakan makanan yang diharamkan namun hanya sekedarnya untuk menutupi rasa lapar dan disertai niat yang tidak menginginkannya. e) Minuman yang memabukkan.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi; Katakanlah : “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219)
Mabuk adalah hal yang dilarang oleh Allah Swt. Bukan tanpa alasan mabuk ini dilarang. Segala sesuatu pasti punya sisi baik dan buruk. Hanya saja yang membedakan keduanya adalah apakah lebih banyak kebaikan atau keburukannya.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _385
Hasil dari beberapa penelitian tentang FAS (Fatal Alcohol Syndrome) dan FAE (Fatal Alcohol Effect) menunjukkan data yang menegaskan bahwa 90% dari objek yang diteliti menderita penyakit mental, 60% gagal dalam pendidikan, 60% melakukan tindak pidana, dan 50% kepergok melakukan perilaku seksual yang menyimpang.12
Alkohol merupakan minuman yang tidak disarankan oleh agama dan pakar kesehatan manapun untuk dikonsumsi.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (QS An-Nisa: 43)
Minuman yang memabukkan adalah semua minuman yang dapat membuat manusia kehilangan akal sehat dan mengandung zat yang memabukkan yaitu alkohol. “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orangorang yang memikirkan.” (QS. al-Nahl: 67)
Salah satu contoh nyata buah yang seharusnya halal menjadi haram adalah buah anggur dan kurma. Kurma dapat dibuat menjadi gula kurma, gula anggur dan cuka. Anggur dapat dibuat manisan dalam kaleng dan gula anggur yang keduanya termasuk makanan yang sehar dan bergizi, baik untuk tubuh manusia. Cuka dipakai untuk penyedap masakan dan pengawet makanan. Semuanya merupakan produk olahan yang baik dan sehat.
Namun
keduanya
dapat
dibuat
menjadi
minuman yang memabukkan dengan cara peragian (fermentasi). Setelah mengalami fermentasi, cairan kurma dan anggur menghasilkan minuman yang memabukkan.
f) Haram makam Keledai, hewan yang buas dan bertaring.
“Rasulullah saw. melarang makan daging keledai piaraan.” (HR. Shahih
386_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Muslim) dan Hadis riwayat Abu Tsa`labah ra., ia berkata: ”Nabi saw. melarang memakan binatang buas yang bertaring.” (HR. Shahih Muslim)
Secara umum binatang yang buas dapat memangsa manusia dan biasanya memiliki taring. Hal ini tentu membahayakan bagi manusia dan gigi yang bertaring menandakan hewan tersebut termasuk hewan yang buas dan berbahaya. Jika manusia makan binatang yang buas, karena sifatnya tersebut dapat terjangkiti dan menjadi sifat manusia juga. Hal ini tidak baik untuk kehidupan dan tekstur daging hewan yang buas dan bertaring tidak baik untuk tubuh manusia. Selain itu Imam Syafi’ie mengharamkan hewan yang hidup di dua alam (di air dan di darat) seperti kodok, buaya, kura-kura, dan kepiting.
4. Pengaruh Makanan dan Minuman Haram terhadap Jiwa. Makanan yang halal dan baik akan berpengaruh bagi jasmani maupun rohani. Secara jasmani, makanan halal dan baik tidak mengganggu dan merusak kesehatan, adapun terhadap rohani makanan tersebut tidak membuat rasa permusuhan, rasa kebencian, lupa pada mengingat Allah, atau lupa shalat. Jika makanan yang halal itu membusuk, mengandung zat radioaktif, beracun dan mengganggu kesehatan yang akan mengkonsumsi tidak boleh dimakan, karena tidak baik. Bagi orang yang sakit darah tinggi, makan daging kambing dan durian merupakan bencana yang dapat menghilangkan nyawa. Namun bagi orang yang sehat keduanya adalah makanan yang sangat nikmat dan boleh dimakan sesuai dengan kadarnya. Dampak yang secara langsung dirasakan saat minum-minuman yang beralkohol secara berlebihan adalah kepala terasa pusing, ingin muntah, merasa letih, pandangan kabur, berhalusinasi, tidak mampu mengontrol dirinya sendiri sehingga menjadi lemah, dapat melakukan hal-hal di luar akal sehat, membuat orang banyak bicara (gerakan dan berbicara terganggu) dan kehilangan hambatan dalam menyampaikan sesuatu.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _387
Dampak secara tidak langsung dapat mengganggu kehidupan orang tersebut. Secara destruktif kerusakan pertama dimulai pada fungsi hati yang menyebabkan hepatitis (peradangan hati) karena tidak mampu secara terus menerus memecah minuman yang beracun untuk tubuh. Saat minum alkohol berlebihan hanya 20% yang diserap oleh aliaran darah, sisanya diserap oleh lambung dan lapisan usus kemudian dibawa ke hati untuk dipecah ke dalam air, karbon dioksida dan lemak. Hati mampu manangani setengah liter per jam. Minum yang berlebihan menyebabkan buang air kecil berlebihan di dalam tubuh sehingga air dari bagian lain dialihkan ke hati. Hal ini menyebabkan dehidrasi. Ketika hati menyerap alkohol menghasilkan asetaldehida yang sangat beracun ke hati, perut dan otak. Hal inilah yang menyebabkan mabuk. Fungsi hati sangat vital. Hati punya banyak fungsi dan pekerjaan dalam tubuh, sehingga rentan terhadap penyakit. Selain sebagai bagian dari sistem pencernaan (memecah lipid agar mudah dicerna, menghasilkan beberapa asam amino untuk produksi protein), hati bertangung jawab untuk memfilter atau menyaring (alkohol dalam darah, obat-obatan), menetralkan racun yang masuk dalam tubuh, menciptakan zat yang diperlukan dan membuang produk limbah yang tidak terpakai. Hati bagi peminum berat menjadi berlemak karena disimpan dan cara mengatasinya hanya melepaskan alkohol sama sekali dan menunggu hati untuk memperbaiki dirinya sendiri. Kerusakan progresif sel-sel hati jika tidak menerima pengobatan secara konprehensif, berhenti minum alkohol, hati tidak dapat sembuh karena laju kerusakan melampaui pertumbuhan sel-sel baru. Selain hepatitis peminum yang sedikit (moderat) berkembang menjadi sirosis (gagal hati). Sirosis terjadi saat sel-sel hati mengalami kerusakan dan hati tidak dapat memperbaiki (regenerasi) dirinya sendiri. Sirosis hati terjadi saat organ pada jaringan bekas luka dan mengeras sehingga tidak berfungsi dengan baik dimana aliran darah bebas tidak tersaring dari bahan-bahan yang berbahaya mengarah ke akumulasi limbah dan racun
388_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
dalam tubuh dan meracuni tubuh dari dalam. Gejala ini hanya dapat dilihat jika sudah berkembang pada stadium lanjut karena disebabkan penyakit hati kronis (infeksi hepatitis C) sehingga sulit di obati. Allah Swt telah memberikan imun (sistem kekebalan tubuh) yang lengkap pada manusia, dimana organ-organ tubuh kita memiliki cara untuk bertahan dari segala racun dan zat-zat yang tidak baik untuk tubuh. Namun jika berlebihan, organ tidak dapat mensterilkannya dan hal ini menimbulkan penyakit yang lama-lama mengganggu sistem metabolisme tumbuh lainnya. Secara sederhana, dapat kita kelompokan dampak dari alkohol yang berlebihan. Pertama, minum alkohol lebih dari tiga gelas setiap hari secara terus menerus akan memicu tekanan darah rendah, denyut nadi rendah, penyakit jantung, stroke, kelumpuhan syaraf, kerdiomiopati dan gagal fungsi organ (ginjal). Kedua, mengakibatkan kerusakan lambung. Dimulai dari sakit maag atau lambung dikarenakan ulserasi atau perlukaan lambung hingga berdarah atau iritasi lambung yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan tubuh lainnya. Ketiga, membuat cacat atau gangguan pertumbuhan pada janin. Proses embriogensis di mana pembentukan otak dan sumsum tulang belakang yang dimulai pada bulan pertama kehamilan, pembentukannya dapat terganggu dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak pada manusia dewasa. Keempat, meningkatkan resiko kanker payudara, kanker mulut dan pneumonia atau sindrom gangguan pernapasan akut. Kelima, menyebabkan kematian. Alkohol menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, baik karena penyakit, kecelakaan, over dosis, dan sebagainya.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _389
Keenam, menyebabkan rumah tangga tidak bahagia. Perubahan perilaku dari pemabuk akan membuat kinerja sebagai suami atau istri akan terganggu. Proses perlakuan sehari-hari secara berangsur-angsur menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan hal-hal yang utama yaitu mencari nafkah untuk keluarga (prestasi kerja rendah) dan mengurus keluarga. Alkohol juga mempengaruhi kesehatan seksual dengan menyebabkan libido rendah dan menyebabkan disfungsi seksual (disfungsi ereksi pada laki-laki). Ketujuh, riset menunjukkan dapat merusak kesehatan mental, melemahkan daya ingat, depresi, insomnia dan menurunkan kesuburan. Memang konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit (moderat) dapat membantu mencegah serangan jantung dengan meningkatnya kolesterol baik serta menghentikan gumpalan darah dalam arteri (pembuluh darah utama). Namun secara umum lebih banyak mudharatnya seperti penulis jelaskan di atas. Selain merusak secara fisik pada tubuh, pengaruh makanan dan minuman yang haram mempunyai beberapa keburukan yang lain, diantaranya adalah: 1) Doa yang dilakukan tidak mustajabah (makbul atau diterima oleh Allah Swt). 2) Rizki yang banyak tidak berkah, karena syetan mengarahkan kepada kemaksiatan. 3) Hidup tidak tenang. 4) Kehormatan, martabat, kepercayaan, dan nama baik hancur bila ketahuan. 5) Berdosa karena melanggar perintah Allah Swt. 6) Merusak jasmani dan rohani. 7) Menimbulkan penyakit.
390_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Paparan di atas menegaskan bahwa di balik larangan Allah tersimpan kebaikan bagi manusia. Islam menjaga manusia agar tidak rusak kehidupannya. Termasuk dalam hal makanan dan minuman, bahwa larangan untuk mengkonsumsi yang haram adalah bentuk penjagaan terhadap jiwa dan raga, menjaga kesehatan tubuh dan spiritual. Maka, konsumsi makanan halal sebuah keharusan.
D. Makanan Sehat Dalam Perspektif Sains dan Kesehatan. Makanan secara sains dan kesehatan tidak melihat apakah halal atau tidak, karena yang menjadi tolak ukur adalah gizi dari bahan makanan dan produk makanan yang ada. Apabila suatu bahan pangan memiliki gizi baik dan mengandung bahan-bahan [mineral makro (karbohidrat, lemak, protein) dan mineral mikro (vitamin dan mineral)] yang mendukung kinerja tubuh lebih baik, terbukti secara klinis, maka makanan tersebut baik dan sehat untuk dikonsumsi tanpa melihat berasal dari mana dan dengan cara bagaimana mendapatkannya. 1. Enam Zat yang Penting untuk Tubuh. Tumbuhan merupakan sumber utama produsen yang menghasilkan energi sendiri. Secara ilmiah peristiwa fotosintesis dimana klorofil (zat hijau daun) mampu mengikat karbon dioksida (CO2) dari udara dan
menyerap air (H2O) dari akar tumbuhan dengan bantuan photon (cahaya) matahari dan disintesis menjadi senyawa organik yang mengandung energi, yang disebut pati, hidrat arang, atau karbohidrat. Proses perubahan dari energi cahaya menjadi energi kimiawi yang kaya akan energi untuk aktifitas seluruh tumbuhan ini disebut peristiwa fotosintesis. Hasil fotosintesis tersebut dijadikan energi untuk melakukan metabolisme agar dapat bertahan hidup. Tumbuhan adalah makanan yang baik untuk manusia (konsumen) karena dapat memberikan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh diantaranya adalah air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Zat tersebut berfungsi sebagai zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur dan kekebalan tubuh.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _391
Pertama, karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis. Karbohidrat dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana (gula sederhana) dan karbohidrat kompleks (lebih dari dua unit gula sederhana).13 Fungsi karbohidrat sebagai zat tenaga dalam proses metabolisme tubuh. Kedua, lemak disebut juga lipid, adalah senyawa organik yang berfungsi sebagai cadangan energi bagi manusia dan hewan. Sifat lemak tidak larut dalam air, tapi larut dalam larutan organik seperti aseton, eter dan kloroform. Fungsi lemak selain sebagai zat tenaga juga cadangan energi yang menjaga tubuh dari kedinginan. Oleh karena itu orang gemuk lebih tahan dingin dari pada orang yang kurus. Ketiga, protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.14 Protein terdiri dari enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein terdiri dari asam amino yang berikatan yang bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan. Fungsi protein ini juga sangat khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kemampuan sel-sel untuk selalu berikatan adalah kunci dan kekuatan yang luar biasa untuk menangkal segala virus, bakteri dan zat-zat yang tidak baik oleh tubuh (apoptosis atau kematian sel sendiri). Apabila kita merasa lelah, selain mengkonsumsi karbohidrat, protein sangat membantu agar kita tetap kuat. Keempat, vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, tapi penting untuk mempertahankan kehidupan
392_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
dan kesehatan. Vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi kehadirannya sangat diperlukan karena kalau tubuh kekurangan salah satu vitamin, maka kesehatan badan akan terganggu, demikian juga jika kelebihan. Keseimbangan cairan dalam tubuh harus tetap terjaga, baik yang masuk dan yang keluar agar jumlahnya tetap atau konstan. Ketidakseimbangan dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Kelima, mineral atau garam-garam mineral adalah zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit.15 Mineral itu sendiri adalah zat anorganik yang terdapat dalam bahan makanan, baik tumbuhan ataupun hewan. Fungsi mineral secara umum adalah (1) sebagai zat pembentuk tulang dan gigi (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor). (2) pengatur metabolisme tubuh, karena menjadi bagian dari koenzim, enzim dan hormon (zat besi, magnesium, fosfor, iodium, kobalt dan selenium. (3) pengatur keseimbangan cairan dan keseimbangan elektrolit (natrium, kalium dan klor). Mineral mikro terdapat sangat sedikit dalam tubuh dan berperan untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se) dibutuhkan untuk sehari-hari. Tembaga (Cu), mangan (Mn), Fluor (F), Khrom (Cr), dan molibden (Mo) ada ambang batas yang ada di dalam tubuh. Keenam, air. Air sangat diperlukan oleh tubuh untuk membantu semua proses metabolisme di dalam tubuh. Air juga mengandung berbagai mineral yang bisa di serap oleh tubuh. Air merupakan bagian yang paling banyak di dalam tubuh, karena itu air dikenal sebagai “sumber kehidupan”. Menjaga dan melestarikan lingkungan sangat penting dilakukan untuk tersedianya air bersih yang kita gunakan untuk minum, memasak, membersihkan diri dan peralatan rumah tangga. Demikianlah bahan-bahan yang ada dan diperlukan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Banyak zat-zat yang ada di dalam tubuh yang saat kita kaji sungguh luar biasa. Allah Swt telah menciptakan
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _393
sedemikian rupa dalam bentuk keseimbangan. Tidak ada ciptaan yang tidak ada manfaatnya. Positif atau negatif semuanya adalah pelajaran bagi orang yang berfikir. 2. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil Sampai Manula. Makanan diperlukan sejak embrio dalam kandungan ibu sampai selama hidup manusia.16 Makanan yang dikonsumsi ibu langsung diserap oleh janin melalui tali pusat. Semua itu diperlukan untuk pembentukan organ-organ embrio. Fase awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan bayi yang akan lahir. Karena pembentukan otak, sumsum tulang belakang, sistem percernaan, sistem kadiovaskular dan sistem yang ada dalam tubuh manusia dimulai saat dalam kandungan. Perhatian dan pilihan ibu untuk memilih makanan yang sehat, halal, baik, beragam dan bergizi sangat penting untuk terciptanya anak yang sehat jasmani, rohani, cerdas intelektual, pintar secara emosional dan beriman kepada Allah Swt. Nilai gizi dan banyak sedikitnya tiap individu berbeda sesuai dengan berat badan, lingkungan dan aktivitas yang dilakukan. Menciptakan anak cerdas dalam kandungan dimulai dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi.17 Asupan gizi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral terpenuhi dengan baik. Selain komposisi dan nutrisi makanan yang dikonsumsi tersebut harus juga halal agar menjadi berkah. Selanjutnya, memberikan kasih sayang kepada janin yang dikandungnya. Hal ini penting untuk kecerdasan bayi secara psikologis. Dukungan suami dan keluarga membuat ibu yang mengandung bahagia dan menikmati kehamilan dengan penuh rasa syukur. Seorang ibu hamil juga harus perhatian secara terhadap kandungannya. Calon ibu melakukan hal-hal yang positif dan bahagia sehingga janin yang ada dalam kandungan juga merasa bahagia. Menjauhi segala hal yang membuat tertekan (stres) dan terbebani.
394_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Gambar 1. Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.18 Memperhatikan dan menyediakan makanan yang seimbang baik dari sisi gizi dan keberagaman makanan sangat utama untuk menunjang kesehatan. Kesehatan yang baik dapat memperlancar aktivitas dalam meraih cita-cita dan harapan hidup yang lebih tinggi. Intinya setiap makanan harus seimbang, seperti makan protein yang berlebihan akan memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Makanan yang mengandung protein tinggi biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas (kegemukan). Penyakit yang ditimbukan akibat kelebihan mengkonsumsi protein adalah asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Pembahasan penulis di atas telah menunjukkan bahwa makanan yang baik sangat berguna dan dibutuhkan dari janin sampai orang tua. Ukuran dan tingkatan gizi tiap tahap, dari embrio, bayi, anak-anak, orang dewasa dan manula memiliki ukuran sendiri-sendiri. Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang adalah salah satu kiat menjaga kesehatan. Mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat menimbulkan obesitas yang pada akhirnya dapat memicu munculnya beragam penyakit degeneratif diantaranya adalah diabetes melitus (kencing manis), darah tinggi, jantung koroner, dan osteoporosis.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _395
3. Makanan yang Mengandung Antioksidan. Radikal bebas merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel tubuh secara alami. Sebenarnya, pembentukan radikal bebas merupakan hal biasa yang secara terus-menerus dalam tubuh kita. Radikal bebas ini dilepaskan saat tubuh melakukan berbagai proses metabolisme, terutama pada proses yang memerlukan oksigen, termasuk proses pernapasan, pembentukan energi dan juga pembelahan sel.19 Jumlah radikal bebas (oksidan) sedikit justru berguna untuk pertahanan dan kekebalan tubuh. Jika ada bakteri yang masuk, ia akan dengan cepat ‘membunuhnya’. Tapi, jika berlebihann akan berakibat buruk karena radikal bebas itu akan mencari sel yang sehat dan kemudian mengikatnya. Secara perlahan-lahan senyawa ini merusak sel-sel tubuh. Banyak makanan yang menghasilkan antioksidan yang sangat mempengaruhi kesehatan dan anti kanker seperti Manggis (kulit manggis banyak mengandung xantone), Raspberry (sel otak), Anggur Merah (vlavanoid, tanin), Cherry (beta-karoten), teh Hijau (polifenol, katekin), Paprika Hijau, Paprika Merah (likopen),20 sangat bermakna untuk mengurangi dan mencegah degeneratif sel saraf dan polusi di kota. Gambar 2. A. Blueberry. B. Blackberry. C. Respberry. A.
Pohon Plum. E. Buah Plum.
Gambar 3. Bahan Makanan yang mengandung antioksidan.
396_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Konsumsi makanan yang mengandung anti oksidan sangat penting karena dapat terhindar dari penyakit mata (retinopati diabetes, degenerasi makular, katarak), kepala (parkinson, alzheimer, epilepsi traumatik), pernafasan (asama dan gangguan nafas), wajah (bintik penuaan, keriput), perut (gastritis, luka usus, perlemakan hati), dada (iskemik, aritmia, infark jantung, hipertensi), tubuh (diabetes, alergi, rematik, kanker, pembuluh darah keras), dan bagian perut bawah (gagal ginjal, uremial). Penelitian yang telah dilakukan para ahli dan terbukti secara klinis bahwa makanan yang banyak mengandung anti oksidan tidak harus mahal dan mudah didapat, diantaranya adalah Kurma (tanin), Mahkota Dewa (alkaloid, saporin, flavoniod, polifenol), Kismis (catechin, phenolic phytonutrients), Apel (flavonoid), Blueberry (antosinin), Blackberry (antosinin), Plum, jeruk, delima (polifenol), Kacang Merah, Kubis, Artichoke (cynarin), bayam (lutein, beta-karoten), buah Bit (betaine, farnesol, saponim), lemon, kentang, nanas (photochemical), Cengkeh (phenolik), Aprikot (lycopene), Jagung (fenolik, anthocyanin, ferulik), Kedelai (selenium, isoflavon, genistein), Wortel, Kangkung, Bawang Putih, Labu Kuning, Brokoli (anti-acetylcholinesterase), Tomat (betakaroten, likopen, lutein, beta crythoxanthin), Jewawut (fenolik), Kiwi (polifenol, karotenoid), Telur (lutein), Minyak Canola (alphatocopherol), Susu (karotenoid, beta-karoten, lutein) dan lain-lain. 4. Makanan Cepat Saji. Teknologi yang berkembang semakin pesat juga memberikan dampak yang tidak sedikit untuk kesehatan manusia seperti makanan cepat saji (fast food). Makanan cepat saji mengandung garam dan monosodium glutamat yang cukup tinggi. Penguranan garam dapat diminta konsumen terutama untuk pembelian seperti kentang goreng. Selain itu makanan cepat saji memiliki kandungan lemak tinggi dan menggunakan minyak yang dipakai berkali-kali (sehingga tinggi kolesterol).
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _397
Lemak dan kolesterol dibutuhkan tubuh, namun saat berlebihan dan sering makan akan mendapatkan dampak yang luar biasa berbahaya. Apalagi tidak diimbangi dengan makanan yang mengandung serat agar dapat dicerna dan dibuang dari dalam tubuh, lemak seperti tersebut hanya dapat larut dalam larutan organik seperti aseton, eter dan kloroform. Penyakit yang ditimbulkan dapat menyempitnya pembuluh darah sehingga tekanan darah tinggi. Karena tekanan darah yang tinggi menimbulkan kerja yang jauh lebih tinggi, sehingga daya tampung tubuh kalau terus-menerus tanpa diimbangi makanan yang sehat dapat menyebabkan terganggunya saluran material yang dibutuhkan oleh tubuh. Adagium yang menyatakan,”jangan makan makanan yang tidak pernah dimakan oleh nenek kita,” mengingatkan bahwa memilih makanan cepat saji yang tidak pernah dimakan oleh nenek kita dapat mengandung dampak yang tidak baik. Apalagi makanan dalam kemasan yang bisa tahan berbulan-bulan tanpa kita buat sendiri, hampir dipastikan menggunakan bahan pengawet. Contoh nyata Sally Davies, seorang seniman Manhattan telah memfoto paket makanan salah satu makanan cepat saji selama enam bulan. Setiap hari dilihat proses pembusukannya. Ternyata hingga enam bulan, makanan yang terdiri dari hamburger, french fries, dan minuman itu sama sekali tidak membusuk! Ini artinya zat pengawet kimianya membuat bakteri pembusuk tidak mau makan makanan tersebut. Dengan demikian makanan cepat saji jika menjadi kebiasaan dan tidak dikendalikan dengan makanan yang mengandung serat, antioksidan yang tinggi dan minum air putih yang banyak dapat langsung menyebabkan kerusakan ginjal, hati, otak dan dapat menyebabkan kanker. Selain itu, perkembangan alat transportasi yang banyak membawa polusi udara, asap rokok yang terhirup, terkena sinar ultra violet, tingkat stres yang tinggi (macet dan tuntutan pekerjaan), pembakaran hutan
398_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
yang semuanya dapat menurunkan kadar kesehatan manusia. Jika tidak diimbangi dengan memilih makanan yang sehat (mengandung serat dan antioksidan) dapat menimbulkan penyakit. Mencari solusi untuk menyeimbangkan lingkungan yang kurang mendukung kesehatan dan daya tahan tubuh dari semua hal yang merugikan metabolisme adalah satu-satunya jalan keluar. Makanan yang ada di alam memang sangat beragam. Pada setiap wilayah tumbuhan yang tumbuh juga sangat berbeda satu benua atau negara yang lain. Hal ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang menciptakan segala sesuatu sempurna dan sesuai dengan kebutuhan hambanya. 5. Makanan Halal, Baik, Sehat, Seimbang dan Beragam. Tidak ada satupun bahan pangan sempurna yang dapat menyediakan semua unsur nutrisional yang dibutuhkan oleh setiap individu.21 Karena itulah, memilih makanan untuk dikonsumsi sehari-hari, sebaiknya sesuai dengan perintah dan larangan al-Qur’an dan anjuran Nabi Muhammad saw, seperti yang telah dijelaskan penulis di atas. Selain itu hasil riset ahli gizi menunjukkan makanan yang baik dan seimbang tidaklah cukup, diperlukan beragam makanan.
Gambar 4. Makanan halal, baik, sehat, seimbang dan beragam.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _399
Jaminan terbaik cukup nutrisi adalah makan dengan keragaman yang tinggi, bersama dengan suatu keseimbangan kalori, protein dan zatzat nutrisi lainnya dengan memperhatikan kebutuhan tiap orang, yaitu pertimbangan tinggi, berat dan tingkat kegiatan fisik. Setiap orang itu unik dan berbeda kebutuhannya sesuai dengan aktifitas, cuaca, iklim dan ukuran tubuhnya. Tabel. 2 Empat Kelompok Dasar Bahan Pangan. Panduan bagi jumlah masukan harian yang memadai terhadap unsurunsur nutrien yang dibutuhkan; keragaman di dalam tiap kelompok bahan pangan penting diperhatikan. Kelompok Susu Dua gelas susu atau seporsi keju, keju “potongan”, es krim, atau hasil olahan susu lainnya. Kelompok Daging Dua porsi daging, ikan unggas atau telur; polong-polongan, buncis, atau kacang-kacangan adalah pilihan lain. Kelompok sayuran dan buah-buahan Empat porsi sayuran hijau atau kuning, tomat, jeruk. Kelompok roti dan serelia Empat porsi bijian utuh atau hasil olahan serelia yang difortifikasi. Mengenal diri sendiri, kebutuhan gizi, keragamannya, merupakan hal yang utama dalam memilih dan menentukan berapa banyak dan apa saja yang akan dimakan dan minum dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Semakin kita mengenal diri kita makan semakin kita tahu bahwa kebesaran Allah Swt sungguh tiada tara.
E. Penutup. Teknologi yang terus berkembang dalam bidang produk makanan yang menghasilkan banyak produk baru merupakan tantangan sekaligus kemudahan. Pemberlakuan UU JPH memberikan kepastian
400_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
dan keamanan bagi konsumen sekaligus produsen dalam jual beli. Memilih makanan yang sehat, halal, baik, seimbang dan beragam untuk memenuhi kebutuhan keluarga menjadi lebih mudah dan terukur. Pembeli tidak harus was-was pada produk olahan makanan yang tidak diketahui bahan baku, pola atau cara pembuatan, media pembuatan dan bahan-bahan tambahannya. Keinginan memperoleh makanan yang halal, baik dan dari usaha sendiri menurut agama, seimbang dan beragam menurut ilmu gizi dan tepat menurut ilmu kesehatan sangat penting. Selain ibadah yang memperoleh pahala, akan membuat pikiran dan hati menjadi tenang. Jika makanan yang dimakan, makanan yang haram dan diperoleh dengan cara yang tidak benar (hukum agama) akan mendatangkan keburukan dan perbuatan yang tidak baik. Membangun kesadaran dan perubahan pola pikir pada hal-hal yang positif disertai dengan pembekalan pendidikan yang layak, pada akhirnya dapat bekerja dengan baik sehingga dapat menghidupi keluarga dengan cara yang halal lagi baik. Dengan demikian memilih makanan yang sehat, halal, baik, beragam dan bergizi sangat penting untuk terciptanya anak yang sehat jasmani, rohani, cerdas intelektual, pintar secara emosional, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Tahu kelebihan dan kekurangan makanan yang dilarang dan dianjurkan baik dari segi agama, sains (ilmu gizi) dan kesehatan dapat menambah kekuatan dan kemantapan dalam memilih makanan yang bergizi, mudah dicerna oleh tubuh dan berkah. Makanan tersebut tidak harus mahal, diimpor dari luar negeri atau menggunakan pengolahan dengan teknologi modern, namun sudah tersedia disekitar kita dalam bentuk buah atau sayuran segar yang dapat dicerna dan diolah oleh tubuh kita sendiri sedemikian rupa dengan kebesaran Allah Swt. Alam raya telah menyediakan hasil fotosintesis sebagai energi untuk melakukan metabolisme agar dapat bertahan hidup. Tumbuhan dan hewan adalah makanan yang baik untuk manusia karena dapat
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _401
memberikan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh diantaranya adalah air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Zat tersebut berfungsi sebagai zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur dan kekebalan tubuh. Tentunya ada beberapa tumbuhan dan hewan yang dilarang (haram) dimakan baik karena agama, sains dan kesehatan. Manusia kadang menolak sesuatu karena mereka tidak tahu atau meyakini hal itu tidak baik dan menyetujui sesuatu karena menyakini hal itu baik. Penjelasan penulis di atas secara umum menyampaikan bahwa makan makanan yang halal lagi baik adalah penting dan merupakan tujuan utama untuk hidup yang sehat, jasmani dan rohani. Makanan yang sehat dan baik terdiri dari dua segi yaitu jasmani maupun rohani. Pandangan segi jasmani adalah yang tidak mengganggu kesehatan sedangkan makanan yang baik dari segi rohani adalah yang tidak membuat rasa permusuhan, rasa kebencian, lupa pada mengingat Allah, atau lupa shalat. Melakukan pola makan yang beragam dan seimbang disertai istirahat yang cukup dan teratur merupakan kunci kesehatan jasmani. Mengikuti sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari dimana makan dimulai dengan berdoa dan mengunyah sampai halus agar mudah diserap tubuh, makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang merupakan cara kita dapat menikmati semua makanan dalam bentuk apapun. Semua makanan adalah bentuk karunia yang diberikan Allah kepada manusia. Kesehatan adalah nikmat dan rizki. Kadang-kadang manusia tidak merasa, sehat adalah rizki yang tiada tara. Ketika mengalami rasa sakit, barulah sangat terasa kalau sehat adalah bentuk lain rizki selain materi yang tidak dapat digantikan dengan harta melimpah sebanyak apapun. Menikmati hidup yang damai, tenteram dan bermakna di dunia dan bahagia di akhirat adalah tujuan akhir dengan mencapai ridho Allah Swt. Harapan yang dimulai dengan mempunyai anak yang sholeh, sehat, cerdas, menurut pada orang tua di mulai dengan memperhatikan
402_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
asupan makanan yang halal, baik, seimbang dan beragam saat ia masih dalam janin sampai dewasa. Tujuan dan harapan pendiri bangsa yang menginginkan rakyat adil dan makmur sejahtera lahir dan batin hanya dapat terwujud dimulai dari keluarga yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan agama, bekerja keras, pantang menyerah dan mengatur pola makan yang baik, beragam dan seimbang menuju generasi rabbani, yang mengajarkan alQur’an dan terus mempelajarinya.*
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _403
Daftar Pustaka
al-Maraghi, Ahmad, Mustofa, Tafsir Al-Maroghi. Libanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2006, Jilid. 3. Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Gambar. Google.com. 9 Oktober 2014. Kissanti, Annia, Sembilan Bulan yang Penuh Keajaiban, Araska, 2008 Lehninger, Albert L. Penerjemah Thenawijaya, Maggy., Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: Erlangga, 1982, Jilid 3. Maftuhah, Penyakit Demensia dan Alzheimer, Bandung: Biologi Fungsi Hewan, 2014 (tidak diterbitkan), Reece, Jane B, dan kawan-kawan, Campbell Biologi. USA: Pearson Educational, Inc, 2014. Rahmadianti, Fitria, Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan Produk Halal. www.detik.com. 10 Oktober 2014. Rahmat, Jalaluddin, Belajar Cerdas, Belajar Berbasis Otak, Bandung: Mizan, 2005 http://www.wartatimes.com/hukum/undang-undang-jaminan-produkhalal-disahkan-pbnu-mui-hanya-lembaga-jadi-jadian, sumber www.nu.or.id. 10 Oktober 2014. Saleh, Ashaf, Takwa: Makna dan Hikmahnya Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Erlangga, 2002. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian ALQu’ran, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 8. Tirtawinata, Tien.Ch., Makanan dalam perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi, Jakarta: FKUI, 2006.
404_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Endnotes
1. Ashaf Saleh,Takwa: Makna dan Hikmahnya Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Erlangga, 2002, h. 1.
2. Ibid, h. 4 3. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Qu’ran, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 8, h. 375-376.
4. Ahmad Mustofa al-Maraghi, Tafsir Al-Maroghi, Libanon: Dar Al-Kotob AlIlmiyah, 2006, Jilid. 3. Cetakan, h. 10
5. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Qu’ran, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 1, h. 461.
6. Ibid, h. 457. 7. Jane B Reece, Campbell Biologi, USA: Pearson ducational, Inc, 2011, h. 9-11. 8. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ibid, h. 462. 9. Ahmad Mustofa al-Maraghi, ibid, h. 378-379. 10. Tien.Ch.Tirtawinata, Makanan dalam perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi, Jakarta: FKUI, 2006, h. 152.
11. Ibid, h.155. 12. Jalaluddin Rahmat, Belajar Cerdas, Belajar Berbasis Otak, Bandung: Mizan, 2005, h. 191.
13. Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 28-29.
14. Ibid, h. 77. 15. Tirtawinata, ibid, h. 102. 16. ibid
Makanan Halal dalam Perspektif al-Qur’an, Sains dan Kesehatan _405
17. Annia Kissanti, Sembilan Bulan yang Penuh Keajaiban, Araska, 2008, h. 13-16 18. Google.com. 9 Oktober 2014. 19. Maftuhah, Penyakit Demensia danAlzheimer, Bandung: Biologi Fungsi, 2014, h. 11. 20. Ibid, h. 9. 21. Albert L. Lehninger, Penerjemah Thenawijaya, Maggy, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: Erlangga, 1982, Jilid 3, h. 116.
406_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Pedoman Transliterasi
Revitalisasi Peran dan Fungsi Keluarga _413
414_Jurnal Bimas Islam Vol.5. No.2 2012
Ketentuan Tulisan _407
A. Ketentuan Tulisan 1. Tulisan merupakan hasil penelitian di bidnag zakat, wakaf, dakwah Islam, pemberdayaan KUA dan hal-hal terkait pengembangan masyarakat Islam lainnya. 2. Karangan ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan perangkat lunak pengolah kata Microsoft Word , font Palatino Linotype, maksimum 25 halaman kuarto minimum 17 halaman dengan spasi satu setengah. 3. Karangan hasil penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut: Judul. Nama Pengarang. Abstract . Keywords . Pendahuluan. Metode Penelitian. Hasil Penelitian. Pembahasan. Kesimpulan dan Saran. Daftar Kepustakaan. Sistematika tersebut dapat disesuaikan untuk penyusunan karangan ilmiah. 4. JUDUL a. Karangan dicetak dengan huruf besar, tebal, dan tidak melebihi 18 kata. b. Nama Pengarang (tanpa gelar), instansi asal, alamat, dan alamat e-mail dicetak di bawah judul. c. Abstract (tidak lebih dari 150 kata) dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), dan Keywords (3 sampai 5 kata) ditulis dalam bahasa lnggris, satu spasi, dengan huruf miring. d. Tulisan menggunakan endnote e. Daftar Kepustakaan dicantumkan secara urut abjad nama pengarang dengan ketentuan sebagai berikut: • Untuk buku acuan (monograf): Nama belakang pengarang diikuti nama lain. Tahun. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit. • Untuk karangan dalam buku dengan banyak kontributor: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.” Dalam: Nama Editor. Judul Buku. Kota
408_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014
Revitalisasi Peran dan Fungsi Keluarga _415
Penerbit: Penerbit. Halaman. • Untuk karangan dalam jurnal/majalah: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.” Nama Majalah, Volume (Nomor): Halaman. • Untuk karangan dari internet: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.” Alamat di internet ( URL ). Tanggal mengakses karangan tersebut. 5. Gambar diberi nomor dan keterangan di bawahnya, sedangkan Tabel diberi nomor dan keterangan di atasnya. Keduanya sedapat mungkin disatukan dengan file naskah. Bila gambar/tabel dikirimkan secara terpisah, harap dicantumkan dalam lembar tersendiri dengan kualitas yang baik. 6. Naskah karangan dilengkapi dengan biodata singkat pengarang dikirimkan ke alamat kantor Jurnal Bimas Islam berupa naskah tercetak (print out) dengan menyertakan soft copy dalam disket/ flash disk atau dapat dikirim melalui e-mail Jurnal Bimas Islam (
[email protected]).